Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
2. Apa fungsi dan tujuan adanya wawasan HAM di Pendidikan Agama Islam ?
PEMBAHASAN
Pendidikan atau dalam bahasa Arab tarbiyah dari sudut pandang etimologi
(ilmu akar kata) berasal dari 3 kelompok kata, pertama, raba, yarbu yang berarti
bertambah dan bertumbuh. Kedua, rabiya, yarba yang berarti menjadi besar. Dan
ketiga, rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntut
menjaga, dan memelihara.1
Adapun Hak asasi manusia menurut definisinya adalah hak moral yang
universal, sesuatu yang harus dimiliki semua manusia, dimanapun dan dalam
waktu apapun, dan merupakan sesuatu dimana seseorang tidak dapat dicabut
haknya tanpa adanya penghinaan yang berarti terhadap keadilan, sesuatu yang
harus diberikan kepada setiap manusia, hanya karena dia manusia.3 Hak secara
definitif merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku,
melindungi kebebasan kekbalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia
dalam menjaga harkat dan martabatnya.4
1
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, Cet. IV, 2000), H. 25
2
Nurcholish Madjid, Pendidikan Agama dan Akhlak, bagi Anak dan Remaja, (Jakarta : Logos
Wacana Ilmu, Cet. 1, 2002), H. 12
3
Harun Nasution, Hak Azasi Manusia dalam Islam, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,1987), H.
40
4
Dede Rosyada, dkk., Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta : Prenada
Media, 2003), H. 199
Dari serangkaian istilah diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan islam
yang berwawasan HAM adalah seperangkat usaha yang dilakukan pendidik
terhadap anak didik melalui lembaga pendidikan untuk menanamkan
pengetahuan yang berakhlak islam agar nantinya diharapkan anak didik setelah
lulus mampu mengembangkan dalam masyarakat sesuai nilai-nilai positif
masyarakat yang bersangkutan.
Agama dan pendidikan adalah dua hal yang satu dengan yang lainnya selalu
berhubungan. Hal itu dikarenakan oleh keharusan saling mempengaruhi antara
keduanya dalam sistem-sistem tertentu. Agama jika dihubungkan dengan sistem
pendidikan nasional pada dasarnya menjadi bagian dari kurikulum, seperti
diungkap oleh M. Dawam Raharjo, karena agama dimaksudkan untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya, dengan pertama-tama mengarahkan anak didik
menjadi “manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa”.
5
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan islam Intergratif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet. 1,
2005), H. 99
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran/latihan dengan memperhatikan tuntunan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.6
6
M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Budaya, (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,
Cet. I, 2005), H. 85.
7
Paulo Freire, Politik Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet. V, 2004), H. 57
aktual dalam pendidikan agama Islam perlu digalakkan. Nurcholish Madjid
menyatakan, bahwa watak inklusif Islam adalah pikiran bahwa yang
dikehendakiIslam ialah suatu sistem yang menguntungkan semua orang termasuk
mereka yang non-Muslim. Dan pandangan ini menurut Nurcholish Madjid telah
memperoleh dukungannya dalam sejarah Islam sendiri atau mengambil legitimasi
dari al-Qur’an bahwa karena Islam pada hakikatnya “rahmatan lil’alamîn”.8
Keluarga,
Sekolah, dan
Masyarakat.
Lingkungan Keluarga
8
Nurcholish Madjid, Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat, (Jakarta: Paramadina, cet. 1,
1999), H. 13.
Lingkungan Sekolah
Lingkungan Masyarakat
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, Cet. IV, 2000)
Madjid, Nurcholish, Pendidikan Agama dan Akhlak, bagi Anak dan Remaja,
(Jakarta : Logos Wacana Ilmu, Cet. 1, 2002)
Nasution, Harun, Hak Azasi Manusia dalam Islam, (Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia,1987)
Rosyada, Dede, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta
: Prenada Media, 2003)
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Basuki, M. Ag.