You are on page 1of 63

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KOLOID

Oleh: ZULKIFLI Bp. 091112311

Kelompok I Wiwing NoviaEkaPutri Nadia Fardila Aditia S Warman Riri Megi Rahayu Ferliana Jenifer Winda Imelda Winda Sri meidya

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2011

BAB I PENDAHULUAN
Kimia Fisik adalah ilmu yang mempelajari fenomena makroskopik, mikroskopik, atom, subatom dan partikel dalam sistem dan proses kimia berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep fisika, dengan bidang khusus a.l. termodinamika kimia, kimia kuantum, dan kinetika. Kimia Fisik banyak menggunakan konsep-konsep dan prinsip Fisika Klasik (seperti energi, entropi, suhu, tekanan, tegangan permukaan, viskositas, hukum Coulomb, interaksi dipol), Fisika Kuantum (seperti foton, bilangan kuantum, spin, kebolehjadian, prinsip ketakpastian), maupun Mekanika Statistik (seperti fungsi partisi, distribusi Boltzmann). Bagian penting dari ilmu ini termasuk termodinamika kimia, kinetika kimia, kimia kuantum, elektrokimia, kimia permukaan dan kimia padatan, dan spektroskopi. Kimia fisik juga penting bagi ilmu material modern. Istilah "kimia fisik" mungkin pertama kali digunakan oleh Mikhail Lomonosov pada tahun 1752, ketika ia menyampaikan kuliah berjudul "Pelajaran Kimia Fisika yang Benar" kepada mahasiswa Universitas Petersburg. Landasan Kimia Fisik modern diletakkan pertama kali pada tahun 1876 oleh Josiah Willard Gibbs dalam makalahnya, On the Equilibrium of Heterogeneous Substances, yang memuat beberapa konsep dan prinsip penting kimia fisik, seperti energi Gibbs, potensial kimia, aturan fasa Gibbs, (Wikipedia Indonesia). Dalam praktikum kimia fisika koloid ini ada Sembilan objek yang dilakukan percobaan pratikumnya, yaitu : Larutan elektrolit, Hubungan pH dengan warna, waktu gelatinisasi, pengukuran fiskositas larutan, ketetapan calorimeter, titrasi asam basa, kenaikan titik didih,hubungan suhu dengan tekanan dan konduktifitas. Adanya dilakukan praktikum kimia fisika koloid ini bertujuan untuk lebih memahami satiap materi yang dipelajari teorinya. Supaya dapat melaksanakan dan menggunakannya dalam kehidupan sehari hari.

Dalam mempelajari kimia fisika koloid yang terpenting pemahaman dan mengerti dengan apa yang dipraktikumkan. Fisika Kimia pada dasarnya mempelajari prinsip fisika dibelakang fisika kimia kita sifat dan properti suatu sistem kimia. Biasanya ke Kimia kuantum, Thermodynamika, berkonsentrasi

Statistical Mechnanics dan reaksi kinetik. Pengetahuan mengenai larutan sangat penting, karena sebagian besar reaksi kimia dan biologis terjadi dalam bentuk cairan, terutama dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zatzat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Pelarut yang sering digunakan adalah air, karena ada berbagai alasan mengapa air merupakan pelarut yang umum ditemui dan digunakan. Tidak semua zat jika dicampurkan ke dalam pelarut air dapat membentuk larutan. Contohnya garam dapur (NaCl) dan asam asetat (CH3COOH) larut dalam air, sedangkan lilin tidak larut dalam air. Beberapa hal yang digunakan untuk memperkirakan apakah suatu zat akan larut dalam pelarut air atau tidak adalah : Zat harus mempunyai muatan yang sejenis dengan muatan pelarut air.Pelarut air merupakan senyawa kovalen polar, maka zat yang dapat larut dalam air adalah senyawa ion atau senyawa kovalen polar. 1. Zat yang termasuk senyawa ion dan senyawa kovalen polar mempunyai muatan sejenis dengan pelarut air. 2. Zat yang termasuk senyawa kovalen nonpolar tidak mempunyai muatan sejenis dengan pelarut air.

Zat tersebut harus memiliki kekuatan gaya antarpartikel yang setara dengan gaya antarpartikel pada pelarut air.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 LARUTAN ELEKTROLIT Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu. Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil. Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair

lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu. Bila interaksi antarmolekul komponen-komponen larutan sama besar dengan interaksi antarmolekul komponen-komponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi yang disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair) berbanding tepat lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena.Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponen-komponen penyusunnya Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.Larutan ini dibedakan atas : 1. Elektrolit Kuat Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).Yang tergolong elektrolit kuat adalah: a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain. b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain. c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain. 2. Elektrolit Lemah Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.Yang tergolong elektrolit lemah:a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lainlainb. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lainc. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya

di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:- Larutan urea- Larutan sukrosa- Larutan glukosaLarutan alkohol dan lain-lain Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut Larutan elektolit dan non elektrolit dapat dibedakan dengan jelas dari sifatnya yaitu penghantaran Listrik. a). Larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik. Hal ini untuk pertama kalinya diterangkan oleh Svante August Arrhenius(1859-1927), seorang ilmuwan dari Swedia. Arrhenius menemukan bahwa zat elektrolit dalam air akan terurai menjadi partikel-partikel berupa atom atau gugus atom yang bermuatan listrik. Karena secara total larutan tidak bermuatan, maka jumlah muatan positif dalam larutan harus sama dengan muatan negatif. Atom atau gugus atom yang bermuatan listrik itu dinamai ion. Ion yang bemuatan positif disebut kation, sedangkan ion yang bermuatan negatif disebut anion. Pembuktian sifat larutan elektrolit yang dapat menghantarkan listrik ini dapat diperlihatkan melalui eksperimen. Zat-zat yang tergolong elektrolit yaitu asam, basa, dan garam. Contoh larutan elektrolit kuat : HCl, HBr, HI, HNO3, dan lain-lain Contoh larutan elektrolit lemah :CH3COOH, Al(OH)3 dan Na2CO3

b). Larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. Adapun larutan non elektrolit terdiri atas zat-zat non elektrolit yang tidak dilarutkan ke dalam air tidak terurai menjadi ion ( tidak terionisasi ). Dalam larutan, mereka tetap berupa molekul yang tidak bermuatan listrik. Itulah sebabnya larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. Pembuktian sifat larutan non elektrolit yang tidak dapat menghantarkan listrik ini dapat diperlihatkan melalui eksperimen.

Contoh larutan non elektrolit : Larutan Gula (C12H22O11), Etanol (C2H5OH), Urea (CO(NH)2), Glukosa (C6H12O6), dan lain-lain Kekuatan Elektrolit Kekuatan suatu elektrolit ditandai dengan suatu besaran yang disebut derajat ionisasi () Keterangan : Elektrolit kuat memiliki harga = 1, sebab semua zat yang dilarutkan terurai menjadi ion. Elektrolit lemah memiliki harga <1, sebab hanya sebagian yang terurai menjadi ion. Adapun non elektrolit memiliki harga = 0, sebab tidak ada yang terurai menjadi ion. Elektrolit kuat : = 1(terionisasi sempurna) Elektrolit lemah : 0 < < 1 (terionisasi sebagian) Non Elektrolit : = 0 (tidak terionisasi) Reaksi Ionisasi Elektrolit Kuat Larutan yang dapat memberikan lampu terang, gelembung gasnya banyak, maka laurtan ini merupakan elektrolit kuat. Umumnya elektrolit kuat adalah larutan garam. Dalam proses ionisasinya, elektrolit kuat = 1 (terurai senyawa), pada persamaan menghasilkan banyak ion maka reaksi ionisasi elektrolit kuat ditandai dengan anak panah satu arah ke kanan. Perlu diketahui pula elektrolit kuat ada beberapa dari asam dan basa. Contoh : NaCl (aq) KI (aq)

Ca(NO3)2(g) Na+(aq) + Cl-(aq) K+(aq) + I-(aq) Ca2+(aq) + NO3-(aq) Di bawah ini diberikan kation dan anion yang dapat membentuk elektrolit kuat. Kation : Na+, L+, K+, Mg2+, Ca2+, Sr2+, Ba2+, NH4+ Anion : Cl-, Br-, I-, SO42-, NO3-, ClO4-, HSO4-, CO32-, HCO32. Reaksi Ionisasi Elektrolit Lemah Larutan yang dapat memberikan nyala redup ataupun tidak menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya maka larutan ini merupakan elekrtolit lemah. Daya hantarnya buruh dan memiliki (derajat ionisasi) kecil, karena sedikit larutan yang terurai (terionisasi). Makin sedikit yang terionisasi, makin lemah elektrolit tersebut. Dalam persamaan reaksi ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah (bolak-balik) artinya tidak semua molekul terurai (ionisasi tidak sempurna). Contoh: CH3COOH(aq) NH4OH(g) CH3COO-(aq) + H+(aq) NH4+(aq) + OH-(aq) 2.2 HUBUNGAN pH DENGAN WARNA Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Sren Peder Lauritz Srensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp[2] (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat)[3], dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif".

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah. pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam larutan berpelarut air. pH merupakan kuantitas tak berdimensi.dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan definisi ini adalah bahwa aH dapat diukur secara eksperimental menggunakan elektroda ion selektif yang merespon terhadap aktivitas ion hidrogen ion. pH umumnya diukur menggunakan elektroda gelas yang mengukur perbedaan potensial E antara elektroda yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektroda referensi. Perbedaan energi pada elektroda gelas ini idealnya mengikuti persamaan Nernst: dengan E adalah potensial terukur, E0 potensial elektroda standar, R tetapan gas, T temperatur dalam kelvin, F tetapan Faraday, dan n adalah jumlah elektron yang ditransfer. Potensial elektroda E berbanding lurus dengan logartima aktivitas ion hidrogen. Definisi ini pada dasarnya tidak praktis karena aktivitas ion hidrogen merupakan hasil kali dari konsentrasi dengan koefisien aktivitas. Koefisien aktivitas ion hidrogen tunggal tidak dapat dihitung secara eksperimen. Untuk mengatasinya, elektroda dikalibrasi dengan larutan yang aktivitasnya diketahui.

Definisi operasional pH secara resmi didefinisikan oleh Standar Internasional ISO 31-8 sebagai berikut: Untuk suatu larutan X, pertama-tama ukur gaya elektromotif EX sel galvani elektroda referensi | konsentrasi larutan KCl || larutan X | H2 | Pt dan kemudian ukur gaya elektromotif ES sel galvani yang berbeda hanya pada penggantian larutan X yang pHnya tidak diketahui dengan larutan S yang pH-nya (standar) diketahui pH(S). pH larutan X oleh karenanya Perbedaan antara pH larutan X dengan pH larutan standar bergantung hanya pada perbedaan dua potensial yang terukur. Sehingga, pH didapatkan dari pengukuran potensial dengan elektroda yang dikalibrasikan terhadap satu atau lebih pH standar. Suatu pH meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran untuk suatu larutan standar adalah sama dengan nilai pH(S). Nilai pH(S) untuk berbagai larutan standar S diberikan oleh rekomendasi IUPAC. Larutan standar yang digunakan sering kali merupakan larutan penyangga standar. Dalam prakteknya, adalah lebih baik untuk menggunakan dua atau lebih larutan penyangga standar untuk mengijinkan adanya penyimpangan kecil dari hukum Nerst ideal pada elektroda sebenarnya. Oleh karena variabel temperatur muncul pada persamaan di atas, pH suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya. Pengukuran nilai pH yang sangat rendah, misalnya pada air tambang yang sangat asam, memerlukan prosedure khusus. Kalibrasi elektroda pada kasus ini dapat digunakan menggunakan larutan standar asam sulfat pekat yang nilai pHnya dihitung menggunakan parameter Pitzer untuk menghitung koefisien aktivitas. pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan menggunakan fungsi keasaman yang berbeda. pH superasam biasanya dihitung menggunakan fungsi keasaman Hammett, H0.Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah.Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan. Menurut definisi asli Srensen, p[H] didefinisikan sebagai minus logaritma konsentrasi ion hidrogen. Definisi ini telah lama ditinggalkan dan diganti dengan definisi pH. Adalah mungkin untuk mengukur konsentrasi ion

hidrogen secara langsung apabila elektroda yang digunakan dikalibrasi sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen. Salah satu caranya adalah dengan mentitrasi larutan asam kuat yang konsentrasinya diketahui dengan larutan alkali kuat yang konsentrasinya juga diketahui pada keberadaan konsentrasi elektrolit latar yang relatif tinggi. Oleh karena konsentrasi asam dan alkali diketahui, adalah mudah untuk menghitung ion hidrogen sehingga potensial yang terukur dapat dikorelasikan dengan kosentrasi ion. Kalibrasi ini biasanya dilakukan menggunakan plot Gran.Kalibrasi ini akan menghasilkan nilai potensial elektroda standar, E0, dan faktor gradien, f, sehingga persamaan Nerstnya berbentuk. Persamaan ini dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi ion hidrogen dari pengukuran eksperimental E. Faktor gradien biasanya lebih kecil sedikit dari satu. Untuk faktor gradien kurang dari 0,95, ini mengindikasikan bahwa elektroda tidak berfungsi dengan baik. Keberadaan elektrolit latar menjamin bahwa koefisien aktivitas ion hidrogen secara efektif konstan selama titrasi. Oleh karena ia konstan, maka nilainya dapat ditentukan sebagai satu dengan menentukan keadaan standarnya sebagai larutan yang mengandung elektrolit latar. Dengan menggunakan prosedur ini, aktivitas ion akan sama dengan nilai konsentrasi. Perbedaan antara p[H] dengan pH biasanya cukup kecil. Dinyatakan bahwa pH = p[H] + 0,04. Pada prakteknya terminologi p[H] dan pH sering dicampuradukkan dan menyebabkan kerancuan.

2.3 WAKTU GELATINISASI Gelatin sebenarnya telah lama dikenal masyarakat sebagai adesif biologis. Kurang lebih 8000 tahun yang lalu masyarakat Timur Tengh telah memproduksi sebagai lem dari jaringan binatang. 3000 tahun kemudian Bangsa Arab menggunakan untuk lem kayu yang dihasilkan dari kolagen dan digunakan untuk perabotan. Penggunaan gelatin untuk pangan dimualai di Perancis ketika diblokade Inggris. Sekarang gelatin juga digunakan dalm bidang farmasi dan fotografi. Sejarah lengkap gelatin dapat dibaca pada buku Gelatine Handbook Reinhard Schrieber and Herbert Gareis 2007 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim

Komponen utama dari gelatin adalah protein. Kandungan protein berkisar antara 85 dan 92%. Gelatin dihasilkan melalui hidrolisis parsial dari kolagen. Kolagen protein yang terdapat pada binatang dan manusia. Berbeda dengan protein yang umumnya sperikal maka kolagen memiliki struktur linier seperti serat. Dalam pembuatan gelatin, perlakuan terhadap bahan baku adalah dengan melarutkan pada larutan asam atau alkali sehingga terjadi pemecahan parsial pada ikatan silangnya. Struktur yang pecah ini disebut sebagai kolagen yang larut air dan dikenal sebagai gelatin. Hidrolisis kimia ini dapat dilengkapi atau diganti dengan penggunaan enzim yaitu enzim kolagenase. Gelatin membentuk larutan koloid dengan air, sehingga secara teknologi, glatin adalah hidrokolid. Yang termasuk dalam hidrolkoloid selain gelatin adalah pectin, karaginan, gum arab, xanthan, guar gum, locust bean gum dan sebagainya.Hidrokoloid digunakan dalam industry pangan bukan karena nilai nutrisinya namun karena multifungsinya. Namun demikian, hidrokoloid tunggal tidak mampu memenuhi semua keinginan termasuk juga gelatin sehingga sering dipakai lebih dari satu hidrokoloid. Sifat fungsional dari gelatin dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama adalah sifat yang berkait dengan gelatinisasi yaitu: kekuatan gel, waktu gelatinisasi, suhu didih dan viskositas. Kedua yang berkait dengan sifat permukaan gelatin misalnya pembentukan dan stabilitas buih dan emulsi, sifat adesif dan ketidaklarutannya. Sifat-sifat yang penting bagi gelatin adalah: Sifat yang berkait dengan gelatinisasi: Gel formation Texturizing Thickening Water binding

Pengaruh-pengaruh permukaan : Emulsion formation and stabilization

Protective colloid function Foam formation and stabilization Film formation Adhesion/cohesion

Pembentukan gel, viskositas dan tekstur adalah yang paling berkait dengan struktur, ukuran molekul dan suhu system. Gelatin adalah campuran polimer dengan panjang rantai yang berbedabeda. Jadi, larutan yang sejati tidak terbentuk, jelasnya adalah sebagai larutan koloidal atau bentuk sol. Pada keadaan dingin, sol akan berubah menjadi gel dan dalam keadaan hangat akan kembali menjadi sol. Sifat dapat balik ini disebut proses gelatinisasi dan merupakan teknologi yang paling penting dari gelatin. Analisis untuk mengukur kekuatan gelatinisasi adalah Nilai Bloom. Proses ini ditemukan oleh Oscar T Bloom yang kemudian dikembangkan oleh Machine for Testing the Jelly Strength of Glues, Gelatines and the Like yang dipatenkan pada tanggal 9 Juni 1925 (US Patent No. 1 540 979). Nilai Bloom adalah berat dalam gram yang dibutuhkan untuk penghisapan spesifik terhadap tekanan pemukaan standar. Nilai Bloom untuk gelatin komersial adalah 50 300 Bloom. Gelatin dengan nilai Bloon tinggi dikarakteristikkan oleh melting point dan gelling point yang lebih tinggi dan waktu gelatinisasi yang lebih pendek pada produk akhir dan warna lebih cerah serta baud an tastenya lebih alami. Gelling power yang lebih kuat juga menunjukkan jumlah gelatin yang dibutuhkan lebih sedikit untuk mencapai produk akhir yang diharapkan. Secara umum, transisi sol/gel dapat dievaluasi dengan kisaran suhu 5 600C, dan konsentrasi gelatin dapat bervariasi antara 0,5 dan 50% (tergantung pada kualitas gelatin). Sifat permukaan gelatin didasarkan pada kenyataan bahwa rantai samping gelatin, seperti halnya protein yang lain, memiliki gugus yang bermuatan dan bagian tertentu dari rangkaian kolagen mengandung asam amino hidrofobik dan hidrofilik. Bagian hidrofobik dan hidrofilik dapat berpindah di permukaan, sehingga mengurangi tegangan muka larutan. Pada saat yang sama, gelatin memeliki beberapa sifat melindungi stabilitas permukaan yang dibentuk.

Sifat multifungsi dari gelatin ini digunakan dalam produksi dan stabilisasi buih dan emulsi. Titik isoelektrik adalah dasar yang penting dalam mempengaruhi aktivitas permukaan gelatin. Jika pH sekitar gelatin berkaitan dengan titik isoelektrik, gelatin menjadi tidak bermuatan, jika pH lebih tinggimaka akan bermuatan negative dan jika lebih rendah bermuatan positif. Dalam larutan gelatin pH berkisar 5,0 9,0, jika dkondisikan alkali, gelatin bermuatan negatif dan jika dikondiskan asam bermuatan positif. pH di bawah 5,0 semua tipe gelatin akan bermuatan positif dan di atas 9,0 semuanya negative.

2.4 PENGUKURAN VISKOSITAS LARUTAN Viskositas adalah sebuah ukuran penolakan sebuah fluid terhadap perubahan bentuk di bawah tekanan shear. Biasanya diterima sebagai "kekentalan", atau penolakan terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dan dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluid. Air memiliki viskositas rendah, sedangkan minyak sayur memiliki viskositas tinggi (Anonim, 2008). Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas. Tanpa menurunkannya, suatu persamaan yang menghubungkan laju aliran cairan melalui pipa silinder berjari-jari R dan dengan viskositas cairan adalah :

Jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa per satuan waktu.
=V

, dimana

PR 8L

= viskositas cairan

V= total volume cairan t=waktu yang dibutuhkan cairan dengan volume V untuk mengalir melalui viskometer P = tekanan yang bekerja pada cairan L = panjang pipa (Bird, 1993).

Pada viskometer Ostwald yang menggunakan pipa yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yan disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalkan 10 cm3, bergantung pada ukuran viskometer) dipipet kedalam viskometer (Bird, 1993). Viskometer lain yang dapat digunakan untuk mengukur viskositas adalah viskometer Hoppler. Pada viskometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya) dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan dicapai bila gaya gravitasi sama dengan frictional resistance medium. Besarnya frictional resistance untuk benda berbentuk bola dapat dihitung dengan menggunakan hukum stokes yaitu :

,
f = 6 rv

dimana :

= viskositas

r = jari-jari bola v = kecepatan yaitu jarak yang ditempuh per satuan waktu. Pada keseimbangan, gaya ke bawah (m mo)g sama dengan frictional resistance sehingga, , dimana

( m m0 ) g 6rv

m = massa bola logam mo = massa cairan yang dipindahkan oleh bola logam g = konstanta gravitasi = viskositas

(Bird, 1993). Viskositas cairan pada berbagai suhu (dalam satuan poise*) Cairan 0 Air Gliserin Anilin Bensin Etanol 0.0179 105.9 0.102 0.0091 0.0177 10 0.013 34.4 0.065 0.0076 0.0147 Suhu oC 20 0.010 1 13.4 0.004 4 0.006 30 0.008 0 6.29 0.031 6 0.005 40 0.006 5 2.89 0.023 7 0.005 50 0.00 55 1.41 0.01 85 0.00

Minyak lobak

25.3

3.85

5 0.012 1.63

6 0.010 0 0.96

0 0.008 3 -

44 0.00 7 -

Sumber : Bird, 1993 * 1 poise (P) = 1 dyne det cm-2

0.1 N det m-2 (satuan SI).

Setiap benda yang bergerak relatif terhadap benda lain selalu mengalami gesekan (gaya esek). Sebuah benda yang bergerak di dalam fluida juga mengalami gesekan. Hal ini disebabkan oleh sifat kekentalan (viskositas) fluida tersebut. Koefisien kekentalan suatu fluida (cairan) dapat diperoleh dengan menggunakan percobaaan bola jatuh di dalam fluida tersebut. Gaya gesek yang bekerja pada suatu benda yang bergerak relatif terhadap suatu fluida akan sebanding dengan kecepatan relatif benda terhadap fluida : F = -b . v (1) dimana : F = gaya gesek yang dialami benda. b = konstanta gesekan. v = kecepatan benda. (Anonim, 2008). Khusus untuk benda yang berbentuk bola dan bergerak dalam fluida yang sifat-sifatnya tetap, gaya gesek tersebut memenuhi hukum Stokes sebagai berikut : F = -6 r v (2) dimana :
= viskositas fluida.

r = radius bola.

Hukum Stokes di atas berlaku bila :

1. Fluida tidak berolak (tidak terjadi turbulensi). 2. Luas penampang tabung tempat fluida cukup besar dibanding ukuran bola (Anonim, 2008). Bila sebuah benda padat berbentuk bola dengan jari-jari r dimasukkan ke dalam zat cair tanpa kecepatan awal bola tersebut akan begerak ke bawah mulamula dengan percepatan sehingga kecepatannya bertambah. Dengan bertambahnya kecepatan maka gaya gesek fluida akan membesar, sehingga suatu saat bola akan bergerak dengan kecepatan tetap. Kecepatan tetap ini disebut kecepatan terminal yang terjadi pada saat gaya berat bola sama dengan jumlahan antara gaya angkat ke atas (Archimedes) dan gaya gesek Stokes seperti tampak pada gambar. Besarnya kecepatan terminal adalah bila jarak yang ditempuh bola dengan kecepatan terminal tersebut dalam selang waktu t adalah s makan berlaku persamaan gerak lurus beraturan vT = s/T (4) (Anonim, 2008). Benda yang dijatuhkan pas zat cair tanpa kecepatan awal akan mendapatkan perepatan dengan gaya-gaya yang bekerja : F = W - FA - Fr = m.a Dengan W adalah gaya berat, FA gaya angkat keatas dan Fr gaya gesek fluida.

Fr FA

Gambar 1. Sistem gaya pada benda dalam zat cair Gaya gesek fluida (disebut juga gaya gesek Newton) yang dialami oleh benda berbanding lurus dengan kecepatan. Cairan dalam hal ini disebut cairan

Newton. Apabila benda berbentuk bola, menurut stokes, gaya ini dapat dirumuskan sebagai berikut : F = 6 . . .r Dengan adalah viskositas fluida, r jari-jari bola, dan kecepatan gerak bola. Karena kecepatan semakin membesar, maka gaya gesek juga akan makin besar sehingga suatu saat terjadi kesetimbangan dinamis (benda bergerak tanpa percepatan) : Fr = W - FA Dengan memasukkan harga gaya-gaya ini dapat diperoleh :

2.r 2 .g ( bola cairan ) 9.V

(Anonim, 2008). Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir, dimana makin tinggi kekentalan maka makin besar hambatannya. Kekentalan didefenisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya (Anonim, 2008). Satuan dasar yang digunakan adalah poise ( 1 poise = 100 sentipoise ) Pada penetapan viskositas, penentuan suhu adalah penting karena viskositas dapat berubah sesuai suhu. Secara umum viskositas akan menurun dengan naiknya suhu. Viskositas dapat diukur secara langsung jika dimensi alat pengukur diketahui dengan tepat. Tetapi umumnya pengukuran lebih praktis dilakukan dengan mengkalibrasi alat menggunakan cairan yang sudah diketahui viskositasnya kemudian kekentalan cairan uji ditetapkan dengan membandingkan terhadap viskositas cairan yang telah diketahui (Anonim, 2008). Ada beberapa prinsip penetapan viskositas yaitu : 1. Viskosimeter kapiler ( contoh : viskometer Ostwald )

Pada metode ini viskositas ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan uji untuk lewat antara dua tanda ketika ia mengalir karena gravitasi , melalui suatu tabung kapiler vertikal. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu cairan yang viskositasnya sudah diketahui ( biasanya air ) untuk lewat antara dua tanda tersebut. Jika 1 dan 2 masing-masing adalah viskositas dari cairan yang tidak diketahui dan cairan standar , 1 dan 2 adalah kerapatan dari masing-masing cairan, t1 dan t2 adalah waktu alir dalam detik. Maka viskositas cairan yang tidak diketahui adalah :

1 = 1 . t1 2 2 . t2

1 = 1 . t1 . 2 2 . t2 2 dan 2 dapat diketahui dari literatur, 1 diperoleh dari pengukuran kerapatan (berat jenis) dengan metode piknometer, t1 dan t2 masing-masing diketahui dengan cara mengukur waktu yang diperlukan oleh zat uji maupun air untuk mengalir melalui dua garis tanda pada tabung kapiler viscometer ostwald.

2. Viskometer bola jatuh ( viscometer Hoeppler ) Pada viskometer tipe ini, suatu bola gelas atau bola besi jatuh kebawah dalam suatu tabung gelas yang hampir vertikal, mengandung cairan yang diuji pada temperatur konstan. Laju jatuhnya bola yang mempunyai kerapatan dan diameter tertentu adalah kebalikan fungsi viskositas sample tersebut. Waktu bagi bola tersebut untuk jatuh antara dua tanda diukur dengan teliti dan diulangi beberapa kali. Viskositas cairan dihitung dengan rumus : = t .(Sb Sf ) .B dimana t adalah waktu lamanya bola jatuh antara kedua titik dalam detik,

Sb adalah gravitasi jenis dari bola dan Sf adalah gravitasi jenis dari cairan, keduanya pada temperatur dimana percobaan dilakukan. B adalah konstanta untuk bola tertentu yang besarnya sudah ada pada pedoman penggunaan alat tersebut. 3. Viskometer Cup dan Bob ( Brookfield, Viscotester) Dalam viskometer ini sampel dimasukkan dalam ruang antara dinding luar bob/rotor dan dinding dalam mangkuk (cup) yang pas dengan rotor tersebut. Berbagai alat yang tersedia berbeda dalam hal bagian yang berputar, ada alat dimana yang berputar adalah rotornya, ada juga bagian mangkuknya yang berputar. Alat viscotester adalah contoh viskometer dimana yang berputar adalah bagian rotor. Terdapat dua tipe yaitu viscotester VT-03 F dan VT- 04 F. VT -04 F digunakan untuk mengukur zat cair dengan viskositas tinggi, VT03F untuk mengukur zat cair yang viskositasnya rendah. Prinsip pengukuran viskositas dengan alat ini adalah cairan uji dimasukkan kedalam mangkuk, rotor dipasang .kemudian alat dihidupkan. Viskositas zat cair dapat langsung dibaca pada skala . 4. Viskometer Cone and Plate ( Viskometer Ferranti-Shirley ) (Anonim, 2008).

2.5 TETAPAN KALORIMETER Panas adalah yang berpindah, jadi prinsipnya adalah prinsip kekekalan energi.Kuantitas panas yang ditambahkan pada suatu benda sebagai positif dan pada kuantitas yang meninggalkan benda sebagai negative.Ketika sejumlah benda berinteraksi, jumlah aljabar dari setiap kuantitas panas yang dipindahkan pada semua benda harus sama dengan nol.Ini adalah Azas Black yang dasarnya adalah kekekalan energi.

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu perubahan atau reaksi kimia. Kalorimeter berarti mengukur panas. Ketika aliran panas terjadi antara dua benda yang terisolasi dari lingkungannya, jumlah panas yang hilang dari satu benda harus setara dengan jumlah benda lainnya. Kalor selalu berkaitan dengan dua hal yaitu proses pemanasan atau proses pendinginan yang melibatkan perubahan suhu dan proses perubahan wujud zat yang terjadi pada suhu yang tetap.Proses pemanasan dan pendinginan digunakan persamaan : Q = m . c . T Dimana : Q = kalor yang dilepaskan atau diterima ( Joule ) m = massa bahan ( kg ) c = kapasitas panas spesifik bahan ( J/kgoC ) T = perubahan suhu ( oC ) Proses perubahan wujud zat, digunakan persamaan : Q = m . Lv Dengan : Q = kalor yang dilepaskan atau diterima ( Joule ) m = massa bahan ( kg ) Lv = kalor laten peleburan/pembekuan ( J/kg). Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan kapasitas kalor suatu benda kapasitas kalor spesifik suatu bahan.Di dalam kalorimeter terdapat pengaduk yang terbuat dari bahan yang sama dengan bejana kalorimeter ( P ). Tutup kalorimeter ( T ) terbuat dari bahan isolator yang berlubang di tengah untuk memasang termometer. Pada teknik yang dikenal dengan teknik pencampuran, satu sampel zat dipanaskan sampai temperature tinggi yang diukur dengan akurat dan dengan cepat ditempatkan pada air dingin dalam kalorimeter.Kalor yang hilang dari

sampel tersebut akan diterima oleh air dan kalorimeter (bejana dan pengaduk ). Thermometer digunakan untuk mengukur temperature awal air dan calorimeter serta temperature akhir campuran. Temperatur awal bejana, pengaduk, dan air diukur setelah seluruh bagian calorimeter dan air tersebut berada dalam keseimbangan termal yang berarti memiliki suhu yang sama.Setelah dicamapur, suhu akhir diukur setelah dicapai keseimbangan termal antara air, sample bejana calorimeter, dan pengaduk. Bentuk calorimeter Beker aluminium dan gelas plastik jenis polistirin (busa) dapat digunakan sebagai kalorimeter sederhana dengan termometer sebagai pengaduk. Keuntungan menggunakan gelas plastik sebagai kalorimeter adalah murah harganya dan setelah dipakai dapat dibuang. Kalorimeter yang biasa digunakan di laboratorium fisika sekolah berbentuk bejana biasanya silinder dan terbuat dari logam misalnya tembaga atau aluminium dengan ukuran 75 mm x 50 mm (garis tengah). Bejana ini dilengkapi dengan alat pengaduk dan diletakkan di dalam bejana yang lebih besar yang disebut mantel/jaket. Mantel/jaket tersebut berguna untuk mengurangi hilangnya kalor karena konveksi dan konduksi.

Tipe kalorimeter Kalorimeter bom Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.

Kalorimeter makanan. Kalorimeter makanan adalah alat untuk menentukan nilai kalor zat makanan karbohidrat, protein, atau lemak. Alat ini terdiri dari sebuah tabung kaca yang tingginya kurang lebih 19 cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm. Bagian dasarnya melengkung ke atas membentuk sebuah penyungkup. Penyungkup ini disumbat dengan sebuah sumbat karet yang yang berlubang di bagian tengah. Bagian atas tabung kaca ini ditutup dengan lempeng ebonit yang bundar. Di dalam tabung kaca itu terdapat sebuah pengaduk, yang tangkainya menembus tutup ebonit, juga terdapat sebuah pipa spiral dari tembaga. Ujung bawah pipa spiral itu menembus lubang sumbat karet pada penyungkup dan ujung atasnya menembus tutup ebonit bagian tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi sebuah lubang, tempat untuk memasukkan sebuah termometer ke dalam tabung kaca. Tabung kaca itu diletakkan di atas sebuah keping asbes dan ditahan oleh 3 buah keping. Keping itu berbentuk bujur sangkar yang sisinya kurang lebih 9,5 cm. Di bawah keping asbes itu terdapat kabel listrik yang akan dihubungkan dengan sumber listrik bila digunakan. Di atas keping asbes itu terdapat sebuah cawan aluminium. Di atas cawan itu tergantung sebuah kawat nikelin yang berhubungan dengan kabel listrik di bawah keping asbes. Kawat nikelin itulah yang akan menyalakan makanan dalam cawan bila berpijar oleh arus listrik. Dekat cawan terdapat pipa logam untuk mengalirkan oksigen.

Kalorimeter larutan Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.

2.6 TITRASI ASAM BASA

Asam dan basa merupakan larutan elektrolit yang paling umum dan paling pemting. Khususnya dengan larutan dengan pelarut air, asam dan basa sering membentuk system keseimbangan yang penting. Teori Asam Basa 1. Teori Arrhenius Arrhenius mendefinisikan asam sebagai suatu senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan membebaskan ion hydrogen (H+). Sedangkan basa adalah senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion hidroksida (OH-). Jadi reaksi netralisasi yang merupakan reaksi antara asam dan basa membentuk garam dan air, secara sederhana dapat dituliskan sebagai reaksi antara ion hydrogen dan hidroksida : H+ + OHH2O Tetapi kelemahan teori Arrhenius adalah bahwa teori ini hanya terbatas pada larutan dengan pelarut air, walaupun asam dan basa sebenarnya juga terdapat pada larutan dengan pelarut bukan air. 2. Teori J.N. Bronsted dan M. Lowry Bronsted dan Lowry mendefinisikan asam sebagai senyawa yang dapat memberikan proton pada sepsis lain, sedangkan basa adalah senyawa yang dapat menerima proton dari spesis lain. 3. Teori Lewis Leis mendefinisikan suatu asam sebagai senyawa yang dapat menerima sepasang electron, sedangkan basa adalah suatu senyawa yang dapat memberikan sepasang electron. Berdasarkan defenisi yang diberikan oleh Lewis, jelas bahwa terdapat keasaman antara asam dengan pengoksidasi. Kedua-duanya cendrung untuk menarik electron dari spesis lain. (Bird, 1993).

Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya

disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. ( Tagged with: rumus titrasi, Stoikiometri Reaksi & Titrasi Asam Basa, titrasi Monday, April 7, 2008, 15:40.) Titrasi adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan tertentu lainnya. Titrasi asam basa adalah reaksi penetralan. Jika larutan bakunya asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya basa disebut alkalimetri. Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu : 1. Asam kuat - Basa kuat 2. Asam kuat - Basa lemah 3. Asam lemah - Basa kuat 4. Asam kuat - Garam dari asam lemah 5. Basa kuat - Garam dari basa lemah Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat Contoh : - Asam kuat : HCl - Basa kuat : NaOH Persamaan Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O Reaksi ionnya : H+ + OH- H2O Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat

Titrasi Asam Kuat - Basa Lemah contoh : - Asam kuat : HCl

- Basa lemah : NH4OH Persamaan Reaksi : HCl + NH4OH NH4Cl + H2O Reaksi ionnya : H+ + NH4OH H2O + NH4+ Kurva Titrasi Asam kuat Basa Lemah

Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat contoh : - Asam lemah : CH3COOH - Basa kuat : NaOH Persamaan Reaksi : CH3COOH + NaOH NaCH3COO + H2O Reaksi ionnya : H+ + OH- H2O Kurva Titrasi Asam Lemah Basa Kuat

Titrasi Asam Kuat - Garam dari Asam Lemah contoh : - Asam kuat : HCl - Garam dari asam lemah : NH4BO2 Persamaan Reaksi : HCl + NH4BO2 HBO2 + NH4Cl Reaksi ionnya : H+ + BO2- HBO2 Titrasi Basa Kuat - Garam dari Basa Lemah contoh : - Basa kuat : NaOH - Garam dari basa lemah : CH3COONH4 Persamaan Reaksi : NaOH + CH3COONH4 CH3COONa + NH4OH Reaksi ionnya : OH- + NH4- NH4OH Cara Melakukan Titrasi Asam Basa a. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret yang telah ditera b. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran c. Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator fenoftalien

d. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat dibawah ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di bawah wadah titrat e. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit) sampai larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi ! set alat titrasi

Prinsip Titrasi Asam basa Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant. 2.7 KENAIKAN TITIK DIDIH 1. Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Sifat koligatif meliputi: 1. Penurunan tekanan uap jenuh 2. Kenaikan titik didih 3. Penurunan titik beku 4. Tekanan osmotik Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit (Anonim, 2008). 1. Penurunan Tekanan Uap Jenuh Dan Kenaikan Titik Didih a. Penurunan tekanan uap Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapanberkurang. Menurut RAOULT: p = po . XB dimana: p = tekanan uap jenuh larutan po=tekanan uap jenuh pelarut murni XB = fraksi mol pelarut Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi: P = Po (1 - XA)P = Po - Po . XAPo - P = Po . XA

sehingga: P = po . XA dimana: P= penurunan tekanan uap pelarut murni po= tekanan uap pelarut murni XA = fraksi mol zat terlarut (Anonim, 2008). b. Kenaikan titik didih Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni.Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan: Tb = m . Kb , dimana: Tb=kenaikan titik didih (oC) m = molalitas larutan Kb = tetapan kenaikan titik didih molal Karena : m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut)maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai: Tb = (W/Mr) . (1000/p) . Kb Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai: Tb = (100 + Tb)oC (Anonim, 2008). Titik didih normal ialah temperatur pada saat tekanan uap cairan sama dengan 760 mm Hg. Bila tekanan luar diubah, titik didih juga berubah, jadi titik didih cairan adalah temperatur pada saat tekanan uap sama dengan tekanan luar terhadap permukaan cairan (Sukardjo, 1989). Perubahaan titik didih terhadap tekanan dapat dicari dengan persamaan Clausius-Clapeyron bila Hv diketahui. Bila Hv tidak diketahui, dapat ditentukan dengan Hukum Trouton.

~ 21
H v = tetap Tb

Ini untuk hidrogen dan asam-asam lebih mudah sedangkan untuk alkohol dan air lebih tinggi. Untuk nitrogen, oksigen, amoniak dan sebagainya, hal tersebut memenuhi syarat-syarat (Sukardjo, 1989). 2. Penurunan Titik Beku Dan Tekanan Osmotik a. Penurunan titik beku Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai : Tf = m . Kf = W/Mr . 1000/p . Kf dimana: Tf m Kf W Mr p Tf = penurunan titik beku = molalitas larutan = tetapan penurunan titik beku molal = massa zat terlarut = massa molekul relatif zat terlarut = massa pelarutApabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, = (O - Tf)oC

maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:

(Anonim, 2008). b. Tekanan osmotik Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis). Menurut VANT HOFF tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal: PV = nRT Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih

tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis. Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut Isotonis. 2. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama. Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal. Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) > Na+ (aq) + Cl- (aq) karena terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal. Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi. Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai: = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula (Anonim, 2008). Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < < 1).Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya (Anonim, 2008). 1. Untuk Kenaikan Titik Didih Dinyatakan sebagai: Tb = m . Kb [1 + (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kb [1+ (n-1)] n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya. 2. Untuk Penurunan Titik Beku Dinyatakan sebagai: Tf = m . Kf [1 + (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kf [1+ (n-1)] 3. Untuk Tekanan Osmotik Dinyatakan sebagai = C R T [1+ (n-1)] Contoh:

Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram garam dapur (Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (bagi air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86) Jawab: Larutan garam dapur, NaCl(aq) > NaF+ (aq) + Cl- (aq) Jumlah ion = n = 2. Tb = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.52 [1+1(2-1)] = 0.208 x 2 = 0.416oC Tf = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.86 [1+1(2-1)] = 0.744 x 2 = 1.488oC 2.8 KONDUKTIFITAS Konduktivitas atau keterhantaran termal, k, adalah suatu besaran intensif bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas.konduktivitas termal = laju aliran panas jara/(luas perbedaan suhu ) Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-ujung sebuah konduktor, muatan-muatan bergeraknya akan berpindah, menghasilkan arus listrik (http: //id. wikipedia. org/wiki/ Konduktivitas_listrik. 2008). Aliran listrik dalam suatu elektrolit akan memmenuhi hokum Ohm yang menyatakan bahwa besarnya arus listrik (I) yang mengalir melalui larutan sama dengan perbedaan potensial (V) dibagi dengan tahanan (R) (Bird, 1993). Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut : I=

V R
Tahanan suatu larutan bergantung pada dimensi larutan lainnya berdasarkan rumus : R =

l A

= tahanan spesifik aau resistivitas l = panjang A= luas penampang lintang Konduktivitas atau keterhantaran termal, k, adalah suatu besaran intensif bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. konduktivitas termal = laju aliran panas jarak / ( luas perbedaan suhu )

Besaran ini didefinisikan sebagai panas, Q, yang dihantarkan selama waktu t melaui ketebalan L, dengan arah normal ke permukaan dengan luas A yang disebabkan oleh perbedaan suhu T dalam kondisi tunak dan jika perpindahan panas hanya tergantung dengan perbedaan suhu tersebut. Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-ujung sebuah konduktor, muatan-muatan bergeraknya akan berpindah, menghasilkan arus listrik. Konduktivitas listrik rapat arus terhadap kuat medan listrik . Pada beberapa jenis bahan dimungkinkan terdapat konduktivitas listrik yang anisotropik. Lawan dari konduktivitas litrik adalah resistivitas listrik disebut sebagai resistivitas saja, yaitu atau biasa : didefinsikan sebagai ratio dari

. Bahan-bahan pertanian, baik tanaman maupun hewan beserta produknya, tidak lepas dari perlakuan panas. Proses-proses utama adalah pemanasan, pendinginan, dan pembekuan. Tujuan perlakuan panas pada umumnya adalah

pengawetan atau pencegahan terhadap pengecambahan. Pemanasan dan pendinginan bahan dapat dilakukan dengan konveksi, konduksi atau radiasi. Untuk menghitung proses-proses tersebut, pengetahuan tentang sifat panas seperti: panas spesifik, koefisien konduksi panas, koefisien difusi, koefisien absopsi atau emisi, sangat diperlukan. Dalam pemanasan dan pengeringan produk pertanian, adalah sangat penting untuk mengetahui berapa suhu harus diberikan dan untuk waktu berapa lama supaya tidak terjadi kerusakan. Sebagai contoh, kapasitas perkecambahan suatu benih turun dengan drastis apabila terkena panas yang berlebihan, sementara kualitas bahan-bahan lain mungkin memburuk.
2.9 PEMURNIAN MINYAK

Kelapa sawit yang mulanya berasal dari Afrika tropis memiliki produktivitas yang jauh lebih tinggi daripada tumbuhan sejenis yang juga memproduksi minyak lemak. Kelapa sawit mengkonversi energi cahaya menjadi minyak dengan efisiensi transformasi yang amat tinggi. Karena itu, usaha yang kami lakukan saat ini, tidak hanya bermakna membantu dunia industri utama Indonesia di masa depan, tetapi juga turut membantu memecahkan masalah energi dunia. Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : Dura, Pisifera, Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besarbesar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%.Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%.Untuk pembibitan massal, digunakan teknik kultur jaringan. Masa Panen Kelapa sawit biasanya berbuah setelah berumur 2,5 tahun. Buahnya menjadi masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dalam memanen perlu diperhatikan

beberapa ketentuan umum agar buah yang dihasilkan baik mutunya sehingga minyak yang dihasilkan juga bermutu baik. Panenan harus dilaksanakan pada saat yang tepat akan menentukan kuantitas dan kualitas buah kelapa sawit. Dalam pembentukan minyak di dalam buah berlangsung selama 24 hari, yaitu pada saat buah mulai masak. Panenan yang dilakukan sebelum proses pembentukan minyak selesai akan mengakibatkan hasil minyak yang kurang dari semestinya. Panenan sesudah proses pembentukan minyak selesai, akan merugikan karena banyak buah yang lepas dari tandannya dan jatuh ke tanah. Buah yang terlalu masak, kandungan minyaknya akan berubah menjadi asam lemak bebas (free fatty acid). Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang dari ekstraksi daging buah (pericarp). Hasil lain yang tidak kalah penting adalah minyak inti sawit atau kernel yang juga diperoleh dengan cara ekstraksi. Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut: 1. Perebusan (sterilisasi) TBS TBS yang masuk kedalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizaer. Buah direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130o C selama 50-60 menit. Tujuan perebusan TBS adalah:

Menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid

Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air Mempermudah perontokan buah Melunakkan buah sehuingga mudah diekstraksi

2. Periontokan buah Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dengan menggunakan mesin tresher. Tandan kosong disalurkan ke temapat pembakaran atau digunakan sebagai bahan pupuk organic. Sedangkan buah yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa kemesin pelumatan. Selama proses perontokan buah, minyakl dan kernel yang terbuang sekitar 0,03% 3. Pelumatan buah

Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalam steam jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu didalam steam jacket sekitar 85-90oC. Tujuan dari pelumatan buah adalah:

Menurunkan kekentalan minyak Membebaskan sel-sel yang mengandungb minyak dari serat buah Menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp

4. Pengempaan (ekstraksi minyak sawit). Proses pengempaanb bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat didalam ampas. Proses pengempaan dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang bersuhu 95oC. Selain itu proses ekstraksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut dan tekanan hidrolis. 5. Pemurnian (klarifikasi minyak ) Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya masih mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air ekitar 40-45% air. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Presentase minyak sawit yang dihasilkan dalam oproses pemurnian sekitar 21%. Proses pemurnian minyak kelap sawit terdiri dari beberapa tahapan yaitu : a. pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank) prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air. b. Sentrifugasi minyak dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasil akhir dari proses sentrifugasi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari0,01% c. Pengeringan hampa Dalam tahap ini kadar air diturunkan sampai 0,1%. Proses penngeringan hampa dilakukan dalam kondisi suhu 95oC dan tekanan-75cmHg.

d. Pemurnian minyak dengan tangki lumpur Proses pemurnian didalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari lumpur. e. Strainer Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah halus f. precleaner proses precleaner bertujuan untuk memisahkan pasir pasir harus dari sludge. g. Sentrifugasi lumpur Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan. h. Setrifugasi pemurnian minyak Tahap ini hampir sama dengan sentrifugasi lumpur, hanya putaran sentrifugasi lebih cepat. i. Pengeringan minyak Dalam proses pengeringan minyak, kadar air yang terkandung di dalam minyak diturunkan. Proses ini berlangsung dalkam teklanan -75cmhHg dan suhu 95oC 6. Pemisahan biji dengan Serabut (Depeicarping) Ampas buah yang masih mengandung serabut dan biji diaduk dan dipananskan sampai keduanya terpisah. Selanjutnya dilakukan pemisahan secara pneumatic. Serabut selanjutnya di bawa ke boiler, sedangkan biji disalurkan ke dalam nit cleaning atau polishing drum . Tujuannya agar biji bersih dan seragam. 7. Pengerinagn dan pemisahan inti sawit Setelah dipisahkan dari serabut, selanjutya biji dikeringkan dalam silo dengan suhu 56oC selama 12-16 jam. Kadar air biji diturunkan sampai 16%. Proses pengeringan menyebabkan inti sawit menyusut sehingga mudah untuk dipisahkan. Untuk memisahkan inti sawit dari tempurungnya digunakan alat hydrocyclone separator. Setelah terpisah dari tempurungnya inti sawit selanjutnya dicuci sampai bersih. Proses slanjutnya inti dikeringkan sehingga kadar airnya tinggal 7,5%. Proses pengeringan dilakukan dalam suhu di atas 90oC.

Standar Produksi Standar produksi ini meliputi : klasifikasi dan standar mutu,, car pengujian, pengambilan sampel, dan cara pengemasan.

BAB II BAHAN DAN METODE


3.1 LARUTAN ELEKTROLIT 1. Bahan : Larutan NaOH dengan konsentrasi 20% , 15%, 10%, dan 5%. 2. alat yang digunakan : pH meter Voltase Buat larutan NaOH berbeda konsentrasi, yaitu larutan 20%, 15%, 10%, dan 5%. Atur pH dan voltase masing masing konsentrasi larutan NaOH. Buat persamaan regresi dan hitung r. Buat hubungan antara Ph dan konsentrasi NaOH serta hubungan antara voltase dengan konsentrasi NaOH.

1. Metode ( prosedur ) :

3.2.HUBUNGAN PH DENGAN WARNA a) Bahan yang digunakan : a) Larutan gambir 5% / ml. NaOH 50%.

Alat yang digunakan : Ph meter

b) Metode ( prosedur kerja ) : Buat larutan gambir 5%, hitung Ph awal larutan. Hitung jumlah tetes NaOH 50% / ml untuk setiap pengaturan Ph larutan gambir, yaitu ph 7 ; 7,5 ; 8 ; 8,5 ; 9 ; 9,5.

Lihat perubahan warna yang terjadi dan beri tanda ( + ) sesuai dengan kekuatan warna. Cari komponen kimia gambir. Cari penyebab perubahan warna yang terjadi. 3.2.WAKTU GELATINISASI a. Bahan gambir b. Alat Ph meter c. Prosedur kerja 1. Pengaruh ph terhadap waktu gelatinisasi

Buat larutan ganbir 45 % Atur ph menjadi 7,5 ; 8 ; 8,5 ; 9 ; 9,5 ; 10. Amati kelarutan gambir. Tambahkan gelatinisasi. Buat hubungan antara pH dengan waktu gelatinisasi. Buat larutan gambir 45 % dan atur ph sampai 9. Tambahkan C. paraformal dehid, kemudian amati waktu gelatinisasi pada suhu yang berbeda, yaitu 400 , 600 , 800 , 1000 paraformadehid , kemudian amati waktu

1. Pengaruh suhu terhadap waktu gelatinisasi

Buat hubungan antara suhu dengan waktu gelatinisasi.

3.4 PENGUKURAN VISKOSITAS LARUTAN a. bahan b. alat viskometer Kelereng minyak jelantah minyak murni

c.prosedur kerja 1. dengan bola jatuh Susun alat sebagaimana mestinya. Ukur jari jari dan massa jenis bola jatuh. Tentukan massa jenis dari zat alir. Jatuhkan bola jatuh pelan pelan diatas permukaan zat alir dalam tabung. Setelah kira kira 5 cm diatas permukaan zat alir dalam tabung. Tekanlah tombol stopwch. Catat waktu jatuhnya dan ukur jarak yang ditempuh bola sejak awal penekanan tombol stopwatch sampai dasr tabung. Lakukan sebanyak 3 kali. Tentukan v dari langkah diatas. Ulangi beberapa kali untuk memperoleh v. Pakai rumus diatas untuk menghitung kekentalan zat alir setiap harga v yang diperoleh. 2. dengan viscometer Susun alat viscometer sebagaimana mestinya. Ambil masing 50 ml larutan air, gliserol 10 %, 25 %, 50 %, 100 %. Tentukan masing masing waktu alir zat cair, lakukan 5 x pengujian.

3.5.TETAPAN KALORIMETER a. bahan air b. alat calorimeter termometer gelas piala gelas ukur pembakar gas

c.prosedur kerja

pasang alat seperti terlihat pada gambar . ukur 50 ml air dengan gelas ukur. Masukkan air kedalam calorimeter, aduk dan catat suku air dalam calorimeter setiap 30 detik hingga menit ke empat.

Tepat pada menit keempat, masukkan air panas yang suhunya telah diketahui ( 35 450 C ). Sebanyak 50 ml. Catat suhu air dalam calorimeter tiap 30 detik dengan tak lupa mengaduknya sampai menit ke 8. Buat hubungan kurva antara waktu dengan suhu.

3.6 TITRASI ASAM BASA a. bahan b. alat ph meter pipet 25 ml gelas piala buret pengaduk gelas larutan elektroda air suling NaOH.

c.prosedur kerja Celupkan elektroda elektroda ( yang telah dicuci air suling ) kedalam 25 ml, 0,1 M HCL. Ukurlah ph larutan. Tambahkan 5 ml sampai NaOH 0,1 M dengan memakai buret dan ukurlah pH pada setiap penambahan NaOH 0,1 M pH akan berubah secara cepat. Jangan mengaduk setiap kali penambahan.

3.7 KENAIKAN TITIK DIDIH

a. Bahan b. Alat Erlenmeyer stpwach larutan aquades larutan garam 10 %, 25 %, 50 %

c.Prosedur Kerja Siapakan Erlenmeyer 250 ml masing masing 4 buah. Isi Erlenmeyer dengan larutan aquades, larutan garm 10 % , 25 %, 50 %. Panaskan larutan tersebut laulu hitung waktu didih dan suhu didih larutan.

3.8 KONDUKTIFITAS a. Bahan Gypsum ( CuSO4 H2O ) 50 gr, air 25 ml. b. alat multitester c. Prosedur kerja

Sediakan multitester, hitung voltase air. Siapkan gypsum 50 gr dan air 25 ml. campur larutan tersebut secara cepat ( 2 menit ) hitung segera volt dengan multitester. Diamkan selama 10 menit larutan, hitung voltnya kembali. Hitung perubahan voltase larutan berdasarkan voltase air tidak terikat.

1.9 BLANCHING (PEMURNIAN MINYAK) a. Bahan Cangkang kelapa sawit b. Alat Drum/kaleng c. Prosedur Kerja

Cangkang kelapa sawit yang sudah kering dimasukkan kedalam drum/kaleng yang telah dibuang tutup bagian atasnya dan diberi lubang sebanyak 4 buah dengan jarak yang sama pada tutup bagian bawahnya.

Ukuran lubang harus cukup besar agar memungkinkan udara masuk Drum ditempatkan pada 2 pipa di atas tanah dan dibakar Selama api menyala ditambahkan cangkang kelapa sawit sedikit demi sedikit sampai setinggi permukaan kaleng Penambahan dilakukan dengan api menyala kecil Selain itu drum/kaleng ditutup dengan pelepah pisang/karung basah dan dilapisi dengan penutup dari logam yang ditutup rapat

Biarkan sampai menjadi dingin selama semalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 LARUTAN ELEKTROLIT a. Hasil Konsentrasi NaOH 20 % 15% 5% -272, 9 ml -275,2 ml -295,6 ml 11,37 11,26 11,93 Voltase NaOH pH NaOH

b. Pembahasan

Persamaan Regresi Y = a + bx Hitung r y = a + bx 7 = a + 7,01 b 4 = 4 + 4,01 b 3 = 3b b=1

pH standar = 4 7 pH buffer = 4,01 7,01.

substitusi b = 1 = a + 7,01 (b). a = 7,01 7 konsentrasi : a = 0,01 maka y = a + bx y = 0,01 + x x=r

sehingga r = y 0,01 nilai r untuk masing

5% : 11,93 0,01 = 11,92 15% : 11,26 0,01 = 11,25 20% : 11,37 0,01 = 11,36.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara konsentrasi dengan kandungan pH dan voltasenya. Dari hasil diperoleh

bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin tinggi pula pH dan oltase dari larutan elektrolit tersebut. Hubungan antara PH dengan konsentrasi NaOH adalah semakintinggi ph maka jumlah konsentrasi NaOH juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya semakin kecil konsentrasi NaOH maka ph yang dihasilkan juga semakin rendah. Sedangkan hubungan antara konsentrasi NaOH dengan voltase adalah berbanding terbalik dimana semakin tinggi konsentrasi NaOH maka jumlah voltase yang dihasilkan semakin rendah begitu juga sebaliknya semakin rendah konsenyrasi NaOH maka jumlah voltase yang dihasilkan semakin tinggi. Grafik hubugan antara pH dengan konsentrasi NaOh

Grafik hubugan antara voltase dengan konsentrasi NaOh

4.2 HUBUNGAN PH DENGAN WARNA a. hasil Pengamatan 5 gr Gambir + 100 ml air Gambir + 3 tetes NaOH Gambir + 5 tetes NaOH Gambir + 7tetes NaOH Gambir + 49 tetes NaOH Gambir +178Tetes 9 8,5 Coklat kehitaman pekat Hitam dan pekat 8 Coklat kehitaman 7,5 Coklat tua 7 Coklat tua pH 6,8 Warna Coklat muda

NaOH Gambir +290Tetes NaOH 9,5 Sangat hitan dan pekat Pada praktikum hubungan pH dengan warna, pada awalnya gambir sebanyak 5 gr ditambah dengan 100 ml air memiliki pH awal yaitu 6,8. Kemudian setelah penetesan NaOH 50% / ml kedalam larutan gambir terjadi perubahan warna dan pH-nya naik. Setelah tetes ke 3, 5, , 49 , 178 dan 290, pada akhir tetea tersebut terjadi perubahan warna menjadi coklat Muda (+), coklat tua (++), coklat kehitaman (++ +),Coklat kehitaman pekat(++++),Hitam dan Pekat(+++++)dan Sangat hitan dan Pekat(++++++). Perubahan warna ini terjadi karena penambahan konsentrasi NaOH yang kemudian akan terlihat kedalam pengukuran pH dan prubahan warnanya. Semakin tinggi nilai pH, semakin besar perubahan warnanya. b. pembahasan komponen kimia gambir : Catchin Asam catech tannat Guerstein Floursein Abu Asam lemak Lilin Alkaloid pH = 7 r = y 0,1 = 7 0,1 = 6,9

pH = 4,01 r = y 0,1 = 4,01 0,1 =4

Pada saat larutan NaOH diteteskan pada larutan gambir, menyebabkan perubahan pada larutan gambir dimana larutan berubah menjadi semakin pekat menyebabkan sifatnya semakin basa. Perubahan warna semakin menyengat atau semakin pekat apabila pH semakin tinggi atau bersifat basa. Makin tinggi PH ,makin banyak ikatan rangkap yang terbentuk sehingga larutan makin pekat. Dan apabila ph semakin tinggi,dan baunya menyengat. Gambir bersifat asam sedangkan NaOH bersifat basa .sehingga penetesan NAOH bersifat asam lemak netral tidak membutuhkan banyak tetesan tetapi setelah bersifat basa lemah dirubah kebasa kuat akan membutuhkan banyak NAOH karena reaksi yang terjadi semakin lambat. Komponen atau kandungan kimia gambir adalah : catechin,asam tengat.gambir bermacam antara lain catechin,asam tenat,gultesin,cathesin merah, gambir cathecin,asam lemak 4.3 WAKTU GELATINISASI a. hasil Pengaruh pH terhadap wktu gelatinisasi pH awal = 6,40 Untuk mencapai pH 8 + 44 tetes NaOH Larutan tidak terlalu kental Waktu gelatinisasi Larutan kental Waktu gelatinisasi Larutan sangat kental Waktu gelatinisasi

= 20,16 detik

Untuk mencapai pH 9 + 96 tetes NaOH = 16,03 detik

Untuk mencapai pH 10 + 300 tetes NaOH = 13,72 detik

Pengaruh suhu terhadap waktu gelatinisasi Suhu 40OC, larutan kental Waktu gelatinisasi Waktu gelatinisasi = 1,30 menit = 1,45 menit

Suhu 60OC, larutan lebih kental

Suhu 80OC, larutan sangat kental Waktu gelatinisasi = 2,06 menit

Grafik hubungan antara suhu dengan waktu gelatinisasi

Grafik hubungan antara pH dengan waktu gelatinisasi

b. pembahasan pada uji praktikum waktu gelatinisasi, semakin tinggi pH, waktu gelatinisasi semakin singkat. Sedangkan semakin tingi suhu, waktu gelatinisai semakin lama. Pengaruh pH terhadap waktu gelatinisasi sangat berpengaruh terhadap larutannya. Pada pencapaian pH 8 + 44 tetes NaOH, larutannya tidak terlalu kental, dan setelah ditambahkan 96 tetes NaOH larutan menjadi ambah kental dari sbelumnya. Pencapaian pH 10 pada penambahan NaOH sebanyak 300 tetes, dan larutan sagat kental. Penambahan HCl dengan NaOH menyebabkan pH meningkat, dimana sifat asam kuat semakin berkurang atau semakin hilang ketika NaOH atau basa kuat ditambah dari 5 mL menjadi 10 mL dan menjadi larutan basa. 4.4 PENGUKURAN VISKOSITAS LARUTAN a. hasil Dengan bola jatuh Waktu jatuh kelereng ( detik) Percobaan Air Minyak murni 1 2 3 0,69 0,54 0,45 1,5 1,41 1 Minyak jelantah 1 0,8 1

4 5 Dengan Viskositas

0,32 0,22

1 0,96

1,2 1,2

Waktu jatuh kelereng (detik) Percobaa n 1 2 3 4 5 Air 7,8 8,0 7,4 7,4 7,6 Minyak murni 25,86 26,04 26,04 25,21 24,72 Minyak jelantah 24,96 25,79 26,69 25,28 25,14

r kelereng h air, minyak jelantah dan minyak murni m tabung berat tabung + air m air = (119,24 70,310 = 48,93 gr

= 0,8 cm = 13,1 cm = 70,31 gr = 119,24 gr

berat tabung dan minyak jelantah m minyak jelantah = 114,51 70,31 = 44,29 gr

= 114,51 gr

berat tabung dan minyak murni = 115,95 gr m minyak murni = 115,95 70,31 = 45,64 gr berat kelereng pada air = 4,73 gr berat kelereng pada minyak murni dan minyak jelantah = 5,15 gr

untuk air

= m v air =

= m kaleng v kelereng 48,93 50

4,75= 2,226 gr/ml 4/3.3,14 (0,8)3

= 0,98 gr/ml

percobaan 1 dengan bola jatuh ( t = 0,69 detik)


=29.r2.g-on/t

=29. (0,8) 2.10 2,226-0,9813,1/0,69 =0,0093 poesse

percobaan dengan viscometer


=29.0,82.102,226-0,9813,1/1,8 =0,1777,277 =0,0244 poesse

untuk minyak
kaleng = mv=5,15 gr4/33,140,83 =2,4 gr/cm3

minyak murni = mv=45,64 gr50 ml=0,91 gr/ml

percobaan I dengan bola jatuh ( t=1,5 detik)


=2/9.0,82102,4-0,9113,1/1,5=0,2128,73=0,243 poesse

untuk minyak jelantah


kelereng =2,4 gr/cm3 minyak jelantah = mv =44,2 gr50 ml=0,884 gr/ml =29.0,82.10. 2,4-0,88413,1/1 =0,0165 poes

b. pembahasan Viskositas adalah sebuah ukuran penolakan sebuah fluida terhadap perubahan bentuk di bawah tekanan shear. Biasanya diterima sebagai "kekentalan", atau penolakan terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan

penolakan dalam fluida kepada aliran dan dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluida. Air memiliki viskositas rendah, sedangkan minyak sayur memiliki viskositas tinggi (Anonim, 2008). Dengan melihat literatur diatas dan ditunjang oleh perhitungan maka dapat diketahui bahwa berat jenis minyak sawit dan minyak jelantah lebih kecil dibandingkan berat jenis air yaitu 0,91 dan 0,884 untuk sawit dan jelantah serta 0,98 untuk air. Berat jenis dapat digunakan untuk menentukan kerapatan dari suatu zat. Zat yang memiliki kerapatan tinggi (viskositas tinggi) akan memerlukan waktu yang lama dalam proses pengosongan cairan dalam viskometer dan menyebabkan bola jatuh lebih lambat ke dasar gelas ukur. Faktor yang menyebabkan lambatnya proses pengosongan cairan dalam viskometer dan jatuhnya bola kedasar gelas ukur adalah rapat atau tidaknya komponen suatu larutan, kecepatan gravitasi dan jenis komponen zat. Selain itu, lambatnya bola jatuh kedasar gelas ukur juga disebabkan karena bola yang digunakan dalam praktikum secara berulang ulang berat nya telah bertambah karena bola tersebut tidak dibersihkan setiap melakukan pengulangan. Dari perhitungan, maka didapatkan viskositas minyak jelantah, sawit dan air secara berurutan adalah 0,545 poise, 0,513 poise dan 0,768 poise. Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder

4.5 TETAPAM KALORIMETER a. hasil Waktu (menit) 0 0,5 1,0 Suhu (oC) 33 Waktu (menit) 4,5 5,0 5,5 Suhu (oC) 35 35

1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 Suhu air panas awal = 45oC Perubahan suhu (T) 33.5

6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 35 35

Suhu pencampuran air panas dengan air dingin = 37oC

Kapasitas panas air = 4,18J/g/oC

perhitungan 1. energi panas yang diserap air dingin = T x kapasitas panas air x berat air dingin = (33,5 29) x 4,18 J/g/oC x 50 ml = 940,5J 2. energi panas yang dilepaskan oleh air panas = T x kapasitas panas air x berat air dingin = (35 33,5C) x 4,18 J/g/oC x 50 ml = 313,5 J 3. energi panas yang diserap oleh kalorimeter = panas yang diserap oleh air panas panas yang diserap air dingin = 313,5 940,5J = - 627 J
4. energi panas yang diserap kalori untuk setiap kenaikan suhu 1oC

Kapasitas panas Panas jenis (4,18 j/kg/c0

= -627 J 4,18 = 150 J

Grafik hubungan antara waktu dengan Suhu

b. pembahasan Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu perubahan atau reaksi kimia. Kalorimeter berarti mengukur panas. Ketika aliran panas terjadi antara dua benda yang terisolasi dari lingkungannya, jumlah panas yang hilang dari satu benda harus setara dengan jumlah benda lainnya. Pada hasil praktikum ketetapan kalori meter, didapatkan pada suhu air panas awal adalah 45oC. Sedangkan kapasitas panas air 4,18 J/g/oC. pada perhitungan energi panas yang diserap oleh air dingin, energi panas yang dilepaskan oleh air panas, energi yang diserap oleh kalorimeter, dan energi panas yang diserap kalori untuk setiap kenaikan suhu 1 oC didapatkan hasil yaitu sebesar 207 J, 1672 J, 1463 J dan 146,3 J. 4.6 TITRASI ASAM BASA a. Hasil Bahan awal 25 ml HCL pH = 1,38 suhu = 30,4 Bahan + 5 ml NaOH + 5 ml NaOH + 5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH PH 1,55 2,05 11,43 11,91 11,95 11,96 11,86 11,88 11,89 11,87 SUHU 31,3 31,4 31,6 32,1 31,7 31,2 32,1 32,1 31,8 31,9

+ 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH + 0,5 ml NaOH

11,91 11,93 11,94 11,94 11,94 11,96 11,99 12,01 12,02 12,04 12,06 12,07 12,19

31,5 31,3 30,8 30,8 30,9 31,0 31,0 31,0 31,0 31,0 30,7 30,2 30.7

b. Pembahasan Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa). Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.

Pada hasil pengamatan titrasi asam basa, pada awalnya mempunyai pH sebesar 6,8. Setelah dilakukan penambahan 10 ml NaOH pH menjadi 7,0. Selanjutnya pada penambahan 20 ml NaOH besar pH yang diperoleh sama dengan penambahan 10 ml NaOH. Seharusnya pada penambahan 20 ml NaOH didapatkan pH besar daripada penambahan I. Hal ini disebabkan karena kurang teliti dan berhati hati dalam mengerjakan praktikum.

1.6 KENAIKAN TITIK DIDIH a. Hasil % gram 6 10 25 50 Suhu (oC) 95 99 100 103 waktu 9:53:16 4:54:19 4:12 5:18

Pemanasan dilakukan dengan menggunakan kompor listrik, dengan daya (p) = 600 W b. Pembahasan Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan garam maka semakin tinggi kenaikan titik didih, namun berbanding terbalik dengan waktu yang digunakan untuk mencapai titik didih. Sifat khas dari peristiwa berikut : Penurunan tekanan uap Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang (Anonim, 2008). Pada hasil yang didapatkan semakin tinggi konsentrasi, maka tinggi suhu dan waktu semakin cepat.

1.6 KONDUKTIFITAS a. Hasil Kelompok I & IV Air 1,2 V 1,7 V 1,7 V Gipsun+air 4,5 V 4,5 V 6V 10 menit 1V 4V 1V

II & IV III & V b. Pembahasan

Perubahan voltase larutan berdasarkan voltase air terikat adalah jika larutan gypsum yang telah dicampurkan dengan air 25 ml selama 2 menit volt menjadi naik. Dan setelah didiamkan selama 10 menit voltase menjadi turun. Praktikum yang melakukan pengujian konduktifitas pada tiap tipa kelompok mendapatkan hasil yang berbeda. Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pendiaman gipsum yang dicampur air maka didapatkan voltase/konduktivitasnya semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya air bebas yang terdapat dalam campuran gipsum tersebut.

1.6 Hubungan suhu dengan Tekanan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN Dari praktikum Kimia Fisika Koloid pada Objek Termodinamika ini maka praktikan dapat mangambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluida kepada aliran dan

dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluida. Air memiliki viskositas rendah, sedangkan minyak sayur memiliki viskositas tinggi. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pendiaman gipsum yang dicampur air maka didapatkan voltase/konduktivitasnya semakin rendah.
Dari pratikum yang telah kami lakukan maka kami telah mendapatkan

hasil yaitu NaoH yang telah yang ditambahkan kedalam larutan tersebut maka PH akan bertambah tinggi. Dengan tingginya pH tersebut maka akan menyebabkan NaoH tersebut bersifat basa.Apabila titrasi dilakukan terus-menerus maka menyebabkan larutan tersebut bersifat basa kuat.Ph larutan < dari 7 disebut larutan tersenbut bersifat asam.Ph larutan sama dengan 7 disebut larutan tersebut bersifat netral.Dan jika PH larutan tersebut > dari 7 maka larutan tersebut bersifat basa.Ph larutan dap[at dicari apabila konsentrasi larutan diketahui.
hubungan antara asam dengan voltase berbanding lurus. Jika semakin

asam maka akan semakin besar voltase.


Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama sama (Uncaria gambir Roxb.). Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan pada menyirih. Kegunaan yang lebih penting adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna

5.2 SARAN

Disarankan untuk praktikan dalam pengerjaannya diperhatikan suhu dan waktu dengan sangat teliti karena hal yang sedikkit ini sangat menentukan dari besarnya kapasitas panas dan besarnya perubahan suhu begitu juga dalam pemabndinagnnya dengan literature yang telah ada. Selain teliti dalam hal waktu dan menghitung besarnya perubahan suhu, diperhatiakan juga keberlanjutandari proses pengadukan yang mana pada tahap ini juga sangat mempengaruhi dari besarnya perubahan suhu yang dilihat dan berakibat sampai jumlah energy panas yang diserap.

JAWABAN PERTANYAAN

1. Objek VI a. Energy yang diterima oleh air dingin tidak sama dengan energy yang dilepaskan oleh air panas karena energy panas yang dilepaskan oleh air panas tidak hanya diserap oleh air dingin saja tetapi juga diserap oleh calorimeter, thermometer, dan pengaduknya.

Sehingga berlaku persamaan : Q lepas = Q air dingin + Q calorimeter b. Untuk menghitung kapasitas panas calorimeter kita dapat melakukannya dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus perbandingan antara kapasitas panas yang diserap oleh calorimeter dengan perubahan suhu. Setelah itu kita juga dapat menggunakan harga air calorimeter, sesuai dengan rumus :
harga air kalorimeter =kapasitas panas kalorimeterpanas jenis air 1. Objek XI

a. Sifat khusus dari peristiwa peristiwa : Penurunan tekanan uap Perhatikan suatu larutan yang terdiri dari pelarut A, zat A dan zat terlarut yang bersifat non volatif B. campuran demikian, misalnya saja urea dalam air. Tekanan uap zat terlarut dapat diabaikan karena sangat kecil. Dengan penambahan sedikit zat non volatif kedalam air mempengaruhi tekanan uap air. Kenaikan titik didih Pelarut murni akan mendidih bila tekanan uap jenuh pada permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar. Untuk system terbuka, tekanan udara luar yang dimaksud adalah tekanan atsmosfir /750 mmHg karena zat terlarut non volatif mengulangi tekanan uap. Maka dapat diharapkan akan terjadi peningkatan titik didih apabila kedalam pelarut murni dimasukkan zar terlalur non volatif tadi. Penurunan titik beku Penurunan titik beku sebanding dengan konsentrasi zat terlarut (molalitas) selain peralatan yang digunakan lebih sederhana, nilai penurunan titik beku biasanya lebih besar sehingga pengukuran lebih mudah dan lebih cepat. Tekanan osmosis Osmosis adlah suatu proses spontan dimana pelarut dari suatu larutan (bisa juga disebut pelarut murni), mengalir melalui membrane semi permiabel ke dalam larutan lain yang elbih pekat sampai kedua larutan tidak sama konsentrasinya. Tekanan osmosis suatu tekanan didefenisikan sebagai tekanan yang harus dikenanakan pada larutan untuk mencegah mengakirnya molekul pelarut murni apabila larutan pelarut dipisahkan oelh membrane semi permiabel. a. Titik didih

Adalah suatu titik di mana pelarut murni mendidih dengan tekanan uap jenuh pada permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar (760mmHg).
1. Objek XII

Berdasarkan gerak hubungan antara waktu dan voltase pada hasil pengamatan maka dapat dismpulkan bahwa besarnya konduktifitas sebanding atau berbanding lurus dengan jumlah air bebas. Semakin besar konduktifitas, sebagai contoh larutan garam yang didiamkan selama 10 menit. Hal ini terjadi karna air bebaas pada saat gypsum di biarkan 2 menit lebih lama pada saat setelah 10 menit karema air bebas untuk mengkristalisasi gipsum

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2008. Praweda/Kimia.

Termokomia.

http:

//

free.

vlsm.

org/

Pendamping/

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia. http://free.vlsm.org/Pendamping/Praweda/Kimia/.2000 (http://id.wikipedia.org/wiki/Konduktivitas_listrik.2008). (http://id.wikipedia.org/wiki/Titik_didih.2008).

Knothe, G. 2005 Dependence of Biodiesel Fuel Properties on the Structure of Fatty Acid Alkyl Esters, Fuel Processing Technology. 86, 1059 1070 Massey, B S. 1983. Mechanics of Fluids, fifth edition. ISBN 0-442-30552-4

You might also like