You are on page 1of 2

Apakah cinta itu adalah naluri alami yang ditetapkan oleh allah SWT bagi manusia

???
Apakah manusia dapat menjalani hidup tanpa cinta?
Tentu kalian mengerti bahwa kita berbicara dalam kerangka agama. Kalian juga pas
ti mengira bahwa kami akan berkata, “cinta sejati itu adalah rasa cinta kalian kep
ada ayah dan ibu.” BENAR.
Ini adalah salah satu jenis dari rasa cinta, dan pada dasarnya cinta sejati itu
adalah cinta kepada allah SWT. Akan tetapi, biarkan kami bertanya, apakah manusi
a tidak memerlukan cinta??? Dapatkah ia hidup tanpa mencintai dan dicintai??? Da
patkah hal itu terjadi??? Tentu TIDAK!!!!
Tak seorang pun yang dapat hidup tanpa cinta. Inilah Fihrah (sifat bawaa
n). inilah naluri, insting, watak,atau tabiat. Kalau ALLAH SWT tidak menciptak
annya pada diri kita, maka tiada harapan bagi manusisa untuk dapat bertahan hidu
p dan berkembang biak ( mempertahankan kelangsungan hidup).
Naluri atau insting adalah salah satu faktor alam semesta ini yang terus
berjalan. Jadi tidak mungkin kita berfikir untuk memaksakan naluri, tidak mungk
in kita mematikan fungsi naluri ini dalam hidup kita dan tidak mungkin pula kita
bersikap masa bodo dan berpura-pura tidak tahu ketika kita memperbincangkan mas
alah ini.
Sebagian orang yang mengira bawa karena kita berbicara dalam bingkai aga
ma, maka tidak ada yang namanya cinta. Tentu saja, ini merupakan pola pikir yang
keliru dan tidak tepat.
Naluri dimulai sejak awal kehidupan, sejak diciptakan Adam as. Hadis Nab
i Saw menyebutkan bahwa ketika masuk surga, adam merasa kesepian. Artinya meskip
un hidup disurga, ia merasa ada sesuatu yang kurang.
Ia merasa bahwa dirinya membutuhkan Hawa. Patut di catat, ungkapan ini b
ukan sekedar imajinasi, khayalan belaka, namun benar-benar bersumber dari hadis
Nabi Saw. Ketika Adam sedang tidur, Allah SWT menciptakan Hawa dari tulang rusuk
nya. Adam pun terbangun dan mendapati hawa telah berada disisinya.
“siapa engkau?,”tanya adam.
“aku seorang wanita.”
Siapa nmamu?”
“hawa”
Mengapa engkau diciptakan?”
Agar engkau merasa senang kepadaku.”
Artinya hawa menjadi simbol ketentraman, agar engkau merasa senang kepad
aku, agar engkau menyukaiku. Bukan karena Hawa menjadi budaknya atau miliknya.
Maksudnya, hai adam dan semua kaum adam dimuka bumi ini sampai hari kiamat, kali
an tidak akan merasa senang, merasa tentram kecuali ada hawa disisimu. Inilah ag
ama kita,islam kita dan pemahaman kita tentang agama ini.
Al-quran memposisikan kedua orang ini (Adam dan Hawa) derajat dan tanggung jaw
ab bersama. Silahkan engkau membaca ayat ini, “ maka setan membisikan pikiran jaha
t kepada keduanya untuk menampakan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka
yaitu auratnya dan setan berkata, “Tuhan engkau tidak melarangmu dan mendekati po
hon ini, melainkan supaya engkau berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjad
i orang-orang yang kekal (dalam surga).” (QS. Al_Araf [7]:20).
Ayat-ayat tentang kisah adam dan hawa ini tidak menyebutkan bahwa iblis
hanya menertawakan dan menipu hawa saja, tetapi iblis menggelincirkan keduanya,
membisiki keduanya, sekali lagi keduanya (huma). Dengan demikian, tanggung jawab
ini juga harus dipikul keduanya. Kedua orang ini sama-sama makan buah khuldi, l
alu keduanya turun (diturunkan ke muka bumi).
Sejumlah atsar dan kisah-kisah kaum terdahulu (al-sabiqin) mengisahkan b
ahwa adam turun di india, sementara hawa turundi jeddah. Barangkali dari sinilah
munculnya nama al-jaddah Al-kubra (nenek tertua) anak cucu adam.
Dikisahkan bahwa adam terus saja mencari hawa hingga akhirnya kedua oran
g ini bertemu di gunung arafah. Kalau diperhatikan, pasti kalian akan menemukan
bahwa arafah lebih dekat ke kota jeddah daripada india, jadi adam lah yang meras
a sangat lelah dan paling banyak mencari hawa sampai ke arafah!!!!
Sebenarnya, dalam sejumlah penafsiran dapat di temukan sebuah ungkapan y
ang sangat indah. materi ini mengandung ketenangan, bukan beban yang menghimpit
seperti yang dipandang sebagian orang. Al-Qurthubi menyebutkan bahwa para malai
kat bertanya kapada Adam, “apakah kau mencintai Hawa?” adam menjawab, “Ya.” Dan bertanya
kepada siti Hawa, apakah kau mencintai adam?” ia menjawab, “Tidak” padahal, dalam hat
inya tersimpan rasa cinta yang jauh lebih besar daripada rasa cinta yang dimilik
i adam!! Aku menceritakan ini agar kita semua tau bahwa insting atau naluri men
cintai muncul sejak penciptaan adam dan Hawa.
Dalam Hadis yang menyebutkan, “Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam,” terd
apat pertanyaan, mengapa hawa diciptakan dari tulang rusuk adam, apakah ketika i
a sedang tidur? Mengapa Hawa tidak diiptakan ketika adam terbangun? Agar ia tida
k merasakan sakitnya penciptaan Hawa. Seakan-akan dia berada di bawah pengaruh o
bat bius, namun proses kelahirannya tetap berjalan berjalan tuntas ketika ia ter
bangun. Orang-orang berpendapat bahwa emosi hawa lebih kuat daripada emosi ada,
sehingga seorang wanita tidak merasa bersedih atau risau pada proses kelahirann
ya, bahkan ia pun tidak terlalu memerhatikan rasa sakitnya. Sementara itu, adam
tak akan mungkin mampu menahan hal itu.
Aku akan menyebutkan beberapa gagasan dan pengertian agar kita dapat men
capai pengakuan islam terhadap wanita.
Diantara gagasan ini ialah bahwa adam diciptakan dari tanah, sementara h
awa diciptakan dari tulang rusuk,artinya dari ssuatu yang hidup. Karena itu, kit
a dapat menemukan bahwa dalam kehidupan didunia ini, bik sebagai pedagang, pengr
ajin, ataupun petani dan lain-lain. Kaum adam lebih banyak bergelut dengan mater
i benda yang menjadi asal mula penciptaannya. Iaakan banyak berinteraksai dengan
tanah, bumi. Sedangkan kaum hawarelatif lebih banyak ergelut dengan ruh, manusi
a. Ia menjadi pendidik,menjadi ibu rumah tangga menjadi saudara perempuan maupun
anak perempuan. Ia paling banyakberinteraksi dengan sesuatu yang hidup. Karena
itu, ia disebut hawa karena dirinya diciptakan dari kehidupan.
Tentu saja, inilah wanita yang sebenarnya serta inilah peranan dan fung
sinya. Dihadapan kita ada hubungan-hubungan yang sangat indah dan luhur antara l
aki-laki dengan perempuan.

You might also like