You are on page 1of 14

MAKALAH TEKNOLOGI TEPAT GUNA

CHLORINE DIFFUSER

Oleh :

Dika Ratna Wulansari 25010110151054


Ryana Ayu Setia K 25010110151093
Farah lauziah 25010110151100
Fitria Prihandini 25010110151106
Ardian Nikita Ratna Sahri 25010110151129
Tri Yanuar Adhista 25010110151135
Mochamad Nur Arifin 25010110151143
Aria Fidianti 25010110151146
Arif Andriyanto 25010110151159
Ratna Nugraheni 25010110151170

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Diponegoro
Semarang

2011
A. Latar belakang
Air beserta sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang
mutlak dibutuhkan oleh mahluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan
memelihara kesehatannya. Air yang mengisi lebih dari dua pertiga bagian dari
seluruh permukaan bumi, memberi tempat hidup yang 300 kali lebih luas dari pada
daratan, akan tetapi sebagian besar dari air tersebut tidak dapat langsung digunakan
untuk kepentingan mahluk hidup. Hanya 1% yang dapat dipergunakan sebagai air
bersih, untuk menjadi air bersih / air minum harus mengalami suatu teknologi.
Teknologi yang diterapkan mulai dari pengambilan air baku, pengolahan air
untuk menjadi air bersih yang sangat tergantung kualitas sumber air baku, kemudian
melaui system distribusi melalui perpipaan ke area pelayanan.
Air baku yang biasa dipergunakan dalam pengolahan air bersih di Indonesia
sebagian besar berasal dari badan air atau sungai yang mengandung berbagai
macam pollutan, diantaranya : kekeruhan, berbau, rasa, bakteri pathogen, dll. Oleh
karena itu, diperlukanlah suatu teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan dan
dapat diaplikasikan secara mudah, murah dan berdaya guna.
Salah satu teknologi pengolahan air bersih yang tepat guna tersebut adalah
chlorinasi. Chlorinasi adalah suatu cara mendesinfeksi air atau membunuh kuman
didalam air dengan mempergunakan senyawa khlor. Senyawa khlor adalah suatu
desinfektan yang paling banyak di gunakan dalam pengolahan air minum dan air
buangan. Senyawanya ada yang berbentuk gas, ada juga cair dan adapula yang
berbentuk padat. Senyawa khlor lebih banyak dipergunakan dibandingkan dengan
unsur-unsur kimia lain karena mudah didapat dan murah harganya, serta daya
desinfeksi tahan sampai beberapa jam setelah pembubuhan, dapat memecahkan
molekul organik. Senyawa khlor, disamping sebagai desinfektan, juga sering
dipergunakan untuk oksidator, mengurangi bau, rasa dan lain-lain.
Berdasarkan PP No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, untuk jenis badan air yang banyak digunakan
sebagai bahan baku PDAM adalah air golongan B. Adapun kadar beberapa
parameter yang dipersyaratkan, antara lain : kandungan total coliform sebanyak
5000 jumlah/100 ml. Dengan proses disinfeksi menggunakan chlorinasi ini
diharapkan dapat menurunkan jumlah total coliform di air sungai menjadi sesuai
dengan persyaratan air bersih yang layak dipergunakan, bahkan dapat digunakan
sebagai air minum apabila kadar total coliformnya mencapai 0 mg/L.
Chlorinasi banyak diterapkan pada pengolahan air bersih ataupun air minum.
Senyawa khlor yang biasa dipergunakan adalah kaporit, hal ini dikarenakan selain
harganya yang murah juga mudah didapatkan di pasaran.Adapun bentuk senyawa
khlor tersebut yaitu HOCl, OCl dan Cl2. Ketiga senyawa tersebut sering disebut
sebagai sisa khlor bebas. Dan yang paling efektif adalah HOCl. Didalam air,
jumlah OCldan HOCl dipengaruhi oleh pH. Sedangkan bentuk senyawa khloramin
yaitu NH2Cl, NHC2l dan NCl3 disebut sisa khlor terikat.
Klor digunakan secara luas dalam pembuatan banyak produk sehari-hari.
Klor digunakan untuk menghasilkan air minum yang aman hampir di seluruh dunia.
Bahkan, kemasan air terkecil pun sudah terklorinasi. Klor juga digunakan secara
besar-besaran pada proses pembuatan kertas, zat pewarna, tekstil, produk olahan
minyak bumi, obat-obatan, antseptik, insektisida, makanan, pelarut, cat, plastik, dan
banyak produk lainnya. Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan dalam
pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan proses
tekstil. Lebih jauh lagi, klor digunakan untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon
tetraklorida, dan ekstraksi brom.
Klor mengiritasi sistem pernafasan. Bentuk gasnya mengiritasi lapisan lendir
dan bentuk cairnya bbisa membakar kulit. Baunya dapat dideteksi pada konsentrasi
sekecil 3.5 ppm dan pada konsentrasi 1000 ppm berakibat fatal setelah terhisap
dalam-dalam.  Kenyataannya, klor digunakan sebagai senjata kimia pada perang gas
di tahun 1915. Terpapar dengan klor tidak boleh melebihi 0.5 ppm selama 8 jam
kerja sehari-40 jam per minggu.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pengolahan air dengan metode klorinasi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi khlorinasi.
3. Untuk mengetahui cara pengukuran residu khlorin.
4. Untuk mengetahui dampak khlorin bagi kesehatan.

C. Pembahasan
1. Pengertian Chlorinasi
Chlorinasi adalah suatu cara mendesinfeksi air atau membunuh kuman di
dalam air dengan mempergunakan senyawa khlor. Senyawa khlor adalah satu
desinfektan yang paling banyak di gunakan dalam pengolahan air minum dan air
buangan. Senyawanya ada yang berbentuk gas, ada juga cair dan adapula yang
berbentuk padat. Senyawa khlor lebih banyak dipergunakan dibandingkan dengan
unsur-unsur kimia lain karena mudah didapat dan murah harganya, serta daya
desinfeksi tahan sampai beberapa jam setelah pembubuhan, dapat memecahkan
molekul organik. Disamping sebagai desinfektan, khlor juga sering digunakan untuk
oksidator, mengurangi bau dan rasa dan lain-lain.
Substansi-substansi yang akan dilepaskan apabila khlor yang ikatan
hypokhloritnya ditambahkan ke dalam air :
a. Asam hypokhlorus (HOCl), ion hipokhlorit (OCI) dan elemen khlor (Cl2).
Distribusi dari ketiga substansi tersebut tergantung dari pH.
b. Monokhloramin (NH2Cl), dikhloramin (NHC12) dan nitrogen trikhklorida /
trikhloramin (NC13).
c. Khloramin organik kompleks, terutama dalam air buangan.
Bentuk HOCl, OCl dan Cl2 adalah bentuk senyawa yang aktif sebagai
disinfektan, dan biasanya didapat bentuk :
a. Khlor, C12
Gas khlor, kira-kira 2,5 ppm adalah padat dari udara berbahaya, pedih
terhadap mata dan berwarna kuning kehijau-hijauan. Gas ini menimbulkan
iritasi terhadaap mata, hidung dan saluran pernafasan. Bau gas khlor dapat
terdeteksi pada konsentrasi di atas 0,3 ppm (by volume). Khlor cair, dibuat
dengan memadukan gas khlor, dan mengandung kira-kira 99,5 persen khlor
murni, mempunyai densitas sekitar 1,5 kali dari air. Khlor cair dapat berubah
dengan mudah menjadi gas pada temperatur kamar. Satu volume khlor cair
dapat menjadi 460 volume gas.
Khlor tidak akan menyala, tetapi akan membantu proses pembakaran. Khlor
juga tidak mudah meledak, tetapi akan bereaksi dengan keras dengan terpentin,
ammonia, hidrokarbon, dan bahan-bahan yang mudah terbakar. Pada keadaan
kering, gas khlor tidak korosif, tetapi sangat korosif terhadap metal bila khlor
dalam keadaan lembab.
b. Kalsium hipokhlor, Ca (OC1)2
Ca(OCl)2 yang dikenal dengan nama kaporit merupakan senyawa yang
banyak digunakan oleh PDAM dalam pengolahan air minum karena senyawa ini
dapat membunuh bakteri atau mikroorganisme. Dipasaran, kaporit dijual dalam
keadaan bebas, dengan harga yang murah. Ca(OCl)2 mengandung klorin (Cl2)
sebesar 60%.
Kalsium hipoklorit, Ca (OC1)2, bentuknya kering, berwarna putih kuning,
bentuknya glanular, dapat dipadatkan dalam bentuk tablet. Biasanya
mengandung kadar khlor (dalam berat) sebesar 65%. Ini berarti bila 100 gram
kalsium hipokhlorit dibubuhkan ke dalam air, berarti hanya 65 gram klor yang
dibubuhkan. Senyawa ini memerlukan penyimpanan khusus untuk
menghindarkan kontak dengan materi organik, karena reaksi antara kalsium
hipokhlorit dengan organik cepat menghasilkan panas akan oksigen yang dapat
menimbulkan api. Pada waktu Ca (OC1)2 bercampur dengan air, panas akan
dilepaskan. Oleh karena itu bahkan kimia kering harus dibubuhkan dalam dosis
yang tepat ke dalam air, dan tidak membubuhkan air ke bahan kimia.
c. Natrium hipokhlorit, NaOC12
Natrium hipokhlorit, NaOC1, bentuknya cairan kuning terang, jernih dan
dengan konsentrasi khlor 5 – 15 %. Biasanya digunakan sebagai obat pemutih.
Larutan natrium hipokhlorit bersifat basa, dengan pH antara 9 – 11, tergantung
pada konsentrasi khlornya. Larutan ini sangat korosif, tetapi tidak mudah
terbakar. Apabila larutan disimpan terlalu lama seringkali kadar khlornya
berkurang antara 4 % per bulan pada temperatur kamar. Karena kekuatan
disinfeksi dari berbagai bentuk khlor sangat bervariasi, maka diperlukan
pengertian dari reaksi kimia yang terjadi.
Faktor - faktor yang mempengaruhi kecepatan dan kemampuan desinfektan
yaitu :
a. Keadaan microorganisme dilihat dari jenis, jumlah, umur, penyebaran
b. Desinfektan dilihat dari jenis dan konsentrasi desinfektan.
c. Waktu kontak
Klorin membutuhkan waktu untuk membunuh semua organisme. Pada air yang
bersuhu lebih tinggi atau sekitar 18 oC, klorin harus berada dalam air paling
tidak selama 30 menit. Jika air lebih dingin, waktu kontak harus ditingkatkan.
Karena itu biasanya klorin ditambahkan ke air segera setelah air dimasukkan ke
dalam tangki penyimpanan atau pipa penyalur agar zat kimia tersebut
mempunyai cukup waktu untuk bereaksi dengan air sebelum mencapai
konsumen.
d. Faktor lingkungan meliputi suhu, ph, kualitas air, pengolahan air
Efektivitas klorin juga dipengaruhi oleh pH (keasaman) air. Klorinasi tidak akan
efektif jika pH air lebih dari 7.2 atau kurang dari 6.8.

2. Proses Khlorinasi
Penambahan klorin dalam air akan memurnikannya dengan cara merusak
struktur sel organisme, sehingga kuman akan mati. Namun demikian proses
tersebut hanya akan berlangsung bila klorin mengalami kontak langsung dengan
organisme tersebut. Jika air mengandung lumpur, bakteri dapat bersembunyi di
dalamnya dan tidak dapat dicapai oleh klorin.
Khlor berasal dari gas khlor Cl2, Ca (OCI)2 (kaporit), atau larutan HOCl
(asam hipokhlorik), NaOCl tidak dianjurkan, Breakpoint khlorination
(khlorinasi titik retak) adalah jumlah khlor yang dibutuhkan untuk:
a. Mengoksidasi semua zat yang dapat dioksidasi. Termasuk amoniak dapat
dihilangkan sebagai ga N2.
b. Sisa khlor aktif terlarut untuk pembasmian kuman-kuman yang akan
masuk.
Daya bunuh HOCl lebih kuat daripada OCl- (40-80 kali lebih besar),
sehingga desinfeksi akan lebih efektif pada pH asam. Selama proses khlor
sendiri direduksi sampai menjadi khlorida (Cl-) yang tidak mempunyai daya
desinfeksi.
Zat amoniak (NH3) dalam air akan bereaksi dengan khlor atau asam
hypokhlorit dan membentuk monokhloramin atau trikhloramin tergantung dari
pH, perbandingan konsentrasi pereaksi dan suhu.
Bila pH larutan >=7 terbentuk monochromamin (reaksi 4) dan sekaligus
sedikit dikhloramin. Antara 4>= pH >= 6 dikhloramin terutama terbentuk reaksi
(5). Khloramin juga terbentuk sebagai hasil reaksi antara khlor dan salah satu
jenis amin organis (-NH2) seperti protein. Reaksi 4 berlangsung cepat
sedangkan reaksi-reaksi lainya agak lambat sehingga faktor waktu kontak
menjadi penting.
Semua khlor yang tersedia di dalam air sebagai khloramin disebut
“Khlor Tersedia Terikat “ sedangkan kita telah ketahui (Cl2) + (OCl-) + (HOCI)
disebut “Khlor Tesedia bebas” dan “Khlor Tersedia Bebasa + Khlor tersedia
Terikat” = JUMLAH KHLOR TERSEDIA = Khlor aktif dalam larutan. Khlor
tersedia terikat juga mempunyai daya desinfeksi, walaupun tidak seefesien khlor
tersedia bebas.

3. Reaksi Khlor Dalam Air


Zat chlor dimasukkan ke dalam air akan terjadi reaksi hidrolita dan
ioniasasi. Dari hidrolisa. Zat chlor akan menghasilkan asam hipoklorit (HOCl)
dan dari reaksi ioniasasi akan terbentuk lon hipoklorit (OCl-). Kaporit akan
bereaksi sama seperti Cl2 yang di larutkan dalam air.
Hasil reaksi lonisasi merupakan sisa Chlor bebas yang akan
mendesinfeksi organisme yang ada dalam air begitu pula dalam tempo 20 detik
bereaksi pula dengan bahan-bahan organik seperti omoniak sulfida, besi maupun
dan nitrik. Yang membentuk ikatan baru yang berupa chloramin. Dan sampai 25
menit akan bereaksi lagi dengan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air
seperti phenol, asam amino dan protein yang akan membentuk ikatan baru
berupa chloramine kompleks

4. Chlorine diffuser
Metode cholrin difuser telah digunakan petugas Puskesmas dalam
mncegah maupun menanggulangi pencemar bakteri dengan indikator E. Coli
baik Coli Tinja atau Coliform. Alat cholin difuser menggunakan bahan pipa pvc
½ - ¾ inch. Dengan ukuran bahan pengisi klorin/kaporit Ca(OCl)2 dengan pasir
pengisi antara 1 : 4 sampai 1 : 8. ukuran 1 : 4 digunakan untuk mengurangi
cemaran akibat bakteri Coli dengan jumlah cukup tinggi. Dan ukuran 1 : 6
sampai 1 : 8 digunakan untuk menjaga cemaran bakteri atau proses pemulihan
air dari cemaran bakteri Coli.
a. Bahan-bahan
1) Pipa PVC 2 “, panjang 50 cm
2) Pipa PVC 1 ¼ “, panjang 35 cm
3) Dop PVC 2” dan  1 ¼ “ masing-masing 2 buah
4) Pasir kasar yang bersih dan kering 6 gelas
5) Paku reng bamboo / jeruji sepeda
6) Tali plastic
7) Kaporit ½ gelas

b. Cara Perakitan
1) Lubangi pipa PVC yang besar dan yang kecil masing-masing sebanyak 5
buah lubang dengan menggunakan paku reng bamboo atau jeruji sepeda.
Pemberian lubang ini merata dari atas ke bawah pada seluruh sisi pipa.
2) Lubangi pula semua dop PVC masing-masing 1 buah lubang.
3) Siapkan tali plastic panjang 30 cm, buatlah lubang pada jarak 5 cm pada
kedua sisi pipa yang besar. Selanjutnya masukkan ujung tali plastic untuk
dibuat simpul mati dan tutup pula dengan dop.
4) Buatlah campuran 1 gel;as pasir dan ½ gelas kaporit.
5) Masukkan campuran ini pada pipa yang kecil dan tutup dengan dop pada
kedua sisinya.
Isi pipa besar dengan pasir kasar sebanyak 1 gelas
6) Masukkan pipa kecil  yang berisi campuran pasir dan kaporit ke dalam
pipa besar.
Isilah kembali pipa yang besar dengan pasir hingga penuh sambil
diketok-ketok agar terjadi pemampatan.
7) Tutuplah ujung pipa yang lain dengan dop PVC dan alat siap untuk
digunakan.

5. Pengukuran residu klorin


Klorin merupakan zat kimia yang relatif murah dan siap digunakan;
begitu dilarutkan dalam air dengan jumlah yang cukup akan merusak sebagian
besar kuman penyebab penyakit tanpa membahayakan manusia. Namun
demikian saat organisme telah rusak, klorin juga akan habis. Jika klorin yang
ditambahkan cukup, setelah semua organisme rusak akan terdapat sisa klorin
dalam air yang disebut sebagai klorin bebas (gambar 1). Klorin bebas akan
tetap berada dalam air sampai hilang di dunia luar atau terpakai untuk
membunuh kontaminasi baru.
Karena itu jika kita memeriksa air dan menemukan masih terdapat klorin
bebas yang tersisa, hal itu merupakan bukti bahwa sebagai besar organisme
dalam air yang berbahaya telah disingkirkan dan air aman diminum.
Pengukuran tersebut dinamakan residu klorin.
Pengukuran residu klorin dalam air merupakan metode yang sederhana
namun penting untuk memeriksa apakah air yang dikirimkan telah aman untuk
diminum.

Penambahan klorin Air membutuhkan 2,0 mg/l klorin


untuk merusak semua kuman
1,5 mg/l Air tidak terdisinfeksi
2,0 mg/l Semua organism rusak namun tidak
tersisa klorin untuk selanjutnya
2,5 mg/l Semua organism rusak namun tersisa
0,5 mg/l residu klorin

Penggunaan klorin yang tersering untuk disinfeksi adalah pada pipa


penyediaan air. Klorinasi suplai air secara berkala sulit dilakukan dan biasanya
disinfeksi dilakukan setelah perbaikan dan pemeliharaan. Residu klorin biasanya
diperiksa pada saat berikut:
a. Segera setelah klorin ditambahkan dalam air, untuk menilai apakan proses
klorinasi bekerja;
b. Pada saluran keluar air ke konsumen yang paling dekat dengan titik
klorinasi, untuk memeriksa apakah tingkat residu klorin berada dalam batas
yang dapat diterima (0.2-0.5 mg/l); dan
c. Pada titik terjauh dari jaringan dimana kemungkinan tingkat residu klorin
paling rendah. Jika ditemukan kadar klorin kurang dari 0.2 mg/l mungkin
perlu dilakukan penambahan klorin pada daerah pertengahan jaringan.
Jumlah residu klorin berubah sepanjang siang dan malam. Jika dianggap
pipa jaringan selalu berada di bawah tekanan sepanjang hari (kotak 2), pada
siang hari akan cenderung lebih banyak residu klorin daripada malam hari. Hal
ini karena air akan berada dalam sistem lebih lama pada malam hari (kebutuhan
menurun) sehingga terdapat banyak kesempatan bagi air untuk terkontaminasi
yang akan menghabiskan residu klorin.
Residu klorin harus diperiksa secara berkala. Jika sistem masih baru atau
sedang dalam perbaikan, periksa setiap hari hingga anda yakin bahwa proses
klorinasi telah berlangsung secara tepat. Setelah itu periksa seminggu sekali.
Pemeriksaan yang tersering adalah uji indikator dpd (dietil parafenilen
diamin) dengan menggunakan komparator. Pemeriksaan ini merupakan metoda
yang paling cepat dan sederhana untuk memeriksa residu klorin. Dengan
pemeriksaan ini, reagen dalam bentuk tablet ditambahkan pada sampel air
hingga air berwarna merah. Kepekatan warna kemudian dibandingkan terhadap
warna standar pada grafik untuk menentukan konsentrasi klorin. Semakin pekat
warna, semakin tinggi konsentrasi klorin dalam air.

6. Penentuan Daya Sergap Khlor


a. Peralatan
1) Botol coklat gelap volume 1 liter
2) Komparator dengan slide CI2
3) Pipet chlor
b. Bahan
1) Larutan kaporit 0,2% (2 gr/l)
2) Indikar Ortholidin
c. Cara Kerja
1) Siapkan botol coklat (gelap) volume 1 liter
2) Isi botol dengan sampel air yang akan diperiksa daya sergap chlornya
tepat 1 liter
3) Tambahkan larutan kaporit (0,2%) 1 – 4 ml
4) Campur sampai rata
5) Segera diambil secukupnya untuk diperiksa sisa khlornya (sisa khlor
segera)
6) 10 menit kemudian diperiksa lagi khlornya
7) Tiap 10 menit diperiksa lagi sampai diperoleh sisa khlor tetap
7. Bahaya Khlorin dalam Tubuh
Sebenarnya proses khlorinasi tersebut sangat efektif untuk
menghilangkan kuman penyakit terutama bila kita menggunakan air ledeng.
Tetapi dibalik kefektifannya itu klorin juga bisa berbahaya bagi kesehatan kita.
Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang mengandung
klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung kemih,
dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan
melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang,
berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami
keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang
ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati
Khlorin masuk ke tubuh lewat air minum dan lewat udara. Cara paling
utama khlorin masuk ke dalam tubuh adalah melalui air yang kita minum.
Umumnya resiko yang lebih “sering” meminumnya adalah orang-orang yang
memakai air ledeng sebagai bahan air minumnya. Edangkan lewat udara ketika
mandi menggunakan ”shower” air panas/hangat, uap air yang masih
mengandung khlorin dapat terhirup dan masuk ke dalam tubuh kita. Selain itu
walaupun sedikit, bagi sebagian orang klorin juga bisa masuk melalui kulit
ketika sedang mandi menggunakan air yang mengandung klorin.
Cara mengurangi kadar klorin dalam air dengan menggunakan
Granulated activated carbon (GAC) atau butiran karbon aktif sebagai filter air
dapat mengurangi kadar klorin dalam air yang akan kita pakai. Filter air dari
arang ini efektif untuk mengurangi rasa dan bau dari air. Anda juga dapat
sekalian membuat saringan air sederhana yang menggunakan arang sebagai
salah satu bahan untuk saringan atau anda dapat juga menggunakan salah satu
dari berbagai teknik penyaringan air sederhana untuk mendapatkan air minum.
Tetapi cara terbaik adalah tidak menggunakan klorin untuk disinfeksi air minum
dan sebagai gantinya dapat digunakan cara sederhana untuk melakukan
disinfeksi pada air minum.
Cara mencegah klorin masuk ke dalam tubuh adalah dengan
menggunakan air sehemat dan seoptimal mungkin untuk mandi (baik shower
ataupun berendam), mencuci ataupun memasak dan sebaiknya air yang
digunakan adalah air dingin. Lalu bukalah jendela atau ventilasi agar udara yang
mengandung klorin dapat keluar dan digantikan dengan udara yang bebas
klorin. Sedangkan untuk mengatasi bila anda menaruh klorin pada bak atau
sumur sumber air anda, kuraslah bak dan sumur anda.

D. Kesimpulan
1. Chlorinasi adalah suatu cara mendesinfeksi air atau membunuh kuman di dalam
air dengan mempergunakan senyawa khlor.
2. Khlor berasal dari gas khlor Cl2, Ca (OCI)2 (kaporit), atau larutan HOCl (asam
hipokhlorik), NaOCl tidak dianjurkan
3. Proses klorinasi dipengaruhi factor pH, suhu dan waktu kontak.
4. Reaksi khlor dalam air adalah reaksi hidrolita dan ioniasasi. Dari hidrolisa. Zat
chlor akan menghasilkan asam hipoklorit (HOCl) dan dari reaksi ioniasasi akan
terbentuk lon hipoklorit (OCl-). Kaporit akan bereaksi sama seperti Cl 2 yang di
larutkan dalam air.
5. Pengukuran residu khlorin bertujuan untuk memeriksa air dan menemukan
masih terdapat klorin bebas yang tersisa, hal itu merupakan bukti bahwa sebagai
besar organisme dalam air yang berbahaya telah disingkirkan dan air aman
diminum.
6. Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang mengandung klorin
memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung kemih, dubur
ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan
melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang,
berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami
keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang
ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati
E. Saran
1. Gunakan khlor sesuai takaran supaya sisa chlor tidak melebihi ketentuan atau
standart.
2. Memperhatikan proses khlorinasi supaya hasil khlorinasi maksimal.
3. Perhatikan efek chlor bagi kesehatan

F. Daftar pustaka

http://ehsablog.com/pengolahan-air-dengan-sistem-chlorinasi.html
(Pengolahan Air Dengan Sistem Chlorinasi)

http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/klor/ (judul khlor)

http://kesehatan.jogjakota.go.id/?exec=viewbinkes&id=3 (Chlorine diffuser)

http://www.who.or.id/ind/contents/aceh/wsh/(Pengukuran Residu Klorin)

http://filterpenyaringair.com/(bahaya-klorin-pada-air-minum/)

http://health.detik.com/read/2011/03/21/161159/1597611/763/
(penggunaan-kaporit-untuk-memutihkan-air-bisa-picu-kanker)

You might also like