You are on page 1of 52

http://sweetir1s.multiply.

com/journal/item/5

Rid4's Site
Jun 3, '08 3:22 AM for everyone BAGIAN I KARBOHIDRAT A. Tujuan Mahasiswa terampil dalam: a. Reaksi Warna:

Menentukan adanya karbohidrat secara umum. Menentukan adanya amilum/pati. Menentukan adanya gula reduksi. Menentukan adanya monosakarida.

Menentukan larutan karbohidrat yang dapat mengalami peragian dan tidak mengalami peragian.

Menentukan adanya gula yang mengandung gugus keton. Menentukan adanya heptosa. Menentukan adanya pentosa. Memahami peristiwa hidrolisis selulosa menjadi gula reduksi Menganmati bentuk osazon dari aldosa dan ketosa. Menentukan adanya galaktosa.

B. Paparan Data Hasil Praktikum No. Pengujian Prosedur Hasil Terbentuk cincin/lapisan yang berwarna ungu pada dasar tabung

1. Uji kelarutan a. Amilum+-naftol+H2SO4 dan Percobaan b. Sobekan kertas filter+air+Molisch naftol+H2SO4 c. Glukosa+-naftol+H2SO4

2. Percobaan Iod 2.1. Larutan (galaktosa, glukosa, 2.1..Larutan amilum beru-

No. Pengujian

Prosedur

Hasil

fruktosa, laktosa, amilum, sukro- bah warna menjadi biru sa, dekstrin, dan maltosa)+ laru- kehitaman sedangkan yang tan iodium. kan)+NaOH (setelah dingin). lainnya tetap. berwarna biru keunguan, saat dipanaskan berwarna kuning bening. Saat didinginkan warna kembali biru kehitaman dan pada saat penambahan NaOH warna berubah menjadi kuning bening agak jing-ga. 3. Percobaan Benedict Reagen benedict+larutan(galak- Glukosa berubah warna tosa, glukosa, fruktosa, sukrosa, menjadi kehijauan, sedan maltosa) dan dipanaskan. dangkan larutan lainnya tidak berubah warna. 4. Percobaan Barfoed 5. Percobaan peragian 6. Percobaan Seliwanoff Maltosa+suspensi ragi(tunggu 1 Terdapat gelembung CO2 jam dalam tabung fermentasi). dan bau alkohol. --------Tidak dilakukan 2.2. amilum+larutan iod (dipanas- 2.2. sebelum dipanaskan

Reagen Seliwanoff+5 tetes laru- Dengan larutan sukrosa tan (sukrosa, glukosa, fruktosa, berwarna oranye, dengan

galaktosa, maltosa, arabinosa, danlainnya hasilnya negatif. amilum). 7. Percobaan Tauber 8. Percobaan Bial ------Tidak dilakukan ------Tidak dilakukan

No. Pengujian 9. Hidrolisis Selulosa

Prosedur Potongan kertas saring+air+H2-

Hasil Dengan benedict negatif.

SO4 pekat(dipanaskan&ditunggu Setelah dipanaskan lagi 1 jam), diambil sedikit+benedict. selama 30 menit dan ditambah benedict berubah warna menjadi kekuningan.

10. Hidrolisis Amilum

Amilum+HCl 1 N(dipanas-kan) Setelah negatif dengan +iodium hingga negatif. iodium, pada menit ke 18,

Tambahkan benedict secara peri- warna berubah menjadi odik. kehijauan saat dilakukan tes Benedict. 11. Uji Osazon Fenilhidrazin+Na-asetat keTerdapat kristal osazon

ring+larutan(arabinosa, sukrosa, berbentuk pantagonal glukosa, fruktosa, maltosa, dan pada galaktosa berbentuk sedangkan pa-

galaktosa) dan dipanaskan dalam runcing penangas air.

da larutan yang lain tidak ditemukan kristal osazon.

12. Uji Asam Musat

Larutan(galaktosa, glukosa dan

Tidak ditemukan hablur

fruktosa)+HNO3 pekat dan dipa- pada ke tiga larutan yang di naskan. Setelah bersisa setengah uji. bagian, endapan di amati di bawah mikroskop C. Analisis Data

1. Uji Kelarutan dan Percobaan Molisch a. Amilum Setelah larutan amilum dibubuhi dengan beberapa tetes -naftol dan asam sulfat pekat, muncul batasan cincin di dasar tabung reaksi berwarna ungu. Hal ini membuktikan bahwa amilum tersebut mengandung karbohidrat yang dibuktikan dengan reaksi positif yaitu adanya cincin ungu/violet tersebut. b. Selulosa Pada percobaan ini, sobekan kertas filter dimasukkan ke dalam 2 ml air ke-mudian diberi beberapa tetes larutan -naftol dan asam sulfat pekat. Ter-nyata setelah ditambah dengan larutan-larutan tersebut, muncul batasan cin-cin berwarna merah ungu di dasar tabung sama seperti pada percobaan a. Hal ini juga membuktikan bahwa pada selulosa kertas filter mengandung karbohidrat yang ditandai dengan reaksi positif yang menghasilkan cincin berwarna ungu. c. Monosakarida Larutan glukosa sebanyak 1 ml setelah ditanbahi dengan 2 tetes -naftol 10% dan 1 ml asam sulfat pekat terbentuk lapisan cincin ungu di dasar ta-bung. Cincin ungu tersebut membuktikan bahwa larutan glukosa tersebut mengandung karbohidrat. 2. Percobaan Iod 2.1.Dari ke-7 larutan yang diperiksa pada percobaan ini yaitu galaktosa, glu-kosa, fruktosa, laktosa, amilum, dekstrin dan maltosa setelah ditambahkan beberapa tetes larutan iodium warna larutan yang diuji ada yang berubah warna dan ada yang tidak mengalami perubahan warna. Larutan yang me-ngalami perubahan warna adalah larutan amilum yang berubah menjadi biru kehitaman. Larutan yang lainnya tidak menunjukkan adanya peru-bahan warna. Hal ini membuktikan bahwa hanya larutan amilum yang menunjukkan reaksi positif ketika di uji dengan iodium. Hal ini berarti hanya larutan amilum yang mengandung pati. 2.2. Pada percobaan ini larutan amilum yang ditempatkan dalam tabung reak-si kemudian ditambah larutan iod warnanya menjadi biru keunguan. Sete-lah larutan tersebut dipanaskan warnanya menjadi kuning agak bening dengan uap berwarna biru. Setelah didinginkan kembali, warna larutan tersebut kembali menjadi biru keunguan. Ketika larutan tersebut ditambah dengan larutan NaOH,

warna biru menjadi hilang berubah menjadi kuning agak jingga. Na yang bersifat alkalis dapat mengikat iodin sehingga warna biru kehitaman menjadi hilang. 3. Percobaan Benedict Pada percobaan ini, dari kelima macam larutan (galaktosa, glukosa, fruktosa, sukrosa, dan maltosa) yang diperiksa dengan reagen Benedict, hanya larutan glukosa saja yang menunjukkan adanya perubahan warna setelah dipanaskan, yaitu dari biru menjadi kehijauan. Keadaan ini membuktikan bahwa glukosa mengandung gula pereduksi yang mereduksi logam Cu2+ pada reagen benedict. Larutan lainnya tidak mengalami perubahan warna ketika dipanaskan. 4. Percobaan Peragian Pada percobaan ini, larutan yang diuji adalah maltosa. Setelah larutan maltosa ditambahkan dengan suspensi ragi dan didiamkan selama 1 jam dalam tabung fermentasi, muncul gelembung-gelembung CO2 pada larutan tersebut. Selain muncul gelembung-gelembung CO2, dari larutan tersebut dapat dicium bau alkohol. Keadaan ini menunjukkan bahwa maltosa merupakan karbohidrat yang dapat mengandung gugus gula yang dapat difermentasikan. 5. Percobaan Seliwanoff Pada percobaan ini, ketujuh macam larutan (sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, arabinosa, dan amilum), setelah diuji dengan reagen seliwanoff dan dipanaskan 20 detik dengan api langsung, hanya sukrosa saja yang memberikan reaksi positif dengan adanya perubahan warna menjadi oranye, sedangkan larutan lainnya menunjukkan hasil negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa memiliki gugus keton. 6. Hidrolisis Selulosa Pada percobaan ini, potongan-potongan kertas saring yang telah dibasahi dengan air dan H2SO4 , setelah mengalami pendinginan selama satu jam setelah dipanaskan, ternyata memberikan hasil yang negatif ketika diuji dengan Benedict. Setelah mengalami pemansan kembali selama 30 menit kemudian dilanjutkan dengan uji Benedict, baru menghasilkan hasil yang positif dengan adanya perubahan warna menjadi kekuningan yang menunjukkan selulosa telah terurai sempurna menjadi monosakarida-monosakarida penyusunnya.

7. Hidrolisis Amilum Pada percobaan ini, suspensi amilum yang telah ditambah HCl dan dipanaskan, dilakukan uji iodium dan hasilnya negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan tersebut sudah tidak lagi mengandung pati. Setelah negatif, secara bertahap dilakukan uji benedict setiap 3 menit. Pada menit ke-18, baru menunjukkan reaksi positif dengan perubahan warna menjadi kekuningan yang menunjukkan bahwa monosakarida-monosakarida penyusunnya memiliki gula pereduksi. 8. Uji Osazon Pada percobaaan ini, dari keenam macam larutan (arabinosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, maltosa, dan galaktosa), setelah direksikan dengan Fenilhidrazin yang telah dicampur dengan Na-asetat kering lalu dipanaskan 30 menit dan didinginkan, beberapa larutan menunjukkan reaksi positif dengan membentuk kristal berwarna kuning yang disebut dengan osazon yaitu larutan fruktosa dan galaktosa dan larutan lainnya tidak membentuk kristal osazon. Setelah diamati di bawah mikroskop, bentuk kristal dari fruktosa adalah pentagonal sedangkan pada galaktosa segi empat runcing. 9. Uji Asam Musat Pada percobaaan ini, ada tiga macam larutan yang diuji yaitu galaktosa, glukosa dan fruktosa. Setelah larutan-larutan tersebut diberi asam nitrat dan dipanaskan sampai tersisa setengahnya. Setelah didinginkan, dari ketiga larutan yang diuji tidak ditemukan adanya hablur yang keras seperti pasir atau hasil percobaaan ini adalah negatif. D. Bahasan Karbohidrat berasal dari kata karbon dan hidrat sehingga disebut hidrat dari karbon. Karbohidrat memiliki rumus umum Cn(H2O)m yang pada umumnya harga n = harga m. Karbohidrat merupakan atau kelompok besar senyawa yang polihidroksialde-hida dihidrolisis dan polihidroksiketon senyawa-senyawa dapat menjadi

polihidroksialdehida atau polihidroksiketon (Wahyudi,dkk., 2003:94). Karbohidrat memiliki rumus struktur dari Fisher dan Haworth. Struktur Fisher merupakan struktur rantai terbuka sedangkan struktur Haworth merupakan struktur tertutup (siklik). Misalnya

untuk glukosa yang memiliki rumus molekul C6H12O6 struktur Fisher dan Haworthnya adalah sebagai berikut (Partana,dkk., 2003:178):

H H O H

CH2OH

OH H H OH OH OH

D.1 struktur Haworth Glukosa

O C H OH H H C C C C CH2 H OH H OH OH OH

D.2 struktur Fisher Glukosa

Secara biologis, karbohidrat memiliki fungsi sebagai bahan baku sumber energi baik pada hewan, manusia dan tumbuhan. Karbohidrat dikelompokkan menjadi empat kelompok penting yaitu monosa-karida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis dan tidak kehilangan sifat gulanya. Contoh dari monosakarida adalah ribosa, arabinosa, fruktosa, glukosa, dan lainnya. Golongan monosakarida ini biasanya dikelompokkan dalam triosa, tetrafosfat, pentosaheksosa, dan heptosa. Disakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan dua monosakarida yang sama atau berbeda. Contohnya adalah sukrosa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Oligosakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan tiga hingga sepuluh monosakarida. Contohnya adalah raffinosa yang dihidrolisis menghasilkan glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Kelompok karbohidrat yang terakhir adalah polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang memiliki bobot molekul yang tinggi. Bila dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh monosakarida. Contohnya adalah amilum, dekstrin, glikogen, selulosa dan lainnya. Dalam karbohidrat dikenal beberapa pengujian untuk menentukan kandungan yang terdapat dalam karbohidrat tersebut. Salah satu test yang dilakukan untuk menentukan ada tidaknya karbohidrat adalah tes Molisch. Ketika ada beberapa larutan yang tidak dikenal secara pasti bahwa larutan tersebut mengandung karbohidrat atau tidak, tes ini bisa dilakukan untuk menentukan adanya kandungan karbohidrat. Larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika direksikan dengan -naftol dan asam sulfat pekat. Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan -naftol untuk membentuk produk berwarna (Harrow, 1946:17). Pada percobaaan yang telah dilakukan, terbukti bahwa amilum, selulosa, dan glukosa adalah karbohidrat yang ditandai dengan terbentuknyacincin yang berwarna ungu. Pengujian selanjutnya adalah pengujian yang menggunakan iodium sebagai reagen yang dikenal sebagai uji iod. Uji atau tes ini digunakan untuk memisahkan amilum atau

pati yang terkandung dalam larutan tersebut. Reaksi positifnya ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi biru. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan iodin. Sewaktu amilum yang telah ditetesi iodin kemudian dipanaskan, warna yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang positif akan menghilang. Dan sewaktu didinginkan warna biru akan muncul kembali. Di dalam amilum sendiri terdiri dari dua macam amilum yaitu amilosa yang tidak larut dalam air dingin dan amilopektin yang larut dalam air dingin (Wahyudi,dkk., 2003:116). Ketika amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk micelles yaitu molekul-molekul yang bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler. Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan memberikan warna biru khas pada larutan yang diuji. Pada saat pemanasan, molekulmolekul akan saling menjauh sehingga micellespun tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa lagi mengikat I2. Akibatnya warna biru khas yang ditimbulkan menjadi menghilang. Micelles akan terbentuk kembali pada saat didinginkan dan warna biru khaspun kembali muncul (Fessenden, 1997:609). Warna biru khas yang ditimbulkan sebagai hasil dari reaksi positif, juga akan hilang jika larutan yang telah positif dalam pengujian iod ditambah dengan NaOH. Ion Na+ yang bersifat alkalis akan mengikat iodium sehingga warna biru khas akan memudar dan hilang. Beberapa glukosa memiliki gugus gula pereduksi. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengujian Benedict yang akan memberikan warna kehijauan jika hasil reaksi tersebut positif. Larutan glukosa yang dipanaskan setelah diteteska pada reagen benedict akan memberi warna kehijauan. Dengan demikian, glukosa mengandung gula pereduksi. Larutan tembaga alkalis pada reagen Benedict bila direaksikan dengan karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas akan terjadi reduksi membentuk Cupro oksida (Cu2O) yang ditandai dengan warna kehijauan sebagai akibat adanya reduksi Cu2+ menjadi Cu+. Reaksinya sebagai berikut: CuCO3 + C6H12O6 Cu2O

Gula reduksi yang terdapat pada glukosa adalah sorbitol, sedangkan pada fruktosa gula reduksi adalah campuran dari sorbitol dan mannital. Galaktosa memiliki gula reduksi

berupa dulsital. Pada percobaaan, hanya glukosa saja yang memberikan reaksi positif. Sedangkan yang lainnya tidak menunjukkan hasil yang positif. Faktor yang mempengaruhi adalah pada saat melakukan prosedur kerja yang kurang cermat dan tidak teliti. Fator lain yang mempengaruhi adalah murni tidaknya larutan-larutan yang akan diuji maupun reagennya. Percobaaan peragian dilakukan untuk menentukan gula yang dapat difermentasikan. Pada percobaaan, gula yang diuji adalah maltosa. Maltosa adalah gula disakarida. Pada proses disakarida, contohnya maltosa, maltosa akan dihidrolisis menjadi glukosa dan glukosa terlebih dahulu dengan enzim zymase yang terdapat pada ragi (Harrow, 1946:21). Reaksi hidrolisis maltosa sebelum fermentasi:

Setelah dihidrolisis menjadi glukosa dan glukosa, selanjutnya glukosa yang terbentuk akan mengalami proses fermentasi. Reaksi fermentasi:

Hasil dari fermentasi adalah adanya gelembung-gelembung CO2 dan bau alkohol. Maltosa memberikan hasil yang positif dalam pengujian ini. Hal ini berarti bahwa maltosa adalah salah satu karbohidrat yang dapat difermentasikan. Beberapa karbohidrat memiliki gugus keton. Adanya gugus keton dapat dibuktikan melalui uji seliwanoff. Fruktosa adalah karbohidrat yang memiliki gugus keton, struktur fruktosa:

Jika karbohidrat yang mengandung gugus keton direaksikan dengan seliwanoff akan menunjukkan warna merah sebagai reaksi positifnya. Adanya warna merah merupakan hasil kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya didahului dengan pembentukan hidroksi metil furfural. Proses pembentukan hidroksi metil furfural berasal dari konversi dari fruktosa oleh asam klorik panas yang kemudian menghasilkan asam livulenik dan hidroksi metil furfural (Harrow, 1946:17) Selulosa adalah polisakarida yang tersusun dari banyak monosakarida. Pada percobaaan hidrolisis seluluosa, bahan yang akan diuji adalah serat selulosa yang ada pada sobekan kertas saring. Selulosa akan terhidrolisis menjadi Ban yak monosakarida dengan bantuan asam sulfat pekat. Pada pemanasan kedua, kertas saring yang telah dipanaskan dan ditambah dengan reagen benedict menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi lebih muda, hampir kuning kehijauan, yang menandakan bahwa selulosa telah terhidrolisis dengan sembpurna. Selain selulosa, amilum juga merupakan polisakarida yang tersusun atas Ban yak monosakarida. Hidrolisis amilum adalah pengujian untuk mengetahui bahwa amilum dapat terurai menjadi glukosa (monosakarida penyusunnya). Penambahan HCl yang dilakukan memiliki fungsi yang sama dengan asam sulfat pada proses hidrolisis selulosa yaitu menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida penyusunnya. Ketika diuji dengan larutan iodium, amilum yang telah ditambah dengan asam klorida telah menunjukkan hasil yang negatif. Dapat disimpulkan bahwa amilum telah terhidrolisis dengan sempurna. Monosakarida hasil uraian amilum diuji dengan reagen Benedict. Hasilnya adalah positif dengan adanya perubahan warna menjadi kehijauan. Hal ini menandakan bahwa terdapat gula reduksi pada monosakarida penyusun amilum. Pada umumnya, monosakarida dan beberapa sakarida yang lain dapat membntuk osazon atau kristal kuning apabila direaksikan dengan fenilhidrazin. Rumus molekul dari fenilhidrazin adalah C6H5NHNH2. Proses pembentukan kristal osazon berawal dari satu molekul gula yang bergabung dengan satu molekul dari fenilhidrazin untuk membentuk hidrazon. Reaksinya sebagai berikut:

glukosa glukosa fenilhidrazin Kemudian, kelebihan dari fenilhidrazin berikatan dengan molekul gula lainnya. Kemudian diikuti adanya perubahan kelompok alkohol dari hidrazon menjadi keton dan selanjutnya molekul dari ketiga reagen masuk ke dalam reaksi membentuk kristal osazon. Reaksinya (Harrow, 1946:20):

Osazon tersebut berwarna kuning dan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air. Kristal ini memiliki bentuk yang spesifik pada masing-masing monosakarida sehingga dapat digunakan untuk identifikasi lebih lanjut. Pada percobaaan yang telah dilakukan, kristal hanya ditemukan pada fruktosa yang berbentuk pentagonal dan pada galaktosa yang bentuknya panjang meruncing. Tidak semua larutan yang diuji mengahsilkan kristal osazon. Hal ini dipengaruhi oleh ketidakcertmatan prosedur kerja sehingga hasilnya negatif. Pada percobaaan yang telah dilakukan tidak dihasilkan hablur yang keras seperti pasir yang merupakan asam musat. Faktor yang mempengaruhi adalah ketidakcertmatan prosedur kerja yang telah ada. E. Simpulan

Karbohidrat merupakan kelompok besar senyawa polihidroksialdehida dan polihidroksiketon atau senyawa-senyawa yang dapat dihidrolisis menjadi polihidroksialdehida atau polihidroksiketon. Karbohidrat dikelompokkan menjadi

empat kelompok penting yaitu monosa-karida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida.

Pengujian pada karbohidrat ada beberapa macam yaitu uji molisch, uji iodium, uji benedict, uji peragian, uji seliwanoff, uji osazon dan uji asam musat. Tidak semua uji menghasilkan hasil yang positif. Ketidakcertmatan dalam prosedur kerja akan mempengaruhi hasil percobaaan. Salah satu test yang dilakukan untuk menentukan ada tidaknya karbohidrat adalah tes Molisch. Larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika direksikan dengan -naftol dan asam sulfat pekat. Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan -naftol untuk membentuk produk berwarna.

Sewaktu amilum yang telah ditetesi iodin kemudian dipanaskan, warna yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang positif akan menghilang. Dan sewaktu didinginkan warna biru akan muncul kembali. Ketika amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk micelles yaitu molekul-molekul yang bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler. Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan memberikan warna biru khas pada larutan yang diuji. Pada saat pemanasan, molekul-molekul akan saling menjauh sehingga micellespun tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa lagi mengikat I2. Akibatnya warna biru khas yang ditimbulkan menjadi menghilang. Micelles akan terbentuk kembali pada saat didinginkan dan warna biru khaspun kembali muncul, ika larutan yang telah positif dalam pengujian iod ditambah dengan NaOH. Ion Na+ yang bersifat alkalis akan mengikat iodium sehingga warna biru khas akan memudar dan hilang.

Larutan tembaga alkalis pada reagen Benedict bila direaksikan dengan karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas akan terjadi reduksi membentuk Cupro oksida (Cu2O) yang ditandai dengan warna kehijauan sebagai akibat adanya reduksi Cu2+ menjadi Cu+.

Pada proses disakarida, contohnya maltosa, maltosa akan dihidrolisis menjadi glukosa dan glukosa terlebih dahulu dengan enzim zymase. Setelah dihidrolisis

menjadi glukosa dan glukosa, selanjutnya glukosa yang terbentuk akan mengalami proses fermentasi. Hasil dari fermentasi adalah adanya gelembung-gelembung CO2 dan bau alkohol.

Jika karbohidrat yang mengandung gugus keton direaksikan dengan seliwanoff akan menunjukkan warna merah sebagai reaksi positifnya. Adanya warna merah merupakan hasil kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya didahului dengan pembentukan hidroksi metil furfural.

Selulosa akan terhidrolisis menjadi Ban yak monosakarida dengan bantuan asam sulfat pekat. Pada pemanasan kedua, kertas saring yang telah dipanaskan dan ditambah dengan reagen benedict menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi lebih muda, hampir kuning kehijauan, yang menandakan bahwa selulosa telah terhidrolisis dengan sempurna.

Pada umumnya, monosakarida dan beberapa sakarida yang lain dapat membentuk osazon atau kristal kuning apabila direaksikan dengan fenilhidrazin.Proses pembentukan kristal osazon berawal dari satu molekul gula yang bergabung dengan satu molekul dari fenilhidrazin untuk membentuk hidrazon. Kemudian, kelebihan dari fenilhidrazin berikatan dengan molekul gula lainnya. Kemudian diikuti adanya perubahan kelompok alkohol dari hidrazon menjadi keton dan selanjutnya molekul dari ketiga reagen masuk ke dalam reaksi membentuk kristal osazon.

Untuk menentukan adanya galaktosa, uji yang digunakan uji asam musat. Galaktosa dipisahkan dari monosakarida-monosakarida lain melalui reaksi dengan HNO3 (asam nitrat). Hasil dari oksidasi monosakarida yang lain adalah larut dalam asam dikarboksilat, sedangkan galaktosa yang dihasilkan tidak larut dalam asam musat. Pada prinsipnya, oksidasi galaktosa dengan asam nitrat akan menghasilkan asam dekarboksilat yang disebut dengan asam musat.

F. Daftar Pustaka Harrow, Benjamin. 1946. Textbook of Biochemistry. London: W. B. Saunder Company. Fessenden, Ralph J. dan Joan S. Fessenden. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta: Binarupa Akasara.

Pratana, Crys Fajar dkk. 2003. Kimia Dasar 2: Common Textbook. Malang: UM Press. Wahjudi, dkk. 2003. Kimia Organik II. Malang: UM Press.

http://wahyuriyadi.blogspot.com/2009/10/uji-kualitatif-karbohidrat.html

Tuesday, October 20, 2009


Uji Kualitatif Karbohidrat
Karbohidrat adalah polisakarida, merupakan sumber energi utama pada makanan. Nasi, ketela, jagung adalah beberapa contoh makanan mengandung karbohidrat. Penyusun utama karbohidrat adalah karbon, hidrogen, dan oksigen (C, H, O) dengan rumus umum Cn(H2O)n. Karena inilah maka nama karbohidrat diberikan. Karbohidrat berasal dari kata karbon dan hidrat. Atom karbon yang mengikat hidrat (air). Meskipun beberapa saat kemudian diketahui bahwa hidrogen dan oksigen berikatan bukan sebagai air, namun kata karbohidrat sudah terlanjur meluas dan tetap digunakan sampai sekarang. Terdapat beberapa cara uji kimia untuk mengenali dan mengetahui adanya kandungan karbohidrat pada makanan (sample). 1. Uji Molisch Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish. Uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Mono-, di-, dan polisakarida akan memberikan hasil positif. Cara kerja: sebanyak 5 ml larutan yang di uji (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi molish (5% a-naphtol dalam 95% etanol), dicampur rata, kemudian ditambahkan 3 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan melalui dinding tabung, warna violet (ungu) kemerah-merahan pada batas kedua cairan menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna hijau menunjukan reaksi negatif. 2. Uji Benedict Uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat (gula) pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas), seperti yang terdapat pada glukosa dan maltosa. Uji

benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau, merah, atau orange. Cara kerja: sebanyak 5 ml reaksi Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 8 tetes larutan bahan yang diuji dicampur rata dan dididihkan selama 5 menit, biarkan sampai dingin kemudian diamati perubahan warnanya, jika terbentuk warna hijau, kuning atau endapan merah bata berarti positif. 3. Uji Seliwanof Uji seliwanoff bertujuan untuk mengeahui adanya ketosa (karbohidrat yang mengandung gugus keton). Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asam levulinat dan hidroksilmetil furfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya. Cara kerja: 5 ml peraksi dan beberapa tetes bahan percobaan dimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksi, lalu dididihkan selama 30 detik, kemudian diamati warna yang terjadi. 4. Uji Iod Pada uji iodine, kondensasi iodine dengan karbohidrat, selain monosakarida dapat menghasilkan warna yang khas. Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru, sedangkan dengan glikogen akan membentuk warna merah. Oleh karena itu uji iod ini juga dapat membedakan amilum dan glikogen. Cara kerja: pada papan uji diteteskan bahan yang akan diuji, kemudian ditambahkan dengan satu tetes iodium encer, dan dicampur merata. Posted by Wahyu Riyadi Labels: chemistry

http://yukiicettea.blogspot.com/2009/10/biochemistry-laporan-biokimialipida.html

Biochemistry: Laporan Biokimia Lipida


ACARA II LIPIDA Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan lemak dalam berbagai solvent (zat pelarut), penjenuhan, ketengikan, emulsi dan sifat lemak yang lain. Tinjauan Pustaka Lipid adalah sekumpulan senyawa di dalam tubuh yang memiliki ciri-ciri yang serupa dengan malam, gemuk (grease), atau minyak. Karena bersifat hidrofobik, golongan senyawa ini dapat dipakai tubuh sebagai sarana yang bermanfaat untuk berbagai keperluan. Misalnya jenis lipid yang dikenal sebagai trigliserida berfungsi sebagai bahan bakar yang penting. Senyawa ini sangat efisien untuk dipakai sebagai simpanan bahan penghasil energi karena terkumpul dalam butir-butir kecil yang hampir-hampir bebas air, membuatnya jauh lebih ringan daripada timbunan karbohidrat setara yang sarat air. Jenis lipid yang lain lagi merupakan bahan structural yang penting. Kemampuan lipid jenis ini untuk saling bergabung menyingkirkan air dan senyawa polar lain menyebabkannya dapat membentuk membran sehingga memungkinkan adanya berbagai organisme yang kompleks. Membran tersebut memisahkan satu sel dengan sel yang lain di dalam jaringan, serta memisahkan berbagai organel di dalam sel menjadi ruangan-ruangan yang memiliki ciri kimia tertentu sehingga dapat ditata dan diatur sendiri (Gilvery & Goldstein, 1996). Lemak berkarakteristik sebagai biomolekul organik yang tidak larut atau sedikit larut dalam air dan dapat diekstrasi dengan pelarut non-polar seperti chloroform, eter, benzene, heksana, aseton dan alcohol panas. Di masa lalu, lemak bukan merupakan subjek yang menarik untuk riset biokimia. Karena kesukarannya dalam meneliti senyawa yang tidak larut dalam air dan berfungsi sebagai cadangan energi dan komponen struktural dari membran, lemak dianggap tidak memiliki peranan metabolik beragam seperti yang dimiliki biomolekul lain, contohnya karbohidrat dan asam amino. Namun, dewasa ini, riset lemak merupakan subjek yang paling menawan dari riset biokimia, khususnya dalam penelitian molekular mengenai membran. Pernah diduga sebagai struktur lembam (inert), dewasa ini membran dikenal secara fungsional sebagai dinamik dan suatu pengertian molekular dari fungsi selularnya merupakan kunci untuk menjelaskan berbagai komponen biologi yang penting, contohnya, sistem transport aktif dan respon selular terhadap rangsang luar (Armstrong, 1995). Jaringan bawah kulit di sekitar perut, jaringan lemak sekitar ginjal mengandung banyak lipid terutama lemak kira-kira sekitar 90%, dalam jaringan otak atau dalam telur terdapat lipid kira-kira sebesar 7,5-30% (Riawan, 1990). Suatu asam lemak (Tabel 2.1) merupakan suatu rantai hodrokarbon dengan suatu gugusan karboksil terminal, telah diidentifikasi lebih dari 70 asam lemak yang tersedia di alam. Walaupun asam lemak berantai pendek, contohnya, asam lemak berantai empat-atau enam- adalah lazim ditemukan, namun triasilgliserolutama ditemukan pada tumbuhtumbuhan memiliki asam lemak dengan jumlah atom karbon genap, dengan panjang 14 hingga 22 karbon. Asam lemak jenuh tidak mengandung ikatan ganda C=C dalam

strukturnya, sementara asam lemak tidak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan ganda, yang kadang-kadang berada dalam konfigurasi geometris cis. Asam lemak tidak jenuh paling melimpah memiliki satu atau dua ikatan ganda (masing-masing, asam lemak monoenoat dan dienoat); namun, asam lemak olefinik dengan tiga (trienoat) dan empat (tetraenoat) ikatan ganda juga ditemukan secara alamiah (Armstrong, 1995).

Pada hakekatnya, asam lemak tidak jenuh memiliki titik lebur yang lebih rendah dibandingkan asam lemak jenuh. Contohnya, asam lemak jenuh C 18 (asam stearat) memiliki titih didih 70 oC; suatu bentuk monoenoat (asam oleat) melebur pada 13 oC dan suatu bentuk dienoat (asam linoleat) pada -5 oC. Triasilgliserol tumbuhan (minyak tumbuh-tumbuhan) adalah cair pada suhu ruang, karena mereka memiliki proporsi asam lemak tidak jenuh yang lebih besar daripada triasilgliserol hewan (contohnya, lemak babi), yang padat atau semi-padat pada suhu yang sama. Perbedaan dalam kandungan asam lemak tidak jenuh ini mendapat banyak perhatian, karena pengertian bahwa asupan harian yang berlebihan dari asam lemah jenuh dan kolesterol berkaitan dengan terjadinya penyakit jantung. Sebagai akibatnya, penasehat medis dan gizi menyarankan suatu penurunan dari lemah hewan (dan kolesterol) dalam diet, dengan proporsi yang lebih tinggi dari asupan lemak berupa triasilgliserol yang tinggi dalam asam lemak polyunsaturated, yaitu asam lemak yang mengandung dua atau lebih ikatan ganda). Asupan lemak yang lebih rendah juga merupakan kalori dari suatu diet, karena atas dasar berat, lebih dari dua kali lipat kalori (energi) didapat dari lemak daripada karbohidrat dan protein (Armstrong, 1995). Molekul asam lemak memiliki daerah hidrofobik dan daerah hidrofilik sekaligus. Dua sifat yang saling bertolak belakang dalam satu molekul inilah yang umumnya mendasari berbagai fungsi biologis lipid. Ekor hidrokarbon asam lemak cenderung saling berkumpul sedemikian rupa sehingga hanya sedikit saja berhubungan dengan air.. Sebaliknya, gugus karboksilnya, karena bersifat polar, cenderung untuk berhubungan dengan lingkungan sekitar yang terutama terdiri atas air (Gilvery and Goldstein, 1996). Lemak merupakan komponen utama dari membrane sistem kehidupan, Dua tipe lemak yang dapat tersaponifikasi dalam membrane memiliki suatu gugusan fosfat dalam strukturnya dan dengan demikian disebut fosfolipid. Salah satu jenis memiliki gliserol sebagai senyawa induk (fosfogliserida) dan yang lain memiliki sfingosin (sfingolipid).

Dua komponen lemak lain yang penting dari membrane adalah glikolipid yang mengandung karbohidrat dan steroid kolesterol, yang disebut terakhir ini merupakan suatu lemak non-saponifikasi yang berasal dari eukariotik yang ditemukan dalam membrane seluler hewan (Armstrong, 1995). Senyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa golongan.. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes); (2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, cerebrosida; (3) derivate lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol dan sterol. Di samping itu berdasarkan sifat kimianya yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu lipid yang dapat disabunkan, yakni yang dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid. Lipid dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan struktur kimianya, yaitu: asam lemak, lemak, lilin, fosfolipid, sfingolipid, terpen, steroid, lipid kompleks (Riawan, 1990). Asam lemak adalah asam lemah. Apabila larut dalam air molekul asam lemak akan terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+. Dalam hal ini pH larutan tergantung pada konstanta keasaman dan derajat ionisasi masing-masing asam lemak. Rumus pH untuk asam lemah pada umumnya telah dikemukakan oleh Henderson-Hasselbach. Asam lemak dapat bereaksi dengan basa, membentuk garam. R-COONa + H2OR-COOH + NaOH garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut dalam air dan dikenal sebagai sabun. Sabun kalium disebut sabun lunak dan digunakan untuk sabun bayi. Asam lemak yang digunakan pada sabun pada umumnya adalah asam palmitat atau stearat. Minyak adalah ester asam lemak tidak jenuh dengan gliserol. Melalui proses hidrogenasi dengan bantuan katalis Pt atau Ni, asam lemak tidak jenuh diubah menjadi asam lemak jenuh, dan melalui proses penyabunan dengan basa NaOH atau KOH akan terbentuk sabun dan gliserol (Riawan, 1990). Sabun digunakan sebagai bahan pembersih kotoran , terutama kotoran yang bersifat seperti lemak atau minyak karena sabun dapat mengemulsikan lemak atau minyak. Jadi sabun dapat berfungsi sebagai emulgator. Pada proses pembentukan emulsi ini, bagian hidrofob sabun masuk ke dalam lemak, sedangkan ujung yang bermuatan negatif ada di bagian luar. Oleh karena adanya gaya tolak antara muatan listrik negate ini, maka kotoran akan terpecah menjadi partikel-partikel kecil dan membentuk emulsi. Dengan demikian kotoran mudah terlepas dari kain atau benda lain. Sabun mempunyai sifat dapat menurunkan tegangan permukaan air, Hal ini tampak dari timbulnya busa apabila sabun dilarutkan dalam air dan diaduk (Riawan, 1990). Lipid memiliki reaksi kimia yang khas, antara lain: a. Hidrolisis Hidrolisis lipid seperti triasilgliserol dapat dilakukan secara enzimatik dengan bantuan lipase, menghasilkan asam-asam lemak dan gliserol. Sifat lipase pancreas dapat dimanfaatkan yang lebih suka memecahkan ikatan ester pada posisi 1 dan 3 daripada posisi 2 dari triasilgliserol (Harper, 1980). b. Penyabunan Hidrolisis lemak oleh alkali disebut penyabunan. yang dihasilkan adalah gliserol dan

garam alkali asam lemak yang disebut sabun (Harper, 1980). c. Penguraian (kerusakan, ketengikan) lipid Ketengikan adalah perubahan kimia yang menimbulkan bau dan rasa tidak enak pada lemak (Harper, 1980). Penyebabnya antara lain auto oksidasi, hidrolisis dan kegiatan bakteri (Riawan, 1990). Oksigen udara dianggap menyerang ikatan rangkap pada asm lemak untuk membentuk ikatan peroksida. Dengan demikian bilangan yodium turun, walaupun sedikit asam lemak bebas dan gliserol dilepaskan. Timbal atau tembaga mengkatalisis ketengikan. Mengasingkan oksigen atau menambah zat antioksidan menghambat proses ketengikan. Radikal-radikal bebas dihasilkan dihasilkan selama pembentukan peroksida, dan ini dapat merusak jaringan-jaringan jidup kecuali terdapat antioksidan, misalnya tokoferol (vitamin E) yang bereaksi radikal-radikal bebas Materi dan Metode Materi Alat. Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah rak tabung, tabung reaksi, lampu spirtus, penjepit tabung, gelas ukur, pipet tetes, corong, korek api, penangas air, kertas minyak, dan lempeng tetes. Bahan. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah chloroform, eter, air, Na2CO3, larutan empedu encer, pereaksi Hubl, minyak zaitun, minyak jarak, minyak kelapa, gliserol dan larutan NaHSO4. Metode 1. Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi Disediakan 5 tabung reaksi yang diisi dengan ketentuan sebagai berikut: tabung 1 berisi chloroform dan tiga tetes minyak kelapa dan kemudian digojok. Tabung 2 diisi dengan 2 ml eter dan 3 tetes minyak kelapa dan kemudian digojok. Tabung 3 diisi dengan 2 ml air dan 3 tetes minyak kelapa. Tabung ke 4 diisi dengan 2 ml Na2CO3 dan 3 tetes minyak kelapa. Tabung 5 diisi dengan 2 ml larutan empedu encer dan 3 tetes minyak kelapa dan kemudian digojok. Semua perubahan yang terjadi diamati dan dicatat. 2. Uji Angka Iod (Ketidak-jenuhan) Ke dalam tabung reaksi dicampurkan 9 ml chloroform dan 9 tetes pereaksi Hubl. Setelah digojok, larutan tersebut dibagi ke dalam 3 buah tabung reaksi yang berbeda. Tabung pertama ditetesi oleh minyak kalapa, tabung kedua ditetesi oleh minyak jagung, tabung ketiga ditetesi oleh minyak hewan. Semua penetesan dilakukan hingga warna merah muda hilang. 2. Uji Akrolein Pada tabung pertama diisikan 0,5 ml minyak kelapa dan 1 ml KHSO4 dan kemudian dipanaskan. Amati perubahan yang terjadi. Pada tabung kedua diisikan 0,5 ml gliserol dan 1 ml KHSO4 dan kemudian dipanaskan. Amati perubahan yang terjadi. 3. Uji Angka Asam Ke dalam sebuah tabung reaksi dicampurkan 2,5 gram sample (minyak atau margarine) yang sudah dicairkan, 12,5 ml pelarut lemak, 0,25 ml phenolptalein dan kemudian semua campuran tersebut divortex. Kemudian dilakukan titrasi dengan 1 N KOH hingga warna larutan menjadi tepat berwarna pink. Kemudian dilakukan pencatatan jumlah mol KOH 0,1 N yang diperlukan. 4. Uji Noda Lemak

Disediakan dua buah tabung reaksi, ke dalam tabung reaksi pertama diisi dengan setengah sendok kecil tepung gandum dan 2 ml eter yang kemudian digojok. Larutan yang terjadi dituangkan ke dalam droplet dan eter yang tertinggal dibiarkan menguap. Filtrat yang tersisa diusap dengan kertas minyak dan dilakukan pengamatan noda lemak pada kertas. Pada tabung kedua, dimasukkan setengah sendok kecil tepung kedelai dan 2 ml eter dan kemudian digojok. Larutan yang terjadi dituangkan ke dalam droplet dan eter yang tertinggal dibiarkan menguap. Filtrat yang tersisa diusap dengan kertas minyak dan dilakukan pengamatan noda lemak pada kertas. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi Hasil Tabung 1. Minyak kelapa larut dalam chloroform. Tabung 2. Minyak kelapa larut dalam eter. Tabung 3. Minyak tidak larut dalam air, batas antara minyak dan air terlihat jelas. Tabung 4. Terjadi sedikit gelembung putih pada permukaan larutan Tabung 5. Terbentuk adanya butir-butir lemak. Minyak mengalami emulsi. Minyak mempunyai sifar tidak larut dalam pelarut polar dan larut dalam pelarut nonpolar seperti alkohol panas, eter, khloroforn, benzene. Pada hasil percobaan, minyak kelapa yang diteteskan pada kloroform dan eter akan larut dan tidak larut dalam air. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang digunakan menurut Armstrong (1995). Sifat-sifat lemak yang mengalami saponifikasi dan membentuk emulsi juga sesuai dengan tinjauan pustaka. 2. Uji Angka Iod (Ketidakjenuhan) Hasil Tabung 1. Setelah ditetesi 20 tetes warna menjadi jernih sekali Tabung 2. Warna agak keruh setelah ditetesi 25 tetes. Tabung 3. Warna keruh sekali dan warna merah muda hilang setelah ditetesi 20 tetes. Minyak kelapa dan minyak jagung termasuk ke dalam asam lemak tak jenuh yang mngandung ikatan ganda. Minyak kelapa lebih jenuh daripada minyak jagung meskipun keduanya sama-sama asam lemak tak jenuh. Sedangkan minyak hewan termasuk asam lemak jenuh. Percobaan in ikurang berhasil karena kurang sesuai dengan tinjauan pustaka yang digunakan karena pada hasil percobaan tidak ditemukan konsistensi pola kejenuhan dan ketidakjenuhan. Seharusnya, makin jenuh suatu asam lemak, maka makin banyak pereaksi Hubl yang dibutuhkan. Percoban ini kurang berhasil karena adanya kontaminan misalnya air, tetesan tidak sama, dan mungkin kurang homogen saat melakukan homogenasi. 3. Uji Akrolein (Ketengikan) Hasil Tabung 1. Terdapat warna kuning pada bagian ata larutan dan putih di bagian bawah. Bau yang ditimbulkan tengik setekah dilakukan pemanasan.

Tabung 2. Terdapat endapan melayang (agak keruh) dan bau yang ditimbulkan lebih tengik dari tabung pertama. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Gliserol lebih cepat tengik daripada minyak karena gliserol mengalami dehidrasi menjadi akrolein, sedangkan asam lemak akan mengalami oksidasi menjadi keton dan aldehida. Minyak kelapa harus mengalami hidrolisis terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang digunakan menurut Riawan (1990) yang menyatakan bahwa penyebab ketengikan antara lain adanya auto-oksidasi, hidrolisis dan kegiatan bakteri (jasad renik). 4. Uji Angka Asam Hasil dengan perhitungan angka asam: (ml titrasi X 5,6)/ gram sample = (15 X 5,6)/ 2,5318 = 33,18 mg KOH/gram sampel Uji angka asam adalah uji yang dilakukan untuk mengetahi jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dari 1 gram lemak. 5. Uji Noda Lemak Hasil Tabung 1. Larutan yang terbentuk adalah berwarna putih. Noda lemak yang terbentuk sangat sedikit Tabung 2. Larutan yang terbentuk berwarna kuning dan setelah eter diuapkan dan noda diusapkan, terdapat noda lemak yang lebih nyata dibandingkan dengan hasil tabung pertama. Pada hasil percobaan tabung pertama terdapat sedikit noda lemak karena pad tepung gandum kandungan karbohidratnya lenih banyak daripada kandungan lemaknya. Sedangkan pada tepung kedelai, kandungan lemaknya lebih banyak dibandingkan kandungan lemak tepung gandum. KESIMPULAN Lemak memiliki sifat-sifat yang khas yaitu tidak larut atau sedikit larut dalam air dan dapat diekstrasi dengan pelarut non-polar seperti chloroform, eter, benzene, heksana, aseton dan alcohol panas. Lemak mempunyai banyak fungsi biologis yang sangat menunjang kehidupan organisme, antara lai berperan dalam transport aktif sel, penyusun membrane sel, sebagai cadangan energi dan isolator panas, sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K. Lemak dapat mengalami reaksi hidrolisis, ketengikan, hidrogenasi, penyabunan dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Armstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia. Edisi ketiga. EGC: Jakarta Gilvery, Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi 3. Airlangga University Press: Surabaya

Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry). Edisi 17. EGC: Jakarta Riawan, S. 1990. Kimia Organik. Edisi 1. Binarupa Aksara: Jakarta Posted by yuki at Thursday, October 22, 2009

http://sukseskimia-sukseskimia.blogspot.com/2010/04/laporanbiokimia-lipid.html Rabu, 14 April 2010


Laporan Biokimia Lipid
A. JUDUL PERCOBAAN : LIPID

B.

DASAR TEORI Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah

senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air. Pelarut organik yang dimaksud adalah pelarut organik nonpolar, seperti benzen, pentana,dietil eter,dan karbon tetraklorida.Dengan pelarut-pelarut tersebut lipid dapat diekstraksi dari sel dan jaringan tumbuhan ataupun hewan. Lipid di kelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok lipid sederhana (simple lipids) dan kelompok lipid kompleks (complex lipid). Lipid sederhana mencakup senyawa-senyawa yang tidak mudah terhidrolisis oleh larutan asam atau basa dalam air dan terdiri dari subkelompok-kelompok: steroid,prostaglandin dan terpena. Lipid kompleks meliputi subkelompok-kelompok yang mudah terhidrolisis menjadi zat-zat penyusun yang lebih sederhana, yaitu lilin (waxes) dan gliserida.

Komponen-komponen campuran lipid dapat difraksionasi lebih lanjut dengan menggunakan perbedaan kelarutannya didalam berbagai pelarut organik. Sebagai contoh; fosfolipid dapat dipisahkan dari sterol dan lemak netral atas dasar ketidaklarutannya di dalam aseton. Suatu reaksi yang sangat berguna untuk fraksionasi lipid, adalah reaksi penyabunan. Alkali menghidrolisa lipid kompleks dan menghasilkan sabun dari komponen-komponen yang mengandung asam-asam lemak yang dapat diesterkan.

C.

ALAT DAN BAHAN a. Reaksi uji lipid 1).Uji Akrolein Alat-alat - Mortir - Tabung reaksi - Penjepit tabung - Pembakar bunsen - Spatula - Pipet tetes - Neraca analitik

Bahan-bahan - Gliserol - Lemak - KHSO4 - Aquades

2). Uji Penyabunan Alat-alat - Tabung reaksi - Penangas air

- Pipet tetes - Gelas ukur Bahan-bahan - KOH alkoholis 10 % - Lemak - Aquades

- Gelas kimia

3). Uji Peroksida Alat-alat - Gelas ukur - Pipet tetes - Tabung reaksi

Bahan-bahan - Minyak olive - Kloroform - laritan KI 10 % - Asam asetat glasial

b. Sifat-sifat kimia lipid 1). Penentuan Angka Iod Alt-alat - Neraca analitik - Erlemeyer - Gelas ukur - Statif dan buret - Pipet tetes

Bahan-bahan - Lipid - Kloroform - Larutan iodin hanus - Larutan KI 15 % - Na2S2O3 0,1 N - Larutan kanji 1 % PROSEDUR KERJA D. HASIL PENGAMATAN

PERLAKUAN 1). Uji Akrolein - 0,5 gr lemak + 0,5 gr KHSO4, dipanaskan - 0,5 gr gliserol + 0,5 gr KHSO4, dipanaskan

HASIL PENGAMATAN - Bau lemak (tengik) - Tidak berbau

2). Uji Penyabunan - 10 ml larutan KOH alkoholis 10 % + minyak,dikocok - Larutan berwarna kuning muda tidak saling bercampur - Dipanaskan di atas penangas air - Minyak larut dalam KOH alkoholis dan larutan berwarna kuning muda - + 10 ml air - Dipanaskan sampai semua alkohol

menguap

- KOH alkoholis bercampur dengan lemak dan larutan berwarna kuning muda.

3). Uji Peroksida - minyak larut dalam kloroform - 1 ml minyak olive + 1 ml kloroform

- + 1 ml asam asetat glasial,dikocok

- terbentuk 2 lapisan,lapisan atas minyak yg berwarna kuning dan lapisan bawah berwarna putih.

- + 1 tetes larutan KI 10 %

- larutan berwarna kuning

- didiamkan selama 5 menit

- terbentuk 2 lapisan,lap.atas berwarna putih dan lap. Bawah kuning

4). Penentuan Angka Iod - 0,25 gr lipid padat + 10 ml - lipid tidak larut dalam kloroform kloroform

- + 30 ml larutan iodin hanus - Larutan berwarna cokelat tua - didiamkan selama 30 menit

- + 10 ml larutan KI 15 %

-larutan berwarna cokelat muda

- + 100 ml aquades - larutan berwarna kuning - dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N - larutan berwarna putih - + 2 ml indikator kanji - tidak terjadi perubahan warna larutan - dititrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai larutan berwarna biru E. PEMBAHASAN Lipid merupakan senyawa yang banyakterjadi di alam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan jalan mengekstraksi bahan-bahan alam baik tumbuhan maupun hewan dengan pelarut tidak polar sperti petroleum eter, benzena, kloroform, dan lain-lain. Dilihat dari strukturnya senyawa lipida tersusun oleh rantai hidrokarbon yang panjang, sehingga lipida ini tidak larut dalam air. Senyawa lipida diberi nama berdasarkan sifat fisikanya (kelarutan) dari pada secara struktur kimianya. Secara umum lipid dibagi menjadi dua golongan besar yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Lipid yang termasuk dalam golongan sederhana adalah senyawa-senyawa yang tidak mempunyai gugus ester dan tidak dapat dihidrolisis. Golongan ini merupakan steroid. Golongan lipida kompleks tersusun oleh senyawa-senyawa yang mempunyai gugus ester dan dapat dihidrolisis, yang melipti minyak lemak dan lilin. Pada percobaan ini dilakukan 3 reaksi uji lipid, yaitu uji akrolein, uji penyabunan, dan uji peroksida. Selain itu dilakukan percobaan penentuan angka iod untuk sifat larutan kmia lipid. 1. Uji akrolein Uji akrolein untuk gliserol tergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol menjadi akrolein. Dalam uji ini ada dua percobaan yaitu percobaan pertama 0,5 gram lemak cair + 0,5 gram KHSO4 yang sudah digerus, kemudian dimasukkan dalam

tabung reaksi kering, selanjutnya dipanaskan dengan pembakar Bunsen, mula-mula dengan api kecil kemudian dilanjutkan dengan api dengan nyala besar. Pada saat dan KHSO4 medidih menghasilkan bau lemak (tengik).Sedangkan pada percobaan yang kedua untuk uji akrolein, 2 ml gliserol ditambahkan dengan 0,5 gr KHSO4 kemudian dipanaskan. Dari hasil yang diperoleh, campuran tersebut tidak menghasilkan bau. Reaksi yang terjadi adalah:

2.

Uji Penyabunan Uji penyabunan untuk asam-asam lemak dilakukan dengan menambahkan 10 ml KOH alkoholis 10% kedalam minyak yang hendak diuji, kemudian dikocok. Pencampuran ini menghasilkan larutan berwarna kuning muda yang tidak saling campur. Setelah itu minyak dan KOH alkoholisis 10% dipanaskan diatas penangas air. Pada proses pemanasan ini minyak dapat larut dalam KOH alkoholisis dan larutan berwarna kuning muda. Adapun reaksi kimia yang terjadi adalah:

Reaksi di atas dikenal dengan reaksi penyabunan (saponifikasi). Reaksi ini bertujuan untuk pengambilan asam-asam lemak dari minyak, sehingga dihasilkan campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alkohol. Pada pengambilan asam lemak ini, minyak dihidrolisis dengan larutan alkali yaitu KOH (Kalium hidrosida) 3. Uji Peroksida Minyak atau lemak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksi dari oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Apabila minyak mengalami oksidasi maka senyawa peroksida yang dihasilkan akan meningkat. Pada percobaan ini 1 ml minyak olive ditambahkan dengan 1 ml kloroform. Pada proses penambahan ini minyak larut dalam kloroform, karena kloroform merupakan pelarut nonpolar. Campuran minyak olive dan kloroform kemudian ditambahkan 1 ml asam asetat glasial, kemudian dikocok. Peranan asam asetat glasial dalam pemisahan asam lemak yaitu sebagai katalis, artinya asam asetat dapat mempercepat reaksi yang sedasng berlangsung sehingga reaksinya lebih cepat membentuk asam lemak. Minyak olive yang ditambahkan 1 ml kloroform dan 1 ml CH3COOH glasial kemudian dikocok, menyebabkan terbentuknya 2 lapisan, yaitu pada lapisan atas minyak berwarna kuning dan pda bagian bawah berwarna putih. Campuran tersebut kemudian ditambahkan dengan 1 tetes larutan KI 10% sehingga larutan berwarna kuning. Langkah selanjutnya didiamkan selama 5 menit. Dari proses ini kembali terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berwarna putih dan bawah berwarna kuning.

4.

Penentuan Angka Iod Lipid mengandung bermacam-macam asam lemak tak jenuh yang bereaksi dengan ion. Jumlah iod yang diabsorpsi menetukan jumlah ketidak jenuhan dalam lipid. Jadi angka iod didefinisikan sebagai berikut: banyaknya gram iod diabsorpsi

oleh 100 gr lipid. Dua metode yang umumnya dipakai yaitu: metode Hanus yang memakai iodin bromida sebagai carrier dan metode Wijs yang memakai iodin klorida. Namun metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode iodin Hanus. Sebanyak 0,25 gr lipid padat ditambahkan 10 ml kloroform. Lipid padat ini tidak larut dalam kloroform karena lipid yang digunakan adalah lipid padat, bukan lipid yang sudah dicairkan dengan proses pemanasan. Selanjutnya ditambahkan 30 ml larutan iodin Hanus kemudian didiamkan selama 30 menit dengan sesekali dikocok. Hasil yang diperoleh, larutan menjadi cokelat tua. Setelah 30 menit larutan ini ditambahkan dengan 10 ml larutan KI 15%. Larutan berubah warna menjadi cokelat muda. Selanjutnya ditambahkan 100 ml aquadest kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N, larutan menjadi kuning, setelah itu ditambahkan dengan 2 ml indikator kanji sampai larutan berwarna putih dan dititrasi lagi dengan Na2S2O3. Pada titrasi kedua ini larutan tidak berubah atau tidak terjadi perubahan warna larutan. KEISMPULAN 1. Uji akrolein untuk gliserol tergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol menjadi akrolein. 2. Reaksi pembentukan sabun dari minyak dilarutkan dengan cara mereaksikan alkali dengan minyak sehingga didapatkan suatu sabun. 3. 4. Pada reaksi safonifikasi dihasilkan campuran gliserol dan sabun Minyak atau lemak mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. 5. Pada percobaan angka iod tidak dihasilkan seperti yang diharapkan, mungkin karena kesalahan pada prosedur kerja.

KEMUNGKINAN KESALAHAN Adapun kemungkinan keslahan pada saat percobaan adalah: 1. 2. 3. 4. Saat mereaksikan larutan. Pemanasan larutan. Pengukuran larutan. Pengamatan warna. DAFTAR PUSTAKA Anwar Chairil. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Kristian. 2003. Kimia Organik I JICA. Malang: Universitas Negeri Malang Teaching Team. 2007. Penuntun Praktikum Biokimia. Gorontalo: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNG. Diposkan oleh Musrin Salila,S.Pd. M.Si di 09.18

http://arifqbio.multiply.com/journal/item/17/Seri_Pengantar_Biokimia_III Seri Pengantar Biokimia III LIPIDA I. PENDAHULUAN Jun 29, '08 5:42 PM for everyone

Lipid dikenal oleh masyarakat awam sebagai minyak (organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak, dan lilin. Istilah "lipid" mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofob yang esensial dalam menyusun

struktur dan menjalankan fungsi sel hidup. Karena nonpolar, lipida tidak larut dalam pelarut polar, seperti air atau alkohol, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti eter atau kloroform. Lipida banyak dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti lipid yang dikandung minyak kelapa dan lain sebagainya. Penting bagi kita untuk mengetahui tentang Lipida dan beberapa hal tentangnya. Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui bahwa lipida dapat membentuk noda semi transparan pada kertas, mengetahui kelarutan lipida pada pelerut tertentu, dan dapat mengetahui terjadinya pembentukan emulsi dari minyak

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Lipida, baik lemak atau minyak dapat membentuk noda translucent, sehingga kertas tulis yang tidak tembus pandang menjadi semi transparan. Noda yang terbentuk biasanya semakin melebar setelah disirami air dan dikeringkan. Lipida, pada umumnya tidak larut dalam air tetapi sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzena atau pelarut non polar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil, karena bila dibiarkan, maka kedua caiaran akan terpisah menjadi dua lapisan. Sebailknya minyak dalam soda (Na2CO3) akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan bereaksi membentuk sabun Emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan lain yang kedua tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying agent yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Cara kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lainnya. Bahan emulsifier dapat berupa : protein, gum, sabun, atau garam empedu.

III. bahan, dan prosedur sebagai berikut : -Alat : 1. Tabung Reaksi 2. Rak tabung reaksi 3. Pipet ukur, pipet tetes -Bahan 1. Minyak Kelapa 2. Campuran alkohol-eter (2:1)

MOTODOLOGI

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah menggunakan alat-alat, bahan-

3. Kertas Tulis yang tidak tembus pandang 4. Kertas saring 5. Alkohol 96 % 6. Kloroform 7. Eter 8. Akudestilata 9. Larutan Na2CO3 0.5 % 10. Larutan Sabun 11. Larutan Protein 2 % 12. Larutan empedu encer

-Prosedur I (Uji Noda) 1. Masukkan 2 mL campuran alkohol-eter ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering 2. Tambahkan 10 tetes minyak kelapa dan kocok kuat-kuat sampai semua bahan larut 3. Teteskan campuran tersebut pada kertas saring dan kertas tulis. Biarkan pelarut menguap dan lihat noda yangt terbentuk 4. Cuci nodanya dengan air dan keringkan kembali kertasnya dan perhatikan nodanya kembali -Prosedur II (Uji Kelarutan Lipida) 1. Siapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut-turut isilah dengan akuadestilata, alkohol 96 %, eter, kloroform, dan larutan Na2CO3 0.5 % sebanyak 1 mL 2. Tambahkan pada setiap tabung 5 tetes minyak kelapa. 3. Kocok sampai homogen, lalu biarkan beberapa saat, dan amati sifat kelarutannya. -Prosedur III (Uji Pembentukan Emulsi) 1. Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. 2. Masukkan ke dalam setiap tabung 5 tetes minyak kelapa 3. Tambahkan pada tabung 1 akuadestilata sebanyak 2 mL, pada tabung tabung 2 akuadestilata 2 mL dan 5 tetes Na2CO3 0.5 %, pada tabung 3 akuadestilata 2 mL dan 5 tetes larutan sabun, pada tabung 4 larutan protein sebanyak 2 mL, tabung 5 larutan empedu encer sebanyak 2 mL. 4. Kocoklah setiap tabung dengan kuat, lalau biarkan beberapa saat 5. Amati terjadinya pembentukan emulsi

IV. Uji Noda Tabel 1. Hasil Uji Noda Bahan Uji Minyak Kelapa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Noda Sebelum dicuci Kertas saring Kertas tulis Tebentuk nodaTebentuk semi transparan semi transparan

Noda setelah dicuci Kertas saring Kertas tulis nodaTebentuk nodaTebentuk noda semi transparan semi transparan

Noda semi transparan yang terbentuk merupakan noda translucent. Noda yang terbentuk pada kedua kertas uji biasanya akan mengalami pelebaran setelah disirami air dan dikeringkan. Namun, pengamat tidak menemukan hal tersebut. Uji Kelarutan Lipida Tabel 2. Hasil Uji Kelarutan Lipida Bahan Akuadestilata Alkohol 96 % Eter Kloroform Na2CO3 0.5 % Minyak Kelapa Hasil Tabung 1 1 mL ----5 tetes Tidak Larut Tabung 2 -1 mL ---5 tetes Terbentuk Tabung 3 --1 mL --5 tetes Larut Tabung 4 ---1 mL -5 tetes Larut Tabung 5 ----1 mL 5 tetes Terbentuk

emulsi emulsi Lipida larut pada eter dan kloroform karena keduanya adalah pelarut organik. Sedangkan pada alkohol 96 % terbentuk emulsi dan larutan tampak sedikit larut. Pada akuadestilata dan Na2CO3 0.5 % larut dan terbentuk emulsi, dan pada Na2CO3 0.5 % emulsi tampak lebih stabil, karena asam lemak pada minyak kelapa yang lepas bereaksi dengan soda membentuk sabun, dibandingkan dengan emulsi yang terbentuk antara akuadestilata dan minyak kelapa (lipid).

Uji Pembentukan Emulsi Tabel 3. Hasil Uji Pembentukan Emulsi Bahan Minyak Tabung 1 5 tetes Tabung 2 5 tetes 2 mL 5 tetes ---Tidak Larut Tabung 3 5 tetes 2 mL -5 tetes --Terbentuk emulsi Tabung 4 5 tetes ---2 mL -Tidak Larut Tabung 5 5 tetes ----2 mL Tidak larut dan terbentuk emulsi

Kelapa Akuadestilata 2 mL Na2CO3 0.5 % -Larutan -Sabun Larutan Protein Larutan Empedu Hasil --Tidak Larut

V.

KESIMPULAN

1. Pada lipida yang terkadung di minyak kelapa dapat membentuk noda semi transparan pada kertas. 2. Lipida larut pada ester dan kloroform. Sedangkan, pada akuadestilata, Na2CO3 0.5 % dan alkohol 96 % tidak larut. Pada Na2CO3 0.5 % dan alkohol terbentuk emulsi. 3. Lipda tidak larut pada akuadestilata, Na2CO3 0.5 %, larutan sabun, larutan protein, larutan empadu dan terbentuk emulsi hanya pada larutan sabun dan larutan empedu.

DAFTAR PUSTAKA

Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Kimia Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta. Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung

http://www.rismaka.net/2009/06/uji-lipid.html

Uji Lipid
Submitted by rismaka on June 20, 2009 at 2:00 pm 10 Comments Lipid atau trigliserida merupakan bahan bakar utama hampir semua organisme disamping karbohidrat. Trigliserida adalah triester yang terbentuk dari gliserol dan asam-asam lemak.

Gambar 1. Struktur Asam Lemak Asam-asam lemak jenuh ataupun tidak jenuh yang dijumpai pada trigliserida, umumnya merupakan rantai tidak bercabang dan jumlah atom karbonnya selalu genap. Ada dua macam trigliserida, yaitu trigliserida sederhana dan trigliserida campuran. Trigliserida sederhana mengandung asam-asam lemak yang sama sebagai penyusunnya, sedangkan trigliserida campuran mengandung dua atau tiga jenis asam lemak yang berbeda. Pada umumnya, trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat cairan pada suhu kamar, disebut minyak, sedangkan trigliserida yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat yang sering disebut lemak. Trigliserida bersifat tidak larut dalam air, namun mudah larut dalam pelarut nonpolar seperti kloroform, benzena, atau eter. Trigliserida akan terhidrolisis jika dididihkan dengan asam atau basa. Hidrolisis trigliserida oleh basa kuat (KOH atau NaOH) akan menghasilkan suatu campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol. Hidrolisis trigliserida dengan asam akan menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak penyusunnya.

Trigliserida dengan bagian utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah secara kimia menjadi lemak padat oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya. Jika terkena udara bebas, trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung mengalami autooksidasi. Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi dengan asam lemak, sehingga memutuskan ikatan gandanya menjadi ikatan tunggal. Hal ini menyebabkan minyak mengalami ketengikan. Kelas lipida yang lain adalah steroid dan terpen. Steroid merupakan molekul kompleks yang larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling bergabung. Steroid yang paling banyak adalah sterol yang merupakan steroid alkohol. Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan. Kolesterol dan senyawa turunan esternya, dengan asam lemaknya yang berantai panjang adalah komponen penting dari plasma lipoprotein. Tujuan Percobaan Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari beberapa reaksi uji terhadap golongan lipid, yaitu lemak, minyak, dan kolesterol. Bahan dan Alat Alat yang dipakai yaitu tabung reaksi, pengaduk, bunsen, pipet tetes, pipet mohr, kertas saring, erlenmeyer dan sumbat karet. Bahan yang dipakai pada percobaan yaitu akuades, eter, kloroform, alkohol, alkali, asam encer, minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, minyak kelapa tengik, kristal KHSO4, pereaksi iod Hubl, HCl pekat, serbuk CaCO3, kolesterol, kloroform anhidrat, asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat dan floroglusinol. Prosedur Percobaan Percobaan uji kelarutan, sebanyak 2 ml pereaksi atau pelarut dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih, kemudian dibubuhkan sedikit bahan percobaan lalu dikocok kuat-kuat dan diamati kelarutannya. Pelarut yang digunakan yaitu akuades, eter, kloroform, alkohol panas, alkohol dingin, alkali dan asam encer. Percobaan uji akrolein, kristal KHSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3-4 tetes bahan percobaan. Selanjutnya dipanaskan diatas api kecil lalu api diperbesar, diperhatikan bau akrolein yang terbentuk dibandingkan bau SO2 yang berasal dari karbohidrat. Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa, lemak hewan, gliserol, asam palmitat dan asam stearat. Percobaan uji ketidakjenuhan, sebanyak 1 ml bahan percobaan dimasukkan dalam tabung bersih, lalu ditambahkan kloroform sama banyak, dikocok sampai semua bahan larut. Kemudian ditambahkan beberapa tetes pereaksi iod Hubl sambil dikocok dan diamati perubahan yang terjadi. Lakukan uji ini terhadap minyak kelapa tengik, minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, asam palmitat, asam oleat.

Percobaan uji ketengikan, erlenmeyer 100 ml diisi dengan 5 ml bahan percobaan, ditambahkan 5 ml HCl pekat, dan dicampurkan hati-hati. Selanjutnya dimasukkan serbuk CaCO3 dan segera ditutup dengan sumbat karet yang dijepitkan kertas floroglusinol sehingga kertasnya tergantung dan dibiarkan selama 10-20 menit. Kemudian warna yang timbul diamati pada kertas tersebut dan bila kertas berwarna merah muda berarti bahan tersebut tengik. Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa tengik, minyak kelapa, lemak hewan dan mentega. Percobaan uji Salkowski untuk kolesterol, beberapa miligram kolesterol dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi 3 ml kloroform anhidrat. Kemudian ditambahkan asam sulfat pekat dengan volume yang sama, tabung dikocok perlahan-lahan dan dibiarkan lapisan cairan terpisah, diamati warna pada lapisan tersebut. Percobaan uji Lieberman Buchard, larutan kolesterol dan kloroform dari percobaan Salkowski ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrat dan 2 tetes asam sulfat pekat, kemudian dikocok perlahan-lahan dan dibiarkan beberapa menit. Data dan Hasil Pengamatan Tabel 1. Uji kelarutan lipid pada berbagai pelarut.

Tabel 2. Hasil uji akrolein pada sampel.

Tabel 3. Data pengamatan uji ketidakjenuhan.

Tabel 4. Data pengamatan pada uji ketengikan.

Tabel 5. Data pengamatan uji Salkowski dan Lieberman-Buchard.

Pembahasan Pada uji kelarutan lipid, hampir semua jenis lipid, yaitu lemak dan minyak tidak larut dalam pelarut polar seperti air, namun larut dalam pelarut non polar sepertio kloroform, eter, dan benzena. Asam oleat dan gliserol larut dalam air maupun alkohol. Hal ini disebabkan karena pada gliserol dan asam oleat mempunyai kepala polar berupa gugus -OH yang dapat berikatan hidrogen dengan molekul air ataupun alkohol. Lemak hewan dan minyak kelapa tengik dapat terdispersi menjadi misel yang megubah asam-asam lemak penyusunnya menjadi sabun. Pada hasil uji akrolein, gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam lemak/minyak akan mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein.

Senyawa pendehidrasi dalam uji ini adalah KHSO4 yang menarik molekul air dari gliserol. Hasil uji akrolein menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji memberikan bau yang tajam yang diidentifikasi oleh praktikan sebagai bau akrolein. Pada teorinya, hanya gliserol dalam bentuk bebas atau yang terikat berupa senyawa yang akan membentuk akrolein, sedangkan asam-asam lemak tidak. Dalam percobaan ini asam lemak seperti asam oleat dan stearat memberikan hasil uji positif untuk akrolein. Penyebab kesalahan ini adalah kesalahan praktikan dalam mengidentifikasi bau akrolein. Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod huble. Dari hasil uji ketidakjenuhan, asam oleat menunjukkan hasil negatif, yaitu bahwa ia mempunya uikatan rangkap pada molekulnya, sedangkan bahan lain yang diujikan menunjukkan hasil positif, yaitu tidak adanya ikatan rangkap pada molekulnya. Ketengikan pada kebanyakan lemak atau minyak menunjukkan bahwa kebanyakan golongan trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen dalam udara bebas. Pada uji ketengikan, warna merah muda menunjukkan bahwa bahan tersebut tengik. Warna merah muda dihasilkan dari reaksi antara floroglusinol dengan molekul oksigen yang mengoksidasi lemak/minyak tersebut. Hasil percobaan menunjukkan, dari semua bahan yang diuji, hanya minyak kelapa dan margarin yang tidak tengik. Hal-hal yang mempengaruhi ketengikan ini adalah proses penyimpanan bahan uji yang cukup lama dan kurang tertutup, sehingga berinteraksi dengan udara bebas yang menyebabkannya menjadi tengik. Uji salkowski dan lieberman-buchard digunakan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol. Pada uji salkowski, terbentuk cincin coklat yang menunjukkan terjadinya reaksi antara kolesterol dengan asam sulfat pekat. Warna hijau pada uji liebermanbuchard menunjukkan reaksi antara kolesterol dengan asam asetat anhidrat. Kedua uji tersebut diatas dapat digunakan untuk mengukur kadar kolesterol secara kalorimetri. Kesimpulan Dari hasil pengamatan yang diperoleh, lipid larut dalam pelarut organik seperti kloroform, atau eter tetapi tidak larut dalam air. Pada uji akrololein semua bahan mengandung gliserol yang membedakannya hanya intensitas bau yang ditimbulkan. Pada uji ketidakjenuhan bahan yang jenuh memberikan perubahan warna menjadi merah muda sedangkan yang tidak jenuh tetap pada warna asalnya. Minyak atau lemak yang tengik dapat dideteksi denga perubahan warna kertas menjadi merah muda. Kolesterol diuji secara kualitatif dengan uji Salkowski dan Lieberman Buchard. . Daftar Pustaka

Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta. Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga, Jakarta

Topik : Uji Karbohidrat Tautan : http://www.gudangmateri.com/2009/12/uji-karbohidrat.html


Update via : RSS Facebook Twitter Scribd

http://www.gudangmateri.com/2009/12/uji-karbohidrat.html

Cari Materi

Portal | Apps | Biografi | Ensiklopedia | Forum | TV | Index | Iklan | News | Mobile | Kamus | Musik | Komik | Travel

Uji Karbohidrat

Powered by A. Judul : Karbohidrat

Translate

B. Tujuan Percobaan : Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan dapat mengetahui sifat-sifat glukosa dan amilum. C. Landasan Teori Karbohidrat dapat dinyatakan dengan rumus Cx(H2O)y , dan diklasifikasikan menjadi monosakarida. Selanjutnya , glukosa merupakan salah satu contoh monosakarida. Sedangkan , Sukrosa adalah disakarida, dan Selullosa and Amilum ialah contoh dari Polisakarida. Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen. Jumlah atom

hidrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2 : 1 seperti pada molekul air. Sebagai contoh molekul glukosa mempunyai rumus kimia C6H12O6, sedangkan rumus sukrosa adalah C12H22O11. Pada glukosa tampak bahwa jumlah atom hidrogen berbanding jumlah atom oksigen ialah 12 : 6 atau 2 : 1, sedangkan pada sukrosa 22 : 11 atau 2 : 1. Dengan demikian dahulu orang berkesimpulan adanya air dalarn karbohidrat. Karena haI inilah maka dipakai kata karbohidrat, Yang berasal dari "karbon"dan. "hidrat" atau air. alaupun pada kenyataannya senyawa karbohidrat tidak mengandung molekul air, narnun kata karbohidrat tetap digunakan di samping nama lain yaitu sakarida. Ada beberapa senyawa yang mempunyai rumus empiris seperti karbohidrat, tetapi bukan karbohidrat, misalnya C2H4O2 adalah asam asetat atau hidroksiasetaldehida, sedangkan formaldehida mernpunyai rumus CH2O atau lazim ditulis HCHO. Dengan demikian senyawa yang termasuk karbohidrat tidak hanya ditinjau dari rumus empirisnya saja, tetapi yang penting ialah rumus strukturnya. Dari rumus struktur akan terlihat bahwa ada jugus fungsi penting yang terdapat pada molekul karbohidrat. Gugus-gugus fungsi itulah yang menentukan sifat senyawa tersebut. Berdasarkan gugus yang ada. pada molekul karbohidrat, maka karbohidrat dapat didefinisikan sebagai polihidroksialdehida atau polihidroksiketon serta, senyawa yang menghasilkannya pada proses hidrolisis. Sehubungan dengan itu berikut ini dibahas struktur molekul senyawa yang termasuk karbohidrat. Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang mernpunyai berat molekul 90 hingga senyawa yang mempunyai berat molekul 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa itu dibagi dalam tiga golongan, yaitu golongan monosakarida, golongan oligosakarida dan golongan polisakarida. Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang terdapat dalarn alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH20; misalnya, rumus molekul glukosa. ialah C6H12O6 (enam kali CH20). Senyawa ini pemah disangka "hidrat dari karbon," sehingga disebut karbohidrat. Dalam tahun 1880-an disadari bahwa gagasan "hidrat dari karbon" merupakan gagasan yang salah dan karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksi aldehida dan keton atau turunan mereka. Karbohidrat sangat beranekaragam sifatnya. Misalnya, sukrosa (gula pasir) dan kapas, keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan. utama antara pelbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Monosakarida (sering disebut gula sederhana) adalah satuan karbohidrat Yang tersederhana; mereka takdapat dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil. Sukrosa adalah suatu disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satu satuan. glukosa. dan satu satuan. fruktosa. Monosakarida dan disakarida larut dalam air dan umumnya terasa manis. Karbohidrat yang tersusun dua sampai delapan satuan monosakarida dirujuk sebgai oligosakarida. Jika lebih dari delapan satuan monosakarida diperoleh dari hidrolisis,

maka karbohidrat tersebut disebut polisakarida. Contoh polisakarida adalah pat,I, yang dijumpai dalam gandum dan tepung jagung, dan selulosa, penyusun yang bersifat serat dari tumbuhan dan komponen utama dari kapas. Pembagian Karbohidrat Berdasarkan hasil hidrolisa dibagi menjadi empat golongan, yaitu : 1. Monosakarida. Monosa = gula sederhana, ialah karbohidrat dimana molekulnya tidak dapat dihidrolisa lagi penjadi molekul yang lebih kecil. Sifat dari monosakarida = mudah larut dalam air, larutannya berasa manis. 2. Oligosakarida, ialah gula yang bila terhidrolisa menghasilkan bebera pa molekul monosakarida. Termasuk senyawa ini ialah : a) disakarida, tersusun dari 2 molekul monosakarida. b).trisakarida, tersusun dari 3 molekul monosakarida., c) tetrasakarida, tersusun dari 4 molekul monosakarida. Sifat dari oligosakarida : mudah larut daiam air dan larutannya berasa manis. Monosakarida dan oligosakarida karena berasa manis kedua golongan ini disebut gula. 3. Polisakarida, ialah karbohidrat dimana molekulnya apabila dihidroli sa menghasilkan banyak sekali monosakarida (300). Sifat polisakarida : sukar larut dalam air, larutannya dalam air be rupa kolloid dan rasanya tidak manis, sering disebut bukan gula. 4. Glukosida, karbohidrat yang molekulnya terdiri dari gabungan molekul gula + molekul non gula. Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana ialah gliseraldehid dan dihidroksiaseton. Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi. Berat molekul polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut

dalam air akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting di antaranya ialah amilum, glikogen, dekstrin dan selulosa. Amilum Polisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Polisakarida adalah senyawa dalam mana molekul-molekul mengandung banyak satuan monosakarida yang disatukan dengan ikatan gukosida. Polisakarida memenuhi tiga maksud dalam sistem kehidupan sebagai bahan bangunan, makanan dan zat spesifik. Polisakarida bahan bangunan misalnya selulosa dan kitin. Polisakarida makanan yang lazim adalah pati dan glikogen. Sedangkan polisakarida zat spesifik adalah heparin, satu polisakarida yang mencegah koagulasi darah. A. Alat dan Bahan Alat : o Alat pemanas dan kawat kasa o Labu erlemeyer 250 ml o Termometer 10 100oC o Empat tabung reaksi + rak o Penjepit tabung reaksi o Spatula o Segi tiga porselin o Batu Didih Bahan : o Larutan glukosa o Larutan Amilum o Larutan Sukrosa o Larutan HCl 3M o Larutan HCl 12 M o Larutan Iodium o Fehling A dan Fehling B B. Langkah Kerja 1. MENGUJI DENGAN LARUTAN FEHLING a. Kedalam 4 tabung reaksi yang bersih , masing-masing diisi dengan 2 ml glukosa, 2 ml sukrosa , 2 ml amilum , dan yang keempat dengan sobekan kertas saring bersih. b. Tambahkan 1 ml larutan fehling A dan 1 ml larutan fehling B. c. Kocok tabung tersebut lalu, amati perubahannya. d. Kemudian didihkan tabung tersebut dalam penangas air selama 2 menit ! Lalu catat perubahan warna yang terjadi.

2. MENDIDIHKAN LARUTAN KARBOHIDRAT a. Isi 4 tabung reaksi kira-kira seperempatnya dengan air. b. Tambahkan kedalam tiap-tiap tabung 1 ml Glukosa , 1 ml sukrosa, 1 ml amilum dan sobekan kertas saring bersih. c. Kedalam keempat tabung masukkan masing-masing 3 buah batu didih. d. Didihkan isi tabung tersebut selama kira-kira 1 menit dalam penangas air. e. Ujilah hasil didihan tersebut dengan 1 ml fehling A dan 1 ml fehling B. f. Catatlah hasil pengamatan yang diperoleh dan bandingkan dengan hasil pada percobaan 1. 3. MENDIDIHKAN KARBOHIDRAT DENGAN ASAM KLORIDA ENCER a. Isi 4 tabung reaksi kira kira seperempatnya dengan larutan HCl 3 M. b. Tambahkan kedalamnya 1 ml larutan glukosa, 1 ml larutan sukrosa, 1 ml larutan amilum, dan seobekan kertas saring bersih.serta 3 butir batu didih. c. Didihkan tabung tersebut selama 2 menit dalam penangas air. d. Tuangkan kira-kira separuh dari larutan yang diperoleh kedalam tabung reaksi lain, kemudian tambahkan campuran 1 ml fehling A dan 1 ml fehling B kedalam larutan tersebut. e. Didihkan kembali larutan tersebut dalam penangas air dan catat hasilnya. 4. MENGUJI DENGAN LARUTAN IODIUM a. Isi 4 tabung reaksi kira-kira sepertiganya dengan air. b. Kedalam 4 tabung reaksi tadi masing-masing ditambahkan denan 2 ml glukosa, 2 ml sukrosa, 2 ml amilum, dan sobekan kertas saring bersih. c. Tambahkan 2 tetes larutan iodium kedalam tiap tabung . Kocok dan amati apa yang terjadi. 5. MENDIDIHKAN LARUTAN KARBOHIDRAT a. Isi 4 tabung reaksi dengan air kira-kira sepertiganya. b. Kedalam tabung reaksi masing-masing ditambahkan dengan 2 ml glukosa , 2 ml sukrosa, 2 ml amilum, dan sobekan kertas saring bersih serta 3 biji batu didih. c. Didihkan keempat tabung reaksi itu dalam penangas air. d. Tambahkan dua tetes larutan iodium kedalam tiap tabung reaksi. e. Kocok dan amati apa yang terjadi. 6. MENDIDIHKAN KARBOHIDRAT DENGAN ASAM KLORIDA ENCER a. Isi 4 tabung reaksi dengan larutan HCl 3 M kira-kira seperempatnya. b. Tambahkan kedalamnya 1 ml larutan glukosa, 1 ml larutan sukrosa, 1 ml larutan amilum , dan sobekan kertas saring bersih serta 3 butir batu didih. c. Didihkan keempat tabung reaksi itu selama 2 menit dengan penangas air. d. Tambahkan 2 tetes larutan iodium kedalam tiap tabung reaksi .

e. Kocok dan amati apa yang terjadi. C. Hasil Pengamatan

D. Pertanyaan 1. Berdasarkan pada percobaan pertama gugus apa yang ada dalam macam macam bila dalam pengamatan menggunakan larutan Fehling memberikan hasil positif ? Jawab : Dalam percobaan Uji Fehling, sampel Glukosa , Sukrosa, Amilum dan Sellulosa yang diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling A + Fehling B) pada masing-masing tabung dan kemudian dipanaskan , maka Glukosa dan Sukrosa akan menghasilkan endapan merah bata. Hal yang menyebabkan dihasilkannya endapan merah bata ini karena ini berasal dari Fehling yang memiliki ion Cu++ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan berwarna merah bata (Cu2O). Sedangkan pada sampel amilum dan selulosa yang diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling A + Fehling B) dan kemudian dipanaskan ternyata larutan berwarna biru dengan sedikit endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena amilum merupakan polisakarida yang tidak dapat bereaksi positif dengan Fehling. Amilum bukan gula pereduki yang tidak mempunyai gugus aldehid dan keton bebas, sehingga tidak terjadi oksidasi antara amilum + larutan Fehling, maka tidak terbentuk endapan dan larutan tetap berwarna biru setelah dipanaskan. Begitupula dengan Selulosa yang merupakan polisakarida yang tidak dapat bereaksi positif dengan fehling. 2. Apakah yang terjadi dengan karbohidrat-karbohidrat yang di uji bila dipanaskan dalam penangas air ? Jawab : Bila karbohidrat dipanaskan pada penangas air maka, ikatan-ikatan yang terdapat pada karbohidrat seperti , glukosa, sukrosa, amilum dan selulosa, akan terurai menjadi satuan monosakarida. 3. Terangkan hasil pengamatan percobaan ke 3 sewaktu karbohidrat didihkan dalam asam

klorida encer ? Jawab : Pada percobaan hidrolisis Glukosa, Sukrosa , Amilum, dan Sellulosa menghasilkan warna hijau muda, karena waktu yang diperlukan oleh Monosakarida untuk terhidrolisis oleh asam klorida encer adalah 10 menit, sedangkan waktu yang dipergunakan hanyalah 2 menit sehingga hasil yang diperoleh masih tahap awal. Belum lagi golongan Polisakarida , seperti Amilum yaitu pada 110 menit untuk terhidrolisis oleh asam klorida encer dan diperoleh hasil yang berbeda tiap menit. Menit ke 1 hijau, menit ke 2 24 biru pekat, menit ke 25 56 ungu, menit 57 110 coklat. 4. Karbohidrat manakah yang ada bila penambahan larutan iodium memberi warna biru tua ? Jawab : Karbohidrat yang berwarna biru tua , bila terjadi penambahan larutan iodium ialah Amilum karena, diduga karena terjadi absorbi molekul Iodium yang masuk dalam aliran spiral amilosa (pati) polisakarida. Apabila dipanaskan, spiral molekul akan merenggang dan kehilangan daya absorbsinya terhadap Iodin sehingga ia kembali menjadi tidak berwarna (warna sama seperti warna sampel awal). Iodium yang dipakai disini berfungsi sebagai indikator suatu senyawa polisakarida. Bila suatu senyawa/larutan dipanaskan dan diberi I2 menjadi biru, maka senyawa itu adalah polisakarida. Apabila senyawa itu dipanaskan membentuk koloid, yang jika ditambah I2, warna menjadi bening (tidak berwarna) hal ini menandakan bahwa polisakarida itu telah terhidrolisis sempurna menghasilkan glukosa (monosakarida). A. Kesimpulan Hal yang dapat kita simpulkan dari percobaan diatas adalah : - Jika golongan karbohidrat direaksikan dengan fehling A+B maka akan diperoleh endapan merah bata bila positif bereaksi dan larutan berwarna biru bila bereaksi negative. - Saat diuji dengan larutan Fehling Glukosa dan Sukrosa membentuk endapan merah bata. Sedangkan, Amilum dan Sellulosa dengan Fehling tidak terbentuk endapan merah bata. - Ketika penambahan asam klorida encer karbohidrat : glukosa, sukrosa, amilum ,dan selulosa menghasilkan warna hijau, karena pemanasan yang sebentar saja. - Pada hidrolisis polisakarida, amilum akan menghasilkan glukosa yang diperlihatkan dengan perubahan warna koloid amilum menjadi biru saat ditambahkan Iodium pada waktu pemanasan tertentu. DAFTAR PUSTAKA

Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta Girindra, A. 1983. Biokimia I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Purba, Michael.2006.Kimia untuk SMA Kelas XII Semester 2 Jakarta : Erlangga Pub. Purba, Michael.2006.Kimia untuk SMA Kelas XII Semester 1. Jakarta : Erlangga Pub. Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit, Universitas Indonesia. Jakarta Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung Suwandi, M., dkk. 1989. Kimia Organik. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

http://www.wendyismy.name/biologi/biokimia/uji-lipid-dan-prinsip-isolasi-lipid.html

Uji Lipid dan Prinsip Isolasi Lipid On Sunday, October 10, 2010 by admin 0 Diskusi Lipid merupakan biomolekul yang memiliki sifat non-polar. Akibatnya, lipid tidak dapat larut dalam air, yang notabene adalah pelarut polar. Lipid larut dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, dan benzena. Lipid merupakan salah satu makromolekul yang menjadi building block (*masih dalam konfirmasi) dalam tubuh makhluk hidup. Lipid banyak terdapat pada komponen struktural sel. Dalam sel, lipid ditemukan bergabung dengan molekul posfat yang menjadi komponen utama membran plasma. Selain itu, lipid juga merupakan senyawa yang penting sebagai sumber biosintesis molekul biologis lainnya. Lipid dalam makhluk hidup, seperti yang sudah disinggung, dapat berada dalam bentuk bebas maupun bergabung dengan molekul lainnya. Lipid dapat berikatan dengan protein membentuk lipoprotein, dengan molekul karbohidrat menjadi glikolipid, dan berikatan dengan posfat anorganik menjadi posfolipid. Posfolipid inilah yang menjadi komponen utama penyusun membran plasma. Lipid sebagai molekul biologis dapat diisolasi dan diuji baik secara kualitatif maupun kuantitatif. 1. Prinsip Isolasi Lipid Prinsip dasar yang digunakan dalam isolasi lipid adalah perbedaan kelarutan lipid dengan senyawa lain dalam sampel percobaan. Misalkan saja suatu jaringan hewan, yang mana mengandung berbagai macam lipid, dilarutkan dalam pelarut tertentu. Selanjutnya lipid tertentu akan larut sesuai dengan pelarut organik atau pelarut lipid masing-masing.

2. Uji Kualitatif Lipid Uji kualitatif lipid dilakukan untuk mengetahui bahwa dalam suatu sampel percobaan terkandung senyawa lipid. Banyak sekali metode yang bisa dilakukan untuk menguji keberadaan senyawa lipid dalam sebuah sampel. a. Tes kelarutan Dapat dilakukan untuk menguji keberadaan lipid dalam suatu sampel. Tes kelarutan dapat digunakan untuk mengekstraksi dan isolasi lipid dari sampel biologis, misalnya telur atau jaringan hewan. b. Tes Penyabunan Saponifikasi Saponifikasi merupakan proses terbentuknya garam asam lemak dan gliserol saat minyak atau lemak dipanaskan dengan penambahan alkali. c. Uji gliserol Uji gliserol didasarkan pada sifat lecitin atau gliserol yang bila dipanaskan dan ditambah kalsium bisulfit akan menghasilkan bau yang khas. d. Uji Lieberman-Burchard Tes ini didasarkan pada sifat sterol yang berikatan rangkap bila direaksikan dalam kondisi kering dengan asam anhidris dan asam sulfat pekat, akan menghasilkan suatu warna. Warna yang muncul merupakan gradasi antara merah biru dan hijau. e. Uji posfat dan posfolipid Posfolipid bila direaksikan dengan amonium molibdat akan menghasilkan kompleks amonium posfomolibdat yang berwarna biru. 3. Tes Kuantitatif Lipid Tes kuantitatif merupakan tes yang digunakan untuk menguji kadar dan nilai dari sifatsifat kualitatif lemak. a. Tes Angka asam Angka asam merupakan jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam minyak atau lemak. Asam lemak bebas yang ada dapat berasal dari pemutusan ikatan rangkap. Pemutusan ikatan rangkap tersebut dapat disebabkan oleh adanya pembentukan peroksida dan akibat hidrolisis oleh mikroorganisme. b. Penentuan Bilangan TBA (Tiobarbituric Acid)

Reaksi oksidasi lipid biasanya akan menghasilkan hidroperoksida. Hidroperoksida memiliki sifat dapat terurai menjadi senyawa yang lebih kecil, seperti aldehid. Aldehid dapat menimbulkan bau tidak enak pada lemak atau lipid, selain itu juga dapat menimbulkan kanker karena aldehid memiliki sifat karsinogenik. Salah satu cara untuk mengetahui adanya aldehida adalah mereaksikan lemak atau lipid dengan TBA, atau asam tiobarbiturat. c. Penentuan Angka Peroksida Lipid merupakan salah satu senyawa yang mudah mengalami oksidasi. Sifat tersebut menyebabkan bau tengik pada lipid. Lipid yang teroksidasi akan membentuk senyawa hidroperoksida, yang kadarnya bisa dilihat dari bilangan peroksida. Angka peroksida merupakan hasil bagi antara faktor perkalian 1.2 x A x K dengan m x Ast. A adalah absorbansi sampel pada panjang gelombang : 560 nm. K adalah faktor konversi volume, yang memiliki nilai sebesar 1.01212; m adalah berat minyak; dan Ast adalah absorbansi standar pada panjang gelombang: 560 nm. d. Penentuan Angka Iodium Iodium merupakan salah satu senyawa yang memiliki elektronegatifitas tinggi. Kondisi demikian merupakan salah satu dasar bahwa Iodin mudah bereaksi dengan asam lemak, yaitu asam lemak tidak jenuh. Iodin dapat menyebabkan adanya reaksi adisi pada ikatan rangkap asam lemak. Angka iodium merupakan jumlah mg Iodium yang diserap oleh 1 g minyak atau lemak.

You might also like