You are on page 1of 6

Judul

: Pelatihan Berpikir Positif Untuk Menangani Sikap Pesimis Dan Gangguan Depresi

Variabel

: : pelatihan berpikir positif

Variabel bebas

Vaariabel tergantung : pesimis dan depresi : Ada pengaruhnya pelatihan berpikir positif untuk menangani

Hipotesis

sikap pesimis dan gangguan depresi. Populasi Subjek Penelitian : Masyarakat Indonesia : Mahasiswa STIE YKPN sebanyak 33 mahasiswa. Syarat

yang ditentukan dalam seleksi adalah skor pada skala BDI diatas 9 pada skala optimisme dibawah 3. 17 dimasukan kedalam kelompok penelitian 16 kedalam kelompok kontrol yang juga disebut sebagai kelompok waiting list

Alat yang digunakan: Skala optimisme untuk melihat optimisme subjek Skala BDI untuk mengukur simtom depresi

Desain eksperimen : Rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design dengan menggunkan tehnik analisis non parametrik yaitu wilcoxon T-Test untuk melihat perbedaan dalam kelompok dan Median Test untuk melihat perbedaan antar kelompok.

Prosedur penelitian : Pelaksanaan pelatihan berpikir positif berlangsung selama 6x pertemuan , 3 kali dalam seminggu dan setiap pertemuan berlangsung selama 120 menit. Pada pertemuan ini pertama-tama peserta diberi kuliah tentang isi materi pelatihan kemudian subjek diminta untuk melakukan latihan-latiahn baik secara individual atau kelompok .selain itu peerta juga melakuakan diskusi tentang pengalaman-pengalamannya dan mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh pelatih Materi pelatihan yang diberikan yaitu tentang pengertian dan manfaat berpikir positif ,eksplanatory style dan tehnik-tehnik disputasi yang digunakan. keyakinan yang Latihan-latihan yang digunkan berupa latihan-latihan proses a-b-c yang ada pada dirinya, kemudian membuat argumentasi terhadap timbul pada prosesa-b-c tersebut. Pengambialan data dilakuakan sebelum dan sesudah pelatiahna dilaksanakan dan periode pengamatan ulang dilakuakan 1,5 bulan setelah peltihan diberikan. Hasil penelitian : setelah dilakuakan peneliatian maka, pada akhir penelitian ada emapat subjek dlam kelompok eksperimen dan empat subjek dalam kelompok kontrol yang gugur. Hal ini terjadi karena subjek tidak dapat mengikuti pelatihan secara terus menerus dan pada kelopok konteol pada waktu dilaksanakan posttest, subjek tidak dapat datang sehingga jumlah subjek dlam penaliataian yanag dpat dianalasis adalah 25 subjek denagan rincian 13 subjek pada kelaompok eksperimen dan 12 subjek pada kelompok kontrol. Adapun hasil analaisis data secara keseluruhan dpat dilihata pada tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Hasil Pretest Dan Posttest Skala Optimisme Dan BDI Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Varian SO Pretest Postest BDI Pretest Posttest >Median <Median >Median <Median >Median <Median >Median <Median KE 1 12 10 3 2 11 11 2 KK 3 9 0 12 0 12 0 12 Median 0,00 2,00 1,00 2,00 p 0,3217 0,0001 0,4800 0,0001

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil pretest skala optimisme dan BDI antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini dapat dilihat dari harga median untuk skala optimisme = 0.00(p>0.05) dan untuk BDI ( p>0.05) hal ini berarti sebelum diberikan pelatiahan kelompok eksperiman dan kelompok kontrol mempunyai kondisi yang sama. Setelah pelatiahana ternyata ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Karena hasil posttestnya untuk skala optimisme yang menunjukan harga median =2.00 (p>0.01) dan untuk BDI harga median = 2.00(p<0.01). Untuk melihat sejauh mana hasil dari pelatihan berpikir positif , maka akan dilihat dari hasil pretest dan follow up untuk masing-masing kelompok yang ada dalam tabel 2

Tabel 2. perbandingan hasil pretest,posttest dan follow up (Fu) skala optimisme dan BDI untuk masing-masing kelompok SO Klp KE N 13 Varian Pretest Mean 0,07692 SD 0,27735 Z -3,1798 p 0,0015

13 11 KK BDI KE 12 12 13 13 13 KK 12 12

Posttest Fu Pretest posttest Pretest Posttest Fu Pretest posttest

2,15385 3,0909 0,2500 0,41667 0,076923 2,84615 2,90907 0,5000 0,58333

0,80064 3,94388 0,45227 0,79296 0,72501 0,37553 0,30151 0,52223 0,51493 0,000 -1,000 1,00 0,3173 -0,4045 -0,7303 -3,1798 0,6858 0,4652 0,0015

Pada kelompok eksperimen ada perbedaan yang signifikan anatara hasil pretest dan posttest untuk skala optimisme dan BDI. Untuk skala optimisme skor rerata berubah dari 3,15385: harga z= -3,1798(p<0,05). Untuk BDI skor rerata

berubah dari harga z = 0,76923 menjadi 2,84615 harga z = 3,1798(p<0,05). Pada follow up yang dilakukan , ternyata tidak ada perbedaan antara hasil posttest dan follow up , baik untuk skla optimisme atau BDI. Dilihat drai harga z - -0,04045 (p>0,05) sedang untuk BDI harga z= 0,000(p>0,05). Pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan anatara hasil pretest maupun posttest untuk skala optimisme dan BDI. Untuk skala optimisme z = 0,07303(p>0,05) sedangkan untuk BDI z = -01,000 (p>0,05). Berdasarkan hasil analisis tersebut terbukti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol antara sebelum dan sesudah mendpatkan pelatiahan baik skala optimisme ataupun BDI. Pada kelompok eksperimen sebelum pelatiahan rerata untuk skala optimisme sebesar 0,07692 dan setelah pelatiahan sebesar 3,15385, sednagkan untuk skala BDI sebelum pelatihan untuk kelompok eksperimen skor rerata sebesar 0,76986 dan setelah pelatiahan sebesar 2,84615. hal ini dapat dilihat dari pesimis dan menjadi optimis dan dari depresi berubah ke arah normal( mempunyai skor anatara 0-9 skala BDI ). Subjek penelitian yang semula memiliki pemikiran negatif terhadap dirinya , pesimis , merasa gagal , mudah mersa berslah dan mudah menyerah setelah emndapat pelatihan berfikir positf ternyata pola pikirnya berubah. Setelah pelatihan subjek mampu mengenali kemapuan- kemapuan yang ada pada dirinya sehingga pola pikirnya yang semula

negatif menjadi positif. Hal ini mendukung teori dan hasil penelitian yang dulu yang menyatakan bahwa dengan terapi kognitif gejala-gejala pesimis dapat dihilangkan atau diturunkan.( Selogman,1991: Beck,1985; Elkin dkk.dalam Beck,1993; Hates dalam Robin,1993). Pada follow up yang dilakukan 1,5 bualn kemudian berdasarkan hasil anlalisis dapat disimpilkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hsil posttes dan follow up baik antara skala optimisme atau BDI. Hal ini berarti bahwa pelatiahan berpikir positif tetap efektif dan bertahan pada 1,5 bulan kemudian. Hasil penelitian ini sesuai dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zeiss, dkk (1979), Scogin, dkk (1989) hayes (dalam Robin ,1993). Kekhawatiran penulis bahwa hasil penelitian ini akan berbeda dengan hasil peneitian yang dilakukan didunia barat karena faktor budaya, terutama dalam hal mengakui bahwa suatu keberhasilan penyebabnya dlah diri sendiri ternyata tidak terbukti. Meskipun ada kebcenderungan bahwa subjek melihat hal-hal yang tidak mengenakan karena dirinya sendiri dan halhal yang menyenangkan penyebabnya adalah orang lain,tetapi kecenderungan ini tidak mempengaruhi kemampuan subjek untuk mengenali hal-hal yang positif yang ada pada dirinya, sehingga setelah pelatiahan ada perubahan ke arah positif. Simpulan : Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Ada perbedaan tingkat optimisme pada subjek kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah diberi pelatihan positif sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perubahan.pada kelopok eksperimen sesudah pelatiahn subjek mempunyai sikap yang optimis bila dibandingkan sebelum pelatihan. Tidak ada perbedaan tingkat optimisme pada subjek kelopok eksperimen antaras esudah pelatiahan dengan pengamatan ulang 1,5 bulan kemudian. Meskipun secara individual ada beberapa perubahan ,tetapi secara statistik perubahan itu tidak sgnifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa pelatiah berpikir positif efektif untuk meningkatakan sikap yang optimis Ada perbedaan tingkat depresi pada subjek kelompok eksperimen antara sesudah dan sebelum diberi pelatiahan berpikir positif ,sednagkan pada kelompok kontrol tidak ada perubahan. Pada kelompok eksperimen sesuadah mengikuti pelatiahn simtom depresinaya menjadi menurun sehingga subjek

yang semula tergolong deprsi berat dan sedang berubah menjadi depresi ringan dan normal. Tidka ada perbedaan tingkat depresi pada subjek kelompok eksperimen anatara sesudah pelatihan dengan pengamatan ulang 1,5 bulan kemudian. berdasarkan hal tersebut maka dapatdisimpulkan bahwa berpikir positif efektif untuk menurunkan simtom depresi. Validitas eksperimen: o Ada beberapa item yang mempunyai validitas rendah dan koefisien o Relibilitasnya kurang begitu tinggal Komentar : Pelatihan berpikir positif ini ternyata mampu mengubah sikap yang pesimis menjadi optimis dan efektif juga untuk menurunkan sindrom simtom sehingga kemungkinan dapat digunakan sebagai alternatif dalm psikoterapi. Dan agar efektifitasnya tetap bertahan diharapkan subjek selalu mempraktekkan hal-hal yang diperoleh dari pelatiahan untuk menghadapi kejadian-kejadian yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. pelatihan

You might also like