You are on page 1of 3

y

Imunisasi Campak

Memang benar usia bayi yang dianjurkan untuk pemberian imunisasi campak adalah 9 bulan, karena pada usia tersebut titer antibodi campak yang berasal dari Ibu mulai menurun. Penurunan titer antibodi dimulai pada usia di atas 6 bulan. Secara umum biasanya diberikan pada usia 9 bulan, tetapi boleh diberikan mulai usia di atas 6 bulan. Jadi Ibu tak perlu terlalu khawatir bila anak Ibu diberikan imunisasi campak pada usia sebelum 9 bulan Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam bentuk bubuk kering atau freezeried yang harus dilarutkan dengan bahan pelarut yang telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12 bulan. Di negara berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami. Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat menghambat terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulangan masih diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia vaksin campak diberikan mulai abak berumur 9 bulan. (Depkes RI, 2005)

y Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil Vaksinasi BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan intrakutan dengan dosis 0,05 ml. Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi tuberkulin konversi pada tempat suntikan. Ada tidaknya tuberkulin konversi tergantung pada potensi vaksin dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan suntikan yang terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya abses ditempat suntikan. Untuk menjaga potensinya, 0 vaksin BCG harus disimpan pada suhu 2 C. (Depkes RI, 2005) Cara menguji tubherkulin konversi

Cara Melakukan Uji Tuberkulin Metode Mantoux (tes Mantoux) 1. Siapkan 0,1 ml PPD ke dalam disposable spuit ukuran 1 ml (3/8 inch 26-27 gauge) 2. Bersihkan permukaan lengan volar lengan bawah menggunakan alcohol pada daerah 2-3 inch di bawah lipatan siku dan biarkan mengering 3. Suntikkan PPD secara intrakutan dengan lubang jarum mengarah ke atas. Suntikan yang benar akan menghasilkan benjolan pucat, pori-pori tampak jelas seperti kulit jeruk, berdiameter 6-10 mm 4. Apabila penyuntikan tidak berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang keluar) ulangi suntikan pada tempat lain di permukaan volar dengan jarak minimal 4 cm dari suntikan pertama. 5. Jangan lupa mencatat lokasi suntikan yang berhasil tersebut pada rekam medis agar tidak tertukar saat pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan dengan pulpen/spidol karena dapat mengganggu hasil pembacaan. Catatan
y y y

Perhatikan cara penyimpanan PPD sesuai petunjuk pada kemasan PPD aman bayi berapapun usianya bahkan aman pula bagi wanita hamil Tes Mantoux bukan merupakan kontra indikasi bagi: Pasien yang pernah diimunisasi BCG Pasien yang pernah dilakukan tes Mantoux sebelumnya dan hasilnya positif (dalam hal ini pengulangan diperlukan karena hasil tes Mantoux sebelumnya tidak tercatat dengan baik)

Pasien sedang dalam kondisi demam, sakit, maupun pasien dengan imunokompromais Adanya parut yang besar pada bekas tes Mantoux sebelumnya merupakan petunjuk hasil positif pada tes terdahulu dan tidak perlu diulang. Namun perlu ditekankan bahwa tes Mantoux menggunakan PPD dan bukan vaksin BCG. Pembacaan 1. Hasil tes Mantoux dibaca dalam 48-72 jam, lebih diutamakan pada 72 jam Minta pasien control kembali jika indurasi muncul setelah pembacaan

Reaksi positif yang muncul setelah 96 jam masih dianggap valid Bila pasien tidak control dalam 96 jam dan hasilnya negative maka tes Mantoux harus diulang. 2. Tentukan indurasi (bukan eritem) dengan cara palpasi 3. Ukur diameter transversal terhadap sumbu panjang lengan dan catat sebagai pengukuran tunggal 4. Catat hasil pengukuran dalam mm (misalnya 0 mm, 10 mm, 16 mm) serta catat pula tanggal pembacaan dan bubuhkan nama dan tandatangan pembaca 5. Apabila timbul gatal atau rasa tidak nyaman pada bekas suntikan dapat dilakukan kompres dingin atau pemberian steroid topikal Interpretasi Tes Mantoux dinyatakan positif apabila diameter indurasi > 10 mm. Kemungkinan yang perlu dipikirkan pada anak dengan hasil tersebut:
y y

Terinfeksi tuberkulosis secara alamiah Infeksi TB mencakup infeksi TB laten, sakit TB aktif, atau pasca terapi TB. Pernah mendapat imunisasi BCG (pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun) Pada pasien usia kurang dari 5 tahun dengan riwayat vaksinasi BCG kecurigaan ke arah infeksi alamiah TB bila hasil uji Mantoux > 15 mm. Infeksi mikobakterium atipik

y y

Meskipun demikian, hasil uji Mantoux > 5 mm dapat dipertimbangkan positif pada pasien tertentu seperti :   Pasien dengan infeksi HIV Pasien dengan transplantasi organ atau mendapat imunosupresan jangka panjang seperti pasien keganasan atau sindrom nefrotik

False Negative Pasien-pasien tertentu yang terinfeksi tuberkulosis mungkin dapat menunjukkan hasil tes Mantoux yang negatif. Kondisi demikian disebut dengan anergi. Anergi kemungkinan terjadi pada pasien:
y y y

Pasien dengan status malnutrisi berat Pasien dengan infeksi berat seperti campak, cacar air, pertusis, difteri, tifoid Pasien dengan status imunokompromasi atau pasien menggunakan imunosupresan jangka panjang seperti pasien HIV, keganasan, sindrom nefrotik dan lainnya Pasien dengan sakit TB berat seperti TB milier, meningitis TB

Mengingat masa yang diperlukan untuk terbentuknya cellular mediated immunity sejak masuknya kuman TB adalah 2-12 minggu maka hasil negatif pada pasien dengan kontak erat penderita TB dewasa masih mungkin pasien sedang dalam masa inkubasi.
y Kontra Indikasi

a. BCG b. DPT 1 c. DPT 2 atau 3 d. DT :

: : :

Sakit kulit (luka) di tempat suntikan Panas lebih dari 38C, riwayat kejang demam Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT (misalnya suhu tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran, shock).

Tidak ada

e. TT : f. Polio g. Campak h. Hepatitis B


y

Tidak ada : : : Diare Riwayat kejang demam, panas lebih dari 38C Tidak ada

CARA PEMBERIAN VAKSIN

Berbagai macam cara pemberian vaksin (intramuskular,subkutan, intradermal, intranasal atau oral) berdasarkan pada komposisi vaksin dan imunogenesitasnya. Sebaiknya vaksin diberikan di area tempat respon imun yang diharapkan bisa tercapai maksimal dan terjadinya kerusakan jaringan, saraf dan vaskular yang minimal. Penyuntikan intramuskular dianjurkan jika penyuntikan subkutan atau intradermal dapat menimbulkan iritasi, indurasi, perubahan warna kulit, peradangan, pembentukan granuloma. Risiko pemberian suntikan subkutan pada jaringan neurovaskular lebih jarang, non reaktogenik dan cukup Imunogenik
y Injeksi Folio Penggunaan imunisasi secara injeksi lebih aman, karena menjamin tidak ada virus polio liar di lingkungan penerima vaksin, karena virus yang dilemahkan pada cara tetes bisa bermutasi menjadi ganas . penggantian dengan cara injeksi dilakukan karena virus hidup yang dilemahkan pada cara tetes dalam penggunaan yang lama dan luas akan memungkinkan OPV bersirkulasi lebih lama di lingkungan penerima vaksin, dan memberi kemungkinan bermutasi.

Dampak selanjutnya menimbulkan Vaccine Derrived Polio Virus (VDPV), yaitu suatu keadaan di mana virus polio bermutasi menjadi ganas dan dapat menimbulkan kasus polio lagi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan UGM (Universitas Gadjah Mada), cakupan imunisasi polio tetes bagi anak di Yogyakarta sudah mencapai 99 persen. Itu artinya kita sudah harus berpindah ke hal yang lebih baik. Kalau masih pakai vaksin polio tetes, dikhawatirkan virus yang ada di vaksin polio tetes akan bermutasi menjadi ganas. Itu akan merugikan

SYARAT PEMBERIAN IMUNISASI Paling utama adalah anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh, dan kemudian menimbulkan antibodi (kekebalan). Nah, untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi fit. Jika anak dalam kondisi sakit maka kekebalan yang terbentuk tidak bagus. Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu misalkan anak mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalkan gizi buruk atau penyakit HIV/AIDS atau dalam penggunaan obat obatan steroid, anak diketahui mengalami reaksi alergi berat terhadap imunisasi tertentu atau komponen imunisasi tertentu.

You might also like