Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pada masa orde baru kata-kata pembangunan, merupakan kata-kata
yang sangat familiar di kalangan rakyat Indonesia pada masa itu, hingga
Presiden Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia dijuluki sebagai Bapak
Pembangunan. REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) I s.d VII
merupakan program pemerintah yang berkelanjutan dalam rangka
mempertahankan kekuasaan hingga 32 tahun yang berakhir pada tahun 1998,
yaitu tumbangnya orde baru digantikan dengan orde reformasi.
B. Ruang Lingkup.
Makalah ini berjudul Pembangunan Masyarakat Berpengetahuan
( Knowledge Society ), isinya membahas tentang:
1. Kerangka teori tentang pembangunan.
2. Kerangka teori tentang masyarakat berpengetahuan.
3. Kerangka konsep tentang pembangunan masyarakat berpengetahuan
C. Tujuan.
Penulisan makalah ini bertujuan sebagai:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
Pendidikan.
2. Memahami konsep tentang pembangunan masyarakat berpengetahuan.
3. Menjadi bagian dari pembangunan masyarakat berpengetahuan.
D. Manfaat.
Tantangan masyarakat abad 21 ini sangat kompetitif dalam segala
bidang,maka kita dituntut agar menjadi bagian dari pembangunan masyarakat
berpengetahuan, manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi Akademisi : memahami dan menjadi bagian dari pembangunan
masyarakat berpengetahuan.
2. Bagi Masyarakat : dapat memotivasi agar segera ambil bagian dalam
pembangunan masyarakat berpengetahuan dan dapat bersaing dengan bangsa
lain pada era globalisasi ini.
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
A. Kerangka Teori Pembangunan
Peningkatan kualitas sumber daya manusia, merupakan rangkaian upaya
untuk mewujudkan manusian seutuhnya, baik sebagai insan maupun sebagai
sumber daya pembangunan. Pembangunan manusia sebagai insan dan sumber
daya pembangunan, adalah menekankan harkat, martabat, hak dan kewajiban
manusia. Pembangunan manusia sebagai insan tidak terbatas pada kelompok
umur tertentu, tetapi berlangsung dalam seluruh kehidupan manusia.
Pengertian pembangunan sebagai suatu proses, akan terkait dengan
mekanisme sistem atau kinerja suatu sistem. Menurut Easton (dalam Miriam
Budiardjo, 1985), proses sistemik paling tidak terdiri atas tiga unsur: Pertama,
adanya input, yaitu bahan masukan konversi; Kedua, adanya proses konversi,
yaitu wahana untuk ”mengolah” bahan masukan; Ketiga, adanya output, yaitu
sebagai hasil dari proses konversi yang dilaksanakan. Proses sistemik dari suatu
sistem akan saling terkait dengan subsistem dan sistem-sistem lainnya termasuk
lingkungan internasional.
Proses pembangunan sebagai proses sistemik, pada akhirnya akan
menghasilkan keluaran (output) pembangunan, kualitas dari output
pembangunan tergantung pada bahan masukan (input), kualitas dari proses
pembangunan yang dilaksanakan, serta seberapa besar pengaruh lingkungan
dan faktor-faktor alam lainnya. Bahan masukan pembangunan, salah satunya
adalah sumber daya manusia, yang dalam bentuk konkritnya adalah manusia.
Manusia dalam proses pembangunan mengandung beberapa pengertian, yaitu
manusia sebagai pelaksana pembangunan, manusia sebagai perencana
pembangunan, dan manusia sebagai sasaran dari proses pembangunan.
Menurut Totok Mardikanto, pembangunan didefinisikan sebagai upaya
sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang
mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau
kesejahteraan seluruh warga masyarakat, terutama untuk jangka panjang.
Lionberger dan Gwin mendefinisikan pembangunan sebagai proses
pemecahan masalah, baik masalah yang dihadapi oleh setiap aparat dalam
setiap jenjang birokrasi pemerintah, di kalangan peneliti dan penyuluh, maupun
masalah-masalah yang dihadapi oleh warga masyarakat.
Definisi pertama lebih menekankan pada masyarakat selaku penerima
manfaat (beneficiaries) pembangunan. Sedangkan definisi kedua menyiratkan
bahwa pembangunan tidak hanya untuk masyarakat, melainkan diperuntukkan
pula bagi segenap stakeholder. Benang merah dari definisi pembangunan ialah
bahwa pembangunan bertujuan merubah “keadaan” (rehabilitasi dan
rekonstruksi—pen) masyarakat kearah yang lebih baik dengan cara pemecahan
masalah yang dihadapi. Maka dalam hal ini masyarakat penting untuk dilibatkan.
Bila tenaga kerja kita sudah menjadi knowledge worker, mereka bisa
bekerja di kantor-kantor dengan upah yang tinggi, menjadi perawat di rumah
sakit yang masih dibutuhkan di berbagai negara dengan bayaran yang tinggi.
Bila masyarakat kita sudah berpengetahuan, mereka tidak mudah dihasut, tidak
mudah dirayu dengan money politic. Mereka memilih para calon kepala daerah
dengan kesadaran akan akibat yang timbul bila mereka memilih orang yang
salah. Masyarakat yang berpengetahuan sudah memiliki informasi gejala-gejala
alam sebelum adanya bencana yang lebih dahsyat. Mereka sudah dapat
menjaga lingkungan dengan lebih baik, agar kesehatan mereka terjaga. Mereka
tidak tinggal diam bila pemerintahnya melakukan hal-hal yang merusak
lingkungan, dan pemerintahnya tidak bisa memaksakan kehendaknya secara
semena-mena.
Abdul Kadir & Terra CH. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Andi Offset.
Yogyakarta
Budi Sutejo Dharma, S.Kom. 2002. e-Educationn. Andi Offset. Yogyakarta.
Dedi Supriadi, Prof. DR, 2004. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Zamroni. DR. 2001. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Bigraf Publishing. Yogyakarta.
http://rifqiaufan.blogspot.com/2011/02/peran-tik-dalam-embangunan.html