You are on page 1of 15

ABSTRAK

Tujuan dari percobaan ketiga yang berjudul perbandingan sifat fisika dan kimia antara senyawa ion dengan senyawa kovalen adalah memepelajari sifat fisika dan kimia senyawa kovalen dan senyawa ion serta mempelajari bagaiman ajenis ikatan dan struktur molekul sifat fisika dan kimia senyawa. Jenis ikatan kimia ada dua, yakni ikatan ion dan ikatan kovalen. Jenis ikatan kimia seperti ikatan ion dan kovalen sangat mempengaruhi sifat fisik dan kimia senyawa. Pada senyawa kovalen seperti urea, isopropil alkohol, dan naftalen memiliki titik leleh rendah (<350oC) karena gaya tarik van der Waals pada senyawa kovalen yang lebih lemah. Senyawa kovalen berwujud cair/gar pada suhu kamar, larut pada pelarut non polar, sedikit menghantarkan listrik, mudah terbakar karena memiliki titik leleh rendah, serta senyawa kovalen kebanyakan mengeluarkan bau. Sedangkan senyawa ion seperti NaCl, KI, dan MgSO4 memiliki titik leleh tinggi karena gaya tarik van der Waals pada senyawa ion yang kuat, ikatan antar ion yang kuat menyebabkan senyawa ini berwujud padat pada suhu kamar, larut dalam pelaryt air, menghantarkan listrik, sukar terbakar karena titik leleh yang sangat tinggi, serta senyawa ion tidak mengeluarkan bau.

PERCOBAAN 3 PERBANDINGAN SIFAT FISIKA DAN KIMIA ANTARA SENYAWA ION DAN KOVALEN

3.1. Pendahuluan 3.1.1 Tujuan Tujuan percobaan ini adalah mempelajari sifat fisika dan kimia senyawa kovalen dan senyawa ion. Serta, mempelajari bagaimana jenis ikatan dan struktur molekul mempengaruhi sifat fisika dan kimia senyawa. 3.1.2 Latar Belakang Dalam dunia kimia, tentunya akan selalu berhubungan dengan yang namanya ikatan kimia, struktur kimia dan sejenisnya. Dimana ikatan-ikatan kimia tersebut mempunyai sifat-sifat tertentu, baik secara fisis maupun kimiawi. Ikatan kimia tersebut diketahui terbagi atas ikatan atau senyawa ion dan kovalen. Dan tentunya, senyawa ion dan senyawa kovalen memiliki sifat fisika dan kimia yang tak sama. Secara fisik, perbedaan senyawa ion dan senyawa kovalen dapat dilihat secara jelas oleh praktikan, namun apabila dilihat secara kimiawi, praktikan akan sedikit kesulitan dalam menemukan perbedaannya. Misalnya perbandingan titik leleh antara kedua senyawa tersebut yang pastinya tidak sama harga ataupun nilainya, selain itu besar daya hantarnya pun berbeda, kemudahan terbakar dan bau dari masing-masing senyawa tersebut. Perbedaan antara kedua senyawa tersebut, ion dan kovalen, dapat diketahui dengan mempelajari struktur molekul yang membentuk masing-masing senyawa terseebut.

3.2

Dasar Teori Atom-atom suatu unsur dapat bergabung antara sesamanya melalui ikatan

yang disebut ikatan kimia. Dalam proses terbentuknya ikatan kimia, perubahannya serta senyawa dari ikatan tersebut. Salah satu petunjuk dalam pembentukkan ikatan kimia adalah adanya suatu golongan unsur yang sulit membentuk senyawa kimia. Unsur ini termasuk golongan gas mulia (Petrucci, 1987). Ikatan kimia dapat terjadi jika ada daya tarik-menarik antara atom. Dan daya tarik-menarik antara atom terjadi karena ada elektron pada kulit terluar yang mempunyai kecendrungan untuk menyamai konfigurasi elektron gas mulia, dengan cara menerima atau melepaskan elektron. Atom melepas dan menerima elektron valensi untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia, atau atom dikatakan mengion. Lepasnya elektron valensi dari atau menghasilkan ion bermuatan positif yang disebut kation. Penerima elektron valensi menghasilkan ion yang bermuatan negatif yang dinamakan anion. Kecendrungan untuk menyamai konfigurasi elektron gas mulia tersebut yang melahirkan berbagai jenis ikatan, terutama ikatan ion dan ikatan kovalen (Syukri, 1999). Karena struktur elektron berbeda-beda, maka atom dapat terikat menjadi molekul dalam berbagai cara. Pada tahun 1916, seorang kimiawan Amerika bernama G. N. Lewis bersama rekannya seorang kimiawan Jerman yang bernama W. Kossel mengemukakan teori tentang ikatan kimia, yaitu: - Ikatan ion dihasilkan dari perpindahan elektron dari satu atom ke atom yang lain. - Ikatan kovalen dihasilkan dari penggunaan bersama-sama sepasang elektron oleh dua atom. - Atom memindahkan atau membuat pasangan elektron untuk mencapai konfigurasi elektron gas-mulia. Konfigurasi ini biasanya adalah delapan elektron dalam kulit terluar, sesuai dengan konfigurasi elektron dari neon dan argon, tetapi pada helium hanya terdapat dua elektron pada

kulit terluarnya. Teori ini disebut Aturan Oktet. Fessenden, 1997)

(Fessenden dan

Pada awal abad ke-20, terobosan besar yang pertama datang dari Gilbert Lewis yang mengajukan bahwa ikatan kimia melibatkan penggunaan elektron secara bersama-sama oleh atom-atom yang berikatan. Lewis menggambarkan pembentukkan ikatan pada molekul H2 sebagai:
H + H H H

Jenis pasangan elektron seperti ini adalah satu contoh dari ikatan kovalen (covalent bond), ikatan yang terbentuk dari pemakaian bersama dua elektron oleh dua atom. Senyawa kovalen (covalent compound) adalah senyawa yang hanya mengandung ikatan kovalen. Secara sederhana, pasangan elektron yang digunakan bersama sering dinyatakan dengan satu garis. Pada ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan elektron ikatan yang digunakan bersama ditarik oleh inti dari kedua atom yang berikatan. Gaya tarikan inti inilah yang berperan dalam pembentukkan ikatan kovalen dalam molekul lainnya. Untuk meramalkan ketepatan struktur lewis tersebut, dirumuskan aturan oktet. Berdasarkan aturan oktet ini, atom selain hidrogen cenderung untuk membentuk ikatan yang dikelilingi oleh hingga delapan elektron valensi. (Chang, 2003) Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk antara atom dengan pemakaian bersama sepasang elektron atau lebih. Elektron yang digunakan dihasilkan dari penggabungan orbital atom menjadi orbital yang saling digunakan. Banyaknya ikatan kovalen yang terbentuk oleh sebuah atom tergantung pada banyaknya elektron tambahan yang diperlukan agar atom itu mencapai suatu konfigurasi gas mulia. Untuk struktur yang lebih sederhana, sering kita menyimpulkan rumus lewis untuk suatu senyawa dengan komposisi yang diketahui semata-mata dari jumlah yang biasa dari ikatan yang dibentuk oleh unsur itu. (Fessenden dan Fessenden, 1997) Ikatan kovalen terjadi karena adanya pemakaian elektron secara bersamasama oleh dua atom. Contohnya pada pembentukkan ion antara sebuah atom H dengan sebuah atom Cl, dimana atom H tidak dapat memberikan elektronnya pada

atom non logam lainnya sehingga terjadi pemakaian elektron bersama-sama. (Petrucci, 1982) Ikatan ion adalah ikatan-ikatan antara ion positif dan ion negatif, karena partikel yang muatannya berlawanan tarik-menarik. Ion positif dan ion negatif dapat terbentuk bila terjadi serah terima elektron antara atom. Atom yang melepaskan elektron akan menjadi ion positif dan sebaliknya, yang menerima elektron akan menjadi ion negatif, seperti Na dan Cl.
Na Na + + e

(Cl

+ 2e 2Cl

)1 2

Na +Cl Na + +Cl

Ada beberapa ciri dari ikatan ion: Ikatan ion terbentuk karena adanya perpindahan antara sebuah atom logam dan sebuah atom non logam. Atom bukan logam memperoleh sejumlah elektron yang cukup untuk menghasilkan anion dengan konfigurasi elektron gas mulia. Kecuali dalam gas mulia, senyawa ion tidak tersusun dari pasangan ion sederhana atau sekelompok kecil ion. Dalam keadaan padat setiap ion dikelilingi oleh ion-ion yang muatanya berlawanan, membentuk suatu susunan yang berbentuk kristal. Yang dimaksud satuan rumus senyawa ion adalah sekelompok terkecil ion-ion yang bermuatan listrik netral. Satuan rumus secara otomatis dapat diperoleh bila satuan struktur lewis dituliskan. (Petrucci, 1982) Senyawa ion memiliki beberapa sifat diantaranya adalah: Titik lebur dan titik didih. Daya tarik antara ion positif dan ion negatif dalam senyawa ion cukup besar, dan suatu ion berikatan dengan beberapa ion yang muatannya berlawanan. Akibatnya, titik lebur dan titik didih senyawa ion lebih tinggi dibandingkan senyawa kovalen.

Kelarutan. Pada umumnya senyawa ion larut dalam pelarut polar (seperti air dan amonia), karena sebagian molekul pelarut menghadapkan kutub negatifnya ke ion positif dan sebagian lagi menghadapkan kutub positifnya ke ion negatif. Akhirnya, ion-ion terpisah satu sama lain.

Hantaran listrik. Hantaran listrik terjadi jika medium mengandung partikel bermuatan yang dapat bergerak bebas, seperti elektron dalam sepasang logam. Senyawa ion berbentuk padat tidak menghantarkan listrik, karena ion positif dan negatif terikat kuat satu sama lain. Akan tetapi cairan senyawa ion akan menghantarkan listrik karena ion-ionnya menjadi lepas dan bebas. Senyawa ion juga dapat menghantarkan listrik, jika dilarutkan dalam pelarut polar (misalnya air) karena terionisasi.

Kekerasan. Karena kuatnya ikatan antara ion positif dan negatif, maka senyawa ion berupa padatan keras dan berbentuk kristal. Permukaan kristal itu tidak mudah digores atau digeser. (Syukri, 1999)

3.3

Metodologi Percobaan

3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah - tabung reaksi - sudip - thermometer - pipet tetes - botol semprot - bunsen - rak tabung reaksi - gegep 3.3.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah urea, naftalen, NaCl, KI, MgSO4, Na2Co3, aseton, dan etanol. 3.3.3 Prosedur Kerja 3.3.3.1. Perbandingan Titik Leleh 3.3.3.1.1 Senyawa Kovalen 1. Dimasukkan sejumlah urea (NH2)2CO ke dalam tabung reaksi dan dimasukkan thermometer kedalamnya. 2. Dipanaskan api diatas api bunsen, dicatat suhu saat urea meleleh. 3. Diulangi langkah yang sama untuk naftalen, dicatat suhu saat mulai meleleh seluruhnya. 4. Diulangi juga langkah yang sama untuk etanol dan aseton, tapi tidak untuk menguji titik leleh, melainkan hanya untuk menguji titik lelehnya saja. 3.3.3.1.2 Senyawa Ion Karena titik leleh ion sangat tinggi, jadi praktikan tidak melakukan percobaan tersebut. 3.3.3.2. Wujud

Diamati wujud bahan-bahan senyawa seperti MgSo4., NaCl, KI, aseton 99%, Na2Co3, naftalen, KI, urea,dan etanol. 3.3.3.3 Perbandingan Kelarutan 1. Dimasukkan aquades kedalam tabung reaksi 1, ditambahkan urea, diaduk, dan diamati, ditambahkan karbon tetra klorida pada urea dalam tabung reaksi 2, diaduk dan diamati. 2. Diulangi langkah yang sama untuk bahan-bahan senyawa lainnya seperti KI,MgSo4, naftalen, aseton, etanol, NaCl, Na2Co3. 3.3.3.4. Kemudahan Terbakar 1. 2. Diletakkan beberapa tetes etanol pada sudip, dibakar pada Bunsen. Diulangi langkah yang sama untuk bahan-bahan lainnya seperti MgSo4, aseton, urea, KI, NaCl, NaCo3, dan naftalen. 3.3.3.5. Uji Bau 1. 2. Diidentifikasi bau ur Mengulangi untuk urea, naftalen, NaCl, KI, MgSo4, naftalen, NaCl, Na2Co3, dan naftalen..

3.4

Hasil Dan Pembahasan

3.4.1. Hasil Pengamatan 3.4.1.1. Tabel Perbandingan Titik Leleh No. 1. Urea Senyawa Titik leleh . 34 C 65 C 35 C

-saat mulai menddidih -saat meleleh 2. Naftalen -saat melai meleleh 3. Aseton -saat mulai meleleh 4. Etanol -saat mulai meleleh

-saat meleleh seluruhnya 50 C 46 C

-saat meleleh seluruhnya 55 C 40 C

-saat meleleh seluruhnya 71 C

3.4.1.2. Wujud No. Senyawa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. MgSo4 NaCl KI Aseton Na2Co3 Naftalen Urea Etanol Wujud Padat, serbuk putih Padat, kristal kecil putih Padat, kristal putih Cair Padat, serbuk Padat, kristal Padat, kristal putih Cair

3.4.1.3. Tabel Pengamatan kemudahan terbakar No. Senyawa Keterangan 1. MgSo4 Meleleh (padat-cair) 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. NaCl KI Na2Co3 Naftalen Urea Aseton Etanol Tidak terbakar Tidak terbakar Tidak terbakar Terbakar (padat-meleleh-padat) Meleleh (padat-cair-padat) Terbakar Terbakar

3.4.1.4. Tabel Perbandingan kelarutan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 MgSo4 NaCl KI Na2Co3 Naftalen Urea Aseton Etanol Senyawa Larut Larut Larut Larut (keruh) Tidak larut (mengapung) Tidak larut Larut Larut Keterangan

3.4.1.5. Tabel Uji Bau No Prosedur 1. MgSo4 Hasil Tidak berbau

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8..

NaCl KI Na2Co3 Naftalen Urea Aseton Etanol

Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Berbau menyengat Berbau Berbau menyangat Berbau

3.4.2. Pembahasan 3.4.2.1. Perbandingan Titik Leleh Pada percobaan ini dapat diketahui titik leleh urea adalah mulai meleleh yaitu 34 C sampai 65 C, pada naftalen suhu mulai meleleh yaitu 35 C sampai meleleh seluruhnya 50 C. Pada aseton mulai meleleh pada 46 C sampai meleleh seluruhnya 55 C, dan terakhir pada etanol suhu mulai meleleh yaitu 40 C sampai meleleh seluruhnya 76 C,. Sifat senyawa kovalen yang memiliki ikatan antar atom yang lemah dari pada senyawa ion sehingga hanya diperlukan sedikit energi(kalor) untuk merusak keadaan padatnya yang teratur menjadi keadaan cair yang lebih acak, maka urea, naftalen, aseton, dan etanol digolongkan pada senyawa kovalen. Sedangkan untuk percobaan senyawa ion tidak bisa dilakukan karena titik leleh senyawa ion yang sangat tinggi. Sebagai perbandingan dapat diperoleh dari buku referensi bahwa titik leleh senyawa ion mencapai diatas angka 350 C. Titik leleh senyawa kovalen cenderunglebih rendah dari senyawa ion karena gaya tarik Van der walls antara senyawa kovalen jauh lebih kecil dibanding gaya tarik antara dua atom dalam senyawa ion. 3.4.2.2.Wujud Wujud zat yang dimaksud disini adalah wujud zat saat suhu normal atau suhu kamar. Dari percobaan ini diketahui wujud senyawa etanol dan aseton adalah berupa cairan bening(tidak berwarna). Hal ini menunjukan

bahwa isotropil etanol dan aseton merupakan senyawa kovalen. Lemahnya ikatan antar atom senyawa-senyawa menyebabkan titik leleh senyawa kovalen tersebut sehingga kebanyakan berwujud zat cair pada suhu kamar dan ada juga berwujud padat. Sedangkan senyawa ion pada suhu kamar seluruhnya berwujud padat karena daya ikat antar senyawa-senyawa atomnya sangat kuat. Oleh karena itu untuk merusak keteraturan molekulnya yang padat memerlukan energi yang tinggi. Hal ini tampak terlihat pada saat pengamatan wujud zat senyawa ion seperti MgSo4, NaCl, Na2Co3, dan KI yang pada umumnya berwujud padat. Walaupun urea dan naftalen berwujud padat namun urea dan naftalen tetap termasuk kovalen, hal ini dapat dibuktikan pada percobaan berikutnya yaitu perbandingan kelarutan, kemudahan terbakar, dan kelarutan. 3.4.2.3. Perbandingan Kelarutan Berdasarkan data hasil percobaan diketahui senyawa seperti MgSo4, KI, NaCl larut dalam air. Sebagian molekul pelarut menghadap kekutub positifnya keion negatif akhirnya ion-ion terpisah satu sama lain dan menyebabkan larut dalam air. 3.4.2.4. Kemudahan Terbakar Senyawa kovalen umumnya adalah senyawa yang mudah terbakar, karena merupakan senyawa organik yang mengandung banyak karbon dan hidrogen. Adanya atom karbon dan hidrogen ini menyebabkan senyawa kovalen mudah bereaksi dengan oksigen membentuk H2O dan Co2 pada waktu pembakaran. Dari percobaan naftalen, etanol terbakar sedangkat urea tidak. Daya tarik antar molekul dalam ikatan kovalen adalah kecil sehingga molekulnya mudah terurai dengan dibakar. Sedangkan senyawa ion bersifat sukar terbakar, karena gaya tarik menarik antar ion-ionnya besar sehinggga tidak mudah terurai dengan

terbakar sedangkan urea tidak. Daya tarik antar molekul dalam ikatan kovalen adalah kecil sehingga molekulnya mudah terurai dengan dibakar. 3.4.2.5. Uji Bau Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa senyawa etanol, urea, aseton, dan naftalen berbau. Hal ini karena senyawa tersebut adalah senyawa kovalen yang mana salah satu sifat fisiknya pada umumnya berbau yang agak menyengat seperti pada aseton dan naftalen berbau kapur barus karena aseton dan naftalena merupakan senyawa aromatis, sedangkan senyawa ion seperti NaCl, Na2Co3, KI, dan MgSo4 tidak berbau, karena pada umumnya senyawa ion merupakan senyawa yang tersusun oleh atom dan non logam.

3.5

Penutup

3.5.1. Kesimpulan

Dari hasil percobaan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu, sebagai berikut: 1. 2. Sifat fisika dan kimia senyawa ion dan kovalen bisa dilihat berdasarkan titik lelehnya,wujud senyawa, kemudahan terbakar kelarutan dan uji bau. Senyawa kovalen etanol dan aseton berbentuk cair pada suhu kamar namun urea dan naftalen berbentuk padatan, sedangkan senyawa ion MgSo4, KI berbentuk padatan. 3. 4. 5. 6. Senyawa kovalen naftalen dan aseton berbau, etanol, urea berbau, sedangkan senyawa ion MgSo4, NaCl, Na2Co3, dan KI tidak berbau. Sifat fisika dan kimianya juga ditentukan oleh struktur molekul yang membentuk senyawa. Naftalen, urea, aseton, dan etanol merupakan contoh senyawa kovalen. NaCl, Na2Co3, MgSo4, dan KI merupakan contoh senyawa ion.

3.5.2. Saran Pada percobaan titik leleh, praktikum harus teliti dalam mengamati suhu saat mulai meleleh sampai seluruhnya hingga dapat hasil yang tidak jauh dari teorinya.

DAFTAR PUSTAKA

Brody, J.E . Kimia Dasar Asas dan Struktur. Jilid I Edisi ke 5. Jakarta : Binarupa aksara Brody. E.James, 1999 . Kimia Universitas : Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara Chang, R, 2003 . Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi Ketiga Jilid 1 hal. 265. Jakarta : Erlangga Fessenden, R. J. dan Fessenden, S. J, 1997 . Kimia Organik. Edisi Ketiga Jilid 1 Hal. 7-9. Jakarta : Erlangga Keenam. Kleinfester, wood, 1996. Kimia Untuk Universitas . Jakarta : Erlangga Pettrucci, R. H, 1987. Kimia Dasar Prinsip dan terapan modern. Jilid 1 Jakarta : Erlangga Syukri, S, 1999. Kimia Dasar . Bandung : ITB

You might also like