You are on page 1of 3

Arif Firman Aji (I1408505) Tugas 2

Sembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan

Penyakit subsidi BBM ini terjadi karena kurangnya diversifikasi energi, diabaikannya konservasi energi, tidak efisiennya sistem penyediaan BBM, serta lemahnya kebijakan harga energi nasional. Diversifikasi Energi Ketergantungan konsumsi energi nasional yang sangat besar terhadap BBM, yang pangsanya sekitar 60-70 persen merupakan akar penyakit subsidi BBM. Sementara pemanfaatan energi selain minyak bumi masih rendah di Indonesia bila dibandingkan dengan jumlah ketersediaannya. Gambar 1. Perkembangan konsumsi energi final Indonesia (1990-2003)

Diversifikasi energi secara konsisten harus dilakukan untuk menurunkan ketergantungan konsumsi energi nasional terhadap BBM. Substitusi terhadap BBM perlu diupayakan di berbagai pemakaian, misalnya pembangkitan listrik. Pangsa penggunaan sumber-sumber energi non-BBM seperti gas bumi, batubara dan panas bumi (geothermal) harus diperbesar yang salah satu upayanya adalah dengan membangun infrastruktur pendukung energi di dalam negeri. Karena belum tersedianya infrastruktur yang memadai yang membuat diversifikasi

terhambat. Pemerintah juga perlu menggerakkan pembangunan energi terbarukan (renewables). Insentif fiskal, mekanisme pembiayaan, training dan badan khusus untuk mendorong pengembangan energi terbarukan bila perlu dibentuk. Di dunia kini tersedia banyak sumber dana murah untuk pengembangan energi terbarukan, yang mestinya dimanfaatkan. Konservasi Energi Indonesia (berdasarkan data intensitas energy) adalah negara yang

produktivitas pemanfaatan energinya sangat rendah dibandingkan banyak negara di Asia. Energi di Indonesia, termasuk BBM, digunakan secara boros. Gambar 2. Konsumsi energi final berdasar jenis dan sektor (2003)

Penghematan konsumsi BBM sekitar 10 persen bisa dianggap menemukan sekitar 150.000 bph minyak mentah. Konservasi energi berarti penghematan

biaya eksplorasi. Sehingga pemerintah harus melakukan kampanye hemat energi, audit energi, teknik melakukan konservasi energi, pengembangan insentif untuk melakukan efisiensi pemanfaatan energi perlu diterapkan. Undang -Undang Konservasi Energi pun perlu dibuat. Mekanisme Penyediaan BBM Pertamina sebagai pelaku tunggal penyediaan BBM nasional, sangat mungkin ditingkatkan efisiensinya. Dalam situasi dimana harga minyak mentah dunia membumbung, upaya efisiensi dalam sistem penyediaan BBM nasional

akan memberikan dampak berarti terhadap biaya konsumsi dan subsidi BBM.

Gambar 3. Mekanisme penyediaan BBM di Indonesia

Tindakan efisiensi yang

dapat dilakukan, misalnya dengan menambah

kapasitas kilang (untuk menurunkan volume BBM yang harus diimpor). Selain itu, mempertingi efisiensi distribusi BBM, yang dapat ditempuh dengan memperbanyak pipa distribusi BBM. Menghitung besarnya konsumsi riil BBM dan memberantas penyelundupan. Manajemen impor, baik untuk minyak mentah maupun BBM, merupakan titik rawan yang mesti dimonitor atau diperbaiki sistemnya untuk menjamin bahwa impor dilakukan dengan biaya yang termurah. Impor minyak mentah dan BBM merupakan bisnis yang nilainya melebihi Rp. 100 trilliun/tahun. Hal-hal yang berkaitan dengan proses penyediaan BBM, khususnya mengenai pengadaan minyak mentah dan BBM, seyogyanya dibuat terbuka untuk masyakarat umum, sehingga memantau perkembangan yang terjadi pada bisnis yang menyangkut hajat hidup orang banyak tersebut. Harga Energi Penentuan harga BBM seharusnya disesuaikan dengan perkembangan ekonomi di setiap daerah di Indonesia. Penghapusan subsidi juga perlu dilakukan agar dapat menekan pemakaian yang boros. Sehingga penyakit subsidi BBM dapat di pecahkan dengan menerapkan serangkaian kebijakan energi yang pokok-pokoknya diuraikan di atas

(diversifikasi, konservasi, efisiensi).

You might also like