You are on page 1of 6

Perlukah etika dalam melakukan investasi? Jawabannya tentu saja perlu.

Penekanan pada pencarian laba tidak harus menjadikan investor melupakan etika. Cukup sulit untuk menentukan sasaran etika ini. Pokok pikiran yang paling penting dalam hal ini adalah jangan lakukan investasi yang merupakan pengejaran laba dengan hanya berdasarkan spekulasi. Dalam melakukan investasi kebanyakan investor mencari dan memfokuskan perhatiannya terhadap investasi yang aman dan menjanjikan keuntungan yang tinggi, hanya sedikit yang memperhatikan investasi yang beretika. Apabila investor akan melakukan investasi yang berdasar etika, hendaklah perhatian utamanya ditujukan kepada produk dan jasa perusahaan tersebut, sebagai contoh: jangan melakukan investasi di perusahaan yang memproduksi bahan-bahan yang mengakibatkan penyakit atau merusak lingkungan. Selanjutnya sedapat mungkin dipelajari kemana dana yang diperoleh perusahaan tersebut disalurkan, misalnya investasi di reksadana dapat menjadi investasi yang tidak beretika apabila dana yang dihimpun diinvestasikan di perusahaanperusahaan yang produksinya mengakibatkan penyakit atau merusak lingkungan. Bagi investor yang tidak aktif menjalankan bisnis itu sendiri ada 3 (tiga) metode pendekatan yang dapat digunakan yaitu: a. Pendekatan Negatif Pendekatan negatif ini disebut juga teori penghindaran, di mana para investor yang beretika, akan menghindari investasi di bidang atau perusahaan yang tidak disukainya, atau bertentangan dengan prinsip etika bisnis yang dianutnya atau juga melakukan kegiatan bisnis di bidang-bidang yang melanggar ketentuan lingkungan, produksi zat kimia yang berbahaya, produksi senjata, atau melakukan investasi di negaranegara yang melakukan pelanggaran hak-hak azasi manusia. b. Pendekatan Positif Dalam hal ini para investor hanya akan melakukan investasi pada bidang usaha atau bisnis yang sesuai dengan etika bisnis yang dianutnya. Dalam penerapannya investor dapat menyusun daftar perusahaan atau bidang bisnis yang dipandang sesuai dengan etika bisnis yang umum. c. Pendekatan Aktif

Dengan pendekatan ini para investor akan melakukan investasi di bidang bisnis yang menurutnya tidak sesuai dengan etika bisnis yang umum dianut, dan dalam melakukan investasi di bidang itu terkandung tujuan untuk mengambilalih kontrol terhadap perusahaan tersebut untuk selanjutnya melakukan perubahan agar perusahaan tersebut menjalankan bisnis sesuai dengan etika bisnis yang umum. CONTOH KASUS Berdasarkan kapitalisasinya, saham dibedakan menjadi 3 macam : kapitalisasi tinggi, sedang, dan rendah. Saham kapitalisasi tinggi disebut juga BLUE CHIP. Ciri-cirinya adalah: 1. kapitalisasi pasar mencapai 40 triliun rupiah. 2. fundamental bagus. 3. perusahaan sehat. 4. kinerja kuat. 5. bergerak di bidang industri yg dibutuhkan byk orng. 6. untung perusahaan besar. 7. mampu bagi deviden Contoh saham kapitalisasi besar / blue chip : AALI (Astra Agro Lestari), BBCA (Bank BCA), UNVR (Unilever), ASII (Astra International) Yang kedua, saham kapitalisasi sedang / SECOND LINER. Ciri-cirinya adalah: 1. kapitalisasi 1-40 triliun rupiah. 2. perusahaan masih dlm prospek berkembang. Contoh saham SECOND LINER : INDF (Indofood), ANTM (Aneka Tambang), ADRO (Adaro), BJBR (Bank Jawa Barat),dll Yang ketiga adalah saham kapitalisasi rendah atau THIRD LINER biasa juga sering disebut GORENGAN. Ciri-cirinya adalah: 1. Kapitalisasi di bawah 1 triliun rupiah. 2. jarang disentuh pemain pasar. 3. seringkali tidur. 4. mudah dimainkan bandar.

Untuk pemula atau newbie disarankan utk memilih saham BLUE CHIP atau SECOND LINER daripada saham GORENGAN. Contoh saham gorengan adalah: BHIT,ENRG,JPRS,APIC,BIPI,dll. Yang murah-murah, grafik tiba-tiba naik drastis beberapa hari, lalu bisa turun drastis. Saham gorengan sering disebut juga dengan PENNY stock, saham yang mempunyai nominal sangat kecil. Saham-saham gorengan harganya mudah naik dan turun tanpa sebab yang jelas dan seringkali sulit diprediksi. Karena fluktuasi tinggi dan sulit diprediksi, maka resiko transaksinya pun lebih besar. Sekalipun tahu resikonya sangat besar, banyak trader tergiur saham gorengan karena menginginkan profit yang besar. Tidak jarang mereka memperoleh untung besar, namun juga babak belur gara-gara saham gorengan ini. Saham yang sering digoreng adalah saham-saham SECOND LINER dan SAHAM THIRD LINER karena murah dan butuh modal sedikit untuk menggoreng. Selain itu, saham BLUE CHIP dimiliki banyak investor. Praktek menggoreng saham disebut juga dengan CORNERING, dilakukan oleh bandar. Bandar adalah market mover / penggerak pasar, orang yang punya modal sangat besar sehingga bisa menggerakkan pasar. Dalam Cornering, bandar seringkali melempar isu di bursa tentang saham tersebut. Bandar menciptakan permintaan palsu atas saham tersebut, sehingga terkesan banyak investor yang tertarik dengan saham tersebut. Permintaan palsu yang dimaksud adalah bandar tersebutlah yang membeli saham gorengan tersebut. Akibatnya harga saham perlahan-lahan naik. Begitu banyak investor yang tertarik pada saham tersebut, kemudian bandar pasang posisi jual. Akibatnya si bandar lah yang untung besar. dan investor yang telat masuk bisa jadi korban. Mereka beli di harga atas, kemudian bandar menjual barang, dan harga turun, kemudian investor yang rugi. Bandar bekerja dengan menggunakan jaringan, bekerja sama dengan beberapa sekuritas tertentu. Sekurtias A menjual saham tersebut, sekuritas B menampung, kemudian B menjual, C menampung, begitulah seterusnya. Saham gorengan juga punya ciri-ciri: 1. tidak likuid.

2. terkadang tidak ada pembeli /penjual, namun tiba-tiba menjadi sangat sering ditransaksikan Harga saham gorengan berkisar antara 50-500 juta rupiah, walaupun sebenarnya tidak ada batasan yang pasti tentang harga ini. Jika masih ingin trading GORENGAN, berikut ada beberapa tips yang perlu diperhatikan : 1. Gunakan hanya 10%, darimodal. 2. Saham yang sedang digoreng bisa dideteksi dari volume transaksi yang melonjak drastis. 3. Gunakan trailing stop dan proteksi ketat untuk saham gorengan. KESIMPULAN Jika dilihat dari segi etika dalam praktek berinvestasi, adanya praktek saham gorengan adalah tindakan yang tidak etis, karena hal tersebut merupakan tindakan penipuan terhadap pemegang saham yang lain, dengan praktek curang yang dilakukan oleh seorang Bandar. Dalam tindakan yang dilarang dalam transaksi efek pasal 91 dan 92 tentang manipulasi pasar, disana dijelaskan bahwa: Pasal 91: Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan Pasal 92: Setiap pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain, dilarang melakukan 2 (dua) transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik, atau turun dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual atau menahan Efek. Dan saham gorengan diatas dibuat untuk me Begitulah kehidupan di dunia, persaingan yang ada di dalamnya membuat kita melupakan tentang etika di dalam kehidupan. Di dalam masyarakat kita peraturan-peraturan yang sudah jelas tertulis lebih mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek.

diperhatikan dari pada etika yang seharusnya dapat kita sadari dari dalam hati. Dan bahkan peraturan-peraturan yang sudah jelas tertulis pun masih sering dilanggar.

ETIKA DALAM PRAKTEK INVESTASI DAN PASAR MODAL


(Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Etika Bisnis)

Disusun oleh : Ikalany Sri Astari Irma Lailiyah Novaldy Arief Pradika 2010160453 2010160455 2010160483

PROGRAM PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

You might also like