You are on page 1of 7

Cinta, Ujian Alloh SWT atas Hamba-Nya

Berbicara tentang cinta, semua orang tentu memiliki pandangan tersendiri akan
anugerah terindah yang diberikan oleh Alloh SWT ini. Lalu apakah arti cinta yang
sebenarnya? Memang sulit untuk mendefinisikan kata ini, karena setiap orang memiliki
interpretasi yang berbeda berdasarkan pada pengalamannya tentang cinta. Sebagian
orang mengatakan bahwa cinta itu indah, cinta itu memabukan, cinta itu buta, dan
katanya cinta itu adalah perasaan yang terungkap dengan ucapan dan tertuang dengan
pengorbanan. Namun, bagi aku sendiri cinta adalah ujian yang diberikan oleh Alloh SWT
atas hamba-Nya. Cinta ini bak sebuah tongkat yang memiliki dua ujung yang begitu
indah, begitu menakjubkan dan memabukkan pemegangnya, pegangan tongkat itu tepat
berada antara terang dan gelap kedua ujung tongkat yang akan menuntun sang empunya
pada pohon berbuah surga atau ke dalam lembah kehinaan. Ujung manakah akan berada
di atas dan ujung manakah akan berada di bawah adalah cerminan dari apa yang akan
kita dapatkan.

Cinta itu akan menuntun kita pada pohon yang berbuah surga ketika kita mampu
mencintai yang telah menanamkan benih cinta kita pada insan yang kita cintai lebih dari
segalanya, yaitu cinta kepada Alloh SWT. Serahkanlah cinta ini pada Alloh SWT, maka
niscaya Alloh akan memberikan cinta dari seorang insan yang mencintai kita karena
Alloh, cintanya yang berguna bagi kita disisi-Nya, yang akan menghantarkan kita untuk
mencintai-Nya. Alloh SWT berfirman:

Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum


keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai daripada Alloh dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Alloh mendatangkan keputusan-Nya." Dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang fasik. (Q.S At-Taubah: 24)

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain


Alloh; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun orang-orang
yang beriman sangat cinta kepada Alloh. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan
itu kepunyaan Alloh semuanya dan bahwa Alloh amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal). (Q.S Al-Baqarah: 165)

Dari ayat-ayat di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa janganlah kita mencintai
seorang insan melebihi cinta kita kepada Alloh, janganlah kita sampai terjerumus kepada
jurang kemusyrikan dengan menyekutukan Alloh, menyembah tandingan-tandingan
selain Alloh, yang kita mencintainya sebagaimana kita mencintai Alloh.

Setiap orang yang hidup di dunia ini tidak akan pernah bisa menghindar dari perasaan
cinta. Getar-getar ini sangat kuat dan dapat merasuki siapa saja tanpa mengenal usia. Dari
mulai anak usia dini hingga orang lanjut usia pun tidak ada yang dapat berdalih dari
perasaan cinta ini, yang membedakan hanya tingkatan perasaan cinta itu sendiri dan
bagaimana cara menyalurkan perasaan ini. Cinta tidak pula mengenal kasta, dari mulai
orang miskin hingga orang kaya, semuanya berhak merasakan cinta. Maha adil Alloh
SWT yang telah menciptakan manusia dengan segala kesempurnaanya.

Pernah suatu ketika, ketika aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas,
hati ini telah digetarkan oleh dua orang insan yang mampu mengguncang jiwa aku.
Ketika itu waktu liburan kenaikkan kelas, waktu yang aku habiskan dengan berbaring di
atas kasur kamarku sembari mendengarkan radio handphone Nokia 2310 yang baru aku
beli dengan uang tabungan aku sendiri. Ketika itu pertama kalinya aku memiliki
handphone. Berawal dari handphone itu, aku dihadapkan pada dua orang insan yang
memiliki karakter yang sangat kuat. Mereka memiliki karakter yang begitu berbeda.

Amelia, seorang insan yang sampai ketika ini belum pernah aku sempat melihat raut
wajahnya. Dia adalah seorang insan yang memiliki cita-cita menjadi seorang penulis,
setiap ucapannya denganku penuh dengan kata-kata roman, sungguh menakjubkan kata-
katanya, menunjukkan bahwa sesungguhnya dia sangat mencintai dan mengagumi aku.
Hingga perlahan ada rasa yang tumbuh dalam hati aku, apakah itu cinta atau nafsu, aku
tidak menyadarinya ketika itu. Belum ada ikatan yang pasti antara aku dan dia. Namun,
Amelia begitu meyakini bahwa Alloh menganugerahkan sekeping hati padanya dan
sekeping lagi hati padaku. Ketika itu, kita tidak saling bertemu, aku tidak pernah tau
siapa Amelia sebenarnya, tapi aku tahu bahwa Amelia begitu paham dan mengenal aku
sepenuhnya. Katanya dia mengenal orang-orang di sekeliling aku yang menginformsikan
semua aktivitas aku padanya. Aku terkagum bagaimana dia begitu paham ketika aku
memimpin sebuah organisasi Palang Merah Remaja, bagaimana aku dan kawan-kawan
mereformasi organisasi ini sehingga organisasi yang tidak pernah dianggap dan selalu
diremehkan di sekolahku ketika itu berubah menjadi organsasi yang berevolusi sehingga
dinilai begitu baik oleh para guru yang pada akhirnya kemudian pembina kami menyebut
angkatan kami dengan sebutan “Angkatan Reformasi”. Ketika itu pula, organisasi kami
untuk pertama kalinya mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan ketua OSIS, aku
sendiri yang mencalonkan untuk menjadi ketua OSIS ketika itu, rekan-rekan di organisasi
aku begitu antusiasnya mendukung aku, alhasil ketika itu aku terpilih menjadi ketua 2
OSIS SMA Negeri 1 Ciawigebang. Memang belum puas dan aku memang orang yang
tidak pernah merasa puas dengan pencapaian yang aku raih, tapi bukan berarti aku tidak
bersyukur kepada Alloh SWT. Aku mensyukurinya karena ketika itu aku dan rekan-rekan
berhasil mereformasi organisasi PMR di sekolah dan membuktikan bahwa kami ada. Aku
berkata pada rekan-rekanku bahwa ini adalah awal dari perjuangan kita dan junjunglah
selalu tujuh prinsif kita yang mulia; prinsif kemanusiaan, kesukarelaan, kesamaan,
kedisiplinan, kemandirian, kesatuan dan kesemestaan. Amelia begitu berarti dalah hidup
aku ketika itu, saat ketika dia mengajari aku bahwa hujan itu merupakan anugerah yang
begitu indah yang Alloh berikan untuk menyejukan hati, saat ketika dia mengajarkan
bahwa air mata itu indah, menyadarkan akan indahnya dunia ciptaan Alloh yang maha
kuasa. Untaian masa depan yang indah terajut olehnya begitu rapih dan romantis. Aku
tidak akan pernah lupa ketika dia memimpikan tentang pernikahan kami di dalam sebuah
puri indah, mengenakan gaun putih nan suci bersepatuken sepatu kaca, menggandeng jas
hitam berdasi memakai sepatu pantopel hitam gemerlapan, berjalan di atas permadani
indah menuju singgasana cinta kami, di puri yang sekelilingnya kolam nan jernih airnya,
berenang ikan-ikan hias yang begitu indah, terdapat pula sebuah perahu pada danau yang
airnya beriak oleh sepasang angsa bermahkotakan permata berenang bersama menjadi
saksi cinta kami berdua, sungguh begitu indahnya mimpi itu. Namun, pada akhirnya
mimpi itu pergi entah kemana. Rasa cinta atau nafsu yang ada dalam hati aku ketika itu
seperti membeku ketika aku terdengar kata bahwa “Aku akan selalu mencintai kamu,
karena bukan aku yang memilih kamu dalam hidup aku, hati inilah yang telah memilih
kamu, aku ingin menguji kesabaranmu, seberapa besar rasa cintamu padaku?, apakah
kamu benar-benar mencintai aku?, aku akan datang padamu setahun kemudian, ketika
perpisahan sekolahmu, aku akan datang memberikan hadiah untukmu, membawa
seluruh kasih sayang, rasa cintaku yang hanya untukmu. Aku tidak akan mengikatmu
selama itu, jika kamu menemukan yang lebih baik daripada aku, kamu berhak untuk
memilihnya, kebahagiaanku adalah ketika aku melihat kamu bahagia dengan pilihan
kamu sendiri.”

Putri Faka, insan kedua yang masuk ke dalam kehidupanku. Dia sungguh berbeda
dengan Amelia, Putri Faka tidak pernah mengenal cowok sebelumnya, apalagi sampai
berpacaran, berbicara pun dia suka gugup dengan menundukkan kepala dan tidak pernah
mengangkat wajahnya sekali pun. Masa itu bermula ketika aku tengah rutin dengan
aktivitasku berbaring di atas kasur yang menimangku sepanjang sore dan malam sembari
mendengarkan siaran radio Rasuci FM Kuningan, menghabiskan hari-hari liburan
kenaikkan kelasku, ketika itu hubungan aku dan Amelia cukup jauh, karena aku jarang
komunikasi dengan dia. Hingga suatu ketika itu aku menerima sebuah pesan dari nomor
AS yang tidak aku kenal. Pesan itu aku terima di senja hari 29 juni 2008;

“Cahaya mentari kini merubah segalanya. Ku langkahkan kaki untuk memulai


perjalanan. Untuk mencari arti hidup selamat pagi. Moga hari ini adalah hari dimana kita
bisa mengerti akan arti persahabatan.”

Sebelumnya aku beranggapan bahwa dia adalah Amelia, aku menanyakan padanya
hingga kemudian aku berkenalan dengannya. Dia adalah Putri Faka. Hari-hari itu, ketika
hati ini tengah gundah menanggapi pesan terakhir Amelia, hati aku yang selalu dihantui
rasa was-was dan pikiran-pikiran negatif akan mampukah aku menunggu Amelia selama
satu tahun? Nampaknya telah berubah dengan kehadiran Putri Faka dalam kehidupanku.

Seumpama daun kering, aku berjalan menuruni aliran air jernih yang mengalir dari
puncak gunung melewati lereng-lereng yang berliku-liku alirannya. Aku yakin bahwa
Alloh memiliki rencana yang begitu indah, rencana yang terbaik bagi hambanya.
Subhannaloh, dari Putri Faka aku mulai mengenal akan makna siapa aku? Untuk apa aku
ada di dunia ini? Dan kemanakah aku akan kembali? Aku diajarkannya Shalat Duha, akan
pentingnya shalat di awal waktu dan berbagi dengan yang lain. Teman-temanku merasa
heran padaku, ketika itu aku rajin shalat dzuhur di masjid sekolah, shalat ashar pula di
masjid sekolah karena ketika itu aku masih aktif di organisasi PMR dan membina
pengurus OSIS angkatan baru, aku tidak pernah meninggalkan shalat duha di sekolah,
bahkan aku jadi terbiasa menghabiskan waktu istirahat pertamaku dengan beri’tikaf di
masjid sekolahku. Aku menjadi terbiasa bangun tengah malam, aku bangun pukul 24.00
tengah malam, kalau aku bangun duluan, lantas aku bergegas mengambil air wudhu lalu
aku menelpon Putri Faka, demikian pula sebaliknya. Setiap pukul 24.00 tengah malam
hingga pukul 03.00 pagi aku dan Putri Faka biasa mengkaji Al-Qur’an bersama,
mengartikannya, menafsirkan dan kami hubungkan kaitannya dengan masa kini. Pertama
kalinya, kami mengkaji Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 1 sampai dengan 110, yaitu kisah
mereka, pemuda-pemuda yang beriman kepada Alloh tuhan mereka dan Alloh
tambahkan kepada mereka petunjuk, dan Alloh telah meneguhkan hati mereka di waktu
mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami
sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah
mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". Setiap malam kami kaji ayat
demi ayat firman Alloh yang maha benar Alloh atas segala firmannya. Pukul 03.00 lantas
kami bergegas melaksanakan shalat tahajud, hingga adzan subuh terngiang di telinga
kami, kami shalat subuh dan melakukan aktivitas masing-masing.

Kemudian pada suatu ketika, Putri Faka memaparkan padaku, meneruskan pesan
singkatnya, aku terbiasa menyapanya “Fa” sementara dia sendiri memanggilku “Kakak”,
“Dan Fa harap bukan hari ini saja kita bisa mengerti akan arti persahabatan tapi untuk
selamanya, bahkan Fa berharap banget kita akan menjadi sahabat baik di dunia maupun
di akhirat kelak, dan semoga saja kita saling mengingatkan bila ada kesalahan yang
diperbuat dari diri kita masing-masing. Fa nggak pernah ingin di antara kita ada
kebohongan, dan Fa nggak tau kenapa ngungkapin semuanya kepada Kakak walaupun
seperti yang Kakak bilang bahwa kita kenal hanya sebatas SMS dan telepon, dan kita juga
belum pernah sebelumnya bertemu. Tapi Fa sudah sangat percaya ma Kakak, Fa nggak
tau alasannya apa? Kenapa Fa begitu suka berkomunikasi dengan Kakak? Dan kenapa
juga Fa bisa memberikan perhatian untuk Kakak? Padahal Fa benar-benar nggak pernah
sekalipun perhatian terhadap yang namanya cowok. Mungkin bisa dianggap perhatian Fa
ke cowok baru pertama kali, untuk seorang sahabat yang sangat baik dan amat sangat
perhatian yang diberikan seorang Kakak untuk adiknya, atau malah sebaliknya, dari adik
terhadap seorang Kakak. Makasih, makasih banget atas semuanya. Hidup Fa benar-benar
jadi sangat berwarna, yang tadinya pelangi memiliki tujuh warna, sekarang jadi beribu-
ribu warna yang Fa miliki setiap harinya, tapi itu juga kalau warna di dunia ini emang ada
beribu-ribu, mungkin itulah ungkapan perasaan Fa yang benar-benar Fa nggak bisa
lukiskan dengan kata-kata.”

Kala mentari pagi bersinar, memancarkan ronanya pada seluruh penjuru dunia,
memberikan harapan bagi setiap insan yang berusaha, aku mendengar kata indah terucap
dari seorang insan yang betapa aku kagum padanya, Putri Faka berkata padaku, “Aku
mencintaimu Insya Alloh karena Alloh, Aku berharap Alloh akan selalu meridha’i cinta
kita bukan hanya di dunia tetapi di akhirat kelak.” Aku terdiam membisu, aku tak
mengungkapkan sepatah kata pun, tapi hatiku bergetar tanpa bisa aku lukiskan dengan
kata-kata, mendengar ungkapan perasaannya.

Aku mencoba untuk menghubingi Amelia, aku ceritakan tentang Putri Faka padanya,
aku menceritakan semua tentang aku dengan Putri Faka tapi aku tidak berani
mengungkapkan bahwa sesungguhnya Putri Faka tengah mengutarakan perasaannya
padaku. Perang bathin sungguh aku rasakan saat itu. Amelia tidak berargumen banyak
tentang itu, dia Cuma berkata padaku, bahwa Putri Faka adalah nama yang sangat indah.

Suatu senja di masjid At-Taqwa, masjid yang konon katanya masjid yang
memenangkan manajemen masjid terbaik di wilayah Jawa Barat waktu itu, hujan deras
turun mengguyur hati ini yang sedang dilanda bimbang. Aku menerima sebuah pesan
dari Amelia katanya “Bintangku telah hilang, jika kamu melihat bintang aku, katakan
padanya bahwa aku rindu bintangku.” Aku tak kuat menahan dari meneteskan air
mataku yang berlinang bersama derasnya hujan yang turun ketika itu.

Aku tak bisa berlarut-larut dalam kebimbangan, aku harus segera memberikan satu
keputusan. Pada sepertiga malam yang terakhir tepat 26 Juli 2008, aku menghadapkan
diriku pada Alloh SWT, setelah shalat tahajud lantas aku shalat istiharah memohon
petunjuknya, aku menutup shalat malam itu dengan tiga rakaat shalat witir dan aku
tertidur sejenak. Aku bermimpi saat itu Ibunda Putri Faka muncul dalam mimpiku
menitipkan Putri Faka padaku untuk aku menjaganya. Aku yakin bahwa ini adalah
jawaban dari Alloh SWT atas kebimbanganku selama ini.

Pada pagi hari itu, aku kembali menghubungi Amelia. “Aku mohon maaf karena aku
mungkin bukanlah yang terbaik untukmu, kamu adalah orang yang baik, Insya Alloh
pasti Alloh akan memberikan kamu yang terbaik. Terimakasih atas semua yang telah
kamu berikan padaku. Do’aku akan selalu menyertaimu. Maafkan aku!” aku tak kuat
menahan tangis saat itu, sejujurnya aku tak ingin melukai perasaannya tapi apalah daya,
aku tetap harus memilih. Dalam maya, Amelia tersenyum padaku, aku tahu bahwa di
balik senyumannya itu, dia menyembunyikan rasa sakit yang begitu dalam, teringatku
pada ucapannya “Kutuliskan namamu di langit, tapi awan menerbangkannya pergi.
Kutuliskan namamu di pantai tapi ombak menghapusnya. Lalu kutuliskan namamu di
hatiku. Dan disanalah namamu kan bertahta selama-lamanya.” Semakin berlinang air
mataku membasahi pipi terkenang kata-kata itu.

Senja sore itu, aku pun membuat keputusan dengan Putri Faka. Aku menerima
perasaan cintanya. Sungguh terasa berat bagiku. Tapi aku selalu meyakini bahwa di balik
ini semua ada rahasia Alloh yang setiap hamba tidak ada yang mengetahuinya.

Cinta ini begitu indah, begitu memabukkan yang seketika bisa berubah menjadi begitu
menyakitkan dan begitu membutakan. Betapa melampaui batas ketika orang merasakan
cinta, begitu banyak mereka yang mengikuti nafsunya sendiri daripada menaati Alloh
SWT. Karena cinta, banyak orang yang telah menjadi buta, mereka tak mampu lagi
melihat dengan rasional akal pikirannya, tak bisa lagi melihat dengan pikirannya yang
sehat, segala sesuatu di pandang secara kasat mata, dijalani dengan nafsu yang
menggebu-gebu di hatinya. Tak khayal ketika seseorang bercinta dengan perasaannya
maka dia hanya akan tersiksa, ketika seseorang bercinta dengan ucapan maka dia akan
menemui kebinasaan, ketika seseorang bercinta dengan pengorbanan maka tiada pernah
jiwa ini merasa aman, jika kita bercinta hanya karena nafsu maka kita hanya akan meraih
lembah kehinaan, Alloh SWT berfirman: Terangkanlah kepadaku tentang orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya? (Q.S Al-Furqaan: 43) "demi Alloh: sungguh kita dahulu (di dunia)
dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta
alam". (Q.S Asy-Syu’araa: 97-98), tetapi ketika kita bercinta karena Alloh, niscaya cinta itu
akan berbuah surga, cinta yang tumbuh semata-mata hanya karena Alloh, cinta yang
cintanya membawa kepada cinta kepada Alloh.

Jika kita mencintai seseorang, bawalah cinta kita untuk mencintai Alloh SWT, Tuhan
semesta alam. Jika kita menyayangi seseorang, bawalah rasa sayang itu untuk
memperoleh kasih sayang Alloh SWT. Tuluskanlah cinta yang semata-mata hanya untuk
Alloh. Yakinkanlah bahwa Alloh akan menggantikan cinta kita dengan cinta yang lebih
baik. Cinta adalah ujian Alloh SWT atas hamba-Nya.

You might also like