You are on page 1of 6

GERAKAN PEMBEBASAN PEREMPUAN INDONESIA

GENDER dan PEMBEBASAN PEREMPUAN Apabila jenis kelamin adalah pembedaan pria dan wanita berdasarkan perbedaan biologis yang benar-benar dimilikinya, artinya sesuatu yang alamiah, maka gender adalah sebuah konstruksi sosial bagi perempuan dan lakilaki berkenaan dengan penciptaan pembedaan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki, sifat-sifat yang seharusnya dimiliki oleh perempuan dan laki-laki, singkatnya adalah segala macam pembedaan antara laki-laki dan perempuan yang tidak berdasarkan sesuatu yang bersifat alamiah, yang bersifat biologis. Gender sengaja diciptakan untuk kepentingan kelas yang berkuasa. Gender pertama kali tercipta ketika berakhirnya masyarakat komunal dan mulai dikenalnya kepemilikan pada awal jaman perbudakan. Ketika umat manusia mulai mengenal adanya kepemilikan, maka kemudia n terbentuklah pembagian kerja secara sosial antara perempuan dan laki-laki. Perempuan yang secara biologis memiliki kemampuan untuk bereproduksi, kemudian ditempatkan di rumah untuk menjaga ternak, menjaga budak-budak yang merupakan tawanan perang. Secara perlahan tapi pasti, perempuan dijauhkan dari proses produksi, dan kemudian dalam perjalan selanjutnya, perempuan semakin didomestik-an dalam tugas-tugas rumah tangga. Pendomestikan perempuan ini kemudian menjadi suatu budaya yang mengakar kuat dalam masyarakat sampai sekarang. Perempuan dan laki-laki kemudian dikonstruksikan secara sosial untuk menjadi seseorang seperti yang telah menjadi 'kesepakatan' bersama 1): Tubuh Pikiran Alam Kebudyaan Emosi Akal Subjektif Objektif Privat Publik Sifat-sifat yang di sebelah kiri dikonstruksikan untuk menjadi sifat-sifat perempuan sedangkan yang sebelah kanan adalah milik laki-laki. Perempuan dikategorikan sebagai mahluk yang lemah, yang emosional sehingga dalam tugas dan tanggungjawabnya, tempat perempuan adalah dalam ruang-ruang privat (dalam rumah). Sifatnya yang emosional, subjektif menyebabkan perempuan tidak mampu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan logika, akal sehat dan keobjektifan. Sementara laki-laki adalah sosok yang mampu berpikir, mampu mengolah alam menjadi sebuah kebudayaan, mampu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sulit yang memerlukan keobjektifan, logika dan akal sehat. Perempuan adalah sosok pengabdi, penurut, pihak yang dipimpin, sementara laki-laki adalah sosok pengambil keputusan, sang pemimpin. Itulah gambaran yang diberikan untuk laki-laki dan perempuan. Sialnya, konstruksi ini telah dibentuk dan dilestarikan selama berabad-abad oleh umat manusia dan menjadikannya seolah-olah sesuatu yang alamiah, yang biasa, dan kelompok-kelompok yang mencoba untuk menentangnya kemudian dianggap aneh. Begitu mengakarnya konstruksi sosial yang telah dianggap sebagai sesuatu yang alamiah, yang kodrati, menyebabkan pelestari perlakuan ini termasuk juga perempuan. Contohnya adalah perlakuan berbeda kepada anak perempuan dan laki-laki oleh seorang ibu mulai dari hal yang sepele seperti warna kamar ketika si anak lahir atau pemberian permainan yang berbeda. Konstruksi sosial ini kemudian mempengaruhi perilaku sehari-hari. Terdapat pembedaan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki didasarkan atas internalisasi gender dalam masyarakat yang mempengaruhi hak-hak dan kewajiban perempuan dan laki-laki. Contoh yang telah terjadi dalam masyarakat, yang diakibatkan oleh asumsi seperti di atas dan telah merampas hak-hak normatif perempuan : 1. Selama berabad-abad perempuan tidak memiliki hak pilih politik. 2. Dalam masyarakat, perempuan dinomordukan dalam hal hak memperoleh pendidikan 3. Karena kepala keluarga adalah seseorang laki-laki, sampai saat ini masih terdapat penolakan permohonan kredit oleh perempuan.

Seperti telah disebutkan diatas begitu hebatnya propaganda tentang 'kodrat' perempuan oleh kelas yang berkuasa, menyebabkan perempuan ikut melestararikan proses tersebut. Secara psikologis pun, banyak perempuan yang sulit untu melepaskan diri dari stereotipe yang telah diciptakan, menjadi ragu untuk mengambil bagian dalam segala kegiatan yang bersifat publik seperti berpolitik karena dianggap politik adalah bagian laki-laki. Banyak kaum perempuan yang tidak berani untuk mengungkapkan kekerasan domestik yang dialaminya karena stereotipe selama ini bahwa kaum perempuan adalah penjaga dan pemelihara keutuhan keluarga. Praktek-praktek gender telah merambah berbagai bidang, mulai dari tingkah laku sehari-hari, bahasa yang digunakan sampai ilmu pengetahuan : 1. Pembedaan antara perempuan dan laki\laki berdasarkan gender telah tertanam sejak lahir. Hambpir di seluruh masyarakat, tertanam hal-hal seperti ini : PEREMPUAN LAKI-LAKI SIFAT Lemah lembut, mengasuh, lemah secara fisik, feminin, emosional, teliti, rapi Kuat, percaya diri, kompetitif, rasional, macho, mandiri PERAN & TANGGUNGJAWAB Merawat, melahirkan, memasak Kepala rumah tangga, pencari nafkah, pemilik, pengelola kepemilikan, aktif dalam politik, agama, bisnis dan pekerjaan PERMAINAN Boneka, belajar memasak, aktivitas di dalam rumah Kapal terbang, memanjat, mobil, pistol, aktifitas di luar rumah Perlakuan yang berbeda yang dialami sejak kanak-kanaik ini terinternalisasi dan akan mempengaruhi pilihan aktifitas dikemudian hari. 2. Bahasa adalah suatu instrumen komunikasi yang mencerminkan budaya, pemikiran-pemikiran yang berkembang dalam masyarakat pemakainya. Bukti telah terinternalisasi-nya gender dalam masyarakat dapat juga tampak dalam bahasa yang digunakan : a. Bahasa yang menunjukkan bahwa sejarah adalah milik laki-laki . Penggunaan kata-kata seperti mankind (manusia) dibandingkan humankind, chairman (ketua) dibandingkan chairperson, sportsman (olahragawan) dibandingkan sportsperson, menunjukkan bagaimana ruang-ruang publik didesain, dikonstruksikan sebagai milik lakilaki. b. Bahasa yang bersifat gender ascriptive (bahasa yang melekatkan gender di dalamnya). Contoh adalah pamanbibi, ibu-bapak, saudara perempuan-saudara laki-laki. Kata-kata ini bukan saja berarti sebuah panggilan, tetapi juga telah melekatkan apa yang menjadi tanggungjawab ibu, tanggungjawab bapak dan seterusnya. c. Bahasa yang secara tidak langsung menunjukkan kepada peran laki-laki dan perempuan. Jururawat, sekretaris, guru taman kanak-kanak adalah pekerjaan yang dikategorikan sebagai pekerjaan perempuan, sebaliknya manager, insinyur, teknisi dikategorikan sebagai pekerjaan laki-laki. Pengkategorian pekerjaan ini berkaitan dengan pembedaan yang diterima sejak kecil seperti yang disebutkan pada nomor 1. Gender tidaklah bersifat sama untuk setiap waktu untuk setiap tempat. Gender selalu berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat. Contohnya adalah di Indonesia saat ini kesempatan memperoleh pendidikan bagi perempuan sudah lebih besar dibandingkan dulu. KAPITALISME dan PENINDASAN PEREMPUAN Sistem kapitalisme adalah sistem ekonomi dimana modal dimiliki oleh sekelompok kecil individu, sementara sebagian besar lainnya bekerja sebagai buruh yang tidak memiliki akses terhadap alat produksi. Pembagian kerja secara sosial semakin tampak dalam sistem kapitalisme. Dalam kacamata ini, seorang perempuan buruh tertindas karena kelasnya. Kapitalisme ternyata mengadopsi, memanfaatkan, dan mellestarikan gender untuk kepentingan akumulasi modalnya. Sistem kapitalisme semakin mendomestikkan perempuan ketika proses produksi dikonstentrasikan di suatu tempat dan menjauhkannya dari akses perempuan. Pada awal perkembangan kapitalisme, ketika jarang sekali perempuan yang terlibat dalam proses produksi dengan pemitosan bahwa peran utama perempuan adalah mengurus keluarga, pemilik modal setidaknya telah mengambil dua keuntungan dari kondisi ini. Pertama adalah mengelakkan tanggungjawab sosialnya terhadap para pekerja yang bekerja bagi kepentingannya. Sebuah penelitian di Australia

menunjukkan bahwa pemilik modal telah menghemat (pada saat penulisan data tidak dibawa, akan ditunjukkan pada saat kongres) untuk unhpaid job (pekerjaan yang tidak dibayar) yang dilakukan oleh ibu rumah tangga. Unpaid job ini seharunya adalah tanggungjawab pemilik modal. Keuntungan kedua yang diambil oleh pemilik modal dengan dilestarikannya peran domestik perempuan menikah adalah terjaminnya ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas. Dalam sistem kapitalime, keluarga berfungsi sebagai reproduksi tenaga kerja. Masyarakat berubah, dan saat ini lumrah ketika perempuan bekerja. Meskipun begitu ternyata stereotip yang berkembang dalam masyarakat tentang perempuan dan laki-laki tidak mengalami perubahan. Perempuan dianggap lebih layak untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan admininstratif, yang memerlukan ketelitian seperti stereotip yang berkembang selama ini di masyarakat. Perempuan yang bekerja tidak bebas dari perlakuan gender, bertitik tolak dari asumsi bahwa perempuan menikah yang bekerja dianggap sebagai pencari nafkah tambahan, karena pencari nafkah utama, seorang kepala keluarga tetaplah laki-laki, akibatnya : 1. Hal ini berdampak pada sistem pengupahan yang memberikan tunjangan istri, dan anak bagi laki-laki, sebaliknya tidak ada tunjangan untuk suami dan anak bagi perempuan menikah yang bekerja. 2. Perempuan menjadi prioritas utama ketika perusahaan harus mem-PHK buruhnya. Bagi pengusaha dan pemerintah, resiko sosialnya akan lebih rendah ketika memecat buruh perempuan dibandingkan buruh laki-laki. GERAKAN FEMINIS Gerakan pembebasan perempuan sering disebut sebagai gerakan feminis. Gerakan feminis bukanlah gerakan yang tunggal, banyak varian-variannya, yang berasal dari perbedaan analisa tentang sumber penindasan terhadap kaum perempuan. Otomatis, perbedaan analisa ini akan juga mempengaruhi gerak langkah setiap aliran. Secara garis besar, ada tiga mainstream gerakan feminis, yaitu : a. Feminis liberal (radikal) b. Feminis marxist (revolusioner) c. Feminis sosialis. Femins radikal Aliran feminis radikal beranggapan bahwa sumber penindasan bagi perempuan adalah adanya sistem patriarki dalam masyarakat. Sistem patriarki ini timbul dari konstruksi sosial yang membentuk peran perempuan dan laki-laki di mana konstruksi sosial ini menempatkan laki-laki dalam posisi yang superior dibandingkan perempuan. Beberapa definisi patriarki oleh pemerhati gerakan feminis : 1. Max Weber : patriarki adalah suatu organisasi kekeluargaan yang unik dimana ayah mendominasi anggota keluarga lainnya sekaligus mengontrol roduksi ekonomi yang ada di keluarga tersebut. 2. Sylvia Walbi dalam bukunya Theorising Patriarchy, menyatakan bahwa patriarki adlaah sistem dari struktur dan praktik-praktik sosial dimana kaum laki-laki menguasai, menindas dan menghisap kaum perempuan. 3. Heidi Hartmann mengatakan bahwa patriarki adalah hubungan sosial yang bersifat hirarkis antara laki-laki, solidaritas diantara mereka yang memungkinkan mereka dapat mengontrol perempuan 4. Patriarki bagi Muller adalah sistem sosial yang status wanitanya terutama ditentukan oleh orang yang berada dibawah perwalian suami, ayah dan saudara laki-laki mereka. Aliran feminis beranggapan bahwa sistem patriarki, yang merupakan representasi dari relasi gender yang terjadi dalam masyarakat, sangat berakar dalam masyarakat dan menjadi sebuah budaya yang dianggap alamiah. Begitu mengakarnya sehingga seorang perempuan menikah yang bekerja akan tetap terpanggil, dan merasa bersalah apabila tidak melakukan kodratnya sebagai ibu rumah tangga. Ada ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat, yang harus dilawan. Keadilan dan kesetaraan gender perlahan akan menghapus budaya patriarki. Program-program yang umum diperjuangkan adalah : 1. Menuntut hak terhadap akses ekonomi (upah, pemberian kredit) yang sama antara perempuan dan laki-laki. 2. Menuntut hak memperoleh pendidikan yang sama antara laki-laki dan perempuan 3. Menuntut adanya pembagian tanggungjawab yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Keluarga adalah tanggungjawab bersama. 4. Hak waris yang sama antara laki-laki dan perempuan 5. Hak politik yang sama antara laki-laki dan perempuan. 6. Pemberdayaan perempuan sehingga secara ekonomi perempuan dapat mandiri.

7. Penyadaran kepada kaum perempuan untuk berani mengungkapkan kekerasan domestik yang dialaminya seperti pemerkosaan, pemukulan,dan lain-lain kepada publik. Slogannya adalah mempublikkan masalah-masalah domestik. Feminis marxist Aliran marxist dan aliran sosialis sama-sama menentang konsep patriarki sebagai sumber penindasan perempuan karena dianggap meletakkan entitas biologi sebagai poin penindasan. Basis analisa feminist marxist adalah penindasan kelas yang terjadi dalam sistem kapitalisme. Dalam analisa kelas terdapat konsep bangunan sosial dalam masyarakat yang terdiri atas bangunan bawah (supra struktur) yaitu produksi ekonomi sosial dan bangunan atas (infrastruktur) yaitu budaya, politik, agama, ideologi, hukum dan lain-lain. Bangunan bawah akan mempengaruhi, menentukan corak bangunan atas. Bangunan bawah berdialektika megikuti apa yang terjadi dalam bangunan bawah. Dalam pandangan feminis marxist, sumber dari penindasan terhadap perempuan adalah penindasan kelas. Varianvariannya seperti perbedaan upah, pern-domestik-an perempuan, pembungkaman politik perempuan bersumber dari sistem kapitalis itu sendiri. Feminis marxis menganalisa bahwa penindasan gender seperti yang dipercayai oleh feminis radikal, ditentukan, dibentuk oleh apa yang terjadi dalam produksi ekonomi sosial(bangunan bawah). Menurut aliran feminis marxist : 1. Keuntungan dari penindasan tidak dapat dilihat sebagai keuntungan laki-laki secara keseluruhan karena ternyata laki-laki pun tertindas dan hasil dari produksi kapital tidak dinikmati oleh laki-laki secara keseluruhan, melainkan olehh kelas pemilik alat-alat produksi (baik laki-laki maupun perempuan) 2. Usaha untuk tetap mempertahankan penindasan terhadap perempuan dengan mempertahankan kultur patriarki bukanlah kemauan seluruh laki-laki melainkan oleh kelompok pemilik modal Argumen yang diberikan oleh kelompok feminis marxist terhadap kekerasan domestik yang sering dialami oleh perempuan adalah dengan logika ideologi dominan dalam masyarakat. Mereka mengutip apa yang diungkapkan oleh Marsx : Kelas yang berkuasa di setiap zaman sekaligus adalah ide yang berkuasa. Artinya, kelas yang menguasai kekuatan materil masyarakat, sekaligus menguasai kekuatan intelektual masyarakat yang bersangkutan. Artinya, penindasan yang dilakukan oleh laki-laki buruh hanyalah suatu proses peniruan dari model penindasan yang terjadi dalam sistem kapitalis. Demikian juga yang terjadi dengan buruh perempuan, merupakan peniruan dari perempuan kelas pemilik kapital dengan menjadi korban dari iklan-iklan yang terdapat media borjuis. Berdasarkan argumen-argumen diatas, maka kelompok feminis marxist melihat bahwa seharusnya gerakan pembebasan kaum perempuan bagian gerakan pembebasan kaum buruh. Feminis sosialis. Aliran feminis sosialis berangkat dari teori-terori marxis revolusioner. Maka tak aneh bila akan banyak irisan-irisan yang antara feminis marxis dan feminis sosialis. Hanya ada beberapa hal dari feminis marxis yang menurut analisa feminis sosialis terlalu determinis dalam memandang persoalan penindasan perempuan. Kesamaan analisa antara feminis sosialis dan feminis marxist adalah bahwa di bawah sistem kapitalis, perempuan sebagai buruh memang tertindas. Ketertindasan kelas ini bebas dari seksisme karena penindasan kelas bersumber dari adanya kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi. Kritik feminis sosialis atas feminis marxist adalah : 1. Dalam pandangan feminis marxist, keluarga adalah lembaga ideologis yang fungsinya menterjemahkan kondisi sosial yang terjdai dalam hubungan sosial produksi. Sementara dalam pandangan feminist radikal, keluarga adalah lembaga ideologis yang melanggengkan sistem patriarki. Menurut analisa feminis sosial, argumen dari masing0masing kelompok terlalu menyederhanakan dan tidak dapat menjawab fenomena yang terjadi dalam keluarga kelas pekerja. Keluarga, dalam pandangan feminis sosialis tidak dapat dilihat hanya sebagai alat dari kelas yang berkuasa saja. Humprhies dalam bukunya menyebutkan dalam berbagai kasus terjadi perlawanan keluarga kelas pekerja

terhadap kelas borjuasi. Ada yang namanya solidaritas diantara kelaurga kelas pekerja yang dapat mempertahankan integritas dan otonomi kelas pekerja. Dalam bukunya, Perjuangan Kelas dan Kelestarian Keluarga Kelas Pekerda, Humphries mencontohkan pemogokan buuh tahun 1998 oleh keluarg kelas pekerja di Korea karena adanya peraturan perundang-undangan yang dianggap merugikan keluarga kelas pekerja. (Sayang, sampai tulisan ini dibuat penulis belum menemukan buku yang dimaksud. Tulisan ini merujuk pada tulisan lain). 2. Bagi aliran sosialis, melihat bahwa ideologi harus dilihat sebagai produk dari artikulasi-artikulasi yang kompleks dimana mencakup bermacam struktur di dalamya, seprti corak produksi, ideologi kekuasaan, citra/penggambaran sesuatu.. Ideologi tidak dapat hanya dapat dilihat sebagai suatu hal yang tercipta oleh kondisi ekonomi. Citra ini tercermin dalam gaya bahasa dan kultur penindasan yang terjadi. Dalam membahas aliran-aliran feminis yang berkembang dalam masyarakat, sebaiknya kita tidak terjebak dalam pengistilahan, karena dalam beberapa literatur yang ada, pengklasifikasian ini ternyata tidak sama. posted by Artha Nugraha Jonar @ Sunday, November 21, 2004

0 comments:

Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (John M. echols dan Hassan Sadhily, 1983: 256). Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara lakilaki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Dalam buku Sex and Gender yang ditulis oleh Hilary M. Lips mengartikan Gender sebagai harapanharapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Misalnya; perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciridari sifat itu merupakan sifat yang dapat dipertukarkan, misalnya ada laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain (Mansour Fakih 1999: 8-9). Heddy Shri Ahimsha Putra (2000) menegasakan bahwa istilah Gender dapat dibedakan ke dalam beberapa pengertian berikut ini: Gender sebagai suatu istilah asing dengan makna tertentu, Gender sebagai suatu fenomena sosial budaya, Gender sebagai suatu kesadaran sosial, Gender sebagai suatu persoalan sosial budaya, Gender sebagai sebuah konsep untuk analisis, Gender sebagai sebuah perspektif untuk memandang kenyataan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa gender merupakan aspek hubungan sosial yang dikaitkan dengan diferensiasi seksual pada manusia. Istilah gender yang berasal dari bahasa Inggris yang di dalam kamus tidak secara jelas dibedakan pengertian kata sex dan gender. Untuk memahami konsep gender, perlu dibedakan antara kata sex dan kata gender. Sex adalah perbedaan jenis kelamin secara biologis sedangkan gender perbedaan jenis kelamin berdasarkan konstruksi sosial atau konstruksi masyarakat. Dalam kaitan dengan pengertian gender ini, Astiti mengemukakan bahwa gender adalah hubungan laki-laki dan perempuan secara sosial. Hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan dalam pergaulan hidup sehari-hari, dibentuk dan dirubah Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

http://www.scribd.com/doc/2591144/-Konsep-Gender http://go-blogmedia.blogspot.com/2009/09/perbedaan-roman-novel-dancerpen.html

You might also like