You are on page 1of 21

REFERAT

GANGGUAN DELUSIONAL

Pembimbing :

dr. I Made Wiguna S, MM

Disusun Oleh :

Devby Ulfandi
030.04.056

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN
PERIODE 9 AGUSTUS 2010 – 11 SEPTEMBER 2010
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2010
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya referat
ujian yang berjudul “Gangguan Delusional” telah dapat penulis selesaikan tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada : dr. I Made Wiguna S, MM selaku pembimbing referat.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunannya referat
ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
referat ujian ini.
Akhirnya penulis berharap semoga referat ujian ini bermanfaat untuk kita semua,
khususnya di bidang psikiatri.

Jakarta, Agustus 2010

Penulis

Gangguan Delusional 2
DAFTAR ISI

.................................................................................................... Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................ 4
BAB II. GANGGUAN DELUSIONAL.......................................... 6
A. Epidemiologi................................................................. 6
B. Etiologi.......................................................................... 6
C. Gambaran Klinis............................................................ 10
D. Tipe – tipe Gangguan Delusional.................................. 12
E. Diagnosis ...................................................................... 14
F. Diagnosis Banding......................................................... 15
G. Terapi............................................................................ 16
H. Perjalanan Penyakit dan Prognosis............................... 18
BAB III PENUTUP......................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 21

Gangguan Delusional 3
BAB I
PENDAHULUAN

Hubungan antara gangguan delusional dengan psikosis tetaplah kabur serta banyak
diantaranya membingungkan. Penggolongan pada gangguan ini dapat kita lihat pada DSM-IV yang
telah menjadi basis pedoman untuk keperluan klinik dan investigasi penelitian. DSM-IV telah
menyediakan kriteria yang lebih baik dan terbaru untuk riwayat penyakit, patogenesis,
neuropsikologi, neuroimaging, perawatan dan bahkan genetika. Pedoman biologis untuk gangguan
ini dapat didasarkan menurut berbagai teori, tetapi definisi yang jelas dan tepat tetaplah
membingungkan. Sebuah ajaran tentang gejala-gejala yang salah diidentifikasikan telah memberikan
suatu hipotesis yang menarik dan memberikan gambaran neuropsikologi dan secara klinik yang
mungkin dapat menginspirasi perkembangan dari gangguan delusional. Pengobatan tetaplah sebuah
rintangan, meskipun laporan yang terbaru menyebutkan terdapatnya respon yang menyenangkan
dengan pengobatan psikofarmaka serta intervensi psikoterapi yang terlihat lebih umum dari yang
sebelumnya diperkirakan.
Gangguan delusional didefinisikan sebagai suatu gangguan yang tidak diketahui
penyebabnya dan memiliki gejala utama adalah waham. Mekipun isi yang spesifik dari waham ini
dapat bervariasi pada suatu kasus ke kasus yang lain, timbulnya waham, persistensi, pengaruhnya
pada perilaku serta prognosisnya memberikan suatu diagnosa yang berbeda. Sebelumnya gangguan
ini disebut juga sebagai “gangguan paranoid” atau “paranoia”. Namun sekarang tidak lagi digunakan
karena isi waham pada gangguan ini ternyata bervariasi yaitu dapat bersifat kebesaran/grandiose,
cemburu, kejar atau persekutorik, maupun somatik campuran.
Gangguan delusional adalah suatu gangguan pada alam pikiran yaitu isi pikir, wahamnya
biasanya bersifat sistematis yang biasanya berasal dari pola sentral dan bila ditentang, orang tersebut
akan menunjukkan gejala waham non bizarre dengan paling sedikit durasi penyakitnya berlangsung
selama 1 bulan yang tidak dapat digabungkan dengan gangguan psikiatri yang lain. Waham non-
bizarre artinya adalah suatu waham yang harus dapat terjadi pada kehidupan yang nyata, seperti
merasa diikuti, terinfeksi, dicintai dari kejauhan, dan mereka terlihat seolah-olah mempunyai
fenomena yang meskipun tidak nyata tetapi juga tidak mustahil. Ada banyak tipe dari waham dan
yang predominan itulah yang akan menentukan tipe dari waham pada diagnosis.

Gangguan Delusional 4
Pada umumnya pasien dengan waham dapat juga mengalami suatu halusinasi pendengaran
ataupun penglihatan, tetapi hal ini bukanlah suatu gejala yang menonjol. Halusinasi raba ataupun
penciuman mungkin juga terdapat pada pasien ini dan dapat menjadi sesuatu hal yang menonjol bila
halusinasi tersebut berkaitan erat dengan waham ataupun temannya. Perilaku dan respon dari pasien
ini biasanya serasi. Gangguan dari fungsi kehidupan adalah tidak jelas dan deteorisasi kepribadian
dari pasien ini adalah seminimal mungkin.

Gangguan Delusional 5
BAB II
GANGGUAN DELUSIONAL

A. DEFINISI
Gangguan delusional didefinisikan sebagai suatu gangguan yang diklasifikasikan karena
tidak diketahui penyebabnya dan memiliki gejala utama adalah waham. Mekipun isi yang spesifik
dari waham ini dapat bervariasi pada suatu kasus ke kasus yang lain, timbulnya waham, persistensi,
pengaruhnya pada perilaku serta prognosisnya memberikan suatu diagnosa yang berbeda.
Sebelumnya gangguan ini disebut juga sebagai “gangguan paranoid” atau “paranoia”. Namun
sekarang tidak lagi digunakan karena isi waham pada gangguan ini ternyata bervariasi yaitu dapat
bersifat kebesaran/grandiose, cemburu, kejar atau persekutorik, somatic campuran.
Gangguan delusional adalah suatu gangguan pada alam pikiran yaitu isi pikir, wahamnya
biasanya bersifat sistematis yang biasanya berasal dari pola sentral dan bila ditentang, orang tersebut
akan menunjukkan gejala waham non bizarre dengan paling sedikit durasi penyakitnya berlangsung
selama 1 bulan yang tidak dapat digabungkan dengan gangguan psikiatri yang lain. Waham non-
bizarre artinya adalah suatu waham yang harus dapat terjadi pada kehidupan yang nyata, seperti
merasa diikuti, terinfeksi, dicintai dari kejauhan, dan mereka terlihat seolah-olah mempunyai
fenomena yang meskipun tidaknyata tetapi juga tidak mustahil. Ada banyak tipe dari waham dan
yang predominan itulah yang akan menentukan tipe dari waham pada diagnosis.

B. EPIDEMIOLOGI
Usia onset rata-rata adalah kira-kira 40 tahun, tetapi rentang usia untuk onset adalah dari 18
tahun sampai 90 tahunan. Terdapat sedikit lebih banyak pasien perempuan. Banyak yang sudah
menikah dan bekerja, tetapi mungkin terdapat hubungan dengan status sosioekonomi yang rendah.

C. ETIOLOGI
Penyebab gangguan delusional tidak diketahui. Gangguan delusional terjadi jauh lebih jarang
daripada skizofrenia atau gangguan afektif, jadi menyatakan bahwa gangguan ini adalah gangguan
yang terpisah. Di samping itu, gangguan delusional mempunyai onset yang lebih lambat daripada
skizofrenia dan mempunyai predominasi perempuan yang jauh lebih kurang daripada yang

Gangguan Delusional 6
ditemukan pada gangguan afektif. Gangguan ini bukan semata-mata suatu stadium dini dalam
perkembangan salah satu atau kedua gangguan tersebut.

Faktor Biologis
Keadaan neurologis yang paling sering berhubungan dengan waham adalah kelainan yang
mempengaruhi sistem limbik dan ganglia basalis. Pasien yang memiliki waham yang disebabkan
oleh kondisi neurologis tanpa adanya gangguan kecerdasan cenderung memiliki waham yang
kompleks yang mirip dengan yang ditemukan pada pasien dengan gangguan delusional.
Sebaliknya, pasien yang menderita gangguan neurologis dengan gangguan kecerdasan
seringkali memiliki waham yang sederhana yang tidak sama dengan yang ditemukan pada pasien
dengan gangguan delusional. Jadi mungkin gangguan delusional melibatkan patologi dalam sistem
limbik atau ganglia basalis pada pasien dengan fungsi kortikal serebral yang intak. Hipotesis
bergantung pada adanya pengalaman mirip halusinasi yang perlu dijelaskan. Adanya pengalaman
halusinasi tersebut pada gangguan delusional belum dibuktikan.

Patogenesis
Walaupun patogenesis waham tidak diketahui dengan pasti, namun ada beberapa teori yang
sudah dikembangkan. Pada hipotesis pembentukan waham, kiranya perlu dipertimbangkan beberapa
hal yang berikut ini, yaitu :
1. Waham terdapat pada penyakit-penyakit umum dan psikiatrik.
2. Tidak semua orang dengan gangguan tersebut mengalami waham.
3. Isi waham menentukan tipe-tipe waham.
4. Waham dapat hilang bila diberi pengobatan terhadap gangguan yang mendasar.
5. Waham dapat menetap atau menjadi sistematik.
6. Waham dapat menyertai perubahan persepsi seperti halusinasi dan gangguan sensorik.
7. Keberadaan waham dapat dikaburkan bila fungsi sosial, intelektual dan emosional tidak
terganggu.

Gangguan Delusional 7
Ada 3 kategori dari Teori Pembentukan Waham :
1. Waham yang timbul pada sistem kognitif muncul karena adanya pola yang berbeda dari
motivasi yang ada (mekanisme psikodinamika dan teori fungsi sosial).
2. Waham timbul sebagai akibat dari defek kognitif fundamental yang mengakibatkan
kapasitas pasien untuk membuat kesimpulan dari bukti-bukti (gangguan hubungan sebab
akibat).
3. Waham yang timbul dari proses kognitif yang normal menunjukkan adanya pengalaman
persepsi abnormal (mekanisme psikobiologik, hipotesis pengalaman yang menyimpang)
Teori-teori ini penting untuk tidak saling mengistimewakan satu dengan yang lainnya. Keyakinan
delusional yang demikian merupakan hasil yang berbeda dan melibatkan 1 atau lebih dari
mekanisme psikodinamika.

Faktor Psikodinamika
Pada tahun 1911, Freud menerbitkan “Psychoanalytic Notes Upon an autobiographical
Account of a Case of Paranoia (Dementia Paraniods)”. Interpretasinya dari kasus ini, yang menjadi
dasar teori psikodinamika dari paranoia, didasari pada hasil bacaannya dari pengalaman seorang
hakim ketua pengadilan di Dresden yaitu Daniel Paul Schreber yang menderita episode penyakit
psikiatrik di tahun 1884, 1885 dan 1893. Episode kedua menyebabkannya dirawat di rumah sakit
untuk waktu yang lama dimana pasien keluar pada tahun 1902.
Freud menyatakan bahwa Schreber pada tahun 1903 mengeluarkan penjelasan, Memoirs of
My Nervous Illnes, yang memberikan dasar teori “penderita paranoia tidak dapat dipaksa untuk
menghadapi masalah internal, dan…dalam banyak kasus, mereka hanya mengatakan apa yang ada
dalam pikiran mereka…”. Freud berargumentasi bahwa kasus yang tercatat merupakan pengenalan
personal; dan pada kasus Schreber, Freud tidak pernah melihat pasiennya. Namun ia menyatakan
bahwa kasus Schreber menggambarkan suatu mekanisme umum dari pembentukan waham yang
meliputi penyangkalan atau kontradiksi, proyeksi represi dari impuls homoseksual yang timbul dari
alam bawah sadar pasien paranoid. Bentuk-bentuk waham dari paranoia dapat timbul sebagai
kontradiksi “I (seorang laki-laki) love him (seorang laki-laki)”. Ada nuansa homoseksual.

Gangguan Delusional 8
Secara lebih rinci, contoh-contoh berikut menggambarkan bentuk-bentuk yang tidak logis :
1. Waham kejar
Karena secara sadar homoseksual tidak dapat diterima, maka pikiran “I love him”
diingkari dan dengan menggunakan reaksi formasi, berubah menjadi “It is not I who hate
him, it is him who hates me”.Pada keadaan paranoid yang kemudian berkembang penuh,
pikiran itu menjadi “I am persecuted by him”. Kemudian pasien merasionalisasikan
kemarahannya dan secara sadar menjadi apa yang ia persepsikan akan membenci dirinya.
Pasien bukannya menjadi sadar akan adanya impuls homoseksualitas, malahan ia
menolak cinta siapapun, kecuali dirinya sendiri.
2. Waham erotomania
Pasien pria akan merubah “I love him” menjadi “I love her”, dan pikiran ini melalui
proyeksi menjadi “She love me and so I love her”
3. Waham cemburu
Freud percaya bahwa homoseksualitas merupakan penyebab terbentuknya waham
cemburu. Dalam upaya mennghilangkan impuls-impuls yang menyakitkan, maka pasien
berpreokupasi dengan pikiran-pikiran cemburu. Dengan demikian pasien dapat menjadi
asertif. “I don’t love him” diubah menjadi “She love him”.
4. Waham kebesaran (megalomania)
Di sini terdapat kontradiksi “I do not love him – I love myself”.

Berdasarkan teori psikoanalisis, inti teori ini adalah waham yang menunjukkan usaha untuk
mengatasi impuls homoseksual yang tidak disadari. Dinamika dari impuls homoseksual yang tidak
disadari adalah serupa, pada pasien paranoid laki-laki maupun perempuan.
Beberapa kejadian klinis yang kurang mendukung teori Freud, seperti misalnya : pasien yang
jelas memperlihatkan gejala gangguan delusional tidak menunjukkan adanya indikasi homoseksual.
Sebaliknya pasien-pasien homoseksual, kebanyakan diantaranya tidak menunjukkan simptom
paranoid atau waham.
Mekanisme Freud tentang waham membedakan antara isi dan bentuk dalam psikopatologik.
Ia mengajukan kesimpulan tentang proses waham tetapi tidak mejelaskan dengan baik bagaimana
waham itu dibentuk dibandingkan dengan gejala lain seperti halusinasi. Kebenaran dari mekanisme

Gangguan Delusional 9
hipotesis ditentukan dengan adanya bukti bahwa waham berhubungan dengan kecenderungan
homoseksual.
Teori ini telah dibenarkan karena tidak adanya homoseksualitas yang mempunyai waham
kebesaran. Beberapa usaha fundamental yang telah dilakukan untuk menguji hipotesis ini tidak dapat
mencapai suatu kesimpulan.
Beberapa kecenderungan homoseksual dapat ditemukan pada beberapa pasien delusional, dan
kondisi ini dapat melawan mekanisme bawah sadar dari homoseksualitas.
Pendekatan klasik menunjukkan bahwa konsep psikoanalisis yang penting seperti proyeksi
dan suatu kewaspadaan bahwa pengalaman perkembangan dapat mempengaruhi isi pikir delusional.
Paranoid komunitas semu (paranoid pseudocommunity). Norman Cameron
menggambarkan tujuh situasi yang memungkinkan perkembangan gangguan delusional, yaitu :
1. Peningkatan keinginan untuk mendapatkan terapi yang sadistik.
2. Situasi yang meningkatkan kecurigaan dan ketidakpercayaan.
3. Isolasi sosial.
4. Situasi yang meningkatkan kecemburuan dan iri hati.
5. Situasi yang merendahkan harga diri.
6. Situasi yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain.
7. Situasi yang meningkatkan potensi untuk merenungi tentang arti dan motivasi.

D. GAMBARAN KLINIS
STATUS MENTAL
Deskripsi Umum
Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tanpa adanya bukti-bukti adanya
disintegrasi nyata pada kepribadian atau aktifitas harian. Tetapi, pasien mungkin terlihat eksentrik,
aneh, pencuriga atau bermusuhan. Pasien seringkali cerdik dan membuat kecenderungan yang jelas
bagi pemeriksa. Apa yang biasanya paling luar biasa, tentang pasien dengan gangguan delusional
adalah bahwa pemeriksaan status mental menunjukkan bahwa mereka adalah sangat normal kecuali
adanya sistem waham abnormal yang jelas.
Mood, Perasaan, dan Afek
Mood pasien sejalan dengan isi waham. Seorang pasien dengan waham kebesaran adalah
euforik; seorang pasien dengan waham kejar adalah pencuriga. Adapun sifat sistem wahamnya,
pemeriksa mungkin merasakan adanya kualitas depresif ringan.

Gangguan Delusional 10
Gangguan Persepsi
Menurut definisinya, pasien dengan gangguan delusional tidak memiliki halusinasi yang
menonjol atau menetap. Menurut DSM IV, halusinasi raba dan cium mungkin ditemukan jika hal
tersebut adalah sejalan dengan wahamnya. Beberapa pasien dengan gangguan delusional mengalami
halusinasi lain, hampir semua adalah halusinasi dengar, bukan visual.

Pikiran
Gangguan isi pikiran terutama dalam bentuk waham merupakan gejala utama dari gangguan.
Waham biasanya sistematis dan karakteristiknya adalah sesuatu yang mungkin, contohnya, waham
dikejar-kejar, pasangan tidak jujur, terinfeksi oleh virus,dicintai orang terkenal. Contoh isi pikiran itu
berbeda dengan waham bizzare pada pasien skizofrenia.

Sensorium dan kognisi


Orientasi : Pasien dengan gangguan delusional biasanya tidak memiliki gangguan dalam
orientasi, kecuali bila mereka memiliki waham spesifik tentang orang, tempat, waktu.
Daya ingat : Daya ingat dan proses kognitif pada pasien dengan gangguan delusional tidak
terganggu.

Pertimbangan dan tilikan


Pasien dengan gangguan delusional hampir seluruhnya tidak memiliki tilikan terhadap
kondisi mereka dan hampir selalu dibawa ke rumah sakit oleh orang lain. Keputusan terbaik dapat
diperoleh dengan menilai perilaku pasien di masa lalu, sekarang dan perilaku yang direncanakan.

Kejujuran
Pasien dengan gangguan delusional, biasanya dapat dipercaya informasinya, kecuali jika hal
tersebut membahayakan sistem wahamnya.

Gangguan Delusional 11
TIPE-TIPE DARI GANGGUAN DELUSIONAL
1. Tipe erotomanik
Di dalam tipe erotomanik waham inti adalah bahwa pasien yang terkena dicintai mati-matian
oleh orang lain-biasanya seorang yang terkenal, seperti bintang film, atau atasan ditempat kerja.
Pasien dengan waham erotik adalah sumber gangguan bermakna terhadap tokoh masyarakat.
Gangguan delusional tipe erotomanik juga dinamakan erotomania, psychose passionelle, dan
sindroma de Clerambault. Onset gejala dapat mendadak dan seringkali menjadi pusat perhatian
utama pada kehidupan seseorang yang terkena. Usaha untuk berhubungan dengan obyek wahamnya
biasanya dilakukan pertelepon, surat, mengirim hadiah, mengawasi atau mengintai, walaupun pasien
biasanya merahasiakan wahamnya.
Beberapa orang dengan gangguan ini, khususnya laki-laki, melakukan konflik dengan hukum
dalam usaha mereka mengejar objek didalam waham mereka atau dalam usaha yang salah jalan
untuk membebaskan diri mereka dari suatu bahaya yang dikhayalkan. Sebagai contohnya, seorang
laki-laki dengan gangguan delusional mungkin berusaha membunuh suami dari seorang wanita yang
dianggapnya jatuh cinta kepada dirinya.
Orang yang terkena seringkali ditemukan hidup terisolisasi dan menarik diri. Mereka
biasanya hidup sendirian dan mempunyai kontak seksual yang terbatas, biasanya mereka bekerja
dalam pekerjaan-pekerjaan yang sederhana.

2. Tipe Grandios (kebesaran)


Gangguan delusional tipe ini disebut juga dengan istilah megalomania. Bentuk yang paling
uum dari waham kebesaran adalah keyakinan bahwa seseorang memiliki bakat atau wawasan yang
luar biasa tetapi tidak diketahui atau membuat penemuan penting.
Waham kebesaran mungkin memiliki isi religius dan orang dengan waham dapat menjadi
pemimpin sekte religius. Contohnya di Jepang adanya sekte Aum Shin Rikyo dimana pemimpinnya
adalah Asahara. Asahara mengaku dirinya sebagai Tuhan, diapun mengatakan bahwa perbuatan dosa
yang paling besar adalah membunuh hewan khususnya yang berjenis serangga. Sedangkan bila
pengikut sekte melakukan pembunuhan itu bukan dosa.

Gangguan Delusional 12
Latar belakang sosial-budaya dan lingkungan (di Jepang) :
Mungkin dinegara Jepang setiap warga negara diberikan kebebasan untuk percaya atau tidak
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan pada pendidikan tingkat dasar, sampai tingkat tinggi tidak
terdapat pendidikan Agama secara formal. Sehingga hal tersebut mungkin menjadi faktor pencetus
timbulnya waham kebesaran yang memiliki isi religius.

3. Tipe cemburu
Gangguan delusional tipe cemburu juga dikenal, jika waham mempermasalahkan kesetiaan
pasangan, maka tipe ini dikenal sebagai paranoia konjugal dan sindrom othello. Laki-laki lebih
sering terkena dibandingkan wanita. Gangguan ini adalah jarang, mengenai kemungkinan kurang
dari 0,2 persen dari semua pasien psikiatrik. Onset sering kali mendadak, dan gejala menghilang
hanya setelah perpisahan atau kematian pasangan. Waham cemburu dapat menyebabkan penyiksaan
verbal dan fisik yang bermakna terhadap pasangan dan bahkan dapat menyebabkan pembunuhan
pasangan.
Jika seseorang terkena gangguan delusional tipe cemburu, kumpulan “bukti-bukti“ seperti
pakaian yang kusut dan noda pada seperai, dapat dikumpulkan dan digunakan untuk memutuskan
waham.

4. Tipe kejar
Tipe ini adalah tipe dari gangguan delusional yang paling sering ditemukan, dan merupakan
tipe yang terasing. Bentuk waham presekutoriknya mungkin sederhana atau lebih rumit dan
biasanya menyangkut tema tunggal atau seri tema yang berhubungan seperti, komplotan perlawanan,
diburu, ditipu, dibicarakan orang, dibuntuti, diracuni, difitnah dengan penuh kebencian, dihalangi
dalam mencapai tujuan jangka panjang. Hinaan kecil dapat diperbesar dan menjadi pusat sistem
waham. Orang dengan waham kejar seringkali membenci dan marah, dan mereka mungkin
melakukan kekerasan terhadap orang lain yang diyakininya akan menyerang dirinya.

5. Tipe somatik
Gangguan delusional tipe somatik juga dikenal sebagai psikosis hipokondriakal
monosimptomatik. Perbedaan antara hipokondriasis dan gangguan delusional tipe somatik terletak

Gangguan Delusional 13
pada derajat keyakinan yang dimiliki pasien dengan gangguan delusional tentang anggapan adanya
penyakit pada dirinya. Waham yang paling sering diderita adalah infeksi, infestasi serangga di atas
atau di dalam kulit, dismorfobia, waham tentang bau badan yang berasal dari kulit, mulut, atau
vagina, dan waham bahwa bagian tubuh tertentu seperti usus besar tidak berfungsi. Tipe ini
mengenai kedua jenis kelamin dengan persentasi yang sama dan diperkirakan jarang ditemui,
walaupun sebagian besar pasien kemungkinan pergi berobat ke dokter nonpsikiatrik. Riwayat
penyalah gunaan zat atau cedera kepala mungkin sering ditemukan pada pasien dengan ganggguan
ini. Frustasi yang disebabkan oleh gejala dapat menyebabkan beberapa pasien bunuh diri.

E. DIAGNOSIS
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Delusional :
1. Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan
nyata seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari infeksi, dicintai dari jarak jauh,
atau dikhianati oleh pasangan atau kekasih, atau menderita suatu penyakit)
selama sekurangnya satu bulan.
2. Kriteria A untuk skizofrenia tidak pernah terpenuhi. Catatan : Halusinasi taktil
dan cium mungkin ditemukan pada gangguan delusional jika berhubungan
dengan tema waham.
3. Terlepas dari pengaruh waham-waham atau percabangannya, fungsi adalah tidak
terganggu dengan jelas dan perilaku tidak jelas aneh atau kacau.
4. Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham, lama
totalnya adalah relatif singkat dibandingkan dengan lama periode waham.
5. Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Sebutkan tipe (tipe berikut ini disusun berdasarkan tema waham yang menonjol) :
1. Tipe erotomanik : Waham bahwa orang lain, biasanya dengan status

Gangguan Delusional 14
yang lebih tinggi adalah mencintai pasien.
2. Tipe kebesaran : Waham peningkatan kemampuan, kek uatan,
pengetahuan, identitas atau hubungan khusus dengan
dewa atau orang terkenal.
3. Tipe cemburu : Waham bahwa pasangan seksual pasien adalah tidak
jujur.
4. Tipe kejar : Waham bahwa pasien (atau seseorang dekat dengan
pasien) adalah diperlakukan secara dengki.
5. Tipe somatik : Waham bahwa pasien memiliki suatu cacat fisik atau
kondisi medis umum.
6. Tipe campuran : Karakteristik waham salahsatu atau lebih tipe diatas
tetapi tidak ada satu tema yang menonjol.
7. Tipe tidak ditentukan

F. DIAGNOSIS BANDING

Delirium dan demensia perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding pasien dengan
waham. Delirium dapat dibedakan dengan adanya fluktuasi tingkat kesadaran atau gangguan
kemampuan kognitif. Waham pada awal perjalanan penyakit yang Alzheimer, dapat memberikan
gambaran suatu gangguan delusional; tetapi, tes neurofisiologis biasanya mendeteksi gangguan
kognitif. Walaupun penyalahgunaan alkohol adalah ciri penyerta pada pasien dengan gangguan
delusional, gangguan delusional harus dibedakan dari gangguan psikotik akibat alkohol dengan
halusinasi. Intoksikasi dengan simpatomimetik, marijuana, atau L-dopa kemungkinan menyebabkan
gejala waham.
Diagnosis banding psikiatrik untuk gangguan delusional adalah berpura-pura dan gangguan
buatan. Gangguan yang bukan buatan di dalam diagnosis banding adalah skizofrenia, gangguan
afektif, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan somatoform, atau gangguan kepribadian paranoid.

G. TERAPI

• Perawatan di rumah sakit


Pada umumnya pasien dengan gangguan delusional dapat diobati dengan rawat jalan, tetapi
ada sejumlah alasan tertentu dimana diperlukan perawatan di rumah sakit . Yaitu : Pertama

Gangguan Delusional 15
diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis yang lengkap menunjukkan kondisi medis
nonpsikiatris yang menyebabkan gangguan delusional. Kedua jika pasien tidak mampu
mengendalikan impulsnya, sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan kekerasan. Ketiga, jika
perilaku pasien tentang waham telah mempengaruhi fungsi kehidupannya, sehingga kemampuannya
untuk dapat berfungsi dalam keluarga dan masyarakat berkurang. Dengan demikian memerlukan
intervensi profesional untuk menstabilkan hubungan sosial atau pekerjaan.
Jika dokter yakin bahwa pasien akan lebih baik jika diobati di rumah sakit, harus diusahakan
untuk membujuk pasien supaya menerima perawatan di rumah sakit; jika hal tesebut gagal,
komitmen hukum mungkin diindikasikan. Seringkali, jika dokter meyakinkan pasien bahwa
diperlukan perawatan di rumah sakit, pasien akan secara sukarela masuk ke rumah sakit untuk
menghindari komitmen hukum.

Farmakoterapi
Dalam keadaan gawat darurat, pasien yang teragitasi parah harus diberikan suatu obat
antipsikotik secara intramuskular. Walaupun percobaan klinik yang dilakukan secara adekuat dengan
sejumlah pasien belum ada, sebagian besar klinisi berpendapat bahwa obat antipsikotik adalah obat
terpilih untuk gangguan delusional. Pasien gangguan delusional kemungkinan menolak medikasi
karena mereka dapat secara mudah menyatukan pemberian obat ke dalam sistem wahamnya. Dokter
tidak boleh memaksakan medikasi segera setelah perawatan di rumah sakit, malahan, harus
menggunakan beberapa hari untuk mendapatkan rapot dengan pasien. Dokter harus menjelaskan efek
samping potensial kepada pasien, sehingga pasien kemudian tidak menganggap bahwa dokter
berbohong.
Riwayat pasien tentang respon medikasi adalah pedoman terbaik dalam memilih suatu obat.
Biasanya obat diberikan dalam dosis rendah dan ditingkatkan secara perlahan-lahan. Jika respon
gagal dalam masa percobaan selama 6 minggu, dapat dicoba antipsikotik dari golongan lain.
Adakalanya pasien dengan gangguan psikotik menolak pemberian medikasi ini, karena mereka
memasukkan hal ini ke dalam sistem wahamnya, misalnya pasien curiga ada racun di dalam obat
yang diberikan. Dalam hal ini perlu kebijaksanaan dokter untuk menjelaskan kepada pasien secara
perlahan-lahan, bahwa sama sekali tidak ada niat untuk berbuat jahat pada dirinya.

Gangguan Delusional 16
Beberapa dokter menyatakan bahwa pimozide (oral) atau serotonin-dopamin antagonis
mungkin efektif dalam mengatasi gangguan delusional terutama pada pasien dengan waham somatik.
Penyebab kegagalan tersering adalah ketidakpatuhan.
Jika pasien tidak merespon terhadap pengobatan antipsikotik, obat harus dihentikan. Dapat
digunakan anti depresan atau anti konvulsan. Percobaan dengan obat-obat tersebut dipertimbangkan
jika pasien memiliki ciri suatu gangguan afektif.
Hasil dari pengobatan dengan serotonin-dopamin antagonis (contoh : clozapin [Clozaril] dan
risperidone olanzapine [Zyprexa]) berhyubungan dengan pengobatan sebelumnya. Pada beberapa
kasus berespon baik terhadap SSRIs (selective serotonin reuptake inhibitors), terutama pada kasus-
kasus gangguan morfologi tubuh.

Psikoterapi
Elemen terpenting dari suatu psikoterapi adalah menjalin hubungan yang baik antar pasien
dengan ahli terapinya. Terapi individual tampaknya lebih efektif daripada terapi kelompok. Terapi
suportif berorientasi tilikan, kognitif dan perilaku seringkali efektf. Ahli terapi tidak boleh setuju
atau menantang waham pasien, walaupun ahli terapi harus menanyakan waham untuk menegakkan
diagnosis. Dokter dapat menstimulasi motivasi untuk mendapatkan bantuan dengan menekankan
kemauannya untuk membantu pasien mengatasi kecemasan dan iritabilitasnya, tanpa menyatakan
bahwa waham yang diobati. Ahli terapi tidak boleh secara aktif mendukung gagasan bahwa waham
adalah kenyataan.
Kejujuran ahli terapi sangat penting. Ahli terapi harus tepat waktu dan terjadwal, tujuannya
adalah agar tercipta suatu hubungan yang kuat dengan pasien dan pasien dapat percaya sepenuhnya
pada ahli terapinya. Kepuasan yang berlebihan malahan dapat meningkatkan permusuhan dan
kecurigaan pasien karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Ahli terapi dapat
menghindari kepuasan yang berlebihan dengan tidak memperpanjang periode perjanjian yang telah
ditentukan, dengan tidak memberikan perjanjian ekstra kecuali mutlak diperlukan, dan tidak toleran
terhadap bayaran.
Ahli terapi tidak boleh membuat tanda-tanda yang meremehkan waham atau gagasan pasien,
tetapi dapat secara simpatik menyatakan pada pasien bahwa keasyikan mereka dengan wahamnya
akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupannya yang konstruktif. Jika pasien

Gangguan Delusional 17
mulai ragu-ragu dengan wahamnya, ahli terapi dapat meningkatkan tes realitas dengan meminta
pasien memperjelas masalah mereka.

• Terapi keluarga
Jika anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan mereka di dalam
rencana pengobatan. Tanpa menjadi terlihat berpihak pada musuh, klinisi harus berusaha
mendapatkan keluarga sebagai sekutu di dalam proses pengobatan. Sebagai akibatnya, baik pasien
dan anggota keluarganya perlu mengerti ahwa konfidensialitas dokter-pasien akan dijaga oleh ahli
terapi dan dengan demikian membantu pasien.
Hasil terapi yang baik tergantung pada kemampuan dokter psikiatrik untuk berespon terhadap
ketidakpercayaan pasien terhadap orang lain dan konflik interpersonal, frustasi, dan kegagalan yang
dihasilkannya. Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu kepuasan penyesuaian sosial,
bukannya menghilangkan waham pasien.

H. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS


Beberapa klinisi dan beberapa data riset menyatakan bahwa stresor psikososial yang dapat
diidentifikasi seringkali ditemukan pada saat onset gangguan. Sifat stresor dapat sedemikian rupa
sehingga diperlukan suatu tingkat kecurigaan atau permasalahan pada pihak pasien. Contoh dari
stresor tersebut adalah imigrasi yang baru dilakukan, konflik sosial dengan anggota keluarga atau
teman, dan isolasi sosial. Pada umumnya, suatu onset yang tiba-tiba diperkirakan lebih sering terjadi
daripada suatu onset yang perlahan-lahan. Beberapa klinisi percaya bahwa kepribadian pramorbid
seorang pasien dengan gangguan delusional kemungkinan ekstrovert, dominan dan hipersensitif.
Beberapa klinisi juga percaya bahwa seorang pasien dengan gangguan delusional kemungkinan
memiliki kecerdasan yang dibawah rata-rata. Kecurigaan atau permasalahan awal pasien secara
bertahap menjadi besar sehingga menyita sebagian besar perhatian pasien, dan akhirnya menjadi
waham. Pasien mungkin mulai berselisihan dengan teman kerjanya, mungkin mencari perlindungan
dari FBI atau polisi, atau mungkin mulai mendatangi banyak dokter medis atau bedah untuk
berkonsultasi. Jadi, kontak awal dengan pasien mungkin bukan dengan seorang dokter psikiatrik,
tetapi malahan dengan ahli hukum tentang gugatan, dokter pelayanan primer tentang keluhan medis,
atau polisi tentang kecurigaan yang bersifat waham.
Gangguan Delusional 18
Gangguan delusional diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil. Kurang dari 25%
dari semua pasien dengan gangguan delusional menjadi skizofrenia, kurang dari 10% pasien
gangguan delusional menjadi gangguan afektif. Kira-kira 50% pasien pulih dalam follow-up jangka
panjang, 20% mengalami penurunan gejala dan 30% lain tidak mengalami perubahan dalam
gejalanya. Faktor-faktor berikut ini berikut ini berhubungan dengan prognosis yang baik : tingkat
pekerjaan yang baik, kehidupan sosial dan penyesuaian fungsional yang tinggi, jenis kelamin wanita,
onset dibawah umur 30 tahun, onset yang tiba-tiba, lama penyakit yang singkat, dan adanya faktor
pencetus. Walaupun data yang dapat dipercaya adalah terbatas, pasien dengan waham kejar, somatik
dan erotik diperkirakan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan waham
kebesaran dan cemburu.

Gangguan Delusional 19
BAB III
PENUTUP

Gangguan delusional adalah suatu jenis gangguan yang langka yang ditandai oleh adanya
waham abnormal yang menonjol. Gangguan ini termasuk langka karena sukar untuk diidentifikasi,
disebabkan oleh karena pasien ini jarang memiliki kesadaran bahwa ia sakit, biasanyaia juga tidak
menunjukkan penampilan seperti orang yang mengalami gangguan jiwa. Gangguan ini disebabkan
oleh adanya suatu stressor pada masa premorbid dengan ciri kepribadian tertentu. Contohnya :
paranoid. Hal ini menyebabkan ego membentuk suatu defense mechanism yang berupa proyeksi,
penyangkalan serta formasi reaksi. meKanisme pertahanan yang berlebihan inilah yang pada
akhirnya menimbulkan gangguan.
Gejala klinik yang utama pada pasien ini adalah terdapatnya gejala waham yang menonjol
serta terdapatnya halusinasi yang berhubungan dengan wahamnya. Penampilan pada pasien ini tidak
menunjukkan adanyakelainan. Hanya mungkin terdapat kelainan dalam kehidupan sosialnya karena
pengaruh wahamnya sehingga mereka cenderung untuk menghindari pergaulan secara umum.
Waham pada pasien ini sesuai dengan perilaku serta persaan yang ditampilkan oleh pasien, misalnya
: seorang dengan waham paranoid memiliki perasaan yang distim, dan memiliki perilaku yang
menunjukkan kalau dia seorang paranoid.
Pengobatan pada penyakit ini didasarkan pada pengobatan dengan menggunakan obat
antipsikotik, selain itu pada pasien ini digunakan juga pengobatan dengan menggunakan psikoterapi
baik secara individual ataupun kelompok dan menggunakan terapi secara keluarga. Prognosis pada
pasien ini didasarkan pada perjalanan penyakitnya dan tipe dari waham yang didapatinya. Dan
biasanya memperlihatkan kesembuhan yang sempurna, hanya beberapa pasien diantara mereka yang
berubah menjadi gangguan psikotik yang lain misalnya : skizofrenia dan gangguan afektif yaitu
depresi.

Gangguan Delusional 20
DAFTAR PUSTAKA

1. Grebb, Jack A, Kaplan, Harold I, Sadock, Benjamin J: Kaplan and Sadock. Behavioral Sciences
Clinical Psychiatry, Seventh edition, Wiliam & Wilkins 428 East Preston Street, Baltimore,
Maryland 21202, USA, 1994.
2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, fourth edition, American Psychiatric
Association. Washington DC.
3. Goldman, Howard H; Review of General Psychiatry 4th edition : Appleton & Lange, 1995.
4. Nancy C Andreasen, Donald W Black (2001) : Introductory Textbook of Psychiatry, 3rd edition,
PP. 589-639
5. Setiabudhi, Tony : Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri) Cetakan ke delapan.

Gangguan Delusional 21

You might also like