You are on page 1of 74

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa dan Sastra Perpusatakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT) Farkhan, Muhammad Cet. Ke-1. Jakarta; Cella, 2007 vi, 124 hlmn; 15 X 21 cm ISBN: 978-979-16152-0-4

___________________________________ PROPOSAL PENELITIAN BAHASA & SASTRA Muhammad Farkhan Hak Cipta dilindungi Undang-Undang All Rights reserved Cetakan I, April 2007 Diterbitkan oleh Cella, Jakarta Jl. Pinang No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan Desain Cover: Afif Bahraen Setting & layout: Avisiena M. ISBN: 978-979-16152-0-4 Isi di luar tanggungjawab Percetakan C.V. Fasco Jaya Jakarta

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra ___________________________________

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

KATA PENGANTAR

Melakukan penelitian untuk kepentingan penulisan skripsi, tesis, dan disertasi sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar kesarjanaan merupakan pekerjaan yang sangat berat bagi seluruh mahasiswa, sehingga tidak jarang mereka merasa enggan dan tidak berhasrat untuk mengerjakan atau bahkan memulainya. Hal ini disebabkan antara lain oleh rangkaian pekerjaan yang harus dituntaskan sejak perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil penelitian. Berkenaan dengan perencanaan penelitian, penyusunan proposal menjadi sangat penting dan harus ditulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Proposal sebagai rencana penelitian harus disusun secara komprehensif sehingga jelas apa dan bagaimana suatu penelitian akan dilaksanakan. Kesalahan dalam penyusunan proposal berakibat pada kekeliruan dalam penyelenggaraan penelitian. Oleh karena itu, proposal harus memuat unsur-unsur esensial penelitian. Umumnya, proposal penelitian menjelaskan latar belakang penelitian, batasan masalah atau fokus penelitian, perumusan masalah, manfaat penelitian, kajian teoretis, dan metodologi penelitian. Buku ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dan peneliti pemula untuk membekali diri dengan berbagai hal prinsipal sebelum penelitian dilakukan, khususnya dalam penyusunan proposal. Selain unsur-unsur penting penelitian, buku ini juga memuat beberpa contoh proposal yang berkaitan dengan bahasa dan sastra. Meskipun demikian, buku ini dapat digunakan semua pihak dalam bidang-bidang yang berbeda. Dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penyelesaian buku ini. Ucapan

145

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Smith, Judith M. and Wayne A. King. Readability. Michigan: Ulrihs Books, Inc. Sudjiman, Panuti. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya, 1991. Suwito, Kebijakan yang Diperlukan Dalam Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah yang disampaikan pada Warkshop Kurikulum Berbasis Kompetensi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 17-19 Juli 2003 di Cisarua. Tarigan H.G. dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa, 1986. Thomas, Jenny. Cross-Cultural Pragmatic Failure Applied Linguistic Vol. 3. 1983. Tomlinson, Brian Materials Development in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press, 1998. Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press, 2003. Williams, John. Twentieth Century British Poetry. Singapore: Colset Private Limited, 1987.

terima kasih terutama disampaikan kepada Dr. H. Abd. Chair, dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan buku ini. Di samping itu, ucapan terima kasih juga ditujukan kepada rekan-rekan dosen di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, terutama Ibu Inayatul Chusna, M.Hum. yang telah memberikan ide-idenya dalam penulisan proposal sastra. Akhirnya, penulis juga berharap kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak untuk perbaikan buku ini pada masa akan datang.

Jakarta, April 2007

Penulis

144

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

DAFTAR ISI

Kilvert, Ian Scott. British Writers Vol. 1-8. New York: Charles Scribners Sons, 1984. Kriszner, Laurie G. dan Mandell, Stephen R. Literature Reading, Reacting, Writing. Florida: Holt, Rinehart and Winston, Inc., 1991. Lightbown, Patsy M. dan Nina Spada, How Languages are learned. Oxford: OUP, 1993.

Kata Pengantar, i Daftar Isi, ii 1. PENELITIAN, 1 A. Pengertian, 1 B. Jenis-jenis Penelitian, 2 2. MASALAH, 9 A. Pengertian, 9 B. Penemuan Masalah, 10 C. Perumusan Masalah, 12 D. Ciri-ciri perumusah Masalah yang Baik, 15 3. KAJIAN KEPUSTAKAAN DAN HIPOTESIS, 18 A. Kajian Kepustakaan, 18 B. Hipotesis, 20 4. POPULASI DAN SAMPEL, 22 A. Pengertian, 22 B. Sampling, 23 5. INSTRUMEN PENELITIAN, 28 A. Pengertian, 28 B. Pengembangan Instrumen Tes, 30 C. Pengembangan Instrumen Nontes, 33

Lucas, John. Modern English Poetry from Hardy to Hughes London: B.T. Batsford Ltd. 1986. Mu lyasa, E. Kurikuluni Berbasis Kompetensi, kansep karakteristik, dan implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003. Munby, John Communicative Syllabus Design. Cambridge: CUP, 1978. Munby ,John. Communicative Syllabus Design Cambridge: CUP, 1978 Murdock, George Peter The Cross-cultural Suvey Readings in Cross-Culture, ed. Frank W. Moore. New Haven, CN: HRAF Press, 1998. Nunan, David Language Teaching Methodology. London: Prentice Hall International Ltd., 1991 Nuttal, Christine Teaching Reading Skills in a Foreign Language. London: Heinemann Educational Books, 1987. Robert Karlin. Teaching Reading in High School. New York: Harper & Row Publisher, 1984. Rogers, Pat. The Oxford Illustrated History of English Literature, Oxford: Oxford University Press, 1987. Sanders, Andrew. The Short Oxford History of English Literature, Oxford: Clarendon Press, 1994.

143

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Diknas, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMA dan MA Jakarta: Puskur Balitbang Diknas, 2002. Dubin, Fraida dan Elite Olshtain, Course Design. Cambridge: Cambridge University Press, 1986. Ellis, Rod The Study of Second Language Acquisition. Oxford: OUP, 1994. Flesch,Rudolf How to Write Plain English http://www.mang.canterbury. ac. nz/courseinfo/AcademicWriting/Flesch. htm). Grant, Nevile Making the Most of Your Textbook . London: Longman Group, 1987. Huda, Nuril Language learning and Teaching: Issues and Trends. Malang: IKIP Malang Publisher, 1999. Hadely, Alice Ommagio. Teaching Language in Context. Boston: Heinle and Heinle Publisher, 1994. Helliwell, Susan Teaching English in the Primary Classroom. London: Longman, 1992. Hamalik, Oemar Pengembangan Kurikulum, Dasar-Dasar Perkembangannya, Bandung: Mandar Maju, 1990. Harmer, Jeremy The Practice of English Language Teaching. London and New York: Longman, 1991. Harmer, Jeremy The Practice of English Language Teaching: Completely revised and updated edition London: Longman, 2003. Hibberd, Dominic. Poetry of the First World War (1914-1924) London: Macmillan Education, 1987. Hymes, D. H. On Communicative Competence, The Communicative Approach to Language Teaching, eds. C. J. Brumfit dan K. Johnson. Oxford: OUP, 1979. Kartono, Giri Kedudukan dan Fungsi Bahasa Asing di Indonesia, Politik Bahasa Nasional 2, ed. Amran Halim. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1981.

6. ANALISIS DATA, 39 A. Jenis-jenis Data, 39 B. Analisis Kuantitatif, 41 C. Analisis Kualitatif, 42 7. PROPOSAL, 46 A. Pengertian, 46 B. Unsur-unsur Proposal, 46 8. PROPOSAL PENELITIAN KORELASIONAL, 54 9. PROPOSAL PENELITIAN EKSPLORATIF, 67 10. PROPOSAL PENELITIAN ANALISIS ISI, 83 11. PROPOSAL PENELITIAN SASTRA, 103 DAFTAR KEPUSTAKAAN, 121

142

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1 PENELITIAN

Ahmad, H.M. Dkk, Pengembangari kurikulum untuk lAIN dan PTAIS semua Fakultas dan Jurusan Kornponen MKDK. Bandung: Pustaka Setia, 1998. Anonymous, Operant Conditioning, http://www.gwu.edu/tip/skinner. html., tanggal 1 Maret 2003. Anonymous, Conditions of Learning, http://www.gwu.edu/tip/gagne. html., tanggal 1 Maret 2003. Anonymous, Experiential Learning, http://www.gwu.edu/-tip/ rogers.html., tanggal 1 Maret 2003. Anonim, Kurikulum Berbasis Kampetensi, Kurikulum dan Hasil Belajar, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMA dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003. Ausubel, David A. Educational Psychology: A cognitive view. New York: Holt, Rinehart & Winston, 1968. Azra, Azyumardi, Kebijakan Kurikulum UIN Menuju Universitas Riset. Makalah yang disampaikan pada Workshop Kurikulum Berbasis Kompetensi UIN Syrif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17-19 Juli 2003 di Cisarua. Back, R.C. Motivation: Theories and Principles. New Jersey, Prentice Hall, 1990. Brown, H. Douglas, Principles of Language Learning and Teaching. Englewood Cliffs: Prentice Hall Regents, 1994. Brumfit, Christopher Language and Literature Teaching: From Practice to Principle. Oxford: Pergamon Press Ltd., 1985.

A. Pengertian Untuk memperoleh berbagai informasi, dan bahkan suatu kebenaran, seseorang dapat menggunakan banyak cara dari yang paling sederhana sampai dengan cara yang paling kompleks. Cara-cara sederhana meliputi membaca, mendengarkan, bertanya, coba-coba, perenungan, dan cara yang kompleks adalah penelitian. Penelitian bukan merupakan hal baru dan asing di telinga kita, tetapi penelitian merupakan hal yang sudah kita kenal dan lakukan meskipun dalam bentuk yang berbeda dengan pengertian yang sebenarnya. Katakanlah, kurang memenuhi prinsip-prinsip dan kaedah penelitian yang sebenarnya. Bila seseorang belum mengetahui di mana lokasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) berada, ada beberapa cara yang dapat digunakannya, seperti menghubungi dan bertanya pada pusat informasi, atau membaca peta kota Jakarta. Sebaliknya, bila seseorang ingin mengetahui bagaimana pengaruh media elektronik terhadap pola berbahasa Indonesia penduduk Jakarta; atau efektifitas penggunaan gambar dalam pengajaran bahasa Inggris untuk anak-anak TK, maka cara yang dilakukannya adalah penelitian, mengapa? Karena permasalahan tersebut memiliki kompleksitas yang sangat
8

141

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Kilvert, Ian Scott. British Writers Vol. 1-8. New York: Charles Scribners Sons, 1984. Hibberd, Dominic. Poetry of the First World War (1914-1924) London: Macmillan Education, 1987. Williams, John. Twentieth Century British Poetry. Singapore: Colset Private Limited, 1987. Lucas, John. Modern English Poetry from Hardy to Hughes London: B.T. Batsford Ltd. 1986.

tinggi, dan cara-cara sederhana tidak mampu memberikan jawaban yang akurat dan berterima bagi semua pihak Banyak hal yang harus dilakukan seperti penentuan responden, perumusan hipotesis, pengembangan instrumen, pengumpulan data, dan analisis data. Dari ilustrasi di atas, dapat diketahui bahwa penelitian berbeda dengan cara-cara sederhana dalam beberapa hal yang menjadikannya lebih kompleks dan rumit. Jadi penelitian dapat didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang tersusun secara sistematis dan prosedural untuk menemukan suatu kebenaran, membuktikan teori atau asumsi-asumsi yang sudah ditemukan, dan atau menyelesaikan suatu masalah. Sistematis berarti bahwa rangkaian kegiatan penelitian itu terkait satu sama lain, keberadaan satu unsur tergantung pada unsur lain; sedangkan prosedural berarti berarti berarti bahwa seluruh rangkaian kegiatan penelitian tersebut harus dilakukan secara bertahap. Melalui pola interakasi antarunsur tersebut, temuan penelitian memiliki objektivas yang lebih tinggi daripada cara-cara yang sederhana. Artinya, bila dua orang peneliti melakukan kajian terhadap suatu masalah dengan responden dan metode yang sama tentu akan memperoleh hasil yang relatif sama. B. Jenis-Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa sudut pandang yang berbeda, seperti data, tujuan, sifat, bidang kajian, metode, tempat, dan subjek penelitian. Tentu saja, dalam klasifikasi tersebut dapat terjadi suatu jenis penelitian dapat menjadi bagian dari kelompok penelitian lain. Berdasarkan data yang penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang mengandalkan data numerik sebagai dasar analisis dan pemecahan masalah yang sedang dikaji, seperti penelitian eksperimental dan korelasional. Sebaliknya, penelitian kualitatif merupakan

140

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

penelitian yang mengandalkan data verbal dan nonnumerik lainnya sebagai dasar analisis dan pemecahan masalah yang sedang dikaji, seperti analisis isi, analisis wacana, dan penelitian naturalistik. Contoh penelitian kuantitatif: Hubungan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta Selatan (Korelasi) Efektivitas diskusi kelompok dalam pengajaran puisi komtemporer Amerika pada semester VI di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN (Eksperimen) Yang pertama termasuk dalam penelitian kuantitatif karena data kedua variabelnya: pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris berupa skor yang diperoleh melalui alat ukur tes tertulis. Selanjutnya, kedua skor variabel tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik korelasi dan regresi sederhana untuk menolak atau menerima hipotetsis yang diajukan. Yang kedua juga termasuk penelitian kuantitaif karena data yang dibutuhkan untuk melihat efektivitas diskusi kelompok dalam pengajaran puisi kontemporer adalah skor mahasiswa yang diperoleh melalui tes pemahaman puisi. Selanjutnya skor tersebut dianalisis dengan statistik uji-t atau chi-square untuk menolak atau menerima hipotetsis yang diajukan. Contoh penelitian kualitatif: Perbandingan antara pengembangan plot pada novel-novel romantis dan patriotisme pada masa perang dunia I di Inggris (Analisis isi) Prilaku berbahasa Indonesia mahasiswa UIN yang berasal dari daerah (Naturalistik) Yang pertama termasuk dalam penelitian kualitatif karena data mengenai pengembangan plot merupakan data verbal yang diperoleh melalui diri peneliti sebagai instrumen penelitian
10

oleh Vintage London. Dalam novel tersebut terdapat dua bagian yang masing-masing menceritakan tentang keluarga India dan keluarga Amerika. Dalam tiap keluarga terdapat tokoh perempuan yang kehidupan domestiknya erat dengan makanan. H. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Jakarta selama lima bulan dari Februari sampai dengan Juni 2005. Adapun jadual kegiatannya dapat dilihat pada tabel berikut.
NO 1 2 3 4 5 KEGIATAN Persiapan Pengumpulan data Analisis data Penulisan laporan Seminar BULAN Feb Mar Apr Mei Juni V V V V V

I. Biaya Penelitian Penelitian ini direncanakan menelan biaya sebesar Rp. 15.000.000,- (Lima belas juta rupiah). Rincian biaya dapat tidak diberikan. J. Daftar Kepustakaan Kriszner, Laurie G. dan Mandell, Stephen R. Literature Reading, Reacting, Writing. Florida: Holt, Rinehart and Winston, Inc., 1991. Sanders, Andrew. The Short Oxford History of English Literature, Oxford: Clarendon Press, 1994. Rogers, Pat. The Oxford Illustrated History of English Literature, Oxford: Oxford University Press, 1987. Sudjiman, Panuti. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya, 1991.

139

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

data-data di mana dengan penghayatan yang dalam akan tercapai suatu pemahaman yang baik (Muhadjir, 2002: 301302). 2. Analisis Data Data yang terkumpul dikaji berdasarkan analisis wacana Michel Foucault akan untuk mencari makna dari representasi makanan yang ditampilkan oleh tokoh-tokoh perempuan dalam teks narasi yang diteliti. Makna-makna dari representasi makanan dalam novel yang menjadi sumber data akan dianalisis dengan cara mengelompokkan kalimat-kalimat yang berkaitan dengan makanan ke dalam beberapa tema yang berhubungan dengan identitas seperti makanan dengan tradisi, makanan dengan kekuasaan, makanan dengan keluarga dan makanan dengan peran ibu. Langkah pertama dari penelitian ini adalah menganalisis fungsi-fungsi makanan dalam novel tersebut dalam kaitannya dengan identitas karakter-karakter perempuan. Analisis wacana akan dipakai untuk mencari makna dari kalimat-kalimat yang menampilkan fungsi makanan yang telah dikelompokan dalam beberapa tema di atas. Langkah berikutnya adalah mendapatkan ideologi yang diusung oleh teks tersebut yang berhubungan dengan identitas perempuan. 3. Pengambilan Data Penelitian kualitatif ini memamfaatkan diri peneliti sendiri sebagai isntrumen utama untuk memperoleh data kualitatif yang mengenai makna dari representasi makanan yang ditampilkan oleh tokoh-tokoh perempuan dengan berbagai cara, seperti menandai, mengelompokkan, dan memberikan catatan-catatan penting lainnya. 4. Unit analisis Unit analisis dlam penelitian ini adalah novel Fasting Feasting karya Anita Desai yang diterbitkan tahun 1999
138

dengan pembacaan kritis terhadap novel-novel romantis dan patriotisme yang muncul pada masa perang dunia I, khususnya di Inggris. Semua data verbal yang berasal dari buku-buku novel romantis dan patriotisme, dianalisis secara kualitatif untuk ditemukan perbedaan pengembangan plot yang dilakukan oleh para penulisnya. Berbeda dengan yang pertama, pada penelitian yang kedua data verbal yang berkaitan dengan pola prilaku berbahasa Indonesia mahasiswa UIN yang berasal dari daerah, diperoleh melalui diri peneliti sendiri dengan melakukan pengamatan berperanserta, wawancara mendalam, yang didukung dengan informasi-informasi yang berasal dari dokumen yang ada. Berdasarkan tujuan ingin yang dicapai, terdapat beberapa jenis penelitian yang dapat digunakan untuk memperoleh suatu kebenaran, seperti penelitian historis, deskripstif, eksploratif, eksperimental, dan evaluatif. Penelitian historis merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguak seluruh rangkain peristiwa masa lampau untuk penyelesaian masalah sekarang. Jika suatu penelitian hanya berusaha untuk untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena alam yang terjadi dan kaitan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian deskriptif. Sebaliknya, jika suatu penelitian berusaha untuk menjajaki dan menggali hal-hal yang belum pernah diketahui dan bahkan sama sekali tidak diketahui, maka penelitian tersebut disebut dengan penelitian eksploratif. Berbeda dengan eksploratif, penelitian eksperimen lebih mengarah pada kajian yang berupaya untuk menjelaskan sesuatu bila hal-hal lain dikontrol. Terakhir, penelitian evaluatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap suatu peristiwa, kegiatan, atau kebijakan yang sedang berjalan. Contoh-contoh penelitian: Tinjauan historis terhadap kematian bahasa-bahasa suku pedalaman di Papua (Historis)
11

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Pengajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi berbasis kompetensi di SMA Modern Jakarta Utara (Deskripstif komparatif) Pengembangan model kajian kesusasteran Indonesia berbasis nilai-nilai sastra daerah (Eksploratif) Pengaruh manejemen kelas terhadap kemampuan berbicara bahasa Inggris Siswa kelas VI SDN di Jakarta Selatan (Eksperimen) Tinjauan terhadap pemberlakukan kurikulum berbasis kompetensi dalam pengajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi (Evaluatif) Penelitian pertama bertujuan untuk menggali aspek-aspek historis yang terkait erat dengan proses kematian bahasa-bahasa yang terdapat di pedalaman Papua. Berdasarkan seluruh data historis yang ditemukan ditentukanlah sejumlah pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk membuat perancanaan jangka dalam melestarikan bahasa-bahasa di pedalaman Papua. penelitian kedua bertujuan untuk menggambarkan bagaimana kegiatan pengajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi dilaksanakan di SMA modern. Tentu saja, gambaran deskriptif tersebut dibandingkan dengan kurikulum yang mendasarinya. Penelitian ketiga bertujuan untuk menggali model kajian kesusasteran yang benar-benar bercirikan Indonesia. Artinya, model kajian tersebut diperoleh berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam kesusasteran daerah. Penelitian kempat bertujuan untuk mengetahui menejemen kelas terhadap kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa kelas VI SDN di Jakarta Selatan. Berdasarkan data kuantitatif yang diperoleh bisa diketahui sejauhmana pengaruh menejemen kelas terhadap kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa. Terakhir, penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji kebijakan permberlakuan kurikulum berbasis kompetensi dalam pengajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi, apakah perlu dilanjutkan dengan berbagai
12

untuk menandingi pemaknaan umum yang diterima masyarakat. Dalam analisis wacana ideologi berada pada tiap level masyarakat dimana sebuah teks wacana berkembang. Menurut Foucault ideologi tidak muncul dari hubungan kelas, seperti yang terjadi pada konsep ideologi Marxisme. Ideologi juga tidak berkembang melalui bentuk pemaksaan, dimana tiap kelompok berusaha memaksakan ideologinya pada kelompok lain. Bagi Foucault ideologi muncul pada setiap wacana yang mana masing-masing wacana tersebut menampilkan sebuah pengetahuan dengan cara-cara tertentu. Foucault melihat bahwa pengetahuan yang ditampilkan oleh sebuah wacana akan membentuk ideologi yang diusung oleh pembuat wacana tersebut. Dengan pemahaman konsep ideologi pada analisis wacana, maka konsep ideologi yang paling tepat dipakai dalam penelitian ini adalah konsep ideologi ketiga. Novel Fasting Feasting merupakan sebuah teks yang mengangkat wacana perempuan. Novel ini menampilkan bagaimana identitas perempuan direpresentasikan melalui makanan. Fasting Feasting membawa ideologi pengarang mengenai identitas perempuan yang ditampilkan melalui hubungan tokoh-tokoh perempuan dengan makanan. G. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini meliputi beberapa aspek penting dalam penelitian, seperti metode, analisis data, pengambilan data, dan unit analisis. 1. Metode Mengacu pada rumusan masalah serta tujuan penelitian, maka metode yang akan dipakai adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif melihat hubungan antar kata atau kalimat yang membentuk suatu makna tertentu. Kata atau kalimat merupakan suatu sistem tanda yang mengurai
137

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

adalah mereka yang memegang kendali ekonomi. Segala produk budaya yang hadir dalam masyarakat ini mendukung kepentingan penguasa. Dalam perkembangan selanjutnya konsep ideologi ini dipakai oleh feminis yang melihat kekuasaan patriarkal sebagai penguasa atas perempuan yang mengusung ideologinya mengenai hubungan jender. Ideologi yang ditampilkan mengaburkan hubungan antar laki-laki dan perempuan. Ini disebabkan karena ideologi patriarkal hanya menampilkan sebagian dari keseluruhan kebenaran mengenai hubungan jender. Definisi ketiga dari konsep ideologi adalah ideologi yang muncul dalam teks narasi, film, atau lagu yang merupakan ideologi dari pengarangnya. Pengarang ini menampilkan ideologi bagaimana seharusnya sebuah masyarakat, atau bahkan dunia, hadir. Dengan nilai-nilai dan norma tertentu ia menciptakan dunia baru yang sesuai dengan ideologinya. Sebagai contoh seorang pembuat film akan menampilkan dunia yang menurut konsepnya ideal. Konsep yang ia pakai merupakan ideologinya terhadap dunia ideal. Konsep ideologi keempat berdasarkan atas pemikiran filsuf Perancis, Louis Althusser. Ia melihat bahwa ideologi tidak hanya sekedar kumpulan ide tapi juga berbentuk aktivitas keseharian masyarakat. Berbagai kegiatan keseharian suatu masyarakat merupakan bentuk pengaturan diri dalam suatu keselarasan sosial yang menciptakan masyarakat yang teratur. Kegiatan sehari-hari masyarakat diatur oleh norma-norma yang berkembang di masyarakat tersebut. Norma yang terkandung dalam kegiatan tersebut merupakan ideologi dari masyarakat tersebut. Konsep ideologi kelima mengambil dari pemikiran Roland Barthes. Barthes melihat bahwa ideologi muncul pada makna konotasi, makna kedua yang kadang tidak sadar hadir dalam teks. Ideologi ini (Barthes menyebutnya myth) berfungsi
136

perubahan, dilanjutkan dengan tetap mempertahankan model yang berjalan, atau diberhentikan sama sekali penggunaannya di perguruan tinggi, dan mereka diberi kesempatan untuk mengembangkan model kurikulum berbasis pasar. Berdasarkan sifatnya, penelitian dibedakan menjadi penelitian murni/dasar (pure research) dan terapan (applied research). Penelitian murni merupakan kajian yang dilakukan untuk mencari hal-hal, teori, atau temuan-temuan baru. Sebaliknya, penelitian terapan merupakan kajian yang dilakukan untuk menemukan teori-teori baru berkenaan dengan aplikasi teori lain. Baik penelitian murni maupun terapan, keduanya dapat digunakan dalam kajian bidang-bidang keilmuan yang lebih spesifik. Penelitian yang menfokuskan pada bidang keilmuan tertentu biasanya dinamakan sesuai dengan bidangnya. Umpamanya, penelitian yang berhubungan dengan bahasa disebut penelitian bahasa, dengan ilmu psikologi disebut penelitian psikologi, dengan ilmu-ilmu sosial dengan penelitian sosial, dan dengan agama disebut penelitian agama. Dengan kata lain, nama bidang keilmuan tertentu akan melekat pada penelitian yang berkaitan dengan bidang tersebut. Contoh penelitian murni: Pola-pola kalimat affirmatif pada naskah-naskah kuno bahasa Jawa di Mataram pada abad pertengahan (Eksploratif) Model bilingualisme masyarakat pesisir di pulau Jawa selama satu dasawarsa terakhir (Eksploratif) Contoh penelitian terapan: Hubungan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta Selatan (Korelasi) Efektivitas diskusi kelompok dalam pengajaran puisi komtemporer Amerika pada semester VI di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN (Eksperimen)
13

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Kedua contoh penelitian murni tersebut berusaha untuk menemukan hal-hal baru yang tidak dimaksudkan untuk diterapkan pada kajian bidang lain. Sedangkan, penelitian terapan yang pertama berusaha untuk mengetahui kaitan antara satu variabel pemahaman silang budaya- dengan variabel lain kemampuan komunikatif- dalam konteks pengajaran bahasa Inggris di SMAN. Artinya, hasil penelitian tersebut dimaksudkan sebagai pijakan dalam kegiatan pengajaran dan pengambilan keputusan yang terkait dengan bahasa Inggris di SMAN. Penelitian terapan kedua berusaha untuk melihat efektivitas implementatsi diskusi kelompok dalam pengajaran puisi kontemporer Amerika. Berdasarkan tempat pelaksanaannya, penelitian dibedakan menjadi tiga, yakni penelitian kepustakaan (library research), lapangan (field research), dan laboratorium (laboratory research). Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang sebagian besar kegiatannya dilakukan di dalam perpustakaan sebagai sumber data utama. Penelitian laboratorium merupakan penelitian yang sebagian besar kegiatannya, baik pengumpulan maupun analisis datanya dilakukan di dalam laboratorium. Penelitian lapangan merupakan penelitian yang sebagian besar kegiatannya dilakukan di luar laboratorium dan perpustakaan, seperti di sekolah, di kampung, di pasar, atau pegunungan tempat data yang dibutuhkan berasal. Contoh penelitian kepustakaan: Studi perbandingan antara strukturalisme dan poststrukturalisme dalam kajian karya sastra novel Perbedaan antara kalimat imperatif bahasa Inggris kuno dan modern pada tataran struktural Contoh penelitian laboratorium: Perbandingan kualitas pelafalan bahasa Inggris antara mahasiswa jurusan BSI UIN yang berasal dari Jawa Timur dan Sumatera Barat
14

menghasilkan makna-makna/pengetahuan yang berbeda. Sebagai contoh wacana-wacana mengenai Timur yang ditampilkan Barat dapat memiliki makna berbeda jika dilihat dari sisi yang berbeda. Said, sebagai pembaca melihat teks tersebut sebagai bentuk pengukuhan kekuasaan Barat terhadap Timur dimana Barat mendeskripsikan Timur sesuai keinginan mereka. Namun bagi Barat sebagai yang menampilkan wacana tersebut tidak akan memaknai seperti yang Said lakukan. Barat mungkin akan memaknai wacana tersebut sebagai bentuk kekaguman mereka terhadap Timur yang sangat berbeda dengan diri mereka. Hubungan pengetahuan dan kekuasaan dalam sebuah wacana menghadirkan sebuah ideologi yang diusung oleh wacana tersebut. Ideologi yang ditampilkan oleh sebuah wacana merupakan ideologi penguasa dari pembuat wacana tersebut. Ideologi ini secara tidak sadar diterima oleh masyarakat dimana sebuah wacana hadir dan ia dianggap sebagai sebuah kebenaran. Menurut Storey dalam bukunya Cultural Theory and Popular Culture (2001) ada lima definisi mengenai ideologi. Definisi pertama adalah ideologi yang dilihat sebagai sebuah kumpulan ide yang mendasari pemikiran sekelompok orang. Sebagai contoh kelompok Ikatan Dokter Indonesia memiliki pemikiran-pemikiran mendasar yang menjadi ideologi mereka; partai politik memiliki landasan pemikiran yang juga menjadi ideologi mereka yang membimbing mereka dalam mengambil berbagai keputusan. Pemahaman kedua dalam konsep ideologi adalah sebagai sebuah kesadaran palsu (false consciousness). Kelompok yang berkuasa akan menampilkan sebuah kesadaran yang didistorsi, diramu sedemikian rupa hingga sesuai dengan apa kelompok tersebut inginkan. Konsep ideologi ini didasari atas pemikiran Karl Max yang meilhat bahwa hubungan antar masyarakat didasarkan atas ekonomi dimana yang memegang kekuasaan
135

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

sebagai suatu kebenaran pada masyarakat tertentu pada konteks historis tertentu. Masyarakat tersebut dapat menentukan benar atau salah suatu statement melalui rezim kebenaran. Ketika epilepsi masih dianggap sebagai penyakit kejiwaan, masyarakat menganggap hal tersebut sebagai sebuag kebenaran. Mereka memperlakukan orang yang memiliki gejala epilepsi sesuai dengan apa yang dianggap benar oleh masyarakat. Bentuk kekuasaan yang hadir dari sebuah pengetahuan tidak bersifat hirarkis. Menurut Foucault kekuasaan terjadi pada tiap level sosial dan aspek kehidupan mulai dari lingkup keluarga hingga ke negara. Ia mengkritik teori kekuasaan yang dicetuskan Karl Marx. Menurutnya kekuasaan bersifat hirarkis yang mana muncul dari mereka yang dominan terhadap mereka yang subordinat. Kekuasaan juga tidak bersifat negatif yang hanya menghasilkan kontrol. Bagi Foucault kekuasaan tidak sekedar mengatur perilaku sekelompok masyarakat. Kekuasaan memiliki peran yang lebih dalam masyarakat. Ia juga bersifat produktif yang menghasilkan wacana, bentuk pengetahuan. Sebagai contoh, sistem hukuman menghasilkan buku, aturan-aturan, diskusi, pelatihan bagi para penegak hukum, rehabilitasi bagi mereka yang dikenai hukuman, dan sebagainya. Analisis atas sebuah wacana dapat dilakukan dengan melihat representasi7 yang ditampilkan oleh sebuah teks. Suatu representasi pada satu teks dapat dimaknai dari dua sisi. Pertama representasi dapat dimaknai oleh teks itu sendiri. Suatu teks akan memunculkan makna dan pengetahuan pada apa yang direpresentasikannya. Selain lewat teks, pembaca dapat memaknai representasi tersebut. Dua sisi pemaknaan dapat
Menurut Judy Giles dan Tim Middleton (1999) representasi memiliki tiga pengertian. Pertama representasi berarti mewakili (to stand in for), sebagai contoh bendera negara yang berkibar pada even olahraga mewakili kehadiran negara tersebut. Pengertian yang kedua adalah bertindak atau berbicara atas nama tertentu (to speak or act on behalf of). 134
7

Peningkatan kemampuan mendengarkan bahasa Inggris melalui penggunaan multi media di sekolah dasar Insan Unggul Jakarta Selatan Contoh penelitian lapangan: Efektivitas diskusi kelompok dalam pengajaran puisi komtemporer Amerika pada semester VI di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN (Eksperimen) Tinjauan historis terhadap proses kreolisasi dan pidginasi antara bahasa Sunda dan Jawa yang terjadi di perbatasan Jawa Barat dan Jawa tengah (Historis) Dua penelitian pertama termasuk ke dalam penelitian kepustakaan karena sebagian besar data dan sumber-sumber informasi lain yang berkenaan dengan strukturalisme, poststrukturalisme, bahasa Inggris kuno, dan bahasa Inggris modern, dapat ditemukan di dalam perpustakaan. Oleh karena itu penelitian akan lebih efektif dan efisien bila dikerjakan di dalam perpustakaan. Dua penelitian kedua termasuk ke dalam penelitian laboratorium karena keduanya mengandalkan peralatan khusus yang hanya dapat ditemukan di laboratorium untuk menggali data yang dibutuhkan. Oleh karena itu, sebagian besar kegiatan penelitiannya dilaksanakan di laboratorium. Adapun dua penelitian terakhir termasuk ke dalam penelitian lapangan karena data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang ada tidak diperoleh di dalam laboratorium atau perpustakaan, tetapi di lembaga pendidikan dan situs-situs sejarah. Sudut pandang terakhir yang dapat dipakai untuk membedakan penelitian adalah subjek atau masalah penelitian. Penelitian yang hanya mengkaji satu bidang masalah dengan melibatkan responden yang terbatas, umumnya disebut penelitian kasus; sedangkan penelitian yang melibatkan banyak responden atau subjek, umumnya disebut penelitian survey.
15

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Contoh penelitian kasus: Studi longitudinal terhadap pertumbuhan kemampuan berbahasa Indonesia Si Fulan sejak usia 0-12 tahun Pengajaran bahasa Inggris untuk anak-anak di play group Anakku Buah Hatiku Pondok Indah Jakarta Selatan Contoh penelitian survei: Persepsi masyarakat perkotaan terhadap penggunaan dialek kraton dalam pengembangan bahasa Jawa Tengah dan D.I. Yogjakarta pada masa reformasi Model bilingualisme masyarakat pesisir di pulau Jawa pada tahun 1955-1975 Dua penelitian pertama termasuk ke dalam penelitian kasus karena keduanya hanya membahas problem dan melibatkan subjek penelitian yang terbatas. Yang pertama hanya berkaitan dengan pertumbahan kemampuan berbahasa Indonesia Si Fulan saja tanpa melibatkan anak-anak lainnya. Adapun yang kedua hanya berkaitan dengan pengajaran bahasa Inggris di play group tersebut, tanpa melibatkan play group lainnya. Selain itu hasil kedua penelitian tersebut tidak dapat digeneralisasikan untuk anak-anak dan play group-play group lainnya. Dua penelitian yang terakhir termasuk ke dalam penelitian survey karena keduanya melibatkan banyak reponden, yakni masyarakat luas. Yang pertama berkenaan dengan pandangan masyarakat pekotaan, tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi melibatkan seluruh masyarakat perkotaan, terhadap terhadap penggunaan dialek kraton dalam pengembangan bahasa Jawa Tengah dan D.I. Yogjakarta pada masa reformasi. Begitu juga dengan penelitian yang kedua, penelitian tersebut banyak melibatkan responden dan sumber informasi yang berasal dari masyarakat pesisir di pulau Jawa.

berbagai statement yang kemudian dijelaskan, dianalisis perkembangannya, dinilai oleh institusi masyarakat, seperti kedokteran atau psikiatri. Selanjutnya Foucault lebih memperhatikan bagaimana pengetahuan bekerja dalam praktik wacana pada suatu institusi tertentu. Disamping itu, ia juga melihat hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan, serta bagaimana kekuasaan bekerja pada berbagai alat institusi. Alat-alat institusi ini bisa berupa hukum, aturan-aturan, moralitas, administrasi, dan sebagainya. Alat-alat tersebut memperlihatkan bagaimana kekuasaan bermain, karena alat-alat institusi terdiri atas strategi-strategi hubungan antar kekuasaan yang bermain serta tipe-tipe pengetahuan yang mendukung. Para dokter psikiater memiliki kekuasaan untuk menentukan apakah seseorang memiliki kelainan jiwa atau tidak. Mereka pun mempunyai kekuasaan untuk membentuk perilaku masyarakat terhadap seseorang yang dinyatakan mengidap kelainan mental. Kekuasaan yang mereka miliki didapat dari pengetahuan mereka terhadap fenomena kegilaan. Bagi Foucault pengetahuan merupakan suatu bentuk kekuasaan. Pengetahuan seseorang tentang kriminalitas menjadikan ia mampu dan memiliki kekuasaan untuk melabelkan seseorang sebagai kriminal serta mengatur dan menghukumnya. Untuk mempelajari bentuk hukuman yang diberikan seseorang harus dulu mempelajari bagaimana hubungan antara wacana dan kekuasaan menghasilkan konsep tertentu mengenai kriminalitas dan kriminal, memberikan efek pada kriminal dan pemberi hukuman, serta bagaimana dua hal tersebut diterapkan dalam praktik pada periode historis tertentu. Ini kemudian membawa Foucault untuk berbicara mengenai kebenaran yang bukan bermakna absolut, melainkan kebenaran dalam formasi diskursif yang menghasilkan rezim kebenaran. Rezim kebenaran berada pada tiap masyarakat, dan ia merupakan sebuah wacana yang diterima dan dianggap
133

16

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

masyarakat, bahkan keluarga yang menampilkan sikap serta perilaku yang sama terhadap isu seksualitas, maka mereka berada dalam satu formasi diskursif. Sebagai seorang konstruksionis6 Foucault melihat bahwa proses pembentukan makna terjadi dalam wacana. Tiap wacana memiliki proses pembentukan makna yang berbeda sehingga makna yang dihasilkan juga berbeda. Proses pembentukan makna ini tergantung pada siapa yang menciptakan wacana serta waktu/masa wacana tersebut ditampilkan. Makna yang muncul dari sebuah wacana akan dianggap sebagai suatu kebenaran hanya pada periode waktu tertentu. Foucault tidak mempercayai fenomena yang sama dapat ditemukan dalam periode historis yang berbeda. Menurutnya wacana akan menghasilkan bentuk pengetahuan, objek, subjek, dan praktikpraktik pengetahuan yang berbeda pada tiap periode waktu. Foucault memberikan sebuah contoh dari praktik diskursif (discursive practices) yang memiliki makna berbeda pada periode waktu yang berbeda. Penyakit kejiwaan bukanlah fakta objektif yang selalu sama pada tiap periode historis. Ketika penyakit epilepsi belum ditemukan oleh bidang kedokteran, seseorang yang menampilkan gejala penyakit tersebut akan dianggap memiliki penyakit kejiwaan. Masyarakat akan mengucilkan atau membunuh demi tidak tersebarnya penyakit tersebut. Kini setelah ilmu kedokteran menemukan bahw epilepsi adalah penyakit akibat tidak berfungsinya salah satu sel otak, maka masyarakat tidak lagi menganggap epilepsi sebagai penyakit kejiwaan. Kini definisi kegilaan dibentuk oleh
Konstruksionis adalah salah satu pendekatan dalam melihat sebuah representasi yang melihat bahwa makna dalam bahasa dapat dimainkan oleh pemakainya. Dua pendekatan lain adalah reflektif atau mimetik dan intensional. Pendekatan reflektif atau mimetik adalah pendekatan yang melihat bahwa makna telah ada dalam benda, orang, peristiwa yang ada di dunia nyata. Bahasa hanya berfungsi merefleksikan kembali makna tersebut. Sedangkan pendekatan intensional melihat bahasa sebagai perwakilan makna atau cara penutur atau penulis melihat dunia. 132
6

2 MASALAH

A. Pengertian Masalah merupakan salah satu komponen penting dalam penelitian. Tidak ada masalah berarti tidak ada penelitian karena dari masalah itulah seluruh kegiatan penelitian berawal. Masalah dapat didefinisikan sebagai kesenjangan yang terjadi antara apa yang diharapkan dengan apa yang ditemukan atau dilaksanakan. Kegagalan siswa SMA di Jakarta Timur dalam menguasai bahasa Inggris merupakan masalah. Dalam hal ini, kemampuan berbahasa Inggris komunikatif sebagaimana dirumuskan dalam kurikulum merupakan tujuan yang harus dicapai (ideal), sedangkan ketidak-mampuan mereka dalam menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi harian, seperti membaca koran bahasa Inggris, menulis surat, dan berbicara dengan orang lain merupakan sebuah kondisi yang sebenarnya (faktual). Dari kondisi tersebut dapat diketahui adanya ketidaksesuaian dan kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ditemukan di lapangan, dan itulah yang dinamakan masalah. Sebagai kondisi yang tidak ideal, masalah perlu diselesaikan atau dicarikan jalan penyelesaiannya. Salah satunya adalah melalui penelitian. Masalah tidak sama dengan topik penelitian. Topik itu tidak perlu ditulis secara panjang
17

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

lebar, tetapi dapat ditulis secara singkat sebagai judul penelitian. Tentu saja dari topik yang diangkat dapat diketahui apa masalah yang sedang diteliti, meskipun demikian tidak semua topik mengandung masalah yang jelas. Oleh karena itu, masalah masih tetap perlu ditulis dan diuraikan secara lebih jelas agar kesenjangan yang terjadi dapat teridentifikasi secara mudah dan cepat. B. Penemuan Masalah Menemukan masalah penelitian merupakan masalah tersendiri bagi sebagian mahasiswa atau peneliti pemula. Sering kali terdengar suara-suara yang berbunyi saya belum menulis skripsi, tesis, atau disertasi karena saya belum menemukan masalah. Di sinilah timbul kesenjangan antara kemampuan dan ketidakmampuan mahasiswa atau peneliti pemula dalam menemukan masalah. Sebetulnya, masalah tidaklah sulit untuk ditemukan asal peneliti selalu ingat bahwa masalah itu adalah kesenjangan yang terjadi antara das sollen dan das sein. Masalah dalam penelitian bisa ditemukan melalui beberapa cara, seperti perenungan, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, dan membaca. Perenungan merupakan proses identifikasi dan pemikiran secara mendalam terhadap fenomena alam sehingga diperoleh apa yang seharusnya terjadi (ideal) dan apa yang betul-betul terjadi (faktual). Umpamanya, melihat fenomena penggunaan bahasa Inggris; dan dialekdialek kedaerahan dalam komunikasi harian pada acara-acara televisi dan radio, dengan pengetahuan yang dikuasainya seseorang mungkin saja dapat merenungkan berbagai hal berkaitan dengan perencanaan pengembangan bahasa Indonesia masa depan, seperti koordinasi antarlembaga terkait, kodifikasi gramatika baku bahasa Indonesia, dan sosialisasi penggunaan bahasa Indonesia baku kepada masyarakat. Contoh-contoh masalah yang muncul adalah:

aturan, organisasi yang membentuk definisi seksualitas. Definisi beserta norma dan aturannya akan berubah seiring dengan perkembangan sejarah dan waktu. Wacana, masih menurut Foucault, membentuk sebuah topik atau tema. Wacana menentukan dan membentuk objek dari pengetahuan; mengatur bagaimana sebuah topik dapat bermakna ketika dibaca; dan juga mempengaruhi bagaimana ide-ide dimasukkan dalam praktik-praktik dan dipakai untuk mengatur perilaku manusia. Jika sebuah wacana membentuk cara tertentu dalam menampilkan sebuah topik, menentukan bagaimana seseorang berbicara, menulis atau membawa diri, maka wacana juga membatasi cara lain untuk berbicara, membaca topik tertentu atau membentuk pengetahuan mengenai topik tersebut. Jika bergandengan tangan antara lakilaki dan perempuan merupakan salah satu bentuk seksualitas dalam sebuah masyarakat, maka tiap individu akan menjaga perilakunya untuk tidak menunjukkan sikap tersebut. Pemahaman atas seksualitas pada kelompok masyarakat tersebut mengatur bagaimana masing-masing anggotanya bersikap, berbicara dan membawa diri. Mereka berusaha untuk tidak melanggar segala praktik sosial yang berhubungan dengan seksualitas. Wacana tidak pernah terdiri atas satu statement, satu teks, satu perbuatan atau satu sumber. Sebuah wacana yang sama, yang memiliki karakteristik dari cara berpikir atau bentuk pengetahuan yang sama pada periode tertentu, akan muncul pada berbagai teks, serta membentuk cara berperilaku pada berbagai institusi dalam masyarakat. Ketika peristiwa-peristiwa diskursif ini mengacu pada satu subjek yang sama, menggunakan cara yang sama, serta mendukung sebuah pola strategi, baik itu politik maupun administratif, yang ditampilkan oleh institusi-institusi masyarakat, maka menurut Foucault mereka berada dalam formasi diskursif (discursive formation) yang sama. Agama, pemerintah, organisasi
131

18

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian bertujuan untuk hubungan antara makanan dan pembentukan identititas tokoh-tokoh perempuan dalam novel Fasting Feasting. Secara khusus penelitian berusaha untuk menggali: 1. Makna-makna budaya apa saja yang muncul dalam representasi makanan dalam kaitannya dengan identitas tokoh-tokoh perempuan pada novel Fasting Feasting; dan 2. ideologi yang terdapat dalam makna-makna tersebut. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan bidang kajian dan kritik sastra sehingga menjadi lebih beragam dan variatif. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat dan benar mengenai makna-makna budaya apa saja yang muncul dalam representasi makanan dan kaitannya dengan identitas tokoh-tokoh perempuan pada novel Fasting Feasting; dan ideologi yang terdapat dalam makna-makna tersebut. F. Landasan Teori Wacana menurut Foucault adalah a group of statements which provide a language for talking about a way of representing the knowledge about a particular topic at a particular historical moment (Hall, 1999: 44). Ia melihat dalam wacana terdapat kumpulan statement atau cara suatu pengetahuan ditampilkan untuk menampilkan sebuah tema/topik pada masa tertentu. Yang menjadi perhatiannya adalah aturan-aturan serta praktik-praktik yang menghasilkan meaningful statements dan regulated discourse pada tiap periode waktu atau sejarah yang berbeda. Subjek mengenai seksualitas akan bermakna jika ia berada dalam bentuk praktik sosial. Sekelompok masyarakat akan menciptakan norma,
130

1. Bagaimanakah model pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pada masa reformasi 19972007? 2. Apakah Metode Adopsi Total efektif dalam pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pada masa global dewasa ini? 3. Bagaimanakah pola sosialisasi bahasa Indonesia baku kepada masyarakat pada masa pemerintahan Presiden SBY? Selain perenungan, seseorang dapat juga memanfaatkan pengalaman pribadi dan orang lain untuk menemukan masalahmasalah yang menarik diteliti. Umpamanya, seseorang bisa mengidentifikasi beberapa kegagalan yang dialami dirinya dalam belajar bahasa Inggris, khususnya pelafalan yang tidak benar, bahasa yang tidak komunikatif, atau takut membuat kalimat yang tidak gramatikal, yang dapat dijadikan sebagai pijakan dalam penemuan masalah yang layak untuk diteliti. Adapun masalah-masalah yang mungkin muncul berdasarkan kegagalan tersebut adalah: 1. Apakah teknik pair work lebih efektif daripada diskusi kelompok dalam pengajaran lafal bahasa Inggris bagi siswa kelas I SMP di DKI Jakarta? 2. Bagaimanakah membangun lingkungan kebahasaan yang dapat membimbing mahasiswa Jurusan BSI menguasai bahasa Inggris secara komunikatif? 3. Apakah ada hubungan antara berani mengambil resiko dan kemampuan membuat kalimat bahasa Inggris yang gramatikal pada siswa kelas I SMP di Bogor? Di samping pengalaman pribadi, seseorang dapat juga memanfaatkan pengalaman baik dan buruk orang/pihak lain sebagai pijakan dalam penemuan masalah penelitian. Mungkin saja seseorang mendengarkan atau diberitahu oleh yang bersangkutan bagaimana cara menguasai empat bahasa asing,
19

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

bagaimana cara memahami novel-novel klasik berbahasa Inggris dengan metode hermeunetik, atau kebiasaan membaca koran dan kaitannya dengan menulis karya ilmiah. Adapun masalah-masalah yang menarik untuk diteliti adalah: 1. Bagaimanakah pengembangan autonomous learning untuk membantu mahasiswa menguasai bahasa-bahasa asing di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta? 2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman terhadap novel-novel klasik berbahasa Inggris antara mahasiswa yang menggunakan metode hermeunetik dan metode struktural? 3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca koran dan menulis karya ilmiah mahasiswa semester VIII Jurusan BSI Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta? Cara lain yang mungkin dapat dimanfaatkan seseorang untuk menemukan masalah penelitian adalah membaca naskahnaskah, baik yang berasal dari media cetak maupun elektronik. Dengan membaca, seseorang akan memperoleh berbagai informasi mengenai berbagai hal yang menarik, khususnya yang berkaitan dengan bidang keahliannya, sehingga mampu menemukan maaslah-masalah yang memang betul-betul layak untuk diteliti. Singkatnya, makin banyak membaca, makin banyak informasi yang diperoleh, dan makin mudah bagi seseorang untuk menemukan dan merumuskan masalah penelitiannya. C. Perumusan Masalah Setelah dapat menemukan masalah yang layak diteliti, sesorang harus mampu merumuskannya sedemikian rupa sehingga problem yang ingin dikaji menjadi jelas dan spesifik. Masalah dalam penelitian dapat diungkapkan atau dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan atau kalimat tanya. Meskipun tidak ada perbedaan yang sangat mendasar, penggunaan
20

dalam menampilkan identitas perempuan membawa ideologi pengarang atas pembentukan identitas perempuan. Selain itu penggunaan latar budaya yang berbeda, Amerika pada keluarga Amerika dan India pada keluarga India, oleh Desai menambah keragaman pemahaman atas hubungan makanan dan perempuan dalam novel tersebut. Inilah yang menjadi alasan bagi penulis untuk menganalisis makanan dan kaitannya dengan identitas perempuan dalam novel Fasting Feasting. B. Fakus Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, penelitian ini akan dikonsentrasikan pada upaya penggalian bagaimana penulis novel Fasting Feasting menjadikan makanan dan ritualnya sebagai representasi pembentukan identitas tokohtokoh perempuannya. Melalui makanan akan terlihat bagaimana identitas tokoh-tokoh perempuan yang ditampilkan dalam novel tersebut. Makanan yang sebelumnya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis dapat dipakai untuk menampilkan identitas perempuan. Pemilihan makanan dalam menampilkan identitas perempuan membawa ideologi pengarang atas pembentukan identitas perempuan. Selain itu penggunaan latar budaya yang berbeda, keluarga Amerika dan India, juga merupakan bagian yang takterpisahkan untuk memahami hubungan makanan dan perempuan dalam novel tersebut. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian tersebut, terdapat dua pertanyaan yang menarik untuk dibahas, yakni: 1. Bagaimana makanan dan ritualnya merepresentasikan pembentukan identitas tokoh-tokoh perempuan dalam novel Fasting Feasting? 2. Ideologi apa yang terkandung dalam representasi tersebut?
129

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Jepang, Ihigaki Rin, dalam puisinya The Pan, the Pot, the Fire I Have Before Me mengatakan bahwa peran perempuan dalam memasak bukanlah sesuatu yang merugikan. Perempuan akan mendapatkan keuntungan dari peran tersebut. Maxine Kumin, seorang penyair dari Amerika Utara, dalam puisinya Making the Jam Without You mengingat kembali kegiatan membuat selai dengan anak perempuannya yang kini tinggal di Jerman. Ia berharap kehidupan pernikahan anaknya sehangat saat mereka membuat selai bersama. Novel Fasting Feasting (1999) karya Anita Desai5 merupakan salah satu karya sastra yang memasukkan unsur makanan dalam ceritanya. Novel ini bercerita mengenai dua keluarga dengan latar belakang budaya yang berbeda, India dan Amerika. Masing-masing keluarga memiliki ritual sendiri dalam hal makanan dan pola makan. Budaya tiap keluarga sangat mempengaruhi bagaimana mereka menyiapkan makanan dan menyelenggarakan ritual makan. Para perempuan dari kedua keluarga tersebut memiliki tugas untuk menyajikan makanan. Mereka bertanggung jawab tidak hanya pada mempersiapkan makanan namun juga pada menentukan apa yang akan dimakan oleh anggota keluarga, terutama suami dan anak laki-laki mereka. Makanan kemudian menjadi urusan keseharian mereka. Eratnya hubungan tokoh-tokoh perempuan tersebut dengan makanan dapat menampilkan citra perempuan. Melalui makanan akan terlihat bagaimana identitas tokoh-tokoh perempuan yang ditampilkan oleh novel tersebut. Akan sangat menarik untuk melihat bagaimana makanan yang sebelumnya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis dapat dipakai untuk menampilkan identitas perempuan. Pemilihan makanan
Anita Desai lahir tahun1937di Mussoorie India. Ayahnya seorang pengusaha Bengali dan ibunya seorang warga negara Jerman. Ia mengenyam pendidikan di SMU Queen Marry Delhi dan Miranda House, Universitas Delhi di mana ia mendapat gelar B.A. dalam sastra Inggris. The Peacock merupakan novel pertamanya yang terbit tahun 1963. 128
5

kalimat tanya dalam perumusan masalah lebih memperjelas apa sebenarnya yang ingin dicari oleh peneliti daripada penggunaan kalimat pernyataan. Perhatikan contoh-contoh berikut. Kalimat pernyataan: 1. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam bentuk kegiatan pembelajaran di beberapa program studi PTAIN menimbulkan persepsi dan penafsiran yang beragam, sehingga muncul banyak model yang kurang atau bahkan tidak merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu model pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi yang dapat dijadikan ukuran standar penilaian program studi dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran atau perkuliahan bahasa Inggris. Tentunya, model yang dikembangkan harus mencakup beberapa aspek penting dalam pembelajaran, seperti pengembangan silabus, bentuk kegiatan belajar, peran mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran, peran bahan ajar, dan prosedur atau strategi pengajarannya. Selain itu, efektifitas model tersebut dalam pembelajaran bahasa Inggris masih harus dipertanyakan, dan untuk itulah ujicoba model tersebut menjadi sesuatu yang sangat mendesak untuk dilakukan. Dengan demikian, permasalahan utama dalam penelitian ini adalah pencarian model pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi dan pembuktian efektivitas model tersebut melalui eksperimen pada beberapa program studi PTAIN di Indonesia. 2. Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diduga adanya hubungan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di DKI Jakarta Selatan. Meskipun demikian, hubungan antara
21

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa masih tetap menjadi pertanyaan besar yang perlu dijawab dan dibuktikan. Oleh karena itu, permasalahan dalam penelitian ini lebih banyak berkaitan dengan upaya pembuktian hubungan antara ketiga variabel tersebut. 3. Penelitian ini difokuskan pada upaya penggalian bagaimana penulis novel Fasting Feasting menjadikan makanan dan ritualnya sebagai representasi pembentukan identitas tokoh-tokoh perempuannya. Melalui makanan akan terlihat bagaimana identitas tokoh-tokoh perempuan yang ditampilkan dalam novel tersebut. Makanan yang sebelumnya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis dapat dipakai untuk menampilkan identitas perempuan. Pemilihan makanan untuk menampilkan identitas perempuan membawa ideologi pengarang atas pembentukan identitas perempuan. Selain itu penggunaan latar budaya yang berbeda, keluarga Amerika dan India, juga merupakan bagian yang takterpisahkan untuk memahami hubungan makanan dan perempuan dalam novel tersebut. Itulah beberapa isu sentral yang akan dibahas dalam penelitian ini. Kalimat pertanyaan: 1. Perubahan perumusan masalah untuk poin satu ke dalam kalimat pertanyaan adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah silabus matakuliah bahasa Inggris yang harus dikembangkan sebagai bentuk implementasi kurikulum berbasis kompetensi? b. Bagaimanakah kegiatan belajar bahasa Inggris yang harus dikembangkan sesuai dengan prinsipprinsip kurikulum berbasis kompetensi? c. Bagaimanakah peran dosen dalam kegiatan belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi?
22

masih banyak lagi. Namun yang paling sering ditampilkan oleh penulis perempuan adalah mengenai isu domestisitas. Banyaknya penulis perempuan mengangkat isu ini disebabkan oleh makanan yang identik dengan wilayah domestik. Perempuan berada di wilayah tersebut. Selain penulis perempuan, penulis-penulis laki-laki juga menggunakan makanan dalam tulisan mereka. Yang membedakan dengan penulis perempuan adalah ketika penulis laki-laki menggunakan makanan sebagai tema. Mereka hanya menggunakan penulis-penulis perempuan sebagai token acknoledgment dan lebih mengacu pada penulis-penulis lakilaki besar, seperti Homer atau Plato. Para penulis laki-laki ini lebih menghubungkan makanan dengan seksualitas daripada dengan perempuan. Sedangkan penulis perempuan lebih menghubungkan makanan dengan peran dan status mereka. Harriet Blodgett (2005) dalam eseinya Mimesis and Metaphor: Food Imagery in International Twentieth-Century Women's Writing, menjelaskan beberapa alasan mengapa banyak penulis perempuan menggunakan tema makanan dalam tulisan-tulisan mereka. Pertama perempuan telah diajarkan mengenai nilai-nilai kewanitaan melalui presentasi makanan yang dihadirkan oleh ibu mereka. Selain itu obsesi perempuan terhadap makanan, seperti pada penderita bulimia dan anorexia, menunjukkan adanya masalah dalam identitas perempuan yang tidak bisa memisahkan diri dari figur ibu atau dari proses menjadi ibu. Keterikan perempuan terhadap makanan beserta ritualnya merupakan sebuah mimesis atau metafor dari peran perempuan sebagai food giver pertama pada bayi serta sebagai koki keluarga. Para penulis perempuan ini menggunakan makanan untuk mengangkat masalah jender, seperti mengkritik bahkan menolak peran mereka sebagai penyaji makanan. Namun tidak sedikit juga penulis perempuan menggunakan makanan untuk merayakan peran perempuan dalam lingkup domestik. Penyair
127

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

perempuan. Perempuan menjadi sulit untuk melakukan kegiatan di luar rumah, seperti mendapat pekerjaan, pendidikan, berperan dalam bidang politik serta mendapat kesetaraan hak. Masyarakat patriarki menggunakan fungsi dan peran perempuan dalam rumah tangga untuk mencegah mereka melakukan aktivitas di luar rumah. Selain mengukuhkan identitas perempuan, para feminis melihat makanan sebagai ajang kontestasi kekuasaan. Mereka melihat bahwa makanan dapat memberikan kekuasaan pada perempuan namun juga dapat dipakai untuk menguasai perempuan. Perempuan dapat mengatur kepada siapa saja makanan diberikan dan berapa banyak makanan tersebut diberikan. Ketergantungan anggota keluarga lain pada perempuan dalam hal makanan menjadikan perempuan memegang kekuasaan penuh atas kelangsungan hidup dan pemenuhan nutrisi mereka. Namun ketika perempuan tidak mampu untuk menyajikan makanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga maka ia akan dianggap 'cacat' oleh masyarakat. Pemberian label tersebut menjadikan perempuan kehilangan posisi dalam keluarga. Selain masyarakat patriarki dan feminis, karya sastra juga menggunakan makanan untuk menampilkan berbagai isu. Penulis-penulis perempuan abad 20 seperti Margaret Atwood, Doris Lessing, dan Angela Carter4 menggunakan makanan dalam karya-karya mereka untuk menampilkan perilaku sosial dan individu, masalah-masalah psikologis, seni, seks, politik seksual, kemiskinan, nasionalisme, misteri pembunuhan, dan
Margaret Atwood melihat makanan sebagai realitas sosial. Ia menghubungkan makanan dalam novel-novelnya dengan politik opresi serta kebebasan dan tanggung jawab individu. Doris Lessing pada novel-novel realisnya banyak mengangkat permasalahan identitas diri dalam masyarakat modern, bahaya atas mentalisme yang berlebih serta yang terpenting bagaimana individu berhubungan dengan masyarakat. Angela Carter dalam beberapa novelnya menghubungkan makanan dan proses makan dengan kekuasaan, seksualitas dan konstruksi jender. (Sceats 2000, 3-4) 126
4

d. Bagaimanakah peran mahasiswa dalam kegiatan belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi? e. Bagaimanakah peran bahan ajar dalam penyelenggaraan kegiatan belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi? f. Bagaimanakah prosedur dan teknik-teknik pengajaran dikembangkan dalam kegiatan belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi? 2. Perubahan perumusan masalah untuk poin dua ke dalam kalimat pertanyaan adalah sebagai berikut: a. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta Selatan? b. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta Selatan? c. Secara bersama-sama, apakah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta Selatan? d. Berapa besarkah kontribusi motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di DKI Jakarta? 3. Perubahan perumusan masalah untuk poin tiga ke dalam kalimat pertanyaan adalah sebagai berikut: a. Bagaimana makanan dan ritualnya merepresentasikan pembentukan identitas tokohtokoh perempuan dalam novel Fasting Feasting? b. Ideologi apa yang terkandung dalam representasi tersebut?

23

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

D. Ciri-ciri Perumusan Masalah yang Baik Problem penelitian yang dirumuskan secara baik akan memudahkan peneliti untuk menentukan beberapa hal penting yang berkaitan dengan rancangan penelitian, seperti apa metode dan analisis data yang digunakan, apa dan bagaimana pengumpulan data, dan siapa responden yang harus terlibat. Berikut adalah beberapa ciri perumusan masalah yang baik: 1. Jelas Masalah harus dirumuskan secara jelas sehingga dapat dimengerti apa yang menjadi pokok kajian dalam suatu penelitian. Kejelasan perumusan masalah dapat diperoleh melalui penggunaan pola-pola kalimat efektif yang tidak banyak mengandung anak kalimat sehingga menjadi terlalu kompleks dan tidak jelas subjek dan predikatnya. Contoh perumusan masalah yang jelas: a. Bagaimana penulis merepresentasikan nilai-nilai edukatif melalui karakter utama dalam novel David Copperfield sehingga dapat dipahami oleh pembaca? b. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta Selatan? Contoh perumusan masalah yang tidak jelas: a. Bagaimanakah unsur intrinsik dalam novel David Copperfield yang pembaca peroleh dan latar belakang historis pengarangnya yang mempengaruhi pengembangan unsur cerita? b. Apakah prediksi yang bisa dibuat antara adanya dua hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta Selatan. 2. Tidak terlalu luas Perumusan masalah tidak boleh bersifat terlalu luas, sehingga menjadi sangat sulit untuk dikaji. Luasnya
24

Masyarakat patriarki melihat makanan beserta ritualnya sebagai tugas domestik perempuan. Mereka membentuk citra perempuan lewat kemampuannya dalam mempersiapkan makanan bagi anggota keluarga. Citra perempuan yang ideal untuk menjadi istri dan ibu adalah perempuan yang mampu memasak. Masyarakat menjadikan makanan sebagai salah satu ukuran seberapa baik seorang perempuan mengurus keluarga dan membesarkan anak. Ketika perempuan mampu menyajikan makanan yang bernutrisi kepada seluruh anggota keluarga maka ia akan dinilai sebagai ibu dan istri yang baik. Kemampuan mereka dalam memasak menjadikan mereka juga mampu mengurus keluarga. Di lain pihak ketika perempuan tidak mampu untuk mengolah makanan maka ia akan kehilangan identitas diri sebagai perempuan yang sesungguhnya dalam masyarakat dan dianggap sebagai perempuan yang tidak lengkap (Van Esterik). Penggambaran perempuan ini merupakan bentuk stereotip citra perempuan menurut masyarakat patriarki. Stereotip ini muncul akibat penempatan perempuan di wilayah domestik. Eratnya hubungan antara perempuan dan makanan serta penggunaan makanan oleh masyarakat patriarki dalam membentuk citra perempuan dilihat oleh para feminis sebagai alat untuk menampilkan identitas perempuan. Lewat makanan masyarakat patriarki mengidentikkan perempuan dengan wilayah domestik di mana perannya adalah melayani keluarga. Bagaimana perempuan berusaha memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga; bagaimana perempuan rela mengorbankan kepentingannya demi memenuhi kebutuhan keluarga; dan bagaimana perempuan rela untuk lapar demi terpenuhinya kebutuhan nutrisi keluarga, tampil dalam hubungan perempuan dengan makanan beserta ritualnya. Bentuk pelayanan tersebut mengukuhkan identitas perempuan dalam masyarakat patriarki. Feminis melihat pengukuhan identitas perempuan yang terkait dengan wilayah domestik membatasi ruang lingkup
125

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

lebih spesifik ini menandakan bahwa perempuan mulai lebih memfokuskan diri pada isu-isu kesetaraan hak berdasarkan atas pengalaman masing-masing. Mereka melihat tiap perempuan memiliki kepentingan dan keinginan yang bisa sama atau berbeda dalam memperjuangkan haknya. Seluruh kelompok dan gerakan yang menjadikan perempuan sebagai wacana pada dasarnya mengangkat masalah yang sama yaitu politik, citra perempuan dalam media, pendidikan, pekerjaan, dan keluarga. Yang membedakan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya adalah pengalaman mereka. Kelompok feminisme kulit putih dan kulit hitam memiliki pengalaman yang berbeda. Walaupun sama-sama mengalami opresi dari masyarakat patriarki, bentuk opresi yang dialami oleh kedua kelompok ini tidak sama. Perempuan kulit putih hanya mengalami opresi dari laki-laki kulit putih saja, namun perempuan kulit hitam selain mengalami opresi dari laki-laki kulit hitam juga mendapat opresi dari masyarakat kulit putih. Berbedanya pengalaman yang dialami oleh dua kelompok ini menjadikan mereka mengangkat isu yang berbeda pada masalah yang sama. Salah satu pengetahuan dan pengalaman perempuan yang sering dijadikan alat untuk mengangkat isu perempuan adalah makanan serta berbagai ritual3 yang menyertainya. Ini disebabkan karena perempuan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan makanan. Perempuan menjadi pelaksana utama pengolahan dan penyajian makanan. Mereka memegang kendali penuh atas pemilihan menu makanan, bagaimana cara pengolahannya dan untuk siapa makanan tersebut disajikan. Kendali penuh terhadap makanan ini dapat digunakan perempuan dalam menunjukkan posisi dan kekuasaannya dalam keluarga.
3 Ritual yang dimaksud adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan makanan seperti penentuan menu makanan, peracikan, pengolahan bahan makanan, penyajian, hingga tradisi makan bersama.

masalah bisa terjadi karena beberapa hal, seperti tidak menyantumkan aspek waktu dan tempat secara spesifik, atau perumusan tersebut memang mengadung hal-hal yang sangat luas sehingga tidak mungkin untuk diteliti. Contoh: a. Bagaimanakan kesusasteran Inggris dikembangkan? b. Bagaimanakah penggunaan bahasa Inggris di Asia? 3. Tidak terlalu sempit Perumusan masalah juga tidak boleh bersifat terlalu sempit, sehingga menjadi sangat sulit untuk dikaji. Sempitnya masalah bisa terjadi karena beberapa hal, seperti mengandung problem yang sangat sangat spesifik sehingga tidak mungkin untuk diteliti. Contoh: a. Bagaimanakah peran American Corner dalam pengembangan kemampuan mahasiswa semester VI Jurusan BSI dalam melafalkan bunyi /f/ dalam bahasa Inggris? b. Bagimanakah perubahan makna house yang terjadi sejak bahasa Inggris kuno sampai modern? 4. Tidak mengandung unsur subjektif Perumusan masalah juga tidak boleh mengandung unsur-unsur subjektif peneliti, sehingga hasil penelitian yang diperoleh bersifat sangat subjektif dan personal. Contoh: a. Bagaimanakah pengalaman saya dalam membangun suasana demokratif dalam kelas percakapan bahasa Inggris untuk mahasiswa semester IV Jurusan BSI? b. Bagaimanakah suka duka mahasiswa semester VIII Jurusan BSI dalam menyusun skripsi sebagai tugas akhir? 5. Hal-hal lian yang perlu dipertimbangkan: a. Apakah masalah itu perlu dan berguna untuk dipecahkan? b. Apakah pemecahan masalah tersebut membutuhkan kepandaian tertentu?
25

124

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

c. Apakah masalah itu menarik dan menantang untuk diselesaikan? d. Apakah masalah itu memberikan sesuatu yang baru yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak umum dan kalangan akademis? e. Apakah terdapat data yang cukup untuk memecahkan masalah tersebut?

Masyarakat menjadikan perbedaan seks sebagai dasar dalam membentuk jender. Menjadi perempuan dengan segala sifat dan karakteristik yang menempel padanya dibentuk oleh masyarakat (Selden, 1998: 210). Tulisan-tulisan tersebut berusaha membalik pandangan masyarakat patriarki mengenai perempuan. Semua penggambaran dan karakteristik mengenai perempuan yang menunjukkan mereka sebagai kelas kedua merupakan konstruksi dari masyarakat patriarki. Hal tersebut disebabkan oleh cara pandang mereka terhadap perempuan yang hanya melihat bentuk fisik. Bagi masyarakat patriarki perempuan memiliki bentuk biologis yang tidak sesempurna laki-laki. Perempuan tidak memiliki kekuatan fisik seperti laki-laki. Konstruksi yang dibangun masyarakat patriarki terhadap perempuan ini dikritik oleh tulisan-tulisan di atas. Selain ditampilkan dalam bentuk tulisan, wacana perempuan juga tampil dalam bentuk gerakan sosial. Dalam perkembangan feminisme1 gelombang pertama (first wave)2, muncul gerakan Women's Rights and Women's Suffrage yang menekankan pada perubahan kedudukan perempuan dalam sosial, politik dan ekonomi. Pada tahun 1966 The National Organisation of Women (NOW) berdiri dengan Bety Friedan sebagai salah satu pendirinya. Selain itu muncul kelompokkelompok gerakan feminisme seperti feminisme kulit hitam, lesbian, liberal, sosialis, dan masih banyak lagi, yang masingmasing memfokuskan pada aspek tertentu mengenai perempuan. Kelompok-kelompok gerakan feminisme yang
Feminisme merupakan istilah yang dipakai oleh gerakan perempuan yang menginginkan pengakuan dan kesetaraan hak dalam masyarakat. Kata feminisme mulai diperkenalkan pada tahun 1890-an. 2 Feminisme gelombang pertama dimulai pada abad ke-19 dan berakhir pada tahun 1949. Feminisme gelombang pertama ini menekankan pada pendidikan, pekerjaan dan hukum pernikahan. Tahun 1963 dengan diterbitkannya buku The Feminine Mystique oleh Betty Friedan menandakan munculnya gerakan feminisme gelombang kedua.
1

26

123

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

terbitnya tulisan Jane Anger, Her Protection for Women, yang memaknai penciptaan Hawa dengan pemaknaan baru. Ia melihat bahwa perempuan bukanlah makhluk kelas kedua, melainkan makhluk terbaik karena diciptakan setelah Adam sehingga '...logically, Eve is last and best' (Gamble, 2001: 6-7). Pada tahun-tahun tersebut di wilayah Eropa, terutama di Inggris, perempuan memperjuangkan kedudukan mereka terutama dalam bidang hukum. Salah satu yang diperjuangkan adalah hak asuh anak, karena secara hukum anak adalah milik ayah. Walaupun perjuangan tersebut belum menghasilkan sesuatu, perubahan sikap perempuan terhadap dirinya menjadi landasan bagi perjuangan perempuan berikutnya. Pada abad 20 makin banyak tulisan-tulisan perempuan yang mengangkat masalah dan posisi perempuan dalam masyarakat. Tulisan-tulisan tersebut mengulas perempuan dari sudut pandang yang selama ini tidak disentuh oleh masyarakat patriarki. Virginia Woolf dalam dua novelnya A Room of One's Own (1929) dan Three Guineas (1938) menampilkan karakter perempuan yang menuntut hak mereka baik itu dalam bidang hukum, pendidikan dan informasi (Selden, 1998: 207). Simone de Beauvoir dalam bukunya yang cukup berpengaruh, The Second Sex (1949), berargumen bahwa perempuan adalah liyan karena perempuan bukan laki-laki. Jika laki-laki mampu menentukan eksistensi dirinya, maka perempuan kebalikannya. Ia tidak mampu menentukan makna dirinya; maka laki-laki memberikan makna atas diri perempuan berdasarkan atas kondisi fisik mereka (Tong, 1998: 9). Penentuan perempuan sebagai liyan disebabkan oleh perbedaan biologis antara lakilaki dan perempuan. Perbedaan biologis ini yang menjadikan perempuan berada pada posisi rendah dalam masyarakat. Selanjutnya de Beauvoir memperkenalkan istilah seks dan jender. Menurutnya sex lebih mengacu pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, sedangkan jender merupakan pemaknaan atas perempuan yang dikonstruksi oleh masyarakat.
122

3 KAJIAN KEPUSTAKAAN DAN HIPOTESIS

A. Kajian Kepustakaan Berdasarkan masalah yang sudah dirumuskan, peneliti sudah dapat mencari teori-teori, konsep-konsep, dan asumsiasumsi yang dapat dijadikan landasan teoretis untuk penelitian yang akan dilaksanakan. Hal ini perlu dilakukan agar penelitian tersebut memiliki pijakan dan dasar yang kokoh, sehingga hasilnya pun dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan kajian kepustakaan peneliti dapat merumuskan hipotesis, dan mengembangkan instrumen sesuai dengan variabel yang diteliti untuk penelitian kuantitatif; atau mengembangkan pedoman wawancara dan observasi untuk penelitian kualitatif. Selain itu, kajian kepustakaan dapat membantu peneliti menganalisis hasil penelitian, sehingga ditemukan hasil yang lebih baik. Kajian kepustakaan harus dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai sumber bacaan yang relevan dan up to date. Relevan berarti sumber-sumber bacaan merupakan naskah-nasakah cetak dan elektronik yang benar-benar sesuai dan terkait erat dengan permasalahan yang sedang dikaji. Sedangkan up to date berarti naskah-naskah cetak dan elektronik tersebut berasal dari penerbitan terkini, kecuali
27

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

naskah-naskah klasik yang monumental dan tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Bahan bacaan sebagai sumber rujukan dapat dibedakan menjadi dua kelompok: rujukan umum dan khusus. Rujukan umum yang memuat konsep-konsep dan teori-teori dapat ditemukan dalam kepustakaan yang berbentuk buku-buku teks, ensiklopedia, monograf dan sebagainya. Adapun rujukan khusus yang biasanya memuat generalisasi-generalisasi yang ditarik dari hasil penelitian dapat ditemukan dalam kepustakaan yang berbentuk jurnal, buletin penelitian, tesis, disertasi, dan sumber-sumber lain yang memuat laporan hasil penelitian. Supaya dapat memperoleh jawaban yang memiliki tingkat kebenaran tertinggi yang dapat dijadikan sebagai hipotesis; atau sebagai pijakan dalam analisis temuan penelitian; peneliti harus membekali diri dengan sumbersumber rujukan yang relevan. Sumber-sumber rujukan tersebut harus dibaca dan dikaji dengan menggunakan berbagai metode penalaran sehingga diperoleh jawaban yang memiliki tingkat kebenaran tertinggi yang dapat dijadikan sebagai hipotesis; atau sebagai pijakan dalam analisis temuan penelitian. Dalam kajiannya, peneliti memanfaatkan penalaran deduktif, induktif, atau sintesis, baik secara terpisah maupun secara terpadu. Penalaran deduktif yang bersifat pembuktian teori atau konsep digunakan untuk memerikan teori-teori atau konsep-konsep umum yang berkaitan dengan masalah penelitian sehingga diperoleh jawaban atau hipotesis yang tepat. Penalaran induktif yang bersifat penemuan teori-teori atau konsep-konsep digunakan untuk memperoleh generalisasi dari berbagai temuan penelitian, sehingga diperoleh alternatif jawaban yang lebih tepat. Berbeda dengan penalaran deduktif yang bergerak dari teori ke fakta; dan induktif yang bergerak dari fakta ke teori; penalaran sintesis memiliki gerak yang lebih bebas. Penalaran sistesis merupakan upaya-upaya pemaduan dan pengembangan dari berbagai teori dan konsep untuk
28

A. Latar Belakang Masalah Penggambaran perempuan sebagai makhluk lemah yang tidak setara dengan laki-laki telah berlangsung lama. Beberapa pemikir mendeskripsikan perempuan dengan ciri-ciri yang stereotip. Aristoteles mengatakan bahwa laki-laki adalah bentuk dan perempuan adalah matter. Matter adalah sesuatu yang abstrak dan akan berwujud jika ada form. Perempuan tidak akan berperan dan berarti tanpa kehadiran laki.laki (The New Encyclopedia Britannica, 2003: 883). Laki-laki merupakan yang utama sedangkan perempuan hanya pelengkap. Konsep ini diambil oleh Thomas Aquinas, seorang pemikir Kristiani. Ia melihat bahwa laki-laki adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna sedangkan perempuan adalah laki-laki yang tidak sempurna (Selden 1993: 203). John Donne (2002) dalam puisinya Air and Angels melihat bahwa tubuh perempuan tidak sesempurna tubuh laki-laki. Sigmund Freud mengatakan bahwa perempuan memiliki kecemburuan terhadap laki-laki, yang disebut penis envy, karena perempuan tidak memiliki penis seperti laki-laki. Pengkondisian perempuan sebagai makhluk yang lemah, baik secara fisik maupun intelektual, menjadikan dirinya sebagai makhluk kelas kedua dalam masyarakat. Mereka tidak memiliki posisi dalam masyarakat, hukum dan bahkan dalam keluarga. Segala keputusan yang menyangkut perempuan diserahkan pada laki-laki yang menentukan apa yang terbaik bagi perempuan. Oleh karena itu kepentingan perempuan selalu berada setelah kepentingan laki-laki. Masyarakat dengan keadaan seperti ini disebut sebagai masyarakat patriarki. Keadaan seperti ini menyebabkan perempuan yang berada dalam wilayah patriarki menjadi terpinggirkan keberadaannya. Segala kebutuhan, hak dan keinginan mereka hadir setelah segala kebutuhan, hak dan kepentingan laki-laki dipenuhi. Kesadaran perempuan akan posisinya dalam masyarakat mulai muncul pada tahun 1550-1700. Ini ditandai dengan
121

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

11 PROPOSAL PENELITIAN SASTRA

menemukan teori dan konsep baru yang lebih relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Selanjutnya, hasil penalaran tersebut dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek tertentu yang menjadi perhatian peneliti; dan dicatat atau direkam secara rapi agar dapat dipergunakan secara cepat bila sedang dibutuhkan. Dengan cara pengelompokan dan perekaman hasil kajian kepustakaan tersebut, tentu saja kegiatan penelitian lainnya menjadi lebih mudah dilaksanakan. B. Hipotesis Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis merupakan salah satu atibut penelitian yang berhubungan dengan asumsi-asumsi jawaban dari masalah yang diteliti. Hipotesis merupakan pernyataan atau jawaban tentative mengenai suatu masalah yang belum dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sebagai jawaban sementara, hipotesis yang diturunkan dari berbagai toeri yang mendasari penelitian tersebut dianggap sebagai yang paling mungkin dan paling tinggi taraf kebenarannya. Hipotesis dapat dianggap sebagai pernyataan mengenai kaadaan populasi yang perlu diuji kebenarannya melalui data-data yang diperoleh dari sampel. Sebaliknya, dalam penelitian kualitatif, istilah hipotesis tidak begitu lazim digunakan karena hipotetsis tidak dapat berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalahmasalah yang cenderung bersifat lebih terbuka. Sebenarnya dalam penelitian kualitatif, hipotesis masih tetap diperlukan tetapi dengan fungsi yang berbeda. Dalam hal ini, hipotesis lebih banyak berperan sebagai generalisasi hasil penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya lebih lanjut dalam penelitian kuantitatif. Agar hipotetsis dapat diuji kebenarannya secara mudah, hipotetsis harus disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan hal-hal berikut:
29

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN SASTRA

MAKANAN DAN RITUALNYA SEBAGAI REPRESENTASI PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH-TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL FASTING FEASTING

TIM PENELITI

120

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

1. Rumusan hipotesis harus mengandung pertautatan antara dua variabel atau lebih; 2. Hipotesis harus dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang dirumuskan secara padat dan jelas; dan 3. Hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data dan statistika yang digunakan. Secara umum hipotesis dapat dibedakan menjadi dua, yakni hipotesis yang menyatakan hubungan dan hipotesis yang meyatakan perbedaan. Yang pertama adalah hipotesis yang menyatakan tentang saling-hubungan antara dua variabel atau lebih yang banyak digunakan dalam penelitian korelasional. Yang kedua adalah hipotetsis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda-beda. Hipotesis seperti itu lebih banyak digunakan dalam penelitian komparatif. Secara khusus berkenaan dengan pengambilan kesimpulan atau generalisasi, hipotesis yang biasanya diuji adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan atau perbedaan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat deklaratif negatif itu biasanya disebut dengan hipotesis nol (HO) yang berfungsi sebagai hipotesis penelitian. Sebaliknya, hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat deklaratif positif yang menyatakan adanya hubungan atau perbedaan antara dua variabel atau lebih disebut dengan hipotesis alternatif (HA), yang seringkali diterima sebagai kesimpulan sebagai akibat dari penolakan hipotesis nol (HO) Contoh hipotesis nol (HO): 1. Mahasiswa semester VI Jurusan BSI tidak mampu berbahasa Inggris sebaik berbahasa Indonesia 2. Prosedur penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia tidak sama dengan prosedur penerjemahan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris.

Mu lyasa, E. Kurikuluni Berbasis Kompetensi, kansep karakteristik, dan implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003. Nuttal, Christine Teaching Reading Skills in a Foreign Language. London: Heinemann Educational Books, 1987. Tangan H.G. dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa, 1986. Robert Karlin. Teaching Reading in High School. New York: Harper & Row Publisher, 1984. Smith, Judith M. and Wayne A. King. Readability. Michigan: Ulrihs Books, Inc. Tomlinson, Brian Materials Development in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press, 1998. Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press, 2003.

30

119

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra 4 5 Penulisan laporan Seminar

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

I. Biaya Penelitian Penelitian ini direncanakan menelan biaya sebesar Rp. 15.000.000,- (Lima belas juta rupiah). Rincian biaya dapat tidak diberikan. J. Daftar Kepustakaan Ahmad, H.M. Dkk, Pengembangari kurikulum untuk lAIN dan PTAIS semua Fakultas dan Jurusan Kornponen MKDK. Bandung: Pustaka Setia, 1998. Anonim, Kurikulum Berbasis Kampetensi, Kurikulum dan Hasil Belajar, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMA dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003. Ellis, Rod The Study of Second Language Acquisition (Oxford: Oxford University Press, 1994. Flesch,Rudolf How to Write Plain English http://www.mang. canterbury.ac.nz/ urseinfo/AcademicWriting/Flesch.htm). Grant, Nevile Making the Most of Your Textbook . London: Longman Group, 1987. Hadley, Alice Omagio Teaching Language in Context. Boston: Heinle & Heinle Publishers, 1993. Hamalik, Oemar Pengembangan Kurikulum, Dasar-Dasar Perkembangannya, Bandung: Mandar Maju, 1990. Harmer, Jeremy The Practice of English Language Teaching. London and New York: Longman, 1991. Harmer, Jeremy The Practice of English Language Teaching: Completely revised and updated edition London: Longman, 2003. Helliwell, Susan Teaching English in the Primary Classroom. London: Longman, 1992. Huda, Nuril Language learning and Teaching: Issues and Trends. Malang: IKIP Malang Publisher, 1999.

3. Mahasiswa semester VI Jurusan BSI tidak mampu menulis cerita pendek berbahasa Inggris Hipotesis hipotesis alternatif (HA): 1. Mahasiswa semester VI Jurusan BSI mampu berbahasa Inggris sebaik berbahasa Indonesia 2. Prosedur penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sama dengan prosedur penerjemahan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. 3. Mahasiswa semester VI Jurusan BSI mampu menulis cerita pendek berbahasa Inggris

118

31

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

4 POPULASI DAN SAMPEL

1. Metode Penelitian ini merupakan penelitian isi atau content analysis yang berusaha untuk menggali bukti-bukti empiris mengenai tingkat keterbacaan, kualitas, dan kesesuaian 10 buku teks bahasa Inggris untuk siswa kelas II SMA dengan kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004. 2. Analisis Data Data verbal yang berkaitan dengan kesesuaian buku teks dengan kurikulum akan dianalisis secara kualitatif dengan membandingkan apa yang terdapat dalam buku dengan apa yang ditetapkan dalam kurikulum 2004. Sedangkan data yang berhubungan dengan tingkat keterbacaan buku teks dianalisis dengan teori Flesch Reading Ease. 3. Pengambilan Data Penelitian kualitatif ini memamfaatkan diri peneliti sendiri sebagai isntrumen utama untuk memperoleh data yang dibutuhkan dengan berbagai cara, seperti menandai, mengelompokkan, dan memberikan catatan-catatan penting lainnya pada sumber data. 4. Unit Analisis Sebagai unit analisis, penelitian ini akan menggunakan 10 buku teks bahasa Inggris untuk siswa kelas II SMA digunakan di sekolah-sekolah di Jakarta. H. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Jakarta selama empat bulan dari Januari sampai dengan Juli 2005. Adapun jadual kegiatannya dapat dilihat pada tabel berikut.
NO 1 2 3 KEGIATAN Persiapan Pengumpulan data Analisis data BULAN JAN FEB MAR APR MEI V V V V V 117

A. Pengertian Populasi dapat diartikan sejumlah kasus yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kasus, dalam hal ini dapat diartikan sebagai orang, barang, binatang, hal ataupun peristiwa. Populasi dibedakan menjadi dua. Populasi takterhingga (takterjangkau) yakni populasi yang berisikan kasus yang takterhingga jumlahnya, sehingga sensus sama sekali tidak dapat dilakukan. Populasi terhingga (terjangkau) yakni populasi yang berisikan kasus yang terhingga jumlahnya, sehingga sensus dapat dilakukan. Meskipun demikian, dalam populasi terhingga sensus seringkali tidak dapat dilakukan. Contoh: 1. Seluruh kata berimbuhan yang terdapat pada novel David Copperfiiled 2. Seluruh mahasiswa BSI Fakultas Adab dan Humaniora UIN 3. Seluruh kegiatan akademik mahasiswa BSI Fakultas Adab dan Humaniora UIN Bila sensus tidak mungkin digunakan, maka sampel merupakan jalan keluar utamanya. Sampel dapat diartikan
32

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

c) Kemampuan, yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas ataupun pekerjaan yang dibebankan kepadanya. d) Nilai, yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu di dalam diri seseorang. e) Sikap, yaitu perasaan (senang-tidak senang, sukatidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. f) Minat, yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Dari pemaparan di atas, KBK dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas standar tertentu, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, sikap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. KBK merupakan sebuah kurikulum yang mengacu pada kurikulum modern jika dilihat dari karakteristiknya. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut Depdiknas (2003: 42) adalah: a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal; b) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman; c) Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi; d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; dan e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi. G. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini meliputi beberapa aspek penting dalam penelitian sebagai berikut.
116

sebagai sebagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri umum yang dimiliki oleh populasi. Penggunaan sampel dalam penelitian didasari oleh beberapa alasan, seperti biaya, waktu, percobaan yang sifatnya merusak, ketelitian, dan ekonomi. Contoh (berdasarkan contoh populasi di atas): 1. Seluruh kata berimbuhan il-, im, ir- yang terdapat pada novel David Copperfiiled 2. Seluruh mahasiswa semester VI jurusan BSI Fakultas Adab dan Humaniora UIN yang telah mengambil matakuliah reading 1 4. 3. Seluruh kegiatan diskusi dan seminar berbahasa Inggris yang diikuti mahasiswa BSI Fakultas Adab dan Humaniora UIN pada tahun akademik 2005-2006 B. Sampling (Teknik Pengambilan Sampel) Berdasarkan kemungkinan yang dimiliki seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel, pengambilan sampel dibedakan menjadi dua: probability sampling dan non-probability sampling. Yang pertama mengacu pada cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk diangkat sebagai atau menjadi anggota sampel; sebaliknya, yang kedua mengacu pada cara pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk diangkat sebagai atau menjadi anggota sampel. Cara-cara pengambilan sampel yang termasuk kelompok pertama adalah random sampling (sampling acak), stratified sampling (sampling strata), cluster sampling (sampling kelompok), dan proportional sampling (sampling proporsional). Random sampling adalah pengambilan sampel dari populasi yang homogen secara acak atau tidak sistematis. Umpamanya, dalam penelitian yang mengaji hubungan antara kemampuan berbahasa Indonesia dan kemampuan berpidato bahasa Inggris mahasiswa semester I Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta,
33

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

populasinya adalah seluruh mahasiswa semester I Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta yang berjumlah 1000 di tahun akademik 2006-2007; dan sampelnya adalah 100 orang mahasiswa yang dipilih secara acak karena populasi diduga bersifat homogen. Stratified sampling adalah pengambilan sample dari populasi berstrata umpamanya, pengelompokan masyarakat berdasarkan warna kulit, status sosial, usia, atau pendidikan, yang masing-masing strata terwakili secara acak. Umpamanya, dalam penelitian yang mengaji hubungan antara kemampuan membaca teks berbahasa Arab dan kemampuan bercerita dalam bahasa Arab mahasiswa semester III Jurusan BSA FAH UIN Jakarta tahun akademik 2005-2006, populasinya adalah seluruh mahasiswa semester tiga tersebut yang berlatar pendidikan SMA, MAN, dan pesantren; dan sampelnya adalah 120 yang diambil dari masing-masing strata sebanyak 40 orang mahasiswa. Cluster sampling merupakan pengambilan sampel dari populasi berkelompok, umpamanya berdasarkan wilayah, yang masing-masing kelompok terwakili secara acak. Umpamanya, dalam penelitian yang mengaji hubungan antara kemampuan membaca teks berbahasa Inggris dan kemampuan bercerita dalam bahasa Inggris mahasiswa semester VI Jurusan BSA FAH UIN Jakarta tahun akademik 2006-2007, populasinya adalah seluruh mahasiswa semester enam tersebut yang berasal dari lima wilayah DKI Jakarta; dan sampelnya adalah 150 yang diambil dari masing-masing wilayah DKI Jakarta sebanyak 30 orang mahasiswa. Proportional sampling merupakan pengambilan sampel dari populasi berstrata atau berkelompok yang masing strata/kelompok terwakili secara proporsional sesuai dengan jumlah anggotanya. Umpamanya, dalam penelitian yang mengaji hubungan antara kemampuan membaca teks berbahasa Inggris dan kemampuan bercerita dalam bahasa Inggris
34

merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk mendapatkan ijasah. Inti dari pengertian ini adalah adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang sama. Faktor minat dan kebutuhan siswa tidak dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum, dan yang paling menonjol adalah guru sebagai center dari semua kegiatan. Artinya gurulah yang aktif dalam belajar, sedangkan siswa lebih bersifat pasif belaka. Tujuan mempelajari mata pelajaran hanya semata-mata untuk memperoleh ijasah, yang berarti ijasah adalah tujuan belajar dan menguasai mata pelajaran berarti telah mencapai tujuan belajar. Berbeda dengan pandangan lama, pandangan baru lebih menekankan pada pengertian kurikulum sebagai keseluruhan aktivitas, pelajaran, dan pengalaman belajar yang harus siswa peroleh dalam pengawasan sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas (Hamalik, 1990: 11). Inti dari perumusan ini adalah tafsiran kurikulum bersifat luas, kurikulum bukan saja terdiri dari mata pelajaran (courses) tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah dan siswa menjadi pusat belajar, bukan lagi guru. Jauh sebelum pemerintah mencanangkan KBK, para praktisi pengajar telah banyak mendiskusikan dan mendefinisikan arti dan kata kompetensi itu sendiri. Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dijadikan sebagai landasan penyelenggaraan proses pembelajaran dan penilaian siswa (Yamin, 2003: 128-9). Menurut Gordon yang dikutip Mulyasa (2003: 38-9), beberapa aspek yang terkandung di dalam konsep kompetensi adalah: a) pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif; b) Pemahaman,yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.
115

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

206.835 (1.015 x ASL) (84.6 x ASW). Keterangan: ASL: Average Sentence Length, yakni jumlah kata dibagi dengan jumlah kalimat ASW: Average number of syllables per word, yakni jumlah sukukata dibagi dengan jumlah kata. Secara bertahap terdapat enam langkah dalam pengukuran tingkat keterbacaan dengan menggunakan rumus Flesch Reading Ease, yakni: a) menghitung jumlah seluruh kata; b) menghitung jumlah seluruh sukukata; c) menghitung jumlah seluruh kalimat; d) menghitung rata-rata jumlah sukukata perkata; e) menghitung rata-rata kata perkalimat; dan f) menentukan skor keterbacaan dan menafsirkan hasilnya. Ketentuan yang digunakan adalah skor 0 berarti tidak terbaca, 100 berarti sangat mudah, dan 60 berarti tingkat keterbacaan yang baik 5. Kurikulum Berbasis Kompetensi Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere, yang berarti jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dan start sampai dengan finish. Jarak dan start sampai dengan finish ini yang disebut currere. Istilah tersebut erat hubungannya dengan kata curier atau kurir yang berarti penghubung untuk menyampaikan sesuatu kepada orang atau tempat lain. Seorang kurir harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah kurikulum kemudian diartikan sebagai suatu jarak yang harus ditempuh (Ahmad dkk, 1998: 9-14). Dari segi terminologi, pengertian kurikulum dibedakan manjadi dua, yakni menurut pandangan lama dan pandangan baru. Menurut pandangan lama, Hamalik (1990: 4)
114

mahasiswa semester VI Jurusan BSA FAH UIN Jakarta tahun akademik 2006-2007, populasinya adalah seluruh mahasiswa semester enam tersebut yang berasal dari lima wilayah DKI Jakarta: Jakarta Pusat 200 orang mahasiswa, Jakarta Selatan 300 orang mahasiswa, Jakarta Utara 100 orang mahasiswa, Jakarta Barat 250 orang mahasiswa, dan Jakarta Timur 200 orang mahasiswa. Bila masing-masing wilayah diwakili oleh 10% dari populasi yang dimiliki, maka sampel untuk masingmasing wilayah adalah: Jakarta Pusat 20 orang mahasiswa, Jakarta Selatan 30 orang mahasiswa, Jakarta Utara 10 orang mahasiswa, Jakarta Barat 25 orang mahasiswa, dan Jakarta Timur 20 orang mahasiswa. Cara-cara pengambilan sampel yang termasuk kelompok kedua adalah systematic sampling, quota sampling, accidental sampling, purposive sampling, saturation sampling, dan snowball sampling. Systematic sampling merupakan pengambilan sampel dari populasi homogen berdasarkan urutan tertentu, seperti setiap urutan ke-10 dan kelipannya. Umpamanya, dalam penelitian yang mengaji hubungan antara kemampuan berbahasa Indonesia dan kemampuan berpidato bahasa Inggris mahasiswa semester I Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, populasinya adalah seluruh mahasiswa semester I Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta yang berjumlah 1000 di tahun akademik 2006-2007; dan sampelnya adalah 100 orang mahasiswa yang nama lengkapnya terdiri dari tiga kata. Quota sampling adalah pengambilan sampel dari populasi homogen yang jumlahnya dibatasi atau ditentukan berdasarkan kondisi tertentu, seperti setiap 1000 warga hanya diwakili oleh satu orang warga. Umpamnya, dalam penelitian yang mengaji pola berbahasa Indonesia masyarakat di kota-kota besar Indonesia, maka populasinya adalah seluruh masyarakat yang tinggal di kota-kota besar (anggap empat kota besar). Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan kriteria, setiap 250.000 jiwa diwakili oleh satu orang warga. Jadi, karena Jakarta
35

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

berpenduduk 20 juta jiwa, maka sample yang terpilih berjumlah 80 orang; Surabaya berpenduduk 10 juta jiwa, maka sample yang terpilih berjumlah 40 orang; Bandung berpenduduk 6 juta jiwa, maka sample yang terpilih berjumlah 24 orang; dan Medan berpenduduk 4 juta jiwa, maka sample yang terpilih berjumlah 16 orang. Accidental sampling merupakan pengambilan sampel dari populasi homogen melalui cara siapa atau apa saja yang ditemui untuk dijadikan anggota sampel. Umpamnya, dalam penelitian yang mengaji pola berbahasa Berbahasa Indonesia warga Jakarta Selatan pada masa reformasi 1998-2000, maka populasinya adalah seluruh warga Jakarta Selatan. Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan kriteria, siapa pun warga Jakarta Selatan bersedia diangkat sebagai sampel dalam penelitian hingga dianggap cukup mewakili populasinya (anggap 200 warga) Purposive sampling merupakan pengambilan sample dari populasi heterogen berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki sampel atau pertimbangan peneliti. Umpamanya, dalam penelitian yang mengaji hubungan antara kemampuan berbahasa Indonesia dan kemampuan berpidato bahasa Inggris mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, populasinya adalah seluruh mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta yang berjumlah 1000 di tahun akademik 2006-2007; dan sampelnya adalah 100 orang mahasiswa yang telah mengambil matakuliah Bahasa Indonesia, Speaking IV, dan Public Speaking. Saturation sampling merupakan pengambilan sample yang melibatkan hampir semua anggota populasi tetapi bukan sensus. Umpamnya, dalam penelitian yang mengaji perbedaan kemampuan apresiasi puisi komtemporer Britania antara mahasiswa yang berpendidikan SLTA dan MAN pada semester VII BSI UIN Jakarta, maka populasinya adalah seluruh mahasiswa BSI semester VII (berjumlah 150 orang) yang
36

benar-benar mandiri yang tidak perlu bantuan orang lain, sehingga tidak termotivasi untuk belajar lebih jauh. Kualitas lebih tinggi memungkinkan siswa selalu tergantung pada orang lain, sehingga tidak mandiri tetapi lebih termotiovasi untuk memperoleh hal yang baru. Keterbacaan berasal dari bahasa Inggris readability yang terbentuk dari morfem bebas read dan dua morfem terikat able dan -ty yang berarti dapat dibaca. Artinya, pesan yang terkandung dalam teks dapat ditangkap secara jelas oleh pembaca sesuai dengan target sasarannya. Secara terminologi, keterbacaan ditafsirkan berbeda-beda antara satu ahli dan ahli lain sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Meskipun terdapat perbedaan, para ahli menyepakati pada satu hal bahwa keterbacaan itu lebih mengarah pada kemungkinan suatu teks dibaca oleh seseorang. Smith dan King (198-: 3) mengartikan keterbacaan dengan tingkat kesulitan bahan bacaan yang termuat dalam buku teks. Secara lebih spesifik Karlin (1984: 99) mendefinisikan keterbacaan dengan kesesuaian antara tingkat kemampuan membaca siswa dengan tingkat kesulitan bahan bacaan melalui pernyataannya yang berbunyi readability refers to the suitability between the reading ability and difficulty of materials. Kesulitan dalam pengertian tersebut, menurut Nuttal (1987: 4), berkenaan dengan kesulitan-kesulitan linguistik yang meliputi unsur-unsur leksikal dan gramatikal bahasa. Makin banyak jumlah kosakata dan gramatika yang tidak dipahami siswa makin tinggi tingkat kesulitan teks tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditegaskan kembali bahwa unsur leksikal atau kosakata, dan unsur gramatikal merupakan penentu tingkat kesulitan suatu teks. Kedua unsur tersebut menjadi landasan utama dalam pengembangan alat ukur tingkat keterbacaan. Salah satunya adalah Flesch Reading Ease yang dikembangkan oleh Rudolf Flesch (2003). Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis tingkat keterbacaan teks adalah:
113

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

ketersediaan, perwajahan dan desain, instruksi, metodologi, tipe silabus, aktivitas latihan bahasa, aktivitas latihan keterampilan berbahasa, topik, keberterimaan kultural, penggunaan, dan panduan guru (price, availability, layout and design, instructions, methodology, language study activities, language skill activities, topics, cultural acceptabililty, and teachers guide). Memperjelas apa yang dikemukan Harmer, Tomlinson (1998: 193) mengelompokkan pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan buku teks bahasa komunikatif ke dalam dua kategori, yakni publikasi dan desain. Aspek publikasi berhubungan dengan tampilan fisik materi pelajaran sebagai satu kesatuan buku pelajaran. Secara spesifik aspek publikasi berkaitan dengan materi pelajaran, kunci jawaban, buku panduan guru, kaset, video, dan buku kerja. Selain itu, aspek ini juga berkenaan dengan pembagian buku menjadi beberapa unit dan subunit, urut-urutan pelajaran, dan daftar kata atau indeks. Adapun aspek desain berhubungan dengan latarbelakang konseptual/teori yang mendasarinya. Hal itu mencakup pertimbangan tentang tujuan yang ingin dicapai, bagaimana tugas, latihan, dan bahan pelajaran diseleksi dan gradasi. Selain itu, bagian ini juga berhubungan dengan aktivitas belajar yang harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik materi pelajarannya. 4. Keterbacaan Aspek substansial utama yang harus diperhatikan guru dalam pemilihan buku teks bahasa Inggris komunikatif adalah keterbacaan. Kriteria ini bergayut erat dengan kualitas teks-teks yang manjadi dasar pengembangan bahan pelajaran bahasa Inggris di dalam buku teks: apakah teks-teks tersebut sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, lebih rendah atau lebih tinggi dari kemampuan siswa. Kualitas yang sepadan memungkinkan siswa menjadi relatif lebih mandiri, dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja. Kualitas yang lebih rendah membuat siswa menjadi terlalu percaya diri, dan bahkan
112

berpendidikan SLTA dan MAN. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 65 mahasiswa yang berpendidikan SLTA, dan 70 orang mahasiswa yang berpendidikan MAN; sedangkan yang berpendidikan non-SLTA dan MAN tidak dianggap sebagai sampel. Snowball sampling merupakan pengambilan sampel dari populasi homogen dengan cara bola salju, yakni sampel terpilih menunjuk anggota lain secara berantai sehingga terpenuhi jumlah yang diinginkan. Umpamanya, dalam penelitian yang mengaji mengenai pola berbahasa Jawa Krama Inggil para abdi dalem kasultanan Yogjakarta, maka populasinya adalah seluruh abdi dalem kasultanan Yogjakarta. Adapun sampelnya untuk pertama kalinya ditentukan berdasarkan kriteria lama pengabdiannya; dan berikutnya sampel terpilih diminta untuk memilih abdi dalem lainnya sebagai anggota sampel. Demikian seterusnya, sehingga diperoleh jumlah anggota sampel yang relatif representatif. Untuk memudahkan pengambilan sampel, perhatikan karakteristik populasi dan samplingnya seperti berikut. Tabel 1. Karakteristik populasi dan samplingya. CIRI-CIRI POPULASI Homogen CONTOH POPULASI Seluruh mahasiswa UIN SAMPLING YANG COCOK Random, Systematic, accidental, saturation Snowball sampling Stratified atau proportional sampling Cluster atau quota sampling Purposive sampling (yang bisa berbahasa Inggris)
37

Heterogen Berstrata

Seluruh penduduk Jakarta berdasarkan status sosial Heterogen Seluruh penduduk Berkelompok Jakarta berdasarkan wilayah Heterogen Seluruh siswa SMA di Jakarta

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

5 INSTRUMEN PENELITIAN

A. Pengertian Penelitian yang baik sangat tergantung pada ketersediaan data yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data yang tidak tepat berpengaruh terhadap kesahihan kesimpulan yang diambil. Untuk mendapatkan data yang akurat diperlukan instrumen penelitian yang tepat. Instrumen penelitian dapat didefinisikan sebagai alat atau cara yang digunakan untuk mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Ditinjau dari segi bidang atau domain yang diukur, instrumen penelitian dibedakan menjadi dua, tes dan nontes. Tes merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data atau mengukur kemampuan kognitif dan psikomotor seseorang dalam bidang-bidang atau keterampilan tertentu, seperti kemampuan gramatika, penguasaan kosakata, kemampuan membaca, kemampuan menulis, kemampuan menyimak, kemampuan berbicara, kemampuan analisis pusisi klasik bahasa Inggris, kemampuan linguistik, kemampuan pragmatik, IQ, kreativitas berbahasa, dan kemampuan menerjemahkan. Nontes merupakan instrumen penelitian yang
38

Mempertegas ciri-ciri tersebut, Hadley (1994: 484) merinci beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh buku teks bahasa komunikatif, yakni: a) kontekstualisasi aktivitas latihan berbahasa yang membiasakan siswa dengan budaya bahasa sasaran; b) pengembangan aktivitas belajar berbasis kerja kelompok dan interaksi komunikasi; c) penggunaan bahan-bahan yang berbentuk autentik; d) perpaduan antara kemampuan fungsional dan gramatikal; e) penjelasan aspek gramatikal dalam konteks penggunaan bahasa; f) kesesuaian tema, bahan-bahan bacaan, dan aktivitas latihan berbahasa dengan kebutuhan dan minat siswa; dan g) integrasi aspek kultural ke dalam bahan-bahan pelajaran dan aktivitas latihan berbahasa. Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, secara substansial guru dapat menentukan buku teks bahasa komunikatif mana yang dapat digunakan sebagai buku pelajaran bahasa Inggris bagi siswa pada tingkat tertentu. Tentu saja ketepatan guru dalam penggunaan buku teks dapat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan kegiatan belajar yang dikembangkannya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kegiatan belajar menjadi makin terarah dan siswa terus termotivasi dalam belajar karena mereka mengetahui apa yang harus dilakukan dengan pelajaran yang telah dan akan dipelajari. 3. Pemilihan Buku Teks Bahasa Selain aspek substansial sebagaimana dijelaskan di atas, terdapat aspek-aspek lain yang harus diperhatikan guru dalam pemilihan buku teks bahasa Inggris komunikatif sebagai buku pegangan siswa. Menurut Harmer (2003: 301), pemilihan buku teks bahasa komunikatif perlu memperhatikan: harga,
111

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

yang dapat membantu siswa menguasai kemampuan komunikatif dalam bahasa sasaran tidak dapat disebut sebagai buku teks bahasa komunikatif. Buku tersebut biasanya disebut dengan buku teks bahasa tradisional. Buku teks tradisional mengacu pada buku pelajaran yang berisikan materi-materi yang mengarahkan siswa pada penguasaan bahasa sebagai sebuah sistem bunyi daripada sebagai alat komunikasi. Siswa hanya dituntut untuk mengetahui kaedah-kaedah bahasa secara teoretis, tetapi tidak dituntut untuk menguasai bagaimana menggunakan bahasa untuk komunikasi. Adapun ciri-cirinya dapat digambarkan sebagai berikut: a) menekankan aspek bentuk dan kaedah bahasa; b) terfokus pada pengembangan keterampilan membaca dan menulis; c) banyak memanfaatkan bahasa pertama sebagai bahasa pengantar; d) mementingkan keakuratan daripada kelancaran berbahasa; e) lebih taat pada silabus dan kepentingan ujian (Grant, 1987: 12). Berbeda dengan buku teks tradisional, buku teks komunikatif memuat materi-materi yang mengarahkan siswa pada penguasaan bahasa sebagai alat komunikasi. Utamanya, siswa dituntut untuk menguasai bagaimana menggunakan bahasa sasaran sebagai alat komunikasi. Secara umum, ciricirinya adalah: a) menekankan fungsi komunikatif bahasa; b) menempatkan minat dan kebutuhan berbahasa siswa sebagai pijakan penyusunan materi pelajaran; c) menekankan pada materi pelajaran berbasis tugas; d) mengembangan keterampilan berbahasa terpadu; e) memanfaatkan materi yang bersifat autentik; dan f) menekankan pada aspek kelancaran komunikasi (Grant, 1987: 14).
110

digunakan untuk mendapatkan data atau mengukur kemampuan afektif seseorang atau informasi yang tidak berkenaan dengan kemampuan kognitif, seperti sikap seorang mahasiswa terhadap puisi bahasa Inggris modern, kebiasaan membaca novel roman, persepsi seorang dosen terhadap daya kreativitas mahasiswa, prilaku berbahasa seorang anak, dan karakterrisasi drama bahasa Inggris klasik. Instrumen yang berbentuk tes dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok tes. Ditinjau dari sudut tujuan yang ingin dicapai, terdapat beberapa jenis tes. Tes kesiapan (aptitude test) adalah tes yang digunakan untuk melihat kesiapan seseorang untuk mengikuti program belajar, seperti tes masuk, tes diagnosa, dan pretes. Tes prestasi (achievement test) adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang mengenai sesuatu atau sejauhmana seseorang menguasi sesuatu setelah menyelesaikan suatu program belajar, seperti UAS, Mid tes, dan lain-lain. Tes kemampuan (profeciency test) merupakan tes yang digunakan untuk mengukur sejauhmana seseorang menguasai bidang tertentu sesuai dengan apa yang dipersyaratkan tanpa harus mengikuti program belajar, seperti tes memperoleh SIM, TOEFL, TOEIC, dan lain-lain. Tes ditinjau dari sudut cara penyekoran dibedakan antara tes objektif dan subjektif. Tes objektif merupakan tes yang menuntut satu jawaban yang paling benar, dan menghasilkan skor yang sama bila dikoreksi oleh beberapa orang penilai, seperti tes pilihan ganda; sedangkan tes subjektif merupakan tes yang tidak menuntut satu jawaban yang paling benar, dan biasanya menghasilkan penilaian yang berbeda antara satu penilai dengan penilai lainnya, seperti tes mengarang. Nontes terdiri dari beberapa jenis, seperti observasi, wawancara, dan quesoner. Obeservasi merupakan instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat verbal yang mengandalkan keterlibatan peneliti, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan objek yang sedang diteliti.
39

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Wawancara merupakan instrumen yang digunakan untuk mendapatkan informasi verbal mengenai sesuatu dengan mengandalkan kemampuan berkomunikasi secara langsung dengan pihak responden. Quesioner merupakan wawancara yang dilakukan secara tertulis. B. Pengembangan Instrumen Tes Untuk mendapatkan isntrumen berbentuk tes yang baik, peneliti harus memperhatikan prosedur pengembangannya yang meliputi tujuh rangkaian kegiatan yang terdeskripsikan pada diagram berikut.
Kajian Teori Definisi Konseptual Definisi Operasional Pembuatan Kisi-Kisi Penyusunan Butir Soal Uji Coba

Revisi & Gandakan Instrumen Diagram Proses Pengembangan Instrumen tes

Pertama adalah kajian terhadap teori-teori yang mendukung sesuai dengan variabel atau permasalahan yang akan dikaji. Kedua, berdasarkan teori-teori tersebut disusunlah
40

buku-buku teks yang tersedia di pasaran. Adapun dampak negatifnya adalah bahwa guru dituntut untuk lebih selektif di dalam mimilih buku-buku teks bahasa yang tersedia di pasaran. Kesalahan di dalam penggunaan buku teks bahasa menimbulkan akibat yang sangat fatal, yakni kegagalan siswa menguasai kompetensi yang diharapkan, yakni kemampuan komunikatif dalam bahasa sasaran. Huda (1999:93) mengatakan bahwa kemampuan komunikatif merupakan kemampuan untuk menggunakan bahasa sasaran sebagai alat komunikasi dalam situasi yang sebenarnya. Pandangan yang sama juga telah disampaikan oleh Hadley (1993: 4) yang mengatakan: Communicative competence may be defined as the ability to function in a truly communicative setting that is in a dynamic exchange in which linguistic competence must adapt itself to the total informational input, both linguistic and paralinguistic of one or more interlocutors. Jadi, kemampuan komunikatif tidak hanya tertumpu pada kemampuan linguistik saja, tetapi juga mencakup kemampuan lain yang mengarahkan seseorang untuk memilih bentukbentuk bahasa mana yang sesuai dengan konteksnya. Kemampuan ini biasanya disebut dengan kemampuan pragmatik sebagaimana diutarakan Ellis (1994: 13) berikut ini: Communicative competence includes the knowledge the speaker-hearer has of what constitutes appropriate as well as correct language behavior and also of what constitutes effective language behavior in relation to particular communicative goals. That is, it includes both linguistic and pragmatic knowledge. Kemampuan komunikatif dalam bahasa sasaran sebagai kompetensi utama yang harus dikuasai siswa merupakan ciri utama yang harus dipenuhi oleh buku teks bahasa komunikatif. Buku-buku teks bahasa yang tidak berisikan bahan pelajaran
109

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

vocabulary, pronunciation, functions and the skilss of reading, writing, listening, and speaking. Tidak berbeda dengan Tomlinson, Harmer juga mengaskan hal yang sama bahwa buku teks bahasa harus memuat aspek gramatikal, komponen bahasa, fungsi-fungsi bahasa yang disusun secara menarik dan sistematis, sehingga siswa dapat mengetahui apa yang sudah dan akan dipelajari. Mengetahui apa yang sudah dipelajari menjadikan siswa dapat mengulang dan memperdalam kembali materi tersebut secara madiri; sedangkan mengetahui apa yang akan dipelajari menjadikan siswa lebih termotivasi dan siap secara mental menghadapi materi pelajaran baru. Good text books often contain lively and interesting materials; they provide a sensible progression of language items, clearly showing what has to be learn and in some cases summarizing what has been studied so that students can revise grammatical and functional points that they have been concentrating on (Harmer, 1991: 257). Tiga pandangan di atas makin memperjelas pengertian buku teks bahasa sebagai buku pelajaran utama dan pelengkap yang memuat seluruh pokok bahasan, baik yang berupa unsur-unsur bahasa, keterampilan bahasa, maupun aspek-aspek lain terkait, yang harus disampaikan kepada siswa pada masa tertentu sesuai dengan tingkatnya, apakah untuk siswa SLTP, SMA, atau perguruan tinggi. 2. Kriteria Buku Teks Bahasa Komunikatif Maraknya peredaran buku teks bahasa Inggris untuk siswa kelas II SMA tidak saja membawa dampak positif, tetapi juga dampak negatif. Dampak positif yang dirasakan guru adalah tersedianya berbagai macam buku teks bahasa Inggris yang tersedia di pasaran. Guru tidak perlu lagi khawatir dan bersusah-payah menyediakan sumber-sumber pelajaran secara mandiri; tetapi dengan mudah dapat memperolehnya melalui
108

suatu definisi konsep yang menggambarkan tentang variabel atau permasalahan yang dikaji. Ketiga, berdasarkan definisi konsep dibuatlah definisi operasional yang dapat menjabarkan domain atau aspek-aspek yang membentuk variabel tersebut, atau yang mencerminkan karakteristik permasalahan yang sedang diteliti. Kempat, berdasarkan domain atau aspek-aspek tersebut disusunlah sebuah kisi-kisi atau pedoman untuk pembuatan butir-butir soal, seperti berapa jumlah butir soal yang dibutuhkan, dan apa jenis butir soal yang digunakan. Kelima, berdasarkan kisi-kisi tersebut dibuatlah sejumlah butir soal dan perintah sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Keenam adalah ujicoba butir soal yang dibuat untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Ketujuh adalah revisi atau penggantian butir soal berdasarkan hasil ujicoba; dan penggandaan butir soal sebagai instrumen penelitian sesuai dengan kebutuhan. Aplikasi ketuju langkah tersebut dapat dilihat pada pengembangan instrumen tes untuk mengukur kemampuan membaca bahasa Inggris sebagai berikut. 1. Kajian terhadap teori-teori terkait 2. Perumusan definisi konsep: Kemampuan membaca merupakan kemampuan untuk menyerap informasi dari bahasa tulis. 3. Perumusan definisi operasional: Kemampuan membaca merupakan kemampuan untuk menyerap informasi dari bahasa tulis yang dapat diukur melalui: menemukan informasi tertentu dalam teks, menemukan pikiran utama dalam paragraf, menemukan semua informasi rinci yang tersurat, menyimpulkan makna kata berdasarkan konteks, menyimpulkan makna frasa berdasarkan konteks, dan mendapatkan gambaran umum isi bacaan dalam bahasa Inggris. 4. Pembuatan kisi-kisi: Kisi-kisi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan butir-butir perntanyaan hanya memuat
41

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

beberapa hal yang penting, seperti indikator, jenis butir pertanyaan, dan jumlah butir yang dibutuhkan.
Tabel 2. Kisi-kisi tes membaca NO INDIKATOR 1 Menemukan informasi tertentu dalam teks 2 Menemukan pikiran utama dalam paragraf 3 Menemukan semua informasi rinci yang tersurat 4 Menyimpulkan makna kata berdasarkan konteks 5 Menyimpulkan makna frasa berdasarkan konteks 6 Mendapatkan gambaran umum isi bacaan Jumlah PG 1, 6, 11, 16, 2, 7, 12, 17 3, 8, 13, 18 4, 9, 14, 19 5, 10, 15, 20 21, 22, 23, 24 24 Esai 25 26, 27, 28, JML 4 5 7 4 4 29, 30 6 6 30

5. Penulisan butir soal Instrumen Kemampuan Membaca A. Choose the best alternative by crossing A, B, C, or D, on your answer sheet Question no. 1 5 refers to the following text. Do the right thing If an emergency or disaster occurs, your local official will tell you if and when you need to leave your home. If they tell you to leave pronto, dont stop to fuss about your house. Just take your disaster supplies that you have already set aside and get out of the area. However, if you have time to prepare, for example if a hurricane or flood is expected to hit in a few days, action can be taken to help minimize damage. Your house will be better off if you take some time to look for
42

b) keluaasan materi pelajaran; c) waktu persiapan mengajar yang lebih efektif; d) sebagai dasar pengembangan pekerjaan rumah; e) sebagai bahan diskusi dengan guru-guru lain; f) memberikan rasa aman; dan g) sebagai landasan pengembangan kegiatan belajar terpusat pada siswa. Adapun bagi siswa buku teks bahasa dapat memberikian informasi mengenai tujuan belajar dan proses pencapaiannya; rasa aman dengan kejelasan materi yang akan dipelajari, kesempatan untuk belajar secara mandiri; dan kesempatan untuk mengulang kembali pelajaran yang sudah dibahas di sekolah. Dengan demikian, dapat ditegaskan kembali bahwa buku teks bahasa merupakan salah satu sumber pelajaran bahasa yang memberikan banyak keuntungan bagi guru dan siswa, sehingga kegiatan belajar yang telah direncanakan dapat berjalan secara efektif. Buku teks dapat didefinisikan sebagai buku pelajaran yang memuat materi-materi inti yang harus disampaikan kepada siswa dalam periode belajar tertentu. Adapun dalam kegiatan belajar bahasa, buku teks dapat diartikan sebagai buku pelajaran yang memuat seluruh aspek bahasa sasaran yang harus dikuasai siswa. Menurut Grant (1987: 12), buku teks terdiri dari buku pelajaran utama yang memuat seluruh aspek bahasa, dan buku pelajaran tambahan yang memuat topik-topik, bidang-bidang, dan keterampilan-keterampilan berbahasa tertentu. Secara lebih spesifik Tomlinson (1998: ix) menyebutkan bahwa buku teks bahasa harus memuat komponen bahasa, fungsi bahasa, dan keterampilan bahasa. A textbook which provides the core materials for a course. It aims to provide as much as possible in one book and is designed so that it could serve as the only book which the learners necessarily use during a course. Such a book usually includes work on grammar,
107

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

pemilihan buku teks, keterbacaan, dan kompetensi.

kurikulum berbasis

1. Buku Teks Bahasa Kegiatan belajar bahasa sebagai proses penyampaian dan pengalihan informasi dan kompetensi-kompetensi lainnya merupakan salah satu wujud implementasi kurukulum dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kegiatan tersebut dapat mengambil berbagai macam bentuk aktivitas yang dapat dilakukan siswa secara individual dan kolektif, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kegiatan belajar di dalam kelas yang dapat dikembangkan guru mencakup membaca buku, mengerjakan latihan, diskusi, bermain peran, kerja kelompok; sedangkan kegiatan di luar kelas dapat berbentuk kunjungan ke perpustakaan, belajar di taman, dan mengunjungi tempattempat peneting lain. Tentu saja kegiatan belajar bahasa yang dikembangkan guru akan berjalan dengan baik bila sumber-sumber pelajaran tersedia secara cukup dan proporsional, seperti buku teks, kaset, video, majalah, dan koran. Bila tidak, kegiatan belajar bahasa yang akan dikembangkan berjalan tanpa arah, sehingga siswa tidak dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang diharapkan. Di antara sumber-sumber pelajaran tersebut, buku teks bahasa memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri yang menjadikannya sebagai bahan pelajaran utama di sekolahsekolah. Buku teks bahasa dapat mencakup keseluruhan topik yang akan dipelajari, mudah dibawa, dan memiliki fleksibilitas yang relatif tinggi. Menegaskan hal tersebut, Helliwell (1992: 114) mengemukakan bahwa buku teks bahasa tidak saja memiliki keunggulan yang hanya dapat dimanfaatkan oleh guru, tetapi juga memiliki keunggulan yang dapat dinikmati oleh siswa. Bagi guru, buku teks bahasa dapat memberikan beberapa keuntungan, seperti: a) program pengajaran bahasa yang sudah tersusun;
106

potential problems. Bring your outdoor equipment and furniture inside, and batten down any structures that might be damaged or swept away, such as air conditioning units, propane, tanks, and the like. Inside your home, move your belongings so they are away from windows or in the case of flooding they are on upper floors of the house. 1. Who will tell you if the disaster happens? A. a friend B. an official B. C. a teacher D. a journalist 2. The idea of that paragraph is ______ A. kinds of disasters B. the duty of the government official C. leaving home to save D. the accidence of a disaster 3. The following are actions that can be done if flood is expected to hit, except __ A. bring equipment inside B. batten done A.C C. move equipment from window D. leave the door unlocked 4. The word fuss in line three means ____ A. Be worried B. be nervous C. be hurry D. be careful 5. The word look for in line seven means ____. A. See B. know C. seek D. watch 6. Dst. 6. Ujicoba instrumen 7. Revisi dan penggandaan

43

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

C. Pengembangan Instrumen Nontes. Tidak berbeda dengan tes, untuk mendapatkan instrumen berbentuk nontes yang baik (terutama kuesioner) peneliti juga harus memperhatikan prosedur pembuatannya. Prosedur pengembangannya sama dengan prosedur pengembangan instrumen tes. Pertama adalah kajian terhadap teori-teori yang mendukung sesuai dengan variabel atau permasalahan yang akan dikaji. Kedua, berdasarkan teori-teori tersebut disusunlah suatu definisi konsep yang menggambarkan tentang variabel atau permasalahan yang dikaji. Ketiga, berdasarkan definisi konsep dibuatlah definisi operasioanl yang dapat menjabarkan domain atau aspek-aspek yang membentuk variabel tersebut, atau yang mencerminkan karakteristik permasalahan yang sedang diteliti. Kempat, berdasarkan domain atau aspek-aspek tersebut disusunlah sebuah kisi-kisi atau pedoman untuk pembuatan butir-butir pernyataan, seperti berapa jumlah butir pernyataan yang dibutuhkan, dan apa jenis butir pernyataan yang digunakan. Kelima, berdasarkan kisi-kisi tersebut dibuatlah sejumlah butir pernyataan dan perintah sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Keenam, ujicoba kuesioner yang dibuat untuk diketahui validitas dan reliabilitasnya. Ketujuh, revisi atau penggantian butir pernyataan berdasarkan hasil ujicoba; dan penggandaan kuesinoer sesuai dengan kebutuhan. Adapun pengembangan instrumen berbentuk observasi atau wawancara, hanya membutuhkan empat langkah, yakni kajian terhadap teori yang relevan, penyusunan definisi konseptual, definisi operasional, dan pedoman obeservasi atau wawancara. Berikut adalah contoh pengembangan kuesioner motivasi berprestasi yang meliputi langkah-langkah berikut. 1. Kajian terhadap teori-teori terkait 2. Perumusan Definisi konseptual: Motivasi berprestasi adalah dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu yang lebih baik daripada orang lain.
44

3. kesesuaian buku-buku teks bahasa Inggris untuk siswa kelas II SMA dengan kriteria buku teks bahasa Inggris komunkatif; dan 4. buku teks bahasa Inggris mana yang memiliki nilai keunggulan yang lebih tinggi daripada buku-buku teks bahasa Inggris lain yang digunakan oleh siswa kelas II SMA. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berharga bagi: 1. Departemen Pendidikan Nasional RI sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan materi pelajaran bahasa Ingris untuk siswa kelas II SMA; 2. Departemen Pendidikan Nasional RI sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan buku teks bahasa Inggris mana yang dapat digunakan oleh siswa kelas II SMA; 3. Penerbit buku-buku teks bahasa Inggris sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan dalam penyusunan buku-buku teks yang baru, dan penyempurnaan terhadap buku-buku teks bahasa Inggris yang sudah digunakan oleh siswa kelas II SMA di DKI Jakarta; 4. Guru-guru bahasa Inggris sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan buku teks bahasa Inggris mana yang dapat digunakan oleh siswa kelas II SMA; dan 5. Bagi para peneliti sebagai pijakan dalam penyelenggaraan penelitian lanjutan mengenai bukubuku teks bahasa Inggris untuk siswa kelas II SMA. F. Kajian Teoretis Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, terdapat beberapa hal yang perlu dibahas secara detail, yakni hakikat buku teks bahasa, kriteria buku teks bahasa komunikatif,
105

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

menimbulkan masalah besar bagi guru untuk menentukan buku teks bahasa Inggris mana yang benar-benar memenuhi kriteria buku teks yang baik. Oleh karena itu, penelitian ini akan difokuskan pada kualitas buku teks bahasa Inggris untuk SMA kelas II yang banyak digunakan di beberapa SMA di Jakarta. C. Pertanyaan Penelitian Karena banyaknya buku teks bahasa Inggris yang beredar di pasaran, penelitian ini akan dipusatkan pada sepuluh (10) buku teks yang banyak digunakan oleh SMA II di DKI Jakarta. Secara spesifik penelitian ini diarahkan pada hal-hal berikut. 1. Bagaimanakah tingkat keterbacaan buku-buku teks bahasa Inggris untuk siswa kelas II SMA di DKI Jakarta? 2. Bagaimanakah tingkat kesesuaian buku-buku teks bahasa Inggris untuk siswa kelas II SMA dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004? 3. Bagaimanakah kualitas buku-buku teks bahasa Inggris untuk siswa kelas II SMA jika ditinjau dari kriteria buku teks bahasa Inggris komunikatif? 4. Manakah di antara buku-buku teks bahasa Inggris untuk siswa kelas II SMA yang dianggap sebagai buku teks yang lebih kualitas daripada buku-buku teks lain? D. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas buku-buku teks bahasa Inggris untuk siswa kelas II SMA yang digunakan di DKI Jakarta. Secara khusus, penelitian tersebut berusaha untuk memperoleh data empiris mengenai: 1. tingkat keterbacaan buku-buku teks bahasa Inggris untuk siswa kelas II SMA; 2. kesesuaian buku-buku teks bahasa Inggris untuk siswa kelas II SMA dengan kreiteria yang dipersyaratkan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004;
104

3. Perumusan definisi operasional: Motivasi berprestasi adalah dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu yang lebih baik daripada orang lain yang terbangun dari beberapa aspek, seperti afektif, kognitif, konatif, behavioral, dan spiritual. 4. Pembuatan kisi-kisi:
Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Berprestasi NO DOMAIN INDIKATOR Optimis di dalam menghadapi berbagai masalah Antusias di dalam mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan A Affective Bertanggungjawab terhadap apa yang telah dikerjakan Bekerja keras untuk memperoleh hasil yang lebih baik daripada orang lain Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi Berusaha untuk menyelesaikan B Cognitive tugas-tugas belajar dengan baik Menguasai bahan kuliah/belajar/ pekerjaan secara komprehensif Berani mengambil resiko Berusaha secara mandiri dan C Conative tidak tergantung pada orang lain Bersaing untuk memperoleh hal yang baik Meniru gaya atau cara belajar D Behavioral orang-orang yang sukses E Spiritual Memahami tujuan belajar/kuliah JUMLAH (+) (-) JML 4 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 0 4 3 3 4 4 3 4 3 4 2 2 40

1 1 22 18

5. Penulisan butir-butir pernyataan


Lingkarilah salah satu alternatif jawaban yang tersedia sesuai dengan pilihan anda. SS: Sering Sekali; S: Sering; KK: Kadang-kadang; TP: Tidak Pernah 45

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Ketika sekolah melibatkan saya dalam tugas-tugas atau pekerjaan besar yang penuh tantangan saya tetap optimistis dapat mengerjakannya. (SS/S/KK/TP) Ketika saya mengahadapi masalah dalam belajar, seperti kesulitan dalam memahami teks berbahasa asing, saya tetap optimistis dapat mengatasinya. (SS/S/KK/TP) Dalam kondisi yang sangat buruk, saya tidak memiliki optimistisme untuk menyelesaikan seluruh beban belajar yang harus saya pikul. (SS/S/KK/TP) Jika saya menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan keinginan, saya tidak memiliki optimistisme untuk menyelesaikan pekerjaan itu. (SS/S/KK/TP) Betapa pun berat tugas-tugas harian dan mingguan yang harus saya hadapi, saya tetap antusias dalam menjalaninya. (SS/S/KK/TP) Saya tetap antusias dalam mengerjakan suatu pekerjaan meskipun banyak halangan dan rintangan yang harus saya hadapi. (SS/S/KK/TP) Karena sulitnya mencari bahan-bahan, saya menjadi tidak antusias dalam menjalankan kegiatan praktikum di laboratorium. (SS/S/KK/TP) Kurangnya koordinasi antara satu pihak dengan pihak lain menjadi-kan saya tidak antuasias dalam mengikuti seluruh kegiatan OSIS yang sudah direncanakan. (SS/S/KK/TP) Saya harus bertanggungjawab terhadap isi makalah, laporan, atau tugas-tugas lain yang diberikan guru. (SS/S/KK/TP) Ketika penyelesaian suatu pekerjaan tidak memuaskan, saya tidak merasa perlu untuk mempertanggungjawabkannya. (SS/S/KK/TP) Terhadap suatu tugas yang dikerjakan secara berkelompok, saya tidak harus beranggungjawab terhadap apa pun hasilnya. (SS/S/KK/TP) Saya akan berusaha sekeras mungkin untuk menyelesaikan suatu pekerjaan supaya hasilnya maksimal dan lebih baik daripada pekerjaan orang lain (SS/S/KK/TP) Saya berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan guru supaya memperoleh hasil yang terbaik.

Tentu saja, hal itu membuat pihak sekolah dan guru menghadapi dilemma besar untuk menentukan buku teks bahasa Inggris mana yang harus digunakan. Secara substansial, para penulis dan penerbit telah berusaha memenuhi kriteria buku teks yang baik dengan memasukkan prinsip-prinsip KBK tahun 2004 ke dalam buku teks yang mereka terbitkan, dan materi ajar yang menarik dengan memberikan ilustrasi dan gambar-gambar yang menawan. Di samping itu, penerbit juga memberikan harapan-harapan finasial kepada para guru dan sekolah jika buku teks yang mereka terbitkan digunakan sebagai buku wajib siswa. Kesulitan yang bersifat substansial inilah yang perlu segera dicarikan solusi terbaik, mengingat keberhasilan siswa untuk menguasai kompetensi juga ditentukan oleh kualitas buku teks yang digunakan. Salah satu solusinya adalah penelitian terhadap isi buku-buku teks bahasa Inggris untuk siswa SMA yang banyak beredar di pasaran. Penelitian ini perlu segera dilakukan untuk membantu guru-guru bahasa Inggris SMA agar tidak terjebak pada masalah finansial, tetapi secara arif dapat menentukan buku teks mana yang seharusnya digunakan siswa dan sekolah. B. Fokus Penelitian Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004 mengundang kompetisi baru untuk memenuhi salah satu sumber-sumber belajar bahasa Inggris yang dibutuhkan siswa, yakni buku teks bahasa Inggris. Beberapa orang guru bahasa Inggris SMA bekerja sama dengan sama dengan para pakar dan penerbit mencoba untuk membuat buku-buku paket bahasa Inggris untuk siswa. Maka, bagaikan jamur pada musim hujan muncullah puluhan buku teks bahasa Inggris untuk siswa SMA tanpa terkendali. Seluruh buku diakui dan diberi label oleh para penulis dan penerbitnya sebagai buku teks bahasa Inggris yang sesuai dengan KBK tahun 2004. Tentu saja kondisi seperti itu
103

46

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra 14. Jika tidak ada imbalan yang menguntungkan, saya tidak mengerja-kan tugas-tugas sekolah atau rumah tangga secara sungguh-sungguh. (SS/S/KK/TP) 15. Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan, saya senang mencari informasi dan pengetahuan lainnya melalui berbagai sarana, seperti internet, perpustakaan dan media cetak lainnya. (SS/S/KK/TP) 16. Bila keterangan guru atau penjelasan dari buku tidak begitu jelas, saya akan berusaha untuk memperoleh jawabannya melalui berbagai sumber dan cara. (SS/S/KK/TP) 17. Terhadap hal-hal baru yang berhubungan dengan apa yang sedang saya pelajari, saya tidak berupaya untuk memperoleh informasinya secara maksimal. (SS/S/KK/TP) 18. Saya merasa puas dengan apa yang sudah saya ketahui, sehingga tidak perlu lagi untuk mencari tahu hal-hal lain yang terkait dengan pengetahuan tersebut. (SS/S/KK/TP) 19. Sangat penting bagi saya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah sebaik mungkin sesuai dengan ketentuan yang telah dijelaskan guru atau buku. (SS/S/KK/TP) 20. Supaya dapat menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik mungkin, saya berupaya untuk mengikuti petunjuk pelaksanaannya. (SS/S/KK/TP) 21. Meskipun memiliki persyaratan yang dibutuhkan, saya tidak membuat laporan pengamatan sebaik mungkin, tetapi asal terpenuhi kewajibannya saja. (SS/S/KK/TP) 22. Dalam kegiatan kelompok, saya tidak perlu menyelesaikan tugas yang menjadi bagian saya sebaik mungkin, karena anggota lain juga mengerjaknnya. (SS/S/KK/TP) 23. Saya senang memperoleh pekerjaan dan tugas-tugas yang menuntut keterampilan tingkat tinggi. (SS/S/KK/TP) 24. Jika saya tidak menguasai suatu pekerjaan, saya lebih senang berjuang terus untuk menguasainya daripada beralih pada pekerjaan yang saya kuasai. (SS/S/KK/TP) 25. Terhadap hal-hal yang tidak menarik minat, saya tidak berusaha untuk menguasainya sebaik mungkin. (SS/S/KK/TP) 26. Saya harus berani mencoba menggunakan cara-cara mutakhir untuk mengerjakan suatu pekerjaan bila cara-cara lama tidak membuahkan hasil yang baik. (SS/S/KK/TP) 27. Jika kerja kelompok berjalan tidak efektif saya harus berani menyampaikan gagasan dan ide-ide perbaikan kinerja kelompok. (SS/S/KK/TP)

Berkenaan dengan matapelajaran bahasa Inggris di SMA, kesesuaian materi ajar yang termuat dalam buku teks bahasa Inggris dengan kurikulum juga merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Buku teks bahasa Inggris SMA harus mencerminkan prinsip-prinsip pendekatan kebermaknaan dalam pembelajaran. Selain itu, kompetensi sebagai tujuan akhir harus mejadi landasan pengembangan materi ajar yang dapat memberikan pengalaman belajar yang berharga bagaimana menggunakan bahasa sasaran seara baik dan komunikatif. Melengkapi persyaratan buku teks bahasa Inggris yang baik, Harmer (1991: 257) mengatakan bahwa buku teks bahasa Inggris harus memuat isi yang up to date dan menarik. Isi buku yang menarik tentunya dapat membantu siswa menjaga motivasi belajarnya tetap tinggi. Good text books often contain lively and interesting materials; they provide a sensible progression of language items, clearly showing what has to be learn and in some cases summarizing what has been studied so that students can revise grammatical and functional points that they have been concentrating on. Sebagai respons dari pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004, dan untuk memenuhi sumber-sumber belajar bahasa Inggris yang dibutuhkan siswa, beberapa orang guru bahasa Inggris SMA bekerja sama dengan para pakar dan penerbit mencoba untuk membuat buku-buku paket bahasa Inggris untuk siswa. Maka, bagaikan jamur pada musim hujan muncullah puluhan buku teks bahasa Inggris untuk siswa SMA tanpa terkendali. Seluruh buku diakui dan diberi label oleh para penulis dan penerbitnya sebagai buku teks bahasa Inggris yang sesuai dengan KBK tahun 2004. Secara sengaja, mereka menuliskan frasa sesuai dengan KBK tahun 2004 dengan huruf berukuran besar dan berwarna menyolok. Kondisi seperti itu diperburuk lagi dengan promosi langsung ke sekolahsekolah untuk menawarkan buku teks yang mereka terbitkan.
102

47

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra 28. Jika saya mengalami kesulitan dalam operasi komputer, saya berdiam diri saja tanpa berusaha untuk mengatasinya. (SS/S/KK/TP) 29. Karena takut salah, saya tidak berupaya untuk menggunakan bahasa asing yang saya pelajari dengan mereka yang telah menguasainya. 30. Ketika mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru, saya lebih senang melaksanakannya secara individual/mandiri. (SS/S/KK/TP) 31. Meskipun ada pembantu, saya tetap membersihkan kamar dan ruang belajar secara mandiri. (SS/S/KK/TP) 32. Untuk keperluan penulisan laporan pengamatan, saya meminta tolong seorang teman untuk mencarikan buku yang saya butuhkan. (SS/S/KK/TP) 33. Dengan kemampuan yang saya miliki, saya berusaha untuk membuat laporan pengamatan lebih baik daripada apa yang dibuat teman-teman di kelas. (SS/S/KK/TP) 34. Sebagai anggota panitia peringatan hari-hari besar agama, saya akan bekerja lebih keras daripada anggota-anggota lainnya. (SS/S/KK/TP) 35. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu pelajaran, saya akan membaca buku-buku pelajaran sama seriusnya dengan teman-teman. (SS/S/KK/TP) 36. Jika saya memperoleh kesempatan untuk memimpin suatu acara, saya akan melakukannya seperti apa yang telah dilakukan teman-teman. (SS/S/KK/TP) 37. Saya senang membaca biografi tokoh-tokoh dunia, dan ingin melakukan apa yang telah diperbuat unbtuk kepentingan umat. (SS/S/KK/TP) 38. Sebagai seorang muslim, saya senang mengikuti dan menyontoh pola pikir shabat-shabat nabi. (SS/S/KK/TP) 39. Supaya bermanfaat di kemudian hari, saya berusaha menjadikan tujuan hidup sebagai pedoman bagi seluruh kegiatan yang saya lakukan sekarang. (SS/S/KK/TP) 40. Untuk membaca buku-buku atau karya-karya ilmiah, saya tidak tidak perlu menentukan apa tujuan yang ingin saya capai. (SS/S/KK/TP)

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

6. Ujicoba kuesioner 7. Revisi dan penggandaan


48

Di antara beberapa perangkat keras yang harus difasilitasi oleh sekolah adalah buku teks. Buku teks dapat definisikan sebagai buku pelajaran yang memuat materi pelajaran sesuai dengan pokok-pokok pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa. Menurut Bacon sebagaimana dikutip oleh Tarigan dan Tarigan (1986: 22), Buku teks adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi. Sesuai dengan pengertian tersebut, buku teks memiliki peran yang sangat besar di dalam penyelenggaraan kegiatan belajar di dalam dan di luar kelas, karena buku teks dapat dianggap sebagai sumber utama materi pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa. Oleh karena itu, sekolah harus memfasilitasi ketersediaan buku teks sesuai dengan jumlah matapelajaran yang harus diambil siswa pada jenjang pendidikan tertentu, buku teks bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, matematika, IPS, atau Agama. Supaya fungsinya dapat berjalan dengan baik, seluruh buku teks harus memenuhi beberapa kriteria tertentu. Salah satunya adalah kesesuaiaan antara materi ajar yang terkandung dalam buku teks dengan silabus atau kurikulum yang sedang berlaku. Dengan kata lain, buku teks harus memuat seluruh materi ajar yang disajikan berdasarkan prinsip-prinsip sebagaimana yang diisyaratkan oleh silabus atau kurikulum. Mengenai kriteria tersebut, Tarigan dan Tarigan (1986: 22) mengatakan bahwa buku teks ditulis untuk digunakan di sekolah dan sekolah mempunyai kurikulum. Karena itu tidak ada pilihan lain bahwa buku teks harus relevan dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang relevan tentu saja dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang dimiliki untuk memperoleh kompetensi yang diharapkan; sedangkan buku teks yang tidak relevan akan menjauhkan siswa dari kompetensi yang seharusnya dikuasai.
101

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Guru tidak lagi menjadi seorang figur sentral yang menentukan segalanya dalam penyelenggraan kegiatan belajar, tetapi ia berfungsi sebagai seorang fasilitator yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Posisi sentral guru digantikan oleh siswa. Siswa menjadi acuan dan orientasi di dalam menetukan berbagai aspek pembelajaran yang dikembangkan guru. Perubahan orientasi tersebut esensi dari pendekatan yang diterapkan dalam KBK 2004, yang biasa disebut dengan pendekatan kebermaknaan seperti tertuang di dalam Garisgaris Besar Pengajaran, bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi menerapkan pendekatan kebermaknaan sebagai pendekatan pembelajaran (Diknas, 2003: 6). Beberapa konsep penting lain dalam pendekatan kebermaknaan adalah bahan pelajaran dan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna jika berhubungan dengan kebutuhan, pengalaman, minat, dan masa depan siswa. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus dijadikan pertimbangan pengambilan keputusan dalam pengajaran dan pembelajaran agar lebih bermakna bagi siswa. Dengan memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan masa depan, siswa menjadi lebih termotivasi untuk menguasai kompetensikompetensi yang diharapkan. Pemberlakukan kurikulum berbasis kompetensi melahirkan beberapa tuntutan besar, baik yang berbentuk perangkat lunak maupun perangkat keras. Tuntutan yang berbentuk perangkat lunak mengarah pada ketersediaan aturan atau sistem yang mengendalikan seluruh aspek administratif, akademik, dan kepemimpinan yang mengarah pada tercapainya efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan kegiatan belajar. Sebaliknya, tuntutan yang bersifat perangkat keras lebih mengarah pada ketersediaan fasilitas-fasilitas belajar yang memadai, seperti laboratorium bahasa, laboratorium IPA, laboratorium komputer, alat perga, perpustakaan, dan buku teks.
100

6 ANALISIS DATA

A. Jenis-Jenis Data Analisis data merupakan salah satu langkah kritis yang sangat menentukan bagaimana masalah yang telah dirumuskan harus dijawab. Analisis data dapat diartikan sebagai proses pengolahan data terkumpul dengan menggunakan berbagai cara dan strategi, baik yang memanfaatkan statistika maupun yang tidak memanfaatkan statistika sehingga dapat ditemukan pemecahan masalah yang tepat dan akurat. Statistika, umumnya, diperlukan jika data yang diperoleh merupakan data kuantitatif atau numerik; sedangkan model analisis nonstatistika digunakan jika data yang diperoleh merupakan data kualitatif. Oleh karena itu, agar dapat menentukan apakah analisis statistika atau nonstatistika yang akan digunakan, peneliti harus mengetahui jenis data apa yang dimiliki. Terdapat lima kelompok data yang perlu diketahui sesuai dengan sudut pandangnya yang berbeda. Berdasarkan penggunaan statistik dalam analisisnya data dapat dibedakan menjadi data kuantitatif dan kualitatif (deskriptif). Data kuantitatif membutuhkan cara-cara atau rumus-rumus statistik tertentu untuk mengelohnya sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menguji hipotesis; sebaliknya, data kualitatif tidak memerlukan statistik-statistik tersebut, tetapi membutuhkan
49

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

model analisis kualitatif sesuai dengan pendekatan yang digunakan. Sesuai dengan sifatnya, data dapat dibedakan menjadi data diskrit dan kontinum. Data diskrit adalah data yang berdiri sendiri atau saling pisah yang tidak saling bergantung antara satu dengan lainnya, seperti jenis-jenis salak, suku bangsa, dan nyamuk; sedangkan data kontinum adalah data yang membentuk subuah kontinum, seperti derajat temperatur, ukuran panjang, dan usia. Adapun bila ditinjau dari skala pengukuran yang digunakan, data dapat dibedakan menjadi empat, yakni data nominal, ordinal, interval, dan ratio. Data nominal adalah data yang diperoleh berdasarkan proses pengelompokan yang bersifat deskrit dan saling pisah antara satu kategori dan kategori lainnya, seperti jenis kelamin, status perkawainan, dan jenis pekerjaan. Data ordinal adalah data yang dikelompokkan berdasarkan urutan atau jenjang dalam atribut tertentu dari yang tertinggi sampai terendah, seperti ranking siswa dalam pelajaran bahasa Inggris, peringkat seseorang dalam lomba baca puisi, dan urutan peserta dalam lomba lari. Data interval adalah data yang diperoleh melalui pengukuran yang memiliki standar sama yang membuahkan hasil berbeda antara satu dan lainnya, seperti nilai mahasiswa dalam matakuliah struktur, skor IQ, dan TOEFL. Data ratio adalah data yang proses kuantifikasinya mempunyai nol mutlak, seperti ukuran voltase listrik, dan derajat dalam kompas. Selanjutnya, dilihat dari jumlah kelompok dari mana data diperoleh, data dapat dibedakan menjadi tiga, yakni data berasal dari satu kelompok, dua kelompok, dan banyak kelompok. Data satu kelompok adalah data yang diperoleh dari subjek yang berasal dari satu kelompok, seperti skor pre-test dan post test mahasiswa dalam matakuliah Agama. Data dua kelompok adalah data yang diperoleh dari subjek yang berasal dari dua kelompok yang berbeda, seperti skor bahasa Inggris yang diperoleh mahasiswa dari kelas ekperimen dan kelas kontrol. Data banyak kelompok adalah data yang diperoleh dari
50

A. Latar Belakang Selama tiga tahun belakangan dunia pendidikan nasional telah banyak mengalami perubahan yang sangat signifikan, seperti pengesahan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, dan perubahan kurikulum 1994 dengan kurikulum 2004. Perubahan-perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan nasional, sehingga seluruh peserta didik dapat berperan aktif dalam pembangunan bangsa dan negara agar tidak tertinggal jauh dari negara-negara maju. Perubahan kurikulum 1994 dengan kurikulum 2004 merupakan hal yang harus dilakukan dan takterelakkan. Kurikulum 1994 yang berbasis konten tidak mampu mengikuti dan menjawab perubahan-perubahan global yang begitu cepat. Dalam kurikulum 1994 para peserta didik dipandang sebagai kertas putih yang perlu dihiasi dengan sejumlah ilmu pengetahuan dan keterampilan tanpa mempertimbangkan apakah ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut sesuai dengan kondisi global saat ini atau tidak. Akibatnya, terjadi ketidaksesuaian antara apa yang dipelajari di sekolah-sekolah dengan apa yang terjadi pada dunia kerja dan pembangunan bidang-bidang kehidupan lainnya. Berbeda dengan kurikulum 1994, kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, menempatkan peserta didik pada proses perkembangan yang berkelanjutan dan memandang seluruh aspek kepribadian, sebagai suatu pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan seseorang sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan. Kurikulum 2004 tidak menjejali peserta didik dengan informasi-informasi yang tidak relevan dengan potensi yang dimiliki, tetapi mengasah potensi-potensi tersebut sedemikian rupa, sehingga peserta didik memiliki kompetensikompetensi tertentu yang dapat digunakan untuk berkompetisi dalam mengahadapi dunia global. Oleh karena itu, pendekatan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar pun harus disesuaikan.
99

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

10 PROPOSAL PENELITIAN ANALISIS ISI

subjek yang berasal dari beberapa kelompok yang berbeda. Terakhir, data dapat juga dibedakan berdasarkan jumlah variabel yang dikaji, yakni univariat, bivariat, dan multivariat. Data univariat adalah data yang diperoleh dari satu variabel penelitian; data bivariat adalah data yang berasal dari dua variabel berbeda dalam penelitian, dan data multivariat adalah data yang berasal dari banyak variabel dalam penelitian. Selengkapnya, bagaimana data dibedakan berdasarkan beberapa sudut pandangnya dapat dilihat pada diagram berikut.
D A T A

Penggunaan Statistik

Skala Pengukuran

Asal Kelompok

TINGKAT KETERBACAAN, KUALITAS, DAN KESESUAIAN BUKU TEKS BAHASA INGGRIS UNTUK SISWA KELAS II SMA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

Diagram 4. Jenis-jenis Data

TIM PENELITI

B. Analisis Kuantitatif Analisis data kuantitatif dalam penelitian sering kali dilakukan dengan memanfaatkan statistika deskriptif atau inferensial. Statistika deskripstif digunakan bila peneliti ingin mengetahui gambaran umum tentang data yang dimiliki sehingga lebih mudah dibaca dan lebih bermakna. Analisis deskriptif ini dapat dilakukan secara numerik dengan
51

98

Multi-Variat

Kuantitatif

Satu Kelompok

Dua Kelompok

Banyak Kelompok

Deskriptif

Univariat

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN ANALISIS ISIS


Nominal Interval Ordinal Ratio

Kontinus

Bivariat

Diskrit

Jumlah Variabel

Sifat Data

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

menghitung rata-rata, standar deviasi, atau frekuensi; atau secara grafis dengan memaparkan data dalam bentuk gambar atau diagram. Berkaitan dengan analisis statistik inferential, peneliti harus dapat menentukan statistik apa yang harus digunakan jika hipotesis yang harus diuji berkaitan dengan taraf hubungan antara dua variabel atau lebih; atau berkaitan dengan hubungan kausalitas antara satu variabel dengan variabel lainnya. Yang pertama menuntut penggunaan statistik regresi dan korelasi, seperti Spearman Brown, Product Moment Correlation, dan biserial point. Yang kedua menuntut penggunaan statistik, seperti uji-t, chi-square, dan analisis varians. Selain itu, penggunaan berbagai jenis statistika tersebut dapat dilakukan secara manual atau komputerisasi, seperti program SPSS dan Excell. C. Analisis Kualitatif Sebaliknya, data yang tidak memerlukan analisis statistik harus dianalsis secara kualitatif berdasarkan metode, teori-teori atau pendekatan-pendekatan yang relevan, seperti pendekatan historis, sosiologis, psikologis, dan pendekatan tekstual. Berkaitan dengan penelitian sastra, teori-teori dan pendekatanpendekatan yang sering digunakan, antara lain adalah: 1. Pendekatan Biografis Pendekatan biografis merupakan studi yang sistematis mengenai proses kreativitas pengarang yang dianggap sebagai asal-usul karya sastra. Sebuah karya sastra dianggap relatif sama dengan maksud, niat, pesan, dan bahkan tujuan-tujuan tertentu pengarang. Oleh karena itu, riwayat hidup pengarang menjadi pusat kajian dengan mengaitkannya dengan karya sastra yang dihasilkan. Pengalaman dan perjalan hidup pengarang dari masa kecil hingga dewasa menjadi bagian yang takterpisahkan dari proses kreativitas untuk memproduksi karya sastra.
52

Workshop Kurikulum Berbasis Kompetensi UIN Syrif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17-19 Juli 2003 di Cisarua. Brown, H. Douglas, Principles of Language Learning and Teaching. Englewood Cliffs: Prentice Hall Regents, 1994. Brumfit, Christopher Language and Literature Teaching: From Practice to Principle. Oxford: Pergamon Press Ltd., 1985. Dubin, Fraida dan Elite Olshtain, Course Design. Cambridge: Cambridge University Press, 1986. Ellis,Rod The Study of Second Language Acquisition. Oxford: OUP, 1994. Hadely, Alice Ommagio. Teaching Language in Context. Boston: Heinle and Heinle Publisher, 1994. Huda, Nuril Language learning and Teaching: Issues and Trends. Malang: IKIP Malang Publisher, 1999. Hymes, D. H. On Communicative Competence, The Communicative Approach to Language Teaching, eds. C. J. Brumfit dan K. Johnson. Oxford: OUP, 1979. Kartono, Giri, Kedudukan dan Fungsi Bahasa Asing di Indonesia, Politik Bahasa Nasional 2, ed. Amran Halim. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1981 Lightbown, Patsy M. dan Nina Spada, How Languages are learned. Oxford: OUP, 1993. Munby, John Communicative Syllabus Design. Cambridge: CUP, 1978. Nunan, David Language Teaching Methodology. London: Prentice Hall International Ltd., 1991 Suwito, Kebijakan yang Diperlukan Dalam Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah yang disampaikan pada Warkshop Kurikulum Berbasis Kompetensi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 17-19 Juli 2003 di Cisarua.

97

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

menyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi. H. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan berlangsung selama delapan bulan yang dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama yang digunakan untuk melakukan penelusuran teori-teori dan pencarian model sementara pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi dilakukan di Jakarta dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2005. Tahap kedua yang digunakan untuk pencarian data empiris di seluruh PTAIN, analisis data, dan penulisan laporan dilaksanakan pada bulan September 2005 sampai Januari 2006.
NO 1 2 3 4 5 KEGIATAN Persiapan Pengumpulan data Analisis data Penulisan laporan Seminar BULAN JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES JAN x x x x x x x x x

2. Pendekatan Sosiologis Berbeda dengan pendekatan biografis, pendekatan sosiologis mengedepankan aspek masyarakat dalam kajian karya sastra, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu di mana karya sastra dianggap sebagai milik masyarakat. Pendekatan sosiologis didasari oleh hubungan hakiki antara karya sastra dan masyarakat dengan asumsi dasar, yakni a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang; b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat; c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan d) hasil karya sastra itu sendiri dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. 3. Pendekatan Psikologis Berbeda dengan pendekatan beografis yang lebih menekankan pada aspek perjalan hidup pengarang, pedekatan psikologis lebih memperhatikan aspek psikologis pengarang. Karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas penulis, yang sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan, seperti: obsesi, kontemplasi, kompensasi, sublimasi, bahkan sebagai neurosis. Sampai saat ini teori yang paling relatif lebih banyak digunakan dalam pendekatan psikologis adalah psikologi Sigmund Freud (18561939). Menurutnya, semua gejala mental bersifat tak sadar yang tertutup oleh alam kesadaran. Dengan adanya ketakseimbangan, ketaksadaran menimbulkan dorongandorongan yang memerlukan kenikmatan, yang disebut libido. Karena proses kreatif dianggap sebuah kenikmatan yang memerlukan pemuasan, maka proses tersebut dianggap sejajar dengan libido. Teori yang dikembangkan Freud mencakup tiga hal, yakni Id, Ego, dan Super Ego. Id berkaitan dengan dorongan-dorongan primitif yang harus dipuaskan, seperti libido. Id dengan demikian merupakan kenyataan subjektif primer, dunia batin sebelum individu memiliki pengalaman tentang dunia luar. Ego bertugas untuk mengontrol Id, dan Super Ego yang berisi kata hati yang mengendalikan ego.
53

I. Biaya Penelitian Penelitian ini direncanakan menelan biaya sebesar Rp. 50.000.000,- (Lima pululh juta rupiah). Rincian biaya dapat tidak diberikan. J. Daftar Kepustakaan Anonymous, Operant Conditioning, http://www.gwu.edu/tip/ skinner. html., tanggal 1 Maret 2003. Anonymous, Conditions of Learning, http://www.gwu.edu/tip/gagne. html., tanggal 1 Maret 2003. Anonymous, Experiential Learning, http://www.gwu.edu/-tip/ rogers.html., tanggal 1 Maret 2003. Azra, Azyumardi, Kebijakan Kurikulum UIN Menuju Universitas Riset. Makalah yang disampaikan pada
96

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

4. Pendekatan Historis Pendekatan historis memfokuskan kajiannya pada aspek kesejarahan karya sastra yang diteliti, sejarah yang melatarbelakangi penyiptaan dan penulisan karya sastra. Pendekatan historis berusaha menguak dan membuka tabir hubungan antara karya sastra dengan karya-karya lain, dan bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada karya sastra berkenaan dengan perjalan waktu. Berdasarkan indikator sejarah dan sastra, beberapa masalah yang menjadi objek sasaran pendekatan historis antara lain adalah: a) perubahan karya sastra dengan bahasanya sebagai akibat proses transfer dari satu generasi, seperti tradisi lisan dan penerbitan ulang; b) fungsi dan tujuan karya sastra pada saat pertama kali dihasilkan; c) peran sosial pengarang pada saat menulis; dan d) representasi karya sastra sebagai wakil tradisi zamannya. 5. Pendekatan Strukturalisme Pendekatan ini diilhami oleh linguistik struralisme yang memusatkan perhatian pada hubungan sinkronik unsur-unsur bahasa. Hubungan sinkronik tersebut dapat bersifat horizontal (sintagmatik) atau vertikal (asosiatif). Dalam kajian karya sastra, aspek sintagmatik terwujud dalam upaya pemahaman kata berdasarkan relasinya dengan kata-kata yang muncul sebelum dan sesudahnya. Dengan kata lain, relasi horizontal berupaya memaknai bahasa berdasarkan hubungan antarunsur dalam suatu unit bahasa, seperti kalimat, klausa, dan frasa, sehingga dapat dipahami apa makna yang sebenarnya. Adapun relasi vertikal terwujud dalam pemilihan sinonim atau antonim suatu kata. Perbedaan makna kata bisa dipahami bila kata yang dimaksudkan diganti dengan antonim atau sinominya. Jadi, relasi vertikal ini tidak tidak terkait secara langsung dengan aspek kaedah yang mendasari unit bahasa tertentu, tetapi lebih pada relasi makna. Selain unsur-unsur bahasa, pendekatan strukturalisme juga memperhatikan unsur-unsur instrinsik lainnya, seperti plot, setting, dan apa makna yang terkandung
54

1. Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang berusaha untuk mengembangkan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi di PTAIN secara induksi berdasarkan teori-teori relevan, dan studi lapangan ke beberapa perguruan tinggi. 2. Analisis Data Data verbal dan nonnumerik lainnya yang berkaitan dengan penyusunan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi dianalisis secara kualittif berdasarkan teori-terori formal yang mendasarinya. 3. Pengambilan Data Penelitian ini memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen penelitian untuk menggali data verbal dan nonnumerik lainnya yang berkaitan dengan penyusunan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi melalui berbagai cara, seperti observasi, wawancara, dan kuesioner. Peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan observasi ke beberapa perguruan tinggi untuk melihat kegiatan belajar bahasa Inggris yang dikembangkan dosen yang bersangkutan. Untuk melengkapi data yang diperoleh peneliti juga melakukan wawancara dengan dosen-dosen bahasa Inggris, dan sebagai umpan balik peneliti juga menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa. Selain itu, peneliti juga mengumpulkan berbagai dokumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi sebagai bahan pelengkap, sehingga data yang dibutuhkan benar-benar lengkap dan memadai. 4. Unit Analisis Sesuai dengan permasalahan yang dikaji, penelitian ini memanfaatkan seluruh perguruan tinggi agama Islam negeri yang ada di Indonesia, khususnya perguruan tinggi yang
95

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

afektif, seperti sikap, minat, dan motivasi siswa, Nunan (1991: 234) menjelaskan sebagai berikut. Proponents of this methods believe that if learners can be encouraged to adopt the right attitudes, interest and motivation in the target language and culture, as well as in the learning environment in which they find themselves, then successful learning will occur, and that if these affective factors are not right, then no set of techniques is likely to succeed. Kedua pandangan tersebut makin memperjelas, di samping aspek kognitif, aspek afektif, seperti sikap, minat, dan motivasi juga merupakan bagian yang menentukan dalam proses pembelajaran bahasa kedua atau asing. Sikap positif terhadap bahasa sasaran, umpamanya, merupakan pijakan awal yang banyak berpengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi siswa di dalam mempelajari bahasa sasaran. Tinggi rendahnya sikap positif menunjukkan tinggi rendahnya motivasi siswa dalam belajar. Oleh karena itu, materi dan kegiatan pembelajaran di dalam kelas harus disusun dengan mempertimbangkan minat dan keinginan seluruh siswa agar mereka mudah termotivasi dan tertarik dalam belajar. Dubin dan Olshtain (1986: 14) menegaskan sebagai berikut. Positive attitudes towards the language will reflect a high regard and appreciation of both the language and the culture it represents. Positive attitudes towards the acquisition process will reflect high personal motivation for learning the language, a feeling of self-fulfillment and success and an overall enthusiasm about the language course. G. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini meliputi beberapa aspek penting dalam penelitian, seperti metode, analisis data, pengambilan data, dan unit analisis.
94

dalam sebuah karya sastra. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan strukturalisme hanya mencoba mengkaji karya sastra dari sudut pandang unsur intrinsiknya saja. 6. Pendekatan Strukturalisme Dinamik Pendekatan strukturalisme dinamik merupakan penyempurnaan dan pengembangan dari strukturalisme yang lebih menekankan pada unsur-unsur intrinsik karya sastra. Pendektan strukturalisme dinamik membuka peluang untuk mengkaji aspek-aspek ekstrinsik karya sastra, seperti aspek sosiologis, antropologis, atau aspek-aspek lain sehingga pemahaman karya sastra menjadi lebih komprehensif. 7. Pendekatan Strukturalisme Genetik Pendekatan strukturalisme genetik merupakan kajian karya sastra yang memusatkan perhatian pada aspek struktur dan asal-usul karya satra. Pendekatan ini merupakan pengembangan dari pendekatan strukturalisme dengan menambahkan aspek-aspek sosial dan bahkan antropologis dalam kajian karya sastra. Dalam pendekatan ini karya sastra dianggap sebagai karya pengarang dan sekaligus sebagai kenyataan sejarah yang mengkondisikan munculnya karya tersebut. Jadi, analisis karya sastra berdasarkan pendekatan tersebut tidak hanya terfokus pada relasi sinkronik unsur-unsur bahasa yang digunakan, tetapi juga mencakup beberapa aspek lain, seperti unsur instrinsik karya sastra, latarbelakang pengarang, dan latar belakang sosial dan sejarah masyarakat di mana penulis berada. Jadi, pendekatan strukturalisme genetik mengkaji karya sastra dari aspek intrinsik dan ektrinsiknya, sekaligus aspek-aspek lain yang berhubungan dengan asal-usul bagaimana karya sastra dihasilkan. 8. Teori Interteks Analisis karya sastra dengan menggunakan teori interteks bertujuan untuk menggali secara maksimal makna-makna yang terkandung dalam sebuah teks. Kajian ini dilakukan dengan
55

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

cara menemukan hubungan-hubungan bermakna di antara dua teks atau lebih dalam masa yang sama atau berbeda. Hubunganhubungan bermakna tersebut dapat berbentuk saling mendukung, menentang, atau melengkapi sehingga pemahaman terhadap karya sastra benar-benar komprehensif. Selain itu, kajian interteks tidak hanya melibatkan dua atau beberapa teks sejenis, seperti novel dengan novel, puisi dengan puisi, dan drama dengan drama; tetapi juga teks-teks yang taksejenis, seperti novel dengan puisi, puisi dengan drama, atau drama dengan puisi. 9. Teori Feminisme Esensi dari teori feminisme adalah persamaan hak, kedudukan, dan status antara perempuan dann laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan, seperti bidang sosial, politik, pendidikan, dan ekonomi. Perempuan tidak lagi menjadi subordinat laki-laki, tetapi berada pada posisi yang sejajar dan tidak berbeda. Mereka dapat bekerjasama untuk menjalankan fungsi-fungsi sosial mereka, atau bahkan berlomba-lomba secara adil dan terbuka untuk mendapatkan posisi yang selama ini dikuasai laki-laki, sehingga terjadilah keseimbangan peran dan fungsi antara kedua belah pihak. Berdasarkan teori ini, kajian bahasa dan sastra dapat diarahkan pada upaya penelaahan masalah-masalah yang masih bersifat deskriminatif. Berkaitan dengan bahasa, umpamanya, kajian ini bisa difokuskan pada bentuk-bentuk bahasa mana yang masih bersifat deskriminatif; sedangkan dalam bidang sastra kajian ini dapat ditekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan tema, karakter, ataupun hal-hal lain yang masih mengarah pada ketidaksamaan hak antara perempuan dan laki-laki.

Keterangan di atas mempertegas bagaimana besarnya peran kognisi di dalam pembelajaran bahasa asing. Selain itu, pandangan tersebut juga menunjukkan bahwa seorang individu tidak menerima masukan dari luar dirinya secara pasif, tetapi harus secara aktif mengelola masukan tersebut sebagai pijakan untuk pengembangan lebih lanjut. Berbeda dengan dua teori terdahulu, teori belajar bahasa humanisme memandang individu tidak saja dari sudut kognitifnya, tetapi juga dari aspek afektif dan hubungannya dengan kehidupan sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran bahasa individu harus diperlakukan sebagai makhluk yang utuh seca-ra fisik, intelektual, dan emosional sehingga mampu mengembangkan kemampuan dirinya secara aktif menuju proses perubahan yang diharapkan. Pandangan demikian diharapkan dapat menjadi pegangan bagi para guru agar dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap bahasa yang sedang dipelajari, dan menyelaraskan pembelajaran dengan keinginan, dan minat siswa. Dengan kata lain, aspek kognitif dan aspek afektif siswa harus diperhatikan secara seimbang bila guru menginginkan pembelajaran bahasa yang dikembangkan berhasil dengan baik. Berkenaan dengan masalah ini, Brumfit (1985: 79) menegaskan sebagai berikut. Humanistic teachers see language learning as something which must engage the whole person, not as something purely intellectual; they recognize that their students are people like themselves, with emotional and spiritual needs as well as intellectual ones, people who can contribute to their own learning, who are not the passive recipients of someone elses teaching. Berdasarkan pandangan tersebut dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran bahasa seorang siswa akan berhasil bila diperlakukan sebagai manusia seutuhnya, tidak hanya secara kognitif tetapi juga secara afektif sehingga mampu mengelola masukan secara kreatif. Mengenai peranan penting aspek
93

56

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

cognitive view, language learning is treated as skills learning, anologous to learning how to ride bicycle or play a violin, although probably more complex (Ellis, 1994: 295). Dalam pemerolehan bahasa pertama, kemampuan kognitif ini merupakan kemampuan bawaan yang dimiliki oleh setiap individu untuk memperoleh bahasa pertama. Chomsky menamai kemampuan itu dengan alat pemerolehan bahasa (language acquisition device) yang digambarkan sebagai kotak hitam yang memuat kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku secara universal terhadap semua bahasa. Chomsky originally referred to this special ability as being based on language acquisition device (LAD). This device was often described as an imaginative black box which exists somewhere in the brain. This black box which is thought to contain all and only the principles which are universal to all human language prevent the child from going off on lots wrong trails in trying to discover the rules of the languages (Lightbown dan Spada, 1993: 8). Berkenaan dengan pembelajaran bahasa asing, salah satu pandangan yang menempatkan kemampuan kognitif pada posisi yang sangat strategis disebut dengan hipotesis konstruksi kreatif (creative construction hypothesis) yang dianggap memiliki kesamaan dengan alat pemerolehan bahasa. Dengan hipotesis konstruksi kreatif itu, seseorang mampu melahirkan bentuk-bentuk bahasa yang variatif meskipun hanya dibekali dengan kosakata dan kaidah bahasa yang tidak terlalu banyak. Rather, it was believed that language development could be characterized by rule governed creativity. With a finite number of grammatical rules and a limited vocabulary, we can create an infinite number of sentences, many of which may never have been uttered before (Nunan, 1991: 233).
92

7 PROPOSAL
A. Pengertian Salah satu kegiatan penting sebelum pelaksanaan penelitian adalah penyusunan proposal penelitian. Proposal dapat dikatakan sebagai rencana penelitian yang berisikan gambaran menyeluruh mengenai penelitian yang akan dilakukan. Tentu saja proposal harus memuat unsur-unsur penting penelitian, seperti latar belakang, perumusan masalah, metode, dan analisis data, sehingga penelitian yang akan dilakukan benar-benar dapat tergambarkan. Proposal disusun berdasarkan bentuk penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian kuantitatif memiliki model proposal yang berbeda dengan penelitian kualitatif. Meskipun demikian secara substantif, kedua proposal tersebut tidak berbeda karena keduanya harus mampu menggambarkan apa dan bagaimana penelitian akan dilakukan. Umumnya proposal harus memuat latar belakang penelitian, batasan masalah, perumusan masalah, signifikansi, tujuan, kajian teoretis, dan metodologi penelitian, waktu dan tempat penelitian. B. Unsur-unsur Proposal Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas unsur-unsur proposal untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif yang sering digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain.
57

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

1. Latar Belakang Latar belakang berisikan paparan alasan kenapa penelitian itu perlu dilakukan. Tentu saja pada bagian ini perlu dijelaskan kesenjangan antara suatu kondisi yang diharapkan dan kondisi yang ditemui di lapangan. Biasanya, penjelasan ini disertai dengan kajian teoretis ringkas untuk memperkuat asumsi-asumsi yang muncul, seperti bagaimana kesenjangan itu terjadi, dan bagaimana memperoleh jawaban sementara dari masalah yang akan diteliti. Berdasarkan penjelasan tersebut akan tampak secara jelas alasan kuat kenapa penelitian itu perlu dilaksanakan. 2. Batasan Masalah Batasan masalah atau fokus penelitian (dalam istilah penelitian kualitatif) berisikan penjelasan mengenai ruang lingkup penelitian. Penelitian perlu dibatasi agar jelas apa yang seharusnya diteliti sehingga menjadi lebih terfokus dan tidak melebar pada hal-hal yang tidak perlu diteliti. Penelitian dapat dibatasi oleh beberapa aspek, seperti dimensi waktu, tempat, dan aspek bidang kajian. Dimensi waktu berkaitan dengan pembatasan masa atau periode kapan penelitian dilakukan atau berhubungan dengan periodisasi suatu peristiwa. Dimensi tempat berhubungan dengan tempat penyelenggaraan penelitian atau tempat terjadinya peristiwa yang sedang diteliti. Adapun bidang kajian berhubungan dengan pemusatan masalah penelitian pada bidang-bidang yang lebih spesifik sesuai dengan keahlian peneliti. 3. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan pernyataan masalah penelitian sesuai dengan batasan masalah yang telah dibuat. Perumusan masalah merupakan pijakan dasar kenapa dan bagaimana penelitian itu dilaksanakan. Tidak ada perumusan masalah berarti tidak ada penelitian. Oleh karena itu,
58

mengenai pola kalimat bahasa Inggris S + Modalitas + Verba, para siswa diminta untuk memberikan beberapa contoh secara lisan (stimulus); dan pujian guru (penguatan) terhadap contoh kalimat yang benar (respons) menjadikan mereka menguasai dan terbiasa dengan pola kalimat tersebut. Berdasarkan kedua contoh di atas, dapat dipahami bahwa kedua bentuk pembelajaran, baik verbal, seperti ilmu pengetahuan dan bahasa maupun non-verbal, seperti tingkah laku, terjadi melalui suatu proses yang sama, yakni pembentukan kebiasaan. Mengenai hal itu, Lightbown dan Spada (1993: 23) mengatakan: According to behaviorists, all learning, whether verbal or non-verbal, takes place through the same underlying process, habit formation. Leaners receive linguistic input from speakers in their environment, and positive reinforcement for their correct repititions and imitations. As a result, habits are formed. Teori belajar bahasa yang kedua adalah kognitivisme yang menolak pandangan teori belajar bahasa behaviorisme yang cenderung menempatkan individu sebagai seorang yang menerima segala masukan dari luar secara pasif. Sebaliknya, teori belajar bahasa kognitivisme memandang individu dengan kemampuan kognitifnya sebagai orang yang aktif dan kreatif mengelola segala masukan dari luar dirinya. Dengan pengetahuan yang dimiliki, seseorang dapat memahami, menerapkan, atau melakukan kemampuan kognitif lainnya untuk mengelola berbagai masukan guna mendapatkan pengetahuan dan informasi baru. Pandangan seperti itu tidak saja berlaku pada pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga berlaku pada pemerolehan bahasa pertama dan pembelajaran bahasa kedua atau asing. Language learning engages the same cognitve systems perception, memory, problem solving, information processing as learning other types of knowledge. In a
91

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

dapat terpenuhi bila para mahasiswa mampu mengasosiasikan dan merekonstruksi antara pengetahuan yang baru dengan yang lama, sehingga mereka dapat merasakan bahwa sesuatu yang baru dipelajarinya mempunyai manfaat bagi diri mereka. As new information is learned, the organization of existing information might have to be changed, or reconstructed to accommodate what is new. Meaningful learning, on the other hand, is relatable to what one already knows and thus can be easily integrated into ones cognitive structure. Dengan kata lain, bahan pelajaran yang akan diberikan kepada mahasiswa harus dipilih dan disusun berdasarkan fungsi-fungsi komunikatif bahasa, bukan berdasarkan struktur bahasa yang akan dipelajarinya. Selanjutnya, bahan-bahan tersebut dikemas dalam kegiatan pemebelajaran yang berorientasi pada kompetensi yang diinginkan dengan melihat teori-teori belajar bahasa. 3. Teori Belajar Bahasa Secara umum teori-teori belajar bahasa yang diadopsi dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran bahasa dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan humanisme. Esensi utama dari teori belajar behaviorisme adalah hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan antara stimulus dan respons inilah yang mendasari terjadinya seluruh bentuk pembelajaran baik verbal maupun nonverbal. Seorang anak kecil, umpamanya, akan mengetahui bagaimana cara berpakaian yang benar setelah ia melakukannya berulang-ulang dan mendapatkan pujian dari ibunya. Pujian yang diberikan ibunya (penguatan) terhadap usaha anaknya yang telah mencoba berpakian secara mandiri (respons) atas perintah ibunya (stimulus), menjadikan anak tersebut terbiasa berpakian secara benar. Di dalam pembelajaran bahasa, bentuk hubungan antara stimulus dan repons ini dapat digunakan untuk pendalaman struktur bahasa Inggris. Umpamanya, setelah diberikan penjelasan yang cukup
90

perumusan masalah harus dinyatakan sejelas mungkin, sehingga apa yang seharusnya diteliti dapat dipahami. Perumusan masalah dapat dinyatakan dalam kalimat berita yang disusun dalam paragraf yang koheren sehingga apa yang ingin dikaji tetap dengan mudah dapat ditangkap dan dipahami. Selain itu, perumusan masalah dapat juga diungkapkan melalui beberapa kalimat tanya yang menggambarkan masalah-masalah yang akan dikaji. Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif biasanya disebut dengan pertanyaan penelitian. Perumusan masalah dalam penelitian kuantitatif tidak berubah sejak awal hingga akhir penelitian; sedangkan pertanyaan penelitian dalam penelitian kualitatif dapat berkembang dan berubah seiring dengan perkembangan yang terjadi pada saat pengambilan data. Pada awal penelitian, umpamanya, masalah yang dikaji adalah X, tetapi setelah data diperoleh masalah penelitian berubah menjadi Y. 4. Tujuan Tujuan penelitian merupakan sasaran atau target yang ingin dicapai peneliti di dalam penelitian yang dilakukannya. Tujuan harus dirumuskan dengan jelas dan spesifik supaya penelitian menjadi terfokus dan tidak kehilangan arah. Oleh karena itu, tujuan harus diselaraskan dan disesuaikan dengan perumusan masalah. Bila problem dalam masalah penelitian berkaitan dengan hubungan antara satu variabel dan variabel lain, tujuan penelitian yang ingin dicapai tentunya untuk mengetahui dan membuktikan bentuk hubungan antara keduanya. Bila problem dalam masalah penelitian berkaitan dengan pengaruh atau efektifitas cara membaca tertentu terhadap apresiasi puisi, tujuan penelitian yang ingin dicapai tentunya untuk membuktikan pengaruh atau efektifitas cara tersebut. Dengan kata lain, bila problem dalam perumusan masalah berkenaan dengan X, tujuan penelitian juga harus berkaitan dengan X.
59

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian berisikan paparan mengenai keuntungan-keuntungan apa yang dapat diberikan penelitian kepada masyarakat sebagai bagian dari upaya peningkatan taraf kehidupan. Umumnya, manfaat penelitian dapat dibedakan manjadi manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretis berhubungan dengan sumbangsih hasil penelitian terhadap pengembangan teori keilmuan yang terkait; sedangkan manfaat praktis berkenaan dengan sumbangsih penelitian yang dapat dirasakan oleh masyarakat secara langsung. 6. Kajian Teoretis Kajian teoretis berisikan paparan mengenai teori-teori yang relevan dengan perumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Jika dalam penelitian terdapat tiga problem yang harus dikaji, maka kajian teoretis paling tidak harus membahas ketiga problem tersebut. Pada penelitian kuantitatif, kajian teori diperlukan sebagai pijakan dalam perumusan hipotesis dan pengembangan isntrumen penelitian; sedangkan pada penelitian kualitatif, kajian teori diperlukan sebagai pijakan dalam pengembangan instrumen dan pijakan dalam pelaksanaan penelitian. 7. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan seperangkat prinsipprinsip yang mendasari bagaimana penelitian itu dilakukan. Bagian ini berisikan penjelasan mengenai metode penelitian, analisis data, variabel, hipotesis, dan pengambilan data. a. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan gambaran mengenai jenis dan bentuk penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Penentuan jenis dan bentuk penelitian tergantung juga pada perumusan masalah dan tujuian penelitian. Jika penelitian bertujuan untuk melihat hubungan antara dua
60

misalnya: I teach English everyday dan *She is having a big car. Aspek yang kedua berhubungan dengan kemampuan untuk mengahasilkan bentuk-bentuk bahasa yang layak (feasibility). Suatu kalimat yang terdiri dari beberapa kata dapat saja dianggap benar secara gramatikal, tetapi bila dikaji dari sisi proses bagaimana kalimat itu dibuat atau dihasilkan, maka kalimat tersebut bisa saja dianggap tidak layak, misalnya *The mouse the cat the dog the man the woman married beat chased ate had a white tail. Jadi kelayakan di sini lebih erat kaitannnya dengan proses bagaimana kalimat itu dihasilkan oleh akal pikiran seseorang. Aspek yang ketiga berkaitan dengan kemampuan untuk menghasilkan bentuk-bentuk bahasa yang tepat dan sesuai dengan konteksnya (appropriateness), misalnya *my baby is funny. Suatu kalimat bisa saja dianggap layak dan benar secara gramatikal, tetapi kalimat tersebut kurang atau bahkan tidak tepat. Aspek yang terakhir berhubungan dengan apakah makna yang terkandung dalam suatu kalimat itu benar-benar terjadi atau tidak (whether or not something is in fact done). Suatu kalimat dapat saja layak, tepat, dan benar secara gramatikal, tetapi tidak terjadi, misalnya *The king of America visited Indonesia last year. 2. Pendekatan Kebermaknaan Pendekatan kebermaknaan dalam pembelajaran bahasa merupakan pendekatan yang berorientasi pada kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran. Kebermaknaan bahan pelajaran mengacu pada bahan pelajaran yang berupa unit-unit bahasa yang didasari oleh makna. Jadi, makna atau pesan apa yang terkandung dalam bahasa merupakan bagian yang terpenting dalam berbahasa itu sendiri. Maknalah yang menentukan bentuk bahasa, bukan bentuk bahasa yang menentukan makna. Adapun kebermaknaan kegiatan pembelajaran mengacu pada relevansi kegiatan pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai (Huda, 1999: 93). Menurut Hadely (1994: 56-7), kebermaknaan dalam belajar bahasa itu
89

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

ketidakberartian kemampuan linguistik bila tidak ditunjang oleh kemampuan untuk menyesuaikan bentuk-bentuk bahasa dengan seluruh masukan informasi baik yang bersifat linguistik maupun paralinguistik. Communicative competence may be defined as the ability to function in a truly communicative setting, that is in a dynamic exchange in which linguistic competence must adapt itself to the total informational input, both linguistic and paralinguistic of one or more interlocutors (Hadley, 1994: 4). Posisi kemampuan linguistik sebagai salah satu unsur kemampuan komunikatif juga diutarakan oleh Munby. Dalam pandangannya, selain kemampuan linguistik, kemampuan komunikatif mencakup kemampuan-kemampuan lain, seperti kemampuan retorik, kemampuan interpretatif, dan pemahaman makna ujaran berdasarkan konteks yang melatarbelakanginya. It seems clear that communicative competence includes the ability to use linguistic forms to perform communicative acts and to understand the communicative functions of sentences and their relationship to other sentences. This happens at the level of discourse and involves interalia, knowledge of rhetorical rules of use that governs the patterning of such acts, the interpretative strategies of the language users and also contextual meaning of utterances (Munby, 1978: 26). Secara jelas beberapa pandangan tersebut menunjukkan bahwa selain kemampuan linguistik ada beberapa kemampuan atau faktor lain yang turut membangun kemampuan komunikatif seseorang. Mengenai hal ini, Hymes (1979: 14) berpandangan bahwa kemampuan komunikatif itu terbentuk oleh empat aspek atau kemampuan yang terpadu. Aspek yang pertama berkenaan dengan kemampuan untuk menghasilkan dan membedakan bentuk-bentuk bahasa yang gramatikal atau tidak gramatikal (whether or not something is possible),
88

variabel atau lebih, metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional; sebaliknya jika penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh atau efek suatu variabel terhadap variabel lainnya, maka metode yang digunakan adalah eksperimen. Adapun dalam penelitian kualitatif, metode-metode yang sering digunakan antara lain adalah deskriptif, historis, eksploratif atau naturalistik. Jadi, metode penelitian yang akan digunakan ditentukan oleh tujuan dan perumusan masalah penelitian. b. Analisis Data Analisis data berkaitan dengan cara bagaimana data yang terkumpul dianalisis untuk dijadikan landasan dalam penafsiran hasil penelitian. Analisis data dapat dibedakan menjadi dua, yakni analisis data kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif berkenaan dengan penggunaan statistik-statistik tertentu untuk pengujian hipotesis yang telah ditentukan, seperti statistik korelasi, uji-F, uji-t, Chisquare, dan lain-lain. Adapun analisis data kualitatif berkaitan dengan kajian secara kritis dan tajam terhadap data kualitatif yang ditinjau dari berbagai macam sudut pandang berlandaskan pendekatan atau teori-teori yang relevan. c. Hipotesis Penelitian Umumnya, hipotesis penelitian hanya terdapat pada penelitian kuantitatif; sedangkan pada penelitian kualitatatif hipotesis penelitian terumuskan secara implisit pada pertanyaan penelitian yang berfungsi sebagai acuan kerja pelaksanaan penelitian. Dengan kata lain, dalam penelitian kuantitatif, kegiatan penelitian ditujukan pada upaya pengujian atau pembuktian teori atau hipotesis; sebaliknya, dalam penelitian kualitatif seluruh kegiatan penelitian diarahkan pada penemuan teori atau hipotesis. Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara mengenai problem yang telah ditetapkan dalam perumusan masalah. Jawaban sementara yang
61

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

diturunkan dari kerangka teori bisa bersifat positif (hipotesis alternatif) atau negatif (hipotesis nol) yang dapat dirumuskan secara statistik dan verbal. Masalah penelitian yang berbunyi apakah ada hubungan antara IQ dengan kemampuan apresiasi puisi kontemporer bahasa Inggris melahirkan hipotesis penelitian sebagai berikut. Hipotesis nol berbunyi tidak ada hubungan yang berarti antara IQ dengan kemampuan apresiasi puisi kontemporer bahasa Inggris; sedangkan hipotesis alternatif berbunyi ada hubungan yang berarti antara IQ dengan kemampuan apresiasi puisi kontemporer bahasa Inggris. d. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan salah satu ciri yang harus dipenuhi oleh penelitian kuantitatif. Variabel penelitian yang diturunkan dari hipotetsis, dapat dikatakan sebagai ciri-ciri yang bersifat variatif yang dimiliki responden yang biasanya menjadi fokus dalam penelitian, seperti kemampuan apresiasi puisi kontemporer mahasiswa. Kemampuan apresiasi puisi kontemporer yang berbeda antara seorang mahasiswa dengan mahasaiswa lainnya itulah yang dinamakan dengan variabel. Secara umum, variabel penelitian dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni variabel bebas dan terikat. Variabel bebas berarti variabel yang mempengaruhi variabel terikat; atau terjadinya perubahan dalam variabel terikat banyak ditentukan oleh variabel bebas. Variabel penelitian lebih banyak ditemukan dalam penelitian kuantitatif daripada kualitatif. e. Pengambilan Data Pengambilan data merupakan tahapan penelitian yang terpusatkan pada upaya-upaya pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pengambilan data ini meliputi pengembangan instrumen dan cara pengambilan data. Instrumen penelitian berhubungan dengan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan.
62

kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melalukukan sesuatu (Suwito, 2003). Berkaitan dengan Program Studi Bahasa Inggris, komptensi yang diharapkan dikuasai mahasiswa adalah bagaimana menggunakan bahasa Inggris sesuai dengan konteks komunikasinya. Kemampuan tersebut biasanya disebut dengan kemampuan komunikatif. Huda (1999: 93) mengatakan bahwa kemampuan komunikatif merupakan kemampuan untuk menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi dalam situasi yang sebenarnya. Mahasiswa, dalam hal ini, tidak dituntut untuk menghasilkan bentuk-bentuk bahasa yang benar secara gramatikal saja; tetapi justru diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk menggunakan bentuk-bentuk bahasa tersebut sesuai dengan tujuan komunikasi atau untuk mengungkapkan fungsi-fungsi bahasa yang ingin disampaikan. Penguasaan kemampuan komunikatif secara benar tidak hanya tertumpu pada kemampuan linguistik saja, tetapi juga mencakup kemampuan lain yang mengarahkan seseorang untuk memilih bentuk-bentuk bahasa mana yang sesuai dengan konteksnya. Kemampuan ini biasanya disebut dengan kemampuan pragmatik yang memungkinkan seseorang untuk melakukan interaksi komunikatif secara lebih efektif. Ellis (1994: 13) mengatakan: Communicative competence includes the knowledge the speaker-hearer has of what constitutes appropriate as well as correct language behavior and also of what constitutes effective language behavior in relation to particular communicative goals. That is, it includes both linguistic and pragmatic knowledge. Meskipun tidak dinyatakan secara explisit sebagai kemampuan pragmatik, pandangan lain juga mengisyaratkan
87

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

4. 5.

6.

merumuskan peran mahasiswa dalam kegiatan belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi; merumuskan peran bahan ajar dalam penyelenggaraan kegiatan belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi; dan mengembangkan prosedur dan teknik-teknik pengajaran yang harus dikembangkan dalam kegiatan belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi.

E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah keilmuan dalam bidang pengajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi, sehingga dapat memperkaya pola-pola pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing pada umunya. Secara khusus penelitian ini dapat dijadikan, oleh semua pihak terkait, sebagai pijakan dalam pengambilan keputusan dan penyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi di perguruan tinggi agama Islam negeri dan swasta di Indonesia. F. Kajian Teoretis Pada bagian ini, terdapat tiga hal yang perlu dibahas, yakni pengertian kompetensi berbahasa, pendekatan kebermaknaan, dan teori belajar bahasa. 1. Kompetensi Berbahasa Secara umum, kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pada hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan keragaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kurikulum itu menekankan hasil atau kompetensi apa yang harus dikuasai mahasiswa bila telah menyelesaikan studinya. Kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
86

Instrumen penelitian terdiri dari dua jenis, yakni tes dan nontes. Instrumen yang berbentuk tes digunakan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik responden, seperti kemampuan membaca, IQ, kecepatan lari, atau daya tahan tubuh; sedangkan instrumen yang berbentuk nontes digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan kemampuan afektif responden, seperti sikap atau pandangan mengenai suatu masalah. Khusus untuk penelitian kualitatif, diri peneliti sendiri relatif lebih banyak berfungsi sebagai instrumen penelitian mengingat keterlibatan peneliti secara langsung dalam pengambilan data menjadikan informasi yang diterima lebih bermankna. Dengan kata lain peneliti sendirilah yang lebih tahu terhadap data yang akan diambil. Selain pengembangan instrumen, hal lain yang perlu diperhatikan adalah cara bagaimana data diambil dengan instrumen yang telah dibuat. Pada bagian ini perlu dijelaskan secara prosedural bagaimana data diambil, siapa saja yang terlibat di dalamnya, dan bagaimana situasinya. f. Populasi dan Sampel Populasi dan sampel berkaitan dengan entitas atau orang yang terlibat dalam penelitian. Populasi berarti keseluruhan entitas yang mencakup siapa atau apa saja kepadanya hasil penelitian itu digeneralisasikan; sedangkan sampel merupakan sebagian anggota populasi yang menjadi subjek penelitian atau yang terlibat dalam penelitian. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan sampel, seperti random, purposive, cluster, systematic, atau snowball sampling. g. Unit Analisis Unit analisis ini tidak muncul pada penelitian kuantitatif, tetapi lebih populer dalam penelitian kualitatif. Unit analisis merupakan keseluruhan entitas dengan seluruh unsur terkaitnya yang menjadi fokus kajian dalam penelitian.
63

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Unit analisis ini bisa berupa personal baik individual maupun kolektif, nonpersonal, atau institusional. Jika pertanyaan penelitian berbunyi bagaimanakah peran Sutan Takdir Ali Syahbana dalam pembangunan sastra Indonesia setelah kemerdekaan Republik indonesia, maka unit analisnya adalah Sutan Takdir Ali Syahbana itu sendiri. Jika penelitian berkaitan dengan kesalahan gramatikal yang dibuat mahasiswa dalam penulisan skripsi bahasa Inggris, maka unit analisisnya adalah seluruh skripsi mahasiswa yang ditetapkan subjek dalam penelitian. Namun, apabila masalah penelitian berhubungan dengan bagaimana suatu lembaga pendidikan menyelenggarakan kegiatan pendidikan, maka unit analisisnya adalah lembaga pendidikan itu secara keseluruhan. 8. Waktu dan Tempat Waktu dan tempat berkaitan dengan dimensi waktu dan tempat penelitian diselenggarakan. Dimensi waktu menunjukkan masa kapan penelitian itu dilasanakan dan periodisasinya; sedangkan dimensi tempat menunjukkan lokasi tempat penelitian itu dilaksanakan. Berkenaan dengan waktu penyelenggaraannya, kegiatan penelitian dapat direncanakan secara bertahap, yang meliputi persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, penulisan laporan, dan seminar, yang masing-masing dapat memuat beberapa kegiatan yang lebih rinci.
NO 1 2 3 4 5 Tabel 4. Jadual Kegiatan Penelitian BULAN KEGIATAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL Persiapan Pengumpulan data Analisis data Penulisan laporan Seminar

dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan peneltian yang lebih spesifik, yakni: 1. Bagaimanakah silabus matakuliah bahasa Inggris yang harus dikembangkan sebagai bentuk implementasi kurikulum berbasis kompetensi? 2. Bagaimanakah kegiatan belajar bahasa Inggris yang harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip kurikulum berbasis kompetensi? 3. Bagaimanakah peran dosen di dalam penyelenggaraan kegiatan belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi? 4. Bagaimanakah peran mahasiswa dalam kegiatan belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi? 5. Bagaimanakah peran bahan ajar dalam penyelenggaraan kegiatan belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi? 6. Bagaimanakah prosedur dan teknik-teknik pengajaran yang harus dikembangkan dalam kegiatan belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pertanyaan penelitian tersebut, tujuan umum yang ingin dicapai adalah pengembangan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi di PTAIN. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1. mengembangkan silabus matakuliah bahasa Inggris yang sesuai dengan prinsip-prinsip kurikulum berbasis kompetensi; 2. mengembangkan kegiatan belajar bahasa Inggris yang sesuai dengan prinsip-prinsip kurikulum berbasis kompetensi; 3. merumuskan peran dosen di dalam penyelenggaraan kegiatan belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi;

64

85

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

tidak banyak tergantung pada stimulus dari luar, tetapi lebih banyak melibatkan akal pikiran dan inisiatif seseorang itu sendiri. Akal pikiran, dalam hal ini perkembangan kognitifnya, merupakan pijakan utama di dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran (Anonymous/gagne, 2003: 1). Adapun teori belajar Humanisme memandang bahwa pembelajaran itu merupakan suatu proses alamiah dimana seseorang dengan sifat-sifatnya, baik sebagai mahluk individual maupun sosial, memiliki keterlibatan yang aktif di dalam penentuan proses kehidupan yang dilaluinya. Pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seseorang, tetapi juga oleh faktorfaktor dari luar yang berasal dari masyarakat. Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bila sesuai dengan minat dan keinginan seseorang yang banyak dipengaruhi oleh kehidupan sosialnya. Dengan kata lain, pembelajar harus diperlakukan sebagai mahkluk yang utuh secara fisik, mental, dan intelektual (Anonymous/rogers, 2003: 1). B. Fokus Penelitian Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam bentuk kegiatan pembelajaran di PTAIN menimbulkan persepsi dan penafsiran yang beragam, sehingga muncul banyak model yang kurang atau bahkan tidak merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum. Oleh karena itu, Penelitian ini akan dikonsentrasikan pada upaya peneemuan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi yang dapat dijadikan ukuran standar bagi PTAIN dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran atau perkuliahan. C. Pertanyaan Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian yang utama adalah Bagaimanakah model pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi yang dapat dikembangkan di PTAIN?. Selanjutnya pertanyaan tersebut
84

9. Biaya Biaya juga merupakan kompenen perencanaan penelitian yang harus dipertimbangkan secara masak agar penelitian dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Komponen pembiayaan yang harus diperhatikan mencakup honor/upah, transportasi, alat-alat, bahan-bahan, alat tulis dan kantor, akomodasi dan konsumsi, dan biaya takterduga lainnya. 10. Daftar Kepustakaan Daftar kepustakaan memuat seluruh bahan-bahan referensi yang digunakan dalam penyusunan proposal. Bahanbahan referensi tersebut diambil dari berbagai sumber dan publikasi terkini. Kelengkapan referensi ini akan menunjang kelayakan penelitian untuk dilaksanakan.

65

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

8 PROPOSAL PENELITIAN KORELASIONAL

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KORELASI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI, PEMAHAMAN SILANG BUDAYA, DAN KEMAMPUAN KOMUNIKATIF BAHASA INGGRIS SISWA SMAN DI JAKARTA

TIM

perkuliahan yang efektif dan efisien yang berbasis pada kompetensi yang diharapkan dikuasi mahasiswa. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam bentuk kegiatan pembelajaran atau perkuliahan masih menimbulkan banyak persepsi dan penafsiran, sehingga belum dapat dihasilkan suatu standar yang dapat dijadikan acuan penilaian keberhasilan program studi khususnya dalam penyelenggaraan pembelajaran dan perkuliahan bagi mahasiswa. Dosen masih dihadapkan pada usaha-usaha pencarian bentuk atau model pembelajaran yang dapat mengakomodasi nilai-nilai dan harapan yang terdapat pada kurikulum tersebut. Untuk mengeliminir kekeliruan implementattif itu, perlu ditemukan solusi yang tepat. Salah satunya adalah Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Kompetensi. Model pembelajara ini menggunakan pendekatan kebermaknaan (Meaningfulness Approach) yang mengedepankan aspek kebermaknaan bahan pelajaran dan kebermaknaan kegiatan pembelajaran (Huda, 1999: 142-3). Bahan pelajaran dipilih dan digradsi sesuai dengan kebutuhan mahasiswa yang disampaikan melalui kegiatan pembelajaran yang bermakna yang tidak hanya mengandalkan aspek hafalan saja. Selain itu model pembelajaran berbasis kompetensi ini juga harus didasarkan oleh tiga teori belajar bahasa, yakni Kognitivisme, Behaviorisme, dan Humanisme. Teori belajar Behaviorisme memandang bahwa pembelajaran merupakan perubahan pada prilaku seseorang yang tampak sebagai akibat dari pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan. Terjadinya pembelajaran disini lebih banyak tergantung pada pihak luar yakni lingkungan sekitar, bukan pada diri seseorang itu sendiri (Anonymous/Skinner, 2003: 1). Berbeda dengan teori belajar Behaviorisme, Teori belajar Kognitivisme menekankan keterlibatan aktif akal pikiran dalam kegiatan pembelajaran. Terjadinya pembelajaran di sini
83

66

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

beberapa semester di perguruan tinggi, para lulusan perguruan tinggi masih belum dapat menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris lisan dan tulisan secara baik. Mahasiswa cenderung menggunakan waktu sebagai ukuran keberhasilan bukan kompetensi. Mahasiswa yang mampu mengumpulkan lebih banyak angka kredit dalam waktu yang relatif lebih singkat dianggap sebagai mahasiswa yang berhasil (Azra, 2003). Pengumpulan angka kredit dan durasi waktu belajar yang menjadi ukuran standar keberhasilan mahasiswa merupakan dampak dari kurikulum yang berlaku selama ini. Pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi di perguruan tinggi melalui SK Mendiknas No. 045/2002 merupakan awal perubahan arah kebjikan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi. Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi inilah kegiatan pembelajaran dan perkuliahan diarahkan pada hasil atau kemampuan apa yang harus dimiliki mahasiswa setelah menyelesaikan perkuliahannya. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh kemampuan-kemampuan atau kompetensi tertentu sesuai dengan bidang keahliannya. Kompetensi dapat diartikan sebagai tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK mendiknas, No. 045/2002). Jadi, mahasiswa yang mengambil Program Studi Bahasa Inggris, umpamanya, harus memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik dan benar sebagai tuntutan yang harus dipenuhi dalam bidang keahliannya. Berbekal kemampuan atau kompetensi yang dimiliki, mahasiswa diharapkan memiliki nilai komparatif dan kompetitis yang tinggi pada era globalisasi dewasa ini. Untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan, Program Studi Bahasa Inggris harus dapat mengimplementasikan Kurikukulum Berbasis Kompetensi dalam bentuk kegiatan pembelajaran atau
82

A. Latar Belakang Masalah Pada era global ini, peranan bahasa Inggris dalam berbagai aspek kehidupan menjadi lebih dominan dan sangat penting. Penggunaan bahasa tersebut menyentuh dalam dunia ilmu, teknologi, perdagangan, politik, kebudayaan, dan hubungan antarnegara, baik secara bilateral maupun multilateral. Dalam kehidupan sehari-hari, umpamanya, seseorang selalu bersinggungan dengan bahasa itu, baik melalui media cetak, seperti koran, majalah, jurnal dan buku-buku ilmiah lainnya; media elektronik seperti televisi, radio, internet; maupun melalui interaksi komunikatif langsung dengan orang asing yang menggunakan bahasa tersebut. Memperhatikan peranan tersebut, pemerintah Indonesia memberikan prioritas utama terhadap bahasa Inggris untuk dipelajari atau dikembangkan sebagai bahasa asing. Sebagai bahasa asing, bahasa Inggris tidak dapat digunakan sebagai alat komunikasi dalam kegiatan pemerintahan, pendidikan, politik, dan bidang-bidang lain yang melibatkan masyarakat secara luas. Meskipun demikian, pengajaran bahasa tersebut tetap dilaksanakan secara optimal agar tujuan matapelajaran tersebut tercapai. Adapun tujuan utama pengajaran bahasa Inggris di SMA adalah pengembangan kemampuan komunikatif berbahasa Inggris lisan dan tulis (Diknas, 2003: 6). Kemampuan komunikatif bahasa Inggris yang harus dikuasai siswa terbentuk oleh empat sub-kemampuan, yaitu kemampuan linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan strategis (Hymes, 1979: 14). Kemampuan linguistik berkenaan dengan penguasaan siswa terhadap kaedah-kaedah bahasa yang memungkinkannya memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat berbahasa Inggris yang gramatikal. Kemampuan wacana berhubungan dengan penguasaan siswa terhadap konteks situasi yang melatar-belakangi suatu peristiwa komunikasi. Kemampuan sosiolinguistik berkenaan dengan kemampuan siswa untuk
67

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

melihat dan mengantisipasi dengan siapa mereka berkomunikasi, sedangkan kemampuan strategis bersentuhan dengan kemampuan siswa untuk memilih dan menggunakan strategi komunikasi untuk menyampaikan pesan yang dimaksudkan secara efektif. Selain itu, untuk menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris, seorang siswa dituntut untuk memiliki motivasi berprestasi sebagai bagian dari aspek psikologis yang banyak menyemangati siswa untuk meraih kesuksesan melalui kemampuannya untuk mengatasi berbagai masalah dan kesulitan dalam belajar (Back, 1990: 291), dan dituntut pula untuk mengusai perbedaan budaya berbahasa Inggris dengan budaya berbahasa Indonesia. Motivasi berprestasi mendorong siswa untuk terus-menerus berusaha semaksimal mungkin untuk menguasai bahasa Inggris melalui berbagai cara belajar efektif. Sedangkan penguasaan silang budaya akan banyak membantu siswa bagaimana menghasilkan bentuk-bentuk bahasa Inggris yang benar-benar komunikatif. Siswa tidak akan terjebak dalam bahasa Inggris berstruktur dan berbudaya bahasa Indonesia yang seringkali menimbulkan kesalahpahaman, dan bahkan gagalnya komunikasi. Sejauh ini, sebagian besar siswa SMAN di Jakarta belum menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris yang benar. Masih banyak terdengar ungkapan bahasa Inggris thank you yang dijawab dengan thank you back; dan you look very beautiful yang dijawab dengan oh no, I am not dan sebagainya. Jawaban yang diberikan siswa menunjukkan bahwa mereka tidak memahami budaya berbahasa penutur asli bahasa Inggris, sehingga menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan kegagalan komunikasi. Selain itu, contoh ungkapan-ungkapan berbahasa Inggris tersebut diduga dihasilkan oleh siswa-siswa yang tidak memiliki motivasi berprestasi. Mereka cenderung tidak ingin mendalami bahasa Inggris dengan tekun, karena mereka berfikir bahwa bahasa Inggris tidak bersentuhan dengan bidang kajian dan pekerjaan yang akan mereka tekuni.
68

A. Latar Belakang Pada era global ini, peranan bahasa Inggris dalam berbagai aspek kehidupan menjadi lebih dominan dan sangat penting. Penggunaan bahasa tersebut menyentuh dan merebak luas dalam dunia ilmu, teknologi, perdagangan, politik, kebudayaan, dan hubungan antarnegara, baik secara bilateral maupun multilateral. Dalam kehidupan sehari-hari, umpamanya, seseorang selalu bersinggungan dengan bahasa ini, baik melalui media cetak, seperti koran, majalah, jurnal dan buku-buku ilmiah lainnya; media elektronik seperti televisi, radio, internet; maupun melalui interaksi komunikatif langsung dengan orang asing yang menggunakan bahasa itu. Memperhatikan peranan tersebut, pemerintah Indonesia memberikan prioritas utama terhadap bahasa Inggris untuk dipelajari atau dikembangkan sebagai bahasa asing. Sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, di Indonesia bahasa tersebut merupakan bahasa asing pertama dari beberapa bahasa asing lainnya yang dapat diajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Kebijakan itu tertuang dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.096/1967 tanggal 12 Desember 1967 yang menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang pertama di Indonesia (Kartono, 1981: 126). Sebagai bahasa asing, bahasa Inggris tidak digunakan sebagai alat komunikasi dalam kegiatan pemerintahan, pendidikan, politik, dan bidang-bidang lain yang melibatkan masyarakat secara luas (Brown, 1994: 182). Pada satu pihak, kebijakan ini memperkokoh kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dan nasional yang harus digunakan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat secara luas; di pihak lain, kebijakan itu relatif menghambat perkembangan pembelajaran dan pengajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Tidak dapat dipungkiri, meskipun sudah belajar bahasa ini selama beberapa tahun di sekolah menengah atas dan
81

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

9 PROPOSAL PENELITIAN EKPLORATIF

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat kemampuan komunikatif bahasa Inggris banyak dipengaruhi oleh motivasi berprestasi siswa dalam belajar dan pemahaman siswa terhadap budaya berbahasa Inggris atau pemahaman silang budaya. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta. Untuk membuktikan kebenaran asumsi tersebut dan melihat berapa besar kontribusi motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta, penelitian korelasional perlu segera dilakukan agar dapat diputuskan suatu kebijakan terhadap pengembangan matapelajaran bahasa Inggris secara komunikatif. B. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diduga bahwa kemampuan komunikatif bahasa Inggris berkaitan erat dengan beberapa faktor seperti pemahaman silang budaya, motivasi berprestasi, dan situasi belajar. Supaya lebih terfokus penelitian ini hanya dibatasi pada upaya pencarian bukti-bukti empiris berkenaan dengan hubungan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif Inggris siswa SMAN di DKI Jakarta. C. Perumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah di atas, beberapa masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta? 2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta?
69

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN EKSPLORATIF

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS KOMPETENSI DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

TIM PENELITI

80

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

3. Secara bersama-sama, apakah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta? 4. Berapa besarkah kontribusi motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta? D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris tentang hubungan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta. Sacara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti-bukti empiris tentang: 1. hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta; 2. hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta; 3. hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta; 4. besarnya kontribusi motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta. E. Manfaat Penelitian Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris; dan mempertegas keterkaitan ketiganya di dalam pengembangan bahan pelajaran bahasa Inggris untuk siswa menegah atas.
70

Ellis, Rod. The Study of Second Language Acquisition. Oxford: OUP, 1994 Hadley, A.O. Teaching Language in Context. Boston: Heile Publisher, 1993 Hymes,. D.H. On Communicative Competence, The Communicative Approach to Language Teaching, eds. C. J. Brumfit and K. Johnson. Oxford: OUP, 1979. Nuril Huda, Language Learning and Teaching. Malang: IKIP M Publisher, 1999. Kartono, Giri Kedudukan dan Fungsi Bahasa Asing di Indonesia, Politik Bahasa Nasional 2, ed. Amran Halim. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1981. Munby ,John. Communicative Syllabus Design Cambridge: CUP, 1978

79

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

6. Populasi dan Sample Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMAN di Jakarta; dan yang menjadi sampelnya adalah 250 orang siswa kelas II yang diambil secara acak dari beberapa SMAN di lima wilayah Jakarta. H. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan berlangsung selama tujuh bulan, sejak Januari hingga Juli 2004 di beberapa SMAN di DKI Jakarta. Penelitian ini dibagi dalam tiga tahap: a) penyusunan rancangan dan instrumen penelitian; b) pencarian data; dan c) analisis data dan pelaporan.
NO 1 2 3 4 5 KEGIATAN Persiapan Pengumpulan data Analisis data Penulisan laporan Seminar BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL V V V V V V V V

Ditinjau dari segi sosial, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, di dalam pengembangan kurikulum dan bahan pelajaran bahasa Inggris untuk SMA; dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para guru bahasa Inggris di SMA dalam pengembangan kegiatan belajar dan bahan pelajaran bahasa Inggris berbasis pada pemahaman silang budaya dan perhatian terhadap motivasi berprestasi yang dapat meningkatkan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapar dijadikan sebagai pijakan dalam penyelenggaraan penelitian lanjutan tentang hubungan antara pemahaman silang budaya, motivasi berprestasi, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMA. F. Kajian Teoretis Berdasarkan paparan tujuan penelitian yang diharapkan, terdapat tiga hal yang perlu dikaji secara teoretis, yakni kemampuan komunikatif, pemahaman silang budaya dan motivasi berprestasi. 1. Kemampuan Komunikatif Pelajaran Bahasa Inggris di SMA bertujuan agar siswa dapat menggunakan bahasa Inggris sesuai dengan konteks komunikasinya. Kemampuan tersebut biasanya disebut dengan kemampuan komunikatif. Huda (1999:93) mengatakan kemampuan komunikatif merupakan kemampuan untuk menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi sesuai dengan situasi yang sebenarnya. Siswa, dalam hal ini, tidak hanya dituntut untuk menghasilkan bentuk-bentuk bahasa yang gramatikal saja; tetapi juga harus dapat menggunakan bentukbentuk bahasa tersebut untuk mengungkapkan fungsi-fungsi komunikatif bahasa yang ingin disampaikan. Mengenai hal ini, Hadley (1993: 4) mengatakan Communicative competence may be defined as the ability to function in a truly
71

I. Biaya Penelitian Penelitian ini direncanakan menelan biaya sebesar Rp. 30.000.000,- (Tiga puluh juta rupiah). Rincian biaya dapat tidak diberikan. J. Daftar Pustaka Sementara Ausubel, David A. Educational Psychology: A cognitive view. New York: Holt, Rinehart & Winston, 1968. Brown, H. Douglas Principles of Language Learning and Teaching. Englewood Cliffs: Prentice Hall Regents, 1994. Back, R.C. Motivation: Theories and Principles. New Jersey, Prentice Hall, 1990. Diknas, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMA dan MA Jakarta: Puskur Balitbang Diknas, 2002.
78

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

communicative setting, that is in a dynamic exchange in which linguistic competence must adapt itself to the total informational input, both linguistic and paralinguistic of one or more interlocutors. Penguasaan kemampuan komunikatif tidak hanya menuntut kemampuan linguistik saja, tetapi juga mencakup kemampuan lain yang mengarahkan seseorang untuk memilih bentuk-bentuk bahasa mana yang sesuai dengan konteksnya. Artinya, kemampuan linguistik saja tidak dapat membangun kemampuan komunikatif kecuali bila ditunjang oleh kemampuan untuk menyesuaikan bentuk-bentuk bahasa dengan seluruh masukan informasi, baik yang bersifat linguistik maupun paralinguistik. Secara spesifik, Munby (1978: 26) menjelaskan kemampuan lain yang harus dikuasai seseorang meliputi kemampuan retorik, kemampuan interpretatif, dan pemahaman makna ujaran berdasarkan konteks budaya yang melatarbelakanginya. Menambahkan pandangan tersebut, Hymes (1979: 14) menjelaskan empat komponen kemampuan komunikatif: 1) kemampuan untuk menghasilkan dan membedakan bentuk-bentuk bahasa yang gramatikal dan tidak gramatikal; 2) kemampuan untuk mengahasilkan bentuk-bentuk bahasa yang layak; 3) kemampuan untuk menghasilkan bentukbentuk bahasa yang tepat dan sesuai dengan konteksnya; dan 4) kemampuan untuk mengidentifikasi apakah makna yang terkandung dalam suatu kalimat itu benar-benar terjadi atau tidak. 2. Pemahaman Silang Budaya Sesuai dengan amanat yang terdapat dalam Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas, mata pelajaran bahasa Inggris meliputi beberapa aspek, yakni keterampilan berbahasa, unsur-unsur kebahasaan, aspek budaya yang terkandung dalam teks lisan dan tulis, dan aspek sastra yang berupa penghayatan dan apresiasi sastra (Diknas, 2003: 6). Secara jelas, pernyataan tersebut menuntut SMA dan
72

1) Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta; 2) Terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta; dan 3) Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta. 4. Variabel Penelitian Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, variabel dalam penelitian ini adalah: a) Variabel bebas: 1) motivasi berprestasi siswa SMAN di Jakarta (X1); 2) pemahaman silang budaya siswa SMAN di Jakarta (X2) b) Variabel terikat adalah kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta (Y). 5. Pengambilan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua instrumen, yaitu angket dan tes. Angket digunakan untuk mencari data tentang motivasi berprestasi; tes pemahaman silang budaya digunakan untuk menggali data tentang pemahaman terhadap perbedaan budaya berbahasa Inggris dan Indonesia; dan tes kemampuan komunikatif bahasa Inggris digunakan untuk mengukur kemampuan menggunakan bahasa Inggris secara komunikatif. Peneliti menyelenggarakan tes pemahaman silang budaya, kemampuan komunikatif bahasa Inggris, dan menyebarkan angket motivasi berprestasi pada sekolah-sekolah yang menjadi teampat penelitian selama tiga hari.
77

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

G. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini meliputi beberapa aspek penting dalam penelitian, seperti metode, analisis data, pengambilan data, dan hipotesis. 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang berusaha untuk membuktikan secara empiris hubungan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta. 2. Analisis Data Untuk melihat hubungan dan kontribusi motivasi berprestasi, dan pemahaman silang budaya terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa, penelitian ini menggunakan statistik korelasi dan regresi ganda untuk menganalisis data numerik yang berkaitan dengan ketiga variabel penelitian. 3. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. a) Hipotesis nol: 1) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta; 2) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta; dan 3) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa SMAN di Jakarta. b) Hipotesis alternatif:
76

guru bahasa Inggris untuk memberikan bahan pelajaran tentang aspek budaya sebagai satu kesatuan dengan bahasa sasaran yang harus diterima siswa, sehingga siswa dapat menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris secara benar. Budaya dapat diartikan sebagai pola pikir dan pola tindak yang mengatur seseorang bagaimana berbahasa dan bertindak di dalam lingkungan masyarakatnya. Brown menjelaskan bahwa budaya merupakan cara hidup bagaimana seseorang berada, berfikir, merasakan, dan berhubungan dengan orang lain dalam kelompok masyarakat tertentu. Di samping itu, budaya dapat juga dianggap sebagai perekat antara seseorang dengan yang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Culture is a way of life. Culture is the context within which we exist, think, feel, and relate to others. It is the glue that binds a group of people together (Brown, 1994: 164). Melengkapi pengertian budaya tersebut, Murdock (1961) menyebutkan beberapa ciri universal dari budaya, antara lain bahwa budaya merupakan hasil akal pikiran manusia; memudahkan manusia dan lingkungannya berinteraksi; dipelajari oleh seluruh anggota masyarakat; dan dialihkan kepada generasi berikutnya. Berdasarkan pengertian budaya di atas, dapat dikatakan bahwa pemahaman silang budaya merupakan penguasaan seseorang terhadap perbedaan budaya bertindak dan berbahasa ibu dengan bahasa asing yang sedang dipelajari. Dalam hal ini, dapat juga dikatakan pemahaman silang budaya merupakan upaya-upaya yang dilakukan seseorang untuk memahami pola berbahasa dan berprilaku masyarakat lainnya. Mempertegas pengertian itu, Thomas (1983: 89) mengatakan pemahaman silang budaya sebagai pemahaman tata cara berkomunikasi antara dua orang dengan latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda. Adapun berhubungan dengan pengajaran bahasa Inggris, aspek-aspek budaya yang perlu dipelajari oleh siswa menyangkut empat hal, yakni konvensi, konotasi, kondisioning, dan komprehensi (Hadley, 1993: 368-71).
73

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

Proposal Penelitian Bahasa & Sastra

3. Motivasi Berprestasi Dalam kehidupan sehari-hari, keberhasilan atau kegagalan seseorang untuk meraih sesuatu selalu dikaitkan dengan motivasi yang dimilikinya. Orang yang berhasil dianggap memiliki motivasi yang kuat untuk meraih keinginannya; sedangkan orang yang gagal dianggap tidak memiliki motivasi yang kuat untuk meraih cita-citanya. Motivasi, dalam hal ini, dianggap sebagai dorongan yang menggerakkan seseorang untuk meraih sesuatu. Dorongan itu dapat berbentuk respons fisik terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, seperti lapar dan rasa sakit; dan dorongan tersebut juga dapat berbentuk tujuan atau keinginan yang akan dicapai. Secara umum, pengertian motivasi yang banyak dipedomani berbunyi Motivation is commonly thought of as inner drive, impulse, emotions or disire that moves one to a particular action; or in more technical terms, motivation refers to the choices people make as to what experiences or goals they will approach or avoid, and the degree of effort they will exert in that respect (Brown, 1993: 132). Dalam pengertian tersebut dapat dipahami bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang menggerakkannya melakukan sesuatu untuk mencapai atau memenuhi keinginannya. Secara lebih rinci, Ausubel (1968: 368-9) menjelaskan enam jenis dorongan yang dimiliki oleh seseorang, yakni kebutuhan untuk: 1)menemukan sesuatu yang baru; 2) membiasakan diri; 3) melakukan pekerjaan; 4) didorong oleh pihak lain; 5) memperoleh pengetahuan; dan 6) diakui dan diterima oleh orang lain. Secara lebih mendalam, motivasi dapat diklasifikasikan berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda, seperti berdasarkan sumber dan tujuan. Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi instrinsik dan ekstrinsik; sedangkan berdasarkan tujuannya, motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi asimilatif, motivasi instrumental,
74

motivasi integratif, dan motivasi berprestasi. Di antara jenisjenis motivasi tersebut, motivasi berprestasi memegang peran yang sangat penting dalam keberhasilan siswa dalam belajar bahasa Inggris. Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai dorongan atau kecenderungan yang dimiliki siswa untuk mengatasi berbagai masalah dan kesulitan dalam belajar sebaik mungkin (Back, 1990: 291). Motivasi berprestasi mendorong siswa untuk terus-menerus berusaha semaksimal mungkin mencari berbagai cara dan strategi efektif untuk menguasai bahasa Inggris dengan baik. Motivasi berprestasi ini dapat ditumbuhkan melalui pemberian saran dan nasehat, pemberian latihan-latihan dan tugas-tugas bahasa yang menuntut siswa untuk terus berusaha; ataupun cara-cara lain yang dapat menyemangati siswa untuk melakukan berbagai tindakan untuk mengatasi masalah belajar yang dihadapi. 4. Kerangka Berfikir Sesuai dengan tinjauan pustaka tersebut, tampak bahwa kemampuan komunikatif berbahasa Inggris dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya. Motivasi berprestasi membimbing siswa untuk terus-menerus berusaha memecahkan bergam kesulitan belajar bahasa Inggris; sedangkan pemahaman silang budaya menentukan keberhasilan komunikasi yang menggunakan bahasa Inggris sebagai medianya. Pemahaman silang budaya ini lebih banyak menentukan keberterimaan bahasa Inggris secara sosial daripada gramatikal. Berdasarkan hal tersebut dapat diduga adanya hubungan yang berarti antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dengan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa. Bentuk hubungan tersebut dapat digambarkan, makin tinggi pemahaman silang budaya dan motivasi berprestasi siswa, makin tinggi pula kemampuan komunikatif bahasa Inggrisnya. Artinya, tinggi rendahnya kemampuan komunikatif bahasa Inggris banyak ditentukan oleh motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya.
75

You might also like