You are on page 1of 12

Trauma Mata y Klasifikasi o Mekanik  Trauma tajam  Trauma tumpul  Trauma benda asing : debu, pecahan logam, pasir,

tanah, pecahan kaca, peluru, hewan,

o Non mekanik  Trauma kimia  Trauma termik  Radiasi MEKANIK Trauma tumpul  Definisi Diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat (Ilyas)

 Etiologi Benda-benda tumpul kock, kena tinju  Manifestasi


Trauma tumpul y y y y y y y y y Orbita fraktur tulang orbita, fraktur tulang naso orbita, atrofi n.II, Palpebra hematom palpebra, bleparospasme, lagoftalmus, Konjungtiva kemosis, ekimosis, Kornea edema kornea, erosi kornea, ruptur kornea, COA hifema, dapat menyebabkan glaukoma sekunder Iris iridodialisis, iridosiklitis traumatika, iridoplegia Lensa katarak traumatika Koroid ruptur koroid, perdarahan koroid Retina ruptur retina, perdarahan retina, pergeseran papil N.II, ablasio retina

 Hematoma kelopak Pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra akibat pukulan tinju Merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk kaca mata hitam yang sedang dipakai hematoma kaca mata (terjadi akibat pecahnya a.oftalmika merupakan tanda fraktur basis kranii

Terapi : dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak mata  Trauma tumpul konjungtiva y Edema konjungtiva Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara l angsung kena angin tanpa dapat mengedip edema pada konjungtiva Kemotik konjungtiva yang berat palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva Terapi : pada edema konjungtiva diberikan dekongestan untuk mencegah membendungnya cairan di dalam selaput lendir konjungtiva. Pada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan insisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar  Hematoma subkonjungtiva Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah konjungtiva, seperti a.konjungtiva dan a.episklera. Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat : a. Batuk rejan b. Trauma tumpul basis kranii (hematoma kaca mata) c. Pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah (pada lanjut usia) hipertensi, aterosklerosis, konjungtivitis, anemia, dan obatobat tertentu Pemeriksaan funduskopi, tekanan bola mata rendah, pupil lonjong, tajam penglihatan turun dan hemetoma subkonjungtiva eksplorasi bola mata untuk mecari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli Terapi : kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati  Trauma tumpul pada kornea  Edema kornea Dapat disebabkan oleh trauma tumpul yang keras malahan dapat menyebabkan ruptur membran descement Menifestasi : penglihatan kabur dan terlihat pelangi disekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea terlihat keruh dengan uji plasido yang positif Terapi : larutan hipertonik (NaCl 5%) atau larutan garam hipertonik 28%, glukose 40%, dan larutan albumin. Bila tekanan bola mata meningkat asetazolamida (untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan) Penuyulit : kerusakan m.descemet yang lama keratopati bulosa keluhan : rasa sakit dan menurunkan tajam penglihatan akibat astigmatisme ireguler  Erosi kornea Terkelupasnya epitel kornea yang diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea Manifestasi : mata sakit erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan terganggu akibat kornea keruh

Diagnosis : kornea akan terlihat defek diberi pewarna fluoresen hijau. Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa taham penglihatan dan menghilangkan rasa sakit yang sangat. Terapi : epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikelupas. Untuk mencegah infeksi bakteri antibiotika (spektrum luas neosporin, kloramfenikol, dan sulfasetamid tetes mata) Erosi kornea rekuren Akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak metaherpetik Terapi : sikloplegik (menghilangkan rasa sakit atau mengurangi gejala radang uvea yang akan timbul). Pemakaian kontak lensa lembek membantu mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak dipengaruhi oleh kedipan kelopak mata

 Trauma tumpul uvea  Iridoplegia Trauma tumpul dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter pupil pupil melebar / midriasis pupil tidak sama besar / anisokoria Sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi silau Terapi : disuruh istirahat (mencegah terjadinya kelelahan sfingter) dan pemberian roboransia  Iridodialisis Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya Pupil lonjong dan biasanya terjadi bersama hifema Terapi : pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas  Hifema Darah di dalam bilik mata depan akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar Pasien akan mengeluh sakit, epifora, dan blefarospasme Terapi : pasien tidur dengan tempat tidur ditinggikan 30 0 pada kepala, diberi koagulasi, mata ditutup. Asetazolamida terjadi penyulit glaukoma Zat besi dalam bola mata siderosis bulbi didiamkan menyebabkan ftisis bulbi dan kebutaan  Trauma tumpul pada lensa  Dislokasi lensa Terputusnya zonula zinii kedudukan lensa terganggu  Subluksasi lensa Putusnya zonula zinii lensa berpindah tempat. Dapat juga akibat zonula zinii yang rapuh (sindr. Marphan) Lensa menjadi cembung miopi. Bisa juga mendorong iris sudut tertutup glaukoma sekunder  Luksasi lensa 1. Anterior Trauma zonula zinii lepas, lensa masuk ke bilik mata depan gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata glaukoma kongestif akut

Mengeluh penurunan penglihatan mendadak, rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah, blefarospasme Terdapat injeksi siliar berat, edema kornea, iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata meningkat Terapi : rujuk ke dokter mata keluarkan lensa dan diberi asetazolamide untuk menurunkan tekanan bola mata 2. Posterior Trauma zonula zinii lepas, lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli Mengeluh : skotoma, mata tanpa lensa / afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa + 12 dioptri untuk jauh  Trauma tumpul retina dan koroid  Edema retina dan koroid Edema retina selain di daerah makula cherry red spot yang berwarna merah Pada daerah makula tidak cherry red spot  Ablasi retina Funduskopi : retina terlihat abu-abu dengan pembuluh darah terlihat terangkat dan berkelok-kelok  Trauma koroid Ruptur koroid Trauma perdarahan subretina ruptur koroid Bila terletak atau mngenai makula tajam penglihatan menurun dengan sangat  Trauma tumpul saraf optik  Avulsi papil saraf optik Turunnya tajam penglihatan yang berat sering berakhir dengan kebutaan Dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya  Optik neuropati traumatik (Ilyas)

 Diagnosis Anamnesis : - Penyebabnya - Proses terjadinya trauma - Penanganan Segera - Prakiraan Visus sebelumnya - Hubungan Trauma dan visus
PF o Visus o Inspeksi (dari segmen depan sampai belakang) o Pemeriksaan Gerak bola mata (Posisi, Gerakan, Kedudukan) (Kuliah dr.Christina)

 Penatalaksanaan

 Komplikasi Kebutaan
Trauma tajam  Definisi Trauma yang disebabkan benda tajam

 Etiologi Benda tajam pisau, lidi, panah, pecahan kaca  Manifestasi


Trauma tajam y y y y y y y y Orbita Fraktur tulang orbita Palpebra rupture palpebra, perdarahan palpebra, bleparospasme Konjungtiva ruptur konjungtiva, edema konjungtiva, perdarahan konjungtiva Kornea ruptur kornea, Iris robekan pada iris, glaukoma sekunder pasca trauma Lensa katarak traumatika Koroid ruptur koroid, perdarahan koroid Retina ruptur retina, perdarahan retina, pergeseran papil N.II

 Diagnosis Anamnesis : - Penyebabnya - Proses terjadinya trauma - Penanganan Segera - Prakiraan Visus sebelumnya - Hubungan Trauma dan visus
PF o Visus o Inspeksi (dari segmen depan sampai belakang) o Pemeriksaan Gerak bola mata (Posisi, Gerakan, Kedudukan) (Kuliah dr.Christina)

 Penatalaksanaan  Komplikasi
Non mekanik Trauma kimia  Definisi

 Etiologi

Produk Acids Toilet cleaner Batteryfluid Pool cleaner bleaches Alkalies Drain cleaner

Chemical Sulfuric acid (80%) Sulfuric acid (30%) Sodium or calsium hypochlorite Sodium hypochlorite Sodium or potassium hydroxide Ammonium hydroxide Sodium tripolyphosphate Sodium hydroxide

pH 1,0 1,0 1,0 1,0

14

Ammonia Dishwasher detergent Over cleaner (Kuliah dr.Christina)

12,5 12,0 14

 Klasifikasi A. Trauma asam  Mekanisme  Trauma Asam Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organic (asetat,formiat), dan organic anhidrat (asetat,formiat), dan organic anhidrat (asetat). Bila bahan asam mengenai mata akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superficial saja. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap trauma basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih dalam. Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma. Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu.  Manifestasi  Diagnosis  Penatalaksanaan
Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang segera harus dilakukan karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat. Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologik atau air bersih lainnya selama mungkin dan paling sedikit 15-30 menit.

Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang tersedia pada saat itu seperti dengan air keran, larutan garam fisiologik, dan asam borat. Anestesi topical diberikan pada keadaan dimana terdapat blefarospasme berat. Untuk bahan asam dipergunakan larutan natrium bikarbonat 3%, sedang untuk basa larutan asam borat, asam asetat 0,5% atau buffer asam asetat pH 4,5% untuk menetralisir. Diperhatikan kemungkinan terdapatnya benda asing penyebab luka tersebut. Untuk bahan basa diberikan EDTA . Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika tropical, sikloplegik dan bebat mata selama mata masih sakit. Regenerasi epitel akibat asam lemah dan alkali sangat lambat yang biasanya sempurna setelah 3-7 hari. (Ilyas)

 Komplikasi
B. Trauma basa (gambar??)  Mekanisme Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata. Alkali aman menembus dengan cepat kornea, CoA, dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan kaustik soda dapat menembus ke dalam CoA dalam waktu 7 detik. Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah bertambah kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola mata akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita. Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan dalam : o Derajat 1: hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata o Derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel kornea o Derajat 3 : hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea o Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 90% Tindakan bila terjadi trauma basa adalah dengan secepatnya melakukan irigasi dengan garam fisiologik. Sebaiknya irigasi dilakukan selama mungkin. Bila mungkin irigasi dilakukan paling sedikit 60 menit segera setelah trauma. Penderita diberi sikloplegi, antibiotika, EDTA untuk mengikat basa. EDTA diberikan segera setelah 1 minggu trauma alkali diperlukan untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk padahari ke tujuh. Penyulit yang dapat timbul akibat trauma alkali adalah simblefaron, kekeruhan kornea, edema, dan neovaskularisasi kornea, katarak, disertai dengan terjadi ftisis bola mata. Berat ringannya trauma tergantung : a. Volume

b. Konsentrasi c. Kesepatan difusi

 Manifestasi  Diagnosis  Penatalaksanaan


Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang segera harus dilakukan karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat. Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologik atau air bersih lainnya selama mungkin dan paling sedikit 15-30 menit. Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang tersedia pada saat itu seperti dengan air keran, larutan garam fisiologik, dan asam borat. Anestesi topical diberikan pada keadaan dimana terdapat blefarospasme berat. Untuk bahan asam dipergunakan larutan natrium bikarbonat 3%, sedang untuk basa larutan asam borat, asam asetat 0,5% atau buffer asam asetat pH 4,5% untuk menetralisir. Diperhatikan kemungkinan terdapatnya benda asing penyebab luka tersebut. Untuk bahan basa diberikan EDTA . Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika tropical, sikloplegik dan bebat mata selama mata masih sakit. Regenerasi epitel akibat asam lemah dan alkali sangat lambat yang biasanya sempurna setelah 3-7 hari. (Ilyas)

 Komplikasi Symblepharon : perlekatan konjungtiva bulbi dengan konjungtiva palpebra Ankyloblepharon : perlekatan tepi palpebra atas dan bawah Iridosiklitis : radang pada iris dan korpus siliaris

Trauma Radiasi Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah sinar infra merah, sinar ultraviolet, sinar X dan sinar terionisasi a) Trauma Sinar Infra Merah Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari dan pada saat bekerja di pemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat terkonsentrasinya sinar infra merah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan mengeluarkan sinar infra merah. Bila seseorang berada pada jarak 1 kaki selama satu menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya lebar atau midriasis maka suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat celsiud. Demikian pula iris yang mengabsorbsi sinar infra merah akan panas sehingga nerakibat tidak baik terhadap kapsul lensa

didekatnya. Absorbsi sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa. Akibat sinar ini pada lensa maka katarak mudah terjadi pada pekerja industri gelas dan pemanggangan logam. Sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis superficial, katarak kortikal anterior-posterior dan koagulasi pada koroid. Bergantung pada beratnya lesi akan terdapat akibat buruk yang sudah terjadi kesuali mencegah terkenanya mata oleh sinar infra merah ini. Steroid sistemik dan local diberikan untuk mencegah terbentuknya jaringan parut pada macula atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul. b) Trauma Sinar Ultra Violet (SInar Las) Sinar ultraviolet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat, mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM. Sinar ultra violet banyak terdapat pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari di atas salju. Sinar ultra violet akan segera merusak epitel kornea.. Sinar ultraviolet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap. Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mara sangat sakit, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik. Kornea akan menunjukkan adanya infiltrate pada perukaannya, yang kadangkadang disertai dengan konea yang keruh dengan uji flouresein positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura palpebra. Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanent sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea. Keratitis dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultraviolet sehingga gambaran keratitisnya menjadi berat. Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika local, analgesic,dan mata ditutup ntuk selama 2-3hari. Biasanya sembuh setelah 48jam. c) SInar Ionisasisan sinar X Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk : - sinar alfa yang dapat diabaikan - sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan - sinar gama dan - sinar X Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakbatkan katarak dan rusaknya retina. Dosis kataraktogenik bervariasi dengan energi dan tipe sinar, lensa yang lebih muda lebih peka. Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri dari sel epitel secara tidak normal. Sedang sel baru yang berasal dari sel germinatif lensa tisak menjadi panjang. Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yangdiakibatkan diabetes mellitus berupa dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneurismata dan eksudat.

Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang mengakibatkan kerusakan permanent yang sukar diobati. Biasanya kaan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis ringan. Pada keadaan yang berat akan mengakibatkan parut konungtiva atrofi sel goblet yang akan mengganggu fungsi air mata. Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topical dengan steroid 3X sehari dan sikloplegik satu kali sehari Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan.

DIAGNOSIS SECARA UMUM TRAUMA a. Anamnesis Anamnesis yang teliti sangat penting : Penggunaan palu dan alat pahat dapat melepaskan serpihan -serpihan logam yang akan menembus bola mata dan hanya meninggalkan petunjuk perdarahan subkonjungtiva yang mengindikasikan adanya penetrasi sklera dan benda asing yang tertinggal y Kawat yang tegang, atau paku dapat menembus kornea dengan cepat, kadang menghasilkan jalur yang hampir tidak terlihat y Trauma tumpul pada mata juga dapat menyebabkan kerusakan orbita (blow -out fracture) y Sangat penting untuk menentukan sifat bahan kimia yang mungkin mengalami kontak dengan mata. Basa kuat menembus jaringan anterior mata dan dapat dengan cepa menyebabkan kerusakan t ireversibel. Seperti pada semua pengambilan anamnesis, penting untuk menanyakan tentang riwayat mata dan Kebutaan pengobatan sebelumnya. - Definisi Ditanyakan mengenai : proses terjadinya trauma, bagaimana dan bahan benda yang mengenai mata, arah Tajam penglihatan 3/60 atau lebih rendah perlu ditanyakan dikoreksi. dan kecepatan benda, bila terdapat pengurangan penglihatan yang tidak dapat apakah pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum / sesudah terjadinya trauma pada mata. - Penyebab b. Pemeriksaan fisik y Tajam penglihatan (visus) y Inspeksi bagian-bagian mata seperti : perdarahan yang keluar, pembengkakan di dahi, di pipi, hidung. y Periksa juga gerakan bola mata, tekanan bola mata, keadaan kelopak mata, kornea, COA, pupil, lensa dan fundus.
y

15-25% defisiensi vitamin A buta total 58-60% buta sebagian Infeksi mata : trakoma, konjungtivitis gonore, iritis/siklitis Glaukoma, retinopati diabetik, retinopati hipertensi, penyakit fundus mata lainnya, katarak senil - Klasifikasi Kategori gangguan visus Visus (dengan koreksi terbaik) 1 6/16 3/10 20/70 2 6/60 1/10 20/200 3 3/60 (dengan jari pada jarak 3m) 1/20 20/400 4 1/60(lambaian tangan ) 1/50 5/300 5 Tidak ada respon cahaya Lapangan Pandang Pasien dengan radius lapangan pandang tidak lebih dari 10 o tapi lebih dari 5 o termasuk dalam kategori 3, sedangkan pasien dengan lapangan pandang tidak lebih dari 5 0 termasuk kategori 4 meskipun visus sentral tidak terganggu. (Vaughan) - Reaksi penderita kebutaan y Stadium shock E Kejiwaan labil (bisa bunuh diri) y Stadium depresi E perasaan menyalahkan E putus asa ragu-ragu E ingin bunuh diri y Stadium menerima kecacatan Perhatikan bantuan dan hambatan untuk kondisi ini 3. Bantuan untuk kondisi ini : Rehabilitasi lingkungan dengan memberi semangat hilangkan ketergantungan agar: E Dapat berjalan sendiri E Dapat mengurusdiri sendiri E Meningkatkan kepercayaan diri E Dapat berkomunikasi E Dapat hiburan cukup 2. Hambatan : E Hambatan untuk ubah kepribadian E Pandangan irasional terhadap buta E Merasa rendah diri E Masih tergantung orang lain

a. b. c. d.

- Diagnosis

y y y y

Pemeriksaan visus Pemeriksaan Lapangan pandang Pemeriksaan oftalmoskop Pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer

y y

- Akibat kebutaan : Produktivtas kerja q  Untuk pengobatan  Mengganggu pekerjaan Beban & biaya hidup o  Untuk pengobatan  Untuk perawatan Beban keluarga o  Penderita harus dibantu untuk kegiatan sehari-hari Beban pemerintah o Harus sediakan fasilitas :  Pendidikan khusus  Lapangan kerja khusus

Terapi kebutaan A. Ada yang tak dapat diatasi mis : y Kebutaan karena glaukoma y Kebutaan karena kelainan retina y Karena diabetes mellitus y Karena hypertensi y Karena ablatio retina B. Kebutaan yang masih dapat diatasi, karena : a. Kelainan cornea dng transplantasi cornea b. Katarak dengan operasi + lensa tanam c. Refraksi anomali dng koreksi + kaca mata C. Terapi untuk sembuhkan penyakit  Tujuan terapi Dasar menyembuhkan/ meringankan dengan cara :  Menghilangkan causa  Membetulkan kerusakan  Membetulkan fungsi  Mencegah kerusakan lanjut  Cara pemberian terapi  Pemberian lokal (dng tetes mata)  Pemberian oral (dng obat peroral)  Pemberian parenteral (dng suntikan/ infus)

You might also like