You are on page 1of 82

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

SKRIPSI STUDI KUALITATIF TENTANG FAKTOR PENYEBAB KETIDAKBERHASILAN MENYUSUI SECARA EKSKLUSIF DI WILAYAH RW 04 KELURAHAN GEDANGANAK

Oleh NORI SULISTYAWATI NIM: 010401072

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

SKRIPSI STUDI KUALITATIF TENTANG FAKTOR PENYEBAB KETIDAKBERHASILAN MENYUSUI SECARA EKSKLUSIF DI WILAYAH RW 04 KELURAHAN GEDANGANAK Skripsi ini diajukan sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Oleh: NORI SULISTYAWATI NIM: 010401072

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2008

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Program Studi Ilmu Keperawatan Skripsi, Maret 2008 Nori Sulistyawati Studi Kualitatif Faktor Penyebab ketidakberhasilan Menyusui Secara Eksklusif Di Wilayah RW 04 Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur (xiii+ 46 halaman + 22 lampiran) ABSTRAK ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. Perilaku menyusui bayi dianggap sebagian orang suatu tingkah laku yang tradisional, sehingga sedikit demi sedikit ditinggalkan. Tujuan penelitian ini adalah bagaimana fenomena tentang faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan teknik Snowboll sampling didapatkan 5 responden yang memiliki anak usia 6 9 bulan di wilayah RW 04 Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab dari ibu adalah ASI belum keluar, ASI sedikit, pengetahuan. Faktor penyebab dari lingkungan adalah kurangnya dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan. Dari hasil penelitian ini diharapkan agar responden meningkatkan pengentahuannya tentang ASI eksklusif sehingga dapat memotivasi diri untuk menyusui secara eksklusif, dan mencari dukungan dari lingkungan sekitar. Kata kunci : ASI eksklusif Kepustakaan : 34 (1996 2007)

The School Of Health Ngudi Waluyo Nursing Science Study Program Thesis, March 2008 Nori Sulistyawati The qualitative study of failure factor of giving milk by exclusive in area RW 04 Gedanganak-Ungaran district Abstract Mothers milk is nutritive food because it is not necessary to add more composition, besides mothers milk is easy to be digested by baby and immediately absorbed. The growth and development of baby is mostly determined by the quantity of mothers milk consumed by the baby including that is energy and another nutritive element contain in mothers milk. Behavior giving of baby opinion some people is manner that traditional so that long time leaved. The purpose of this research is how phenomena about failure factor of giving milk by exclusive. The type of this research is qualitative research with phenomenology. The sample of this research uses purposive sampling and snowball sampling. It is found 5 samples have children age 6-9 month in area Gedanganak-Ungaran district. The result of the research is to point out that the internal factor that cause failure the mothers knowledge. Otherwise the external factor the environment is insufficient support from her family and medical team. From this research is expected the respondent increase their knowledge about mothers milk exclusive so that can the motivate themselves for giving milk exclusively and looking for support from the environment. Key words Reference : Exclusive Mother Breast Milk : 34 (1996-2007)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk ujian.

Ungaran, Maret 2008

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Sugeng Maryanto, M.Kes.

Priyanto, S.Kep., Ns.

PANITIA UJIAN SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES NGUDI WALUYO

Ungaran, 29 Maret 2008 Mengetahui Penguji I

(M. Hasip Ardani, S.Kp.,M.kes)

Penguji II

(Drs. Sugeng Maryanto, M.kes)

Penguji III

(Priyanto, S.Kep.,Ns)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh Alhamdulillah dengan Rahmad dan hidayah yang diberikan tanpa batas kepada setiap Hamba-Nya dan dengan Kemurahan-Nya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Studi kualitatif faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif. Sholawat dan Salam atas Nabiyullah Muhammad SAW yang diutus ke dunia untuk menyampaikan

Risalah-Nya dan dijadikan Uswatun Hasanah bagi manusia seluruhnya. Penulis sadar sebagai manusia yang tak luput dari salah dan khilaf pastilah masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis berharap adanya masukan dari pembaca sekalian. Ucapan maaf yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini dan penulis ucapkan terimakasih kepada: 1. 2. Asaat Pitoyo, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua STIKES Ngudi Waluyo. Priyanto, S.Kp., Ns., sebagai Ketua Program Studi Ilmu keperawatan STIKES Ngudi Waluyo. 3. Drs. Sugeng Maryanto, M.Kes., sebagai Pembimbing I yang begitu arif bijaksana membimbing peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 4. Priyanto, S.Kp., Ns., sebagai Pembimbing II yang senantiasa memberikan motivasi dan banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh bersahaja. 5. Seluruh Dosen Pengajar PSIK STIKES Ngudi Waluyo yang telah memberikan ilmunya kepada mahasiswa sehingga dapat bermanfaat.

6.

Abahku tercinta H. Suparto (Alm) yang memotivasi penulis untuk menempuh pendidikan kesehatan, Alhamdulilah penulis bisa menjalankan amanahnya.

7.

Ibunda tercinta Hj Supiati yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dengan penuh semangat.

8.

Kakak- kakakku, Mb.Ida, Mb khot, Mb Rom, Mb Nifa, Mb Fat, atas idenya dan berbagi pengalamannya sebagai ibu menyusui.

9. 10.

Andik dan Nia, yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis. Keluarga besar kost Pak Warno yang sudah menjadi keluargaku yang ke dua, Juli, Hilda, Santi, Fenny, Dina, Ita

11.

.Teman-taman seperjuanganku Desi, Toni, Nina, Metty, Marti, Sulis, Ratih, Ika dan semua yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu tanhks untuk semangatnya.

12.

Teman-teman PSIK A dukungan.

satu angkatan yang memberikan bantuan dan

13.

Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam pelaksanaan penulis skripsi ini. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh

Ungaran, Maret 2008

Peneliti

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Tempat dan Tanggal Lahir Alamat

: Nori Sulistyawati : Malang, 27 Maret 1985 : Jl. Patimura Gg. V No. 4 Temas- Batu Kabupaten Malang

Riwayat Pendidikan

: 1. SDN 01 Temas 2. SMP Islam Maarif Batu

lulus Th 1997 lulus Th 2000

3. SMA Islam Almaarif Singosari lulus Th 2003 4. Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i ABSTRAK.....................................................................................................iii LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................v LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................vi KATA PENGANTAR .................................................................................vii RIWAYAT HIDUP.......................................................................................ix DAFTAR ISI ..................................................................................................x DAFTAR GAMBAR...................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN A.......................................................................Latar Belakang

.................................................................................................1 B................................................................Rumusan Penelitian

.................................................................................................4 C....................................................................Tujuan Penelitian

.................................................................................................4 D.................................................................Manfaat Penelitian

.................................................................................................5 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A....................................................................ASI Eksklusif 1..................................................Pengertian ASI Eksklusif 2.. .Manfaat Pemberian ASI Untuk Bayi. 6 6

3................Manfaat Pemberian ASI Untuk Ibu . B...........................................................................Menyusui 1....................................Persiapan menuju masa menyusui 2..........................................................Persiapan psikologis 3......................................................Pemeriksaan payudara 4...............................................................Teknik menyusui 5................................................................Posisi menyusui 6...........................Langkah-langkah menyusui yang benar C.Faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif 1. 2. BAB III Faktor Dari Ibu...................................... Faktor Dari Lingkungan ...................17

11 12 12 12 13 13

15

KERANGKA KERJA PENELITIAN A.....................................................................Kerangka Teori

...............................................................................................19 B...................................................................Kerangka Konsep

...............................................................................................20 C...............................................................Definisi Operasional

...............................................................................................20 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A....................................................................Desain Penelitian B..............................................................Populasi dan Sampel 1. 2. Populasi Sampel 21 22 C................................................Tempat dan Waktu Penelitian 22 21

D.............................................................Alat Pengumpul Data E.......................................................................Etika Penelitian F.....................................................Proses Pengumpulan Data G..........................................................................Analisis Data H.........................................................................Validitas Data BAB V HASIL PENELITIAN A......................................Gambaran Karakteristik

23 23 24 26 27

Responden

...............................................................................................28 B....................................................................Hasil Wawancara

...............................................................................................29 C...................................................Fenomena Faktor Penyebab

...............................................................................................31 D......................................................Hasil Wawancara Sumber

...............................................................................................33 BAB VI PEMBAHASAN A.....................................Fenomena Faktor Penyebab Dari Ibu ...............................................................................................34 B.......................Fenomena Faktor Penyebab Dari Lingkungan ...............................................................................................41 C..............................................................Keterbatasan peneliti

...............................................................................................44 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A............................................................................Kesimpulan ...............................................................................................45

B.......................................................................................Saran ...............................................................................................46 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Gambar 3.2 : Skema Kerangka Teori : Skema Fokus Penelitian

LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran II : Permohonan Menjadi Responden : Persetujuan Responden

Lampiran III : Panduan Wawancara Mendalam Lampiran IV : Surat Ijin Penelitian Lampiran V : Transkip Wawancara

Lampiran VI : Jadwal Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ASI adalah makanan alamiah untuk bayi yang mengandung nutrisinutrisi dasar dan elemen dengan jumlah yang sesuai untuk pertumbuhan bayi. ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya tanpa memberikan makanan tambahan selama enam bulan pertama (Suririnah, 2004). Proses menyusui merupakan aktivitas yang menyenangkan dan memuaskan. Menyusui berarti memberikan ASI pada bayi, susu lain yang biasa diberikan kepada bayi umumnya dibuat dari susu sapi atau kadang susu kambing atau kedelai dan disebut susu formula karena susu tersebut harus diubah formulanya dengan mempertimbangkan keamanannya bagi sistem pencernaan bayi. Komposisi yang terkandung dalam susu formula tidak pernah berubah, semuanya disamaratakan bagi setiap bayi dan pada tingkatan umur yang sama, walaupun kebutuhan bayi yang satu dengan yang lain amatlah berbeda. Kandungan lemak (AA, DHA), karbohidrat, protein, vitamin, mineral, enzym, hormone dan yang paling penting zat antibodi yang terkandung dalam ASI tidak akan didapatkan dalam susu formula. Meskipun susu tersebut dimodifikasi sesuai resep hasilnya tidak sama dengan ASI (Heather, 2001).

Pada tahun 2001 WHO menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik, dengan demikian ketentuan sebelumnya, (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi (Fitria, 2007) Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. Untuk mencapai tumbuh kembang bayi secara optimal, WHO/UNICEF menetapkan Global Strategy for Infant and Young Child Feeding yang di Indonesia ditindak lanjuti dengan Penyusunan Strategi Nasional Pemberian Makanan Bayi dan Anak yaitu memberikan ASI dalam 30 menit setelah kelahiran, memberikan hanya ASI saja atau ASI Eksklusif sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dan bermutu sejak bayi umur 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun (Arifin, 2004). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9 dan antara 6-7 bulan 7,8%. Sementara itu cakupan pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu antara 1997 sebesar 10,8% menjadi 32,4% pada tahun 2002. Sedangkan tahun 2002-2003, bayi yang diberi ASI sampai empat bulan sebanyak 55,1 persen. Sedangkan bayi yang diberi ASI sampai enam bulan sebanyak 39,5 persen. ASI eksklusif sampai empat bulan ada 52 persen (Depkes, 2006).

Pemberian ASI di Indonesia hingga saat ini masih banyak menemui kendala. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Perilaku menyusui bayi dianggap sebagian orang suatu tingkah laku yang tradisional, sehingga sedikit demi sedikit ditinggalkan hal tersebut dipengaruhi oleh kemajuan di negaranegara industri yang memperkenalkan susu buatan untuk bayi dan mempunyai manfaat yang sama dengan ASI dengan promosi pemasaran makanan pengganti ASI secara gencar. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung ASI eksklusif, gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja. Kegagalan teknis menyusui bisa terjadi, misalnya karena bayi yang bersangkutan penah menggunakan dot. Keadaan psikologis ibu juga harus menunjang karena pengaruhnya terhadap keberhasilan atau kegagalan menyusui sangat besar. Sering dijumpai keadaan ibu yang terlalu khawatir bahwa dirinya tidak akan bisa menyusui. Ibu yang melahirkan pertama kali tidak tahu bagaimana cara memulai menyusui, mereka mengeluh ASI yang keluar sedikit sehingga mereka memutuskan memberikan tambahan susu botol sambil menunggu ASInya lancar. Pengalaman tersebut mempengaruhi ibu untuk melakukan hal yang sama ketika ibu melahirkan lagi (Wilda, 2006). Menurut Anies (2007) berbagai penelitian intenasional menentukan ASI ekslusif diberikan sampai bayi usia 6 bulan, karena hingga masa itu ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi. Setelah 6 bulan dapat diberi makanan pendamping ASI, mulai dari yang halus sampai agak padat sesuai

pencernakan bayi. Namun yang terjadi di Indonesia pada umumnya terutama di Jawa tradisi memberi makanan tambahan terhadap bayi yang baru berumur beberapa hari, seperti madu, pisang, dan lain-lain. Berdasarkan studi pendahuluan sementara oleh peneliti pada bulan November tahun 2007 di Kelurahan Gedanganak didapatkan data ibu yang mempunyai anak usia 6-12 bulan RW 01: 12 orang, RW 02: 14 orang, RW 03: 12 orang, RW 04: 19 orang, RW 05: 15 orang, RW 06: 20 orang, RW 07: 11 orang, RW 08: 10 orang, RW 09: 16 orang, RW 10: 12 orang, kemudian peneliti mewawancarai 2 orang ibu yang tinggal di RW 04 mengatakan sudah memberikan makanan lain selain ASI disamping menyusui. Berdasarkan fenomena dan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang Studi kualitatif tentang faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif di RW 04 Gedanganak.

B. Fokus Kajian Penelitian Fokus kajian penelitian yang diangkat adalah bagaimana fenomena tentang faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif di wilayah RW 04 Kelurahan Gedanganak?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Bagaimana fenomena tentang faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif di wilayah RW 04 Kelurahan Gedanganak

2. Tujuan khusus a.Menggali faktor ibu yang menyebabkan ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif b.Menggali faktor lingkungan yang menyebabkan ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif

D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat bagi perawat. Memberi informasi kepada perawat tentang fenomena faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif sehingga dapat memberikan penyuluhan kepada ibu menyusui tentang pentingnya ASI. 2. Manfaat bagi ibu Mengetahui tentang manfaat ASI eksklusif dan pentingnya ASI pada bayinya agar dapat mengambil sikap apa yang harus dilakukannya nanti bila melahirkan lagi. 3. Manfaat bagi peneliti Menambah ilmu dan pengalaman secara langsung melalui kegiatan penelitian dengan menerapkan teori yang didapat dan menerapkan ilmu riset keperawatan. 4. Praktik Keperawatan Fenomena-fenomena yang telah terungkap akan mempermudah

penyusunan rencana dan intervensi keperawatan untuk mengatasi fenomena yang terjadi seputar penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif 1. Pengertian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap deberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun (Purwanti, 2004). ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Ana fitria, 2007). 2. Manfaat pemberian ASI secara eksklusif untuk bayi Menurut Roesli (2000) manfaat ASI untuk bayi yaitu: a. ASI sebagai Nutrisi Air susu ibu secara khusus disesuaikan untuk bayinya sendiri misalnya ASI dari seorang ibu melahirkan bayi prematur

komposisinya akan berbeda dengan ibu yang melahirkan cukup bulan. Selain itu, komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari kehari. ASI yang keluar pada menit-menit pertama menyusui disebut foremilk, sedangkan ASI yang keluar pada saat menyusui disebut hindmilk. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang

benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. b. ASI meningkatkan daya tahan bayi Bayi yang baru lahir, otomatis secara alamiah akan mendapatkan zat kekebalan tubuh (imunoglobuloin) dari ibu melalui ari-arinya. Tetapi, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Pada saat zat kekebalan bayi mengalami penurunan, maka peranan ASI sangatlah penting sekali karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada usia sekitar 9 sampai 12 bulan. Kolostrum mengandung zat kekebaln 10-17 kali lebih banyak dari susu matur. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit diare dan menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi. c. Zat antivirus dan bakteri Kandungan gizi ASI paling baik adalah pada 3 hari pertama setelah bayi lahir. Masa ini disebut kolostrom, kolostrom mengandung protein, mineral, aneka vitamin (A,E dan B12) Kolostrom juga mengandung lebih sedikit lemak dibandingkan dengan ASI setelahnya. Kolostrom lebih banyak mengandung protein, zat anti virus dan anti bakteri dibandingakan dengan ASI pada umumnya. Zat anti virus dan

anti bakteri yang terkandung dalam kolesterol yaitu vlysozime (menghancurkan dinding sel patogen dan melindungan saluran pencernaan bayi). Bifidobakteri (mengasamkan lambung) laktoferin (mengikat besi), laktoperoksida (melawan bakteri), makrofage (melindungi kelenjar susu ibudan saluran pencernaan bayi). d. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan Tiga faktor yang mempengaruhi kecerdasan. Pertama faktor genetik yang menetukan potensi genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orang tua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi ataupun direkayasa. Kedua faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal. Faktor ketiga

Pertumbuhan otak Faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikt sekali terdapat pada susu sapi antara lain: Taurin, Laktosa, Asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega 3, omega 6) e. ASI eksklusif miningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang sering dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya, ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindungi dan disayangi yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.

3.

Manfaat pemberian ASI secara eksklusif untuk ibu Menurut Roesli (2000) manfaat ASI untuk bayi yaitu: a. Mengurangi perdarahan satelah melahirkan Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan, maka

kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (pospartum) akan berkurang. Hal ini disebabkan karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk kontriksi atau penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan. b. Menjarangkan kehamilan Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan. c. Mengurangi terjadinya anemia Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia karena kekurangan zat besi. Menyusui mengurangi perdarahan. d. Mengurangi kemungkinan menderita kanker Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan

mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, di duga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%.

e. Lebih cepat langsing kembali Menyusui memerlukan energi sehingga tubuh akan

mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil. f. Mengecilkan rahim Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan pada ibu yang tidak menyusui. g. Tidak merepotkan dan hemat waktu ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol, dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu botol akan lebih merepotakan terutama pada malam hari, apalagi kalau persedian susu habis pada malam hari maka kita harus repot mencarinya. h. Lebih ekonomis dan murah Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan ASI juga

menghemat pengeluaran berobat bayi, misalnya biaya jasa dokter, biaya pembelian obot-obatan, bahkan biaya perawatan di rumah sakit. i. Portabel dan praktis Mudah di bawa kemana-mana (portabel) sehingga saat berpergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk minim susu formula dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak atau

penghangat susu. ASI dapat diberikan di mana saja dalam keadaan siap dimakan / diminum, serta dalam keadaan suhu yang tepat. j. Memberi kepuasan ibu Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan dan kebagiaan yang mendalam.

B. Menyusui Menyusui adalah suatu proses yang terjadi secara alami, dan jarang sekali seorang ibu mengalami kegagalan dalam menyusui bayinya. Namun demikian, menyusui juga harus dipelajari terutama oleh ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak (Poedianto, 2003). Hal ini dimaksudkan agar mereka tahu bagaimana cara menyusui bayi yang benar. Selain itu bayi yang baru lahir juga belajar tentang cara menyusu yang benar. Pada dasarnya, kegiatan menyusui memerlukan kerjasama yang baik antar ibu dan bayi agar dapat diperoleh hasil yang maksimal (Supriyadi, 2002) Menyusui adalah suatu pengalaman belajar dan bagi ibu suatu masa penuh tantangan. Memberi makan bayi dengan Asi bukan saja memberikan awal kehidupan yang sehat dan bergizi, tetapi juga merupakan darah yang hangat, penuh kasih dan menyenangkan (Heather, 2001) 1. Persiapan menuju masa menyusui Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang sangat penting sebab dengan persiapan yang lebih baik ibu akan lebih siap untuk menyusui bayinya (Nichol, 2005). Oleh karena itu, sebaikanya ibu hamil masuk dalam kelas bimbingan persiapan menyusui atau dapat

juga mencari informasi tentang menyusui yang benar pada pusat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Rumah Bersalin atau Pukesmas. 2. Persiapan psikologis Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangatlah berarti, karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus sudah ada pada saat kehamilan (Purwanti, 2004). Sikap ibu biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adat/kebiasaan/kepercayaan menyusui di daerah masing-masing, pengalaman menyusui sebelumnya atau

pengalaman menyusui keluarga/kerabat, pengetahuan tentang manfaat ASI, kehamilan diinginkan atau tudak. Dukungan dari suami,

dokter/petugas kesehatan, teman atau kerabat dekat sangat dibutuhkan terutama bagi ibu yang baru pertama kali mempunyai anak. 3. Pemeriksaan payudara Tujuan pemeriksaan payudara ini adalah untuk mengetahuai lebih dini tentang adanya kelainan, sehingga diharapakan dapat dikoreksi sebelum persalinan. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada kunjungan pertama yang meliputi kegiatan inspeksi payudara dan palpasi payudara (Soetjiningsih, 1997). 4. Teknik menyusui Seorang ibu dengan bayi pertamanya akan menalami berbagai masalah, karena hanya tidak mengetahuai cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti misalanya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan putting terasa nyeri (Welford, 2001). Pada minggu pertama setelah persalinan seorang ibu

akan lebih peka dalam emosi. Untuk itu seorang ibu membutuhkan seseorang yang dapat membimbing dalam merawat bayi termasuk pada saat menyusui. Orang yang dapat membantu adalah orang yang sangat berpengaruh besar dalam kehidupannya atau disegani, seperti suami, keluarga, dokter, petugas kesehatan (Soetjiningsih, 1997). 5. Posisi menyusui Salah satu faktor yang mendukung kletidakberhasilan dalam menyusui adalah posisi yang baik (Supriyadi, 2002). Hal ini perlu dipelajari baik oleh ibu maupun bayi yang akan disusui. Untuk ibu antara lain adalah dapat mengatur posisi tubuh (duduk, berdiri, dan berbaring), agar nyaman selama menyusui sedangkan untuk bayi bukan hanya posisi tubuhnya yang harus benar tetapi posisi mulutnya juga harus benar ketika menghisap ASI. 6. Langkah- langkah menyusui yang benar Cara paling alami menyusui bayi adalah dengan tidak melihat waktu, melaikan hanya dengan menuruti keinginan setiap waktu bayi ingin menyusu menurut Hubertin (2004) cara menyusui yang benara adalah: a.Persiapan 1) Cuci tangan anda untuk menghilangkan kuman dan cuci

puting anda dengan air susu atau air. 2) Duduklah dengan posisi nyaman dan santai dengan

menggunakan kursi yang ada sandaran punggung dan lengan agar tidak sakit. Gunakanlah dingklik untuk kaki anda sebagai

penyangga bayi sehingga bayi tidak perlu menarik-narik puting anda atau duduk dengan bayak bantal di tempat tidur. 3) Posisi berbaring, sangga kepala anda dengan tangan anda,

sementara bayi dalam posisi tidur menghadap anda. Posisi ini nyaman untuk menyusui di malam hari, gunakan bantal untuk mengganjal bayi, agar jarak bayi tidak terlalu jauh dari payudara b. Menyusui 1) Mulai menyusui dengan payudara kanan, letakkanlah

kepala bayi pada siku bagian dalam lengan kanan, badan bayi mengahadap ke badan ibu 2) Letakkan lengan kiri bayi di di seputar pinggang ibu,

tangan kanan ibu memegang pantat / paha kanan bayi 3) Sanggahlah payudara kanan ibu dengan keempat jari tangan

kiri dibawahnya, dan ibu jari diatasnya, tetapi tidak diatas bagian yang berwarna hitam ( aerola mamae ) 4) Sentuhlah mulut bayi dengan putting susu bayi biasanya

akan reflek membuka mulut. Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar-lebar kemudian masukkan putting susu secepatnya kedalam mulut sampai daerah berwarna hitam (aerola), dagu menempel ke payudara anda dan kepalanya agak kebelakang sehingga hidungnya tidak tertutup payudara. 5) Apabila puting susu sulit masuk ke mulut bayi, lakukakan

trik sandwich , yaitu tekan puting anda dengan jempol dan

telunjuk sehingga segepeng mungkin, parelel dengan alur bibir bayi, dan masukkan ke dalam mulut bayi. c.Melepaskan hisapan bayi Setelah selesai menyusukan bayi selama 10-20 menit, lepaskanlah isapan bayi dengan cara: Masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke sudut mulut bayi atau dengan menekan dagu bayi kebawah d. Menyendawakan bayi Setelah hisapan bayi dilepaskan sendawakan bayi sebelum

menyusukan dengan payudara yang lain, dengan cara: Sandarkan bayi dipundak ibu tepuklah punggungnya dengan pelan sampai keluar sendawa atau bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu, sambil digosok punggungnya.

C. Faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif Banyak faktor yang menentukan ketidakberhasilan menyusui dari ibu maupun dari lingkungan sekitar ibu. 1. a. Faktor ibu Pengetahuan ibu

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan ibu dapat berguna sebagai motivasi dalam bersikap dan bertindak dimana segala sesuatu yang diketahui responden tentang ASI eksklusif yang meliputi pengertian, manfaat ASI eksklusif, kolostrum serta manajemen laktasi yang dapat menunjang

keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif (Arifin, 2004). b. Sosial ekonomi

Hubungan pemberian ASI dengan sosial ekonomi, ibu yang mempunyai sosial ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi. Bertambahnya pendapatan keluarga atau status sosial ekonomi yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan cepatnya pemberian susu botol (Arifin, 2004). c. Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia, dimana pendidikan tersebut sangat berperan dalam proses

pengembangan diri manusia (Notoatmodjo, 2003). Tingat pendidikan ibu merupakan determinan yang penting dalam menentukan lamanya menyusui dan pola pemberian ASI. d. Sikap ibu

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu kepercayaan (ide, konsep terhapat suatu objek), kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, dan kencenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2003). Sikap ibu

merupakan faktor yang penting dalam hal menyusui, karena sikap ibu nantinya akan menentukan bayinya akan disusui atau akan diberi pengganti ASI. 2. Faktor lingkungan Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi perilaku yang melibatkan faktor internal dan faktor eksternal. Lingkungan yang beperan dalam hal ini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. a. Dukungan keluarga Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota

keluarganya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang selalu bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga membuat keluarga

mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998). Kurangnya dukungan dari keluarga terutama dukungan dari ayah bayi dan orangtua mengakibatkan bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif. b. Dukungan petugas kesehatan Petugas kesehatan mempunyai peranan penting bagi keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Tempat melahirkan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah tetap memberikan bayinya ASI eksklusif atau memberikan susu formula

yang diberikan oleh petugas kesehatan maupun nonkesehatan sebelum ASInya keluar. c. Adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan Faktor keluarga mempengaruhi ibu untuk menyusui secara eksklusif, ibu yang baru melahirkan lebih percaya kepada kebiasaan- kebiasaan keluarganya atau orang tuanya yang dilakukan secara turun temurun daripada mengaplikasikan informasi dari petugas kesehatan d. Pengaruh promosi susu formula Promosi susu formula yang semakin gencar dengan menampilkan keunggulan-keunggulan yang dibuat menyerupai keunggulan ASI, serta dilengkapi dengan zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, membuat makin rendahnya tingkat penggunaan ASI (Welford, 2001)

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka teori Faktor penyebab 1. 2. Faktor dari ibu Faktor dari

lingkungan Ketidakberhasilan menyusui secara Pemberian ASI secara eksklusif Keberhasilan menyusui secara eksklusif eksklusif

Masalah menyusui 1. ASI mampet 2. ASI kurang 3. Payudara bengkak 4. Payudara lecet 5. mastitis

Gambar 3.1 Skema Kerangka Teori modifikasi Jenny (2006), Roesli (2007), Wilda (2006), dan Heather (2001)

B. Kerangka konsep Ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif


Gambar 3.2 Skema Fokus Penelitian

Faktor penyebab

C. Definisi konsep 1.ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin 1jam setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Sri, 2004). 2.Faktor dari ibu yang menyebabkan ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif yaitu kecemasan dan stres yang dapat menghambat proses laktasi. 3.Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi perilaku yang melibatkanfaktor internal dan faktor eksternal (Friedman, 1998). Lingkungan yang beperan dalam hal ini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Metode ini dipilih karena dengan pendekatan fenomenologis seorang peneliti ingin menggali pengalaman individu secara mendalam (Muhadjir, 1996). Menurut Moleong (2004) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata - kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Pada penelitian ini peneliti berusaha memahami mengenai fenomena faktor penyebab menyusui secara eksklusif di Gedanganak Kecamatan Ungaran dalam bentuk ungkapan, bahasa, cara fikir maupun cara pandang objek tersebut.

B.

Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kreteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu-ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di RW 04

Gedanganak kecamatan Ungaran Timur. 2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2002). Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling artinya didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti menurut tujuan penelitian. Pada purposive sampling diambil berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2002). Peneliti juga menggunakan Snowboll sampling yaitu teknik pengambilan sumber data dimulai dari satu makin lama makin banyak (Moleong, 2004). Hal ini dilakukan karena sumber data yang pertama belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data dengan demikian sumber data akan semakin besar. Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai taraf redundancy (datanya telah jenuh dan sampel tidak memberikan informasi baru yang berarti). Cara mencari responden pertama adalah dengan aksidental yang dipandang cocok sebagai sumber data oleh peneliti. Responden selanjutnya ditentukan dengan bertanya kepada ibu pertama siapa lagi ibu yang memiliki anak usia 6-12 bulan untuk dijadikan responden ke dua, penentuan responden tiga dari informasi responden dua dan responden selanjutnya dari responden yang terakhir di wawancarai dan berhenti apabila responden memberikan informasi kembali ke responden yang sudah di wawancarai dan data yang didapat sudah jenuh. C. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RW 04 Kelurahan Gedanganak kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Pebruari sampai dengan 4 Maret 2008.

D.

Alat Pengumpul Data 1. Alat perekam 2. Buku catatan interview dan alat tulis 3. Format wawancara mendalam (pedoman wawancara mendalam) dan peneliti merupakan instrumen kunci dalam pengumpulan data.

E.

Etika Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti memperhatikan etika dalam penelitian karena merupakan masalah yang sangat penting mengingat penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia yang mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Sebelum meminta persetujuan dari responden, peneliti memberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Adapun bentuk etika penelitian yang penting dilakukan yaitu:

1.

Informed consent (lembar persetujuan menjadi responden) Sebelum peneliti memberikan lembar persetujuan kepada

responden, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Setelah subyek penelitian mendapatkan informasi yang cukup mengenai penelitian kemudian lembar persetujuan

diberikan kepada calon responden yang diteliti untuk menandatangani surat persetujuan bersedia menjadi responden penelitian. 2. Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan nama subyek penelitian, hanya untuk lebih memudahkan dalam mengenali identitas, peneliti memakai simbol berupa sebutan responden 1, 2, 3 dan seterusnya. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan data-data yang didapatkan dari responden dijamin oleh peneliti. Adapun pada keadaan khusus seperti forum ilmiah atau pengembangan ilmu, akan mengungkapkan data yang didapatkan tanpa memakai nama asli subyek penelitian.

F.

Proses Pengumpulan Data Pengumpulan wawancara mendalam data pada penelitian ini menggunakan teknik

(Kusnanto, 2004). Sebelum wawancara mendalam

dilaksanakan, peneliti membuat pertanyaan sebagai pedoman di lapangan yang tidak bersifat ketat, dapat mengalami perubahan sesuai dengan kondisi di lapangan. Setiap responden akan diberikan batas waktu yang telah ditentukan. Setiap jawaban responden akan direkam dengan alat perekam, dicatat di buku catatan dengan alat tulis. Tahap-tahap dalam wawancara yaitu: 1. Tahap Persiapan Sebelum melakukan wawancara, peneliti sudah menentukan siapa orang yang akan diwawancarai karena telah mengadakan kontrak waktu

dan tempat dengan responden yang telah menandatangani inform consent. Menentukan alat perekam yang akan digunakan dan menyiapkan pokokpokok pertanyaan (Moleong, 2004). 2. Tahap Wawancara Dalam proses wawancara peneliti bertindak sebagai orang yang netral artinya tidak memihak pada suatu konflik pendapat (Moleong, 2004). Pertanyaan yang diajukan dikembangkan untuk mendapatkan data yang mendalam. Pertanyaan yang diajukan menggunakan kata-kata yang mudah dan jelas dimengerti oleh responden. Alat perekam digunakan setelah memperoleh persetujuan dari responden dan juga perlu membuat catatan lapangan. 3. Tahap Penutup Setelah melakukan wawancara, peneliti mengecek keabsahan data dan mengecek kualitas data. Kemudian peneliti mengakhiri wawancara dengan mengucapkan terima kasih pada responden (Moleong, 2004).

G.

Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikannya dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan kata kunci sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya ialah mereduksi data yang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman

yang inti, proses, dan penyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuansatuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya mencari kata kunci. Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah penafsiran dalam dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu (Moleong, 1999). Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa dengan analisa kualitatif menggunakan proses pikir induktif. Pengolahan data dan analisa data dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1. Memuat transkip wawancara dengan memindahkan pesan suara yang didapatkan selama wawancaradengan responden ke dalam bentuk pesan tertulis sesuai dengan bahasa yang digunakan, kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia agar mudah dimengerti. 2. Menyusun data dan menentukan mana yang akan dipakai, kemudian mengklasifikasikan dengan cara memberi kode sesuai katagori. 3. Menyusun data yang didapatkan berdasarkan katagori yang telah dibuat serta memahami unit-unit tersebut, merangkum unit-unit tersebut berdasar hubungan antar katagori. 4. Melakukan analisa data dengan menggabungkan antara teori tentang Faktor penyebab yang berhubungan dengan jawaban responden kemudian membahas satu-persatu.

H.

Validitas Data Menurut Sugiono (2005), agar data teruji tingkat validitas, maka dilakukan pemeriksaan keabsahannya. Untuk melihat kesesuain data yang dikumpulkan tentang Informasi mengenai faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif, yang berasal dari hasil wawancara dengan responden maka peneliti menggunakan tehnik triangulasi sumber yaitu informasi tidak hanya diperoleh dari responden (ibu menyusui) tetapi juga diperoleh dari kerabat atau orang lain (Porwandari, 1998) . yang dekat dengan responden

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Karakteristik Responden Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap 5 responden yang tinggal di RW 04 Kelurahan Gedanganak kecamatan Ungaran Timur. Adapun gambaran karakteristik responden dalam tabel 5.1. Tabel 5.1 Gambaran Karaktersitik Responden No 1 2 3 4 5 Karakteristik Usia Pekerjaan Pendidikan Usia anak Anak ke R1 33 Swasta SLTA 6 bln 2 R2 27 Swasta PT 8 bln 1 R3 39 Swasta SMP 6 bln 3 R4 23 Swasta SMK 7 bln 1 R5 22 Swasta SLTA 6 bln 1

B. Hasil wawancara 1. Penyebab ibu tidak langsung menyusui pasca melahirkan

Kotak 1 Kenapa ibu tidak langsung menyusui pasca melahirkan? Langsung menyusui, kelihatannya 1 jam setelah melahirkan. (R1) Tidak keluar langsung, keluarnya baru hari ke 2, jadi hari pertama itu cuma menstimulasi aja.(R2) Setengah jam langsung disusui, ASInya langsung keluar (R3) Hari ke 2 baru nyusui.. karena ASInya belum keluar... (R4) ,Hari ke tiga baru nyusui karena ASInya belum keluar (R5)

Fenomena faktor ibu yang menyebabkan ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif dari lima responden tiga responden tidak langsung menyusui karena ASInya belum keluar.

2.

Penyebab ibu memberikan susu formula

Kotak 2 Kenapa ibu memberikan tambahan susu formula? Ya.. itu karena saya puasa kalo dhak ya saya kasih ASI (R1) Susu formula mulai 7 bulan, karena aku dah mulai kerja, (R2) 2 hari setelah lahir untuk nyambung,aku habis melahirkan sakit (R3) Ya untuk nyambung khan ASInya yang keluar sedikit(R4) Ya..karena kalo pagi saya kerja, kalo saya dah dirumah ya saya susui(R5) Fenomena faktor ibu yang menyebabkan ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif alasan dari lima responden penyebab memberikan susu formula karena puasa, sakit, ASI yang keluar sedikit, dan bekerja. 3. Penyebab ibu memberikan makanan sebelum 6 bulan

Kotak 3 Kenapa ibu sudah memberikan makanan pada umur tersebut? ASInya kurang....pemberiannya kurang, maksudte adike nanti kurang kenyang .... (R1) ASInya kayanya kurang gitu makanya aku tambahi makanan tambahan..anaknya ini dhak kayak anak yang lain ya montok .... (R2) .. anaknya khan nangis terus, khan mungkin kurang kenyang ...(R3) Anaknya sering nangis, ... (R4) Oh itu mbak, anak saya kok nangis terus ...terus saya nanya sama ibu (neneknya) ya ibu nyuruh ngasih pisang, bubur. (R5) Fenomena faktor ibu yang menyebabkan ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif dari tiga responden alasan memberikan makan karena anaknya nangis terus, dua lainnya karena merasa ASInya kurang. 4. Dukungan keluarga

Kotak 4 Apa yang disarankan oleh keluarga kepada ibu tentang pola pemberian makan ? Iya katanya neneknya kok tidak di kasih bubur nok adike.....(R1) Maunya saya ngasih waktu umur 6 bulan tapi disuruh ngasih waktu umur 4 bulan sama neneknya.... (R2) Suami saya terserah saya yang penting anak saya tidak nagis (R3) Suruh ngasih umur 2 sama saudara ....(R4) .... kalo makan ibu saya yang nyuruh..suami saya ya terserah saya(R5)

Fenomena faktor lingkungan yang menyebabkan ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif dari lima responden empat responden disuruh oleh ibu responden, saudara responden, suami responden untuk memberikan makanan. 5. Dukungan petugas kesehatan

Kotak 5 Apa yang disarankan oleh petugas kesehatan khususnya tentang menyusui dan MP-ASI? Tidak ada, Cuma punya pengalaman yang anak pertama saya...(R1) Tidak ada, saya tahunya ya baca buku (R2) Tidak ada, selam 3 hari di RS saya tidak dikasih tau apa-apa. Saya pernah konsultasi disuruh ngasih susu formula saja (R3) Tidak ada, bidannya ngasih susu formula ya saya ikut saja....(R4) .....kalo MP-ASI tidak... (R5) Fenomena faktor lingkungan yang menyebabkan ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif dari lima responden tidak ada yang mendapatkan penyuluhan khususnya MP-ASI dari petugas kesehatan.

C. Fenomena faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif Dari hasil wawancara mendalam tentang fenomena faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif dibuatlah koding yang berisi kata-kata kunci dan kategori tertentu seperti dalam tabel 5.2

Tabel 5.2.

Fenomena faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif NO KATA KUNCI

KA TE GO RI 1.

Ibu tidak langsung menyusui pasca melahirkan karena

ASInya belum keluar

2.

ASInya belum keluar Ibu memberikan tambahan susu formula karena puasa, sakit, ASInya sedikit dan bekerja.

Ibu Sakit ASInya sedikit Bekerja Ibu puasa Anaknya nangis terus Merasa ASInya kurang Anaknya tidak montok Neneknya menyarankan memberi makan

3.

Ibu

sudah

memberikan

makanan sebelum usia 6 bulan karena Anaknya nangis terus 4. dan ibu merasa ASInya kurang Ibu mulai memberi makan pada bayinya karena didukung oleh keluarga.

Saudara saya menyuruh memberi makan

5.

Ibu tidak diberi penyuluhan oleh petugas kesehatan

Suami terserah saya Tidak diberi tahu tentang MP-ASI kalau tidak tanya

Tidak disarankan tentang MP-ASI

Tidak diberi penyuluhan tentang ASI

Diberi

saran

untuk

memberikan susu formula C. Hasil Wawancara Sumber Hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada respoden di lakukan uji validitas terhadap data yang diperoleh dengan melakukan wawancara sumber dari orang terdekat responden yaitu: Validitas R1 dengan suami, validitas R2 dengan orangtua (ibu), validitas R3 dengan suami, validitas R4 dengan saudara, validitas R5 dengan suami. Wawancara sumber kenapa isrtri/anak/saudara anda sudah memberikan makanan pada umur kurang dari 6 bulan dan apa yang anda sarankan? (R1) Anaknya agak rewel, saya tidak nyaranin apa-apa tapi ibu saya nyuruh istri saya ngasih makan ke anak saya. (R2) Saya suruh anak saya ngasih makan ke cucu saya karena anaknya kok kurus tidak montok. (R3) Anak saya tidak mau nyusu, kalo saya gimana istri saya aja. (R4) Anaknya rewel terus...dah saatnya makan ya saya suruh aja ngasih. (R5) Disuruh ibu saya, ya udah istri saya ngasih makan sama anak saya, kalo saya terserah aja.

Dari hasil wawancara sumber didapatkan kesamaan dan kesesuaian serta data saling mendukung dengan hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan peneliti kepada responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data tersebut valid.

BAB VI PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian terhadap lima responden tiga responden R2, R4 dan R5 tidak menyusui langsung pasca melahirkan. Kelima responden sudah memberikan susu formula pada bayinya yang berumur R1 dua bulan, R2 hari pertama, R3 hari kedua, R4 hari pertama, R5 hari pertama dan memberikan minuman lain selain ASI. Dan kelima responden tersebut juga sudah memberikan makanan tambahan sebelum ananknya berusia 6 bulan. R1 lima bulan, R2 dan R3 empat bulan, R4 dua bulan, R5 tiga bulan setengah.

A. Fenomena faktor dari ibu yang menyebabkan ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif Hasil penelitian menunjukkan tiga responden tidak langsung menyusui pasca melahirkan dan mulai menyusui menunggu ASInya keluar pada hari kedua. Apabila responden tahu pentingnya ASI eksklusif maka reponden akan melakukan konsultasi tentang perawatan payudara sebelum menyusui dan memilih tempat untuk melahirkan yang mendukung ASI eksklusif sehingga inisiasi dini bisa dilakukan walaupun ASInya belum keluar untuk merangsang produksi ASI. Menurut Suriviana (2005) persiapan ibu menyusui mulai dari enam minggu sebelum melahirkan, mulai memijat-mijat payudaranya dimulai dari pinggir ke putting untuk mengeluarkan sel-sel yang mungkin dapat menyumbat di kemudian hari dan merawat putting yang retak dan kering dengan krim antiseptic. Pada minggu-minggu terakhir sebelum melahirkan untuk mengurut payudara tiap kali habis mandi dengan handuk untuk

merangsang mengalirnya aliran darah ke payudara. Upaya persiapan menyusui sudah harus dilakukan sejak trimester akhir kehamilan. Perawatan payudara dan pengetahuan mengenai teknik menyusui yang benar sudah harus diketahui oleh ibu. Biasanya ini diajarkan di kelas-kelas senam hamil dan persiapan persalinan. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Purwanti (2004) apabila bayi tidak menghisap putting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormone prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru keluar pada hari kedua atau lebih. Maka seharusnya segera susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah melahirkan. Hal ini merupakan titik awal yang penting apakah bayi nanti akan cukup mendapatkan ASI atau tidak. Menurut Suriviana (2005) bayi hendaknya disusui sedini mungkin, bahkan ada yang menganjurkan diberikan pada waktu ibu di kamar bersalin seperti R1 dan R2. Pada umumnya sebelum lima jam setelah melahirkan harus sudah dicoba menyusui bayinya, walau ASI belum keluar, untuk memberi rangsangan pembuatan ASI. Dengan tidak adanya rangsangan pada putting susu berarti membiarkan kadar hormone oksitosin turun secara perlahan dalam peredaran darah sehingga ASI dalam lobus tidak terperas. Keadaan ini akan menyebabkan ASI yang keluar sedikit bahkan mungkn berhenti setelah melahirkan bayi lahir atau ASI akan keluar sedikit dan berhenti sebelum berumur enam bulan. Menurut Lisa (2007) riset menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang diletakkan di perut ibu setelah lahir, akan mampu mencari payudara ibu dan menyusu dengan baik dalam kurun waktu kurang dari 50 menit. Memisahkan

bayi dari ibunya sebelum hal tersebut dilakukan akan membuat bayi kehilangan kesempatan besar. Bayi akan mengantuk dan kehilangan minatnya untuk menyusu pada ibunya. Akibatnya proses inisiasi menyusui mengalami hambatan. Proses inisiasi menyusui dilakukan paling tidak satu jam pertama setelah ia lahir, hal ini akan menunjang proses lancarnya ASI. Hasil penelitian responden memberikan tambahan susu formula karena responden puasa, tidak sehat, responden beranggapan bila sakit tidak bisa menyusui selama, ASInya sedikit, responden sudah mulai masuk kerja dan ASI belum keluar. Seharusnya hal tersebut tidak perlu dilakukan karena ASI yang keluar sedikit hanya terjadi pada minggu pertama, dan ibu bisa memerah susu dan dimasukkan ke dalam botol apabila ditinggal kerja. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan ada kondisi dimana susu formula boleh diberikan. Susu formula hanya boleh diberikan pada keadaan sangat terbatas, yaitu telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui dari ibu, dan relaktasi tidak memungkinkan serta diberikan hanya kepada anak yang tidak dapat menyusu, misalnya: anak piatu. Menurut Husaini (1999) bila ASI yang keluar sedikit hendaknya bayi dapat menyusu pada kedua payudara masing-masing selama 3 sampai 6 menit dan dapat juga diberikan susu formula sebagai supplementasi dalam keadaan ASI benar-benar tidak mencukupi, bukan sebagai pengganti ASI seperti yang dilakukan oleh R3 dan R4 memutuskan untuk berhenti menyusui. Rasa susu formula dapat mempengaruhi perkembangan rasa bayi terhadap ASI, bayi yang sudah diberi susu formula, kerap kali menolak ASI karena sudah tidak menyenangi lagi rasa ASI sesuai yang dialami oleh R3 yang memutuskan

untuk terus memberikan susu formula karena anaknya tidak mau menyusu karena sudah merasakan susu formula. Responden memberikan tambahan susu formula karena harus kembali bekerja. Hal tersebut sesuai menurut pendapat Soraya (2007) Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena ibu sibuk. Menurut krisnatuti (2007) tidak selama seorang bayi bersama dengan bayinya. Umumnya, faktor pekerjaan akan memisahkan ibu dan bayi untuk sementara. Menurut Rahmawati (2006) Tidak ada jadwal khusus yang bisa diterapkan untuk pemberian ASI pada bayi. Jadi, ibu harus siap setiap saat bayi membutuhkan ASI. Akibatnya, jika ibu diharuskan kembali bekerja penuh di luar rumah sebelum bayi berusia enam bulan, pemberian ASI eksklusif ini tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI. Kendati demikian, hal itu tidak berarti kesempatan ibu yang bekerja untuk memberi ASI eksklusif kepada bayinya hilang sama sekali. Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif bagi sang buah hati. Selain diberikan secara langsung, yakni dengan menyusui si kecil, ASI juga dapat diberikan secara tidak langsung dengan cara memberikan ASI perah. Responden memberikan susu formula pada bayinya karena puasa. Menurut Fitriah (2007) Bagi ibu menyusui yang disarankan berpuasa adalah ibu menyusui dengan usui bayi 6 bulan keatas. Sementara bagi ibu yang

menyusui ASI eksklusif bisa tidak berpuasa karena harus menyusui tiap dua jam sekali dan si bayi belum memperoleh makanan pendamping ASI. Saat ibu menyusui berpuasa, pola menyusui akan berubah. Pasokan ASI akan berkurang pada siang hari namun melimpah pada malam hari. Cara tetap memberikan ASI saat puasa, pada waktu sahur usahakan banyak minun yang hangat, setelah sahur langsung menyusui dan beri sesuai permintaan. Saat buka minum hangat untuk memperlancar ASI dan segera menyusui, sebelum tidur makan-makanan yang ringan dengan minuman hangat. Responden memberikan susu formula karena ASInya belum keluar. Menurut fitria (2007) belum keluarnya ASI pada hari pertama kelahiran adalah sesuatu yang normal. Hari-hari pertama ditandai dengan keluarnya kolostrum dengan jumlah yang kecil tetapi sangat penting untuk antibodi bayi, ASI resminya baru keluar 2-3 hari sejak melahirkan. Bayi secara alami akan tahan selama 2-3 hari sejak lahir tanpa ASI. Sayangnya banyak ibu tidak tahu akan hal tersebut dan keburu pesimis karena susu yang tidak langsung keluar padahal sebenarnya normal. Belum keluarnya susu di hari-hari pertama sejak melahirkan bukan alasan yang tepat untuk memberikan susu formula. Pemberian susu formula pada hari pertama sejak lahir bisa mengakibatkan bayi bingung punting, yang menyebabkan mengisap punting ibunya dengan cara yang salah, dan ini menyebabkan lecet puting dari berbagai masalah menyusui lainya. Hasil penelitian alasan responden memberikan makanan pendamping ASI pada anaknya sebelum usia 6 bulan karena anaknya menangis terus

bertanda anaknya kurang kenyang dan anaknya kurang montok bila hanya diberi ASI. Menurut Husaini (1999) kecemasan ibu terhadap bayi menangis sebagai tanda kurang mendapatkan ASI tidak begitu beralasan. Kurang mendapat ASI dalam beberapa hal menyebabkan bayi menangis, tetapi tidaklah berarti bahwa setiap kali menagis bayi lapar. Kecemasan tersebut ada kaitannya dengan pengetahuan ibu yang kurang tentang banyaknya ASI yang bayi dapatkan setiap hari dari ibunya. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Soraya (2005) umumnya ibu memberikan MPASI kurang dari 6 bulan yang beranggapan kalau anaknya kurang kenyang dan akan tidur nyenyak jika diberi makan hal tersebut karena belum sempurnanya sistem pencernaannya harus bekerja lebih keras untuk mengolah dan memecah makanan. Kadang anak yang menangis terus dianggap sebagai anak tidak kenyang padahal menangis bukan sematamata tanda lapar. Bayi yang lebih kenyang apabila diberi susu formula atau MPASI adalah akibat makanan tersebut lebih sulit dicerna oleh bayi. ASI memang lebih mudah dicerna, dan lambung bayi kapasitasnya kecil sekali, sehingga bayi akan lebih sering minta ASI daripada susu formula atau MPASI. Menurut Purwanti (2004) alasan memberian makanan tambahan mulai usia 6 bulan karena hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberi secara tepat dan benar. Namun kenyataanya 60% bayi belum berumur 4 bulan sudah mendapatkan tambahan susu formula dan makanan. Pada saat bayi berumur 6 bulan sistem pencernaan mulai matur, jaringan pada usus halus bayi pada

umumnya

seperti

saringan

pasir.

Pori-porinya

berongga

sehingga

memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Responden memutuskan memberikan tambahan makan berupa pisang, bubur susu pada umur dua bulan, tiga bulan setengah, empat bulan, dan lima bulan hal tersebut dilakukan karena anaknya sering menangis padahal sudah disusui beberapa jam yang lalu dan responden berfikiran anaknya sudah mulai makan sehingga memutuskan memberi makan agar anaknya diam. Menurut Fitria (2005)
lonjakan pertumbuhan

(growth spurts), selama kira-

kira 2-3 hari. Growth spurts itu seringkali terjadi umur 3 minggu, 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan. Saat itu, bayi akan membutuhkan lebih banyak susu dari sebelumnya, sehingga dia akan meminta ASI lebih sering bahkan setiap setengah jam, selama 2-3 hari itu. Turuti kemauan bayi seberapa seringnya pun, karena payudara anda akan beradaptasi dengan membuat ASI lebih banyak lagi. Setelah beberapa hari, jarak antar menyusui akan menjadi lebih jarang kembali. Memberikan makanan pengganti ASI sebelum enam bulan tidak ada keuntungan, selain kelebihan berat badan yang tak perlu bisa jadi MP-ASI tersebut memicu alergi pada bayi, gangguan pencernaan atau obesitas.

B. Fenomena faktor lingkungan yang menyebabkan ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif Dari lima responden, empat responden disarankan oleh keluarganya untuk memberikan makanan pada anaknya sebelum usia 6 bulan. Menurut

Soraya (2005) pemberian ASI eksklusif tak hanya bergantung pada pengetahuan ibu ataupun motivasi petugas kesehatan, tapi juga adat kebiasaan. Ketidakberhasilan menyusui secara Eksklusif sangat tergantung terhadap ibu. Namun peran anggota keluarga yang lain juga tidak dapat dikesampingkan begitu saja, terutama peran suami. Dorongan semangat dari suami sangat membantu keyakinan akan keputusan menyusui secara eksklusif. Banyak faktor yang menghambat keinginan seorang suami untuk turut menyukseskan pemberian ASI secara Eksklusif. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah budaya masyarakat yang secara turun-temurun meyakini bahwa masalah pemberian ASI adalah permasalahan perempuan. Sehingga tabu bagi seorang ayah bila ikut serta memikirkan atau bahkan membantu istrinya dalam pemberian ASI pada bayinya. Belum adanya media informasi yang secara khusus membantu ayah dalam memperluas wawasannya tentang ASI dan permasalahannya. Faktor yang klasik adalah ayah terlalu sibuk tenggelam dalam pekerjaannya sehingga tidak ada waktu untuk turut membantu istri dalam memberikan ASI secara Eksklusif. Menurut Wilda (2006) tak jarang, para suami dan keluarga besar yang tidak mengerti, ketika melihat anaknya menangis menganggap bayi barunya itu kelaparan, sehingga memilih untuk memberikan susu formula. Hal itu tentu saja menjadi penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif. Padahal, bayi menangis tak selalu karena lapar. Bisa saja karena popoknya basah atau hanya ingin dipeluk oleh ibunya. Faktor keluarga juga mempengaruhi ibu untuk menyusui secara eksklusif, ibu yang baru melahirkan lebih percaya kepada kebiasaan- kebiasaan keluarganya atau orang

tuanya yang dilakukan secara turun temurun daripada mengaplikasikan informasi dari petugas kesehatan Menurut Yulianta (2007) keluarga merupakan faktor eksternal yang paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI ekslusif. Karena dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri ibu. Dukungan keluarga dapat mengarah pada hal yang bersifat positif dan negatif. Dukungan yang mengarah pada sifat positif misalnya anjuran untuk tetap menyusui, menganjurkan mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk meningkatkan produksi ASI. Sedangkan dukungan yang negatif meliputi anjuran untuk menggunakan pengganti ASI, memberikan makanan

pendamping lebih awal. Kebiasaan memberikan MP-ASI dini seolah menjadi adat yang sangat diyakini oleh ibu untuk dapat memberikan efek yang positif terhadap bayi mereka, meskipun ternyata kebiasaan yang telah diyakini oleh ibu merupakan tradisi yang salah (Roesli, 2001). Hasil penelitian tidak ada responden yang mendapatkan penyuluhan khususnya ASI eksklusif. Petugas kesehatan mempunyai peranan penting bagi keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Tempat melahirkan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah tetap memberikan ASI eksklusif atau memberikan susu formula yang diberikan oleh petugas kesehatan sebelum ASInya keluar. Menurut Fitria (2007) tugas tenaga kesehatan yang mendukung ASI eksklusif memberi penyuluhan dan pelatihan yang berkaitan dengan menyusui untuk membantu meningkatkan

peran iu dalam pemberian ASI. Beberapa penelitian membuktikan bahwa dukungan petugas kesehatan sangat mempengaruhi pemilihan makanan bayi. Ketidakacuan petugas kesehatan yang tidak mendukung adalah satu penyebab utama penggunaan ASI. Durasi pemberian ASI akan memanjang pada ibu-ibu yang mendapatkan penyuluhan dan nasihat mengenai ASI dari petugas kesehatan. Kesalahan pemilihan tempat melahirkan akan mengakibatkan bayi tidak mendapatkan ASI pada hari pertama karena masih banyak rumah bersalin yang belum menerapkan pelayanan rawat gabung padahal dengan adanya sistem rawat gabung ibu dapat memberikan ASI pada bayi dengan leluasa (tidak terjadwal). Menurut Judarwanto (2006) banyak perilaku institusi atau produsen susu yang membawa kemunduran dalam penggalakan Air Susu Ibu (ASI) yang gencar dilakukan berbagai pihak. Mereka yang tidak mendukung penggalakan ASI secara nyata telah melanggar hak asasi anak dan ibu, peraturan pemerintah, undang-undang dan kesepakatan internasional tentang pemberian ASI pada anak. Untuk mendukung Deklarasi Innocenti 1990 (Italia) tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap pemberian ASI, telah dilaksanakan beberapa kegiatan penting, yakni pencanangan Gerakan Nasional PP-ASI oleh Presiden pada tahun 1990, Gerakan Rumah Sakit dan Puskesmas Sayang Bayi yang telah menghasilkan sekitar 50-70% rumah sakit sayang bayi (Baby Friendly Hospital) pada RS pemerintah dan sekitar10 20% pada RS swasta. Pekan ASI Sedunia diperingati tanggal 1 7 Agustus 2006 bertema Code watch: 25 years of protecting breastfeeding. Tema tersebut menunjukan bahwa adanya perlindungan dan perhatian dunia

terhadap gempuran dari berbagai pihak yang tidak mendukung penggalakan penggunaan ASI selama 25 tahun ini. Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 56 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%13%. Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal ini mengganggu uapaya pemberian ASI eksklusif.

C. Keterbatasan peneliti Penelitian kualitatif ini, peneliti menyadari adanya beberapa kelemahan dan kesulitan dalam menggali faktor yang masih bisa ditemukan yaitu faktor kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, sikap petugas kesehatan, sehingga kemungkinan tidak terungkapnya seluruh fenomena tentang faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Responden memberikan makanan pendamping ASI pada anaknya sebelum usia 6 bulan karena anaknya menangis terus bertanda anaknya kurang kenyang dan diam bila sudah diberi makan, anaknya kurang montok tidak seperti anak yang lain. Responden tidak langsung menyusui pasca melahirkan karena ASInya belum keluar. Responden

memberikan tambahan susu formula karena responden puasa, tidak sehat, merasa ASInya sedikit dan responden sudah mulai masuk kerja. 2. Responden memberikan makan pada anaknya sebelum usia 6 bulan karena didukung oleh keluarganya dan responden tidak mendapatkan penyuluhan dari petugas kesehatan

B. Saran 1. Bagi ibu hendaknya mencari informasi dan meningkatkan pengetahuan tentang makanan apa yang harus diberikan pada anaknya sebelum usia 6 bulan. 2. Bagi keluarga hendaknya memberikan dukungan yang positif terhadap anggota keluarganya yang menyusui secara eksklusif. 3. Bagi petugas kesehatan hendanya memberikan penyuluhan saat periksa kehamilan dan setelah melahirkan tentang manfaat menyusui secara eksklusif. 4. Peneliti lain

Hasil penelitian ini perlu penelitian lebih lanjut tentang fenomena faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif untuk mengetahui faktor yang lain yang belum di temukan dalam penelitian ini sehingga memungkinkan fenomena faktor penyebab lebih dapat terungkap secara lengkap.

DAFTAR PUSTAKA Arifin. 2004. Pemberian ASI Eksklusif & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Retrieved November 5, 2007. From www.USBdigitallibrary.com.

Dempsey, P. & Arthur D. D. 2002. Riset Keperawatan Buku Ajar & Latihan. Alih Bahasa: Palupi Widyastuti. Edisi 4. Jakarta: EGC Jenny. 2006. Perawatan Masa Nifas Ibu & Bayi. Yogyakarta: Sahabat Setia Faren, H. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC Fitria, A. 2007. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta. Friedman, M. M. 1998. Keperawatan Keluarga. Alih bahasa: Ina Debora. Jakarta: EGC Gayton, A. C. 1997. Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa: Irawati Setiawan. Jakarta: ECG Hartono, S. 2000. ASI Bikin Cerdas, Kesehatan & Gizi Ibu Menyusui. Jakarta: sarana Kisnasih Satya Sejati Husaini, Y. 1999. Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta: Gajahmada Universiti Press. Krisnatuti, D. 2007. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Puspa Swara. Manuaba, I. B. G. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan Meidya, D. 2007. Serba-Serbi Menyusui. PT: WaRM publishing Moleong, L. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muhadjir, N. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rakesarasin. Nelson. 1999. Ilmu Kesahatan Anak. Jakarta: EGC Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Pudjiadji, S. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Poedianto, D. 2002. Kiat Sukses Menyusui: Seri Ayah Bunda. Cetakan I. Jakarta: EGC Potter, P. A. & Anne G. P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Alih bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC Rahmawati, E. 2007. Susu sapi? Ogah ah. Retrieved November 5 2007. From www.kompas.com Robert. 2002. Petunjuk Medis Bagi Wanita Hamil. PT: Delapratasa Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trumbus Agriwidya Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA Suririnah. 2004. ASI Memberi Keuntungan Ganda Untuk Ibu & Bayi. Retrieved November 5, 2007. From www.infoibu.com Sri, P. H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC Wilda. 2006. Pemberian ASI Eksklusif Perlu Motivasi dan Dukungan Keluarga Retrieved Desember 12, 2007. From www.pikiranrakyatbandung.com Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridasa printer. Welford, H. 2001. Menyusui Bayi Anda. PT: Dian rakyat

SURAT PERMOHONAN CALON RESPONDEN Kepada Yth. Calon Responden

Di Ungaran Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran: Nama : Nori Sulistyawati Nim : 010401072 Akan mengadakan penelitian dengan judul: Studi kualitatif faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif. Maka bersama ini saya memohon kepada Ibu untuk menjadi responden pada penelitian tersebut. Penelitian ini tidak berbahaya dan tidak merugikan Ibu sebagai responden. Kerahasiaan semua dokumentasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Demikian atas perkenaan ijin Ibu dan atas perhatian serta kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

(Nori Sulistyawati)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk berperan serta dalam penelitian ini yang akan dilakukan oleh :

Nama NIM Status Judul Penelitian

: : : :

Nori Sulistyawati 010401072 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Studi kualitatif faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif

Saya diminta dan memberikan ijin untuk berperan serta dalam penelitian ini yang akan dilakukan dengan wawancara pada saya. Apabila ada pertanyaan atau perlakuan yang menimbulkan respon emosi yang tidak nyaman, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti memberikan hak kepada saya untuk menolak dan mengundurkan diri dari penelitian tanpa resiko apapun. Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Ungaran,

Pebruari 2008

Tanda tangan responden

Nomer responden

PANDUAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF TENTANG KETIDAKBERHASILAN MENYUSUI SECARA EKSKLUSIF

A. Identitas Responden Responden ke Inisial Usia Pendidikan Pekerjaan Usia anak Anak ke Tanggal wawancara B. Topik Pertanyaan 1. pada anak ibu? 2. pada umur itu? 3. 4. pada anak ibu? 5. 6. Bagaiman pola menyusui di keluarga anda? Apa yang disarankan keluarga anda ketika anda mulai memberikan makanan dan minuman pada umur tersebut? 7. 8. kapan anda memulai menyusui pasca melahirkan? Apa yang disarankan petugas kesehatan? Menurut ibu apa manfaat ASI buat anak dan anda? Bagaimana pola ibu memberikan makanan dan menyusui Kenapa ibu memberikan makanan dan minuman tersebut Makanan dan minuman (selain ASI) apa yang ibu berikan : : : : : : : :

TRANSKRIP WAWANCARA No responden Umur Pekerjaan Pendidikan Umur anak Anak ke : R1 : 33 tahun : Penjahit : SLTA : 6 bulan 8 hari : 2 (Dua)

Tanggal wawancara : 22 Pebruari 2008 Hasil wawancara P : Bu bisa saya wanwancarai hari ini, atau hari lain aja kapan ibu bisanya? R : Sekarang aja mbak gak apa-apa soalnya tiap hari saya juga sibuk...tapi jangan lama-lama saya masih ada kerjaan P : Saya mulai ya bu pertanyaan pertama Apakah ibu masih menyusui saat ini? R : Masih P : Makanan apa yang ibu berikan pada anak ibu sekarang? R : Bubur (sun), ne pendampingnya banyak...maksudnya pisang masuk, jeruk masuk...buah-buahan ne mbak, P : Ada yang lain bu.. selain yang ibu sebutkan? R : Ya pokoknya yang gak pedes, kecut, ya dilembutkan kalo misalnya ndil-ndil bakso di maaem dulu, P : Sudah sejak kapan ibu memberikan makanan tersebut pada anak ibu? R : Makanan pendamping itu aku mulai 5 bulan, harusanya khan 6 bulan ya mbak...selama 0-5 bulan itu ASI terus.. P : kenapa ibu memberikan makanan tersebut pada umur itu?

R : ASInya kurang, masalahnya banyak ditinggal kerja, P : ASInya tidak keluar? R : Masih...tapi pemberiannya kurang, maksudte adike nanti kurang kenyang gitu lho..maksudte perasaan sini sebagai ibu khan tau adike ne usia 0-4 bulan kemaren full ASI itu merasa kalo dah mimik khan nyaman terus bobok ni khan semakin besar khan kurang tambahannya kurang.... ya kurang kenyang, rasanya itu dek sering ditinggal kerja jahit. P : Menurut ibu kapan waktu untuk memberikan makanan pada anak ibu? R : Ne aku sih menurut nganu apa yang tertera didalam kardus itu dulu ya mbak biasanya (ratih) waktu anak yang pertama saya itu pemberian (sun) 4 bulan keatas tapi sekarang khan tidak ada...adanya 6 bulan ke atas lah ngikut itu aturan yang di kerdus itu, terus mulai 5 bulan itu si kecil khan kelihatanya gak kenyang gitu lho nah saya tambahi bubur, tapi ya dhak banyak-banyak sedikit-sedikit dulu... nah mulai 6 bulan ini banyak. P : Apakah ibu memberikan tambahan susu formula sekarang? R : dhak..Adiknya kecilnya gak mau, itu maunya malah itu saya tinggal puasa (puasa kemaren itu tho) khan aku puasa sebulan penuh nah itu saya ganti susu formula. P : Tapi anaknya langsung mau bu? R : mau... itu khan masih umur 2 bulan kalo tidak satu bulan tu..trus habis puasa terakhir yang mau lebaran itu dhak mau dia ngempeng ini terus.. susu formula tidak mau sendiri anaknya P : Jadi selama puasa ibu ngasih susu formula? R : Ya.. itu karena saya puasa kalo dhak ya saya kasih ASI

P : Selain susu formula, apakah ibu juga memberikan minuman lainnya? R : Ne madu nganu kemaren ne panas sama degan kelapa ijo P : Apakah ibu mempunyai keluhan saat menyusui? R : Dhak, ASInya lancar P : Menurut ibu apa manfaat ASI buat anak dan anda? R : Manfaatnya banyak, kebal penyakit, tidak pernah diare sama sekali, itu kemaren umur 2 bulan saya ajak ke pati aja dhak apa-apa kok padahal naik sepeda motor, rasa hub kasih sayang sama ibu adiknya ngarasa deket ma ibunya, ekonomis... susu formula mahal sekarang kok mbab, ne biasanya sering nyusui khan itu lho mbak ngentheng2 gitu lho mbak.. kalo Asinya dhak keluar khan sampai nerotos kalo gak di mimik bengkak. Kalo di susu khan jadi kempes gak sakit P : Bagaiman pola ibu memberikan makanan pada anak ibu? R : ne mulai pagi rutin habis mbake sarapan adike terus sarapan bubur, ne ASI kalo nge (nangis) baru disusukan.. kalo tidur...2 jam sekali kalo buburnya 3 kali sehari (pagi, siang, sore)kayak orang dewasa P : Bagaiman pola menyusui di keluarga anda? R : Dari ibu aku dulu.. Kalo orang dulu umur 1 bulan dah dikasih pisang ma nasi diulet P : Apakah ibu tidak mengikuti hal tersebut? R : Tidak toh ya..aku ngikut aturan di kardus itu kalo dia sudah merasa kenyang ya dhak tak kasih makan katanya nantikan pencernaanya mbak belum bagus

P : Apakah yang disarankan keluarga anda ketika anda mulai memberikan makanan dan minuman pada umur tersebut? R : Iya katanya kok tidak di kasih bubur nok adikesaya jawab buburnya ni untuk 6 bulan ke atas P : Orangtua ibu juga tidak tiba2 ngasih? R : Gak khan dibawah pengawasan saya.,Kalo minuman ni mbahnya yang ngasih tahu, kalo mbahnya lagi maem jeruk dikasih gitu mbak kemaren juga apukat yang dilembutkan dan dikasih gula. P : Dimana ibu melahirkan? R : Bidan (bu erna) P : Kapan anda memulai menyusui pasca melahirkan? R : Langsung menyusui, kelihatannya 1 jam setelah melahirkan...habis melahirkan ini (sambil menunjuk anaknya) cuap2..(sambil ibunya memeragakan bibirnya) sama mbaknya (bidan) suruh nyusui tu mbak susui mbak kasihan P : Apakah anda mendapat saran tentang menyusui dari petugas kesehatan? R : Pengalaman dulu yang besar itu kalo susunya sudah keluar, bagus langsung disusui, P : Tentang makanan pendamping bu? R : Bidan tidak ngaih tau kalo gak tanya, P : Terima kasih bu atas waktunya, maaf mengganggu pekerjaan ibu

No responden Umur Pekerjaan Pendidikan Umur anak Anak ke

: R2 : 27 tahun : Karyawati : PT : 8 bulan 8 hari : 1 (pertama)

Tanggal wawancara : 24 Pebruari 2008 Hasil wawancara P : Maaf mbak, bisa hari ini saya wawancarai? R : Oh ya..saya tunggu-tunggu tak kira gak jadi P : Pertanyaan pertama, Apakah mbak masih menyusui saat ini? R : Masih M : Makanan apa yang mbak berikan pada anak mbak sekarang? R : Bubur susu, kadang makanan yang bikin sendiri kayak nasi tim...sudah mulai dilatih itu. P : Sudah sejak kapan mbak memberikan makanan tersebut pada anak ibu? R : 4 bulan P : kenapa ibu memberikan makanan tersebut pada umur itu? R : ASInya kayanya kurang gitu makanya aku tambahi makanan

tambahan..anaknya ini dhak kayak anak yang lain ya montok atau emang perawakannya kayak gini atau gimana langsung tak coba saya kasih makan 4 bulanitu tho P : Menurut mbak kapan waktu untuk memberikan makanan pada anak ibu? R : Setelah 6 bulan ya....

P : Apakah ibu memberikan tambahan susu formula sekarang? R : Susu formula mulai ini (7 bulan) karena aku dah mulai kerja P : Minuman lain selain ASI R : Air putih aja P : Sejak kapan ibu memberikan Air putih? R : Waktu umur 4 bulan P : Kenapa ibu sudah memberikan minuman pada umur tersebut? R : karena sudah mulai makan habis makan tak kasih air putih dulu P : Apakah ibu mempunyai keluhan saat menyusui? R : Tidak ada P : Menurut ibu apa manfaat ASI buat anak dan anda? R : Imun, ya pokonya yang jelas formula di ASI lebih baik dari pada susu formula, dan lebih enak, praktis, higenis, ekonomis P : Mbaknya dah tau seharusnya kapan di berikan MP-ASI dan manfaatnya terus kenapa mbaknya sudah ngasih pada umur tersebut? R : Kayak ngerasa kurang ini Bbnya ... makanya aku tambahi (MP-ASI) P : Bagaiman pola ibu memberikan menyusui pada anak ibu? R : Sesuai instingnya anak aja, kalo haus ya udah aku susui P : Bagaiman pola menyusui di keluarga anda? R : Rata-rata kayak saya ya, malahan ini dulu juga (sambil melihat anaknya) atas bujukan orang tua untuk ngasih makan, aku sih pengennya 6 bulan P : Apa yang disarankan keluarga anda ketika anda mulai memberikan makanan dan minuman pada umur tersebut?

R : Atas bujukan keluarga, ni khan anaknya tapi kalo menurut aku biasa aja ya (sambil menunjuk anaknya) yang liat ya BB tidak montok kok kurus dah kasih makan aja, dah mulai makan, asupan ASInya kurang P : Dimana anda melahirkan? R : RS Ungaran P : Kapan anda memulai menyusui pasca melahirkan? R : Dari hari pertama sudah tak kasih.... 4 jam setelah melahirkan, P : Apakah ASInya belum keluar kok mbak baru menyusui setelah 4 jam pasca melahirkan? R : Tidak keluar langsung, keluarnya baru hari ke 2, jadi hari pertama itu cuma menstimulasi aja. P : Selama nunggu ASInya keluar dikasih apa mbak? R : Dikasih susu formula sama bidannya, P : Apakah anda mendapat saran tentang menyusui dari petugas kesehatan? R : Tidak ada, aku tahu ya baca-baca buku P : Terima kasih mbak atas waktunya

No responden Umur Pekerjaan Pendidikan Umur anak Anak ke

: R3 : 39 tahun : Swasta : SLTP : 6 bulan 1 hari : 3 (tiga)

Tanggal wawancara : 3 Maret 2008 Hasil wawancara P : Bisa kita mulai wawancaranya bu? R : Ya... P : Pertanyaan pertama bu, Apakah ibu masih menyusui saat ini? R : Sekarang ini sudah dhak P : Makanan apa yang ibu berikan pada anak ibu sekarang? R : Bubur (sun), kalo siang pisang. P : Sudah sejak kapan ibu memberikan makanan tersebut pada anak ibu? R : 4 bulan P : Kenapa ibu memberikan makanan tersebut pada umur itu? R : Nah itu anaknya khan nagis terus, khan mungkin kurang kenyang ya kasih sun itu...sudah saya kasih sun kok dia dhak rewel P : Menurut ibu kapan waktu untuk memberikan makanan pada anak ibu? R : Khan harusnya 6 bulan, tapi ni khan anak saya agak rewel, waktu umur 4 bulan itu terpaksa saya kasih maem bubur, nagisan mungkin kelaparan tapi ngasihnya juga tidak banyak P : Sudah sejak kapan bu ngasih susu formula?

R : 2 setelah lahir untuk nyambung, khan aku habis melahirkan khan tidak sehat P : Sakit apa bu? R : Sakit flu P : Terus apa ASInya tidak keluar pada saat itu? R : Keluar.. tapi sedikit P : Tapi sama ibu tidak di minumkan? R : Diminumkan P : Ibu menyusui anaknya sampai umur berapa? R : 1 minggu, setelah itu susu botol terus, karena dia tidak mau apa mungkin kurang seger khan saya tidak tau P : Setelah itu apakah ibu tidak mencoba menyusui lagi? R : Sudah tapi anaknya tidak mau, ah tak kasih jamu apa aja sampaian..tapi dia tetep tidak mau P : ASInya tidak keluar lagi waktu bayinya umur berapa? R : 4 bulan,tak kasih malah tidak mau, malah nagis... P : Menurut ibu apa manfaat ASI buat anak dan anda? R : Pertumbuhannya cepat... P : Apakah ibu tidak coba konsultasi tentang ASI ibu? R : Sudah, kata bidannya kalo dhak mau jangan di paksa, karena ibunya juga tidak sehat mungkin anaknya keterusan dhak doyan...khan sudah merasakan susuformula khan rasanya manis, kalo ASI khan rasanya agakagak asin2 gimana gitu ya...Terus anak saya dhak doyan itu mungkin P : Coba ibu ceritakan bagaiman pola ibu memberikan makanan pada anak ibu?

R : Ya tergantung ini...kalo saya bangun tidur jam 5 itu dia sudah minum, habis mandi jam 7 minum lagi, sesuai keinginan anaknya..tapi ya kalo dia nagis ya tak bikin ke P : Apakah ibu juga memberikan minuman lainnya? R : Air putih kalo habis makan, madu waktu habis lahir. P : Bagaiman pola menyusui di keluarga anda? R : Sama kayak saya dikasih susu botol, kalo makanan habis lahir karena nagisan ya udah di kasih maem. Kayak anak saya yang pertama habis lahir dah di maem ya nagis terus..sama neneknya disuruh terus diam. Kalo yang ini dhak nangis, P : Apakah yang disarankan keluarga anda ketika anda mulai memberikan makanan dan minuman pada umur tersebut? R : Kalo ini atas saran saya sendiri saya coba ...saya kasih makan umur 4 bulan, keluarga dhak mbak khan sekarang saya sudah pisah kalo anak saya yang pertama baru atas saran neneknya. Suami terserah saya...yang penting anaknya diam, dhak rewel terus. P : Apakah suami ibu tidak mendukung? R : Ya dukung nyusui tapi anak saya tidak mau ya udah tak kasih susu, saya juga dimarahi sama suami saya kok mbak tidak menyusui. Habis anaknya nangis aku khan repot aku khan dhak tega dengerin P : Apakah pekerjaan ibu tidak menjadi alasan juga kenapa ibu tidak menyusui? R : Dhak P : Dimana anda melahirkan? R : RS Ungaran

P : kapan anda memulai menyusui pasca melahirkan? R : Setengah jam langsung disusui, ASInya langsung keluar. P : Berarti selama satu minggu itu bayinya mau bu? R : Ya mau tapi sambil nagis P : Apa yang membuat ibu memutuskan memberikan susu formula? R : Nah waktu saya kasih susu formula diam ya udah saya kasih aja P : Apakah ibu tidak mencoba dioplos? R : Udah..pernah tak pompa pake ini (sambil menujukan alatnya). ASInya keluar terus tak campur tetap tidak mau P : Apakah anda mendapat saran tentang menyusui dari petugas kesehatan? R : Tidak ada...dokternya juga tidak bilang. P : Bagaimana saran yang ibu terima dari lingkungan ibu? R : Didorong juga ma orang-orang sini suruh ngasih makan. P : Terima kasih ya bu atas waktunya

No responden Umur Pekerjaan Pendidikan Umur anak Anak ke

: R4 : 23 tahun : Karyawati : SMK : 7 bulan : 1 (pertama)

Tanggal wawancara : 26 Pebruari 2008 Hasil wawancara P : Saya mulai wawancaranya ya mbak? R : Ya P : Apakah mbak masih menyusui saat ini? R : Tidak, P : Makanan apa yang ibu berikan pada anak ibu sekarang? R : Nasi dan sayur... bubur juga ama pisang. P : Sudah sejak kapan ibu memberikan makanan tersebut pada anak ibu? R : Pisang dan bubur umur 2 bulan, 5 bulan nasi dan sayur P : kenapa ibu memberikan makanan tersebut pada umur itu? R : Anaknya sering nagis P : Selama kurang dari 6 bulan mbaknya nyusui gak? R : Ya cuma satu bulan, P : Menurut ibu kapan waktu untuk memberikan makanan pada anak ibu? R : 6 bulan P : Ya karena nagis itu P : Kenapa mbak memutuskan memberikan susu formula?

R : Ya untuk nyambung khan ASInya yang keluar sedikit, kemudian ditinggal kerja sesudah 1 bulan. P : Sejak kapan ngasih susu formulanya? R : Dari pertama sudah susu botol, P : Kapan mulai menyusui? R : Hari ke 2, karena ASInya belum keluar P : Apakah ibu mempunyai keluhan saat menyusui? R : ASInya sedikit P : Jadi sebulan itu ASI mbaknya keluarnya sedikit? R : Dhak cuma waktu awal aja sedikit, ya maksudnya dhak banyak banget ya normal gitu mbak P : Kenapa mbak kok anda ngasih susu formula? R : Ya dari pertama sama bu bidannya sudah dikasih susu formula ya terus aja saya kasih susu formula, kalo susu ini tok khan kurang mbak P : Coba ibu ceritakan bagaiman pola ibu memberikan makanan dan menyusui pada anak ibu? R : Terus dhak dikira-kira... Kalo minim anaknya pas nagis ya saya beri susu, P : Menurut ibu apa manfaat ASI buat anak dan anda? R : Pertumbuhan anak dan kekebalan tubuh P : Apa yang membaut ibu berfikir kalo anak ibu kurang ASInya? R : Anak saya menyusui terlalu cepet sedangkan ASInya keluarnya sedikit, jadi kayaknya kurang. P : Bagaiman pola menyusui di keluarga anda? R : Sama di kasih pisang umur 2 bulan semua

P : Apakah yang disarankan keluarga anda ketika anda mulai memberikan makanan dan minuman pada umur tersebut? R : Disuruh, kalo anaknya nagis ya langsung di kasih pisang aja, ya ternyata diam P : Dimana anda melahirkan? R : Bidan (bu ari) P : Apakah anda mendapat saran tentang menyusui dari petugas kesehatan? R : Tidak dikasih tahu, posyandu... saya juga jarang datang, P : Bagaimana saran dari lingkungan? R : Ngasih tau malah suruh kasih pisang, suami terserah saya gimana enaknya. P : Suami mbak apakah mendukung untuk menyusui? R : Ya terserah saya P : Terima kasih mbak atas waktunya? R : Ya.

No responden Umur Pekerjaan Pendidikan Umur anak Anak ke

: R5 : 22 tahun : Swasta : SMA : 6 bulan 5 hari : 1 (pertama)

Tanggal wawancara : 29 Pebruari 2008 Hasil wawancara P : Saya mulai pertanyaan pertama, Apakah mbak masih menyusui saat ini? R : Masih M : Makanan apa yang mbak berikan pada anak mbak sekarang? R : Bubur, pisang oh itu mbak kadang-kadang jus P : Sudah sejak kapan mbak memberikan makanan tersebut pada anak ibu? R : 3.5 bulan P : kenapa ibu memberikan makanan tersebut pada umur itu? R : Oh itu mbak, anak saya kok nagis terus...terus saya nanya sama ibu (neneknya) ya ibu nyuruh ngasih pisang, bubur gitu P : Menurut mbak kapan waktu untuk memberikan makanan pada anak ibu? R : Kalo saya taunya 6 bulan P : Apakah ibu memberikan tambahan susu formula sekarang? R : Ya..karena kalo pagi saya kerja, kalo saya dah dirumah ya saya susui P : Apa anak mbak tidak binggung putting? R : Ya...tapi lama-lama sudah terbiasa karena mungkin dah lapar ya P : Sejak kapan ibu memberikan susu formula?

R : 1 bulan P : Apakah ibu mempunyai keluhan saat menyusui? R : Kalo pertama kali nyusui ya punttingnya sakit P : Menurut ibu apa manfaat ASI buat anak dan anda? R : ya biar anaknya sehat...saya pernah denger katanya kadungan Asi lebih baik dari susu formula P : Bagaiman pola ibu memberikan dan minuman makanan pada anak ibu? R : Makannya 2 kali sehari, selain itu ya susu..kalo hari ini pisang besok buburgitu mbak di selang-seling P : Bagaiman pola menyusui di keluarga anda? R : Ada yang ASI aja da yang nambahi susu formula P : Apa yang disarankan keluarga anda ketika anda mulai memberikan makanan dan minuman pada umur tersebut? R : Sebenarnya yang disaranin keluarga suruh ngasih ASI tapi khan saya kerja. Kalo makanan disaranin ngasih waktu umur 1 bulan P : Apakah suami mbak dukung menyusui? R : Kalo suami saya ya terserah saya aja P : Dimana anda melahirkan? R : Rumah bersalin P : Kapan anda memulai menyusui pasca melahirkan? R : Hari ke 3 P : Apakah anda mendapat saran tentang MP-ASI dari petugas kesehatan? R : Tidak

You might also like