Professional Documents
Culture Documents
1. Pendahuluan
2. Kemampuan dan daya serap peserta didik terhadap materi yang telah dibelajarkan;
dan
3. Informasi yang sangat berharga sebagai balikan (feedback) bagi guru dalam
memperbaiki kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Untuk dapat melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan benar, terlebih
dahulu guru harus memahami terminologi evaluasi, pengukuran, dan penilaian.
Pengukuran (measurement) adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan suatu
formula atau skala tertentu yang sesuai dan bersifat kuantitatif. Skala yang digunakan
dari suatu pengukuran adalah nominal, ordinal, interval, atau rasio.
Penilaian (grading) adalah suatu proses pengambilan keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh dari suatu pengukuran dan bersifat kualitatif
(Alderson, 1992). Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penilaian adalah
penafsiran skor dari suatu pengukuran untuk memutuskan sesuatu.
Sementara itu, evaluasi pembelajaran adalah kegiatan yang meliputi
pengukuran dan penilaian dalam suatu proses pendidikan yang melingkupi komponen
input, proses, maupun output pendidikan (Hughes, 1989; Alderson,1992). Evaluasi
dalam khasanah pendidikan di Indonesia menjadi identik dengan penilaian dan sering
disebut juga dengan asesmen (assessment) yang berarti pengambilan keputusan
berdasarkan pada suatu kegiatan pengukuran terlebih dahulu.
Keberhasilan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang diperoleh dari
suatu upaya guru dalam berusaha membelajarkan peserta didik, sedangkan peserta
didik berupaya menguasai kompetensi yang telah dibelajarkan. Upaya pendidik dan
peserta didik ini akan diketahui dari kondisi keberhasilan pembelajaran, sehingga
akan diperoleh informasi seberapa efektif dan efisien kegiatan pembelajaran telah
dilakukan bersama antara pendidik dengan peserta didik.
Kemampuan dan daya serap peserta didik merupakan suatu kondisi yang
dimiliki peserta didik dalam menguasai seperangkat materi atau seperangkat
kompetensi yang dengan sengaja dibelajarkan. Kondisi ini dapat diketahui dari
evaluasi terhadap upaya pembelajaran yang sedang atau telah dilakukan guru.
Evaluasi yang dianjurkan berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22/2006 tentang Standar Isi adalah penilaian otentik (authentic
asessment).
Dari suatu evaluasi pembelajaran akan diperoleh informasi yang sangat
berharga, sebagai balikan (feedback) atau backwash dari kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru. Dari data hasil penilaian akan diperoleh informasi bagian materi atau
kompetensi yang pada umumnya belum dikuasai oleh peserta didik. Dari data yang
ada juga dapat diketahui informasi tentang kehandalan metode, teknik atau media
yang digunakan dalam pembelajaran. Apabila data-data tersebut diberi makna oleh
guru maka akan dapat memperbaiki kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya.
Selain itu, informasi ini berarti pula bagi peserta didik dalam merespon kegiatan
pembelajaran yang dilakukan.
Namun, kondisi di atas seringkali dipandang bahwa dari suatu evaluasi
pembelajaran hanya akan memperoleh informasi tentang nilai. Dari itu, kemudian
peserta didik tercipta dalam suatu fenomena yang tidak akademis. Peserta didik akan
memandang bahwa nilai sebagai sesuatu yang sangat penting. Pada saat Ujian
Nasional pun akhirnya tercipta suatu fenomena yang mengerikan, terjalin kerjasama
yang kurang sehat antara guru dengan peserta didik agar nilai UN-nya lebih baik.
Ketakutan yang sangat “serius” ini terjadi karena evaluasi hanya dipandang dari satu
aspek, hanya nilai. Marilah kita ubah citra evaluasi pembelajaran hanya untuk nilai
dengan menerapkan inovasi dalam mengevaluasi kompetensi peserta didik.
Penilaian otentik adalah proses asesmen yang melibatkan beberapa bentuk
pengukuran kinerja yang mencerminkan belajar siswa, prestasi, motivasi, dan sikap
yang sesuai dengan materi pembelajaran (Suurtamm, 2004: 497-513). Penilaian
otentik mengukur kemampuan siswa secara akurat tentang kondisi seseorang yang
telah belajar, sehingga metode atau teknik evaluasi harus mampu memeriksa
perkembangan kemampuannya. Penilaian otentik harus dapat menyajikan tantangan
dunia nyata sehingga peserta didik dituntut menggunakan kompetensi dan
pengetahuan yang relevan.
Penilaian otentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas.
Penilaian ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada kompetensi yang
ditetapkan. Penilaian ini bersifat internal dan merupakan bagian dari pembelajaran.
Penilaian otentik juga sebagai bahan untuk peningkatan mutu hasil belajar. Penilaian
ini dilakukan dengan berorientasi pada kompetensi, mengacu pada patokan,
ketuntasan belajar, dan dilakukan melalui berbagai cara. Penilaian otentik dapat
dilakukan melalui penilaian kinerja (hasil karya), portofolio (kumpulan kerja siswa),
penugasan (projek), performansi (unjuk kerja), dan penilaian diri.
b. Soal-soal Melengkapi
1) Isian Singkat (mengisi dalam bentuk kata/frasa)
2) Isian Panjang (mengisi dalam bentuk pernyataan singkat/klausa)
3) Isian Klosur (merumpang bagian tertentu agar dilengkapi)
2.1.Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah kegiatan mengases kemampuan siswa dalam
mengumpulkan hasil kerja, pemikiran, minat, upaya, dan harapan siswa yang
berhubungan dengan standar kompetensi yang dikembangkan. Portofolio atau
kumpulan kerja siswa dapat membantu siswa dalam mengimplementasikan
pengetahuan dan pemahamannya dalam suatu kegiatan nyata. Kumpulan kerja ini
dapat mengingatkan siswa tentang perkembangan dirinya.
Penilaian portofolio sangat bermanfaat karena penilaian jenis ini
2) Pengorganisasian
Siswa mengorganisasikan berbagai hasil kerja mereka berdasarkan
pengelompokan standar kompetensi yang dikembangkan atau berdasarkan aspek-
aspek yang perlu dinilai atau diketahui dari siswa sebagai hasil kerja siswa.
Pengelompokan ini dapat membantu guru dalam menentukan penilaian terhadap
kinerja siswa.
3) Merefleksi
Siswa melakukan refleksi terhadap bahan-bahan yang telah dikoleksi,
dikumpulkan, dan dikelompokan. Siswa harus mempu menjawab manfaat dari
pengumpulan portofolio itu bagi pengembangan kompetensi dirinya. Siswa juga harus
dapat memberikan penilaian pada kualitas karya yang telah dikumpulkan, sehingga
mengetahui kekuatan dan kelemahan serta bagaimana seharusnya memperbaiki karya
tersebut.
4) Mempresentasikan
Siswa memajangkan atau menyajikan hasil kerjanya agar diketahui yang
lain. Pemajangan dilakukan di tempat-tempat yang sudah disediakan. Pemajangan
juga dapat dilakukan melalui display artefak, baik dalam bentuk folder dinamis
maupun dalam bentuk gabungan karya.
Sementara itu, aspek yang diases jika penilaian projek memfokuskan pada
bagian hasil akhir adalah
1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis
2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara
3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan
4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa
6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.
Prinsip adil dan objektif berarti bahwa asesmen yang dilakukan guru
harus berlaku secara umum, tidak ada pengecualian kedalaman materi yang diukur.
Objektif berarti bahwa proses dan hasil asesmen diolah secara objektif berdasarkan
suatu kriteria pengolahan skor. Hasil pengukuran biasanya berupa skor, sehingga
untuk menentukan nilai harus diolah dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP)
atau Penilaian Acuan Norma (PAN).