You are on page 1of 15

Peran Komite Medik dalam Kredensial dan Re-Kredensial

Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta. Pendahuluan Rumah sakit diharapkan memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel yang terdiri dari (paling sedikit) atas unsur pimpinan (kepala atau direktur), unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.1 Organisasi rumah sakit bertujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit dengan menjalankan tata kelola perusahaan (Corporate Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Clinical Governance).2 Sedangkan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance) adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan profesional, dan akreditasi rumah sakit3 sebagaimana ilustrasi pada Gambar 1 di bawah. Oleh karena itu keberadaan profesi medis di rumah sakit sangat penting dan strategis dalam menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit. Maka pengorganisasian dan pemberdayaan profesi medik dalam atau wadah Komite Medik sangat penting untuk membangun dan memajukan rumah sakit tersebut baik dari segi pelayanan, pendidikan maupun penelitian. Bila kita kaji akan inti tujuan dari Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran inti keduanya hampir mirip4,5, hanya ada penambahan

Disampaikan pada Seminar Peran Komite Medik dalam Kredensial dan Re-kredensial diselenggrakan oleh RSUP Dr. Kariadi Semarang, 22 Juni 2011. 1 Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 33 Ayat 1 dan 2 2 Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 36 3 Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Penjelasan Pasal 33 4 Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 3

mengenai aksesibilitas6 untuk mendapatkan pelayanan pada Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

5 6

Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 3 Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 3 Ayat 1

Peran dan fungsi Komite Medik di rumah sakit adalah menegakkan etik dan mutu profesi medik.7,8 Yang dimaksud dengan etik profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)9, Kode Etik Penelitian Kedokteran Indonesia (untuk saat ini dapat diadopsi dan digunakan Kode Etik Penelitian yang dipakai oleh institusi pendidikan)10 dan untuk rumah sakit pendidikan ditambah dengan Kode Etik Pendidikan Kedokteran Indonesia (untuk sementara ini bagi profesi medik dapat mengacu kepada KODEKI). Terdapat banyak sekali mengenai istilah kredensial, appointment, appraisal, privileges dan peninjauan kembali (re) serta mekanisme tatacara pelaksanaannya namun yang menarik adalah suatu pernyataan bahwa setiap rumah sakit melalui komite medik dan dituangkan dalam medical staff bylaws - membuat sendiri prosedur kredensialnya sesuai dengan situasi dan kondisi setempat serta sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku di negara tersebut.11,12,13,14 ,15,16,17,18,19,20,21,22

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 631/SK/Menkes/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di rumah sakit. 8 Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI Nomor HK 00.06.1.4.2895 tanggal 23 Mei 2007 tentang Fungsi, Tugas dan Wewenang Komite Medis di Rumah Sakit. 9 Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 8 huruf f dan penjelasannya. 10 Komunikasi pribadi dengan Prof. DR. Dr. FA. Moeloek, Sp.OG (Ketua Konsil Kedokteran) Rabu 16 Mei 2007. 11 Joint Commission. The medical staff handbook a guide to Joint Commission Standards. 2nd Ed. JCAHO; 2004. 12 UK Department of Health. Literature review relating to credentialing in medical professions. February 2010. 13 Kristeller AR. Medical staff: privileging and credentialing. N J Med.1995;92:2628 14 American Medical Association. Physician privileges and credentials, In: CME resource guide. Chicaho, IL;1993. 15 Shaw C. Standards in the NHS. J R Soc Med 2005;98:224-7 16 British Medical Association. Patient safety and clinical risks. December 2002 17 New South Wales Department of Health. The clinicians toolkit for improve patient care. 1st Ed. November 2001 18 British Medical Association. Appraisal: a guide for medical practitioners. November 2003 19 Lugon M. Appraisal, revalidation and fitness to practice. Clin Gov Bull 2004;5(4):1-12 20 OConnor ME, Committittee on Hospital Care. AAP Medical staff appointment and delineation of pediatric privileges in hospitals. Pediatr 2002;110(2):414-8 21 American College of Emergency Physician (ACEP). Physician credentialing and delineation of clinical privileges in emergency medicine. Ann Emerg Med 2006;48:511 22 Hoekstra J. Credentialing, competency and see one, do one, teach one. Ann Emerg Med 2004;43: 475-6.

Konsep Komite Medik tentang Kredensial Konsep dan filosofi Komite Medik RS adalah perpaduan antara ketiga komponen yang terdiri dari Etika Profesi, Mutu Profesi dan Evidence-based Medicine (EBM) sebagaimana terlihat dalam Gambar 2.23

Gambar 2. Konsep dan Filosofi Komite Medik RS: Etika, Mutu dan Evidencebased Medicine (EBM)23

Struktur dan Kontruksi Komite Medik tentang Kredensial Kontruksi mengenai rekrutmen tenaga medis danproses kredensial Komite Medik merangkum berbagai tingkat dalam organisasi dalam rumah sakit dengan dimensi pelayanan, pendidikan dan penelitian (sebagai nilai tambah) dalam suatu sistem (struktur-proses-output) di Komite Medik dan SMF terkait sebagaimana dalam Gambar 3 berikut.

23

Firmanda D. Sistem Komite Medik RS Fatmawati, 20 Februari 2003.

Gambar 3. Kontruksi untuk rekrutmen dan proses kredensial dalam bentuk kerangka portfolio ruang lingkup profesi medis tingkat RS, Instalasi dan Profesi di RSUP Fatmawati. 23

Model Komite Medik tentang Kredensial untuk Clinical Governance Rekrutmen dan proses kredensial tenaga medis merupakan input (struktur) dari sumber daya rumah sakit dalam rangka implementasi Clinical Governance yang telah disusun kerangka konsep kerjanya sejak tahun 2001 oleh Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta sebagaimana dalam Gambar 4 berikut.

Gambar 4. Model dan Kerangka Kerja Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta rekrutmen dan proses kredensial termasuk dalam structure kotak nomor 27. 23

Proses Kredensial Kredensial adalah salah satu proses dalam rangkaian rekrutmen tenaga medis di rumah sakit sesuai kebutuhan (needs) tenaga profesi medis tersebut. Kebutuhan (needs) dan kriteria akan tenaga medis di setiap Staf Medis Fungsional (SMF) disesuaikan dengan hasil analisis dan rencana kebutuhan dari SMF terkait serta dilakukan setiap tahun (sebagaimana contohnya dapat dilihat dalam Gambar 3).

Gambar 3. Contoh analisis dan kriteria kebutuhan tenaga medis di salah satu SMF di RSUP Fatmawati untuk tahun 2006 sampai dengan tahun 2018.

Sedangkan alur rekrutmen dan prosedurnya sebagaimana contoh dalam Gambar 4 dan 5 berikut.

Gambar 4. Mekanisme alur rekrutmen tenaga medis di RSUP Fatmawati. 23

Gambar 5. Prosedur rekrutmen tenaga medis di RSUP Fatmawati. 23

Proses Kredensial di tingkat Komite Medik RSUP Fatmawati terdiri dari 2 tahap yakni : 1. Tahap pertama terdiri dari 2 ujian: a. Tes Psikometrik MMPI-2 b. Tes Kepribadian 2. Tahap Kedua : Penilaian kompetensi profesi dan etika profesi kedokteran. Hasil dari kedua tahap tersebut berupa Berita Acara dan Rekomendasi yang bersifat rahasia kepada Direktur Utama sebagai bahan pertimbangan penerimaan atau penolakan tenaga medis tersebut Gambar 6 dan 7.

Gambar 6. Berita Acara Penilaian Kredensial tenaga medis di RSUP Fatmawati. 23 10

Gambar 7. Rekomendasi hasil penilaian kredensial tenaga medis. 23

11

Surat rekomendasi tersebut sebagai bahan pertimbangan Direkur Utama untuk menolak atau menerima tenaga medis. Bila tenaga medis tersebut diterima maka Direktur Utama akan menetapkan Clinical Appointment yang bersangkutan di SMF tertentu dalam bentuk Surat Penugasan. Pada tingkat SMF terkait dalam Sistem SMFnya yang meliputi dimensi fungsi keprofesian dengan ruang lingkup pelayanan, pendidikan dan penelitian akan menerbitkan Surat Penugasan di tingkat Divisi dalam SMF (sebagaimana contoh dalam Gambar 8 dan 9).

Gambar 8. Contoh portfolio ruang lingkup dokter dalam penugasan pada tingkat Divisi dalam SMF di RSUP Fatmawati

12

Gambar 9. Contoh uraian tugas dalam portfolio dokter di salah satu SMF. Berdasarkan seluruh proses kegiatan diatas dan Surat Rekomendasi hasil proses kredensial (Clinical Appraisals) , Surat Penugasan Direktur Utama (Clinical Appointment), Surat Penugasan SMF terkait untuk tingkat divisi (Clinical Appointment), Standar Profesi dari profesinya, Standar Pendidikan dan Sertifikat Kompetensinya dari kolegium - Komite Medik akan menerbitkan Kewenangan Klinis (Clinical Privileges) yang bersangkutan.

13

Re-Kredensial Sebelum masuk kedalam tahap Re-Kredensial yang dilakukan di Komite Medik, proses Re-appraisal dilaksanakan terlebih dahulu di tingkat SMF terkait. Proses Re-kredensial di tingkat Komite Medik dilaksanakan berdasarkan: 1. Adanya peningkatan kompetensi individu yang bersangkutan seperti: a. Telah selesai mendapatkan ijasah Sp.1 dan Sertifikat Kompetensi sebagai dokter spesialis. b. Telah selesai mendapatkan ijasah Sp.2 dan Sertifikat Kompetensi sebagai dokter spesialis konsultan. 2. Mutasi penempatan Surat Keputusan Direktur Utama (re-appointment) seperti: a. Pengembalian dari jabatan struktural ke fungsional b. Mutasi dimensi tempat melaksanakan ke profesian c. 3. Hasil Re-Appraisal tingkat SMF 4. Hasil telaah Sub Komite Etik dan Mutu Komite Medik Ruang lingkup dalam proses re-kredensial meliputi dimensi pelayanan, pendidikan dan penelitian serta kode etik kedokteran yang berlaku. Hasil Re-Kredensial Komite Medik berupa rekomendasi: 1. Peninjauan Kewenangan Klinis a. Pembatasan b. Penarikan c. Pemberian 2. Pendidikan khusus 3. Penempatan dimensi tempat

Terima kasih Jakarta 11 Juni 2011 Dody Firmanda.

14

You might also like