You are on page 1of 40

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
Gedung D6 Lantai 2, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50299, Telp/Fax:(024)8508035
PROPOSAL SKRIPSI
NAMA : MUHAMAD AFRIAWAN
NIM : 4301408023
PRODI : PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN : KIMIA
I. JUDUL
PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SAVI BERVISI SETS PADA
PENCAPAIAN KOMPETENSI TERKAIT REAKSI REDOKS
II. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kian hari kian bertambah
pesat. Salah satu kunci dari perkembangan tersebut adalah bidang pendidikan.
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peran sangat penting untuk
menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup. Demikian juga di Indonesia,
pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan kontinu diharapkan akan
dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan dan kemajuan di segala
bidang. Oleh karena itu pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan dan
prioritas secara intensif dari pemerintah, masyarakat, maupun pengelola
pendidikan.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit karena tidak hanya
proses transfer informasi guru kepada siswa, tetapi juga melibatkan berbagai
tindakan dan kegiatan yang harus dilakukan terutama jika menginginkan hasil
belajarnya menjadi lebih baik. Salah satu proses pembelajaran yang menekankan
berbagai tindakan dan kegiatan adalah dengan menggunakan pendekatan tertentu.
Pendekatan dalam pembelajaran pada hakekatnya merupakan sarana untuk
mencapai tujuan pembelajaran serta dapat mengembangkan dan meningkatkan
aktivitas belajar yang dilakukan guru dan siswa.
Pembelajaran secara konvensional sekarang ini sudah tidak cocok lagi
karena didalam metode ini, guru hanya mentransfer ilmu kepada anak didik dan
sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara
guru dan siswa dalam interaksi edukatif. Metode ini lebih banyak menuntut
keaktifan guru dari pada siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang monoton
(konvensional), dimungkinkan siswa akan mengantuk dan perhatiannya kurang
karena membosankan. Model pembelajaran harus bisa mengubah gaya belajar
siswa dari siswa yang belajar pasif menjadi aktif dalam mengkonstruksikan
konsep.
Model pembelajaran yang tepat membuat kimia lebih berarti, masuk
akal, menantang, menyenangkan dan cocok untuk siswa. Gambaran
permasalahan-permasalahan diatas perlu diperbaiki guna meningkatkan motivasi,
perhatian, pemahaman dan prestasi belajar siswa, sehingga mampu meningkatkan
kompetensi siswa pada mata pelajaran kimia.
Oleh karena itu guru mampu menawarkan metode dalam mengajar yang
lebih efektif yang dapat membangkitkan perhatian siswa sehingga siswa menjadi
aktif dan termotivasi untuk belajar, serta harus diimbangi dengan kemampuan
guru dalam menguasai metode tersebut. Salah satunya adalah melalui pendekatan
SAVI (Somatic, Auditory, Visualization dan Intellectualy). Pembelajaran tidak
otomatis meningkat dengan menyuruh anak berdiri dan bergerak. Akan tetapi
menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan pengunaan semua
indra dapat berpengaruh besar terhadap pembelajaran. Unsur-unsur pendekatan
SAVI adalah :
1. Somatic (S) : Belajar dengan bergerak dan berbuat.
2. Auditory (A) : Belajar dengan berbicara dan mendengar.
3. Visualization (V) : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan.
4. Intellectualy (I) : Belajar dengan memecahkan masalah dan
merenung.
Pembelajaran kimia dengan pendekatan SAVI bisa optimal jika keempat
unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran kimia. Misalnya, siswa akan
belajar sedikit tentang kimia dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka
dapat belajar lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu (S),
membicarakan atau mendiskusikan apa yang mereka pelajari (A), serta
memikirkan dan mengambil kesimpulan atau informasi yang mereka peroleh
untuk diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal (I). Atau, siswa dapat
meningkatkan kemampuan mereka dalam mengemukakan ide (I), jika mereka
secara simultan menggerakan sesuatu (S) untuk menghasilkan pictogram,diagram,
grafik dan lain sebagainya (V) sambil mendiskusikan atau membicarakan apa
yang sedang mereka kerjakan (A). (Meier, 2002:100)
Dalam kehidupan modern yang semakin komplek ini keterlibatan sains
dan teknologi serta dampaknya pada lingkungan dan masyarakat menjadi semakin
tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam dunia pendidikan sekarang ini,
dikenal Pendekatan SETS (Science, Environtment, Technology and Society) atau
dalam istilah Indonesianya SaLingTeMas singkatan dari Sains, Lingkungan,
Teknologi dan Masyarakat. Dari akronim SETS dapat diketahui bahwa
pendidikan bervisi SETS akan mencakup topik dan konsep yang berhubungan
dengan sains, lingkungan, teknologi dan hal-hal yang berkenaan dengan
masyarakat. Inti tujuan pendidikan SETS adalah agar pendidikan ini dapat
membuat siswa mengerti unsur-unsur utama SETS serta keterkaitan antar unsur
tersebut pada saat mempelajari sains. Dengan kata lain, diperlukan pemikiran
yang kritis untuk belajar setiap elemen SETS dengan memperhatikan berbagai
keterhubungankaitan antara unsur-unsur SETS tersebut. (Binadja,1999).
Perlunya menggunakan pembelajaran model SETS yaitu, melalui SETS
diharapkan peserta didik memahami implikasi hubungan antar elemen SETS. Adapun
elemen-elemen SETS adalah Science (ilmu alam), Environtment (lingkungan sekitar),
Technology (teknologi), dan Society (masyarakat). SETS akan membimbing siswa
berfikir aktif dan bertindak memecahkan masalah lingkungan atau segala sesuatu
yang berhubungan dengan masyarakat .
SMA Negeri 1 Bawang adalah salah satu SMA di Kabupaten Batang.
Sarana dan prasarana yang telah tersedia di SMA Negeri 1 Bawang sudah cukup
memadai. Kondisi lingkungan sekolah, ruang kelas, perlengkapan belajar
mengajar, buku pegangan siswa dan guru sudah tersedia dengan baik. Fasilitas
laboratorium, ruang multimedia, perpustakaan dan fasilitas lain juga cukup
memadai.
Kimia merupakan mata pelajaran bagian dari sciences atau IPA yang
berhubungan dengan pemahaman konsep dan rumus beserta pemecahan
masalahnya. Sekarang ini, mata pelajaran kimia masih menjadi mata pelajaran
yang sulit dipahami oleh siswa. Berdasarkan fakta lapangan, ternyata banyak
siswa SMA Negeri 1 Bawang yang banyak mengalami kesulitan dalam
memahami materi reaksi redoks, serta masih kurangnya kompetensi siswa pada
materi reaksi redoks dimana di dalam materi tersebut merupakan materi yang
bersifat abstrak. Dari hasil observasi awal di SMA Negeri 1 Bawang hasil belajar
siswa masih rendah. Rata-rata nilai ulangan harian pokok bahasan reaksi redoks
tahun ajaran 2010/2011 hanya mencapai 63 dengan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) 65. Hal ini menunjukkan bahwa standar ketuntasan belum tercapai. Hal
ini mendorong untuk dilakukan penelitian pembelajaran dengan menggunakan
metode yang dapat membantu mengatasi kesulitan belajar dan dapat
meningkattkan kompetensi siswa pada materi diatas yaitu dengan menggunakan
pendekatan SAVI bervisi SETS. Diharapkan dari hasil penelitian dapat membuat
hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan reaksi redoks lebih optimal dan
model pembelajaran yang peneliti terapkan dapat dikembangkan menjadi lebih
baik lagi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud melakukan
penelitian tentang upaya meningkatkan pencapaian kompetensi terkait reaksi
redoks peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Bawang dengan pendekatan SAVI
bervisi SETS.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi
masalah penelitian antara lain :
1. Pembelajaran secara konvensional sekarang ini sudah tidak cocok lagi
karena didalam metode ini, guru hanya mentransfer ilmu kepada anak didik
dan sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan
antara guru dan siswa dalam interaksi edukatif.
2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru berpengaruh pada
pencapaian kompetensi pembelajaran siswa. Model pembelajaran harus bisa
mengubah gaya belajar siswa dari siswa yang belajar pasif menjadi aktif
dalam mengkonstruksikan konsep.
3. Dalam pembelajaran kimia selama ini, guru masih jarang mengaitkan hal-hal
di dunia nyata dalam hal ini berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi
dan masyarakat, sehingga siswa kurang bisa mengaitkan konsep yang ia
dapat di kelas untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kompetensi kimia terkait reaksi redoks siswa SMA Negeri 1 Bawang masih
kurang.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual )
bervisi SETS (Science, Environment, Technology, Society ) terhadap hasil
belajar siswa pada pencapaian kompetensi terkait reaksi redoks siswa kelas
X SMA Negeri 1 Bawang?
2. Apakah pendekatan SAVI bervisi SETS dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pencapaian kompetensi terkait reaksi redoks siswa SMA Negeri
1 Bawang?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan SAVI bervisi SETS terhadap hasil
belajar siswa pada pencapaian kompetensi terkait reaksi redoks siswa kelas
X SMA Negeri 1 Bawang.
2. Untuk meningkatkan pencapaian terhadap hasil belajar siswa kompetensi
siswa terkait reaksi redoks setelah dilakukan pembelajaran melalui
penerapan pendekatan SAVI bervisi SETS pada siswa kelas X SMA Negeri
1 Bawang.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini sebagai
berikut:
1. Bagi peserta didik
Penelitian ini akan bermanfaat bagi peserta didik yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi pelajaran kimia dan meningkatkan
kompetensi siswa pada materi reaksi redoks. Selain itu peserta didik akan
menjadi lebih aktif dan termotivasi untuk belajar serta akan membimbing
siswa berfikir aktif dan bertindak memecahkan masalah lingkungan atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat .
2. Bagi guru
Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi guru tentang model
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kinerja guru. Memberikan
informasi metode pembelajaran dengan pendekatan SAVI bervisi SETS untuk
meningkatkan kompetensi siswa.
3. Bagi sekolah (lembaga pendidikan)
Suatu keefektifan model pembelajaran pendekatan SAVI bervisi SETS
dapat meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran kimia
sehingga pada akhirnya lulusan SMA Negeri 1 Bawang dapat lebih baik lagi.
Pendekatan pembelajaran SAVI bervisi SETS meningkatkan pencapaian
kompetensi terkait reaksi redoks.
4. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini, peneliti dapat memperoleh pengalaman
langsung dalam memilih model pembelajaran. Peneliti juga memperoleh
bekal tambahan bagi calon guru kimia sehingga diharapkan dapat
bermanfaat ketika terjun di lapangan.
F. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti ,maka perlu
adanya pembatasan masalah.penelitian ini hanya membatasi permasalahan
sebagai berikut:
1. Materi yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah reaksi redoks.
2. Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan SAVI bervisi SETS.
3. Objek penelitian hanya dibatasi pada siswa kelas X semester genap SMA
Negeri 1 Bawang.
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan
mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang
peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan,
kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Beberapa konsep belajar yang
didefinisikan oleh pakar psikologi, antara lain:
1. Gagne dan Berliner (1983:252) menyatakan bahwa belajar merupakan
proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari
pengalaman.
2. Mortal et.al (1986:140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan
relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
3. Slavin (1994:152) menyatakan belajar merupakan perubahan individu yang
disebabkan oleh pengalaman.
4. Gagne (1977:3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi
atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu,
dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.
Konsep dari belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:
1. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
2. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
3. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Menurut Gagne (1977:4) belajar merupakan sebuah sistem yang
didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan
perubahan perilaku. Berbagai unsur yang dimaksud adalah :
1. Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar dan
peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ penginderaan yang digunakan
untuk menangkap rangsangan, otak yang digunakan untuk
mentransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang kompleks
dan saraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang
menunjukkan apa yang telah dipelajari.
2. Rangsangan, peristiwa merangsang penginderaan pembelajar disebut situasi
stimulus. Dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada
di lingkungannya, agar pembelajar mampu belajar optimal, ia harus
memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.
3. Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.
4. Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.
Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada di
dalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut.
Respon dalam pembelajaran diamati pada akhir proses belajar yang disebut
perubahan perilaku atau perubahan kinerja.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya adalah
faktor yang berasal dari dalam siswa itu sendiri atau internal, dan yang berasal
dari luar atau eksternal.
Faktor internal misalnya berupa nilai-nilai atau keyakinan, yaitu :
a. Interaksi yang mencakup pengetahuan, misalnya pengalaman terhadap
sesuatu yang diperoleh dari membaca.
b. Kemampuan menangkap permainan, simulasi dan simbol.
c. Belajar untuk berketerampilan, misalnya kemampuan menghafal,
membaca, menulis, mencatat, kreativitas, cara belajar, komunikasi dan
hubungan.
Faktor yang berasal dari luar individu, misalnya:
a. Lingkungan yang positif, santai, aman, menggembirakan akan sangat
mendukung kelancaran proses belajar mengajar
b. Kondisi siswa, setiap individu sebenarnya sudah terdapat kemampuan
masing-masing yang antara satu dan yang lainnya berbeda, oleh
karenanya diperlukan gerakan terobosan, perubahan keadaan,
permainan-permainan dan partisipasi untuk membangun individu
c. Saat berlangsungnya proses pembelajaran, akan lebih baik apabila
diciptakan suasana yang nyaman, seperti cukup penerangan dan
menarik perhatian.
C. Hasil belajar
Menurut Sudjana (1989 : 162), perubahan sebagai hasil proses belajar
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran,
sikap dan tingkah laku, keterampilan dan kecakapan, kebiasaan serta perubahan
aspek-aspek lain dalam diri individu yang belajar.
Perubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar, apabila:
a. Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan
mengajar.
Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah
yang jelas pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran merupakan rumusan pertanyaan mengenai kemampuan
atau tingkah laku yang diharapkan dikuasai oleh siswa setelah
mengikuti pelajaran. Tingkat pencapaian tujuan menunjukkan kualitas
pembelajaran.
b. Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari.
Siswa yang terkreativitas akan menunjukkan belajar dengan
penuh kesadaran, kesungguhan, tidak ada paksaan untuk memperoleh
tingkat penguasaan pengetahuan. Disamping itu motivasi sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada
pelajaran
c. Hasil belajar sebagai proses latihan.
Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai
respon terhadap rangsangan dari luar, dalam rangka memperoleh
kemampuan baru untuk bertindak. Latihan merupakan proses belajar
yang disadari oleh pelakunya
d. Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun
waktu tertentu atau hasil belajar yang bersifat permanen.
Memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran
yang diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan,
digunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi.
D. Pendekatan SAVI
Dalam penelitian ini aka digunakan pendekatan SAVI. SAVI singkatan
dari Somatic, Auditory, Visualization dan Intellectualy. Menurut Suherman
(2009) Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa
belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki oleh siswa.
Teori yang mendukung pendekatan SAVI adalah Accelerated Learning.
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI,
proses pembelajaran menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual
dan penggunaan semua indra. Dedy Ahimsa (dalam Dave Meier, 2002 : 91
92) menyatakan bahwa pendekatan SAVI terdiri dari empat bagian yaitu
Somatic, Auditory, Visualization dan Intellectualy. Adapun pengertian dari
keempat bagian itu adalah:
1. Somatic (S)
Somatic berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh soma. Jika dikaitkan
dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat.
Dalam pembelajaran reaksi redoks aspek somatic yang mengembangkan
ketrampilan fisik dilakukan dengan kegiatan demonstrasi atau praktikum.
Tabel 1. Somatic yang dikembangkan pada pembelajaran reaksi redoks
No. Materi yang diajarkan Somatic yang dikembangkan
1.
2.
Konsep reaksi redoks
Peristiwa reaksi oksidasi
Siswa melakukan demonstrasi reaksi
pembakaran logam Mg.
-. Siswa melakukan demonstrasi reaksi
perkaratan besi.
-.Siswa melakukan demonstrasi proses
pencoklatan apel.
2. Auditory (A)
Auditory adalah belajar dengan berbicara dan mendengar. Dalam
pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang
mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Aspek
auditory dalam pembelajaran reaksi redoks ditekankan pada kemampuan
mendengarkan informasi dari sumber belajar (guru) maupun mendengarkan
presentasi.
Tabel 2. Auditory yang dikembangkan pada pembelajaran reaksi redoks
No. Materi yang diajarkan Auditory yang dikembangkan
1.
2.
3.
4.
Perkembangan perkembangan
reaksi redoks
Konsep reaksi redoks
Penentuan bilangan oksidasi
Tata nama senyawa reaksi
redoks menurut aturan IUPAC
Siswa mendengarkan informasi saat
berdikusi mengenai perkembangan
reaksi redoks.
Siswa menjelaskan hasil diskusi melalui
presentasi
Siswa mendengarkan bimbingan dari
guru mengenai penentuan bilangan
oksidasi.
Siswa mendengarkan bimbingan dari
guru mengenai Tata nama senyawa
reaksi redoks menurut aturan IUPAC
5. Penerapan reaksi redoks dalam
kehidupan sehari-hari
Siswa menjelaskan penerapan redoks
dalam kehidupan sehari-hari melalui
presentasi.
3. Visualization (V)
Visual disini adalah belajar dengan mengamati dan menggambarkan.
Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari
dunia nyata, peta gagasan dan gambaran dari segala hal yang berhubungan
dengan materi yang sedang dipelajari ketika kegiatan belajar berlangsung. Pada
pokok bahasan reaksi redoks, guru dapat menampilkan media pembelajaran
yang menampilkan gambar dan animasi menyangkut materi pelajaran sehingga
siswa tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikan, memperhatikan
demonstrasi yang diperagakan di depan kelas juga termasuk cara
mengembangkan aspek visual.
Tabel 3. Visualization yang dikembangkan pada pembelajaran reaksi
redoks
No. Materi yang diajarkan Visualization yang dikembangkan
1.
2.
3.
Konsep reaksi redoks
Reaksi autoredoks
Penerapan konsep redoks
dalam pengolahan air kotor
Siswa memperhatikan gambar animasi
mengenai reaksi redoks.
Siswa memperhatikan gambar animasi
mengenai reaksi autoredoks.
Siswa memperhatikan beberapa gambar
animasi mengenai penerapan konsep
redoks dalam pengolahan air kotor.
4. Intellectualy (I)
Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, menyatukan
pengalaman dan belajar. Belajar intelektual berarti menunjukkan apa yang
dilakukan siswa dalam pikiran mereka menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana
dan nilai dari pengalaman. Dalam proses belajar intelektual, siswa diminta
menyelesaikan permasalahan yang diajukan oleh guru.
Tabel 4. Intellectually yang dikembangkan pada pembelajaran reaksi
redoks
No. Materi yang diajarkan Intellectually yang dikembangkan
1.
2.
3.
4.
Perkembangan konsep reaksi
redoks
Konsep reaksi redoks
Peristiwa reaksi redoks
Penerapan reaksi redoks dalam
kehidupan sehari-hari
Siswa berdikusi dengan anggota
kelompok.
Siswa menjawab permasalahan yang
diajukan pada masing-masing
kelompok.
Siswa menuliskan laporan hasil
pengamatan praktikum.
Siswa melakukan observasi dengan
melakukan pencarian dari berbagai
sumber mengenai penerapan reaksi
redoks dalam kehidupan sehari-hari.
E. Pendekatan SETS
a. Hakekat dan Tujuan Pendekatan SETS
SETS (Science, Environment, Technology, Society), bila diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia memiliki kepanjangan Sains, Lingkungan, Teknologi,
dan Masyarakat. SETS diturunkan dengan landasan filofofis yang
mencerminkan kesatuan unsur SETS dengan mengingat urutan unsur-unsur
SETS dalam susunan akronim tersebut.
Dalam konteks pendidikan SETS, urutan ringkasan SETS membawa
pesan bahwa untuk menggunakan sains ke bentuk teknologi dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat dipikirkan berbagai implikasi pada lingkungan secara
fisik maupun mental.
Pendidikan SETS ditujukan untuk membantu peserta didik mengetahui
sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat
mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik.
Program ini sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan peserta didik
hakikat pendidikan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (SETS) secara
utuh (Binadja, 1999: 3).
b. Cakupan Pendidikan SETS
Pendidikan SETS mencakup topik dan konsep yang berhubungan dengan
sains, lingkungan, teknologi dan hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.
SETS membahas tentang hal-hal bersifat nyata, yang dapat dipahami, dapat
dibahas dan dapat dilihat. Membicarakan unsur-unsur SETS secara terpisah
berarti perhatian khusus sedang diberikan pada unsur SETS tersebut. Dari unsur
ini selanjutnya dicoba untuk menghubungkan keberadaan konsep sains dalam
semua unsur SETS agar bisa didapatkan gambaran umum dari peran konsep
tersebut dalam unsur-unsur SETS yang lainnya.
c. Penerapan Pendekatan SETS pada Pembelajaran di Sekolah
Penerapan SETS dalam pembelajaran untuk tingkat sekolah disesuaikan
dengan jenjang pendidikan siswa. Sebuah program untuk memenuhi
kepentingan peserta didik harus dibuat dengan menyesuaikan tingkat
pendidikan peserta didik tersebut. Topik-topik yang menyangkut isi SETS di
luar materi pengajaran dipersiapkan oleh guru sesuai dengan jenjang
pendidikan siswa.
Dalam pendidikan SETS, pendekatan yang paling sesuai adalah
pendekatan SETS itu sendiri. Sejumlah ciri atau karakteristik dari pendekatan
SETS (Binadja, 2000: 6) adalah:
1) Tetap memberi pengajaran sains.
2) Murid dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk
teknologi untuk kepentingan masyarakat.
3) Murid diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang
terjadi dalam proses pentransferan sains ke bentuk teknologi.
4) Murid diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains
yang diperbincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang
mempengaruhi keterkaitan antara unsur tersebut bila diubah dalam bentuk
teknologi berkenaan.
5) Dalam konteks kontruktivisme murid dapat diajak berbincang tentang
SETS dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang
dimiliki oleh siswa bersangkutan.
Di dalam pengajaran menggunakan pendekatan SETS murid diminta
menghubungkan antar unsur SETS. Maksudnya adalah murid
menghubungkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan benda-benda
yang berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain dalam SETS, sehingga
memungkinkan murid memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS baik dalam bentuk
kelebihan maupun kekurangannya. Hubungan tersebut dapat digambarkan:
Gambar 1 : Keterkaitan Antar Unsur SETS
(Binadja,1999c:4)
F. Redoks dalam SETS
Jika kita melihat di sekitar kita, kita akan melihat secara langsung atau
tidak bahwa banyak sekali kegiatan yang melibatkan reaksi redoks di dalamnya.
Diantara contoh manfaat dan kerugian yang dapat dikembangkan dan dijelaskan
dengan mempelajari sains kimia redoks dengan visi dan pendekatan SETS
antara lain.
1. Redoks dalam hubungan sosial masyarakat
Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari reaksi redoks. Bagi
masyarakat di antaranya adalah masyarakat dapat memperoleh logam murni
besi dan tembaga. Besi dapat digunakan untuk membuat baja. Baja
merupakan istilah yang digunakan untuk membuat aliase, kegunaan aliase
mulai dari mainan anak-anak, perkakas dapur, industri kendaraan, konstruksi
jembatan dan rel kereta api. Sedangkan tembaga dapat digunakan sebagai
konduktor.
2.. Redoks dalam hubungan dengan lingkungan dan manusia
Pada proses pemanggangan biji logam sulfida akan menghasilkan gas
CO
2
dan gas SO
2
. Gas buangan yang berupa CO
2
ini akan menyebabkan
pencemaran udara dan menimbulkan efek rumah kaca sehingga suhu bumi
dapat meningkat. Sedangkan gas SO
2
dapat menyebabkan korosif, dan
terhadap manusia dapat mengganggu sluran pernafasan dan mata. Pada
kadar rendah, dapat menyebabkan radang paru-paru dan tenggorokan. Kita
berkewajiban untuk segera memulai usaha-usaha untuk mengurangi laju
dampak perubahan iklim yaitu mengurangi gas rumah kaca dan beradaptasi
dengan dampak-dampaknya.
3.. Redoks dalam hubungan dengan teknologi
Salah satu contoh reaksi redoks yaitu penyepuhan. Pada penyepuhan,
kita menggunakan elektrolisis. Pada elektrolisis di katoda terjadi reaksi
reduksi sedangkan di anoda terjadi reaksi oksidasi. Contoh proses
penyepuhan adalah menyepuh perhiasan dengan emas atau perak yan
bertujuan untuk memperindah perhiasan tersebut.
Aplikasi lain yang berkaitan dengan konsep redoks yaitu pembuatan
kembang api dan petasan yang biasa digunakan untuk memeriahkan acara tahun
baru. Semua itu timbul sebagai akibat terjadinya reaksi redoks, tergantung pada
bahan oksidator dan reduktor yang digunakan. Proses penghasilan petasan,
kembang api dan sejenisnya menggunakan teknik yang disebut teknik panas
(pyrotechnics). Akibat lebih dahsyat dapat terjadi bila pemilihan bahan serta
pencampuran dan reaksinya untuk tujuan merusak, seperti dalam bentuk bom.
Hal ini perlu kita ketahui karena sangat berbahaya, tidak hanya bagi kita sendiri
tetapi juga pada orang lain. Bila penggunan pengetahuan itu dilakukan tidak
pada tempatnya dan tanpa memikirkan akibat buruk atau bahayanya bagi
lingkungan dan masyarakat, maka bencanalah yang akan kita terima
(binadja,2005c:12-15).
Gambar 2. Redoks dalam SETS ( Muawanah,2008:34)
G. Materi Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Reaksi Redoks
1. Definisi reaksi oksidasi dan reaksi reduksi
Pengertian reaksi oksidasi dan reaksi reduksi mengalami perkembangan
seiring dengan dengan kemajuan ilmu kimia. Definisi mengenai reaksi oksidasi
dan reaksi reduksi ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
a. Reaksi pengabungan dan pelepasan oksigen
Ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen, oksidasi adalah
reaksi penggabungan oksigen dengan unsur/senyawa, sedangkan reduksi
adalah reaksi pelepasan oksigen dari senyawanya.
Teknologi
Penyepuhan
Pengolahan besi
Pengolahan tembaga
Pembuatan silikon
Pembuatan bom, petasan , kembang api
Masyarakat
1.Memperoleh besi dan
tembaga murni
2. Lap. Pekerjaan bagi
pembuat dan penjual
3. Meriahkan acara
4. Menggangu saluran
pernafasan
5. Kerusakan fasilitas hidup
Lingkungan
1.Pengambilan bahan dari
lingkungan
2. Pencemaran dan
kerusakan lingkungan
3 Matinya makhluk hidup
Sains
Redoks
b. Reaksi pelepasan dan penerimaan elektron
Ditinjau dari pelepasan dan penerimaan elektron, oksidasi adalah reaksi
pelepasan elektron, sedangkan reduksi adalah reaksi penerimaan
elektron.
c. Reaksi peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.
Ditinjau dari peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi, oksidasi
adalah peningkatan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi adalah
penurunan bilangan oksidasi.
2. Bilangan oksidasi
Bilangan oksidasi suatu unsur adalah muatan yang dimiliki oleh atom
seumpama elektron valensinya tertarik ke atom lain yang berikatan dengannya ,
yang memiliki kelektronegatifan lebih besar. Contoh: senyawa ion MgO yang
tersusun dari ion Mg
2+
dan O
2-
, nilai bilangan oksidasi atom Mg adalah +2 dan
bilangan oksidasi atom O adalah -2.
3. Aturan bilangan oksidasi
Berdasarkan keelektronegatifan unsur, dapat disimpulkan aturan
penentuan bilangan oksidasi sebagai berikut :
Aturan umum:
(1) Unsur bebas mempunyai bilangan oksidasi = 0.
Contoh bilangan oksidasi atom dalam unsur Na, Fe, C, H
2
, Cl
2
(2) Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya.
Contoh: Bilangan oksidasi Na
+
=+1
(3) Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa netral sama
dengan nol. Sedangkan jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam ion
poliatom sama dengan muatan ionnya.
Contoh: Senyawa NaCl mempunyai muatan=0
Jumlah bilangan oksidasi Na + Jumlah bilangan oksidasi Cl = 0
(1 atom Na) x (b.o Na) + (1 atom Cl) x (b.o Cl) = 0

Aturan untuk unsur-unsur di golongan utama:
(4) Fluorin, unsur yang paling elektronegatif mempunyai bilangan
oksidasi -1 untuk semua senyawanya.
(5) Bilangan oksidasi H jika berikatan dengan non logam = +1, kecuali
bersenyawa dengan logam dan boron, maka bilangan oksidasi H = -1.
Contoh :
Bilangan oksidasi H dalam HCl, H
2
O, dan NH
3
= +1
Bilangan oksidasi H dalam NaH, BaH
2
= -1
(6) Bilangan oksidasi O umumnya = -2, kecuali dalam F
2
O (biloks O =
+2), dalam peroksida (bilangan oksidasi O = -1), dan dalam superoksida
(bilangan oksidasi O = -1/2).
(7) Bilangan oksidasi logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs) dalam
senyawanya = +1
(8) Bilangan oksidasi logam golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, Ba) dalam
senyawanya = +2
(9) Bilangan oksidasi non logam
Dalam senyawa biner dari logam dan non logam, non logam mempunyai
bilangan oksidasi sama dengan muatan ionnya.
Contoh:Cl berada sebagai ion Cl
-
dalam senyawa NaCl. Jadi bilangan
oksidasi Cl=-1
Aturan untuk logam transisi:
(10) Bilangan oksidasi logam transisi dalam senyawa dapat lebih dari 1
Contoh: Fe mempunyai bilangan oksidasi +2 dalam FeO, dan +3 dalam
Fe
2
O
3.
(Johnson, Rachmawati, 2007:254)
Tabel 5. Unsur-unsur Yang Memiliki Bilangan Oksidasi Lebih dari Satu.
Nama unsur Lambang Bilangan Oksidasi
Antimon
Arsen
Brom
Besi
Belerang
Emas
Fosfor
Iod
Karbon
Klor
Kobalt
Krom
Mangan
Nitrogen
Platina
Raksa
Tembaga
Timah
Timbal
Sb
As
Br
Fe
S
Au
P
I
C
Cl
Co
Cr
Mn
N
Pt
Hg
Cu
Sn
Pb
+3, +5
+3, +5
-1,+1,+3,+5,+7
+2,+3
-2,+4,+6
+1,+3
+3, +5
-1,+1,+3,+5,+7
+2,+4
-1,+1,+3,+5,+7
+2,+3
+2,+3,+6
+2,+4,+6,+7
-3,-2,+1,+2,+3,+4,+5
+2,+4
+1,+2
+1,+2
+2,+4
+2,+4
4. Reduktor dan Oksidator
Dalam reaksi redoks, zat yang menyebabkan terjadinya reduksi
(berarti, zat itu mengalami oksidasi) disebut reduktor. Sebaliknya, zat yang
menyebabkan terjadinya oksidasi (berarti, zat itu mengalami reduksi) disebut
oksidator. Perbedaan lain antara oksidator dan reduktor dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Perbedaan Oksidator dan Reduktor.
Oksidator Reduktor
1. Mengalami penurunan
bilangan oksidasi (reduksi).
2. Mengikat elektron dalam
bentuk molekul atau ion
dengan mudah.
3. Menghasilkan O
2
.
1. Mengalami kenaikan
bilangan oksidasi
(oksidasi)
2. Mudah melepas elektron
dalam bentuk molekul
atau ion.
3. Mengikat O
2
.
5. Reaksi Disproporsionasi
Reaksi disproporsionasi/ autoredoks adalah reaksi redoks yang oksidator
dan reduktornya merupakan zat yang sama. Jika sebagian zat tersebut
mengalami reduksi, maka sebagian yang lain mengalami oksidasi.
Contoh :
Reaksi autoredoks antara klorin dengan larutan NaOH
Cl
2
(g) + 2NaOH(aq) NaCl(aq) + NaClO(aq) + H
2
O(l)
biloks Cl = 0 biloks Cl = -1 biloks Cl = +1
6. Aplikasi Konsep Redoks dalam Kehidupan Sehari-hari
(1) Perkaratan logam, misalnya besi
4Fe(s) + 3O
2
(g) 2Fe
2
O
3
(s)
(2) Pembakaran gas alam
CH
4
(g) + 2O
2
(g) CO
2
(g) + 2H
2
O(g)
(3) Sel aki (baterai Pb) pada mobil
Oksidasi: Pb + SO
4
2-
PbSO
4
+ 2e
-
Reduksi : PbO
2
+ 4H
+
+ SO
4
2-
+2e
-
PbSO
4
+ 2H
2
O
Sel : Pb+ PbO
2
+ 4H
+
+ SO
4
2-
2 PbSO
4
+ 2H
2
O
7. Tata Nama Senyawa
Reduksi (b.o Cl berkurang)
Oksidasi (b.o Cl
bertambah)
(1). Tata Nama Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang terdiri dari dua unsur. Unsur-unsur
ini dapat berupa logam dan nonlogam atau nonlogam dan nonlogam.
(1) Senyawa ionik yang terdiri atas atom logam dan nonlogam
diberi nama dengan cara menyebutkan ion positifnya diikuti ion
negatifnya dan diberi akhiran ida.
Contoh:
KCl : kalium klorida
NaH : natrium hidrida
(2) Senyawa biner yang terdiri atas atom-atom nonlogam diberi
nama dengan menentukan atom yang bersifat lebih elektronegatif. Atom
yang lebih elektropositif diberi nama sesuai nama unsurnya diikuti nama
atom yang lebih elektronegatif, kemudian ditambah akhiran ida. Pada
atom dengan biloks lebih dari satu, maka senyawanya diberi awalan
yang menyatakan jumlah atom tersebut.
Contoh:
HF : hidrogen fluorida
HCl : hidrogen klorida
P
4
O
7
: tetrafosfor heptaoksida
(2). Tata Nama Senyawa Poliatomik
Senyawa poliatomik terdiri atas lebih dari dua unsur. Tata namanya
serupa dengan tata nama senyawa biner. Pertama, identifikasi kation dan
anionnya. Kedua, nama kation disebut dahulu, diikuti nama anion. Sebagian
besar anion poliatomik berakhiran it atau at, hanya sebagian kecil yang
berakhiran ida.
Contoh :
CaSO
4
: kalsium sulfat
KClO
2
: kalium klorit
Fe(OH)
3
: besi (III) hidroksida
HCNS : asam rodanida
(Sutresna, 2007:181)
G. Kerangka Berpikir
Materi kimia SMA memang membutuhkan kejelian dan pemahaman
yang cukup tinggi. Namun dalam kenyataan masih dijumpai beberapa kesulitan
yang dihadapi peserta didik dalam memahami dan mendalami materi kimia. Hal
ini menyebabkan nilai yang dieroleh menjadi kurang baik, bahkan belum
memenuhi kriteria ketuntassan yang ditentukan . Melalui permasalahan ini,
maka perlu adanya suatau variasi pendekatan pembelajaran yang dapat
membantu siswa dalam memahami dan mendalami materi kimia. Penelitian ini
sama-sama menggunakan visi SETS. Untuk pembelajaran yang diberikan pada
kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan SAVI sedangkan pada
kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional..
Kedua kegiatan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diharapkan akan
terjadi peningkatan pemahamn siswa terhadap materi reaksi redoks. Selanjutnya
hasil belajar kedua kelas dibandingkan untuk mengetahui besarnya peningkatan
hasil belajar dan pencapaian kompetensi terkait reaksi redoks. Secara ringkas
gambaran penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Kerangka berpikir
MATERI REAKSI REDOKS
Kelas eksperimen
Pretest
Pencapaian kompetensi dengan
menggunakan pendekatan SAVI
bervisi SETS
Kegiatan dengan pendekatan
SAVI bervisi SETS
Posttest
Hasil belajar (kognitif,
afektif, psikomotorik)
Dibandingkan
Pengujian hipotesis
Kelas kontrol
Pretest
Pencapaian kompetensi dengan
menggunakan pendekatan
konvensional (non-SAVI)
bervisi SETS
Kegiatan dengan pendekatan
konvensional ( non-SAVI)
bervisi SETS
Posttest
Hasil belajar (kognitif,
afektif, psikomotorik)
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan kepustakaan serta melihat kondisi siswa di sekolah
target penelitian maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah
Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan SAVI Bervisi SETS dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pencapaian Kompetensi Terkait Reaksi
Redoks.
IV. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah peserta didik kelas X semester genap SMA
Negeri 1 Bawang tahun pelajaran 2011/2012.
Adapun letak SMA Negeri 1 Bawang berlokasi di Jalan Jlamprang-
Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.
B. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Penetapan Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA
Negeri 1 Bawang tahun pelajaran 2011-2012 yang terdiri dari 5 kelas dan rata-
rata jumlah siswa tiap kelas adalah 35 siswa.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu pengambilan kelas sebagai sampel dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan yang dimaksud adalah memilih kelas yang siswanya
aktifdan komunikatif agar pelaksanaan penelitian nantinya dapat efektif
sehingga data yang diperoleh maksimal.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester 2 SMA N1
Bawang tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas X-A
sebagai kelas eksperimen dan kelas X-D sebagai kelas kontrol.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel terikat yaitu hasil belajar siswa pada pokok bahasan
Reaksi Redoks yang terlihat dari selisih nilai posttest-pretest.
b. Variabel bebas yaitu metode pembelajaran yang digunakan saat
penelitian ini berlangsung adalah metode SAVI bervisi SETS untuk kelas
eksperimen dan metode non-SAVI bervisi SETS untuk kelas kontrol.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksperimental dengan tujuan
untuk mengetahui pendekatan SAVI bervisi SETS terhadap hasil belajar siswa.
Rancangan yang digunakan adalah Randomized Control Group Pretest
Posttest Design. Rancangan ini menggunakan 2 kelompok obyek, yaitu 1
kelompok sebagai kelas eksperimen 1, dan 1 kelompok sebagai kelas kontrol.
Untuk lebih jelasnya, rancangan dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 7. Desain Penelitian Randomized Control
Group Pretest Posttest Design
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen 1 T
1
X
1
T
2
Kontrol T
1
X
2
T
2
Langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan penelitian ini adalah:
2) Memberikan pretest T
1
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
untuk mengukur rata-rata keterampilan kognitif sebelum obyek diberi
perlakuan.
3) Memberikan perlakuan X
1
berupa penggunaan metode SAVI bervisi SETS
pada kelompok eksperimen dan perlakuan X
2
berupa penggunaan metode
non-SAVI bervisi SETS pada kelompok kontrol.
4) Memberikan posttest yang meliputi aspek kognitif dan aspek afektif T
2
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk mengukur rata-
rata keterampilan kognitif setelah diberi perlakuan X
1
dan X
2
.
5) Menentukan selisih nilai antara T
1
dan T
2
pada kelompok eksperimen
untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest (Z
1
).
6) Menentukan selisih nilai antara T
1
dan T
2
pada kelompok kontrol untuk
mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest (Z
2
).
7) Membandingkan Z
1
dan Z
2
untuk menentukan perbedaan yang timbul jika
sekiranya ada sebagai akibat perlakuan X
1
.
8) Menerapkan uji statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan
tersebut signifikan, yaitu dengan uji-t pihak kanan.
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data yang diambil adalah data hasil
belajar siswa pokok bahasa Reaksi Redoks yang diperoleh langsung dari siswa
dengan menggunakan tes bentuk obyektif. Tes ini diberikan sebelum dan
sesudah siswa mengikuti pelajaran pokok bahasan Reaksi redoks, dengan soal
yang sama antara pretest dan posttest. Selain itu dilakukan juga penelitian untuk
aspek afektif.

2. Instrumen Penelitian
Data berasal dari variabel-variabel yang diteliti diperoleh dari tes yang
telah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan instrumen aspek kognitif
dan instrumen aspek afektif.
a. Instrumen Kognitif
Instrumen kognitif berupa soal-soal bentuk obyektif. Untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda,
maka instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini perlu
diujicobakan terlebih dahulu kepada sekelompok siswa yang sudah
menerima materi Reaksi Redoks.
1) Taraf Kesukaran Suatu Item
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa
yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam
bilangan indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang
merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh
dengan jawaban yang seharusnya diperoleh dari suatu item.

maksimal skor x N
B
IK
Keterangan:
IK : Indeks Kesukaran
B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh
siswa dari suatu item
N : Kelompok Siswa
Skor maksimal : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban
benar dari suatu item.
N x skor maksimal : Jumlah jawaban benar yang seharusnya
diperoleh dari suatu item.
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut:
0,81 1,00 : Mudah sekali (MS)
0,61 0,80 : Mudah (Md)
0,41 0,60 : Sedang / cukup (Sd)
0,21 0,40 : Sukar (Sk)
0,00 0,20 : Sukar Sekali (SS)
2) Taraf Pembeda Soal Suatu Item
Taraf pembeda suatu item adalah taraf sampai dimana jumlah
jawaban benar dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok atas (pandai)
berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah (tidak pandai).
Perbedaan jawaban benar dari siswa yang tergolong kelompok atas dan
bawah disebut Indeks Diskriminiasi (ID).

Maksimal Skor x nKB atau nKA
KB KA
ID

Keterangan :
ID : Indeks Diskriminasi
KA : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa
kelompok atas
KB : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa
kelompok bawah
NKA atau NKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau
bawah.
Kualitas daya pembeda adalah sebagai berikut:
0,80 1,00 : Sangat Membedakan (SM)
0,60 0,79 : Lebih Membedakan (LM)
0,40 0,59 : Cukup Membedakan (CM)
0,20 0,39 : Kurang Membedakan (KM)
negatif 0,19 : Sangat Kurang Membedakan (SKM)
(Masidjo, 1995: 201).
3) Validitas Instrumen Penelitian
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas item adalah
menggunakan rumus product moment dari Pearson dengan rumus angka
kasar, sebagai berikut:

( ) ( )
( ) { ( ) {
2
2
2
2


Y Y N X X N
Y X CY N
r
XY
Keterangan:
XY
r
: Koefisian Validitas
X : Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y : Kriteria yang dipakai
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria
validitas suatu tes ( XY
r
)
0,91 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 0,90 : Tinggi (T)
0,41 0,70 : Cukup (C)
0.21 0.40 : Rendah (R)
negatif 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 1995: 243)
4) Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada
subyek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak
sama pada waktu yang sama.
Untuk menghitung koefisien tes bentuk obyektif digunakan rumus
KR 20 yaitu sebagai berikut:
]
]
]

,
`

.
|


t
t
S
PQ S
n
n
r
2 11
1
Keterangan:
11
r : Koefisien reliabilitas
n : Jumlah item
S : Deviasi standar
P : Indeks kesukaran
Q : 1 P
Kriteria Reliabilitas:
0,91 1,00 : Sangat Tinggi
0,71 0,90 : Tinggi
0,41 0,70 : Cukup
0.21 0.40 : Rendah
negatif 0,20 : Sangat Rendah
(Masidjo, 1995: 246)
b. Instrumen Afektif
Instrumen penelitian afektif berupa angket. Jenis angket yang
digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif
jawaban. Responden/siswa memberikan jawaban dengan memilih salah
satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Sebelum menyusun angket
terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian
teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya
dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan
penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan
sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket.
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden/siswa
hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang
telah disediakan, misalnya:
Tabel 8. Kriteria Skor Aspek Afektif
Skor untuk aspek yang dinilai Nilai
SS. Sangat setuju
S. Setuju
N. Netral
TS. Tidak setuju
STS. Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
Keterangan:
Jumlah nilai > 72 sangat baik (A)
Jumlah nilai U 54 71 baik (B)
Jumlah nilai > 36 53 cukup (C)
Jumlah nilai < 35 kurang (D)
Setelah mendapatkan hasil, kemudian dilakukan uji validitas dan
reliabilitas.

c. Uji Validitas
Validitas dari instrumen berupa angket ini adalah validitas
konstruksi atau konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang
menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai
dengan konsep yang seharunya menjadi isi suatu tes atau alat pengukur
tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau alat
pengukur tersebut. Validitas konstruksi ini akan mudah ditentukan pada
hasil tes belajar yang sungguh-sungguh direncanakan dengan baik oleh
seoran guru, khususnya apabila ditaati langkah merumuskan tujuan
instruksional dan visualisasi kisi-kisi sebagai langkah-langkah
perencanaan tes buatan guru. Apabila isi item-item yang merupakan suatu
kesatuan suatu tes benar-benar sesuai dengan suatu konsep atau
konstruksi yang seharusnya menjadi isinya, maka dikatakan tes tersebut
memiliki validitas konstruksi yang tinggi (Masidjo, 1995: 224).
Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus
sebagai berikut:

( ) ( )
( ) { ( ) {
2
2
2
2


Y Y N X X N
Y X CY N
r
XY
Keterangan:
XY
r
: Koefisian Validitas
X : Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y : Kriteria yang dipakai
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria
validitas suatu tes ( XY
r
)
0,91 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 0,90 : Tinggi (T)
0,41 0,70 : Cukup (C)
0.21 0.40 : Rendah (R)
negatif 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 1995: 243)
d. Uji Reliabilitas
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut
dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan
pengukuran kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui
tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari
reliabilitas yang skornya bukan 0 atau 1), yaitu sebagai berikut:

]
]
]
]

]
]
]


2
1
2
1
11
1
1

n
n
r
Keterangan:
11
r : Reliabiltas Instrumen
n : Banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal

2
1
: Jumlah kuadrat

masing-masing item
2
1
: Kuadrat

total keseluruhan item.


(Suharsimi Arikunto, 1996: 106)
3. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t pihak kanan. Oleh
karena itu perlu diuji persyaratan analisisnya, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.

4. Uji Prasyarat
a) Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel terdistribusi normal atau tidak,
maka dilakukan uji normalitas dengan uji Lilliefors, yaitu:

( ) ( )
| |
zi zi
S F Lo
Dimana:
F
(zi)
: P
(z<zi)
S
zi)
:
n
zi zn ....... , z , z banyaknya
2 1
<
zi : Skor standar
Lo : Koefisien Lilliefors Pengamatan
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Menghitung rata-rata dan simpangan bakunya
n
i
X

( )
( ) 1
2
2
2


n n
xi xi n
S
2) Menghitung nilai zi
( )
S
X xi
zi

3) Mencari nilai zi pada daftar F


4) Menghitung S
(zi)
, yaitu
n
zi zn ....... , z , z banyaknya
2 1
<
5) Menghitung selisih F
zi)
S
(zi)
6) Mencari nilai kritis yang dapat diperoleh pada kolom harga mutlak,
kemudian dibandingkan dengan tabel.
7) Kriteria pengujian adalah: terima Ho jika Lo maks < L tabel berarti
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
(Sudjana, 1996: 466 469)
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel
penelitian berasal dari populasi yang homogen. Untuk mengetahui
homogenitas variansi digunakan Uji Bartlett dengan rumus:
X
2
= ( ) ( ) {


2
1 1
log 1 10 ln S n B
=
3026 , 2
( ) {


2
1 1
log 1 S n B
B =
( ) ( )

1 log
1
2
n S
S
2
=
( )
( )

1
1
1
2
1 1
n
S n
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho =
2
1
=
2
2
= kedua populasi mempunyai varian yang sama
Ho =
2
2
2
1
= paling sedikit satu tanda sama tidak berlaku
Adapun langkah-langkah pengujian homogenitas dengan
menggunakan uji Bartlett sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
Ho =
2
1
=
2
2

H
1
=
2
2
2
1

2) Menghitung varians masing-masing sampel (S
i
2
) dengan rumus:
S
i
2
=
( )
1
2

n
X X
i
3) Menghitung varian gabungan dari semua sampel (S
2
) dengan rumus:
S
2
=
( )
( )

1
1
1
2
1 1
n
S n
4) Menghitung harga satuan
B = (log S
2
)
( )

1
i
n
5) Menghitung Chi_Kuadrat (x
2
), dengan rumus:
( ) ( ) {


2 2
log 1 10 ln
i i
S n B x
6) Menghitung x
2
dari tabel distribusi Chi_Kuadrat pada taraf signifikan
5%.
7) Kriteria uji
Ho diterima apabila x
2
hitung
< x
2
tabel
, yang berarti sampel homogen
(Sudjana, 1996: 261 263)

5. Uji Hipotesis
Teknik analisis data untuk digunakan uji-t pihak kanan, dengan kriteria:
Ho :
2 1

H
1
:
2 1
>
Dimana:
Ho : Prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia dengan pendekatan
SAVI bervisi SETS lebih tinggi atau sama dengan prestasi belajar
siswa pada pembelajaran kimia dengan pendekatan non-SAVI bervisi
SETS.
H
1
: Prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia dengan pendekatan
SAVI bervisi SETS lebih rendah dari pada prestasi belajar siswa pada
pembelajaran kimia dengan pendekatan non-SAVI bervisi SETS.
Keterangan:
1
= nilai rata-rata kelas eksperimen 1
2
= nilai rata-rata kelas eksperimen 2
Kriteria :
Terima Ho jika t
hitung
< t
tabel
Tolak Ho jika t
hitung
> t
tabel
Rumus yang digunakan adalah:
2 1
2 1
1 1
n n
S
X X
t
+

( ) ( )
( ) 2
1 1
2 1
2
2 2
2
1 1
+
+

n n
s n s n
S
gab
Keterangan:
X : Mean nilai
S
gab
: Simpangan baku
N : Jumlah sampel
(Sudjana, 1996: 239)
V. JADWAL PENELITIAN
Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desemer 2011 sampai
bulan Maret tahun 2012, dengan perincian dapat dilihat pada tabel berikut:
Waktu
Kegiatan
Desember
2011
Januari
2012
Februari
2012
Maret
2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Pelaksanaan
Analisis Data
Penyusunan Laporan
VI. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Binadja, Achmad. 1999a. Hakekat dan Tujuan Pendidikan SETS (Science,
Environment, Technology and Sociey) Dalam Konteks dan Pendidikan yang
ada. Makakalah disajikan dalam seminar lokakarya Pendidikan SETS untuk
bidang Sains dan Non Sains. Kerjasama antara SEAMEORECSAM dan
UNNES Semarang 14-15 Desember 1999.
Binadja, Achmad. 1999b. Cakupan Pendidikan SETS untuk Bidang Sains dan Non
Sains. Makalah disajikan dalam seminar lokakarya Pendidikan SETS untuk
bidang Sains dan Non Sains. Kerjasama antara SEMEORECSAM dan
UNNES Semarang 14 -15 Desember 1999.
Binadja, Achmad 1999c. Pendidikan SETS Penerapannya dalam Pengajaran.
Makalah disajikan dalam seminar lokakarya Pendidikan SETS untuk
bidang Sains dan Non sains. Kerjasama antara SEAMORECSAM dan
UNNES Semarang. 14 -15 Desember 1999.
Direktorat Pendidikan Menengah Umun. 2001. Pedoman Pembuatan Alat Peraga
Kimia Untuk SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan.
Meier, Dave. 2002 . The Accelarated Learning Hand Book .
Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan Dan
Penelitian . Bandung : Kaifa
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset Bandung.
Sudjana. 1996. Statistika. Bandung: Tarsito.
Suherman,E. 2009. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa. Online at http://educare.e-fkipunla.net [diakses 30/05/11]
Surapranata, Sumarna PhD. 2003. Profil Kemampuan Siswa Indonesia Berusia 14
Tahun dalam Bidang Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Benchmark
Internasional TIMSS-R 1999. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

You might also like