You are on page 1of 53

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan studi kasus yang disusun oleh Sriwahyuni Asih ini (060401010021) telah disetujui oleh dosen pembimbing pada tanggal... Desember 2009

Dosen Pembimbing

Konselor Pamong

Leny Latifah S.Pd, Kons

Alief Nurhayu S.Pd NIP.195601231983032003 Mengetahui Kepala SMA Negeri 6 Malang

Budi Prasetyo Utomo S.Pd, M.Pd NIP.196010101987031018

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada praktikan sehingga dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini dengan baik. Serangkaian tugas yang praktikan buat ini sebagai bekal untuk mempersiapkan diri menjadi konselor yang profesional. Dengan terselesaikannya laporan studi kasus ini praktikan mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. F.I Soekarman, M.Pd selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling yang bertanggung jawab dalam kegiatan akademik di Jurusan BK. 2. Ibu Leny Latifah S.Pd, Kons selaku dosen pembimbing PPL II yang telah sabar, telaten dan tidak bosan-bosannya meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada praktikan dalam melaksanakan kegiatan PPL II ini. 3. Bapak Budi Prasetyo Utomo S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 6 Malang yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada praktikan untuk melaksanakan PPL II ini. 4. Bapak Drs. H. Slamet Mulyono selaku koordinator BK SMA Negeri 6 Malang yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada praktikan. 5. Ibu Alief Nurhayu S.Pd selaku konselor pamong yang telah membimbing dan berbagi pengalaman dengan praktikan dalam menyelesaikan laporan studi kasus ini.

ii

6. Ayahanda dan Ibunda tersayang yang senantiasa membantu dan memberikan dukungan moril, motivasi dan materi sehingga praktikan dapat menyelasaikan laporan studi kasus ini. 7. Saudara-saudaraku yaitu Mbak Erlin dan Adek ku Herel yang menjadi motivator sehingga praktikan dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini. 8. Keluarga besarku yang tidak dapat praktikan sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan moril sehingga praktikan dapat

menyelesaikan laporan studi kasus ini. 9. Mas Ibnul yang berada jauh di sana yang telah memberikan motivasi dan bersedia mendengarkan segala keluh-kesah praktikan. 10. Sahabatku Laila yang selalu menemani praktikan dalam keadaan suka maupan duka sehingga praktikan bisa menyelesaikan laporan studi kasus ini. 11. Teman-teman PPL BK yang senasib dan seperjuangan (Iril, Susi, Eka, Arif dan Khotibin) yang selalu menemani dan membantu praktikan di sekolah. Praktikan menyadari bahwa dalam penyusunan laporan studi kasus ini masih jauh dari sempurna karena sebagai manusia yang tak lepas dari kesalahan. Untuk itu praktikan berharap segala kritik dan saran yang sifatnya membangun akan selalu praktikan nantikan. Praktikan berharap semuga laporan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi praktikan khususnya dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di jurusan bimbingan konseling pada umumnya. Malang, Desember 2009 Praktikan

iii

DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i KATA PENGANTAR............................................................................................ii DAFTAR ISI..........................................................................................................iv DAFTAR TABEL...................................................................................................v BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Rasinoanal..............................................................................................1 B. Konfidensialitas......................................................................................2 C. Identifikasi kasus....................................................................................3 D. Gambaran keunikan kasus......................................................................7 BAB II GEJALA DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS................................10 A. Gejala dan alasan pemilihan kasus......................................................10 B. Ancangan studi kasus..........................................................................12 BAB III PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN..............................14 A. Analisis.................................................................................................14 B. Sintesis.................................................................................................24 C. Diagnosis..............................................................................................26 D. Prognosis..............................................................................................30 BAB IV USAHA-USAHA BANTUAN...............................................................32 A. Usaha bantuan yang terlaksana............................................................32 B. Usaha bantuan yang belum terlaksana.................................................35 C. Usaha bantuan yang direncanakan.......................................................38 D. Usaha tindak lanjut (Follow up)...........................................................38 BAB V ANALISIS DAN BAHASAN..................................................................40 A. Analisis.................................................................................................40 B. Bahasan................................................................................................41 BAB VI PENUTUP..............................................................................................44 A. Kesimpulan..........................................................................................44 B. Saran.....................................................................................................45 DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN

iv

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Analisa cek list kebiasaan belajar (study habit) 22

LAPORAN PROSES DAN HASIL PENYELIDIKAN KASUS (STUDI KASUS)

Oleh: SRIWAHYUNI ASIH NPM. 060401010021

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING Desember 2009

BAB I PENDAHULUAN A. RASIONAL Studi kasus adalah suatu metode mempelajari sesorang secara

komprehensif artinya kegiatan ini menyeluruh, yang menyangkut berbagai aspek pribadi individu dengan pendekatan yang multidimensional. Data yang diperoleh dengan cara ini akan bermanfaat untuk mendiagnosa dan menentukan treatment secara tepat dan memadai. Dengan kata lain studi kasus merupakan salah satu cara untuk mempelajari seseorang secara mendalam untuk membantu penyesuaian diri secara lebih baik. Pelaksanaan studi kasus diadakan dengan mengumpulkan data secara lengkap, bersifat rahasia, dikerjakan secara terus menerus (continue), secara ilmiah dan dilaksanakan dengan memperoleh data dari berbagai pihak. Adapun tujuan pembahasan studi kasus adalah: (a) Untuk mengenal keadaan individu yang bermasalah. (b) Untuk mengadakan interpretasi dan diagnosa tentang tingkah laku individu sesuai dengan kasusnya. (c) Menentukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi individu. Kegunaan studi kasus yaitu : a. Mendorong seseorang untuk mengadakan evaluasi. b. Dapat mengembangkan penyelidikan latar belakang individu. c. Menekankan pendekatan yang diteliti dalam memecahkan masalah individu. d. Berguna untuk memecahkan masalah yang sulit dan kompleks. Selain itu, studi kasus juga berguna untuk menetapkan jenis kesulitan atau masalah individu. Dari penentu jenis kesulitan ini lebih lanjut akan dapat

ditentukan jenis bantuan dan bimbingan yang perlu diberikan, yang akurat sesuai dengan masalahnya. Tujuan pembuatan laporan studi kasus ini juga memberikan kesempatan kepada praktikan untuk memberikan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan dalam usaha membantu kasus memecahkan masalah, sehingga diharapkan studi kasus ini juga bermanfaat bagi kasus dan juga bagi praktikan yang kelak menjadi seorang konselor yang profesional dan siap bekerja di lembaga manapun. B. KONFIDENSIALITAS Profesi konselor seperti halnya profesi social servis lain memiliki kode etik jabatan yang harus ditaati dan dipegang terus oleh orang yang terus memangku jabatan tersebut. Salah satu kode etik jabatan konselor dalam kaitannya dengan data klien adalah konfidensial/kerahasiaan. Kerahasiaan suatu data merupakan hal yang sangat penting dalam dunia bimbingan. Dan seperti diketahui bahwa studi kasus ini mempelajari suatu kasus dalam rangka usaha bantuannya yang melibatkan berbagai pihak. Oleh sebab itu untuk menjaga berbagai kemungkinan akan masalah tersebut diatas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, maka identitas klien, nama orang tua dan alamatnya dibuat fiktif. Hal ini sesuai dengan dengan kode etik jabatan konselor yang berhubungan dengan kegiatan professional yaitu pada Bab III Sub Bab Kegiatan profesional Butir 1.1 yang berbunyi sebagai berikut : Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat menyurat, perekaman dan data lainnya, semuannya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien. Data

tersebut dapat dipergunakan untuk riset atau pendidikan calon penyuluh asalkan identitas klien direncanakan. (Munandir, 1975). Dalam pengambilan nama samaran ini bukan semata-mata berdasarkan pertimbangan tertentu, melainkan hanya diambil secara kebetulan yang tidak direncanakan. Maka apabila secara kebetulan ada kesamaannya dengan nama orang tertentu, di luar kesengajaan. Dan masalah studi kasus ini tidak ada sangkut pautnya dengan nama yang kebetulan sama tersebut. C. IDENTIFIKASI KASUS 1. Proses menemukan kasus Praktikan menemukan kasus ini awalnya mendapatkan informasi dari teman sekelasnya yang melakukan konseling dengan praktikan, karena konseli praktikan mempunyai masalah dengan siswa yang dijadikan studi kasus ini. Praktikan merasa tertarik atas kasus yang dialami, oleh karena itu praktikan menetapkan kasus tersebut dipilih sebagai subyek laporan. Selain itu praktikan menemukan kasus ini berdasarkan pengamatan langsung di kelas pada saat praktikan mengajar dan pada saat istirahat praktikan observasi ke kelasnya. 2. Identitas Konseli a. Nama b. c. d. : Dedy (Fiktif) Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat tanggal lahir : Malang, 25 April 1994 Golongan darah e. Alamat f. Sekolah g. Angkatan/kelas :: Jl. Simpang 105 Pakisaji : SMA Negeri 6 Malang : 2009/X-4

h. Agama i. Suku bangsa j Kewarganegaraan

: Islam : Jawa : Indonesia : Jawa ::-

k. Bahasa sehari-hari l. Hobi m. Cita-cita 3. Lukisan tentang klien a. Keadaan jasmani a.1. Tinggi badan a.2 Berat badan a.3. Bentuk badan a.4. Warna kulit a.5. Bentuk muka a.6. Rambut b. Penampakan lahiriah b.1. Ekspresi wajah b.2 Lagai/perangai b.3. Pakaian b.4. Suara c. Keadaan kesehatan c.1 Keadaan fisik c.2 Penglihatan c.3. Pendengaran

:162 cm : 45 kg : tegap : hitam : oval : lurus

: terlihat lesu tidak semangat : kurang percaya diri : rapi : sedang

: normal : rabun : baik

c.4. Penyakit yang pernah diderita

: alergi, cacar dan pernah operasi

c.5 Kesempatan istirahat c.6 Secara umum c.7 Gizi yang di konsumsi

: cukup : baik :

d. Keadaan keluarga d.1 Nama ayah d.2 Umur d.3 Agama d.4 Pekerjaan d.5 Pendidikan d.6 Alamat d.7 Nama Ibu d.8 Umur d.9 Agama d.10 Pekerjaan d.11. Pendidikan d.12. Alamat d.13. Nama Wali (laki-laki) d.14. Umur d.15 Agama d.16 Pekerjaan d.17 Pendidikan : Santoso (fiktif) : 46 tahun : Islam : Swasta : SLTA/STM : Jl. Simpang 105 Pakisaji : Aminah (fiktif) : 43 tahun : Islam : Ibu rumah tangga : SLTP : Jl. Simpang 105 Pakisaji :::::-

d.18 Alamat Wali d.19 Hubungan dengan wali d.20 Nama Wali (perempuan) d.21 Umur d.22 Agama d.23 Pekerjaan d.24 Pendidikan d.25 Alamat Wali d.26 Hubungan dengan wali d.27 Jumlah saudara d.28 Sikap dominan d.29. Sikap orang tua terhadapnya

::::::::: :2 :: keras dan sering marahmarah

d.30 Hubungan dalam keluarga d.31 Fasilitas sekolah e. Keadaan sosial ekonomi e.1. Keadaan tempat tinggal-letak e.1. Status tinggal e.3. Penghasilan orang tua/wali f. Keadaan di sekolah f.1. Di dalam kelas

: kurang dekat dengan ayah : cukup memadai

: di tengah kampung : rumah sendiri : tidak tetap

: - pendiam - kadang-kadang mendengarkan - terlihat sedih musik

f.2. Sikap terhadap guru f.3. Sikap terhadap konselor f.4. Sikap terhadap teman

: sopan : sopan : baik terhadap teman

akrabnya,

acuh tak acuh

kepada teman lain, apabila tidak suka terhadap teman senangnya bermusuhan

tidak mau bertegur sapa dan kata-katanya sering

menyinggung perasaan f.5. Kegiatan waktu istirahat : Di dalam kelas tidak pernah ke kantin f.6. Kegiatan ekstra f.7. Prestasi/sikapnya g. Rencana Masa Depan g.1. Rencana pendidikan : ingin masuk jurusan IPA dan ingin menjadi insinyur g.2 Rencana pekerjaan g.3. Rencana orang tua D. GAMBARAN KEUNIKAN KASUS 1. Penampilan fisik Konseli memiliki postur tubuh yang sedang, tinggi badan 162 cm dan berat badannya 45 kg. Warna kulitnya hitam, bentuk muka oval, mata agak sipit, rambutnya lurus dengan potongan rapi. Penampilannya sederhana dengan pakaian :::: prestasinya cukup

rapi baju selalu dimasukkan ke dalam. Bila sedang berjalan kelihatan sedang memikirkan sesuatu, ekspresi wajah tampak sedih, tertekan dan tidak ceria seperti teman-temannya yang lain. 2. Penampilan psikis Konseli sering menunjukkan sikap pendiam, tapi kadang-kadang ketika pelajaran sedang berlangsung dia ikut tertawa kalau teman-temanya tertawa meskipun tertawanya itu di buat-buat, dia berusaha menutupi keadaan dirinya seakan-akan tidak ingin orang lain tahu tentang keadaan dirinya dan masalahnya. Teman yang dekat dengan dia hanya itu-itu saja. Konseli kelihatan tertutup dan kurang percaya kepada orang yang baru di kenalnya. Jika tidak ditanya konseli diam saja, apabila ditanya jawabnya pendekpendek saja, pandangan matanya sayu. Pada saat istirahat konseli pergi ke mushola untuk sholat dhuhur karena untuk kelas X masuknya sore, apabila selesai sholat konseli kembali ke kelas, konseli tidak pernah pergi ke kantin, terkadang konseli berkumpul dengan temannya di kelas. Sikap positif yang terlihat dari konseli adalah konseli orang yang patuh pada peraturan, sopan terhadap guru dan menepati janji. Tingkah laku sosial konseli baik dengan teman-temannya, tetapi apabila konseli pernah di sakiti oleh temannya apalagi dengan teman cewek yang disukai konseli akan bermusuhan dan tidak mau bertegur sapa. 3. Keadaan keluarga Konseli anak ke-1 dari 2 bersaudara putra pak santoso dengan istri

keduanya yaitu ibu aminah, adiknya bernama dino pendidikan SD, kemudian konseli mempunyai kakak tiri dari istri pertama ayahnya yang bernama dinda pendidikan SMK. Pekerjaan pak santoso swasta dan ibu aminah sebagai ibu

rumah tangga. Konseli tinggal bersama ayah, ibu kandung dan adiknya sedangkan ibu tiri dan kakak tirinya tidak tinggal serumah. Keadaan ekonomi keluarga konseli saat ini sedang mengalami masalah ayahnya yang mempunyai usaha billiard dan wartel bangkrut.

BAB II GEJALA DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS

A. GEJALA Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi ditemukan bahwa konseli pada saat istirahat tidak pernah pergi ke kantin konseli hanya berdiam diri di kelas terkadang berkumpul dengan teman-temannya. Konseli kelihatan murung dan tidak bersemangat, pada saat berjalan konseli kelihatan sedang memikirkan sesuatu dengan pandangan mata sayu. Konseli pergi ke sekolah dengan jalan kaki sedangkan rumahnya jauh di pakisaji. Dari hasil pengamatan guru fisika konseli selalu hadir pada saat pelajaran, nampaknya mempunyai minat yang besar terhadap pelajaran, apabila diajukan pertanyaan konseli menjawab tetapi salah, untuk kegiatan-kegiatan pelajaran di kelas konseli kadang-kadang berpartisipasi dan kemajuan belajarnya apabila dibandingkan dengan yang dulu tetap saja. Dari hasil pengamatan guru matematika konseli selalu hadir pada saat pelajaran, pada saat pelajaran berlangsung konseli tidak pernah mengajukan pertanyaan, apabila diajukan pertanyaan dari guru matematika konseli menjawab tetapi salah dan apabila guru matematika mengajar konseli berbicara sendiri dengan temantemannya. Konseli merupakan anak pendiam, tertutup dan tidak mudah percaya kepada orang yang baru dikenal. Berdasarkan data yang diperoleh melalui konseling individu konseli mengemukakan keluhan-keluhan: 1. Konseli mempunyai masalah dengan ayah kandungnya karena ayahnya sering marah-marah.

10

2. Konseli mempunyai masalah keluarga yaitu keadaan ekonominya rendah, ayahnya bekerja di pabrik gula dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. 3. Ayah konseli mempunyai usaha billiard dan wartel tetapi bangkrut. 4. Keluraga konseli mempunyai banyak hutang. 5. Konseli belum membayar uang SPP selama 5 bulan dan konseli tidak tahu bagaimana caranya konseli menbayar uang SPP. 6. Konseli sering bertengkar dengan adiknya di rumah. Berdasarkan hasil observasi, pengamatan guru dan hasil rekaman konseling praktikan mencoba mengklasifikasikan problem bahwa, anak tersebut dapat diperkirakan mengalami masalah keluarga, masalah pribadi dan masalah belajar. B. ALASAN PEMILIHAN KASUS Dari gejala yang nampak, maka jelaslah bahwa konseli memang memerlukan bantuan yang bersifat terus-menerus (continue) untuk menyelesaikan masalahnya sehingga praktikan mengangkat masalah konseli untuk dijadikan studi kasus, karena masalah konseli yang dihadapi konseli sangat kompleks. Dikatakan kompleks karena konseli mengalami masalah keluarga yang ayahnya sering marah-marah, keadaan ekonomi keluarga yang rendah, sering bertengkar dengan adiknya, ayahnya yang mempunyai istri 2 sehingga mempengaruhi masalah belajar dan masalah pribadinya konseli merasa takut, tertutup, tidak percaya kepada orang lain dan mengganggu psikisnya konseli merasa tertekan atas perlakuan ayahnya yang keras, ayahnya bersikap seperti itu karena trauma waktu mudanya jadi ayahnya tidak ingin konseli seperti ayahnya.

11

Dari gejala tersebut jelas bahwa konseli harus segera dibantu dan diperhatikan lebih khusus agar konseli dapat segera menyelasikan masalahnya. Jika tidak segera dibantu di khawatirkan akan menghambat proses belajar dan proses sosialisasi konseli. C. ANCANGAN STUDI KASUS Menggunakan ancangan klinis dengan model trait and factor, langkahlangkahnya adalah analisis, sintesis, diagnosis dan prognosis di lanjutkan dengan treatment dan follow up. Alasan penggunaan ancangan ini adalah asumsi dasar pertama dalam konseling trait and faktor bahwa tingkah laku manusia dapat diatur dan diukur oleh karena itu pengukuran merupakan elemen pokok dalam konseling trait and factor. Secara lebih rinci, konseling ini di dasarkan sejumlah asumsi yang diambil dari tradisi psikologi diferensial yaitu: a. Individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dalam berbagai aspek prilakunya. b. Dalam keterbatasan faktor genetik, tingkah laku dapat diubah dan diubah dalam batas-batas fungsi organisme dan lingkungan. c. Ciri-ciri tingkah laku individu cukup konsisten sehingga

memungkinkan dilakukan generalisasi dalam mendeskripsikan tingkah laku dari waktu ke waktu. d. Tingkah laku individu merupakan hasil dari statusnya sekarang pengalaman-pengalaman dan seting sosial dan fisik. e. Tingkah laku manusia dapat di konseptulisasikan atas dasar abilitas, kepribadian pada umumnya dan temperamen serta motivasi.

12

f. Konflik sosial dan intrapersoanal di perlukan dan tidak dapat dielakkan dan dapat bersifat konstruktif maupun destruktif. Dua konsep utama dalam pendekatan konseling ini adalah trait and factor. Trait merupakan kategori yang diguanakan untuk mendeskripsikan perbedaan individu dalam hal tingkah laku. Untuk melihat trait digunakan analisis factor dari hasil tes individu diharapkan menjadi sumber pemahaman mengenai trait. Analisis factor dikembangkan sebagai alat menentukan bagaimana trait mencukupi untuk mengenali keserupaan dan perbedaan individu.

13

BAB III PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN

A. ANALISIS DATA Analisis merupakan langkah awal konseling trait and factor yang di maksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang diri konseli dan latar kehidupannya. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk memperoleh pemahaman tentang diri konseli sehubungan dengan syarat-syarat yang di perlukan untuk memperoleh penyesuaian diri baik untuk masa sekarang maupun yang akan datang. Berikut ini instrument pengumpulan data yang digunakan praktikan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang konseli. a. Observasi Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati dan bertujuan untuk mengetahui segala aktifitas konseli tanpa sepengetahuan konseli. Hal ini dilakukan agar tingkah laku konseli yang diamati adalah tingkah laku yang sebenarnya dan bukan dibuat-buat. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa dalam kesehariannya konseli pada saat berangkat ke sekolah jalan kaki sedang rumahnya jauh di pakisaji kirakira 15 km. Selama mengikuti pelajaran dikelas konseli mendengarkan dan memperhatikan tetapi terkadang tidak menghiraukan konseli bercanda dengan temannya sambil mendengarkan musik dan konseli duduknya sering pindahpindah. Konseli kurang berpartisipasi di kelas jarang bertanya kepada guru, jika diberi pertanyaan menjawab tetapi salah. Pada saat jam istirahat konseli pergi ke mushola untuk sholat dhuhur, setelah itu konseli kembali ke kelas, konseli tidak

14

pernah pergi ke kantin bersama teman-temannya untuk membeli makanan kecil setiap hari konseli pada saat istirahat selalu seperti itu. b. Wawancara 1. Wawancara dengan konseli Dalam proses wawancara praktikan menciptakan suasana yang bebas, terbuka dan akrab agar konseli dapat dengan bebas dan terbuka dalam memberikan keterangan. Dari hasil wawancara banyak data penting yang diperoleh yaitu: Konseli tinggal bersama ayah, ibu dan adik kandungnya. Konseli anak ke-1 dari 2 bersaudara yang sekandung. Konseli mempunyai kakak tiri dari istri pertama ayahnya. Konseli mempunyai masalah dengan ayah kandungnya karena ayahnya sering marah-marah. Konseli mempunyai masalah keluarga yaitu keadaan ekonominya rendah, ayahnya bekerja di pabrik gula dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Ayah konseli mempunyai usaha billiard dan wartel tetapi bangkrut karena di guna-guna tetangganya. Keluarga konseli mempunyai banyak hutang. Konseli belum bayar uang SPP selama 5 bulan. Konseli sering bertengkar dengan adiknya di rumah. Hubungan konseli dengan ayahnya kurang akrab, konseli lebih senang diam kalau tidak ditanya. Konseli tidak bertegur sapa dengan ayahnya kalau tidak ada kepentingan.

15

Dalam pergaulannya dengan teman konseli memilki 1 teman akrab dikelasnya

Dalam pergaulannya dengan lawan jenis konseli tidak pernah berpacaran mulai dari SMP tapi konseli mengatakan, kalau konseli menyukai salah satu teman cewek dikelasnya.

Riwayat pendidikan: o TK A.Yani masuk tahun 1998 dan lulus tahun 2000 o SDN Genengan 01 masuk tahun 2000 dan lulus tahun 2006 o SMPN 4 Kepanjen masuk tahun 2006 dan lulus tahun 2009 2. Wawancara dengan guru bidang studi Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan guru-guru bidang studi

diperoleh data bahwa konseli selalu hadir pada saat pelajaran berlangsung, tetapi konseli tidak pernah mengajukan pertanyaan dan jika ditanya menjawab tetapi salah dan jawabnya singkat-singkat saja. Meskipun demikin nilai konseli masih tergolong rata-rata kelas. c. Daftar Cek Masalah (DCM) Dari daftar cek masalah yang diisi oleh konseli, maka diperoleh data antara lain: 1. Gejala masalah kesehatan a. Konseli pernah di operasi b. Merasa lelah dan tidak bersemangat c. Penglihatan konseli kurang Dari 20 masalah kesehatan yang tercantum dalam DCM, konseli mengalamai 3 masalah dengan presentase 3/20 x 100% = 15%

16

2. Gejala masalah keadaan penghidupan a. Uang saku saya kurang mencukupi b. Kekurangan buku karena tidak mampu membeli c. Tidak tahu bagaimana cara menambah dana untuk biaya sekolah d. Saya sering pinjam uang e. Uang sekolah saya sering tidak terbayar f. Sering berjalan kaki ke sekolah sedang rumah jauh g. Uang sekolah saya terlalu tinggi h. Mengharapkan dapat beasiswa Dari 20 masalah keadaan penghidupan yang tercantum dalam DCM, konseli mengalami 8 masalah dengan persentase 8/20 x 100% = 40% 3. Gejala masalah rekreasi dan hoby a. Hoby olahraga saya (renang, Voli, basket, tennis, fitness/aerobic dll) tidak tersalurkan karena dihalangi orang tua b. Saya tidak pernah berekreasi karena tidak ada waktu c. Hoby olahraga saya (renang, Voli, basket, tennis, fitness/aerobic dll) tidak tersalurkan karena fasilitas/biaya kurang mendukung d. Hoby olahraga saya menyita waktu belajar saya Dari 20 masalah keadaan rekresai dan hoby yang tercantum dalam DCM, konseli mengalami 4 masalah dengan persentase 4/20 x 100% = 20% 4. Gejala masalah kehidupan social kegiatan berorganisasi a. Sering gagal dalam usaha mencari kawan b. Merasa tidak disenangi oleh kawan-kawan di sekolah

17

c. Terlalu aktif dalam organisasi d. Sukar dalam menyesuaikan diri e. Takut bergaul dengan kawan yang menjabat sebagai pengurus organisasi f. Tidak pernah menjadi pemimipin g. Bingung bila berhadapan dengan orang banyak h. Sukar dalam menerima kekalahan i. Mudah merasa malu j. Mudah marah k. Sering tidak sabar Dari 20 masalah kehidupan social kegiatan berorganisasi yang tercantum dalam DCM, konseli mengalami 11 masalah dengan presentase 11/20 x 100% = 55% 5. Gejala masalah hubungan pribadi a. Tidak bergaul dengan orang yang tingkat social ekonominya tinggi b. Sukar bergaul dengan lawan jenis c. Sering mersas iri hati d. Sering merasa curiga terhadap orang lain e. Sering menyesali diri f. Merasa tidak mempunyai harapan g. Saya ingin sekali dikagumi h. Saya mempunyai kebiasaan jelek i. Saya ingin hidup tenang j. Saya tidak mempunyai teman akrab

18

k. Saya merasa diri saya tidak sebaik orang lain Dari 20 masalah hubungan pribadi yang tercantum dalam DCM, konseli mengalami 11 masalah dengan persentase 11/20 x 100% = 55% 6. Gejala masalah muda-mudi a. Sering melamun memikirkan si dia b. Saya kesepian karena belum mempunyai pacar c. Iri melihat kawan-kawan berpasangan d. Sering bertepuk sebelah tangan e. Dilarang berpacaran oleh orang tua f. Saya bersikap terbuka terhadap pacar saya Dari 20 masalah muda-mudi yang tercantum dalam DCM, konseli mengalami 6 masalah dengan persentase 6/20 x 100% = 30% 7. Gejala masalah kehidupan keluarga a. Sering bertengkar dengan kakak/adik b. Mata pencaharian keluarga di rumah mengganggu konsentrasi belajar Dari 20 masalah kehidupan keluarga yang tercantum dalam DCM, konseli mengalami 2 masalah dengan persentase 2/20 x 100% = 10% 8. Gejala masalah agama dan moral a. Sering berdusta atau tidak jujur b. Sopan dan santun lebih berharga bagi saya c. Saya merasa berdosa sekali

19

Dari 20 masalah agama dan moral yang tercantum dalam DCM, konseli mengalami 3 masalah dengan persentase 3/20 x 100% = 15% 9. Gejala masalah penyesuaian terhadap sekolah a. Pribadi seorang guru menyebabkan pelajarannya tidak saya perhatikan b. Di sekolah tidak dapat memusatkan perhatian c. Saya merasa dibenci oleh kawan-kawan saya di sekolah d. Sering tidak dapat menyelesaikan tugas sekolah e. Catatan pelajaran tidak lengkap dan tidak teratur Dari 20 masalah penyesuaian terhadap sekolah yang tercantum dalam DCM, konseli mengalami 5 masalah dengan persentase 5/20 x 100% = 25% 10. Gejala masalah masa depan dan cita-cita pendidikan/jabatan a. Kuatir tidak dapat mandiri kelak b. Kuatir tidak diterima di perguruan tinggi c. Ingin mengetahui bakat dan kemampuan saya d. Cita-cita saya tidak sesuai dengan kemampuan saya e. Ingin melanjutkan sekolah tetapi tidak ada biaya f. Belum mempunyai cita-cita tertentu g. Tidak ada orang yang membantu mengenali cita-cita h. Cita-cita selalu goyah i. Sekolah tidak menjamin masa depan saya

20

Dari 20 masalah penyesuaian terhadap sekolah yang tercantum dalam DCM, konseli mengalami 9 masalah dengan persentase 9/20 x 100% = 45% 11. Gejala masalah penyesuaian terhadap kurikulum a. Enggan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler b. Sukar mendapatkan buku-buku pelajaran c. Saya sering mendapat angka rendah d. Sukar menangkap dan mengikuti pelajaran matematika atau fisika e. Sering kuatir kalau-kalau mendapat giliran f. Sering mendapat kesukaran dalam menyelesaikan tugas pelajaran rumah g. Sukar mempelajari ilmu kimia dan biologi h. Sering kesulitan untuk memahami soal-soal ulangan i. Tugas-tugas kurikuler/PR terlalu berat j. Cara guru mengajar terlalu cepat Dari 20 masalah penyesuaian terhadap kurikulum yang tercantum dalam DCM, konseli mengalami 10/20 x 100% = 50% Dari daftar cek masalah yang dilancarakan diperoleh hasil bahwa permasalahan konseli yang terbesar adalah masalah kehidupan sosial kegiatan berorganisasi (55%) dan masalah hubungan pribadi (55%), gejala masalah penyesuaian terhadap kurikulum (50%), gejala masalah masa depan dan cita-cita pendidikan/jabatan (45%), gejala masalah keadaan penghidupan (40%), gejala masalah muda-mudi (30%), gejala masalah penyesuaian terhadap sekolah (25%), gejala masalah rekreasi dan hoby (20%), gejala masalah kesehatan (15%), gejala

21

masalah agama dan moral (15%), dan yang terkecil adalah masalah kehidupan keluarga (10%). d. Sosiometri Sosiometri adalah alat yang digunakan untuk meneliti struktur sosial sekelompok individu dengan dasar penelahaan terhadap relasi sosial, status sosial dari masing-masing anggota kelompok yanhg bersangkutan. Dari hasil analisis sosiometri yang sudah dilancarkan dengan kriteria teman yang paling di sukai, konseli ada yang memilih. Teman yang memilihnya 1 orang yaitu teman akrab konseli sendiri. Dari tabel sosiometri dapat terlihat bahwa konseli tidak terisolir. Konseli dapat bekerja sama tetapi hanya bisa bekerja sama dengan teman-teman yang dekat dengannya saja/kelompoknya saja. (Lampiran) e. Cek list kebiasaan belajar (study habit) Tabel 3.1 Analisa cek list kebiasaan belajar (study habit) Aspek Jumlah 16 Negatif Persentase 28,6 Jumlah 2 Positif Persentase 4

Dari hasil ananlisis cek list kebiasaan belajar (study habit) diperoleh data bahwa konseli belajar kalau ada ulangan saja. Konseli tidak mempunyai daftar waktu untuk belajar di rumah. Konseli tidak bisa tidur siang, karena untuk kelas X masuknya jam 11.30. Konseli biasanya mempelajari bahan-bahan pelajaran yang sulit terlebih dahulu, kemudian mempelajari yang mudah. Konseli tidak merencanakan bahan apa yang harus di pelajari. Orang tua konseli menentukan bidang studi/jurusan yang diambil. Ada beberapa pelajaran yang konseli sulit pahami. Konseli sulit mengikuti sistem di sekolahnya dan tidak mengerti sistem

22

pendidikan di sekolahnya. Alat-alat belajar selalu tidak tercukupi dan tidak mampu membeli. Uang SPP selalu mengganggu belajar konseli karena belum membayar. Orang tua/wali konseli kadang-kadang memperhatikan penggunaan waktu belajar konseli. Konseli belajar bila mendapat teguran atau perintah dari orang tuanya. Buku-buku pelajaran dan catatan konseli tidak lengkap. Konseli tidak pernah membaca buku-buku di perpustakaan. Konseli jarang bertanya kepada ibu/bapak guru. Konseli sering bertanya kepada teman tentang pelajaran. Konseli belajar pada malam harinya sekitar 3 jam, belajar dimulai pukul 19.00 s/d 21.00. Dari hasil cek list kebiasaan belajar (study habit) dapat disimpulkan bahwa cara belajar konseli masih rendah. Konseli kurang aktif di dalam kelas untuk bertanya atau menyampaikan pendapatnya. Fasilitas belajar konseli tidak memadai karena orang tua konseli tidak mampu membeli. Uang SPP konseli menggangu belajar konseli, karena konseli tidak tahu bagaimana caranya melunasi uang SPP. (Lampiran) f. Tes Who Am I Test who Am I adalah suatu tenik pengumpulan data yang bertujuan untuk membantu konseli mengetahui tentang siapa diri konseli, kelebihan dan kekurangannya. Berdasarkan interpretasi test Who Am I dapat di peroleh data bahwa konseli merasa sanggup membuat rencana yang baik (di dalam sekolah, diluar sekolah, dalam permainan/tugas). Konseli merasa bukan seorang pemimpin yang baik dalam beberapa bidang. Konseli juga orang yang segan bermain-main bersama dengan teman-teman sekelompoknya. Konseli juga merasa bahwa dirinya adalah seorang yang selalu merusak, melanggar peraturan sekolah maupun

23

pergaulann. Konseli adalah seorang yang mudah untuk mengerti sesuatu (sesuatu yang berhubungan dengan persoalan di sekolah maupun sesuatu yang berhubungan dengan persoalan di luar sekolah). Konseli merasa bukan seorang yang selalu bekerja untuk kepentingan kelas atau kelompok dan teman. Konseli adalah seorang yang sulit untuk mendapatkan kawan, sukar untuk bergaul dengan mereka. Konseli juga merasa tidak bahagia, tidak ada seorangpun yang dapat membuat konseli gembira. Konseli merasa sukar untuk mengemukakan pendapat, sehingga tidak seorangpun dapat mengerti pendapat konseli. Konseli bukan seorang yang populer di kelompoknya. Konseli merasa dirinya yang paling menurut dikelompoknya. Konseli merasa dirinya adalah seorang yang selalu mempunyai ide-ide baik, menyenangkan dalam aktifitas pergaulan mapun pelajaran. Konseli juga merasa dirinya adalah seorang yang kejam terhadap teman-teman lain terutama teman yang kecil. Konseli adalah seorang yang tidak mempunyai banyak teman. Berdasarkan interpretasi test who am I dengan skor 25,5 dapat disimpulkan bahwa konseli termasuk orang yang berkepribadian cukup optimis, agak menyenangkan dan cukup percaya pada diri sendiri. (Lampiran) B. SINTESIS Sintesis merupakan usaha merangkum, menggolong-golongkan serta menghubung-hubungkan data yang telah di kumpulkan sehingga tergambarkan keseluruhan pribadi konseli. Gambaran kelebihan dan kelemahan konseli akan di lukiskan pada tahap ini. Dari data yang telah berhasil dikumpulkan dan dengan mengaitkan seluruh data yang relevan dengan masalah konseli, dapat disimpulkan bahwa konseli adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara yang sekandung dan anak ke-2 dari saudara tiri karena ayahnya mempunyai istri 2, sedangkan ibu kandung

24

konseli adalah istri ke-2 ayahnya yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi yang kurang. Konseli tinggal dengan ayah, ibu dan adik kandungnya, sedangkan ibu tiri dan kakak tirinya tidak tinggal serumah. Hubungan anggota keluarga dirumah biasa saja. Orang tuanya jarang mengawasi konseli dalam belajar. Hubungan konseli dengan ayahnya kurang akrab, konseli di rumahnya jarang bersenda gurau dengan ayahnya, konseli merupakan anak yang pendiam. Kebiasaan membaca majalah, koran, setelah pulang sekolah adalah sisi yang positif dari konseli, hanya saja terkadang ia lupa terhadap waktu belajarnya dan alangkah baiknya kalau yang dibaca itu adalah buku-buku pelajaran. Selain itu sisi positif yang dimiliki konseli adalah konseli merupakan anak yang menepati janji, patuh terhadap guru dan mempunyai keinginan untuk tetap bersekolah walaupun tidak tahu bagaimana caranya melunasi uang SPP. Kegiatan dirumah pun tidak teratur, konseli lebih suka menghabiskan waktunya di dalam kamar, ia pendiam (tidak akan bersuara jika tidak ditanya pendek-pendek). Kemampuan konseli hanya tingkat rata-rata sedang, konseli juga sering kali tidak dapat memusatkan perhatiannya saat pelajaran berlangsung didalam kelas, ia selalu khwatir jika tiba-tiba harus disuruh guru untuk maju didepan kelas. Konseli merupakan anak yang tertutup dan tidak mudah percaya kepada orang yang baru dikenalnya. Konseli merasa sulit bekerja sama dengan orang-orang baru. Dia hanya dapat bekerja sama dengan teman-teman satu kelompoknya saja. Dengan kata lain intensitas pergaulannya dengan teman sangat rendah jika dibandingkan dengan dan jawabannya

25

tingkat usianya. Disekolah konseli juga sering terlihat sendirian di dalam kelas saat jam istirahat, ia hanya duduk di bangkunya. Konseli tidak pernah pergi kekantin bersama teman-temannya. Konseli tidak pernah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Selama mengikuti pelajaran, konseli juga lebih banyak berdiam diri, kadang acuh tak acuh dan tidak pernah mengajukan pertanyaan. Mengenai cita-cita dan harapan masa depan, konseli masih belum mempunyai cita-cita karena konseli merasa tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan sekolah. Pada saat kelas XI nanti konseli ingin masuk di jurusan IPA meskipun konseli mengalami kesulitan di pelajaran matematika dan fisika. Dari tabel sosiometri terlihat bahwa konseli tidak terisolir dalam pemilihan teman yang disukai. Yang memilih konseli 1 orang yaitu teman akrabnya. Sedangkan dari daftar cek masalah diketahui gejala masalah yang menonjol atau paling besar persentasenya adalah gejala masalah kehidupan sosial kegiatan berorganisasi (55%) dan masalah hubungan pribadi (55%), gejala masalah penyesuaian terhadap kurikulum (50%). C. DIAGNOSIS Diagnosis merupakan langkah menarik simpulan logis mengenai masalahmasalah yang di hadapi konseli atas dasar gambaran pribadi konseli hasil analisis dan sintesis. Pada tahap ini dilkukan 2 kegiatan yaitu mengindetifikasi masalah, merumuskan sumber-sumber penyebab masalah (etiologi). 1. Identifikasi masalah Pada tahap ini masalah diklasifikasikan data yang telah diperoleh, adapun masalah yang sedang dialami konseli antara lain:

26

a. Gejala masalah keluarga Konseli merasa tertekan dan tidak bahagia atas perlakuan kedua orang tuanya yang keras, apalagi ayahnya yang sering marah-marah kepada konseli membuat konseli takut untuk berbicara dengan ayahnya. Konseli sering bertengkar dengan adik kandungnya, apalagi ayah konseli mempunyai istri 2, ibu konseli merupakan istri keduanya, sedangkan dari istri pertamanya mempunyai 1 anak perempuan yang menjadi kakak tiri konseli. Hubungan konseli dengan kakak tirinya juga tidak akrab, karena konseli merasa takut kepada kakak perempuannya. b. Gejala masalah kehidupan ekonomi Konseli berasal dari keluarga yang keadaan ekonominya rendah, ayah konseli mempunyai usaha billiard dan wartel tetapi sekarang bangkrut kemudian ayah konseli bekerja di pabrik gula dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Konseli sudah 5 bulan belum membayar uang SPP dan ini sangat berpengaruh terhadap belajar konseli. Konseli tidak tahu bagaiman cara melunasi uang SPP sedangkan konseli tetap ingin bersekolah. Konseli mengharapkan mendapat beasiswa. Konseli pergi ke sekolah dengan jalan kaki sedang rumah jauh di pakisaji kira-kira 15 km, konseli tidak naik len karena tidak mempunyai uang apalagi uang untuk bayar len uang saku saja dia tidak punya. Konseli kadang-kadang ikut temannya kalau secara tidak sengaja bertemu di jalan. c. Gejala masalah kehidupan sosial kegiatan berorganisasi Konseli merasa tidak disenangi oleh teman-temannya di sekolah, sukar dalam menyesuaikan diri. Konseli mersasa takut bergaul dengan teman

27

yang menjabat sebagai pengurus organisasi. Konseli juga bingung bila berhadapan dengan orang banyak, sukar dalam menerima kekalahan, tidak pernah menjadi pemimpin. Konseli juga mudah merasa malu, mudah marah, dan sering tidak sabar. d. Gejala masalah hubungan pribadi Konseli merasa kurang percaya diri untuk bergaul dengan teman yang tingkat sosial ekonominya tinggi. Konseli sukar bergaul dengan teman lawan jenisnya meskipun sekarang konseli menyukai teman 1 kelasnya tetapi konseli tidak pernah mengutarakan perasaannya. Konseli ingin sekali di perhatikan oleh teman yang disukainya itu. Konseli juga sering merasa iri hati, curiga terhadap orang lain. Konseli sering menyesali diri, merasa tidak mempunyai harapan. Konseli ingin sekali dikagumi dan konseli ingin hidup tenang. e. Gejala masalah belajar dan penyesuain terhadap kurikulum Konseli merasa malas untuk mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Konseli sukar mendapatkan buku-buku pelajaran, sering mendapat angka rendah. Konseli juga sering khawatir kalau mendapat giliran, sering mendapat kesukaran dalam menyelesaikan tugas pekerjaan rumah. Konseli sukar mempelajari ilmu kimia, biologi, matematika dan fisika. Konseli belajar bila mendapat teguran atau perintah dari orang tuanya. Buku-buku pelajaran dan catatan konseli tidak lengkap. Konseli tidak pernah membaca buku-buku di perpustakaan. Konseli jarang bertanya kepada ibu/bapak guru. Konseli sering bertanya kepada teman tentang pelajaran.

28

2. Menentukan sumber penyebab masalah (etiologi) Langkah ini merupakan langkah menentukan sebab-sebab timbulnya masalah ada 2 sumber masalah yakni sumber internal dan sumber eksternal. Kegiatan pada tahap ini meliputi pencarian ilmiah atau pengetahuan berdasarkan perkiraan rasional dalam hubungannya dengan sebab-sebab gejala konselor dapat pula menggunakan intuisinya untuk menduga sebab-sebab itu yang kemudian di cek dengan logika maupun reaksi konseli. Dalam mencari sebab dapat digunakan data yang terungkap pada tahap anlisis, namun konselor harus dapat membedakan antara sebab dengan hubungan yang sederhana sifatnya. Tahap etiologi merupakan tahap mencari factor-faktor penyebab masalah yang dihadapi konseli: a. Faktor internal Keadaan psikis konseli yang merasa ketakutan dan sepertinya konseli pernah trauma ini terlihat ketika praktikan meminta konseli memberikan angket kepada orang tuanya konseli menolak. b. Faktor eksternal Keadaan ekonomi keluarga yang tergolong kelas ekonomi rendah sehingga fasilitas belajar konseli tidak terpenuhi Ayahnya yang mempunyai istri 2 Ayahnya yang sering marah-marah kepada konseli Perlakuan kedua orang tuanya yang keras Hubungan konseli yang tidak akrab dengan ayahnya Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya

29

D. PROGNOSIS Williamson menyatakan bahwa prognosis merupakan proses yang tidak terpisahkan dari diagnosis. Prognosis berkaitan dengan upaya untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada. Sebagai contoh jika konseli intelegensinya rendah maka ia akan rendah pula prestasi belajarnya, jika ia tidak berminat pada suatu tugas/pekerjaan, maka ia akan gagal memperoleh kepuasaan dalam bidang kerja tersebut, jika konseli rendah bakatnya di bidang mekanik, maka kemungkinan besar ia akan gagal studi pada program studi teknik mesin. Tahap ini memprediksi kemungkian apa yang akan dihadapi konseli jika masalahnya tidak cepat teratasi. 1. Kemungkinan yang terjadi, apabila masalah konseli tidak segera dibantu adalah: a. Konseli akan sulit untuk menetukan dan mencapai cita-citanya. b. Konseli akan menjadi pribadi yang tertutup, selalu merasa takut. c. Konseli tidak akan bisa berkonsentrasi untuk belajar. d. Konseli tidak akan mengalami kemajuan belajar. e. Pergaulan konseli akan sulit untuk berkembang. f. Kepribadian konseli akan sulit berkembang (tidak dewasa). g. Hubungan konseli dengan ayahnya semakin tidak harmonis. h. Konseli bisa dikeluarkan dari sekolah karena tidak membayar uang SPP. i. Konseli tetap mengalami kesulitan untuk mengikuti kegiatan berorganisasi di sekolahnya.

30

j. Konseli tidak akan mempunyai pengalaman tentang berorganisasi. 2. Kemungkinan yang terjadi, apabila masalah konseli dapat segera di atasi: a. Konseli bisa menentukan cita-citanya. b. Konseli bisa sifat terbuka kepada orang lain. c. Konseli akan mengalami kemajuan belajar. d. Pergaulan konseli akan berkembang. e. Hubungan konseli dengan ayahnya akan akrab seperti halnya anak dengan ayahnya. f. Konseli bisa mengikuti kegiatan berorganisasi di sekolahnya.

31

BAB IV USAHA-USAHA BANTUAN

Berdasarkan data tentang klien yang telah dikumpulkan dan telah melalui tahap-tahap analisis, sintesis, diagnosis dan prognosis, maka langkah berikutnya dalam kegiatan studi kasus ini adalah upaya merumuskan rencana usaha-usaha bantuan yang kiranya dapat diberikan. Perumusan ini dilakukan antara konseli dan konselor. Dalam pelaksanaan pemberian bantuan sebagai keluar dari persoalan sudah barang tentu tidak akan segera dapat ditempuh dalam tempo yang hanya sekejap saja dan ada yang sudah dapat dilaksanakan, ada yang belum dilaksanakan dan ada yang baru akan dilaksanakan. Oleh sebab itu dalam laporan studi kasus ini langkah treatment dipaparkan sebagai berikut. A. Usaha Bantuan yang Direncanakan 1. Memberikan layanan konseling Layanan konseling ini direncanakan secara individual dan kelompok. Dari rencana ini diharapkan akan mencapai hasil-hasil : a. Konseli akan merubah sikap dalam pergaulan yang suka

menyendiri menjadi suka bergaul dan berteman. b. Konseli akan tumbuh rasa keberanian untuk berekplorasi sosial

yang komunikatif. c. Konseli akan lebih berani mengembangkan dirinya dalam pergaulan. d. Konseli akan ditunjukkan bagaimana bersikap yang positif kepada

teman-temannya sehingga perkataannya tidak menyakiti temannya.

32

e.

Hubungan konseli dengan ayahnya menjadi akrab selayaknya anak

dengan orang tua. f. Konseli akan merubah sikapnya dalam belajar menjadi lebih teratur

dan tertata. g. Konseli akan menjadi pribadi yang bersemangat dan terbuka. h. Konseli akan berubah dari unpositive self regard menjadi self

positif regard, dan mudah menyesuaikan diri. 2. Pemberian layanan-layanan informasi a. Informasi tentang cara mengendalikan diri yang baik dan benar. Diharapkan konseli dapat mengendalikan dirinya. Sehingga konseli dapat mengatur waktu belajarnya, mengatur waktu istirahatnya dan menentukan sendiri lingkup pergaulannya. Adapun informasi yang diberikan adalah informasi cara belajar yang efektif dan efisien, informasi cara bergaul dan informasi tentang karir. b. Informasi cara belajar yang efisisen; dari layanan informasi ini diharapakan konseli akan memiliki keterampilan-keterampilan dalam menanggulangi masalah belajar. Adapun pokok-pokok informasi yang diberikan adalah : cara membaca buku, cara bertanya dalam kelas, cara membuat ringkasan, cara menghafal, persiapan-persiapan dalam

menghafal, cara membuat jadwal belajar dan penggunaan waktu. c. Informasi cara bergaul; dari pemberian informasi ini diharapkan konseli akan memiliki pengalaman dan ketrampilan dalam bergaul dengan teman sejenis maupun lawan jenis sehingga konseli bisa mempunyai banyak teman dan dapat bekerjasama dengan orang-orang baru dengan cepat.

33

adapun pokok-pokok informasi yang diberikan yaitu: cara menjalin dan memelihara persahabatan, pergaulan remaja, cara berbicara didepan umum, cara berbicara dengan teman sebaya. d. Informasi tentang karir; dari informasi ini diharapkan konseli dapat terbuka wawasannya tentang karir di masa depan dan mulai menata diri untuk mempersiapkannya. Adapun pokok-pokok informasi yang diberikan yaitu : jenis-jenis karir yang sesuai dengan dirinya dan persyaratannya. 3. Layanan bimbingan kelompok Konseli merasa kesulitan bekerjasama dengan orang-orang baru. Konseli hanya bisa bekerjasama dengan teman-teman satu kelompoknya saja. Konseli merasa lama untuk membaur dengan suatu situasi yang baru. Sehingga teman konseli hanya itu-itu saja, perkembangan sosial konseli lambat. Untuk menjadikan konseli lebih bisa masuk kepada situasi yang baru maka salah satu rencana bantuan yang di berikan kepada konseli adalah memberikan bimbingan kelompok penyesuaian diri dengan teknik home room tetapi kelompok itu adalah kelompok yang anggotanya konseli jarang bergaul dengan mereka. Disamping itu, agar konseli terampil dalam pergaulan dan mudah menyesuaikan diri, dalam bimbingan kelompok ini digunakan sosiodrama. 4. Home Visit Home visit disamping bertujuan untuk menjalin hubungan kerjasama antara sekolah dan orang tua dan sebagai cara untuk memperoleh data juga secara implisit dapat digunakan sebagai sarana memberikan bantuan.

34

5. Mengadakan pendekatan dengan guru bidang studi dan wali kelas. Upaya ini difokuskan kepada pemberian pengertian kepada guru dan wali kelas konseli agar dapat memahami dan menerima konseli seperti apa adanya dengan penuh pengertian dan lebih memperhatikan konseli dalam usaha-usaha untuk membangkitkan motivasi belajar seperti reinforcement atau pujian dari guru serta dapat membimbing konseli dalam mengatasi masalah penyesuaian diri. 6. Mengadakan bimbingan karier dan jabatan Upaya ini dapat dilakukan kepada konseli secara invidual maupun kelompok secara kontinyu agar konseli dapat mengetahui secara jelas tentang karier dan jabatan yang cocok dirinya dan dapat menentukan jurusan apa yang cocok ia ambil sesuai dengan minat dan bakatnya. 7. Konfrensi Kasus Konfrensi kasus pada dasarnya merupakan kegiatan pertemuan dari berbagai pihak dalam rangka upaya pemecahan kasus siswa. Disamping mengacu pada kegiatan pengumpulan data dan diagnosa sementara, kegiatan ini juga berupaya mencari berbagai alternative sebagai kemungkinan jalan keluarnya. Pertemuan ini direncanakan akan diikut sertakan berbagai pihak agar pembahasan dapat secara komprehensif, maka individu-individu yang wajib untuk hadir adalah orang tua, guru-guru pengajar konseli yang bersangkutan, wali kelas dan kepala sekolah. Jadi dengan demikian konfrensi kasus disini dapat dianggap sebagai usaha bantuan, sungguh pun tidak secara langsung mengenai diri konseli. B. Usaha bantuan yang terlaksana Pada bagian ini dipaparkan kegiatan bantuan yang riil sudah dilaksanakan. Adapun bantuan yang sudah dilaksanakan adalah:

35

1. Konseling individual Layanan konseling ini telah dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu : a. Pertemuan I Pertemuan ini ditujukan untuk mengenal konseli lebih dalam dan juga untuk melengkapi data. Dari proses konseling diperoleh suatu

keputusan, antara lain : konseli mencoba memahami kedaan keluarga, dirinya dan masalah yang sedang ia hadapi. Untuk sementara waktu konseli akan berusaha untuk akrab dengan ayahnya, mencoba bertegur sapa. Konseli berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekolah dan teman-teman sekelasnya dan mencoba lebih terbuka kepada guru pembimbingnya yang ia anggap baik dan mengerti tentang keadaan konseli. Konseli akan berusaha untuk tidak memikirkan masalah uang SPP karena itu menjadi kewajiban orang tuanya dan konseli akan berusaha keras untuk belajar agar tidak mengecewakan orang tuanya. Konseli akan mengalah kepada adiknya karena konseli menyadari sebagai kakak harus mengalah dan melindungi adiknya. b. Pertemuan II Pertemuan ini ditujukan untuk pembuatan kesepakatan akan usaha bantuan yang akan diberikan kepada konseli. Dari proses konseling tersebut diperoleh suatu keputusan, antara lain:

36

Konseli akan berusaha mengikuti kegiatan ektrakurikuler yang dianggap cocok dengan dirinya dan sesuai dengan keinginan konseli yaitu paskibraka.

Konseli akan merencanakan dan membuat jadwal belajar secara operasional.

Konseli akan berusaha mengendalikan diri dan mulai mengatur dirinya sendiri lebih baik dan benar.

c. Pertemuan III Pertemuan ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana konseli telah melaksanakan keputusan yang ia ambil dalam mengatasi masalahnya menanyakan bagaimana perasaan setelah dapat melaksanakan keputusan itu. 2. Pemberian layanan informasi Macam informasi yang diberikan adalah : a. Cara Belajar yang efektif, meliputi: persiapan-persiapan dalam belajar, cara membuat jadwal belajar, cara membaca buku, cara membuat catatan ringkasan. b. Informasi tentang cara bergaul, meliputi: cara menjalin dan memelihara persahabatan, pergaulan remaja, cara berbicara di depan umum dan cara berbicara dengan teman sebaya. . 4. Pemberian motivasi Motivasi ini bertujuan untuk meningkatkan atau memelihara perilaku baru yang telah terbentuk. Pemberian motivasi berupa pujian ketika konseli mau

37

melaksanakan kesepakatan yang ada, kata-kata yang dapat memacu semangat belajar konseli. Hal ini diberikan agar konseli merasa diperhatikan. 5. Mengadakan pendekatan secara informal kepada guru-guru pengajar dan wali kelas konseli. Kegiatan ini dilakukan secara informal dengan memberikan informasi kepada guru tentang konseli agar mereka dapat meluangkan waktu untuk memberikan perhatian dan bimbingan. C. Usaha bantuan yang belum terlaksana Seperti telah di kemukakan dalam uraian terdahulu bahwa rencana bantuan yang di berikan ada yang terlaksana dan beberapa diantaranya ada yang belum terlaksana. Rencana bantuan yang belum dilaksanakan tersebut diantaranya adalah home visit, konferensi kasus dan bimbingan kelompok. Hal-hal tersebut belum dapat dilaksanakan karena: 1. Masa penyelididkan kasus yang sangat singkat dan harus dibagi dengan penyusunan-penyusunan laporan PPL yang lainnya. 2. Masalah konseli yang merupakan masalah yang kompleks, karena itu memerlukan pentahapan pemecahan masalah yang memakan waktu cukup lama. D. Usaha tindak lanjut/follow up Berhubung ada beberapa jenis usaha bantuan yang belum dapat diberikan, baik yang direncanakan maupun yang belum sempat direncanakan karena keterbatasan waktu, maka agar dapat mengikuti pertumbuhan dan perkembangan konseli perlu diberikan bantuan secara maksimal. Bantuan tersebut baik yang

38

telah direncanakan tetapi belum diberikan maupun usaha bantuan yang belum direncanakan. Bantuan-bantuan yang dimaksudkan akan diberikan antara lain adalah: 1. Mengadakan bimbingan kelompok melalui sosiodrama, agar konseli dan juga teman sekelasnya mengetahui peran dan tugas mereka dalam membina rasa kekeluargaan sesama warga kelas. 2. Mengadakan pembenahan dan perbaikan kelompok secara menyeluruh oleh guru, konselor dan pihak lain secara terpadu. 3. Memberikan layanan pengajaran remidi. Untuk layanan ini diharapkan akan dilakukan guru-guru pengajar konseli (khususnya guru bidang studi biologi, matematika, Bahasa Inggris, fisika, dan matematika) agar kelambatan dalam memahami bahan pelajaran dapat teratasi sehingga prestasinya akan naik. 4. Home Visit untuk lebih bisa melihat konseli dan keluarganya dan dalam memberikan layanan bantuan dapat lebih tepat.

39

BAB V ANALISIS DAN BAHASAN

A. Analisis Studi kasus merupakan salah satu kegiatan pendukung dalam bimbingan dan konseling yang harus dikuasai oleh konselor untuk menyelesaikan masalah siswa. Dengan studi kasus diharapkan konselor mampu menyelesaikan masalah yang kompleks yang tidak selesai hanya dengan konseling saja. Selama proses konseling ancangan yang digunakan oleh praktikan adalah ancangan klinis model trait and factor. Pendekatan ini digunakan karena sesuai dengan kondisi konseli dan latar belakang masalahnya. Studi kasus yang telah praktikan laksanakan melalui beberapa tahap yaitu analisis data, sintesis, diagnosis (identifikasi masalah, etiologi, prognosis), treatment (pemberian bantuan) dan follow up (usaha tindak lanjut). Dalam laporan studi kasus ini, diperoleh pemahaman yang mendalam mengenai diri konseli sehingga mempermudah pemecahan masalah konseli sebab didalamnya terdapat pengklasifikasian masalah sehingga jelas masalah yang dihadapi konseli. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dihadapi konseli yaitu masalah keluarga, masalah kehidupan ekonomi, masalah kehidupan social kegiatan berorganisasi, masalah hubungan pribadi, masalah belajar dan penyesuain terhadap kurikulum. Dalam pelaksanaan seluruh kegiatan studi kasus khususnya usaha pemberian bantuan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebagian usaha bantuan yang dapat dilaksanakan dan ada beberapa usaha bantuan yang tidak dapat

40

terlaksana. Hal ini disebabkan karena masa penyelidikan kasus yang sangat singkat, sedangkan masalah konseli merupakan masalah yang cukup kompleks dan memerlukan pentahapan pemecahan masalah yang memakan waktu cukup lama. Hasil yang dapat dicapai dari usaha pemberian bantuan ini yaitu konseli mulai menampakkan perubahan perilaku walaupun hal ini dilakukan konseli secara perlahan, meskipun belum begitu banyak sesuai yang ditargetkan oleh praktikan, namun setidaknya perubahan positif ini sudah mulai menunjukkan keberhasilan praktikan dalam membantu konseli menyelesaikan masalahnya. Pada dasarnya konseling dapat berjalan dengan efektif apabila konseli datang secara sukarela tanpa paksaan. Tetapi pada prakteknya sebagian besar siswa kurang peka terhadap keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah dan hanya ada beberapa konseli saja yang datang tanpa dipanggil, walaupun demikian proses konseling tidak terlalu berbeda efektifnya karena konseli dapat bekerja sama dengan baik. Hambatan yang muncul dari proses konseling adalah konseli terlalu pasif dan kurang peka terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya dan disisi lain praktikan juga belum menguasai teknik-teknik konseling yang ada. Sehingga setiap pernyataan konseli kurang bisa direspon secara tepat oleh praktikan. B. Bahasan Unjuk kerja konselor professional tercermin dari kepekaan mereka dalam menangkap pesan verbal dan non verbal konseli. Secara umum orientasi bimbingan dan konseling saat ini adalah bagaimana konselor mampu menangkap asset positif atau potensi setiap konseli. Banyak konseli yang dihadapi oleh siswa

41

merupakan

ketidakmampuan

atau

ketidak

berdayaan

mereka

dalam

mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Konseling dimaksudkan untuk membantu konseli menyelesaikan

masalahnya sendiri. Dalam membantu, pegangan utama konselor adalah pandangan terhadap hakekat pribadi manusia. Pandangan terhadap manusia tersebut dapat menentukan: hakekat masalah konseli, prosedur dan teknik konseling yang dipakai untuk membantu konseli. Pada pelaksanaan proses konseling ada beberapa cara pandang yang harus diperhatikan oleh konselor menurut pendekatan konseling tertentu, yaitu: dimensi pertama: tujuan atas dasar dimensi ini, konseling berorientasi dalam garis kontinum dari pencapaian pemahaman (insight) sampai perubahan perilaku (action) artinya sebagian pendekatan konseling menyatakan bahwa apabila konseli mencapai pemahaman tentang masalah yang dihadapinya, maka berarti konseling telah cukup dan tahap selanjutnya akan dialami sendiri oleh konseli. Sebaliknya, sejumlah pendekatan konseling menekankan perlunya konselor membantu konseli mempelajari tingkah laku baru. Dimensi kedua: keterlibatan pribadi konseli, dalam hal ini, sejumlah pendekatan konseling sangat menekankan peranan pikiran rasional manusia. Konseli diajak untuk memikirkan masalah dan jalan keluar dari masalah tersebut. Sebaliknya ada pendekatan yang menekankan keterlibatan emosional konseli dalam menyelami masalah dan menyelesaikan masalah. Dalam proses konseling, disarankan kepada konselor agar dapat mengambil sikap dengan terlebih dahulu memperhatikan aspek emosional konseli agar ada keterlibatan total konseli, baru kemudian dilanjutkan dengan melibatkan

42

konseli untuk memikirkan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapinya. Kegiatan ini harus diikuti dengan perencanaan tingkah laku baru yang dapat diterapkan konseli dalam kehidupan nyata. Berdasarkan hasil analisis dari proses konseling didapat bahwa proses konseling mampu membawa perubahan pada konseli, konseli sudah mampu mengembangkan sikap dan perilakunya. Konseli juga mampu belajar

memaksakan diri untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungannya. Selama konseling sedapat mungkin konseli datasng secara sukarela, namun pada praktiknya konseli kurang tanggap terhadap keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah, sehingga apabila ditemukan hambatan konselor harus memanggil konseli yang bersangkutan, walaupun demikian proses konseling tidak terlalu berbeda mengikuti arahan konselor dalam proses pengubahan. Selain itu, konseli juga mau berusaha untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil dalam proses konseling.

43

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan Dari hasil analisis dan bahasan yang telah diuraikan diawal dapat ditarik beberapa kesimpulan yang nantinya diharapkan dapat memperkaya dari pelaksanaan studi kasus selanjutnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan studi kasus ini adalah: 1. Studi kasus merupakan salah satu kegiatan pendukung dalam bimbingan dan konseling yang harus dikuasai oleh praktikan untuk menyelesaikan masalah siswa. Dengan studi kasus diharapkan praktikan mampu menyelesaikan masalah yang kompleks yang tidak selesai hanya dengan konseling saja. Rancangan yang digunakan adalah rancangan klinis model trait and faktor. Pendekatan ini digunakan karena sesuai dengan kondisi konseli dan latar belakang masalahnya. Studi kasus yang telah praktikan laksanakan melalui beberapa tahap yaitu analisis data, sintesis, diagnosis (identifikasi masalah, etiologi), prognosis, treatment (pemberian bantuan) dan follow up (usaha tindak lanjut) 2. Dalam laporan studi kasus ini, diperoleh pemahaman yang mendalam mengenai diri konseli sehingga mempermudah pemecahan masalah konseli, sebab didalamnya terdapat pengklasifikasian masalah sehingga jelas masalah yang dihadapi konseli. Masalah yang dihadapi konseli adalah masalah keluarga, masalah kehidupan ekonomi, masalah kehidupan

44

sosial kegiatan berorganisasi, masalah hubungan pribadi, masalah belajar dan penyesuaian terhadap kurikulum. 3. Dalam pelaksanaan seluruh kegiatan studi kasus khususnya usaha pemberian bantuan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebagian usaha bantuan yang dapat dilaksanakan dan ada beberapa usaha bantuan yang tidak dapat terlaksana. 4. Hasil yang dapat dicapai dari usaha pemberian bantuan ini yaitu konseli mulai ada perubahan prilaku walaupun hal itu dilakukan konseli secara perlahan, meskipun belum begitu banyak sesuai yang ditargetkan oleh praktikan. Namun setidaknya perubahan positif ini sudah mulai menunjukkan keberhasilan praktikan dalam membantu konseli

menyelesaikan masalahnya. B. Saran Sebagai akhir laporan studi kasus ini, praktikan menyampaikan beberapa saran yang mungkin ada manfaatnya bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi penulis Diharapkan dapat meningkatkan kreativitasnya dalam membantu klien menemukan berbagai macam alternatif pemecahan masalah. Lebih meningkatkan kerjasama dengan guru-guru lain agar selalu memperhatikan dan memahami masalah-masalah yang sedang dialami siswa. 2. Bagi pengembangan ilmu Laporan studi kasus hendaknya bisa menjadi sarana bagi seluruh pihak khususnya yang berada dalam ruang lingkup bimbingan dan konseling untuk belajar memahami setiap individu dan lingkungannya, terutama individu yang

45

bermasalah dan membutuhkan bantuan, sehingga ilmu yang diperoleh menjadi lebih berkembang dan memperkaya pengetahuan akan keberadaan bimbingan dan konseling.

46

DAFTAR RUJUKAN

Fauzan, Lutfi dan Bisri, Moh. 1994. Modul 4: Konseling Trait and factor. Malang: IKIP Malang. Hayinah. 1992. Masalah Belajar dan Bimbingan. Malang: IKIP Malang Hidayah, Nur. 1998. Pemahaman Individu: Teknik Non Tes. Malang:FIP Universitas Negeri Malang. Munandir, 1979. Kode Etik Jabatan Konselor. Malang: PPB FIP IKIP Malang. Partowisastro, Koestoer. 1984. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta: PT. Erlangga press. Kurikulum Berbasis Kompetensi. 2002. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Umum/Kejuruan, Madrasah Aliyah dan sederajat. Jakarta: Depdikbud,

47

You might also like