Professional Documents
Culture Documents
Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang suka dibohongi. Meskipun tidak
suka dibohongi, masih saja ada orang yang berbohong kepada orang lain; pada saat yang
sama, entahlah, apakah ia lupa bagaimana rasanya jika orang lain berbohong kepadanya.
Demikian pula dengan kita; bagaimana jika anak kita mempunyai kebiasaan baru, yakni
suka berbohong? Tentu kita sama sekali tidak menginginkan kalau anak kita suka
berbohong. Sebab, berbohong adalah perilaku buruk yang bisa merusak hubungan antara
manusia yang satu dengan yang lain. Lebih buruknya lagi, sekali berbohong biasanya
akan diikuti kebohongan-kebohongan berikutnya. Oleh karena itu, kita harus
menghindarkan diri dari berbohong sekaligus melindungi anak kita jangan sampai
mempunyai sifat suka beAnak yang suka berbohong biasanya disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut:
1. Meniru Orangtua
Orangtua yang suka berbohong, baik itu kepada orang lain maupun (bahkan)
kepada anak-anaknya sendiri, secara tidak langsung mengajari anaknya untuk berbohong
pula. Hal ini bisa terjadi karena anak akan meniru orangtuanya yang suka berbohong.
Meskipun sang orangtua telah memberikan pelajaran kepada anaknya tentang pentingnya
kejujuran dan melarangnya untuk berbohong, namun apabila orangtua tidak memberikan
contoh yang baik dan tetap saja suka berbohong, maka anaknya tetap akan meniru
orangtuanya.
1
2. Orangtua yang Tidak Kenal Kompromi
Siapa pun sesungguhnya tidak ingin hidup dalam tekanan, berhadapan dengan
orang yang berwatak kaku, dan tidak mau kompromi dengan orang lain. Demikian pula
dengan anak. Menghadapi orangtua yang seperti ini tidak jarang sang anak lebih memilih
untuk berbohong; apalagi-misalnya-ditanya oleh orangtua mengenai tugas-tugasnya.
Penulis pernah menjumpai ada orangtua yang marah-marah kepada anaknya yang
ternyata berbohong ketika ditanya apakah ada pekerjaan rumah (PR) dari sekolah atau
tidak; sang anak sering menjawab tidak ada PR. Padahal, sang anak diam-diam
mengerjakan PR-nya di sekolah-atau bahkan di rumah penulis-karena orangtua ketika
mendampingi anaknya belajar hanya memarahi anaknya bila sedikit saja tidak bisa
menjawab soal dengan benar.
Untuk mengatasi masalah ini, sudah tentu orangtua harus mengubah sikapnya
terhadap anak. Mengajarkan kebaikan atau menyampaikan nilai kepada anak tidak akan
membuahkan hasil yang dinginkan apabila dilakukan dengan cara yang keras, kaku,
disiplin yang berlebihan, dan tidak mengenal kompromi. Hal ini justru memuculkan rasa
ketakutan pada diri sang anak. Anak yang takut kepada orangtua akhirnya malah suka
berbohong agar tidak mendapatkan kemarahan dari orangtuanya.
2
Pada masa kanak-kanak memang suka berimajinasi. Hal ini karena daya imajinasi
kanak-kanak sedang berkembang dengan baik. Pada saat seperti ini, ada di antara anak-
anak yang belum bisa membedakan mana yang hanya imajinasi dan mana yang sesuai
dengan kenyataan. Ketika seorang anak belum bisa membedakan dua hal ini, ia suka
menceritakan segala hal yang berasal dari imajinasinya seakan benar-benar merupakan
kenyataan.
Menghadapi kenyataan seperti ini, orangtua tidak perlu memarahi anaknya karena
dianggap telah berbohong. Bagaimanapun, kemampuan berimajinasi seorang anak bukan
merupakan kesalahan. Justru kemampuan ini sangat bermanfaat dalam kekayaan
kecerdasannya. Orangtua hanya perlu memberikan nasihat kepada anaknya untuk
membedakan antara imajinasi dan kenyataan.
Tidak hanya pada anak-anak, di antara orang yang sudah dewasa, tak sedikit yang
melakukan berbohong hanya untuk menutupi kekurangannya. Pada saat seseorang
mempunyai kekurangan di bidang ekonomi, misalnya, ia lantas berbohong kepada
tetangganya bahwa baru saja telah membantu keluarganya di luar daerah dengan
menransfer uang melalui bank ini dan itu. Demikian pula dengan anak-anak, pada saat
menutupi rasa penakutnya terhadap kegelapan, ia bercerita kepada teman-temannya
bahwa ia pernah melihat hantu di suatu malam yang gelap.
3
Untuk mengatasi masalah ini, orangtua memang harus menyediakan diri untuk
sering berdialog dengan anaknya. Pada saat anak berbohong karena menutupi
kekurangannya, orangtua perlu memberikan penjelasan tentang pentingnya kejujuran;
orangtua juga perlu menyampaikan bahwa kekurangannya tidak bisa selamanya ditutupi
dengan kebohongan.