Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kerja. Bising yang sangat keras (di atas 85 dB untuk daerah pabrik,
atau di dekat sumber bunyi, baik dari hari ke hari atau seumur hidup
(Azwar, 1990).
1
Masa kerja seseorang bekerja dapat mempengaruhi kinerja baik
kerja maka akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja (Tulus, 1992).
demi bulan, tahun demi tahun maka suatu saat akan melewati batas
sekitar 5-6 juta orang yang terancam menderita tuli akibat bising.
0,03% dari seluruh populasi. Dan sekitar 75 – 140 juta (50%) berada di
2
Kita yakini bahwa belum ada satu perusahaan atau industri pun
2003).
3
pasal 9, 12 dan 14, yang mengatur penyediaan dan penggunaan Alat
adalah Alat Pelindung Telinga (APT) yang terdiri dari berbagai macam
(Budiono, 2003)
kesukarannya terletak pada tenaga kerja itu sendiri dan hal ini
(Sasongko, 2000).
4
berkembangnya pengetahuan dan ketrampilan tenaga kerja yang
stainles yang tidak ada karena tidak terkaper oleh pemerintah apalagi
pada daerah Samarinda yang industri seperti ini telah banyak berdiri
sektor formal saja tetapi pada sektor informal tidak diabaikan padahal
informal. Sebagai contoh pada bengkel las CV.FM Steel yang berada
pada tanggal 18 April 1986, dan CV. Yogasa Steel yang berada di
jalan Rajawali yang bergerak dalam bidang yang sama dan berdiri
dari hari senin sampai sabtu dari pukul 08.00 – 17.00 Wita dan waktu
5
pengamplasan, cat utama, cat melamin (finishing). Dan alat – alat yang
sumber bunyi berasal dari suara mesin gurinda potong dengan jenis
kebisingan kontinue yang mesin hidup dan ada sesekali berhenti pada
waktu tertentu, Dan CV. Yogasa 90 dbA berasal dari mesin Gangset
bengkel tersebut rata-rata >5 tahun. Dengan nilai intensitas bising 116
Steel tersebut.
6
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Yogasa Steel.
Yogasa Steel.
7
C. Manfaat Penelitian
2. Untuk Peneliti
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebisingan
1. Pengertian Kebisingan
2002).
9
beraneka frekuensi. Nada dari kebisingan ditentukan oleh
berikut:
manusia.
10
dengan frekuensi yang tinggi bunyi mempunyai daya tembus
2. Jenis Kebisingan
dan lain-lain.
sumber, yaitu:
11
b. Sumber garis berasal dari sumber bergerak dan penyebaran
a. Gangguan komunikasi
(Suma’mur, 1996).
b. Gangguan Tidur
12
c. Gangguan Psikologis
(Sasongko, 2000).
f. Gangguan Kesehatan
g. Gangguan Fisiologi
13
yaitu diproduksinya hormon adrenalin, dapat meningkatkan
kebisingan kontinu.
(simple work).
5) Sikap individu.
14
2) Mengganggu komunikasi/percakapan antar pekerja,
3) Mengurangi konsentrasi
maupun permanen.
(Budiono, 2003).
4. Pengukuran Kebisingan
a. Persiapan alat
b. Pengukuran
15
4) Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2
a. Medis
16
2) Penelitian yang dilakukan di dalam dan di luar negeri
kebisingan.
b. Teknis
sangat besar.
dBA.
dBA
17
1,88 109
0,94 112
28,12 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
Waktu pemajanan perhari Intensitas kebisingan dalam dB (A)
0,22 136
0,11 139
Tidak boleh 140
Sumber : Ramdan, 2007
dampak bising.
(Sasongko, 2000).
kebisingan pada lintasan yaitu out door noise control dan indoor
noise control.
18
Pengendalian kebisingan di luar sumber suara adalah
(Sasongko, 2000).
19
b) Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap
suara.
bising.
20
memasuki ruang berbising tinggi, dalam waktu yang telah
21
akhir masa kerja. Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan
1. Riwayat penyakit,
b) Pemeriksaan Berkala
c) Pemeriksaan Khusus
1. Riwayat penyakit,
22
masing telinga terpisah terhadap beberapa frekuensi
(250, 500, 1000, 2000, 3000, 4000, 6000 dan 8000 Hz)
jam.
23
Prinsip pencegahan ketulian dari proses bising adalah
dengan:
cairan pelumas.
tempat kerja.
(Gabriel, 1995)
saat pertama kali melakukan pekerjaan hingga habis waktu untuk dia
pada siang hari dan/atau malam hari (UU No: 25 tahun 1997 Tentang
Ketenaga Kerjaan).
24
berada atau langsung. Skala waktu merupakan interval antara dua
macam satuan yaitu meliputi satuan detik, menit, jam, hari, bulan,
pengukuran yang mendasar, selain juga berat masa dari suatu benda.
tingkat kebisingan 95 dbA adalah 7%, 17% dan 24%. (Suyono, 1995).
C. Penggunaan APT
25
khususnya pasal 9, 13, dan 14, mengatur tentang penyediaan dan
kerasnya bising yang melalui hantaran udara sampai 40 dB, tetapi pada
umumnya tidak lebih dari 30 dB. Pemakaian Alat Pelindung telinga ini
Hal ini tergantung pada jenis produksi, jenis teknologi yang digunakan,
bahan produksi dan proses produksi. Alat pelindung diri yang telah
26
2. Berbobot ringan
7. Pemeliharan mudah
10. Rasa “tidak nyaman” tidak berlebihan (rasa tidak nyaman tidak
toleransi)
Biasanya ear muff atau ear plug ini terbuat dari bahan yang
minimum.
1. Ear Muff
27
Ear muff adalah domes atau kubah plastik yang
dan alat ini lebih efektif dari sumbat telinga, karena dapat
cup yang menutupi daun telinga. Agar tertutup rapat, pada tepi
(Budiono, 2003).
a. Keuntungannya :
terinfeksi
28
6) Baik untuk dipakai secara insidentil (misalnya untuk
kebisingan).
b. Kekurangannya:
orang tertentu
secara memadai
2. Ear Plug
29
tergantung pada kemampuan membuat kontak sepanjang
a. Pre-molded
1) Pre-molded (sized)
2) Pre-molded (universal)
yang panas
30
6. Mudah dibersihkan.
b) Kekurangannya:
Penutup yang terbuat dari karet ini dijepit oleh pita pegas
kepala.
31
plug tidak mengganggu apabila digunakan bersama-sama
3) Cara pemakaian
4) Cara pemeliharaan
(Sasongko, 2000).
D. Gangguan Pendengaran
dengar yang akhirnya dapat menjadi tuli menetap yang tidak dapat
32
berbentuk telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang mampu
(Sasongko, 2000).
33
pendengaran yang dapat dikaitkan dengan bising saja (setelah
kepala ringan, pusing dan terasa capai. Pada tahap selanjutnya, yakni
sekali. Pada tahap ini sering pula disertai tinnitus yang terus menerus,
(Budiono, 2003).
34
yang ditimbulkan akibat pemaparan terus manerus tersebut dapat
sementara
pada pengujian konduksi udara dan konduksi tulang. Pola lain tuli
kloramfenikol.
35
ditemukan adalah tuli yang disebabkan oleh fibrosis telinga tengah
1995).
c. Jenis kebisingan
d. Masa kerja
36
a. Pendengaran normal, bila tidak terdapat kesukaran
simetris
37
pendengaran memburuk dan meluas ke rentang frekuensi yang
mendekati tuli.
1. Mekanisme Pendengaran
(Pearce, 2002).
enak atau tidak enak, hingar bingar atau musikal. Istilah-istilah ini
38
digunakan dalam artinya yang seluas-luasnya. Gelombang suara
suara yang lebih kuat dan dapat dibedakan dalam dua tahap
berhenti.
39
d. Pergeseran ambang suara yang menetap (permanent
40
rangsangan terus menerus, terjadi kerusakan permanen, sel
menetap.
2004).
a. Penggunaan Obat-Obatan
41
tinggi akan berkurang dan tidak disadari. Gejala dini berupa tinitus
b. Umur
Orang yang berumur lebih dari 40 tahun akan lebih mudah tuli
c. Penyakit
1) Otitis Media
42
Yaitu suatu peradangan telinga tengah yang terjadi akibat
permanen.
2) Tinnitus
2000).
3) Hipertensi
43
Para penderita penyakit darah tinggi, dimana sel-sel
pendengaran mati.
4) Influenza
d. Masa Kerja
1995).
e. Jenis Kebisingan
44
pendengar. Kerusakan dapat terjadi pada gendang pendengar atau
(Sasongko, 2000).
pelindung telinga tipe Ear Muff kurang efektif dipakai untuk orang
3. Pemeriksaan Pendengaran
45
Pemeriksaan pendengaran dapat dilakukan dengan berbagai
Praktikum laboratorium:2004).
kebisingan.
b. Persyaratan Pemeriksaan
46
3) Alat audiometer yang digunakan terjamin reabilitas
pengukurannya.
c. Teknik Pemeriksaan
frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, 6000
telinga kiri.
47
1000 Hz dan 2000 Hz dirata-rata (Pedoman Praktikum
d. Analisis Hasil
E. KERANGKA TEORI
Faktor Lingkungan
(Eksternal) Gangguan Fungsi
- Ketersediaan APT Pendengaran
- Lama paparan
48
Sumber: Suma’mur (1996), Darmanto (1995), dan Corwin (2001)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A . Jenis Penelitian
2005).
1. Waktu Penelitian
49
pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penulisan
2. Tempat Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
berjumlah 55 orang.
D. Kerangka Konsep
sebagai berikut :
INDEPENDEN DEPENDEN
50
Gangguan fungsi
Penggunaan
Masa kerjaAPT pendengaran
Kebisingan
Variabel pengganggu:
• Umur
• Kondisi kesehatan
• Riwayat penyakit
• Penggunaan obat-
obatan
E. Hipotesis Penelitian
F. Variabel Penelitian
51
2. Variabel bebas (independent variable) : Kebisingan, Masa Kerja,
G. Definisi Operasional
Skala data
Definisi Cara ukur dan
Variabel dan hasil
Operasional kriteria objektif
ukur
Gangguan Gangguan fungsi Audiometri Ordinal
fungsi pendengaran 1. Normal jika
pendengaran pekerja diketahui ≤ 25 dB
dengan melakukan 2.Tidak Normal
pengukuran fungsi jika >25 dB
pendengaran tenaga
kerjanya.
Kebisingan Kebisingan dapat Sound Level Ordinal
diketahui dengan Meter
melakukan ≤ 85 dbA =
pengukuran tidak bising
kebisingan >85 dbA =
lingkungan fisik Bising
ditempat bekerja.
52
Masa Kerja Masa kerja pekerja Kuisioner Ordinal
dihitung mulai dari
pertama kali bekerja ≤ 5 tahun tidak
di FM Steel hingga beresiko
penelitian ini selesai mengalami
diakukan. gangguan
fungsi
pendengaran
>5 tahun
beresiko
mengalami
gangguan
fungsi
pendengaran
1. Data Primer
pendengaran pekerja.
2. Data Sekunder
53
I. Analisis data
1. Analisis Univariat
Yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil setiap
variabel.
2. Analisis Bivariat
(tidak terkait satu sama lain). Uji yang digunakan dalam penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
timur. Industri ini berdiri pada tanggal 18 April 1986. Yang bergerak
berproduksi dari hari senin sampai dengan hari sabtu dari pukul
54
08.00 – 17.00 Wita dan waktu istirahat selama kurang lebih 1 jam
halus, cat dasar anti karat, pengamplasan, cat utama, cat melamin
dengan hari sabtu dari pukul 08.00 – 17.00 Wita dan waktu istirahat
halus, cat dasar anti karat, pengamplasan, cat utama, cat melamin
55
(finihing). Alat – alat yang digunakan dalam bekerja berupa
Tabel 4.1
Jumlah Responden Berdasarkan Lokasi Perusahaan
2. Karakteristik Responden
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di
CV. FM Steel dan CV. Yogasa Steel Samarinda Tahun 2010
56
(Tahun) n % n %
1 17-23 8 22,8 9 45
2 24-30 22 62,8 7 35
3 31-37 4 4 3 15
4 38-44 0 0 1 5
5 45-49 1 2,9 0 0
Jumlah 35 100 20 100
Sumber : Data primer
CV. FM Steel memiliki usia 17-23 tahun sebanyak 22,8%, usia 24-
45%, usia 24-30 tahun sebanyak 35%, usia 31-37 tahun sebanyak
15%, usia 38-44 tahun sebanyak 1%, dan usia 45-49 tahun
sebanyak 0%.
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Pendidikan di
CV. FM Steel dan CV. Yogasa Steel Samarinda Tahun 2010
FM Steel Yogasa
No Pendidikan
n % n %
1 tamat SD 1 2,9 1 5
2 tamat SLTP 15 42,8 8 40
57
3 tamat SLTA 19 54,3 11 55
Perguruan
4 0 0 0 0
Tinggi
Jumlah 35 100 20 100
Sumber : Data primer
ada.
3. Analisis Univariat
a. Kebisingan
58
menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan
manusia.
berikut :
Tabel 4.4
Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Dengan Menggunakan
Sound Level Meter di CV. FM Steel dan CV. Yogasa Steel Samarinda
FM. Steel Yogasa
Titik
No 09.00 13.00 16.00 dBA Ket 09.00 13.00 16.00 dBA Ket
pengukuran
Wita Wita Wita Wita Wita Wita
pojok kanan 88 90 82 86 90 98 97 95
1 B B
atas dBA dBA dBA dBA dBA dBA dBA dBA
pojok kanan 89 92 86 89 89 90 89 89
2 B B
bawah dBA dBA dBA dBA dBA dBA dBA dBA
pojok kiri 86 91 89 88 90 90 92 90
3 B B
atas dBA dBA dBA dBA dBA dBA dBA dBA
pojok kiri 87 82 85 84 92 92 90 91
4 TB B
bawah dBA dBA dBA dBA dBA dBA dBA dBA
90 91 89 90 116 109 97 107
5 tengah B B
dBA dBA dBA dBA dBA dBA dBA dBA
Ket : B = Bising,
TB = Tidak Bising
yang tidak normal atau diatas Nilai Ambang Batas (NAB) yang
bawah, pojok kiri atas dan tengah dengan nilai intensitas bising
59
pojok kiri bawah yang nilai intensitas kebisingannya tidak
Tabel 4.5
Hasil Pendapat RespondenTentang Kebisingan Dengan
Menggunakan Quisioner di CV. FM Steel dan CV. Yogasa Steel
Samarinda
60
ya 32 97,4 4 20
6 Sulit berkonsentrasi
tidak 3 8,6 16 80
Lama bekerja dalam hitungan ≤ 8 jam 5 14,3 6 30
7 jam
>8jam 30 85,7 14 70
ya 33 94,3 20 100
8 Waktu istirahat di tempat kerja
tidak 2 5,7 0 0
ya 34 97,1 20 100
9 Hari libur di tempat kerja
tidak 1 2,9 0 0
Anggapan kebisingan ya 34 97,1 14 70
10 berbahaya
tidak 1 2,9 6 30
Sumber : Data primer
Steel berada pada tempat yang bising pada saat bekerja, dekat
tempat bekerja sebesar 100% pada CV. FM Steel dan 95% pada
sebesar 97,1 % pada CV. FM Steel dan 95% pada CV. Yogasa
100% pada CV. FM Steel dan 30% pada CV. Yogasa Steel
FM Steel dan 20% pada CV. Yogasa Steel mengatakan ya, lama
dan 70% bekerja >8jam sehari pada CV. Yogasa Steel, waktu
istirahat bekerja 94,3% pada CV. FM Steel dan 100% pada CV.
sebesar 97,1% pada CV. FM Steel dan 100% pada CV. Yogasa
61
sebesar 97,1% pada CV. FM Steel dan 70% pada CV. Yogasa
b. Masa kerja
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Masa Kerja Responden pada CV. FM Steel dan CV.
Yogasa Steel Samarinda Tahun 2010
FM Steel Yogasa
No Masa Kerja
n % n %
1 1 - 3 tahun 5 14,3 11 55
2 4 - 6 tahun 16 45,7 6 30
3 7 - 10 tahun 10 28,6 3 15
4 11 - 13 tahun 2 5,7 0 0
5 14 - 15 tahun 2 5,7 0 0
Jumlah 35 100 20 100
Sumber : Data primer
62
mempunyai masa kerja selama 4 – 6 tahun terbanyak dan
c. Penggunaan APT
hasil yang didapatkan dari CV. FM Steel dan CV. Yogasa Steel :
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Penggunaan APT Responden pada CV. FM Steel
dan CV. Yogasa Steel Samarinda Tahun 2010
FM Steel Yogasa
No Penggunaan APT
n % n %
1 menggunakan 6 17,4 1 5
2 tidak menggunakan 29 82,86 19 95
Jumlah 35 100 20 100
Sumber : Data primer
63
Pelindung Telinga) pada saat bekerja, Sedangkan responden
Tabel 4.8
Hasil Quisioner Pengetahuan Penggunaan APT Responden pada CV.
FM Steel dan CV. Yogasa Steel Samarinda Tahun 2010
Steel dan 55% pada CV. Yogasa Steel mengenal atau tau apa
sebesar 57,1% pada CV. FM Steel dan 55% pada CV. Yogasa
64
APT di tempat kerja sebesar 100% pada CV. FM Steel dan CV.
bekerja.
65
Gangguan fungsi pendengaran adalah penurunan daya
Tabel 4.9
Hasil Pengukuran Audiometri dengan menggunakan alat Audiometer
di CV. FM Steel dan CV. Yogasa Steel Samarinda
FM Steel Yogasa Ke
No Audiometri Ket
n % n % t
1 10 - 15 dBA 2 5,7 N 2 10 N
2 16 - 20 dBA 21 60 N 4 20 N
3 21 - 25 dBA 5 14,3 N 6 30 N
4 26 - 30 dBA 6 17,1 G 6 30 G
5 31 - 36 dBA 1 2,9 G 2 10 G
Jumlah 35 100 20 100
Ket: N= Normal
G= Gangguan
Sumber : Data primer
66
10 – 15 dBA, dan terbanyak 60% atau 21 orang dengan nilai 16
pendengaran.
Tabel 4.10
Hasil Pengamatan Audiometri dengan menggunakan Quisioner di
CV. FM Steel dan CV. Yogasa Steel Samarinda
67
Dari hasil pengamatan keluhan kemampuan pendengaran
74,3% pada CV. FM Steel dan 75% pada CV. Yogasa Steel
4. Analisis Bivariat
rata antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam hal ini adalah
68
a. Perbedaan kebisingan antara CV. FM Steel dan CV. Yogasa
Tabel 4.11
Hasil Distribusi Rata-rata Kebisingan Antara
CV. FM Steel dan CV. Yogasa Steel Samarinda
Tabel 4.12
Hasil Distribusi Rata-rata Masa Kerja pekerja Antara
69
CV. FM Steel dan CV. Yogasa Steel Samarinda
Tabel 4.13
Hasil Distribusi Rata-rata Penggunaan APT pekerja Antara
CV. FM Steel dan CV. Yogasa Steel Samarinda
70
Rata – rata penggunaan APT pekerja di CV. FM Steel
Steel.
B. Pembahasan
1. Kebisingan
71
kebisingan yang diperkenankan di Indonesia adalah 85 dB
(Suma’mur, 1996).
yaitu dari faktor alat mesin yang digunakan pada umumnya sama
72
listriknya berasal langsung dari PLN sehingga intensitas kebisingan
jalan raya yang sering dilalui kendaraan bermotor dan pada CV.
berlangsung.
secara menetap untuk waktu kerja selama lebih dari 8 jam sehari.
73
Hasil sebuah penelitian yang dilakukan oleh Eva Yulia Arini
2000).
74
ketajaman pendengaran tenaga kerja di unit weaving iii (loom iii)
dan weaving denim (loom v) PT. Apac Inti Corpora Bawen tahun
Weaving III (Loom III) dan Weaving Denim (Loom V), dengan
demikian Ha diterima.
masa kerja nya baru 1 tahun, yang dimana sekitar 70% pekerja
75
bekerja selama lebih dari 8 jam sehari sehingga memungkinkan
pekerjanya.
2. Masa Kerja
76
Timbulnya resiko kerusakan pendengaran di perusahaan
CV. Yogasa Steel didapatkan hasil rata – rata masa kerja pekerja di
FM. Steel lebih lama yaitu sekitar 24 tahun silam di banding dengan
77
CV. Yogasa Steel yang berdiri sekitar 12 tahun yang silam maka
berulang-ulang.
78
Hasil sebuah penelitian yang dilakukan oleh L. Sunu
CV. FM Steel dan CV. Yogasa Steel diperoleh hasil masa kerja
tahun adalah sebanyak 57% (20 orang) dari 43% (15 orang) atau
3. Penggunaan APT
79
sebelum masuk ke telinga bagian dalam. Semua tenaga kerja yang
80
Hasil diatas menunjukan bahwa penggunaan APT lebih
perusahaan tersebut.
yang disediakan sendiri oleh pekerjanya sendiri. Dan jika dilihat dari
bertanggung jawab.
81
gangguan pendengaran tipe sensorineural tenaga kerja unit
earplug.
(Sasongko, 2000).
82
Alat pelindung telinga berupa tutup telinga (earmuff) lebih
orang yang berkacamata dan bertopi keras, agak berat dan panas
APT (ear plug) Hasil uji statistik Kendall’s tau antara tingkat
plug).
83
responden tidak memerlukan APT saat bekerja karena mereka
dangkal.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
dan CV. Yogasa Steel Samarinda. Hal ini didukung oleh hasil uji
0,05)
85
2. Ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata masa kerja
dan CV. Yogasa Steel Samarinda. Hal ini didukung oleh hasil uji
0,05)
Steel dan CV. Yogasa Steel Samarinda. Hal ini didukung oleh hasil
uji independent t-test yang diperoleh nilai P= 0,046 (lebih kecil dari
α = 0,05)
B. Saran
diakibatkan dari faktor usia alat produksi yang semakin tua serta
86
meningkatkan pengetahuannya dan memberikan sangsi kepada
87
DAFTAR PUSTAKA
88
Balai Hiperkes. 2004. Buku Pedoman Praktikum Laboratorium K3.
Samarinda: Balai Hiperkes Kalimantan Timur.
89
Salim, Emil. 2002. Green Company. Jakarta: PT. Astra International Tbk.
Suyono, Joko. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC.
90