You are on page 1of 118

1

SKRIPSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BERMAIN LEMPAR DADU HURUF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS B SEMESTER I DI TAMAN KANAK-KANAK ELIM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Disusun Oleh : SRI MULYATI NIM X 5108526

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BERMAIN LEMPAR DADU HURUF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS B SEMESTER I DI TAMAN KANAK-KANAK ELIM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

OLEH: SRI MULYATI NIM: X5108526

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Mendapat gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahan dihadapan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Persetujuan pembimbing,

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. A.Salim Choiri, M.Kes NIP. 195709011982031002

Drs. Subagya,M.Si NIP.19601001012

iii

PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi peryaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari Tanggal : Rabu : 13 Oktober 2010

Tim Penguji Skripsi Ketua Sekretaris Anggota I Anggota II : Drs. Maryadi, M.Ag : Dra.B. Sunarti, M.Pd : Drs. Abdul Salim, M.Kes : Drs. Subagya, M.Si

Tanda tangan ............................................ ............................................ ............................................ ............................................

Disyahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dekan,

Prof.Dr. M. Furgon Hidayatullah, M.Pd NIP.19600727 1987021001

iv

ABSTRAK Sri Mulyati, UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BERMAIN LEMPAR DADU HURUF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS B SEMESTER I DI TAMAN KANAK-KANAK ELIM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, September 2010. Penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak yang mengalami keterlambatan berpikir/ tunagrahita pada kelas B Taman Kanak-Kanak Elim tahun pelajaran 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan menggunakan media bermain lempar dadu huruf yang mampu meningkatkan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran membaca, mampu memotivasi anak sehingga anak tidak merasa jenuh dalam belajar. Teknik analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya hasil prestasi kemampuan membaca anak dibandingkan, kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa nilai. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran dengan mengggunakan media bermain lempar dadu huruf dapat meningkatkan kemampuan anak dalam membaca permulaan, pada Anak Tunagrahita Kelas B semester I di Taman Kanak-Kanak Elim tahun pelajaran 2010/2011. . Kata kunci : Anak Tunagrahita, pembelajaran membaca, media lempar dadu huruf, meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

ABSTRACT Sri Mulyati, THE ATTEMPT OF IMPROVING THE BEGINNING READING COMPETENCY USING LETTER DICE THROWING GAME MEDIA IN THE MENTAL RETARDED B GRADERS OF SEMESTER I IN SRAGEN ELIM KINDERGARTEN IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, September 2010. This research aims to improve the beginning reading competency using letter dice throwing game media in the mental retarded B graders of semester I in Sragen Elim Kindergarten in the school year 2010/2011. The research method used was Classroom Action Research (CAR), the one conducted by the teacher in my class, using the letter dice throwing game media that can improve excitement in following the reading learning, can motivate children so that the children are not bored in learning. Technique of the analyzing data used was comparative analysis, meaning that the childrens reading competency achievement were compared, and then were described into a form of assessment data namely score. From the percentage described into teachers action predisposition and students reaction as well as learning achievement. From the classroom action research conducted, it can be concluded that learning using the letter dice throwing game media, it can improve the childrens competency in the beginning reading, for the mental retarded B graders of semester I in Sragen Elim Kindergarten in the school year of 2010/2011. Key word : Mental retarded, reading learning, letter dice throwing game media, improve the competency in the beginning reading.

vi

MOTTO: Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Kitab Injil Lukas, Isa almasih.

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Keluargaku tercinta Ayah dan Ibunda yang aku banggakan Saudara-saudaraku yang telah mendukungku Rekan-rekan di Taman Kanak-Kanak Elim yang memotivasiku FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tercinta

viii

KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kebaikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 2. Drs. R. Indianto, M.Pd Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes Ketua Program Studi Pendidikan Khusus sekaligus selaku pembimbing I yang telah memberikan petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 4. Drs. Subagya M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan petunjuk kepada penulis selama melaksanakan penelitian tindakan kelas. 5. Dobirson S. selaku Kepala Taman Kanak-Kanak Elim Sragen yang telah memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis. 6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian tindakan kelas ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. ix

10

Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa, dan menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Surakarta, September 2010 Penulis

11

DAFTAR ISI Halaman JUDUL............................................................................................................. PENGAJUAN................................................................................................... PERSETUJUAN............................................................................................... PENGESAHAN................................................................................................ ABSTRAK........................................................................................................ MOTTO............................................................................................................. PERSEMBAHAN............................................................................................ KATA PENGANTAR..................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN............................................................................ A. Latar Belakang Masalah.............................................................. B. Rumusan Masalah...................................................................... . C. Tujuan Penelitian....................................................................... . D. Manfaat Hasil Penelitian............................................................ . BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN................... . A. Kajian teori.................................................................................. 1. Anak Tunagrahita................................................................. a. Pengertian Anak Tunagrahita............................................ b. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita............................... .. c. Klasifikasi Anak Tunagrahita............................................ 4 6 8 i ii iii iv v vii viii ix xi 1 1 3 3 3 4 4

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiv

d. Karakteristik Anak Tunagrahita......................................... 10 e. Pendidikan Anak Tunagrahita............................................ 12 f. Pembelajaran Anak Tunagrahita Pada kelas Inklusif......... 14 2. Tinjauan Tentang Membaca Permulaan................................ 16 a. Pengertian Membaca...................................................... .. 16 b. Tujuan Membaca............................................................ .. 17 xi

12

c. Pengertian Membaca Permulaan.................................... .. 18 d. Tahap pelaksanaan Membaca Permulaan......................... 19 e. Metode Pengajaran Membaca ....................................... f. Pembelajaran Membaca Anak Tunagrahita..................... ........................................................................................ 22 3. Tinjauan tentang Media Permainan Lempar Dadu Huruf..... a. Pengertian Media ........................................................... b. Pengertian Media Lempar Dadu Huruf........................... 24 c. Fungsi Media Permainan Lempar Dadu Huruf.............. d. Kelemahan dan Kelebihan Permainan Lempar Dadu Huruf................................................................................ e. Langkah-langkah Pengajaran dengan Menggunakan Media Permainan Lempar Dadu Huruf........................... f. Penerapan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Lempar Dadu Huruf pada Anak Tunagrahita................... B. Kerangka Berfikir....................................................................... C. Hipotesis Tindakan .................................................................... BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... A. Setting Penelitian........................................................................ B. Subyek Penelitian....................................................................... C. Data dan Sumber Data............................................................... D. Teknik Pengumpulan Data......................................................... E. Validitas dan Reliabilitas Instrumens......................................... F. Validitas Data............................................................................. G. Tehnik Analisis Data.................................................................. H. Indikator Kinerja........................................................................ I. Prosedur Penelitian..................................................................... BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ A. Pelaksanaan Penelitian................................................................48 1. Deskripsi Kondisi Awal......................................................... xii 48 30 31 33 34 34 34 35 36 41 42 43 43 44 47 29 27 25 23 23 21

13

2. Pelaksanaan Siklus I............................................................... a. Perencanaan........................................................................

52 52

b. Tindakan ............................................................................. 52 c. Pengamatan.......................................................................... 53 d. Refleksi................................................................................ 56 3. Pelaksanaan Siklus II.............................................................. 56 a. Perencanaan........................................................................ 56 b. Tindakan.............................................................................. 57 c. Pengamatan.......................................................................... 58 d. Refleksi ............................................................................... 60 B. Hasil Penelitian............................................................................ 60 C. Pembahasan hasil Penelitian......................................................... 63 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 66 A. SIMPULAN................................................................................... 66 B. SARAN......................................................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 68 LAMPIRAN ...................................................................................................... 71

xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak memiliki hak untuk memperoleh pendidikan, baik bagi anak normal maupun anak yang mengalami kelainan atau berkebutuhan khusus. Pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dewasa ini mengalami kemajuan yang baik. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memperoleh kesempatan yang lebih luas dalam memperoleh layanan pendidikan. Mereka tidak harus menempuh jarak yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya menuju ke Sekolah Luar Biasa (SLB) yang biasanya terdapat di kota kabupaten. Dewasa ini pelayanan pendidikan bagi anak berkelainan sudah mulai masuk ke desa-desa. Pelaksanaan pendidikan inklusi merupakan jawaban dari kebutuhan pelayanan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus. Mereka dapat belajar bersama-sama dengan anak normal seusianya dalam satu sekolah yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pelaksanaan pendidikan inklusif diharapkan mampu membawa dampak yang positif bagi anak berkebutuhan khusus, baik segi akademik, mental maupun sosial. Demikian juga bagi anak normal, dengan adanya sekolah inklusif diharapkan mampu belajar menerima dan memahami keadaan sesamanya yang berkekurangan sebagai bagian ciptaan Tuhan, mengucap syukur karena Tuhan menciptakan dirinya dengan keadaan normal, mampu belajar kelebihan orang lain, karena anak berkebutuhan khusus tidak jarang memiliki kelebihan atau bakat yang tidak dimiliki anak normal lainnya. Taman Kanak-Kanak Elim merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menampung anak normal maupun anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dalam satu kelas. Dua belas persen dari siswa Taman Kanak-Kanak Elim adalah Anak Berkebutuhan Khusus ABK). Keberadaan anak yang berkebutuhan khusus ini tidak membuat teman normal lainnya tergannggu. Setiap anak mampu menerima satu dengan yang lain tanpa saling merendahkan atau mengejek. Penanaman karakter sangat ditekankan pada setiap pembelajaran.

Kegiatan bermain sambil belajar pada Taman Kanak-kanak Elim Sragen berjalan sangat antusias dan sangat baik, sehingga anak mengalami perkembangan yang sangat baik. Hasil penilaian dalam belajar anak-anak rata-rata menunjukan nilai bintang 5 ataupun bintang 4. Bintang 5 memiliki bobot nilai 9-10 baik dalam kognitif, perilaku, psikomotor maupun seni. Dalam hal kognitif yakni kemampuan membaca permulaan juga menunjukkan hal sangat menggembirakan bahkan banyak diantara siswa di Taman Kanak-kanak Elim rata-rata sudah mampu membaca dengan lancar. Dua diantara 16 dari siswa di Taman Kanak-kanak Elim mengalami keterlambatan di dalam berbagai kegiatan bermain dan belajar, termasuk dalam membaca, kedua siswa ini mengalami ketertinggalan yang sangat jauh dengan siswa yang lain. Hasil penilaian untuk kemampuan membacanya, anak memiliki nila rata-rata bintang 1 atau 2, yaitu dengan bobot nilai 1 2 untuk bintang 1 dan 3 -4 untuk bintang 2. Hal tersebut juga mempengaruhi kepercayaan diri yang kurang terhadap anak. Anak sering merasa minder, malu, bahkan menangis saat teman-temannya mengolok-olok. Anak sangat sulit dalam membaca kata, bahkan beberapa huruf masih sering salah dibacanya, kadang belum mengerti, lupa, kadang keliru membaca dengan huruf yang bentuknya hampir sama. Contohnya: u dangan v, d dengan b, m dengan n dan lain sebagainya. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan tindakan untuk menolong kedua anak tersebut, yaitu memperbaiki proses pembelajaran yang membuat anak menjadi tertarik, tidak jenuh sehingga anak ingin terus dan terus melakukan hingga anak mampu membaca dengan baik dan lancar seperti teman-teman yang lainnya. Untuk itu , maka penulis berusaha untuk mencari dan menemukan solusi dengan mengadakan penelitian tindakan kelas dengan Judul UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BERMAIN LEMPAR DADU HURUF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS B SEMESTER I DI TAMAN KANAK- KANAK ELIM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

A. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi di kelas B Taman Kanak-kanak Elim Sragen, yakni belum tercapainya nilai maksimum membaca permulaan pada 2 anak yang mengalami keterlambatan maka penulis dapat merumuskan masalah, yaitu apakah penggunaan media bermain lempar dadu huruf dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada kelas B Taman Kanak-kanak Elim Sragen? B. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penulis mengadakan penelitian adalah sebagai berikut: Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita (ATG), melalui media bermain lempar dadu huruf pada kelas B semester I di Taman kanak-Kanak Elim Sragen. C. Manfaat Hasil Penelitian 1. Bagi Siswa a. Penelitian ini dapat memberikan suasana yang menyenangkan, sehingga anak dapat belajar seraya bermain. b. Penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan, motivasi, minat dan partisipasi anak dalam kegiatan pembelajaran. 2. Bagi Guru a. Penelitian ini dapat menjadi wawasan bagi guru dalam menggunakan media bermain lempar dadu huruf pada pembelajaran membaca permulaan. b. Penelitian ini dapat menumbuhkan motivasi untuk lebih kreatif menggunakan pembelajaran. berbagai metode guna meningkatkan kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Anak Tunagrahita Keadaan setiap manusia berbeda satu dengan yang lain, masing-masing memiliki keunikan. Kelemahan dan kelebihan dimiliki setiap anak, masingmasing anak terlahir dalam keadaan yang berbeda, demikian juga dalam hal kemampuan berpikir. Anak yang mengalami kelemahan atau kelainan dalam berpikir secara umum sering disebut dengan anak di bawah normal atau tunagrahita. Anak tunagrahita adalah merupakan individu yang utuh dan unik, Mereka seperti anak-anak normal lainnya, memiliki hak untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan kebutuhan mereka, Anak yang memiliki kecerdasan di bawah garis normal perlu suatu penanganan yang khusus, karena mereka memiliki keterlambatan didalam berpikir. Pemahaman secara teoritis maupun praktis sangat diperlukan supaya guru ataupun para propesional dapat memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. a. Pengertian Anak Tunagrahita Tunagrahita menjelaskan tentang kondisi anak yang kecerdasannya dibawah rata- rata yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidak cakapan dalam interaksi sosial. Sutjihati Somantri (1996:83) menyatakan Anak Tunagrahita adalah anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata, yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak yang kecerdasannya di bawah rata-rata dikenal juga dengan anak keterbelakangan mental, karena anak mengalami keterbatasan dalam kemampuan berpikirnya, sukar untuk mengikuti program pendidikan di

sekolah. Pengajaran sistem klasikal memberikan masalah bagi anak karena kemampuan berpikirnya

tidak seperti teman-teman lain yang cerdas ataupun yang normal. AAMD (America Association of Mental Deficiency) dalam Anggie Saadah (2009) menjelaskan bahwa: Tunagrahita menunjukkan adanya keterbatasan dalam fungsi, yang mencakup fungsi intelektual yang dibawah rata-rata, dimana berkaitan dengan keterbatasan pada dua atau lebih keterampilan adaptif seperti komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan social, kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, dan waktu luang. Keadaan ini nampak sebelum usia 18 Tahun. Gangguan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan psikososial. Intellectual Disability Perspective & Challenges, AFMR dalam Astati (2010) menyatakan: Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki 2 kriteria yang penting, yakni pertama fungsi intelektual secara nyata berada di bawah rata-rata, kedua adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tuntutan yang berlaku dalam masyarakat. Jadi dikatakan tunagrahita jika memenuhi dua komponen tersebut. Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis dapat menegaskan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam kecerdasannya, sehingga kecerdasannya berada jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi sehingga kurang/tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Waktu terjadinya sebelum usia perkembangan yaitu 18 tahun. Mental Age adalah kemampuan mental oleh seorang anak pada usia tertentu. Untuk mendeteksi anak tunagrahita atau keterbelakangan mental ada baiknya memahami konsep Mental Age (MA). Sebagai contoh, anak yang berusia enam tahun akan memiliki kemampuan yang sepadan dengan anak usai enam tahun pada umumnya, artinya anak usia enam tahun memiliki MA enam tahun. Jika seorang anak memiliki MA lebih tinggi, maka anak tersebut memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Sebaliknya jika MA anak lebih rendah dari umurnya,

maka anak tersebut memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Anak tunagrahita selalu memiliki MA lebih rendah daripada umurnya secara jelas. MA yang sedikit saja kurang dari umur tidak termasuk tunagrahita. MA dipandang sebagai indeks dari perkembangan kognitif seorang anak. Anak yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata namun memilki kemampuan menyesuaikan diri dengan normal dan tuntutan yang berlaku dalam masyarakat tidak disebut anak tunagrahita. b. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita Ketunagrahitaan dapat terjadi karena berbagai faktor, diantaranya seperti yang diungkapkan Sutjihati Somantri (1996:53) bahwa penyebab tunagrahita ada 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih ada dalam kandungan. Faktor internal penyebab terjadinya kelainan diantaranya adalah: 1) Kelainan pada kromosom Inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom, totalnya adalah 46. Kelainan Sindrom Down terjadi karena kelebihan jumlah kromosom pada kromosom no 21 yang seharusnya dua menjadi tiga, sehingga jumlah kromosom tidak 46 tetapi 47. Hal ini bisa menyebabkan penderitanya mengalami kelainan fisik, seperti kelainan jantung bawaan, otot-otot melemah dan retardasi mental yakni hambatan perkembangan kecerdasan dan psikomotor. Sindrom Down atau down sindrom memiliki karakter mata sipit, hidung pesek, menunjukkan pemburukan yang jelas dalam bahasa, daya ingat, ketrampilan merawat diri dan memecahkan masalah. 2) Faktor keturunan Sifat menurun yang dibawa dari orang tua kepada anak. 3) Kondisi ibu saat hamil Kondisi ibu saat hamil mempengaruhi keadaan bayi yang dikandungnya, jika selama mengandung ibu dalam keadaan sakit, strees, kekurangan gizi dan sebagainya akan berpengaruh kurang baik pada bayi yang

dikandungnya. Konsumsi obat yang tidak sesuai petunjuk dokter dapat mengakibatkan kecacatan. 4) Infeksi dan keracunan Infeksi dan keracunan yang terjadi selama janin dalam kandungan. infeksi dan keracunan ini dialami lewat penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu, misalnya penyakit yang timbul karena virul rubella syphilis, toxoplasma, keracunan alkohol, obat-obatan atau narkotika. Faktor eksternal adalah faktor yang terjadi pada saat melahirkan dan setelah anak lahir. Faktor penyebab terjadinya tunagrahita saat anak lahir misalnya: pemakaian alat bantu pada saat melahirkan, kekurangan oksigen, dan sebagainya. Faktor penyebab tunagrahita setelah anak lahir adalah; kecelakaan, kurang gizi, penyakit, dan lain-lain. Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya kelainan adalah: 1) Gangguan metabolisme dan kekurangan gizi. Metabolisme dan gizi sangat penting peranannya bagi pertumbuhan dan perkembangan individu. Gangguan pada metabolisme dan kekurangan gizi dapat menyebabkan terjadinya gangguan fisik maupun mental pada individu. 2) Trauma dan Zat Radioaktif Benturan atau tekanan pada kepala dapat menyebabkan kecacatan pada otak. Trauma yang terjadi pada saat kelahiran dapat dialami ketika proses kelahiran yang sulit sehingga harus dibantu dengan alat (tang). Zat radioaktif saat penyinaran semasa bayi dapat mengakibatkan tunagrahita microcephaly. 3) Kecelakaan Kecelakaan dapat mengakibatkan terjadinya kecacatan pada baik pisik maupan psikis. 4) Faktor Lingkungan atau sosial budaya Lingkungan berperan terhadap fungsi intelek anak, kegagalan dalam mengadakan interaksi yang terjadi selama perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan.

Berbagai penelitian melaporkan bahwa anak tunagrahita banyak ditemukan pada daerah yang tingkat sosial ekonominya rendah, hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan lingkungan dalam memberikan stimulus pada masa perkembangan, misalnya studi yang dilakukan oleh Kirk (Astati, 2010) menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga kurang mampu memiliki kecenderungan untuk mempertahankan mentalnya pada taraf yang sama, bahkan prestasi belajarnya semakin berkurang dengan meningkatnya usia. Mulyono Abdurrahman (2003:24), menyatakan penyebab tunagrahita ada 5 hal: genetik atau keturunan. Sebab-sebab masa prenatal, sebab-sebab pada masa perinatal atau saat lahir, sebab-sebab pada saat pos natal, penyebab karena deprivasi lingkungan. Berdasar kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan atau ketunaan. Penulis mengelompokkan faktor penyebab ketunaan dalam dua kelompok, yakni: 1) faktor endogen Yaitu faktor penyebab ketunaan yang datang dari dalam, misalnya keturunan/ bawaan dari dalam kandungan. 2) faktor eksogen Yaitu faktor penyebab ketunaan diluar keturunan/ bawaan atau pengaruh yang datang dari luar setelah anak lahir. c. Klasifikasi Anak Tunagrahita Anak tunagrahita dapat diklasifikasikan sesuai dengan keberadaannya, berbagai pendapat mengklasifikasikan anak tunagrahita sebagai berikut: Klasifikasi anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut America Associationon Mental Retardation dalam Anggie (http://saunganggie. blogspot.com/2009) : 1). Educable Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 sekolah dasar. 2). Trainable Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri. Pertahanan diri dan penyesuaian sosial, sangat terbatas untuk kemampuan pendidikan akademik.

3). Custodial Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan terus menerus. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2007:4) dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Pendididkan Inklusif, klasifikasi anak tunagrahita: 1) Anak tunagrahita ringan IQ 50 70 Mampu dididik diajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD umum. 2) Tunagrahita sedang IQ 25 49 Termasuk mampu latih. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat kelas III SD umum. 3) Tunagrahita berat IQ 24- kebawah Tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Termasuk mampu rawat. Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain. Klasifikasi anak tunagrahita/ retardasi mental secara Sosial-Psikologis terbagi menjadi 2, yaitu Psikometrik dan perilaku adaptif. Retardasi mental secara psikometrik menurut skala intelegensi Wechsler dalam Astati (2010) ada 4 taraf, yaitu: 1) 2) 3) 4) Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55-69. Retardasi mental sedang (mild mental retardation) dengan IQ 40-54. Retardasi mental berat (sever mental retardation) dengan IQ 20-39. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.

Retardasi mental menurut kriteria perilaku adaptif tidak berdasarkan taraf intelegensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai 4 taraf, yaitu: 1) Ringan 2) Sedang 3) Berat 4) Sangat berat Berdasarkan pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa anak tunagrahita dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok menurut kepentingannya. Klasifikasi dari segi keperluan pendidikan sebagai berikut:

10

1) Anak mampu didik (tunagrahita ringan/ debil)

Anak mampu dididik dan dilatih, misalnya membaca, menulis, berhitung, memasak, menjahit bahkan bisa dilatih untuk berjualan. Anak tunagrahita ringan lebih mudah diajak komunikasi, kondisi fisik mereka tidak begitu berbeda dengan anak normal lainnnya. Mereka mampu menolong diri sendiri, mampu berlindung dari bahaya karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra. Anak mampu mengikuti pendidikan walaupun tidak mencapai tingkat yang tinggi, misalnya: sekolah menengah umum, kuliah. Mereka memiliki IQ antara 50 s/d 70. 2) Anak mampu latih (tunagrahita sedang/ Embisil) Anak tunagrahita sedang mampu diajarkan membaca, menulis , berhitung. Mampu dilatih ketrampilan-ketrampilan sederhana, mereka mampu bekerja di lapangan namun perlu sedikit pengawasan. Sedikit perhatian dan pengawasan diperlukan untuk perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang. Anak tunagrahita sedang memiliki IQ antara 30 s/d 50. 3) Anak mampu rawat (tunagrahita berat/ Idiot) Anak tidak mampu menerima pendidikan secara akademis, anak tidak dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dari bahaya. Mereka membutuhkan pengawasan, perhatian bahkan pelayanan, bimbingan aktivitas sehari-hari, untuk mengurangi ketergantungan kepada orang lain. Anak tunagrahita berat memiliki IQ 29 kebawah. d. Karakteristik Anak Tunagrahita Defli (2009) menyebutkan bahwa karakteristik anak tunagrahita dapat dilihat dari segi: 1) Fisik (penampilan) a) Untuk tunagrahita ringan hampir sama dengan anak normal, untuk tunagrahita berat dapat kelihatan. b) Kematangan motorik lambat c) Koordinasi gerak kurang 2) Intelektual

11

a) Sulit mempelajari hal-hal akademik b) Anak tunagrahita ringan kemampuannya setaraf anak normal usia 12 tahun (IQ 50 70) c) Klasifikasi sedang setaraf dengan usia 7 8 tahun (IQ 30 50) d) Berat, setaraf dengan anak usia 3 4 tahun (IQ 30 kebawah) 3) Sosial dan emosi a) Bergaul dengan anak yang lebih muda b) Suka menyendiri c) Mudah dipengaruhi d) Kurang dinamis e) Kurang pertimbangan/ kontrol diri f) Kurang konsentrasi, mudah dipengaruhi g) Dapat memimpin diri sendiri maupun orang lain Karakteristik anak tunagrahita menurut Brown Children, fifth edition, p.485-486, 1996 (http://saunganggie.blogspot.com/2009) menyatakan: 1) Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus. 2) Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru. 3) Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak tunagrahita berat. 4) Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak denga tunagrahita berat mempunyai ketebatasab dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangatsederhana, sulit menjangkau sesuatu , dan mendongakkan kepala. 5) Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak tunagrahita berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar. 6) Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahta ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai tunagrahita berat tidak meakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak tunagrahita dalam memberikan perhatian terhadap lawan main. 7) Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak tunagrahita berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya: memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dll. Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak tunagrahita memiliki karakteristik sebagai berikut: pada Exceptional

dalam Angie Siti Saadah

12

1) Memiliki kemampuan berpikir yang rendah 2) Emosi yang labil bahkan kurang wajar 3) Sulit bersosialisasi 4) Kemampuan motorik yang kurang 5) Mengalami gangguan dalam berkomunikasi. e. Pendidikan Anak Tunagrahita Bentuk-bentuk penyelenggaraan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, adalah: 1) Sistem pendidikan segregasi Sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) secara khusus dan terpisah dari anak-anak normal. Contohnya: a) Sekolah Luar Biasa (SLB). b) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Keuntungan sekolah segregrasi: a) Rasa ketenangan pada anak luar biasa b) Komunikasi yang mudah dan lancar c) Metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak d) Guru dengan latar belakang pendidikan luar biasa e) Sarana dan prasarana yang sesuai Kelemahan sekolah segregasi: a) Sosialisasi terbatas b) Biaya mahal 2) Sistem pendidikan integrasi Sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yang memungkinkan anak luar biasa memperoleh kesempatan mengikuti proses pendidikan bersama dengan siswa normal lainnya. Contohnya: Sekolah reguler

13

Keuntungan: a) Merasa diakui kesamaan haknya dengan anak normal terutama dalam memperoleh pendidikan b) Bakat dapat berkembang dengan optimal c) Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi d) Harga diri bisa meningkat Kelemahan: a) Kurangnya tenaga ahli atau sumber daya yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang anak disability. b) Pelayanan pendidikan kurang memadai. 3) Sistem Pendidikan inklusi Sekolah reguler yang menerima anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan kurikulum dan sistem pendidikan sesuai dengan kebutuhan ABK di sekolah reguler tersebut. Keuntungan: a) Lokasi berada dekat dengan anak. b) Biaya relatif murah c) Sosialisasi berkembang dengan baik d) Belajar sesuai dengan kebutuhan anak. Kelemahan: e) Memerlukan banyak tenaga pengajar maupun pendamping f) Memerlukan banyak sarana dan prasarana Pendidikan inklusif muncul dilatar belakangi oleh kurang meratanya pendidikan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus, terutama ekonomi lemah yang berada di pedesaan. Hal ini disebabkan karena pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus biasanya berada di kota-kota kabupaten. Program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun diharapkan berhasil dengan baik. Program ini dilandaskan pada UndangUndang Dasar 1945 pasal 31 tentang hak setiap warga negara untuk

14

memperoleh pendidikan, demikian juga halnya dengan anak yang mengalami kekurangan. Hal ini dilandasi pernyataan Salamanca yang merupakan perluasan dari program UNESCO, yakni education for all. Penerapan pendidikan inklusif mempunyai landasan fisiologis, yuridis, paedagogis, dan empiris yang kuat. Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusif di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhinneka Tunggal Ika (Mulyono Abdulrahman dalam Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2004). Landasan yuridis internasional penerapan pendidikan inklusif adalah Deklarasi Salamanca semua (UNESCO, anak 1994) menekankan berlajar bahwa selama tanpa memungkinkan, seyogyanya bersama-sama

memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Di Indonesia, penerapan pendidikan inklusif dijamin oleh UndangUndang nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dalam penjelasannya menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik berkelainan atau memiliki kecerdasan luar biasa diselenggarakan secara inklusif atau berupa sekolah khusus. Teknis penyelenggaraannya tentunya akan diatur dalam bentuk operasional. Landasan paedagogis, tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Jadi melalui pendidikan peserta didik berkelainan dibentuk menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Landasan empiris, penelitian menunjukkan bahwa penempatan anak berkelainan di tempat khusus tidak efektif dan diskriminatif. Akan tetapi pendidikan inklusif berdampak positif, baik terhadap perkembangan akademik dan sosial. Anak dapat memiliki kepercayaan diri yang lebih baik, mereka merasa diterima dan dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, sehingga motivasi untuk belajar dan berkarya menjadi lebih baik.

15

f.

Pembelajaran Anak Tunagrahita pada kelas Inklusif Pelaksanaan pembelajaran anak tunagrahita pada kelas inklusif adalah anak berkebutuhan khusus belajar bersama-sama dengan anak normal sebaya dengan kurikulum dan sistem pendidikan yang berbeda satu sama lain yang disesuaikan dengan kebutuhan anak.. Pelaksanaan pembelajaran anak tunagrahita pada kelas inklusif pada dasarnya adalah memperhatikan atau memberikan pelayanan khusus kepada setiap individu sebagai peserta didik, dengan demikian keperluan-keperluan anak berkebutuhan khusus tidak terabaikan dalam proses pembelajaran. Pelayanan Khusus tersebut meliputi penanganan kepeserta didikan, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana prasarana, pendanaan dan lingkungan. Penanganan kepeserta didikan meliputi perencanaan dan pelaksanaan assesmen. Hal ini dimaksudkan dalam rangka membuat profile anak. Profile sangat berguna yntuk memahami kebutuhan khusus anak dalam rangka penyusunan kebutuhan pembelajaran secara individu. Kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan anak sesuai profile tiap peserta didik yang membutuhkan pelayanan khusus. Tenaga kependidikan, dalam menangani anak yang memerlukan pelayanan khusus, diperlukan tenaga-tenaga yang mampu menangani anak berkebutuhan/ profesional. Saran dan prasarana, seperti dalam pembelajaran anak-anak pada umumnya , maka pembelajaran bagi anak tunagrahita pun , media pembelajaran dan Alat Bantu pelajaran memegang peranan penting , hal ini dikarenakan anak tunagrahita kurang mampu berfikir abstrak. Alat Bantu pelajaran penting diperhatikan dalam mengajar anak tunagrahita. Hal ini disebabkan anak tunagrahita kurang mampu berfikir abstrak, mereka membutuhkan hal-hal kongkrit. Agar terjadinya tanggapan tentang obyek yang dipelajari, maka dibutuhkan alat pelajaran yang memadai. Pelaksanaan pembelajaran anak tunagrahita di Taman Kanak-kanak Elim adalah belajar bersama-sama dengan anak normal lainnya dalam satu kelas/ kelompok dengan kurikulum yang sama, namun bagi anak yang berkebutuhan

16

khusus kurikulum disesuaikan dengan kondisi anak. Penambahan pelayanan pendidikan (membaca,menulis) diberikan saat pelajaran berlangsung dilakukan Oleh guru pendamping. Jika dirasa perlu anak yang berkebutuhan khusus diberikan penambahan jam belajar saat istirahat atau setelah jam pelajaran selesai. 2. Tinjauan Tentang Membaca Permulaan a. Pengertian Membaca Membaca merupakan modal bagi seseorang untuk mempelajari buku dan mencari informasi tertulis. Bagi siswa membaca juga menjadi modal agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Munawir Yusuf (2005:134) membaca merupakan aktifitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata. Menurut Tampubolon makna dari tulisan. Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulis tetapi juga memahami maknanya. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studis. Jika anak pada usia sekolah tidak segera banyak memiliki kesulitan kemampuan membaca, maka anak akan dalam beberapa bidang studi. Ada lima tahapan perkembangan membaca yaitu : (1) kesiapan membaca, (2) membaca permulaan, (3) ketrampilan membaca cepat, (4) membaca luas dan (5) membaca yang sesungguhnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar dapat belajar. Kemampuan membaca merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi atau wacana yang disampaikan oleh pihak lain melalui tulisan. Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan yang sangat kompleks yang mencakup aktifitas fisik dan mental untuk mengenal, memahami makna dari suatu simbol atau tulisan. Dikatakan kegiatan fisik karena bagian tubuh khususnya mata beraktifitas dalam kegiatan membaca. Dikatakan kegiatan mental karena bagian-bagian mengalami dalam anggie (http://saunganggie.blogspot.com/2009) membaca pada hakekatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan

17

pikiran khususnya persepsi yaitu kemampuan untuk menafsirkan apa yang dilihat sebagai simbol atau kata dan ingatan terlibat didalam kegiatan ini. Beberapa hal yang tercakup dalam pengertian membaca yaitu: membaca merupakan suatu proses, strategis, interaktif. Membaca merupakan suatu proses maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peran utama dalam membentuk makna. Strategis maksudnya membaca yang efektif menggunakan berbagai strategi yang sesuai dengan teks yang dibaca. Interaktif maksudnya keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Berdasarkan subtansinya pengertian membaca dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu: 1) Pengertian sederhana, yaitu pengertian yang memandang membacac sebagai proses pengenalan simbol-simbol tertulis bermakna. 2) Pengertian agak luas, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses memahami bacaan, 3) Pengertian luas, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses mengolah bacaan yaitu proses memaknai bacaan secara mendalam. b. Tujuan Membaca Membaca adalah gerbang menuju penguasaan ilmu pengetahuan. Betapa pentingnya peranan membaca bagi kita semua. Dalam membaca kita mempunyai banyak tujuan, tergantung pada situasi dan kondisi si pembaca. Sejono (dalam Devid Haryalesmana,2009) mengemukakan bahwa tujuan membaca dan menulis permulaan ialah mengenalkan kepada siswa hurufhuruf abjad sebagai tanda suara dan melatih kecakapan anak untuk mengubah huruf menjadi suara dalam kata- kata sebagai pengertian. Tujuan membaca menurut Smith (Tampubolon, 2009) membangun pemahaman dari teks yang tertulis, menemukan makna dari bacaan atau tulisan bukan mengenali huruf-huruf. Menurut Stauffer dalam Mathedu (2009) tujuan membaca membangun konsep, mengembangkan perbendaharaan kata, memberi pengetahuan,

18

menambahkan proses pengayaan pribadi, mengembangkan intelektualitas, mengerti dan memahami problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan sebagai suatu kesenangan. Membaca mampu mengembangkan intelektualitas seseorang, karena dengan membaca pengetahuan seseorang akan bertambah. Ilmu yang tidak kita mengerti akan kita mengerti lewat membaca. Seseorang yang gemar membaca akan nampak berbeda dengan orang yang tidak suka membaca saat mengemukakan pendapat atau berargumentasi terhadap suatu masalah, karena ilmu atau pengalaman nya yang didapat melalui membaca. Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan membaca diantaranya: 1) Mengembangkan intelektualitas/ melatih kecakapan 2) Mendapatkan informasi 3) Membangun konsep diri 4) Melepaskan diri dari kejenuhan, kesedihan, bahkan keputusasaan 5) Membaca karena hoby c. Pengertian Membaca Permulaan Membaca permulaan merupakan tahapan anak dalam ketrampilan membaca yang lebih tinggi. Membaca membuat pengetahuan semakin bertambah, banyak halhal positif yang dapat kita ambil melalui membaca. Menurut M. Brata (http://Mbahbrata-edu.blogspot.com/2009/06) membaca permulaan adalah tahapan proses belajar membaca bagi siswa untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Permulaan mengandung makna awal, membaca permulaan dapat diartikan suatu tahapan awal yang dilakukan oleh anak untuk memperoleh kecakapan dalam membaca, yakni kecakapan atau ketrampilan mengenal tulisan sebagai lambang atau simbol bahasa, sehingga anak dapat menyuarakan tulisan tersebut. Menurut Tarmizi (http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/02), membaca permulaan adalah tahap awal anak belajar membaca dengan fokus pada pengenalan simbol-simbol huruf dan aspek-aspek yang mendukung pada kegiatan membaca lanjut.

19

Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat simpulkan bahwa membaca permulaan adalah tahap awal anak belajar mengenal huruf atau symbol bunyi dan menyuarakannya, sebagai dasar anak dalam pembelajaran membaca berikutnya. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding. Proses recoding yaitu proses fisik yang berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjadi suatu rangkaian bunyi dalam kombinasi kata, kelompok kata dan kalimat bermakna. Proses decoding merupakan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi, melalui proses decoding gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasikan, diuraikan kemudian diberi makna. Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan/ kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut. Syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh kemampuan membaca adalah: 1) Kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis 2) Penguasaan kosakata untuk memberi arti 3) Kemampuan memasukkan makna. d. Tahap Pelaksanaan Membaca Permulaan Pembelajaran membaca perlu melalui tahap-tahap yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak. Tahap-tahap pelaksanaan membaca permulaan yang dikemukakan oleh M. Brata (http://Mbahbrata-edu.blogspot.com/2009), ada dua, yakni : 1) Pembelajaran membaca tanpa buku

20

Dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku. Misalnya : kartu gambar, kartu huruf, dadu huruf, kartu kata, kartu kalimat, dan sebagainya. Cara ini menyenangkan untuk anak usia dini sesuai dengan karakteristiknya yaitu masa bermain, sehingga tahap pembelajaran seperti ini membuat anak bersemangat dan antusias. 2) Pembelajaran membaca dengan buku Pembelajaran dengan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran. Buku bergambar, dengan kalimat sederhana dapat memotivasi anak untuk membacanya. Anak terkadang ingin mengetahui cerita tentang gambar tersebut. Hal ini sangat baik bagi anak untuk dapat memahami arti dari suatu bacaan dalam bentuk sederhana. Menurut Darmiyati Zuhdi (2001:4), Dalam pelaksanaan metode SAS, pelaksanaan membaca permulaan dibagi menjadi 2 tahap, yakni: membaca tanpa buku dan membaca menggunakan buku. 1) Membaca tanpa buku meliputi: merekam bahasa siswa, menampilkan gambar sambil bercerita, membaca gambar dan sebagainya. 2) Membaca dengan menggunakan buku, anak dihadapkan pada tulisan-tulisan yang ada di buku. Baik kegiatan membaca buku pelajaran. Membaca cerita sederhana, dan yang lainnya. Berdasarkan pendapat di atas penulis simpulkan bahwa tahap membaca permulaan adalah tahap membaca tanpa buku, anak diperhadapkan dengan gambar-gambar yang telah diketahui anak sehingga anak tertarik. dan tahap menggunakan buku yakni setelah anak mengenal atau paham tentang simbolsimbol bunyi atau huruf-huruf, anak diperhadapkan dengan bacaan. Pada tahap ini anak perlu bantuan seperlunya selama membaca. Bantuan yang diberikan umumnya berupa konkretisasi kata yang dibaca. Misalnya ketika anak membaca baju ditunjukkan gambar baju atau bendanya. Tahap membaca permulaan umumnya pada masa peka yaitu usia enam atau tujuh tahun pada anak normal umunya, dan pada usia sembilan atau sepuluh tahun pada anak tunagrahita. Pada tahap ini penguasaan kosa kata pada anak masih sangat terbatas, penguasaan pada abjad belum sepenuhnya dikuasai, jadi masih ada huruf yang sulit diucapkan dan sering salah dibaca.

21

Pengembangan

yang tepat pada tahap membaca permulaan perlu sekali,

biasanya yang paling cocok dan sesuai alam anak yaitu membaca sambil bermain, misalnya membaca menggunakan media kartu bergambar, media lempar dadu huruf dan media yang menarik lainnya. e. Metode Pengajaran Membaca Agar pembelajaran membaca berhasil dengan baik, perlu menggunakan metode yang menarik. Tarmizi (http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/08), menawarkan berbagai metode yang dipergunakan bagi bunyi. Metode kata lembaga, metode global, dan metode SAS 1) Metode eja / bunyi Adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah : dalam metode ini kita memperkenalkan abjad a sampai z beserta bunyi huruf atau fenom kepada anak. 2) Metode Kata lembaga Metode kata lembaga menggunakan pendekatan kata. Dalam metode ini kita mengajarkan membaca dengan menggunakan kata yang telah di kenal anak. Kemudian menguraikan kata tersebut menjadi suku kata dan huruf kemudian merangkai lagi. 3) Metode Global Metode Global menggunakan pendekatan kalimat. Kita bedakan kata-kata tersebut, kita kenalkan kepada anak suku kata, huruf dan bunyi huruf. 4) Metode SAS (Struktural Analisis Sintesis) Metode global kata yang dikenalkan kepada anak sudah berbentuk kalimat sederhana. Sedangkan pada metode SAS hanya menggunakan satu kata saja. Abdurrahman (2003:214) mengemukakan metode pengajaran membaca bagi anak pada umumnya: 1) Metode membaca dasar Menggabungkan berbagai prosedur untuk mengajarkan kesiapan, perbendaharaan kata, mengenal kata, pemahaman dan kesenangan membaca. 2) Metode fonik Pemahaman pada pengenalan kata melalui proses mendengarkan bunyi huruf 3) Metode linguistik Anak diberikan suatu bentuk kata yang terdiri dari konsonan-vokal atau konsonan-vokal-konsonan, kemudian diajak memecahkan kode tulisan menjadi bunyi percakapan.

22

4) Metode SAS Memecahkan kode tulisan yang berupa kalimat sederhana 5) Metode Alfabetik Mengenalkan huruf. Merangkai huruf 6) Metode pengalaman bahasa Mendengar, bercakap-cakap, menulis. Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa ada berbagai macam metode didalam pembelajaran membaca yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, akan tetapi semua merupakan alat untuk membimbing anak-anak dalam keberhasilan belajar umumnya dan membaca khususnya. Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca permulaan. Guru hendaknya memilih metode yang cocok dan sesuai dengan situasi dan kondisinya. Pemilihan metode pembelajaran sebaiknya dipergunakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Menyenangkan bagi anak 2) Tidak menyulitkan anak untuk mengikuti/ menerima 3) Efektif dan efisien f. Pembelajaran Membaca Anak Tunagrahita Untuk mencapai prestasi belajar yang optimal, maka perlu memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca yang dikemukakan oleh beberapa ahli: Menurut Slameto (1993:249), faktor- faktor yang kemampuan membaca adalah sebagai berikut: 1) Faktor yang berasal dari luar individu a) Faktor non sosial seperti: keadaan udara , suhu udara , cuaca, waktu, letak tempat tinggal alat belajar ( alat tulis, alat peraga ). b) Faktor sosial adalah gangguan yang terjadi pada proses belajar, seperti keadaan lingkungan kelas. 2) Faktor yang berasal dari dalam individu. a) Faktor Fisiologis. (1) Keadaan jasmani seperti lelah, lesu, ngantuk, sakit gigi,batuk. (2) Faktor Fisiologis ,keadaan fungsi jasmani terutama fungsi panca indra. b) Faktor Psikologis, yaitu (1) Sifat ingin tahu. (2) Kreativitas , (3) simpati kepada orang lain , (4) memperbaiki kegagalan, mempengaruhi

23

(5) rasa aman , (6) adanya ganjaran atau hukuman. Menunut Kirk, Kliebhan dan Lerner seperti dikutip oleh Mercer (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003 : 201) ada delapan faktor yang (1) dan

memberikan sumbangan bagi keberhasilan belajar membaca yaitu: perkembangan wicara dan bahasa, (5) ketrampilan berpikir

kematangan mental, (2) kematangan visual, (3) kemampuan mendengarkan, (4) memperhatikan, (6) perkembangan motorik, (7) kematangan sosial dan emosional, (8) motivasi dan minat. Berdasarkan pendapat di atas penulis simpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan membaca, termasuk keadaan fungsi jasmani, keadaan atau fungsi mental, kematangan berpikir, motivasi maupun minat. Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan dalam kematangan berpikirnya untuk itu pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita dilakukan dengan menggunakan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan anak. Pelaksanaan pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita di Taman Kanak-Kanak Elim dilakukan dengan memperhatikan kemampuan anak serta pemilihan berbagai macam metode dan berbagai media yang tepat, sehingga mampu menimbulkan motivasi belajar membaca pada anak untuk tercapainya tujuan. Metode yang digunakan metode eja, anak belajar mulai dari pengenalan huruf demi huruf, suku kata, kata-kata sederhana. Penggunaan metode eja ini dikombinasikan dengan berbagai alat peraga yang menarik perhatian anak, misalnya dengan puzle, gambar, kartu huruf, Video dan sabagainya. Peneliti mencoba untuk menggunakan media lempar dadu huruf dalam pembelajaran membaca permulaan yang bertujuan memberi model lain yang dapat membangkitkan minat anak dalam membaca.

24

3. Tinjauan tentang Media Permainan Lempar Dadu Huruf a. Pengertian Media Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah mempunyai arti antara, perantara atau

pengantar.Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan. Terkait dengan pembelajaran , media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran , perasaan dan perhatian anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan Menurut Wijaya Kusumah (2008), kata media berasal dari bahasa latin medium adalah sesuatu terletak ditengah (antara dua kutub atau antara dua pihak) atau suatu alat . Menurut Association for Educational Communications Teahnology (AECT) di Amerika yang dikutip oleh Wikipedia (2009), Media pendidikan ialah segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan / informasi. Menurut Gagne (dalam Arief S. Sadiman, dkk, 2003 : 6) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajarnya. Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi dan berlangsung lebih efisien. b. Pengertian Media Lempar Dadu Huruf Dadu adalah bentuk dari suatu benda yang biasanya kita gunakan dalam permainan. Dalam Wikipedia menyebutkan kata Dadu berasal dari bahasa latin datum yang berarti suatu yang diberikan atau dimainkan. adalah sebuah

25

obyek kecil yang umumnya berbentuk kubus yang digunakan untuk menghasilkan angka atau simbol acak. Dadu adalah sebuah benda yang berbentuk kubus. Pada keenam sisisisinya biasanya tertera gambar lubang-lubang yang berbeda jumlahnya. Gambar lubang atau lingkaran satu pada satu sisi, lingkaran atau lubang dua pada satu sisi demikian seterusnya pada sisi-sisi yang lainnya. Dadu biasanya digunakan sebagai alat untuk berjudi, dengan menebak sisi yang muncul pada setiap lemparan, ataupun dengan ketentuan tertentu yang disepakati dalam permainan tersebut. Penulis menggunakan dadu yang dirancang dengan simbol huruf pada setiap sisi-sisnya sebagai media pembelajaran dalam rangka pengenalan huruf, merangkai huruf menjadi suku kata, kata dan kalimat sederhana, untuk keperluan meningkatkan kemampuan anak dalam membaca permulaan. Tujuan pembelajaran ini untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak. c. Fungsi Media Permainan Lempar Dadu Huruf Media bermain lempar dadu huruf memiliki fungsi untuk memotivasi anak dalam belajar lewat bermain, seperti media dalam pendidikan lainnya. Menurut Arief S. Sadiman , dkk. (2003 : 16-17) media dalam pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). 2) Mengatasi keterbatasan ruang , waktu dan daya indra seperti : a ) Obyek terlalu besar - bisa digantikan dengan realitas gambar, film bingkai , film dan model. b) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film dan gambar c) Gerak yang terlalu lambat atau dapat dibantu high speed photography atau low speed photography. 3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik dalam hal ini media berguna untuk: a) Menimbulkan kegairahan belajar.

26

b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan. c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya. 4) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungandan pengalaman yang berbeda , sedang kurikulum, dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilaman latar belakang guru dan siswa sangat berbeda, masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan. Menurut Oemar Hamalik (2005: 19) manfaat secara umum media pembelajaran memiliki fungsi seperti berikut: 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistik, artinya hanya berbentuk kata-kata tertulis atau tulisan. 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, misalnya obyek yang besar diganti gambar, obyek yang terlalu kecil bisa diganti proyektor mikro, film bingkai,gambar, sedang gerak yang lambat atau cepat bisa dibantu dengan time - lapse atau high- speed phography, tentang kejadian masa lalu dapat ditampilkan kembali lewat rekaman film, video, film bingkai, foto, kemudian obyek yang terlalu komplek bisa dibantu dengan modul,diagram, terakhir konsep yang sangat luas seperti gunung berapi, gempabumi, iklim dan divisualisasikan dalam bentuk film , film bingkai, gambar dan lain sebagainya. 3) Menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi akan dapat diatasi sikap fasif anak didik atau siswa. Dalam situasi demikian media pembelajaran dapat menimbulkan kegaerahan belajar dan memungkinkan terjadinya interaksi secara langsung antara anak didik dengan lingkungan serta memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Menurut Wijaya Kusumah (2008), media dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang tercapai. Ada beberapa alasan diantaranya yang berkenan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain: 1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai materi lebih baik. 3) Metode mengajajar akan lebih bervariasi.

27

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemostrasikan dan sebagainya. Berdasarkan pendapat di atas fungsi media dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1) adanya media penyajian pesan tidak terlalu bersifat verbalistik, atau penyajian menjadi lebih jelas. 2) Objek terlalu luas atau sempit yang sebenarnya tidak dapat ditampilkan akirnya dapat ditampilkan. 3) Memfariasikan penyajian pendidikan dalam penyajian pendidikan 4) Untuk menarik perhatian siswa dan memutivasi siswa. 5) Utuk memutivasi siswa belajar sendiri Media ini merupakan alat peraga yang setiap sisinya memiliki simbol huruf. Media ini berfungsi sebagai sarana mengenalkan atau mengingatkan kembali pada anak pada huruf-huruf, merangakai menjadi suku kata, kata dan kalimat sederhana untuk meningkatkan kemampuan membaca mereka. Fungsi dari dadu huruf ini adalah untuk menebak huruf yang akan keluar pada sisi yang muncul/posisi atas atau menurut kesepakatan dalam permainan ini. Selanjutnya menyusun sisi-sisi yang muncul atau yang telah disepakati menjadi susku kata, kata atau kalimat-kalimat sederhana. Anak membaca dari hasil permainan tersebut, dengan bimbingan guru bagi mereka yang belum atau kurang mampu. Selain fungsi utama yang disebutkan di atas, media ini jaga berfungsi untuk meningkatkan aktifitas fisik dan motorik lainnya. Anak lebih terampil dalam motorik halusnya maupun motorik kasarnya berkembang dan anak semakin sehat. d. Kelemahan dan Kelebihan Permainan Lempar Dadu Huruf Tidak ada satupun metode pengajaran yang tidak memiliki kekurangan, semua metode pembelajaran memiliki kelemahan dan kelebihan. Demikian dan mengaktifkan siswa

28

juga dengan pembelajaran dalam bentuk permainan lempar dadu huruf ini, ada kelemahan dan kelebihannya. Kelemahan dari pembelajarandengan mempergunakan media lempar dadu huruf adalah: 1) Menyita banyak waktu Untuk membaca satu huruf memerlukan banyak waktu, karena anak harus melempar terlebih dahulu sebuah dadu kemudian memperhatikan untuk dibaca, Untuk membaca suku kata memerlukan waktu yang agak lama karena harus melempar dua atau tiga huruf kemudian disusun dan dibaca, Untuk membaca suku kata anak harus mengambil empat dadu (KVKV), diliempar, disusun kemudian dibaca. 2) Kadang-kadang huruf yang muncul tidak membentuk kata yang punya arti. Misalnya anak mengambil dadu pada kelompok vokal dan dilemparkan, lalu mengambil dadu pada kelompok konsonan dan dilemparkan, kadangkadang vokal yang muncul setelah digabung dengan konsonan tidak membentuk kata yang memiliki arti. Contoh: - lemparan pertama konsonan yang muncul adalah b - lemparan kedua vokal yang muncul adalah i - lemparan ketiga konsonan yang muncul adalah l - lemparan keempat vokal yang muncul adalah u Kata yang muncul setela dadu disusun adalah b i l u 3) Memerlukan banyak sekali dadu. Dadu harus dipersiapkan dalam jumlah yang banyak, tidak hanya sebanyak jumlah huruf dalam satu abjad akan tetapi lebih dari itu, agar kata-kata yang dapat disusun oleh anak dalam jumlah yang banyak dan bervariasi. Kelebihan dari pembelajaran membaca permulaan lewat bermain lempar dadu huruf ini adalah : 1) Anak memilih sendiri dadu huruf yang dilemparnya sehingga anak bersemangat. Pemberian kesempatan kepada anak untuk menentukan

29

pilihan merupakan hal yang menyenangkan bagi anak, anak merasa bersemangat dan kepercayaan dirinya tumbuh. 2) Tidak mengantuk dan bosan karena anak beraktifitas dengan aktif. Anak diberi kesempatan untuk mengambil/memilih, melempar, menyusun dan membacanya, sehingga anak aktif. Saat anak memilih ada aktifitas dalam segi kognitif dan motorik halus, saat anak melempar ada aktifitas dalam motorik kasarnya. Setelah melempar anak dengan senangnya cepatcepat ingin mengetahui apa isi/ bacaan dari lemparan yang akan disusunnya. Saat menyusun aktifitas dalam kognitifnya bekerja, motorik halusnya juga bekerja. Anak ingin segera membaca dari hasil lemparan yang telah disusun tadi dengan mengaktifitaskan aspek kognitifnya. 3) Anak tertarik untuk mengetahui huruf apa yang keluar dan kata apa yang muncul dari setiap lemparan yang dibuatnya sendiri. Anak akan merasa bangga jika huruf yang dilemparnya dapat membentuk suatu kata yang memiliki arti. Anak yang belum dapat menyusun huruf menjadi kata akan berusaha mencoba lagi sehingga mereka memiliki keinginan untuk mencoba dan mencoba lagi. Guru berperan sebagai motivator, dalam hal ini, memotivasi anak untuk mengambil, melempar dadu dengan antusias, menebak huruf yang muncul dan menyusun serta membacanya. Pemberian reward atau penghargaan setiap keberhasilan anak akan membuat anak lebih bersemangat dan merasa dihargai. e. Langkah-langkah Pengajaran dengan Menggunakan Media Permainan Lempar Dadu Huruf Dalam pembelajaran melalui media bermain lempar dadu huruf ini terlebih dahulu diperkenalkan kepada anak, alat permainan yang akan kita pakai sebagai media pembelajaran, yakni dadu. Komentar apa yang diberikan anak tentang benda ini. Setelah anak memberikan pendapatnya tentang dadu, lalu kita jelaskan kepada anak informasi seputar dadu sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak. Dijelaskan kepada anak, bahwa dadu memiliki 6

30

sisi, Dadu yang sering kita lihat setiap sisinya terdapat lubang yang setiap sisinya berbeda jumlahnya satu dengan sisi yang lain, dari satu lubang, dua lubang hingga enam lubang. Pada pembelajaran ini dadu setiap sisinya diberi simbol huruf., masing-masing sisi terdapat satu simbol huruf. Dadu dikelompokkan menjadi 2. Kelompok 1 adalah dadu dengan huruf vokal kelompok 2 dadu dengan huruf konsonan. Anak mengambil 1 kali dan melempar dadu dari kelompok satu/huruf vokal, kemudian mengambil dan melempar dadu dari kelompok huruf konsonan sesuai pilihan anak. Anak disuruh mengamati dan menyebutkan huruf apa yang muncul atau yang berada pada posisi atas. Hal ini dilakukan untuk mengenal huruf. Jika anak telah melakukan berkali-kali dan telah paham atau mampu membaca huruf yang ada pada posisi atas, dilanjutkan dengan mengambil dadu bergantian dari kelompok satu dan dua selama empat kali. Setelah empat kali lemparan anak memperhatikan dan membaca huruf yang telah terkumpul dan tersusun. Permainan ini dilakukan berulang-ulang sehingga anak aktif dalam pembelajaran, merasa senang sehingga kemampuan membaca permulaan pada anak mengalami peningkatan f. Penerapan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Bermain Lempar Dadu Huruf pada Anak Tunagrahita Anak tunagrahita dalam belajar perlu ditunjukkan dengan benda kongkrit (simbol bunyi, dalam pembelajaran membaca) secara kongkrit lewat tulisan. Anak tunagrahita memiliki kemampuan berpikir di bawah temanteman normal lainnya. Melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak tunagrahita adalah salah satu cara untuk membangkitkan motivasi anak dalam pembelajaran. Penerapan permainan lempar dadu huruf bertujuan untuk memotivasi anak dalam mengikuti pelajaran, sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Penerapan permainan lempar dadu huruf adalah sebagai media serta alat peraga yang digunakan dalam pembelaran pengenalan huruf, membaca suku kata, membaca kata-kata sederhana. Anak ditunjukkan lambang-lambang dari setiap

31

huruf yang ada dalam dadu, kemudian disuruh mengambil, melempar dan membacanya. Untuk membaca suku kata anak diberi kesempatan mengambil satu dadu kelompok konsonan, kemudian dilempar dan satu dadu kelompok vokal, dilempar lalu keduanya disusun sehingga muncul suku kata. Untuk membaca kata dilakukan empat kali lemparan dari dadu KVKV, kemudian disusun sehingga membentuk kata yang dapat dibaca anak. Usia dini adalah masa bermain, sesuai dengan karakteristik anak pembelajaran yang diberikan hendaknya dikemas dalam bentuk permainan yang mendidik, yang mampu merangsang sel otak sehingga anak memiliki perkembangan dan pertumbuhan yang baik secara optimal. Pembelajaran membaca permulaan di Taman Kanak-Kanak dapat diberikan lewat suatu permainan yang menyenangkan anak, tidak membebani sehingga anak merasakan belajar seraya bermain. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media yang variatif akan tidak membuat anak menjadi bosan, bersemangat dan ingin mengetahui leebih banyak lagi. Penggunaan media bermain lempar dadu huruf pada Taman KanakKanak Elim menjadikan suana penuh dengan semangat dan antusias. Demikian juga pengaruhnya terhadap anak tunagrahita yang bersama-sama belajar dengan anak normal lainnya sangat kelihatan, hal ini dibuktikan lewat pengamatan yang dilaksanan dan hasil nilai yang diperoleh siswa tunagrahita pada pembelajaran membaca permulaan. B. Kerangka Berfikir Membaca merupakan salah satu bidang akademik yang harus segera dimiliki oleh siswa termasuk anak tunagrahita ringan. Karena manfaat membaca mampu meningkatkan belajar pada bidang akademik yang lain. Membaca merupakan salah satu bidang akademik yang harus segera dimiliki siswa, termasuk anak tunagrahita, karena membaca mampu meningkatkan prestasi belajar pada bidang akademik lainnya. Dengan membaca seseorang mengerti banyak hal. Memperoleh informasi-informasi dan menjadikan seseorang

32

bertambah luas wawasannya. Membaca dapat digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata, menambah proses pengayaan pribadi, mengembangkan intelektualitas Membaca mempunyai nilai besar untuk orang dewasa karena berkontribusi pada perkembangan, seperti dapat membebaskan dari tekanan, bekerja dengan penuh inisiatif, mendapatkan informasi untuk memecahkan konflik dan mengenali dan lain sebagainya. Membaca merupakan kata kerja dengan kata dasar baca yang memiliki arti melihat tulisan dan megerti atau dapat melisankan apa yang tertulis (W.J.S. Poerwadarminta 1984 : 71). Membaca merupakan kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan aktifitas fisik yang berkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktifitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Membaca bukanlah suatu kegiatan yang mudah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam membaca. Secara umum faktorfaktor tersebut dapat diidentifikasi seperti guru, siswa, kondisi lingkungan, materi pelajaran, serta tehnik mempelajari materi pelajaran. Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca, anak belajar memperoleh kemampuan dan cara-cara dalam membaca dan menangkap isi bacaan. Tahap membaca permulaan umumnya diajarkan pada saat tibanya masa peka, yaitu enam tahun atau tujuh tahun bagi anak normal atau sembialn atau sepuluh tahun. Usia peka atau usia dini merupakan fase anak bermain, untuk itu segala pembelajaran yang diberikan kepada anak harus dalam bentuk bermain. Sehingga anak merasakan sesuatu kesenangan didalam belajar bukan suatu beban atau tekanan. Demikian juga dalam belajar membaca permulaan, bentuk permainan dapat menarik anak untuk belajar dengan tanpa beban. Permainan dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengetahui huruf-huruf yang ada, kemudian dapat dilanjutkan dengan kata-kata yang sangat sederhana sesuai dengan usia dan kemampuan anak.

33

Kata kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang berarti mengandung makna yang sama dengan kata bisa atau sanggup melakukan sesuatu. Sedangkan kemampuan diartikan kesanggupan, kecakapan untuk melakukan sesuatu. Untuk itu perlu dilakukan suatu strategi untuk membuat anak tertarik pada membaca yaitu dengan pembelajaran melalui media bermain lempar dadu huruf. Media ini melibatkan siswa secara aktif. Permainan yang dilakukan sesuai peraturan yang telah ditetapkan membuat anak belajar untuk berdisiplin. Pemberian reward pada setiap kata yang memiliki makna akan lebih meningkatkan antusias anak sehingga anak terangsang terus pada akhirnya anak memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep lebih mendalam terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan media permainan lempar dadu huruf dalam membaca permulaan untuk anak tunagrahita ringan diharapkan prestasi belajarnya meningkat. Adapun kerangka berpikir pembelajaran dengan menggunakan media bermain lempar dadu huruf adalah sebagai berikut :

34

Kondisi awal

kemampuan membaca sebelum Pembelajaran menggunakan media Bermain lempar dadu huruf

Tindakan

Pembelajaran menggunakan media bermain lempar dadu huruf

Kemampuan membaca permulaan Kondisi Akhir setelah menggunakan media bermain lempar dadu huruf

Keterangan: Kondisis awal adalah kondisi anak sebelum pembelajaran dengan menggunakan media lempar dadu huruf dilaksanakan, yakni kemampuan membaca permulaan sangat rendah. Tindakan adalah melaksanakan apa yang telah direncanakan sebelumnya, yaitu pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media lempar dadu huruf. Kondisi akhir adalah kondisi setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media bermain lempar dadu huruf. C. Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui pembelajaran dengan menggunakan media lempar dadu huruf, maka kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita kelas B Taman Kanak-kanak Elim Sragen meningkat.

35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian Tempat penelitian tindakan kelas adalah Kelas B Taman Kanak-kanak Elim Sragen, Jln. Raya Sukowati no.80 Sragen. Pengamatan terhadap hasil pembelajaran membaca permulaan adalah selama dimulainya semester II TK A. Penelitian dilakukan di kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen didasarkan pada pertimbangan : 1. Taman Kanak-Kanak Elim adalah tempat dimana penulis mengajar dan juga sebagai wali kelas. 2.Melihat adanya perbedaan yang sangat signifikan pada kedua siswa yang mengalami keterlambatan didalam kemampuan membaca permulaan dibandingkan dengan empat belas murid yang lainnya. Penelitian berlangsung selama bulan Juli sampai september 2010. Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah, persiapan penelitian, koordinator persiapan tindakan pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring, evaluasi dan refleksi). Penyusunan laporan pendidikan, penyempurnaan berdasarkan saran dari dosen pembimbing dan pihak lain yang dirasa perlu. Penggandaan dan pengiriman laporan pendidikan. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian Tindakan kelas ini adalah siswa tunagrahita kelas B Taman Kanak-kanak Elim Sragen. Di kelas tersebut terdapat dua anak sebagai subyek penelitian yaitu Farel dan Ian Rudianto. Farel memiliki karekteristik sebagai berikut: 1. Anak cenderung pendiam 2. Kurang semangat dalam mengikuti kegiatan belajar namun dalam bermain sangat bersemangat melebihi teman-temannya. 3. Mengenal huruf tertentu saja 4. Belum dapat membaca

36

5. Lambat dalam menjawab pertanyaan. Ian Rudianto memiliki karakter sebagai berikut: 1. Anak sangat banyak bergerak, cenderung hiperaktif 2. Sulit berkonsentrasi 3. Tidak peduli, jika ditanya tidak memberikan respon jika pertanyaan tidak diulangUlang 4. Suka mengganggu, 5. Mampu membaca suku kata, kata sederhana jika dibantu. C. Data dan Sumber Data Data Penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan membaca khususnya dan kemampuan menulis serta kemampuan lain umumnya. Nilai yang dicapai siswa selama pembelajaran di kelas A.

No
A AK AR EN F IR JG KN LT LR RW SP TL TA Y YK

Nama

Jenis kelamin
L P P L P P L P p L p L p p L p L

Usia
5 5,2 5 5,5 5 5,3 5,7 5,4 5,5 5 6 5 5,2 5,7 5,3 5

Nilai
85 80 80 85 30 35 85 90 95 90 90 85 90 85 95 95

Ket
- (Subjek) - (Subjek)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

37

Nilai di Taman Kanak-kanak adalah berupa simbol yang memiliki bobot tertentu, demikian juga di taman kanak-kanak Elim Sragen menggunakan simbol bintang yang memiliki bobot nilai 2,5. Nilai tertinggi adalah bintang 4 (****) yang memiliki bobot nilai 10. Rata-rata nilai yang dicapai kedua subjek tersebut adalah bintang 1 dan bintang 2. Jika dibandingkan keduanya anak ian sering memperoleh nilai lebih tinggi dari pada farel, yaitu bintang 2. Ian lebih sedikit mampu membaca suku kata dan katakata sederhana daripada Farel. Metode-metode yang digunakan guru yang tepat sesuai dengan kondisi anak akan mampu meningkatkan kemampuan membaca pada anak, hanya penerapan metode yang kurang menarik membuat anak menjadi jenuh dan tidak bersemangat khususnya bagi Farel dan Ian, untuk itu peneliti mencoba menggunakan media bermain lempar dadu huruf agar anak tertarik. Sumber data dari dari penelitian ini adalah siswa dan guru. Peristiwa yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dokumen atau arsip yang berupa kurikulum kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, hasil kegiatan anak dan buku penilaian. D. Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data data adalah yang suatu prosedur yang sitematik diperlukan. Oleh karena itu dan standar untuk memperoleh

kualitas data sangat ditentukan oleh alat pengumpul data atau alat ukuran, sehingga data benar-benar valid dan reliable. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan tes, observasi, dokumentasi. 1. Tes a. Pengertian test Untuk mengetahui kemampuan anak diperlukan alat untuk mengukur. Alat ukur kemampuan terseburt adalah test. Menurut Suharsimi Arikunto (2005:127) test adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur, ketrampilan.

38

pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Menurut Baitul Alim (http://www.psikologzone.com/2006) Suatu tes dapat didefinisikan sebagai suatu tugas atau serangkaian tugas- tugas yang digunakan untuk memperoleh tentang suatu atribut atau hasil pendidikan yang representative. Berdasarkan dua pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab untuk mengukur kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Tujuannya . pretest. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan, pada akhir pembelajaran diadakan postest untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang dicapai dalam membaca permulaan dengan menggunakan media bermain lempar dadu huruf. b. Jenis Jenis tes Ada beberapa jenis tes yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan seseorang adalah sebagai berikut: Menurut Baitul Alim (2006). Jenis tes dikelompokkan menjadi : Tes intelegensi, tes bakat, tes hasil belajar, dan tes kepribadian . Menurut Pandit, PL (2010:12) Jenis tes dikempokkan menjadi: 1 ) Tes Intelegensi Tes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapai taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah ( Mental ability Test ; Intelegence Test; Academic Ability test; Scholastic Aptitude Test ). Jenis data yang dapat diambil dari tes ini adalah kemampuam intelektual atau kemampuan akademik. 2 ) Tes Bakat Tes kemampuan bakat, mengatur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual (Test of Specific Ability ; Aptitude Test ). tes adalah : untuk sejauh mengukur mana kemampuan kemampuan ketrampilam, anak sebelum kemampuan, kecerdasan dan bakat yang dimiliki anak atau seseorang. Untuk mengukur pembelajaran melalui media lempar dadu huruf dilakukan, yaitu melalui

39

Kemampuan khusus yang diteliti itu mencakup unsure-unsur intelegensi, hasil belajar, minat dan kepribadian yang bersama-sama memungkinkan untuk maju dan berhasil dalam suatu bidang tertentu dan mengambil manfaat dari pengalaman belajar dibidang itu 3 ) Tes Minat Tes minat, mengatur kegiatankegiatan macam apa paling disukai seseorang. Tes macam ini bertujuan membuat orang mudah dalam memilih macam pekerjaan yang kiranya paling sesuai baginya (Test of Vocational Interest ). 4 ) Tes Kepribadian Tes kepribadian, mengatur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat kognitif, seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, relasi-relasi sosial dengan orang lain, serta bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri. Tes proyektif, meneliti sifat-sifat kepribadian seseorang melalui reaksi reaksinya terhadap suatu kisah, suatu gambar atau suatu kata; angket kepribadian, meneliti berbagai ciri kepribadian seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah pertanyaan untuk menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau bereaksi emosional, yang khas untuk orang lain itu. Kelemahan Tes proyektif hanya diadministrasi oleh seorang psikolog yang berpengalaman dalam menggunakan alat itu dan ahli dalam menafsirkannya. 5 ) Tes Perkembangan Vocasional Tes vocasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal kesadaran kelak akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan ( vocation ) dalam memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan dan cirriciri kepribadian serta tuntunan-tuntunan sosial ekonamis; dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencana pembangunan masa depannya sendiri. Kelebihan tes semacam ini meneliti taraf kedewasaan orang muda dalam mempersiapkan diri bagi partisipasinya dalam dunia pekerjaannya ( career maturity ) 6 ) Tes Hasil Belajar (Achievement Test) Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang studi, jenis data yang dapat diambil menggunakan tes hasil belajar (Achievement Tes ) ini adalah taraf prestasi dalam belajar. Berdasarkan beberapa pendapat tentang jenis tes, penulis simpulkan yaitu tes tertulis, tes lesan, tes bakat, tes kepribadian dan tes perkembangan vocasional.

40

Penelitian ini, jenis tes yang penulis gunakan adalah: tes lisan, dan tes perbuatan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan membaca siswa sebelum dan setelah diberi tindakan. 2. Pengamatan / Observasi a. Pengertian Observasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2005 : 145) observasi adalah pengamatan objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Menurut Muhammad Idrus (2007 : 129) observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Berdasarkan pendapat diatas penulis simpulkan: observasi adalah suatu tindakan pengamatan dan pencatatan yang dilaksanakan secara langsung, partisipan dan sistimatis terhadap suatu obyak dengan menggunakan seluruh alat indra. Sedang observasi penulis gunakan sistematis. b. Jenis Observasi Observasi ada beberapa macam atau jenis. Menurut Suharsimi Arikunto (2005 : 147) observasi ditinjau dari jenisnya ada dua macam , yaitu: 1 ) Observasi nonsistematis , yaitu Observasi yang dilakukan oleh tidak menggunakan instrumen. 2 ) Obsevasi sistematis yaitu observasi yang dilakukan oleh menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. pengamat dengan yaitu obsevasi partisipan (aktif) dan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu

pengamat

dengan

41

Sedang menurut Sutrisno Hadi (2000 :141- 150) dibedakan atas :

jenis observasi

1 ) Observasi Partisipan - Observasi Nonpartisipan. Observasi Partisipan yaitu jika orang mengadakan observasi turut ambil dalam kehidupan orang yang diobsevasi, Sedang observasi nonpartisipan justru sebaliknya. 2 ) Obsevasi sistematis Observasi nonsistematis Obsevasi sistematis yaitu dimana obseever menggunakan kerangka materi atau instrumen untuk memudahkan dalam malakukan observasi. Sedang observasi nonsistematis justru sebaliknya. 3 ) Obsevasi Eksperimental - Obsevasi Noneksperimental. Obsevasi Eksperimental yaitu dimana observer oran yang didikte oleh jalannya arus peristiwa . Berdasarkan pendapat tentang jenis observasi penulis simpulkan yaitu: observasi partisipan , sistematis dan eksperimen. Adapun dalam penelitian ini jenis obsevasi/pengamatan yang penulis gunakan adalah observasi atau pengamatan partisipan dan sistematis. 3. Dokumentasi a. Pengertian Dokumen adalah salah satu alat pengumpul data , untuk melengkapi data, yang dirasa kurang lengkap dokumen. Menurut Suharsimi Arikunto (2005 : 206) Dokumen merupakan salah satu media yang digunakan untuk melengkapi data mengenai hal hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah , prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Menurut Pandit P L (2010:12) Istilah dokumen dipakai untuk satu informasi tunggal , a single unit of information (setunggal informasi), pada umumnya berisi teks, tetapi mengandung bentuk lain seperti gambar,suara hidup (moving images ).Dokumen bisa pula dikategorikan menurut bentuk fisiknya , misalnya sebuah buku, sebuah berkas, sebuah e- mail, sebuah halaman Web. atau kurang yakin bila tidak didukung dengan

42

Berdasarkan pendapat di atas penulis simpulkan, dokumen adalah pengumpulan data melalui peninggalan tertulis bisa surat kabar, transkrip, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, buku, berkas, sebuah e-mail dan arsip arsip lain yang ada kaitannya dengan prestasi keadaan siswa. Dokumen yang penulis gunakan adalah raport, daftar nilai, catatan atau buku ulangan harian siswa, untuk mengetahui kemampuan siswa pada umumnya, dan kemampuan membaca permulaan khususnya. b. Jenis Dokumentasi Untuk melengkapi data dalam penelitian, dukumen pelengkap dokumen sebagai pelengkap penelitian ini adalah: Menurut Fuadz Al-Gharuty (2009), dokumen catatan kesiswaan yang berada belakang disetiap sekolah, isinya tentang hasil atau prestasi belajar, latar keluarga, keadaan dan perkembangan pribadi atau siswa, aktivitas arsip terdiri merupakan salah satu diantara data data yang telah ada. Adapun jenis

disekolah dan di luar sekolah. Menurut Sawarji Suwandi (2008 : 68) dokumen dari: Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran, hasil tulisan atau karangan siswa, dan nilai yang diberikan guru. Berdasarkan pendapat diatas, jenis dokumen penulis simpulkan yaitu dokumen catatan kesiswaan, dokumen hasil karya siswa, dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, dokumen nilai yang diberikan guru. Jenis dokumen penulis gunakan adalah jenis dokumen catatan kesiswaan, terutama kemampuan membaca anak tunagrahita sebelum menggunakan media bermain lempar dadu huruf.

43

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes adalah alat pengukur prestasi belajar anak didik, agar tes dapat digunakan sebagai alat pengukur prestasi belajar yang baik, maka tes tersebut harus memenuhi syarat sebagai tes yang baik, yakni validitas. Tes valid artinya tes yang dibuat hendaknya dapat mengukur apa yang dapat diukur. Tes yang disusun harus sesuai dengan materi yang pernah diajarkan dan mempunyai taraf kesukaran yang sama dengan kemampuan peserta didik. Jenis-jenis validitas tes menurut Sutrisno Hadi (2000:111) antara lain: facer validity, logical validity, factorial validity, conten validity, external validity, internal validity dan empirical validity. Penulis dalam penelitian ini menggunakan uji validitas conten validity, yaitu instrumen dari beberapa butir tes yang mencerminkan suatu faktor yang tidak menyimpang dari fungsi instrumen berupa kisi-kisi buatan guru berdasarkan KTSP. Tes harus reliabel, tes cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawabanjawaban tertentu (Suharsini Arikuntoro, 2005:142). Instrumen yang sudah dapat dipercaya , yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Tehnik reliabilitas menggunakan standar isi berdasarkan standar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam pembelajaran membaca sesuai dengan KTSP. F. Validitas Data Agar penelitian dapat dipertanggungjawabkan diperlukan adanya validitas sehingga data tersebut dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan. Validitas data adalah data yang sesuai dengan apa yang akan diukur. Teknik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah riview informasi kunci dan triangulasi.

44

Triangulasi

adalah

teknik

pemeriksaan

validitas

data

dengan

memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau pembandingan data itu. Lexy Moelong dalam Sarwiji Suwandi (2008 : 69). Teknik triangulasi digunakan sumber data sebagai berikut: 1. Triangulasi sumber data a. Pemberian tes, membaca huruf awal kartu bergambar: b. Data dari raport semester II kelas A, nilai rata-rata 45 2. Triangulasi Pengumpulan data a. Tugas membaca. b. Wawancara dengan orang tua siswa tentang belajar anak di rumah. c. Diskusi dengan teman sejawat tentang fasilitas/ media pembelajaran di sekolah. Review informasi kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interprestasi temuan kepada informasi kunci sehingga diperoleh kesepakatan anatar peneliti dan informan tentang data atau informasi temuan tersebut. (Sarwiji Suwandi 2008 : 69). Review informasi kunci, mengadakan diskusi dengan kolaburator tentang kondisi anak, sikap anak, kebiasaan anak yang diamatinya dalam lingkungan sekolah umumnya dan saat pengamatan dalam kegiatan belajar khususnya. Menurut Sarwiji Suwardi,(2008:69).data dianggap valid apabila setelah melakukan kegiatan pengamatan maupun kajian dokumen diperiksa kembali oleh peneliti sehingga data tersebut valit. Kesimpulan penulis data dianggap valid apabila data itu dapat mengungkap kebenaran dan dapat digunakan dengan mudah serta dapat digunakan siapa saja. membaca di depan kelas, siswa mengalami kesulitan

45

G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian untuk hipotesis mengenai Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Bermain Lempar Dadu Huruf pada Anak Tunagrahita Kelas B Semester II di Taman Kanak-Kanak Elim Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011, penulis menggunakan tehnik deskriptif komparatif dan tehnik analisis kritis. Tehnik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yaitu membandingkan nilai awal dengan post tes I, membandingkan nilai post tes I dengan nilai post tes II. H. Indikator Kinerja Indikator sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah, adapun nilai KKM untuk bidang pengembangan bahasa yakni membaca permulaan adalah 70, artinya seorang anak telah dinyatakan melampaui ketuntasan belajar jika telah memperoleh nilai 70. Jika nilai yang diperoleh anak di bawah 70, maka belum dapat dinyatakan tuntas. I. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus dengan tahapan: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Prosedur ini secara garis besar dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan

Pengamatan

Pelaksanaan

46

Rancangan prosedur penelitian : Siklus I Perencanaan Kegiatan : 1. Menganalisis materi pelajaran 2. Menentukan dan menyiapkan materi, Mengenal huruf. 3. Membuat rencana pembelajaran. 4. Menyiapkan media pembelajaran, yaitu dadu yang bertuliskan huruf. Tindakan 5. Membuat lembar pengamatan. 1. Guru memberi penjelasan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari dengan menggunakan media lempara dadu huruf. 2. Guru meminta siswa untuk menyanyikan lagu a b c c d e f g dengan menunjuk huruf yang ada di papan tulis. 3. Guru meminta siswa menanyakan huruf yang belum dipahami. 4. Guru meminta murid mengambil dadu huruf, melempar dan membaca huruf yang muncul di posisi atas, merangkai menjadi kata. Observasi Dilakukan dengan mengamati : 1. Aktivitas menerapkan media lempar dadu huruf dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan. 2. Observasi ini untuk memperoleh

47

data tentang kemampuan membaca Refleksi permulaan. Menganalisa hasil observasi untuk memperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu di sempurnakan untuk Siklus II Perencanaan siklus berikutnya. Kegiatan : 1. Apresiasi untuk perbaikan materi yang telah diajukan pada siklus I 2. Memperbaiki kesalahan / kekurangan pada siklus II 3. Menarik anak tunagrahita untuk Tindakan bermain lempar dadu huruf 1. Siswa memainkan media lempar dadu huruf diawasi guru. 2. Siswa menjawab dengan membaca dadu yang dilempar oleh guru baik Observasi huruf maupun kata. Setelah data tentang membaca

permulaan dengan media bermain lempar dadu huruf diperoleh, dianalisa untuk mengetahui kelemahan yang Refleksi mungkin ada. Data yang diperoleh pada tahap observasi dianalisis. Hasil yang diperoleh dapat disimpulkan hasil kemampuan membaca selama 2 siklus

48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Membaca merupakan hal yang sangat mendukung anak dalam memperoleh informasi. Kemampuan membaca berpengaruh pada anak dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas B Taman kanak-Kanak Elim Sragen, kaitannya dengan kemampuan membaca yang masih kurang, maka dilakukan serangkaian tindakan guna

mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini dilakukan seperti yang telah dikemukakan bahwa penggunaan media lempar dadu huruf dirasa tepat dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita kelas B Taman Kana-Kanak Elim Sragen, karena selama ini belum pernah dicobakan pembelajaran dengan menggunakan media lempar dadu huruf sebagai sarana pembelajaran dalam bentuk permainan yang menarik. Prosedur

penelitian dilaksanakan dua siklus yang masing masing terdiri empat tahapan (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan dan (4) refleksi (reflecting). Perencanaan yang terdiri dari: Menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan yaitu materi, sarana maupun prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian baik siklus I dan II, agar semua dapat berjalan dengan teratur dan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Terkait dengan perencanaan maka peneliti membuat jadwal pelaksanaan rangkaian (observing),

49

penelitian yang akan dilakukan. berikut:

Jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai

Jadwal Kegiatan Penelitian No. 1 Minggu Ke/Bulan I Juli 2010 Kegiatan Melakukan observasi ke kelas Pembuatan kisi-kisi, item soal, lembar pengamatan. 2 II-IV Juli 2010 Melaksanakan pre test. Pelaksanaan tindakan siklus I. Evaluai 3 4 5 I Agustus 2010 II-IV Agustus 2010 I-IV September 2010 Menyiapkan Instrument pelaksanaan siklus II Melaksanakan pre test. Pelaksanaan siklus II 1. Penulisan laporan hasil penelitian dan pembahasan. 2. 3. Penulisan Bab V. Penyelesaian skripsi. Keterangan

Perbaikan dan penggandaan hasil penelitian.

A. 1. Deskripsi Kondisi Awal

Pelaksanaan Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan /observasi yang dilakukan, keadaan kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen. Siswa di Kelas B Taman Kanak-Kanak Elim terdiri dari 16 siswa, yakni 5 anak laki-laki dan 11 perempuan. Mereka memilik kemampuan yang sangat baik dalam setiap pembelajaran, termasuk

50

dalam hal membaca. Ada beberapa anak yang memiliki kemampuan membaca yang sangat lancar sehingga anak telah mampu membaca buku-buku di ruang perpustakaan, bahkan membaca surat kabar, sehingga sekolah menetapkan Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) membaca 70. Akan tetapi dari hasil pengamatan/observasi menunjukkan bahwa terdapat dua dari enam belas murid kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen yang terdiri dari dua anak laki-laki, belum dapat membaca khususnya dan sangat tertinggal pada mata pelajaran yang lain umumnya. Dalam hal membaca anak selalu memperoleh nilai jauh di bawah nilai teman-temannya, demikian juga dalam kegiatan pembelajaran yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari laporan nilai ulangan yang diperoleh selama semester II di kelas A tahun pelajaran 2009/2010 dalam pembelajaran membaca permulaan, sebagai berikut: Tabel I Nilai awal sebelum pelaksanaan siklus I (Nilai Subjek Dibandingkan dengan Nilai Siswa lain) dalam Membaca Permulaan Semester II Kelas A Taman Kanak-Kanak Elim Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010
No Kode Jenis kelamin L P P L P P L P p L p L p p L p L Usia Nilai Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

A AK AR EN F IR JG KN LT LR RW SP TL TA Y YK

5 5,2 5 5,5 5 5,3 5,7 5,4 5,5 5 6 5 5,2 5,7 5,3 5

85 80 80 85 30 35 85 90 95 90 90 85 90 85 95 95

- (Subjek) - (Subjek)

51

Keterangan: = Mampu = Belum

Berdasar hasil prestasi belajar di atas menunjukkan bahwa 2 dari 16 anak atau 12% siswa kelas B Taman Kanak-Kanak Elim belum dapat membaca permulaan, karena nilai yang diperoleh anak sangat jauh dari kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan di Taman Kanak-Kanak yaitu 70. Berdasar kondisi tersebut peneliti ingin berupaya untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada kedua anak yang mengalami keterlambatan didalam membaca permulaan tersebut, dengan menggunakan media lempar dadu huruf. Data nilai yang diperoleh kedua anak tersebut dibandingkan dengan nilai yang diperoleh teman-teman sekelasnya dapat kami tampilkan dalam suatu grafik sebagai berikut di bawah ini: Grafik Nilai Membaca Permulaan Sebelum Siklus I (Nilai Subjek dibandingkan dengan Nilai Siswa lain)

Keterangan: Subjek adalah no 5 dan 6.

52

Melihat hal tersebut, maka peneliti melakukan pre test terhadap kemampuan siswa sebagai acuan untuk menentukan keberhasilan dari tindakan yang akan dilakukan selanjutnya, kemudian memperoleh nilai sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Perolehan Kemampuan Membaca Awal/ pre Test Kode Nilai Semester I Nilai Pre test

N0

Keterangan

1 2

F IR

30 35

27 30

Turun 10% Turun 15%

Berdasar keadaan tersebut, guru hendaknya berusaha merenovasi model pembelajaran yang telah dilakukan. Salah satunya dengan mempergunakan media sebagai sarana meningkatkan kemampuan membaca siswa, dalam hal ini penulis menggunakan medialempar dadu huruf.. Dengan tujuan materi membaca dapat lebih diminati dan lebih digemari oleh siswa. Grafik Hasil Perolehan Nilai Kemampuan Membaca Awal/ Pre Test

53

2. Pelaksanaan Siklus I Siklus pertama terdiri dari 4 tahap yaitu : (1) Perencanaan , (2)Tindakan atau Pelaksanaan , (3) Observasi atau Evaluasi. a. Perencanaan (Planning). Membuat rencana pembelajaran, membuat intrumen tes dan lembar tugas siswa, serta menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran membaca melalui media lempar dadu huruf. Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Senin, 12 Juli 2010 di ruang kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen dan di lingkungan sekolah. Sedangkan rencana pelaksanaan tindakan dilaksanakan siklus I pada hari Jumat, 16 Juli 2010. Adapun tahap perencanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut: 1) Menganalisa materi pelajaran Mengkaji materi yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak. 2) Menentukan dan menyiapkan materi pengenalan huruf kepada anak. 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus I. 4) Menyiapkan media pembelajaran yaitu dadu yang bersimbolkan huruf. 5) Membuat lembar penelitian siswa yaitu berupa tes. Instrumen tes ini digunakan untuk meneliti kemampuan membaca permulaan pada anak. 6) Membuat lembar pengamatan. 7) Menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. b. Tindakan (Acting) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru memberikan apersepsi dengan membuka percakapan tentang nama benda di sekitar siswa, yaitu meja, Pengamatan , (4) Refleksi atau

54

buku, baju. Semua nama-nama benda tadi dapat di tulis dengan huruf-huruf yang terdapat dalam abjad. Selanjutnya anak disuruh menyebutkan huruf-huruf yang ada dalam abjad dan diteruskan lagu abcdefg. Guru memberikan beberapa soal kepada anak sebagai pre test, yaitu membaca huruf, suku kata dan kata. Guru menunjukkan dadu huruf kepada siswa yang berisi simbulsimbul huruf yang ada pada setiap sisinya. Guru menjelaskan dan menyebutkan kelompok vokal atau huruf hidup dan konsonan atau huruf mati kepada siswa. Kelompok konsonan berada pada kotak satu atau kelompok satu. Kelompok vokal berada pada kotak dua atau kelompok dua. Guru memberi kesempatan kepada siswa mengambil satu dadu , melempar dan membacanya. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa mengambil satu dadu pada kotak konsonan, melempar, mengambil lagi satu dadu pada kotak vokal, melempar, kemudian keduanya disusun dan dibaca. Guru mem beri kesempatan kepada siswa mengambil empat dadu dengan urutan KVKV melempar, menyusun dan membacanya. Guru memberikan beberapa soal kepada anak sebagai post test yaitu membaca huruf, suku kata dan kata, untuk mengetahui sejauhmana anak menagalami kemajuan setelah pembelajaran berlangsung. c. Pengamatan (Observing) Pelaksanaan observasi pada hari Jumat, 16 Juli 2010 terhadap kegiatan pembelajaran membaca permulaan melalui media lempar dadu huruf dari awal sampai akhir, dengan menggunakan instrument observasi yang disiapkan peneliti, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran muncul semangat terhadap minat belajar pada anak tunagrahita di kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen. Walaupun dalam siklus I ini dalm melakukan tugas yakni mengambil, melempar dan membaca huruf belum begitu tertib, kecenderungan bermain tanpa tujuan masih dominan, belum terlihat keinginan anak untuk mengetahui atau dapat membaca huruf

55

atau tulisan yang muncul. Semangat yang timbul adalah semangat hanya untuk bermain. Di bawah ini kami sajikan hasil pengamatan yang penulis lakukan, melalui lembar pengamatan, Nilai setelah pelaksanaan siklus I dan grafik nilai perolehan anak pada siklus I. Hasil pengamatan dapat dilihat pada lembar pengamatan seperti di bawah ini: Lembar Pengamatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Aspek yang diamati Frekuensi kesalahan dalam membaca Kesalahan membedakan huruf b dengan d Kesalahan membedakan huruf p dengan q Kesalahan membedakan huruf m dengan n Kesalahan membedakan huruf s dengan z Kesalahan membedakan huruf v dengan u Membaca terlalu lama Tidak Tiduran Tidak mengerjakan tugas Mengganggu teman-teman Berceritera atau berteriak-teriak saat pelajaran berlangsung mengikuti pelajaran sungguh-sungguh Farel Ya Tidak dengan Ian Ya Tidak

56

Hasil dari evaluasi membaca pada akhir siklus I menunjukkan adanya peningkatan sebagai berikut: Tabel 3 Nilai setelah pelaksanaan siklus I Nilai Ulangan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Semester I Kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011 No Kode Pre test Post test Kemajuan Keterangan

27

45

66,6%

Belum tuntas

IR

30

55

83,3%

Belum tuntas

Dari nilai yang diperoleh anak setelah pelaksanaan siklus I dapat dibuat grafik sebagai berikut: Grafik Hasil Perolehan Nilai Kemampuan Membaca Setelah Siklus I

606162

57

d. Refleksi ( Reflecting) Hasil dari proses pembelajaran dalam siklus I dari perencanaan sampai pada kegiatan evaluasi, ada beberapa hal yang penulis sampaikan, yakni: 1) Hasil tindakan pada siklus I telah menunjukkan kenaikan yang berarti, atau meningkat 66,6% bagi Farel dan 83,3 % bagi Ian. Peningkatan prestasi belajar kedua subjek tersebut dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan masih jauh dari harapan. 2) Hasil belajar membaca permulaan kedua subjek tersebut jika dibandingkan dengan KKM yang ditentukan baru mencapai dan Ian baru mencapai telah ditentukan oleh sekolah. 3) Kesimpulan dari siklus I adalah tindakan yang dilaksanakan belum dapat meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan terhadap keadaan subjek, atau belum tuntas, maka diperlukan lagi perencanaan pada siklus berikutnya. Memfokuskan perhatian anak kepada hasil yang akan dicapai harus lebih ditekankan, Frekuensi lemparan, menyusun dan membaca perlu ditingkatkan. Perbaikan pada siklus II mengacu pada kekurangan-kekurangan yang telah disebutkan di atas. 3. Pelaksanaan Siklus II Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Senin, 9 Agustus 2010 di ruang kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen dan di lingkungan sekolah. Sedangkan rencana pelaksanaan tindakan dilaksanakan siklus II pada hari Selasa, 20 Juli 2010.
ss 70 45 70

x100 = 64% bagi Farel

x100 = 79% , artinya masih di bawah KKM yang

58

Siklus II dimaksudkan untuk mengadakan perbaikan pada siklus I, sehingga hal-hal yang ingin dicapai dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas B Taman Kanak-Kanak Elim tercapai. Siklus II terdiri dari : a. Perencanaan Rancangan prosedur penelitian dalam kegiatan perencanaan adalah: 1) Menganalisa kembali hal- hal yang telah dievaluasi pada siklus I 2) Memperbaiki kesalahan/ kekurangan pada siklus I 3) Menentukan dan menyiapkan materi pengenalan huruf kepada anak. 4) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk siklus II 5) Menyiapkan media pembelajaran yaitu dadu yang bersimbolkan huruf. 6) Membuat lembar penelitian siswa yaitu berupa tes. Instrumen tes ini digunakan untuk meneliti kemampuan membaca permulaan pada anak. 7) Membuat lembar pengamatan. 8) Menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. b. Tindakan (Acting) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru memberikan apersepsi dengan membuka percakapan tentang nama benda di sekitar siswa, yaitu kaca, bola,mata, kaki. Semua nama-nama benda tadi dapat di tulis dengan huruf-huruf yang terdapat dalam abjad. Selanjutnya anak disuruh menyebutkan huruf-huruf yang ada dalam abjad dan diteruskan lagu abcdefg. Guru memberikan beberapa soal kepada anak sebagai pre test, yaitu membaca huruf, suku kata dan kata. Guru menunjukkan dadu huruf kepada siswa yang berisi simbulsimbul huruf yang ada pada setiap sisinya. Guru menjelaskan dan menyebutkan kelompok vokal atau huruf hidup dan konsonan atau huruf mati kepada siswa. Kelompok konsonan berada pada kotak satu atau kelompok satu. Kelompok vokal berada pada kotak dua atau kelompok dua.

59

Guru memberi tugas kepada siswa untuk mengambil dadu huruf, melempar dan membacanya sebanyak sepuluh kali. Pemberian hadiah/ penghargaan pada setiap keberhasilan yang dicapai anak. Guru memberi tugas kepada siswa untuk mengambil dua dadu huruf (KV), melempar dan membacanya sebanyak sepuluh kali. Pemberian hadiah/ penghargaan pada setiap keberhasilan yang dicapai anak. Pemberian tugas kepada siswa mengambil empat dadu (KVKV), melempar, menyusun dan membacanya sebanyak lima kali. Pemberian hadiah/ penghargaan pada setiap keberhasilan yang dicapai anak. Guru memberikan beberapa soal kepada anak sebagai post test yaitu membaca huruf, suku kata dan kata, untuk mengetahui sejauhmana anak menagalami kemajuan setelah pembelajaran berlangsung c. Pengamatan (observing) Hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran membaca permulaan melalui media lempar dadu huruf pada siklus II menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran muncul semangat yang lebih besar dibanding dengan siklus I, terhadap minat belajar pada anak tunagrahita di kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen. Semangat tersebut dapat terlihat dari keceriaan anak dalam mengikuti pembelajaran, tidak terjadi kejenuhan sampai selesainya kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan telah diperbaikinya kekurangan-kekurangan yang muncul pada siklus I, yakni kurang penguasaan guru terhadap murid dan pengarahan terhadap tujuan penelitian dan tidak diberikannya reward atau penghargaan pada siklus I. Setelah diadakan perbaikan dalam penanganan anak atau pengkondusifan kondisi dalam pembelajaran dan pemberian hadiah/ reward pada siklus II ternyata mampu meningkatkan motivasi anak, sehingga pada siklus II anak nampak lebih tertib, mudah diatur dan diarahkan serta semangat yang tinggi muncul pada siklus II.

60

Di bawah adalah hasil pengamatan yang penulis lakukan, melalui lembar pengamatan, Nilai setelah pelaksanaan siklus II dan grafik nilai perolehan anak pada siklus II. Hasil pengamatan dapat dilihat pada lembar pengamatan seperti di bawah ini: Lembar Pengamatan Kemampuan Membaca Permulaan pada Siklus II Anak Tunagrahita Kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen Aspek yang diamati Farel Ian Ya Tidak Ya Tidak Frekuensi kesalahan dalam membaca Kesalahan membedakan huruf b dengan d Kesalahan membedakan huruf p dengan q Kesalahan membedakan huruf m dengan n Kesalahan membedakan huruf s dengan z Kesalahan membedakan huruf v dengan u Membaca terlalu lama Tidak mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh Tiduran Tidak mengerjakan tugas Mengganggu teman-teman Berceritera atau berteriak-teriak saat pelajaran berlangsung

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Hasil dari evaluasi membaca pada akhir siklus II menunjukkan adanya peningkatan sebagai berikut:

61

Tabel 4 Nilai setelah pelaksanaan siklus II Nilai Ulangan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Semester I Kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011 No Kode Pre test Post test Kemajuan Keterangan

1 2

F IR

45 55

70 75

55,5% 36,6%

Tuntas Tuntas

Dari nilai yang diperoleh anak setelah pelaksanaan siklus II dapat dibuat grafik sebagai berikut:

d. Refleksi Hasil dari proses pembelajaran dalam siklus II dari perencanaan sampai pada kegiatan evaluasi, terdapat peningkatan kognitif pada anak yaitu peningkatan kemampuan membaca permulaan anak Farel dan Ian, yakni: Hasil belajar membaca Farel menunjukkan peningkatan dari siklus I yaitu dari nilai 45 menjadi 70. Farel mengalami kenaikan nilai sebesar
45 70

x100 = 55.5%

62

pada siklus II, yang berarti telah berhasil mencapai KKM yang ditetapkan sekolah, yaitu 70. Hasil belajar membaca Ian menunjukkan peningkatan dari siklus I yait dari nilai 55 menjadi 75. Ian mengalami kenaikan nilai sebesar
55 70

x100 = 36,6%

pada siklus II, yang berarti telah berhasil melampaui KKM yang ditetapkan sekola yaitu 70. B. Hasil Penelitian Berdasarkan tindakan yang dilakukan pada setiap siklus, dapat dihasilkan tindakan antar siklus sebagai berikut: 1. Perubahan sikap dalam pembelajaran pada anak Farel, yaitu: Mengalami penurunan frekuensi kesalahan dalam membaca, sudah mampu membedakam huruf b dengan b, p dengan q, s dengan z, v dengan u. Namun masih sering keliru membedakan huruf n dengan m. Anak mampu membaca lebih lancar, mengikuti pembelajaran dengan sungguhsungguh, tidak tiduran saat mengikuti pelajaran, mengerjakan tugas dengan baik. 2. Perubahan sikap dalam pembelajaran pada anak Ian, yaitu: Mengalami penurunan frekuensi kesalahan dalam membaca, sudah mampu membedakam huruf b dengan b, p dengan q,mampu membedakan huruf m dengan n, s dengan z, v dengan u. Anak mampu membaca lebih lancar, mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh, tidak tiduran saat mengikuti pelajaran, mengerjakan tugas dengan baik, namun seperti kebiasaan sebelumnya anak Ian suka mengganggu teman-temannya dan suka berteriak-teriak saat mengikuti pelajaran.

63

Tabel 5 Nilai kemampuan yang dicapai anak No Kode Peningkatan yang dicapai

Pre test

Siklus I

Siklus II

1 2

F IR

27 30

45 55

70 75

Hasil perkembangan/ kemajuan dicapai oleh subjek, dapat dilihat dalam grafik di bawah ini: Grafik Perolehan Nilai kemampuan Membaca Pre test, Siklus I, Siklus II

64

3. Kesimpulan Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media lempar dadu huruf, anak mengalami peningkatan dalam kemampuan membaca permulaan pada tiap siklus yang diksanakan. Peningkatan yang dicapai anak dari awal sampai akhir dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 6 Nilai Kemampuan membaca yang di peroleh anak selama kegiatan penelitian No 1 2 Kode F IR Kondisi Awal 27 30 Siklus I 45 55 Siklus II 70 75

Rata - Rata

28,5

50

72,5

Dari hasil kegiatan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak mengalami peningkatan kemampuan dalam membaca permulaan, Sehingga anak mampu membaca permulaan dengan lebih lancar. C. Pembahasan Kemampuan membaca memiliki peran yang sangat besar dalam kema-juan anak didalam proses belajar khususnya dan pada perkembangan umumnya. Anak tunagrahita umumnya mengalami keterlambatan atau tertinggal dalam kemampuan membacanya dibanding dengan teman normal yang sebayanya. Kemampuan membaca anak tunagrahita kelas B Taman Kanak-kanak Elim Sragen perlu ditingkatkan semaksimal mungkin, melalui media yang sesuai dengan karakter anak pada umumnya yakni bermain, dan sesuai

65

dengan karakter anak tunagrahita khususnya yakni belajar dengan hal-hal yang kongkrit agar mu-dah dimengerti anak, sehimgga mampu membangkitkan motivasi bagi anak serta mendorong anak agar belajar lebih giat lagi. Keyakinan peneliti akan adanya kemajuan dalam setiap usaha, mendorong peneliti untuk mencobakan media yang menarik minat anak dalam belajar membaca yakni media bermain lempar dadu huruf. Media bermain lempar dadu huruf adalah bentuk permainan yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran anak dalam berbagai hal, misalnya berhitung, pengenalan bentuk, warna dan lain sebagainya. Media bermain lempar dadu huruf dalam penelitian ini penulis gunakan sebagai sarana dalam pembelaja- ran membaca yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permu-laan pada anak. Media bermain lempar dadu huruf sangat menarik dalam pembelajaran, walaupun memiliki kelemahan. 1. Kelemahan-kelemahan media bermain lempar dadu huruf diantaranya adalah: a. Menyita banyak waktu Untuk membaca satu huruf memerlukan banyak waktu, karena anak harus melempar terlebih dahulu sebuah dadu kemudian memperhatikan untuk dibaca, Untuk membaca suku kata memerlukan waktu yang agak lama karena harus melempar dua atau tiga huruf kemudian disusun dan dibaca, Untuk membaca suku kata anak harus mengambil empat dadu (KVKV), diliempar, disusun kemudian dibaca. b. Kadang-kadang huruf yang muncul tidak membentuk kata yang punya arti. Misalnya anak mengambil dadu pada kelompok vokal dan dilemparkan, lalu mengambil dadu pada kelompok konsonan dan dilemparkan, kadang-kadang vokal yang muncul setelah digabung dengan konsonan tidak membentuk kata yang memiliki arti. Contoh: 1) lemparan pertama konsonan yang muncul adalah b

66

2) lemparan kedua vokal yang muncul adalah i 3) lemparan ketiga konsonan yang muncul adalah m 4) lemparan keempat vokal yang muncul adalah u Kata yang muncul setela dadu disusun adalah b i m u c. Memerlukan banyak sekali dadu. Dadu harus dipersiapkan dalam jumlah yang banyak, tidak hanya sebanyak jumlah huruf dalam satu abjad akan tetapi lebih dari itu, agar kata-kata yang dapat disusun oleh anak dalam jumlah yang banyak dan bervariasi. 2. Cara mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran melalui media bermain lempar dadu huruf adalah: a. Untuk menyingkat waktu, diadakan kerjasama dengan teman atau guru dalam menyusun urutan lemparan, jadi anak yang melempar tidak harus bolak-balik menyusun huruf yang dilemparnya. b. Jika anak menghasilkan lemparan yang setelah disusun ternyata kata tersebut tidak memiliki arti, teruskan saja anak membaca kemudian diberi pujian saat dia sudah berusaha melempar dan membaca. Beri penjelasan kalau kata tersebut tidak memiliki arti, akan tetapi anak telah bagus dalam melaksanakan tugasnya. c. Lakukan dengan menyusun satu atau dua kata kemudian dibaca. Jangan menyusun terlalu banyak kata sekaligus yang memerlukan terlalu banyak dadu. 1. Kelebihan dari pembelajaran membaca permulaan lewat bermain lempar dadu huruf ini adalah : a. Anak memilih sendiri dadu huruf yang dilemparnya sehingga anak bersemangat. Pemberian kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihan merupakan hal yang menyenangkan bagi anak, anak merasa bersemangat dan kepercayaan dirinya tumbuh. b. Tidak mengantuk dan bosan karena anak beraktifitas dengan aktif. Anak diberi kesempatan untuk mengambil/memilih, melempar, menyusun dan membacanya, sehingga anak aktif. Saat anak memilih

67

ada aktifitas dalam segi kognitif dan motorik halus, saat anak melempar ada aktifitas dalam motorik kasarnya. Setelah melempar anak dengan senangnya cepat-cepat ingin mengetahui apa isi/ bacaan dari lemparan yang akan disusunnya. Saat menyusun aktifitas dalam kognitifnya bekerja, motorik halusnya juga bekerja. Anak ingin segera membaca dari hasil lemparan yang telah disusun tadi dengan mengaktifitaskan aspek kognitifnya. c. Anak tertarik untuk mengetahui huruf apa yang keluar dan kata apa yang muncul dari setiap lemparan yang dibuatnya sendiri. Anak akan merasa bangga jika huruf yang dilemparnya dapat membentuk suatu kata yang memiliki arti. Anak yang belum dapat menyusun huruf menjadi kata akan berusaha mencoba lagi sehingga mereka memiliki keinginan untuk mencoba dan mencoba lagi. Media bermain lempar dadu huruf sangat membantu anak dalam pembelajaran, termasuk dalam meningkatkan kemampuan membaca anak, Untuk itu perlu dipergunakan sebagai media pembelajaran sehari-hari guna membantu anak dalam meningkatkan minat belajarnya, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.

68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa pembelajaran dengan media bermain lempar dadu huruf Sragen tahun pelajaran 2010/2011. B. Saran Sehubungan dengan kesimpulan penelitian di atas, maka diajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi Siswa a. Hasil penelitian ini hendaknya dipergunakan sebagai sarana pembelajaran yang menarik dan mampu memotivasi semangat belajar sehingga dapat tercapai perkembangan yang optimal. b. Berkreatifitas untuk menggunakan sesuatu yang ada di sekitarmu bagi peningkatan kemampuan yang kalian miliki. 2. Bagi Guru a. Guru Taman Kanak-Kanak Elim hendaknya menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media bermain lempar dadu huruf pada pelajaran membaca permulaan, karena media tersebut ternyata efektif digunakan sebagai sarana untuk meningkatakan kemampuan membaca permulaan pada anak. b. Guru-guru hendaknya kreatif menggunakan media lempar dadu huruf sebagai sarana yang bervariasi dalam pembelajaran agar mampu membangkitkan minat belajar pada anak, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan maksimal dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita kelas B Taman Kanak-kanak Elim

69

DAFTAR PUSTAKA Anggie Siti Saadah. 2009. Karakteristik Anak Tunagrahita http://saunganggie.blogspot.com/2009/07/karakteristik-anaktunagrahita.html, Dounloud 21 juni 2010

Arif Sadiman S., dkk. 2003. Media Pendidikan ( Pengertian , Pengembangan , dan Pemanfaatan ) . Jakarta : PT Raja Gravindo Persada Astati,2010. Tunagrahita, http://astati.wordpress.com/2010/05/02/tunagrahita/ Dounloud 21 Juni 2010 Baitul Alim, 2006. Pengertian Tes. http://www.psikologzone.com/pengertiandefinisi-tes-dalam-psikologi, Duonloud 10 juni 2010. Defli, 2009. Pengertian Anak Tunagrahita. http://r.yuwie.com/blog/entry.asp?id=932768 & eid=602755

Devid Haryalesmana, 2009. PengertianMembaca, http://guruit07.blogspot.com/2009/01/pengertian-membaca.html Fuadz Al-gharuty, 2009. http://adzeglar.wordpress.com/2009/02/02/studidokumen-dalam-penelitian-kualitatif.

Hj. Chasiyah, 2007. Psikologi Perkembangan Anak I. FKIP Surakarta. indonesia/article/view/272/0 Mathedu, 2009. membaca.html http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-

Mbahbrata, 2009. Membaca permulaan dan permainan bahasa. http://Mbahbrataedu.blogspot.com/2009/06/membaca-permulaan-permainan-bahasa. Dounload 12 April 2010. Mengenal Pendidikan Terpadu. 2004. Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Departemen Pendidikan Nasional. Muhammad Idrus. 2007. Indonesia Metode Penelitian Ilmu - ilmu Sosial. Graha

Mulyono Abdurrahman, 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, Jakarta. Rineka cipta. Munawir Yusuf, 2005. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta.

70

Oemar

Hamalik. 2005. perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Jakarta : Bumi Aksara. Pendit, PL 2010. Jenis Data Dan Metode Pengumpulan Data . Jakarta Bumi Aksara Purwodarminto, WJS 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta. Sarwiji Suwandi, 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan penulisan Karya Ilmiah. Penilaian Sertifikasi Guru Rayon 13, Surakarta. 2008. Seva Andini Kusnawanto, 2007. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastraIndonesia/article/view/272/0 Slameto. 1993. Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengarui. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas. Suharsimi Arikunto. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek ( Edisi Revisi IV ). Jakarta : Rineka Cipta Sunardi, 2009. Mengelola Kurikulum pada Pendidikan Inklusi. Makalah Simposium dan Temu Ilmiah Nasional. Jakarta. _______________ Kecenderungan dalam Pendidikan Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Jakarta. Sutjihati Somantri, 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jedral Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Guru. Sutrisno Hadi, 2000. Metodologi Research Jilid 1, 2 dan 3 Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Tarmizi, 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Membaca Permulaan. http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/02 penerapan-metode pembelajaran permulaan. Dounload 12 April 2010. Wikipedia,2009. Difinisi media http://mataharieducare.wordpress.com/ Dounload 2010 Mei 12. Wijaya Kusumah, 2007. http://media-grafika.com/pengertian-mediapembelajaran.html, Dounloud 17 juni 2010.

71

Metode Pembelajaran http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/02 permulaan. Dounload 12 April 2010.

Membaca penerapan-metode

Permulaan. pembelajaran

Wikipedia,2009. Difinisi media http://mataharieducare.wordpress.com/ Dounload 2010 Mei 12. Wijaya Kusumah, 2007. http://media-grafika.com/pengertian-mediapembelajaran.html, Dounloud 17 juni 2010.

72

LAMPIRAN

73

DATA ANAK A. 1. Nama anak : Farel : Laki-laki : Sragen, 17 September 2005 : Kristen : 123 Cm : 20 Kg :B : Taman Kanak-Kanak Elim, Sragen

2. Jenis Kelamin 3. Tempat/tgl lahir 4. Agama 5. Tinggi badan 6. Berat badan 7. Kelas 8. Sekolah

B. 1. Nama anak 2. Jenis Kelamin 3. Tempat/tgl lahir 4. Agama 5. Tinggi badan 6. Berat badan 7. Kelas 8. Sekolah

: Ian Rudyanto : Laki-laki : Sragen, 6 Juli 2005 : Kristen : 119 Cm : 18 Kg :B : Taman Kanak-Kanak Elim, Sragen

74

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian No. 1 Minggu Ke/Bulan I Juli 2010 Kegiatan Melakukan observasi ke kelas Pembuatan kisi-kisi, item soal, lembar pengamatan. Keterangan

II-IV Juli 2010

Melaksanakan pre test. Pelaksanaan tindakan siklus I. Evaluai

I Agustus 2010

Menyiapkan

Instrument

pelaksanaan siklus II

II-IV Agustus 2010

Melaksanakan pre test. Pelaksanaan siklus II

5 I-IV September 2010 4. Penulisan laporan hasil penelitian dan pembahasan. 5. 6. Penulisan Bab V. Penyelesaian skripsi.

Perbaikan dan penggandaan hasil penelitian.

75

Lampiran 2 Kisi kisi instrumen N0 Standar Kompetensi 1. Pembentukan Perilaku melalui Pembiasaan Kompetensi Dasar 1.1 Mendengarkan Bacaan/ syair bernafaskan agama Indikator 1. Dapat menempel kata sesuai gambar 2. Dapat menempel gambar sesuai kata 3. Dapat menyebut kata dibantu gambar 1.2 Membaca Mengungkapkan isi syair 4. Dapat menempel suku kata yang kurang pada awal kata dengan bantuan gambar 5. Dapat menempel suku kata yang kurang pada tengah kata dengan bantuan gambar 6. Dapat menempel suku kata yang kurang di belakang kata dengan bantuan gambar 1.3 Menulis kata sederhana dengan benar Jumlah 10 7. Dapat menulis kata sederhana 10 9 8 7 3-4 5-6 N0 Item 1-2

76

Cara Penilaian Jawaban benar nilainya Jawaban salah nilainya Nilai akhir = Skor 1 =1 =0 = 10

Skor total jika benar semua nilainya

77

Lampiran 3 SOAL TRY OUT Nama : Kelas : Test tertulis I. Berilah tanda silang ( X ) huruf a, b, c pada jawaban yang benar ! 1.

a. Pisang 2.

b. Jeruk

c. Nanas

a. Pisang 3. Mawar a. ............

b. Jeruk

c. Nanas

b. .................

c. ................

78

4.

Gajah b. ........................ c.........................

a. .....................

5. Gambar apakah ini.........

6. Gambar apakah ini.......

7. Lengkapilah a. ra b. ri c. ru

. . . mah

79

.
a. la b. li c. lo

Te.....nga

9.

je . . . . a. rik b. ruk c. rak

* Tulislah nama gambar di bawah ini 10.

.....................

Mengetahui Ka TK. Elim Sragen

Sragen, 14 Juli 2010 Guru kelas B, TK Elim Sragen

Dobirson S.

Sri Mulyati

80

Lampiran 4

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) SIKLUS I


Pengembangan Tema Kelas / Semester Pertemuan Alokasi Waktu : Bahasa Indonesia : Tanaman : B, Taman Kanak-Kanak / I : 1 : 1 x 30 menit

A. Standar Kompetensi

1. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan B. Kompetensi Dasar 1.14 Bercerita Menyebutkan nama tokoh dalam cerita 1.16 Menghubungkan tulisan dengan gambar 1.12 Mengelompokkan kata-kata yang sejenis C. Indikator : :

1. Menyebutkan nama tokoh dalam cerita 2. Menceritakan gambar tanaman 3. Membaca sederhana 4. Menghubungkan tulisan dengan gambar 5. Mengelompokkan kata-kata yang sejenis 6. Menyusun huruf menjadi kata

81

D. Tujuan Pembelajaran

1. Anak dapat menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita. 2. Anak dapat menceritakan kembali cerita dari gambar seri dengan bahasanya sendiri. 3. Anak dapat membaca nama tokoh-tokoh dalam cerita. 4. Anak dapat membaca peristiwa dalam cerita melalui tulisan yang ada dalam Gambar. 5. Anak dapat menghubungkan tulisan dengan gambar secara tepat. 6. Anak dapat mengelompokkan kata-kata yang sejenis. 7. Anak dapat menyusun huruf menjadi kata. E. Materi Pelajaran

* Tanaman

Pak Sardi finggal di desa, ia sangat rajin.

Ia menanam buah-buahan

Jeruk, Pisang, Nanas, Mangga dan masih banyak lagi buah yang lainnya. Pak Sardi menjual hasil kebunnya ke kota. Pak Sardi pergi kota naik kuda. Di kota terdapat banyak kendaraan ada becak, sepeda motor, mobil dan

82

Kendaraan yang lain-lainnya.

Becal F. Metode Pembelajaran 1. Ceramah. 2. Tanya jawab. 3. Pemberian tugas.

Sepeda motor

Mobil

4. demonstrasi dengan gambar dan dadu. G. Langkah langkah Kegiatan Pembelajaran. 1. Kegiatan awal a. Anak diajak duduk dalam suasana belajar , berdoa dan presensi b. Apersepsi 2. Kegiatan Inti. a. Anak mendengarkan guru tentang cerita dari gambar b. Anak menyebutkan nama tokoh yang ada dalam cerita c. Anak menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri d. Anak membaca tulisan yang ditunjukkan guru e. Anak mengerjakan tugas menghubungkan gambar dengan tulisan yang sesuai. f. Anak menyusun huruf menjadi kata dengan menggunakan dadu huruf

83

3. Kegiatan Akhir a. Guru menyimpulkan materi yang telah disajikan b. Siswa diberi tugas guru untuk dikerjakan c. Guru memberi pekerjaan untuk dikerjakan dirumah d. Guru menilai hasil pekerjaan siswa dan menyimpulkannya. H. Alat dan Sumber Bahan 1. Alat / media Pelajaran 2. Sumber Bahan : Kartu bergambar, Dadu huruf : Kreasi guru : Buku PAUD, Penerbit Makmur Jaya Seri 5, halaman 5-6. I. Penilaian / Evaluasi 1. Test Lisan : dilaksanakan pada proses pembelajaran berlangsung.

2. Test perbuatan dan lesan : a. menempel gambar sesuai kata yang tertulis. b. menempel kata sesuai dengan gambar. c. Menempel suku kata yang kurang sesuai gambar d. Melempar dadu huruf, menyusun dan membaca Kreteria Penilaian Kenerja. Mampu melakukan sendiri dengan baik dan benar diberi sekor 4 Mampu melakukan dengan sedikit bantuan diberi sekor Mampu melakukan dengan banyak bantuan diberi sekor Belum mampu melakukan diberi skor 3 2 1

84

Skor perolehan 4 3 2 1 N0 1. 2 3 4 Aspek yang dinilai Menempel kata sesuai gambar yang tertulis Menempel gambar sesuai dengan kata. Menempel suku kata yang kurang sesuai gambar Menyusun huruf dengan lemparan dadu dan membacanya. Jumlah

Skor maksimum 4 4 4 4

16

Jumlah skor yang diperoleh x 10 Nilai Akhir = Skor maksimum =

.... 16

x 10 = =

NA = --------------

85

J. Test tertulis I. Berilah tanda silang ( X ) huruf a, b, c pada jawaban yang benar ! 1.

a. Pisang

b. Jeruk

c. Nanas

2.

a. Pisang

b. Jeruk

c. Nanas

3.

Mawar a. ............ b. ................. c. ................

86

4.

Gajah a. ..................... b. ........................ c.........................

5. Gambar apakah ini.........

6. Gambar apakah ini.......

7. Lengkapilah a. ra . . . mah b. ri c. ru

87

.
a. la b. li c. lo

Te.....nga

9.

je . . . . a. rik b. ruk c. rak

* Tulislah nama gambar di bawah ini 10.

.....................

Mengetahui Ka TK. Elim Sragen

Sragen, 16 Juli 2010 Guru kelas B, TK Elim Sragen

Dobirson S.

Sri Mulyati

88

Lampiran 5 Lembar Pengamatan Aktivitas dan Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Frekuensi kesalahan dalam membaca Kesalahan membedakan huruf b dengan d Kesalahan membedakan huruf p dengan q Kesalahan membedakan huruf m dengan n Kesalahan membedakan huruf s dengan z Kesalahan membedakan huruf v dengan u Membaca terlalu lama Tidak Tiduran Tidak mengerjakan tugas Mengganggu teman-teman Berceritera atau berteriak-teriak saat pelajaran berlangsung mengikuti pelajaran sungguh-sungguh Aspek yang diamati Farel Ya Tidak dengan Ian Ya Tidak

Guru / Peneliti

Sragen, 16 Juli 2010 Pengamat / Teman Sejawat

( SRI MULYATI )

( IRA MUTIARANI )

89

Lampiran 6 Lembar Pengamatan Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus I N0 1. Aspek yang dinilai Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran 1.1. Menyiapkan ruangan, alat bantu dan sumber belajar 1.2. Melaksanakan tugas harian kelas 2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran 2.1 Melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai dengan Tujuan, situasi dan sesuai lingkungan 2.2.Menggunakan alat Bantu ( media ) pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, situasi dan sesuai lingkungan 2.3. Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual, kelompok atau efiensi. 2.4. Mengelola pembelajaran waktu secara klasikal 3. Mengelola interaksi kelas a. Memberikan petunjuk dan penjelasan yang b. terkait dengan isi pembelajaran 3.2. Menjawab pertanyaan dari respon siswa 3.3. Menggunakan ekspresi lisan, tulisan , isyarat, dan Gerakan badan 3.4. memicu dan memelihara ketertiban siswa 3.5. Memantapkan penguasaan materi v v v v v v v v v Ya v v Tdk

90

4.

Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positip siswa terhadap merespon materi 4.1. Menunjukkan sikap ramah, hangat luwes, terbuka, penuh pengertian dan sabar terhadap siswa. 4.2. Menunjukkan kegairahan mengajar 4.3. Mengembangkan hubungan antara pribadi yang sehat dan serasi 4.4. Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangannya 4.5. Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri Melaksanakan evaluasi proses hasil belajar 5.1. Melaksanakan penilaian selama pembelajaran 5.2. Melaksanakan penilaian pada pembelajaran proses akhir

v v v v v

5.

v v

Guru / Peneliti

Sragen, 16 Juli 2010 Pengamat / Teman Sejawat

( SRI MULYATI )

( IRA MUTIARANI )

91

Lampiran 7

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) SIKLUS II


Pengembangan Tema Kelas / Semester Pertemuan Alokasi Waktu : Bahasa Indonesia : Tanaman : B, Taman Kanak-Kanak / I : 1 : 1 x 30 menit

A. Standar Kompetensi

1. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan B. Kompetensi Dasar 1.14 Bercerita Menyebutkan nama tokoh dalam cerita 1.16 Menghubungkan tulisan dengan gambar 1.12 Mengelompokkan kata-kata yang sejenis C. Indikator : :

1. Menyebutkan nama tokoh dalam cerita 2. Menceritakan gambar tanaman 3. Membaca sederhana 4. Menghubungkan tulisan dengan gambar 5. Mengelompokkan kata-kata yang sejenis 6. Menyusun huruf menjadi kata

92

D. Tujuan Pembelajaran

1. Anak dapat menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita. 2. Anak dapat menceritakan kembali cerita dari gambar seri dengan bahasanya sendiri. 3. Anak dapat membaca nama tokoh-tokoh dalam cerita. 4. Anak dapat membaca peristiwa dalam cerita melalui tulisan yang ada dalam Gambar. 5. Anak dapat menghubungkan tulisan dengan gambar secara tepat. 6. Anak dapat mengelompokkan kata-kata yang sejenis. 7. Anak dapat menyusun huruf menjadi kata. E. Materi Pelajaran

* Tanaman

Pak Sardi finggal di desa, ia sangat rajin.

Ia menanam buah-buahan

Jeruk, Pisang, Nanas, Mangga dan masih banyak lagi buah yang lainnya. Pak Sardi menjual hasil kebunnya ke kota. Pak Sardi pergi kota naik kuda.

93

Di kota terdapat banyak kendaraan ada becak, sepeda motor, mobil dan Kendaraan yang lain-lainnya.

Becak F. Metode Pembelajaran 1. Ceramah. 2. Tanya jawab. 3. Pemberian tugas.

Sepeda motor

Mobil

4. demonstrasi dengan gambar dan dadu. G. Langkah langkah Kegiatan Pembelajaran. 1. Kegiatan awal a. Anak diajak duduk dalam suasana belajar , berdoa dan presensi b. Apersepsi 2. Kegiatan Inti. a. Anak mendengarkan guru tentang cerita dari gambar b. Anak menyebutkan nama tokoh yang ada dalam cerita c. Anak menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri d. Anak membaca tulisan yang ditunjukkan guru e. Anak mengerjakan tugas menghubungkan gambar dengan tulisan yang sesuai. f. Anak menyusun huruf menjadi kata dengan menggunakan dadu huruf

94

3. Kegiatan Akhir a. Guru menyimpulkan materi yang telah disajikan b. Siswa diberi tugas guru untuk dikerjakan c. Guru memberi pekerjaan untuk dikerjakan dirumah d. Guru menilai hasil pekerjaan siswa dan menyimpulkannya. H. Alat dan Sumber Bahan 1. Alat / media Pelajaran 2. Sumber Bahan : Kartu bergambar, Dadu huruf : Kreasi guru : Buku PAUD, Penerbit Makmur Jaya Seri 5, halaman 5-6. I. Penilaian / Evaluasi 1. Test Lisan : dilaksanakan pada proses pembelajaran berlangsung.

2. Test perbuatan dan lesan : a. menempel gambar sesuai kata yang tertulis. b. menempel kata sesuai dengan gambar. c. Menempel suku kata yang kurang sesuai gambar d. Melempar dadu huruf, menyusun dan membaca Kreteria Penilaian Kenerja. Mampu melakukan sendiri dengan baik dan benar diberi sekor 4 Mampu melakukan dengan sedikit bantuan diberi sekor Mampu melakukan dengan banyak bantuan diberi sekor Belum mampu melakukan diberi skor 3 2 1

95

Skor perolehan 4 3 2 1 N0 1. 2 3 4 Aspek yang dinilai Menempel kata sesuai gambar yang tertulis Menempel gambar sesuai dengan kata. Menempel suku kata yang kurang sesuai gambar Menyusun huruf dengan lemparan dadu dan membacanya. Jumlah

Skor maksimum 4 4 4 4

16

Jumlah skor yang diperoleh x 10 Nilai Akhir = Skor maksimum =

.... 16

x 10 = =

NA = --------------

96

J. Test tertulis I. Berilah tanda silang ( X ) huruf a, b, c pada jawaban yang benar ! 1.

a. Pisang

b. Jeruk

c. Nanas

2.

a. Pisang

b. Jeruk

c. Nanas

3.

Mawar a. ............ b. ................. c. ................

97

4.

Gajah a. ..................... b. ........................ c.........................

5. Gambar apakah ini.........

6. Gambar apakah ini.......

7. Lengkapilah a. ra . . . mah b. ri c. ru

98

.
a. la b. li c. lo

Te.....nga

9. a. rik

je . . . .

b. ruk c. rak * Tulislah nama gambar di bawah ini 10.

.....................
Mengetahui Ka TK. Elim Sragen Sragen, 9 Agustus 2010 Guru kelas B, TK Elim Sragen

Dobirson S.

Sri Mulyati

99

Lampiran 8 Lembar Pengamatan Aktivitas dan Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Aspek yang diamati Frekuensi kesalahan dalam membaca Kesalahan membedakan huruf b dengan d Kesalahan membedakan huruf p dengan q Kesalahan membedakan huruf m dengan n Kesalahan membedakan huruf s dengan z Kesalahan membedakan huruf v dengan u Membaca terlalu lama Tidak Tiduran Tidak mengerjakan tugas Mengganggu teman-teman Berceritera atau berteriak-teriak saat pelajaran berlangsung mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh Farel Ya Tidak Ian Tidak

Ya

Guru / Peneliti

Sragen, 9 Agustus 2010 Pengamat / Teman Sejawat

( SRI MULYATI )

( IRA MUTIARANI)

100

Lampiran 9 LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN SIKLUS II Aspek yang dinilai Ya Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran 1.1. Menyiapkan ruangan, alat bantu dan sumber belajar v 1.2. Melaksanakan tugas harian kelas v Melaksanakan kegiatan pembelajaran 2.1 Melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai dengan Tujuan, situasi dan sesuai lingkungan 2.2. Menggunakan alat Bantu ( media ) pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, situasi dan sesuai lingkungan 2.3. Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual, kelompok atau efiensi. 2.4. Mengelola pembelajaran waktu secara klasikal Mengelola interaksi kelas 3.1. Memberikan petunjuk dan penjelasan yang terkait dengan isi pembelajaran 3.2. Menjawab pertanyaan dari respon siswa 3.3. Menggunakan ekspresi lisan, tulisan , isyarat, dan Gerakan badan 3.4. memicu dan memelihara ketertiban siswa 3.5. Memantapkan penguasaan materi Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positip siswa terhadap merespon materi 4.1. Menunjukkan sikap ramah, hangat luwes, terbuka, penuh pengertian dan sabar terhadap siswa. 4.2. Menunjukkan kegairahan mengajar 4.3. Mengembangkan hubungan antara pribadi yang sehat dan serasi 4.4. Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangannya 4.5. Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri 5. Melaksanakan evaluasi proses hasil belajar 5.1. Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran 5.2. Melaksanakan penilaian pada akhir pembelajaran v v v v v v v v v v v v v v v v

N0 1.

Tdk

2.

3.

4.

101

Pengamat/Teman Sejawat

( SRI MULYATI )

( IRA MUTIARANI )

Kegiatan Pembelajaran dengan Media Lempar Dadu Huruf

102

103

104

You might also like