You are on page 1of 55

Labschool Jakarta Pendidikan Terbaik Putra-Putri Anda Lompat ke isi

Beranda Wijaya Kusumah

SERTIFIKASI GURU, MERUGIKAN ATAU MENGUNTUNGKAN? Materi Workshop Power Point

Model-Model Pembelajaran
Posted on April 22, 2008 by kusumah wijaya| 148 Komentar
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat. Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

Metode Role Playing


Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:

Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama. 1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh. 2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda. 3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan. 4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut: 1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. 2. Berpikir dan bertindak kreatif. 3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis 4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. 5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan. 6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. 7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:

1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal
terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.

2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode


pembelajaran yang lain.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Langkah-langkah: 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.) 3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. 5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Kelebihan: 1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik. 2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain. 3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber. Kekurangan: 1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai. 2. Membutuhkan banyak waktu dan dana. 3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Langkah-langkah: 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan. 2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas. 6. Kesimpulan guru. 7. Penutup. Kelebihan: Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan. Setiap siswa mendapat peran. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

Kekurangan:

Picture and Picture


Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.

Langkah-langkah: 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Menyajikan materi sebagai pengantar. 3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi. 4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambargambar menjadi urutan yang logis. 5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut. 6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan / rangkuman. Kebaikan: 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 2. Melatih berpikir logis dan sistematis. Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.

Numbered Heads Together


Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Langkah-langkah: 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. 2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya. 4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. 5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 6. Kesimpulan. Kelebihan: Setiap siswa menjadi siap semua. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Kelemahan:

Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)


Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.

Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Seleksi topik Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. b. Merencanakan kerjasama Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas. c. Implementasi Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. d. Analisis dan sintesis Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. e. Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru. f. Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang. Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai ahli dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

Metode Team Games Tournament (TGT)


Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur

permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu: 1. Penyajian kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. 2. Kelompok (team) Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. 3. Game Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan. 4. Turnamen Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya. 5. Team recognize (penghargaan kelompok) Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan Super Team jika rata-rata skor 45 atau lebih, Great Team apabila rata-rata mencapai 40-45 dan Good Team apabila rata-ratanya 30-40

Model Student Teams Achievement Divisions (STAD)


Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti. Langkah-langkah: 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.). 2. Guru menyajikan pelajaran. 3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. 5. Memberi evaluasi. 6. Penutup.

Kelebihan: 1. Seluruh siswa menjadi lebih siap. 2. Melatih kerjasama dengan baik. Kekurangan: 1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan. 2. Membedakan siswa.

Model Examples Non Examples


Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contohcontoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD. Langkah-langkah: 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP. 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar. 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. 5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. 6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7. KKesimpulan. Kebaikan: 1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar. 2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. 3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Kekurangan: 1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. 2. Memakan waktu yang lama.

Model Lesson Study


Lesson Study adalah suatu metode yang dikembankan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnyadisebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida. Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi: a. Perencanaan. b. Praktek mengajar. c. Observasi. d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran. 2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang. 3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.

4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui. 5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersamasama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya. 6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2). Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut: - Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas. - Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.

http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-model/page/3/

Model Pembelajaran ARIAS


Abstrak. Model pembelajaran ARIAS dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran ARIAS berisi lima komponen yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction yang dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar. Model ini sudah dicobakan di dua sekolah yang berbeda yaitu salah satu SD negeri di Kota Palembang (percobaan pertama) dan satu SD negeri di Sekayu, Kabupaten Musi Banyu Asin (percobaan kedua). Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil percobaan tersebut model pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Kata kunci: motivasi berprestasi, hasil belajar siswa, ARIAS, kegiatan pembelajaran 1. Pendahuluan Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Suatu tes terhadap sejumlah siswa SD dari berbagai kabupaten dan propinsi menunjukkan hasil belajar siswa sangat rendah (Lastri 1993:12). Nilai Ebtanas siswa SD dalam kurun waktu lima tahun terakhir (1993/1994 sampai dengan 1997/1998) menunjukkan hasil belajar yang kurang menggembirakan (Depdikbud, 1998). Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan. Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Berkenaan dengan

hal itu, maka dengan memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar dikembangkanlah suatu model pembelajaran yang disebut dengan model pembelajaran ARIAS. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa, telah dicobakan pada sejumlah siswa di dua sekolah yang berbeda. Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran ARIAS ini dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, dan sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Tujuan percobaan lapangan ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar. 2. Kajian Teori dan Pembahasan 2.1 Model Pembelajaran ARIAS Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289319). Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut. Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981: 80). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen

menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS. 2.2 Komponen Model Pembelajaran ARIAS Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986: 218). Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989: 42). Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah: - Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa. Menurut Martin dan Briggs (1986: 427-433) penggunaan model seseorang yang berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap percaya diri menurut Bandura seperti dikutip Gagne dan Briggs (1979: 88) sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah. - Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku). - Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne (1987: 175-202) merupakan salah satu usaha menanamkan rasa percaya diri pada siswa. - Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan. Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang

akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140). Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah: - Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka. - Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang. - Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai- nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional, sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan (Semiawan, 1991). (4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran. Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah: - Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran. - Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan. - Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar. - Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs (1979: 157) dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.

Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979:157). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin (1987: 11-14) bahwa evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah: Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa. Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa. Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri. Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.

Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran (Hilgard dan Bower, 1975:561). Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik (Keller dan Kopp, 1987: 2-9). Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Memberikan penghargaan (reward) menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979: merupakan suatu penguatan (reinforcement) dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memberikan penghargaan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi hasil belajar siswa (Hilgard dan Bower, 1975: 561). Untuk

itu, rasa bangga dan puas perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain : - Memberi penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun non-verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya. Ucapan guru : Bagus, kamu telah mengerjakannya dengan baik sekali!. Menganggukkan kepala sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu pertanyaan, merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa yang telah berhasil melakukan suatu kegiatan. Ucapan yang tulus dan/atau senyuman guru yang simpatik menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan lebih baik lagi, dan memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. - Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan/keterampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata atau simulasi. - Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru. - Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami kesulitan/memerlukan bantuan. 2.3 Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunakan sejak guru atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran misalnya. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran sebagai bahan/materi bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai pegangan bagi guru disusun sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut sudah mengandung komponenkomponen ARIAS. Artinya, dalam satuan pelajaran itu sudah tergambarkan usaha/kegiatan yang akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa, mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan minat/perhatian siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa dihargai/bangga pada siswa. Guru atau pengembang sudah merancang urutan semua kegiatan yang akan dilakukan, strategi atau metode pembelajaran yang akan digunakan, media pembelajaran apa yang akan dipakai, perlengkapan apa yang dibutuhkan, dan bagaimana cara penilaian akan dilaksanakan. Meskipun demikian pelaksanaan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan situasi, kondisi dan lingkungan siswa. Demikian juga halnya dengan satuan pelajaran sebagai bahan/materi untuk siswa. Bahan/materi tersebut harus disusun berdasarkan model pembelajaran ARIAS. Bahasa, kosa kata, kalimat, gambar atau ilustrasi, pada bahan/materi dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, bahwa mereka mampu, dan apa yang dipelajari ada relevansi dengan kehidupan mereka. Bentuk, susunan dan isi bahan/materi dapat membangkitkan minat/perhatian siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengadakan evaluasi diri dan siswa merasa dihargai yang dapat menimbulkan rasa bangga pada mereka. Guru dan/atau pengembang agar menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, kata-kata yang jelas dan kalimat yang sederhana tidak berbelit-belit sehingga maksudnya dapat dengan mudah ditangkap dan dicerna siswa. Bahan/materi agar dilengkapi dengan gambar yang jelas dan menarik dalam jumlah yang cukup. Gambar dapat menimbulkan berbagai macam khayalan/fantasi dan dapat membantu siswa lebih mudah memahami bahan/materi yang sedang dipelajari. Siswa dapat membayangkan/mengkhayalkan apa saja, bahkan dapat membayangkan dirinya sebagai apa saja (McClelland, 1987: 29). Bahan/materi disusun sesuai urutan dan tahap kesukarannya perlu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan keingintahuan dan memungkinkan siswa dapat mengadakan evaluasi sendiri. 3. Hasil Percobaan di Lapangan Model pembelajaran ARIAS telah dicobakan pada sejumlah siswa di dua sekolah yang berbeda. Pertama model ini dicobakan kepada sejumlah siswa kelas V dari sebuah sekolah

dasar (SD) Negeri di Kota Palembang selama satu caturwulan yaitu catur wulan III tahun ajaran 1995/1996. Sekolah ini diambil sebagai sampel secara acak sederhana dari sejumlah SD negeri setara di Kota Palembang yang memiliki kelas V paralel. Dari keseluruhan siswa SD ini diambil 60 orang siswa kelas V sebagai sampel yang dikelompokkan ke dalam empat kelompok, di mana masing-masing kelompok berjumlah 15 orang siswa. Sampel siswa ini juga diambil secara acak sederhana. Percobaan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Untuk memperoleh data yang diperlukan digunakan instrumen tes hasil belajar dan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANAVA—2 jalur dengan uji F pada taraf signifikansi a = 0,05. Percobaan kedua juga menggunakan metode eksperimen dengan rancangan 2 x 2 dilaksanakan di SD yang berbeda, yaitu sebuah SD negeri di Sekayu, Kabupaten Musi Banyu Asin. Lama percobaan selama satu caturwulan yaitu catur wulan II tahun ajaran 1996/1997. Jumlah sampel sebanyak 80 orang siswa yang dikelompokkan ke dalam empat kelompok di mana masing-masing kelompok berjumlah 20 orang siswa. Baik sampel SD maupun sampel siswa diambil secara acak sederhana. Untuk memperoleh data yang diperlukan digunakan tes motivasi berprestasi. Data yang diperoleh juga dianalisis dengan ANAVA—2 jalur pada taraf signifikansi a = 0,05. Seperti halnya pada percobaan pertama, pada percobaan kedua ini juga dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji Lilliefors untuk normalitas dan uji Bartlett untuk homogenitas data. Apakah motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran ARIAS lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti model pembelajaran non-ARIAS. Untuk itu baik pada percobaan pertama maupun pada percobaan kedua, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kontrol dan eksperimen. Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen dilaksanakan berdasarkan model pembelajaran ARIAS. Satuan pelajaran yang disusun berdasarkan model pembelajaran ARIAS disusun/dikembangkan oleh penulis. Pada kelompok kontrol kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan model pembelajaran non-ARIAS, dengan satuan pelajaran disusun oleh guru kelas bersangkutan. Pada kedua percobaan ini dilakukan pengontrolan validitas internal dan eksternal. Pengontrolan validitas internal adalah: (1) Menyetarakan setiap kelompok pada awal percobaan dengan menganalisis skor tes awal setiap kelompok untuk menghindari efek pemilihan subjek yang berbeda; (2) Menggunakan instrumen yang sama untuk tes akhir dan tes awal guna menghindari efek perbedaan instrumen pengukur; (3) Mengusahakan agar tidak ada subjek yang mengundurkan diri selama penelitian berlangsung untuk menghindari efek kehilangan subjek dalam percobaan; (4) Memberikan perlakuan yang relatif singkat, untuk menghindari efek pematangan dan efek tes awal. Pengontrolan validitas eksternal adalah: 1. Penentuan kelompok kontrol, kelompok eksperimen dan pemilihan guru yang memiliki kualifikasi setara ditetapkan secara acak; 2. Suasana belajar, situasi kelas, dan kondisi setiap kelompok semua sama seperti hari-hari belajar biasa, kecuali penggunaan model pembelajaran ARIAS pada kelompok eksperimen, untuk menghindari efek lingkungan yang dapat menyebabkan reaksi yang berlebihan dari siswa; 3. Selama percobaan siswa tidak diberitahu bahwa sedang ada penelitian untuk menghindari efek Howthorne dan John Henry. Hasil ANAVA menunjukkan bahwa pada percobaan pertama Fo=10,74 jauh lebih besar dari Ft=4,02 pada taraf signifikansi a = 0,05, dan perbedaan rerata skor antara kedua kelompok XA=78,80 > Xn-A=75,93 (Sopah, 1999: 120 121). Hasil ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran ARIAS lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti model pembelajaran non-ARIAS. Pada percobaan kedua Fo=8,44 lebih besar dari Ft=3,96 pada taraf signifikansi a = 0,05, dan perbedaan rerata skor antara kedua kelompok

adalah XA=18,55 > Xn-A=15,98 (Sopah,1998: 99-100). Hasil ini menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa yang mengikuti model pembelajaran ARIAS lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti model pembelajaran non-ARIAS. Hasil kedua percobaan menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar. Motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran ARIAS lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti model pembelajaran non-ARIAS. 4. Penutup Dari hasil kedua percobaan lapangan tersebut dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh guru sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Meskipun percobaan lapangan ini menunjukkan hasil positif namun kedua percobaan ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: Dari hasil kedua percobaan lapangan tersebut dapat dikatakan bahwa model pembelajaran dapat digunakan oleh guru sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Meskipun percobaan lapangan ini menunjukkan hasil positif namun kedua percobaan ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: - Percobaan ini dilakukan dengan mengambil sampel salah satu SD negeri di Kota Palembang (percobaan pertama) dan satu SD negeri di Sekayu, Kabupaten Musi Banyu Asin (percobaan kedua). Walaupun sampel ini diambil secara acak, namun jumlahnya sangat terbatas, sehingga hasilnya belum tentu dapat digeneralisasikan ke wilayah yang lebih luas. Untuk itu, perlu penelitian sejenis lainnya dengan sebaran dan wilayah sampel yang lebih luas. Dengan dukungan hasil penelitian sejenis ini maka diharapkan dapat merupakan bahan pertimbangan penggunaan model pembelajaran ARIAS di Sekolah Dasar. - Waktu yang digunakan untuk percobaan ini juga terbatas. Percobaan hanya berlangsung selama satu catur wulan. Karena waktunya terbatas, maka bahan atau materi yang diberikan juga terbatas, belum begitu banyak. Meskipun dalam percobaan ini telah dilakukan pengendalian secara cermat, namun karena terbatasnya waktu dan bahan yang diberikan kemungkinan adanya pengaruh variabel lain yang tidak terkendali dapat terjadi. Untuk itu, perlu adanya penelitian lanjutan yang waktunya lebih lama, bahan/materi yang diberikan lebih banyak, sehingga dapat lebih mencerminkan bahwa model pembelajaran ARIAS dapat mempengaruhi hasil belajar siswa atau tidak. - Bidang studi yang digunakan terbatas pada satu bidang studi bahkan satu subbidang studi. Hasil baik yang diperoleh dalam subbidang studi ini belum tentu memberikan hasil yang sama pada bidang studi lain. Karena itu juga perlu adanya penelitian sejenis lainnya pada berbagai bidang studi, sehingga dapat mencerminkan besarnya pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar siswa. - Dalam percobaan ini satuan pelajaran yang disusun menurut model pembelajaran ARIAS, baik untuk pegangan guru maupun sebagai bahan/materi bagi murid disusun oleh penulis. Satuan pelajaran menurut model pembelajaran ARIAS ini dicobakan dan ternyata hasilnya baik. Hasil baik ini mungkin perlu didukung oleh penelitian sejenis lainnya di mana satuan pelajaran menurut model pembelajaran ARIAS disusun oleh guru bersangkutan. Dengan demikian akan terlihat apakah memang satuan pelajaran menurut model pembelajaran ARIAS yang disusun oleh guru dengan berbagai macam keterbatasannya juga akan mencapai hasil yang lebih baik. Pustaka Acuan : Beard, Ruth M. dan Senior, Isabel J. 1980. Motivating students. London: Routledge and Kegan Paul Ltd. Bloom, Benjamin S.1982. Human characteristics and school learning. New York: McGraw-Hill Book Company. Bohlin, Roy M. 1987. Motivation in instructional design: Comparison of an American and a Soviet model, Journal of Instructional Development vol. 10 (2), 11-14.

Callahan, Sterling G. 1966. Successful teaching in secondary schools. Chicago: Scott, Foreman and Company. Davies, Ivor K. 1981. Instructional technique. New York: McGraw Hill Book Company. DeCecco, John P. 1968. The psychology of learning and instructions: Educational psychology. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Laporan EBTANAS SD. Palembang: Depdikbud Kodya Palembang. Dick, Walter dan Reiser, Robert A. 1989. Planning effective instruction. Boston: Allyn and Bacon. Gagne, Robert M, dan Briggs, Leslie J. 1979. Principles of instructional design. New York: Holt, Rinehart and Winston. Gagne, Robert M. dan Driscoll, Marcy P. 1988. Essentials of learning for instruction. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice-Hall, Inc. Hendorn, James N. 1987. Learner interests, achievement, and continuing motivation in instruction, Journal of Instructional Development, Vol. 10 (3), 11-14. Hilgard, Ernest R. dan Bower, Gordon H. 1975. Theories of learning. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc. Hopkins, Charles D. dan Antes, Richard L. 1990. Classroom measurement and evaluation. Itasca, Illinois: F.E. Peacock Publisher, Inc. Keller, John M. 1983. Motivational design instruction dalam Charles M Reigeluth (ed.), Instructional design theories and models, 383-430. Hillsdale, NJ.: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. ________ 1987. Development and use of ARCS model of instructional design, Journal of Instructional Development, Vol. 10 (3), 2-9. Keller, John M. dan Thomas W. Kopp. 1987. An application of the ARCS model of motivational design, dalam Charles M. Reigeluth (ed), Instructional theories in action, 289-319. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Lastri, M.T.F. 1993. Kemampuan murid SD memprihatinkan, Kompas, 14 Juli, 12. Lefrancois, Guy R. 1982. Psychology for teaching. Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company. McClelland, David C. 1987. Memacu masyarakat berprestasi. Terjemahan Siswo Suyanto dan W.W. Bakowatun. Jakarta: CV. Intermedia. Morris, William (ed) 1981. The American heritage dictionary of English language. Boston: Houghton Miflin Company. Petri, Herbert L. 1986. Motivation: Theory and research. Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company. Prayitno, Elida 1989. Motivasi dalam belajar. Jakarta: PPPLPTK. Reigeluth, Charles M. dan Curtis Ruth V. 1987. Learning situations and instructinal models, dalam Robert M. Gagne (ed.), Instructional technology foundations, 175-206. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Semiawan, Conny R. 1991. Strategi pembelajaran yang efektif dan efisien dalam Conny R. Semiawan dan Soedijarto (ed.), Mencari strategi pengembangan pendidikan nasional menjelang abad XXI, 165-175. Jakarta: Grasindo. Soekamto, Toeti 1994. Evaluasi diri demi peningkatan mutu pendidikan. Pidato pengukuhan guru besar tetap Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta, 30 Juli. Sopah, Djamaah 1998. Studi tentang model peningkatan motivasi berprestasi siswa, Laporan penelitian. Palembang: Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya. ________ 1999. Pengaruh model pembelajaran ARIAS dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar siswa, Disertasi. Jakarta: PPS-IKIP Jakarta. Suryabrata, Sumadi 1982. Psikologi pendidikan: Materi pendidikan program bimbingan konseling di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Depdikbud. RIWAYAT HIDUP Djamaah Sopah, lahir di Penggage, 14 April 1944. Menyelesaikan Sarjana Muda Pendidikan dari IKIP Bandung Cabang Palembang tahun 1967 dan Sarjana Pendidikan jurusan Pendidikan Umum di FKIP Unversitas Sriwijaya tahun 1974. Pada tahun 1982 mengikuti

pendidikan Pascasarjana di University of Kentucky, USA, dan memperoleh gelar Master of Science in Education dalam bidang Curriculum & Instruction tahun 1984. Pada tahun 1985 mendapat ijazah Akta Mengajar V dari Universitas Terbuka. Tahun 1999 memperoleh gelar Doktor dalam bidang Teknologi Pendidikan dari IKIP Jakarta. Dari tahun 1962 sampai tahun 1974 pernah menjadi guru dan Kepala SD, guru SMP, guru SPSA, serta guru dan Kepala SPG. Sejak tahun 1974 sampai sekarang menjadi dosen pada FIP/FKIP Universitas Sriwijaya. Di samping itu pernah menjadi Koordinator Instructional Improvement Network-WUAE, BKS/B-USAID 1985-1990. Instruktur pada penataran Pengembangan Pembelajaran di berbagai Perguruan Tinggi Negeri di Wilayah Indonesia Bagian Barat dan berbagai PTS di KOPERTIS Wilayah II (1984-1990). Pada tahun 1987 diundang sebagai instruktur pada the WUAE-BKS/B Training Institute University of Kentucky, USA. Artikel ilmiah yang pernah ditulis antara lain: Komunikasi antara Orangtua dan Anak disajikan pada Diskusi Panel ISWI Palembang, 1990. Transparansi OHP sebagai Media Instruksional (Suara Guru No. 5 Th. XLVI/1997). Motivasi Berprestasi, Perhatian Orangtua dan Hasil Belajar (Forum Kependidikan No. 2 Th. XIII/1996). Sedangkan seminar/workshop internasional yang pernah diikuti antara lain Mid-Winter Community Seminar (Tuskeege, USA, 1982). The International Development Training Workshop (Lexington, USA, 1983). Sumber: Pusat Statistik Pendidikan, Balitbang Depdiknas

http://gurupkn.wordpress.com/2007/12/22/model-pembelajaran-arias/ Model-model evaluasi hasil belajar PIPS (membahas pengertian validitas kurikulum (curriculum validity) serta perannya terhadap evaluasi hasil belajar; pendekatan dan alat dalam evaluasi hasil belajar PIPS) TIU:Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa S-1 Pendidikan Sejarah memiliki pengetahuan, wawasan, pengalaman dan ketrampilan dalam: a. pengertian IPS, Ilmu Sosial, social studies b. landasan filosofis, akademik dan edukatif PIPS c. tradisi social studies dan PIPS d. teori dan pengembangan tujuan PIPS e. teori, prosedur, dan model pengembangan materi kurikulum PIPS f. teori, pendekatan, dan model pengembangan proses belajar PIPS g. teori tentang hasil belajar PIPS h. model-model evaluasi PIPS TIK:- Alokasi:16 kali pertemuan Sumber:Andersen,C., P.G. Avery, P.V. Pederson, E.S. Smith, J.L. Sullivan (1997). Divergent perspectives on citizenship education: A Q-method study and survey of social studies teachers. American Educational Research Journal, 34, 2. Brophy,J. dan J. Alleman (1996). Powerful social studies for elementary students. Forth Worth: Harcourt Brace College Publisher Gregg,S.M. dan G. Leinhardt,. (1994). Mapping out geography: an example of epistemology and education. Review of Educational Research, 62, 2. Hasan,S.H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hess, F.M. (1999). Bringing the Social Sciences Alive: 10 Simulations for History, Economics, Government, and Geography. Boston: Allyn and Bacon. Hursh,D.W. dan E.W. Ross (2000). Democratic Social Education: Social Studies for Social Change. New York: Palmer Press.

Lindquist,T. (1995). Seeing the whole through social studies. London: Heinemann NCSS (1994). Curriculum standards for social studies: expectations of excellence. Washington,D.C.: NCSS Nebraska, Stateboard of Education (1998). Nebraska Social Studies/History Standards: Grades K-12. [Online]. Tersedia: http://www.nde.state.ne.us/SS/SocSStnd.html. (25 Mei 2001). National Center for History in the Schools (1996). National standards for history. Los Angeles, CA: National Center for History in the Schools Savage,T.V. dan D.G. Armstrong (1996). Effective teaching in elementary social studies. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall. Shaver, J.P. (1991). Handbook of research on social studies teaching and learning. A project of the National Council for the Social Studies. New York: Macmillan Publishing Company. Semb,G.B. dan J.A. Ellis (1994). Knowledge taught in school: what is remembered? Review of Educational Research, 64, 2. Stahl,R.J. (ed)(1994). Cooperative learning in social studies: a handbook for teachers. Menlo Park, California: Addison-Wesley Publishing Company. Thornton,S.J. (1994). The social studies near centurys end: reconsidering patterns of curriculum and instruction, dalam Review of Research in Education, 20. Wilson,S.M. dan Wineburg,S.S. (1993). Wrinkles in time and place: using performance assessments to understand the knowledge of history teachers. American Educational Research Journal, 30, 4. Jurnal Social Studies Review of Educational Research Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Historia Internet http://dir.yahoo.com/Education http://www.stemnet.nf.ca/Curriculum/Validate http://www.ed.uiuc.edu/circe

SPIRAL MODEL
Proses model yang lain, yang cukup populer adalah Spiral Model. Model ini juga cukup baru ditemukan, yaitu pada sekitar tahun 1988 oleh Barry Boehm pada artikel A Spiral Model of Software Development and Enhancement. Spiral model adalah salah satu bentuk evolusi yang menggunakan metode iterasi natural yang dimiliki oleh model prototyping dan digabungkan dengan aspek sistimatis yang dikembangkan dengan model waterfall. Tahap desain umumnya digunakan pada model Waterfall, sedangkan tahap prototyping adalah suatu model dimana software dibuat prototype (incomplete model), blue-print-nya, atau contohnya dan ditunjukkan ke user / customer untuk mendapatkan feedback-nya. Jika prototype-nya sudah sesuai dengan keinginan user / customer, maka proses SE dilanjutkan dengan membuat produk sesungguhnya dengan menambah dan memperbaiki kekurangan dari prototype tadi.

Model ini juga mengkombinasikan top-down design dengan bottom-up design, dimana top-down design menetapkan sistem global terlebih dahulu, baru diteruskan dengan detail sistemnya, sedangkan bottom-up design berlaku sebaliknya. Top-down design biasanya diaplikasikan pada model waterfall dengan sequential-nya, sedangkan bottom-up design biasanya diaplikasikan pada model prototyping dengan feedback yang diperoleh. Dari 2 kombinasi tersebut, yaitu kombinasi antara desain dan prototyping, serta top-down dan bottom-up, yang juga diaplikasikan pada model waterfall dan prototype, maka spiral model ini dapat dikatakan sebagai model proses hasil kombinasi dari kedua model tersebut. Oleh karena itu, model ini biasanya dipakai untuk pembuatan software dengan skala besar dan kompleks. Spiral model dibagi menjadi beberapa framework aktivitas, yang disebut dengan task regions. Kebanyakan aktivitas2 tersebut dibagi antara 3 sampai 6 aktivitas. Berikut adalah aktivitasaktivitas yang dilakukan dalam spiral model:

Customer communication. Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun komunikasi yang efektif antara developer dengan user / customer terutama mengenai kebutuhan dari customer. Planning. Aktivitas perencanaan ini dibutuhkan untuk menentukan sumberdaya, perkiraan waktu pengerjaan, dan informasi lainnya yang dibutuhkan untuk pengembangan software. Analysis risk. Aktivitas analisis resiko ini dijalankan untuk menganalisis baik resiko secara teknikal maupun secara manajerial. Tahap inilah yang mungkin tidak ada pada model proses yang juga menggunakan metode iterasi, tetapi hanya dilakukan pada spiral model. Engineering. Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun 1 atau lebih representasi dari aplikasi secara teknikal. Construction & Release. Aktivitas yang dibutuhkan untuk develop software, testing, instalasi dan penyediaan user / costumer support seperti training penggunaan software serta dokumentasi seperti buku manual penggunaan software. Customer evaluation. Aktivitas yang dibutuhkan untuk mendapatkan feedback dari user / customer berdasarkan evaluasi mereka selama representasi software pada tahap engineering maupun pada implementasi selama instalasi software pada tahap construction and release.

Berikut adalah gambar dari spiral model secara umum :

Satu lingkaran dari bentuk spiral pada spiral model dibagi menjadi beberapa daerah yang disebut dengan region. Region tersebut dibagi sesuai dengan jumlah aktivitas yang dilakukan dalam spiral model. Tentunya lingkup tugas untuk project yang kecil dan besar berbeda. Untuk project yang besar, setiap region berisi sejumlah tugas-tugas yang tentunya lebih banyak dan kompleks daripada untuk project yang kecil. SE berjalan dari inti spiral berjalan mengitari sirkuit per sirkuit. Sebagai contoh untuk sirkuit pertama dilakukan untuk pembangunan dari spesifikasi dari software dengan mencari kebutuhan dari customer. Untuk sirkuit pertama harus menjalani semua aktivitas yang didefinisikan. Setelah 1 sirkuit terlewati lanjut ke tugas selanjutnya misalnya membangun prototype. Tugas ini juga harus mengitari 1 sirkuit dan begitu terus selanjutnya sampai project selesai. Tidak seperti model-model konvesional dimana setelah SE selesai, maka model tersebut juga dianggap selesai. Akan tetapi hal ini tidak berlaku untuk spiral model, dimana model ini dapat digunakan kembali sepanjang umur dari software tersebut. Pada umumnya, spiral model digunakan untuk beberapa project seperti Concept Development Project (proyek pengembangan konsep), New Product Development Project (proyek pengembangan produk baru), Product Enhancement Project (proyek peningkatan produk), dan Product Maintenance Project (proyek pemeliharaan proyek). Keempat project tersebut berjalan berurutan mengitari sirkuit dari spiral. Sebagai contoh setelah suatu konsep dikembangkan dengan melalui aktivitas2 dari spiral model, maka dilanjutkan dengan proyek selanjutnya yaitu pengembangan produk baru, peningkatan produk, sampai pemeliharaan proyek. Semuanya melalui sirkuit2 dari spiral model. Mengapa spiral model begitu populer? Pendekatan dengan model ini sangat baik digunakan untuk pengembangan sistem software dengan skala besar. Karena progres perkembangan dari SE dapat dipantau oleh kedua belah pihak baik developer maupun user / customer, sehingga mereka dapat mengerti dengan baik mengenai software ini begitu juga dengan resiko yang mungkin didapat pada setiap aktivitas yang dilakukan. Selain dari kombinasi 2 buah model yaitu waterfall dan prototyping, kelebihan dari software ini ada pada analisis resiko yang dilakukan, sehingga resiko tersebut dapat direduksi sebelum menjadi suatu masalah besar yang dapat menghambat SE. Model ini membutuhkan konsiderasi langsung terhadap resiko teknis, sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya resiko yang lebih besar. Sebenarnya dengan menggunakan

prototype juga bisa menghindari terjadinya resiko yang muncul, tetapi kelebihan dari model ini yaitu dilakukannya proses prototyping untuk setiap tahap dari evolusi produk secara kontinu. Model ini melakukan tahap2 yang sudah sangat baik didefinisikan pada model waterfall dan ditambah dengan iterasi yang menyebabkan model ini lebih realistis untuk merefleksikan dunia nyata. Hal-hal itulah yang menjadi kelebihan menggunakan spiral model. Meskipun banyak kelebihan tetapi tentu masih ada kekurangannya. Kekurangannya ada pada masalah pemikiran user / customer dimana mereka pada umumnya tidak November 11, 2007 Posted by nguk2 | Model Software Development | | No Comments

WATERFALL PROCESS MODEL


Nama model ini sebenarnya adalah Linear Sequential Model. Model ini sering disebut dengan classic life cycle atau model waterfall. Model ini adalah model yang muncul pertama kali yaitu sekitar tahun 1970 sehingga sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling banyak dipakai didalam Software Engineering (SE). Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing / verification, dan maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. Sebagai contoh tahap desain harus menunggu selesainya tahap sebelumnya yaitu tahap requirement. Secara umum tahapan pada model waterfall dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar di atas adalah tahapan umum dari model proses ini. Akan tetapi Roger S. Pressman memecah model ini menjadi 6 tahapan meskipun secara garis besar sama dengan tahapantahapan model waterfall pada umumnya. Berikut adalah penjelasan dari tahap-tahap yang dilakukan di dalam model ini menurut Pressman:

System / Information Engineering and Modeling. Permodelan ini diawali dengan mencari kebutuhan dari keseluruhan sistem yang akan diaplikasikan ke dalam bentuk software. Hal ini sangat penting, mengingat software harus dapat berinteraksi dengan elemen-elemen yang lain seperti hardware, database, dsb. Tahap ini sering disebut dengan Project Definition. Software Requirements Analysis. Proses pencarian kebutuhan diintensifkan dan difokuskan pada software. Untuk mengetahui sifat dari program yang akan dibuat, maka para software engineer harus mengerti tentang domain informasi dari software, misalnya

fungsi yang dibutuhkan, user interface, dsb. Dari 2 aktivitas tersebut (pencarian kebutuhan sistem dan software) harus didokumentasikan dan ditunjukkan kepada pelanggan.

Design. Proses ini digunakan untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan diatas menjadi representasi ke dalam bentuk blueprint software sebelum coding dimulai. Desain harus dapat mengimplementasikan kebutuhan yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya. Seperti 2 aktivitas sebelumnya, maka proses ini juga harus didokumentasikan sebagai konfigurasi dari software. Coding. Untuk dapat dimengerti oleh mesin, dalam hal ini adalah komputer, maka desain tadi harus diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin, yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses coding. Tahap ini merupakan implementasi dari tahap design yang secara teknis nantinya dikerjakan oleh programmer. Testing / Verification. Sesuatu yang dibuat haruslah diujicobakan. Demikian juga dengan software. Semua fungsi-fungsi software harus diujicobakan, agar software bebas dari error, dan hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan sebelumnya. Maintenance. Pemeliharaan suatu software diperlukan, termasuk di dalamnya adalah pengembangan, karena software yang dibuat tidak selamanya hanya seperti itu. Ketika dijalankan mungkin saja masih ada errors kecil yang tidak ditemukan sebelumnya, atau ada penambahan fitur-fitur yang belum ada pada software tersebut. Pengembangan diperlukan ketika adanya perubahan dari eksternal perusahaan seperti ketika ada pergantian sistem operasi, atau perangkat lainnya.

Mengapa model ini sangat populer??? Selain karena pengaplikasian menggunakan model ini mudah, kelebihan dari model ini adalah ketika semua kebutuhan sistem dapat didefinisikan secara utuh, eksplisit, dan benar di awal project, maka SE dapat berjalan dengan baik dan tanpa masalah. Meskipun seringkali kebutuhan sistem tidak dapat didefinisikan seeksplisit yang diinginkan, tetapi paling tidak, problem pada kebutuhan sistem di awal project lebih ekonomis dalam hal uang (lebih murah), usaha, dan waktu yang terbuang lebih sedikit jika dibandingkan problem yang muncul pada tahap-tahap selanjutnya. Meskipun demikian, karena model ini melakukan pendekatan secara urut / sequential, maka ketika suatu tahap terhambat, tahap selanjutnya tidak dapat dikerjakan dengan baik dan itu menjadi salah satu kekurangan dari model ini. Selain itu, ada beberapa kekurangan pengaplikasian model ini, antara lain adalah sebagai berikut:

Ketika problem muncul, maka proses berhenti, karena tidak dapat menuju ke tahapan selanjutnya. Bahkan jika kemungkinan problem tersebut muncul akibat kesalahan dari tahapan sebelumnya, maka proses harus membenahi tahapan sebelumnya agar problem ini tidak muncul. Hal-hal seperti ini yang dapat membuang waktu pengerjaan SE. Karena pendekatannya secara sequential, maka setiap tahap harus menunggu hasil dari tahap sebelumnya. Hal itu tentu membuang waktu yang cukup lama, artinya bagian lain tidak dapat mengerjakan hal lain selain hanya menunggu hasil dari tahap sebelumnya. Oleh karena itu, seringkali model ini berlangsung lama pengerjaannya. Pada setiap tahap proses tentunya dipekerjakan sesuai spesialisasinya masing-masing. Oleh karena itu, ketika tahap tersebut sudah tidak dikerjakan, maka sumber dayanya juga tidak terpakai lagi. Oleh karena itu, seringkali pada model proses ini dibutuhkan seseorang

yang multi-skilled, sehingga minimal dapat membantu pengerjaan untuk tahapan berikutnya. Menurut saya, tahapan-tahapan model ini sudah cukup baik dalam artian minimal untuk melakukan SE, maka harus ada tahapan-tahapan ini. Tahapan-tahapan ini jugalah yang digunakan oleh model-model yang lain pada umumnya. Ada filosofi yang mengatakan sesuatu yang sukses diciptakan pertama kali, maka akan terus dipakai di dalam pengembangannya. Hal ini juga berlaku pada waterfall model ini. Mungkin dapat dikatakan bahwa inilah standar untuk melakukan SE. Akan tetapi, yang mungkin menjadi banyak pertimbangan mengenai penggunaan dari model ini adalah metode sequential-nya. Mungkin untuk awal-awal software diciptakan, hal ini tidak menjadi masalah, karena dengan berjalan secara berurutan, maka model ini menjadi mudah dilakukan. Sesuatu yang mudah biasanya hasilnya bagus. Oleh karena itu model ini sangat populer. Akan tetapi, seiring perkembangan software, model ini tentu tidak bisa mengikutinya. Yang menjadi kelemahan adalah pada pengerjaan secara berurutan tadi, seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya. Kelemahan-kelemahan yang lain juga sudah saya utarakan di atas, atau bahkan masih ada yang lainnya. Dari sini, nantinya akan dikembangkan model-model yang lain, bahkan ada tahap evolusioner dari suatu model proses untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tadi. Meskipun secara tahapan masih menggunakan standar tahapan waterfall model. Kesimpulannya adalah ketika suatu project skalanya sedang mengarah kecil bisa menggunakan model ini. Akan tetapi kalau sudah project besar, tampaknya kesulitan jika menggunakan model ini. Sumber :

Buku Software Engineering by Roger S. Pressman http://en.wikipedia.org/wiki/Waterfall_model

November 11, 2007 Posted by nguk2 | Model Software Development | | No Comments http://209.85.175.104/search? q=cache:MUMc3OBPS6sJ:tonyjustinus.wordpress.com/category/model-software-development/ +artikel+tentang+model-model+evaluasi&hl=id&ct=clnk&cd=13&gl=id&client=firefox-a

Share this: StumbleUpon Digg Reddit

This entry was posted in Blogroll. Bookmark the permalink. Suka Be the first to like this post.

148 Responses to Model-Model Pembelajaran

1.

Robert Manurung | April 23, 2008 pukul 11:18 am | wowartikelnya panjang tenan. Tapi intinya setuju dengan yang dipaparkan artikel ini.

Mengenai perdebatan, salah satu yang cukup bagus bisa lihat di artikel aktual ini : http://ayomerdeka.wordpress.com/2008/04/23/negara-tidak-berhak-membubarkanahmadiyah/

2.

ahmad | April 29, 2008 pukul 2:17 am | tulisan ini bagus sekali, seharusnya guru-guru sekarang pembelajarannya paling tidak mengacu pada sedikitnya satu dari metode/ model pembelajran yang ditulis disini. walaupun tidak menutup kemungkinan menggunakan menggunakan metode/ model yang dulu sudah ada dan biasa silakukan oleh guru. tinglkatklan terus kualitas pembelajaran dan pendidikan di Indonesia.

3.

tunjung | Mei 6, 2008 pukul 8:03 am | TERIMA KASIH TEMANKU TERBANTU KARENA AKU BUKA BLOD INI,BUAT NYIAPIN SKRIPSI TAHUN INI

4.

rabiyahtul adawiyah | Mei 10, 2008 pukul 1:37 am | makacih.. tulisanx ini sangat membantu saya dalam mencari judul skripsi saya. kalau boleh, saya sarankan agar lebih lengkap lagi tulisanx dan juga selain model pembelajaran, sertakan juga dengan model-model evalusi terutama untuk pelajaran matematika

5.

isdi | Juni 2, 2008 pukul 3:06 pm | bagus banget mas.. kalo da yg baru mbok aku dikirimin ya

6.

lia nurhayati | Juni 11, 2008 pukul 3:25 am | terimaksih, karena tulisan ini sangat membantu saya dalam mencari model2 pembelajaran. saya sarankan agar lebih dilengkapi lagi, sertakan juga model evaluasi khususnya untuk pelajaran bahasa Jerman. kalo ada aku dikirimin yach thanks.

7.

wijayalabs | Juni 13, 2008 pukul 9:26 pm | Terima kasih atas masukan teman-teman terhadap tulisan model-model pembelajaran ini

8.

arianti | Juli 6, 2008 pukul 1:16 pm | terima kasih atas informasinya saya merasa sangat terbantu

9.

wijayalabs | November 1, 2008 pukul 1:56 pm | Saya tidak menyangka kalau tulisan ini banyak yang melihatnya. Semoga saya segera dapat melengkapinya.

10.

fia | November 12, 2008 pukul 4:02 am | canggih banget !!!! dapet dari mana aja mas ? aku salut n kalo ada yang baru segera dikasih tahu lagi yathanks

11.

Drs. Miswan | November 21, 2008 pukul 2:02 am | Mohon untuk dikirim pada surat/email saya, supaya saya lebih leluasa dalam mempelajari dan memanfaatkannya. Karena model-model tersebut sangat kami butuhkan dalam merubah perilaku dalam proses pembelajaran, terima kasih sebelumnya.

12.

owi | Desember 23, 2008 pukul 12:21 pm | Luuarr biasa!!! Saya yakin tulisan ini bermanfaat khususnya bagi saya sendiri. Terimakasih.

13.

elma ismail | Desember 26, 2008 pukul 2:30 am | Menurut anda apa beda model, metode, strategi model dan pendekatan? Apa kelebihan masing2 hal tersebut di atas

14.

wijaya kusumah | Desember 26, 2008 pukul 2:43 am | model itu lebih kepada contoh aplikasi yang dilakukan dalam pembelajaran sedangkan metode adalah caranya. Untuk strategi model belum ada istilah itu yang ada strategi pembelajaran artinya dalam pembelajaran kita harus mempaunyai cara yang paling efektif dan efisien sedangkan pendekatan tidak jauh berbeda artinya dengan metode. Metode CTL atau pendekatan CTL adalah contohnya.

15.

085265402014 | Januari 16, 2009 pukul 7:44 am | Terima kasih banyak telah memuat tulisan ini, dengan ini saya sangat terbantu sekali;

16.

nasihin | Januari 16, 2009 pukul 7:52 am | panjang sekali materi model-model ini dan cukup baik, khusu untuk model problem solving akan lebih baik lagi dibuat dengan matrix untuk pemecahannya sehingga lebih jelas penyelesaiaannya, tks

17.

085265402014 | Januari 16, 2009 pukul 9:20 am | menarik sekali

18.

Dede | Januari 25, 2009 pukul 10:19 am | Thanks atas ditampilkannya model pembelajaran. Salam Kenal

19.

why mulia | Januari 27, 2009 pukul 7:42 am | tulisannya bagus, OK

20.

karebet09 | Februari 4, 2009 pukul 3:29 am | wow.bagus banget tulisanya,kalo ada yang baru segera tulis lagi ya,,,, q tunggu tulisan beriktnya,thanks.

21.

SYAM MAN 2 RANTAU | Maret 1, 2009 pukul 2:08 pm | Senang bisa ngambil sebagian nanti buat ngajar. . .thanks.

22.

kusumah wijaya | Maret 1, 2009 pukul 2:43 pm | sama-sama pak, saya pun senang karena dapat berbagi

23.

rizqi | Maret 11, 2009 pukul 11:50 am | yang ku butuhkan dah kutemukan, mksih banyak mas, ku tunggu yang baru

24.

rahma andriana | Maret 12, 2009 pukul 2:38 am | saya mau tanya, kalo resource based learning itu termasuk dalam model ato apa? kemudian boleh tau referensi untuk mendapatka info ttg resourch based learning lebih mendalam. jazakaallah

25.

fathiya | Maret 15, 2009 pukul 4:06 am | wow sangat menarik penjabarannya, saya sebagai calon guru sangat terbantu sekali tapi saya ingin bertanya kira2 dari kesemua model pembelajaran itu yang paling cocok dalam pembelajran berbicara apa y?atau pemebelajaran berbahasa?

26.

wijaya kusumah | Maret 15, 2009 pukul 10:48 am | Taka ada model yang paling bagus. Semua bagus dan tergantung kondisi dalam menerapkannya. salam

27.

hermoyo | Maret 16, 2009 pukul 2:51 am | bagus sekali dan menarik. Mohon ijin Pak Wijaya untuk mengutipnya untuk PTK Thanks.

28.

khairul huda | Maret 21, 2009 pukul 6:46 pm | saya lagi belajar bikin PTK. Tentu, tulisan-tulisan bapak sangat membantu. Saya akan sangat berterimakasih sekali sekiranya bapak memiliki dan sudi mengirimkan kopian buku via pos yang berisi tentang model-model pembelajaran, yang kelak bisa saya kutip dan saya jadikan referensi dalam daftar pustaka. Lebih dari segalanya, saya mohon bimbingan bapak.

29.

nisha | Maret 22, 2009 pukul 5:28 am |

bagus sekali pak!!! saya baru tahu ada berbagi model pembelajaran yang dapat kita gunakan dan hal itu sangat membantu saya. thanks

30.

Irhamsyah | Maret 22, 2009 pukul 3:28 pm | Assalamualaikum Wr.Wb. Terima kasih. Pak Wijaya Kusumah, setelah membuka Blog anda saya merasa sanyat terbantu untuk mengetahui dan mempelajari tentang model-model pembelajaran yang anda tuangkan di dalam Blog tersebut. Semoga Blog anda semakin banyak dikunjungi oleh browser-browser lain. Sukses.

31.

asih | Maret 31, 2009 pukul 4:46 am | pak wijaya. saya mahasiswa dalam tahap pembuatan skripsi. saya tertarik dengan model pembelajaran arias. dosen saya setuju dengan judul skripsi tentang model ARIAS. tetapi saya mendapat kesulitan dalam mendapatkan referensi tentang model arias. saya hanya bisa mendapatkannya dari internet. apakah sudah ada buku tentang model ARIAS? kalo ada, buku karangan siapa&dengan judu apa? kalau belum ada referensi-referensi dengan judul apa saja dan dengan pengarangnya siapa yang bisa saya gunakan sebagai pendukung? mohon bantuannya bapak.bala ke email saya di asihganisanti_tp04@yahoo.co.id terima kasih.

32.

asih | Maret 31, 2009 pukul 4:48 am | pak wijaya. saya mahasiswa dalam tahap pembuatan skripsi. saya tertarik dengan model pembelajaran arias. dosen saya setuju dengan judul skripsi tentang model ARIAS. tetapi saya mendapat kesulitan dalam mendapatkan referensi tentang model arias. saya hanya bisa mendapatkannya dari internet. apakah sudah ada buku tentang model ARIAS? kalo ada, buku karangan siapa&dengan judu apa? kalau belum ada referensi-referensi dengan judul apa saja dan dengan pengarangnya siapa yang bisa saya gunakan sebagai pendukung? mohon bantuannya bapak.bala ke email saya di asihganisanti_tp04@yahoo.co.id terima kasih.

33.

ica | April 5, 2009 pukul 1:58 pm | trims bgt pak. tulisan bapa saya jadikan sbg bahan untuk ujian tengah semester saya skli lagi hatur nuhun ^_^

34.

kusumah wijaya | April 5, 2009 pukul 2:15 pm | sama-sama ica yang baik, semoga sukses dalam utsnya

35.

eko | April 5, 2009 pukul 3:44 pm | luar biasa, pak wij betul-betul produktif dalam menulis, sukses buat anda

36.

wawan h | April 9, 2009 pukul 9:37 am | yth pak wijaya. saya memerlukanmodel pembelajaran berbasis budaya. mohon kiranya bapak dapat menginformasikan model tersebut. terima kasih

37.

kusumah wijaya | April 9, 2009 pukul 10:41 am | Saya belum menemukan bukunya pak, tapi kalau nanti sudah ada saya akan bertahu bapak tentang model pembelajaran berbasis budaya. salam

38.

triqur | April 30, 2009 pukul 4:59 am | makasih atas bantuannya, semoga tulisan ini selalu bermafaat buat para guru se-indonesia

39.

neng | Mei 5, 2009 pukul 8:36 am | Alhamdulillah akhirnya dapat juga yg dicari-cari selama ini Ini sangat membantu dalam proses pembuatan KI saya

40.

ratna | Mei 16, 2009 pukul 10:14 am |

pak, saya nanya apa-apa saja dari kebaikan GI?

41.

kusumah wijaya | Mei 16, 2009 pukul 11:30 am | Kebaikan GI sebenarnya tergantung kepada guru yang bersangkutan sebagai directornya. Guru harus pandai memotivasi siswa. salam

42.

adi | Juni 7, 2009 pukul 3:01 pm | terima kasih sekali

43.

wijaya kusumah | Juni 7, 2009 pukul 10:08 pm | sama-sama mas adi. Semoga bermanfaat

44.

anida annisa | Juli 26, 2009 pukul 1:12 pm | assalamualaikum. wr.wb. pak,kira kira model skrip kooperatif bisa gak digunakan untuk memahami ise pokok pada wacana? makasih jawabannya pak, saya tunggu ya

45.

kusumah wijaya | Juli 26, 2009 pukul 1:49 pm | Wah, saya belum tahu persis, tapi sepengetahuan saya sih bisa asalkan benar dalam aplikasinya. Salam omjay

46.

Sri Wasono Widodo | Agustus 26, 2009 pukul 3:32 am | Terimakasih atas deskripsinya yang sangat jelas. Bila berkenan mohon disertakan daftar pustakanya, sehingga kami bisa mengelaborasinya secara akademis.

47.

Sri Wasono Widodo | Agustus 26, 2009 pukul 3:37 am | Terimakasih atas deskripsinya yang sangat jelas. Bila berkenan mohon disertakan daftar pustaka untuk setiap modelnya, sehingga kami bisa mengelaborasinya secara akademis. Sangat dibutuhkan Guru-guru dalam menyusun PTK. Sekali lagi, terima kasih.

48.

kusumah wijaya | Agustus 26, 2009 pukul 7:54 am | Oke, pak sri wasono, akan saya masukkan daftar pustakanya. salam omjay

49.

fadli | Agustus 28, 2009 pukul 6:24 am | terima kasih ats tulisannya moga-moga bermanfaat bagi kami.jangan hadiah lebarannya.

50.

rida | September 7, 2009 pukul 7:16 am | Pak, saya mohon bantuan bpk pak, tolong kirimkan judul buku dan pengarang yang berisi tentang model pembelajara cooperatif script. tolong ya pak kirim ke e-mail saya..

51.

rida | September 7, 2009 pukul 7:20 am | Pak, saya mohon bantuan bpk pak, tolong kirimkan judul buku dan pengarang yang berisi tentang model pembelajara cooperatif script. tolong ya pak kirim ke e-mail saya.. rida_lubis@yahoo.co.id. terima kasih pak, tolong ya pak saya sangat butuh sekali..

52.

kristyanto buulolo | September 13, 2009 pukul 12:51 pm | setuju banget thank you buat yang udah nulis artikelx ya kebetulan aku lagi nayri-nyari model pembelajaran karrna aku mau PPL II jadi mau memberikan sesuatu yang berbeda

53.

wijaya kusumah | September 13, 2009 pukul 3:14 pm | kristyanto, terima kasih juga yah.

salam omjay

54.

amin | Oktober 2, 2009 pukul 11:14 pm | model2 itu bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran?terutama bahasa inggris?

55.

wijaya kusumah | Oktober 3, 2009 pukul 1:31 am | sangat mas Amin, tergantung kreativitas mas amin dalam mengaplikasikannya. Di coba ya! salam omjay

56.

umi sholihah | Oktober 15, 2009 pukul 11:27 am | model pembelajaran ini bermanfaat sekali untuk kami gunakan di sekolah kami

57.

kusumah wijaya | Oktober 15, 2009 pukul 12:09 pm | semoga bermanfaat mbak umi sholihah. salam omjay

58.

surtini | Oktober 21, 2009 pukul 1:08 am | terima kasih sekali apa yang kuperlukan kudapati

59.

adek | Oktober 25, 2009 pukul 6:43 am | Teknik atau metode pembelajaran itu relatif banyak dan mudah dipahami, namun yang sulit adalah mempraktekannya, baik dari sisi siswa maupun gurunya ya

60.

wijaya kusumah | Oktober 25, 2009 pukul 11:59 pm | Betul mas saya setuju sekali

salam omjay

61.

rida lubis | November 3, 2009 pukul 5:10 am | pak, tolong la bantu saya kalo bapak punya judul buku yang berisi tentang model pembelajaran cooperative script ini.. soalnya saya lg nyusun skripsi tentang model ini plis ya pak.

62.

rida lubis | November 3, 2009 pukul 5:13 am | pak model pembelajaran cooperatif skrip bisa diterapin dimatematika g? pak, buku apa yang menunjang model pembelajaran ini ya pak? terima kasih sebelumnya pak mohon dijawab ya pak

63.

Ir.L.Widarto | November 4, 2009 pukul 11:17 am | Dahsyaat! Luar biasa.! saya siap bantu bapak.Terimakasih atas kunjungan bapak di kantor saya Sudirman Plaza Semoga kita bisa berkolaborasi dan bersimbiosemutualisme hahaha!

64.

Bakti Gunawan | November 18, 2009 pukul 4:12 am | ok.

65.

leniyusefa | November 23, 2009 pukul 8:06 pm | tolong dong tampilkan model pembelaran melalui pendekatan savi, ditunggu secepatnya tuk bahan kuliah, and kalo bisa contoh proposalnya materi IPS SMP. tank..

66.

devi surindra | November 25, 2009 pukul 2:47 pm | Pak mau tanya nich. Kira-kira metode Role Play itu bisa diterapkan untuk KD apa saja. Apakah bisa dilakukan untuk semua KD? Soalnya bingung cara merealisasikanya di kelas. Umpamanya saja jika kompetensi dasarnya tentang mendengar berita, puisi atau menulsi ilmiah. Tq

67.

bg nia | Desember 4, 2009 pukul 12:08 pm | pak klo ada tlisannya tentang model pembelajaran savi, contoh kongkrit penerapannya untuk ank SD kls 5 tolong dkirimin.. trims sbelumnya..

68.

kusumah wijaya | Desember 5, 2009 pukul 1:33 am | oke, nanti bila ketemu artikelnya saya kirimkan kepada anda. Salam kenal Omjay

69.

vitri | Desember 10, 2009 pukul 6:15 am | bagus ya paparan tulisannya.. tapi pak, saya melihat model konseptual tidak ada terpapar dalam tulisan ini.. jika bpk murah hati memaparkan model pembelajaran konseptual, saya sangat berterima kasih salam,

70.

kusumah wijaya | Desember 10, 2009 pukul 10:28 am | oke, nanti saya akan postingkan tersendiri mengenai model pembelajaran konseptual yang mbak vitri minta. Terima kasih telah memberikan tanggapan salam omjay

71.

selmawati | Desember 14, 2009 pukul 12:24 pm | omjay, saya minta tolong dikirimin nama buku n pengarangnya tentang model examples non examples nya la omjay,penting banget buat nyusun skripsi.tolong ya omjay.terima kasih

72.

selmawati | Desember 14, 2009 pukul 12:26 pm | omjay, saya minta tolong dikirimin nama buku n pengarangnya tentang model examples non examples nya la omjay,penting banget buat nyusun skripsi.tolong ya omjay.tolong dikirim ke email saya ya omjay selma_kukers@yahoo.co.id .terima kasih

73.

kusumah wijaya | Desember 15, 2009 pukul 12:10 am | oke, nanti kalau ketemu bukunya saya akan kirimkan ke email mbak sekmawati. Soalnya saya masih ngontrak rumah sementera ini, karena rumah sdg direnovasi. salam omjay

74.

Aa Hasan Gunara | Desember 22, 2009 pukul 4:49 am | terima kasih pak model model pembelajaran diperlukan banyak guru, hanya saya masih belum mengenal penerapan model ARIAS dalam matematika. saya guru matematika. apakah model diatasberlaku untuk semua mapel ? terima kasih.

75. Pingback: Model-model Pembelajaran Azharmahmudi's Blog

76.

rafi | Januari 1, 2010 pukul 2:15 am | syukron katsiron atas materinya.

77.

widia | Januari 9, 2010 pukul 4:00 am | Wasalam P. Wijaya, saya mohon bantuan untuk dikirim sebuah ptk yang strukturnya sesuai dengan lpmp pusat (jakarta) dalam rangka pengususlan naik pangkat

78.

kusumah wijaya | Januari 10, 2010 pukul 2:02 pm | boleh mbak, minta alamat emailnya dong mbak,nanti saya kirimkan. salam Omjay

79.

smp1yoso | Januari 30, 2010 pukul 4:02 am | Saling berbagi ilmu adalah tindakan terpuji. amal ilmu sangat murah tapi kadang sulit dilakukan

80.

wijaya | Januari 30, 2010 pukul 4:09 am |

benar mas, tidak mudah ternyata dalam mengamalkan ilmu. salam Omjay

81.

cobaberbagi | Februari 5, 2010 pukul 3:10 am | saling berbagi om jay

82.

nelfriana panggabean | Februari 16, 2010 pukul 5:49 am | saya masih kurang faham model ARIAS terhadap mata pelajaran Akuntansi di SMA. mohon bantuannya.

83.

wijaya kusumah | Februari 16, 2010 pukul 9:22 am | sayang saya tidak bisa membantu, karena bukunya itu dipinjam teman dan belum kembali. salam Omjay

84.

mailan bastari | Februari 23, 2010 pukul 11:12 pm | Asalamualaikum Pak Wijaya Saya sangat berterimakasih sekali dapat membeli buku bapak yang berjudul Penelitian Tindakan Kelas, karena saat ini saya sedang membuat penelitian guna menyelesaikan S2 saya di Lampung.Sekali lagi terima kasih. Wasalamualaikum

85.

sunarmi ningsih | Maret 8, 2010 pukul 8:17 am | tolong di penyusunan selanjutnya lbih jlas dan lbh lngkap,mnckup sgla aspek yng dbhas.

86.

wijaya kusumah | Maret 8, 2010 pukul 9:48 am | Makasihy mbak ningsih, nanti akan dilengkapi. Maklum lagi sibuk nih. salam Omjay

87.

sucarman | Maret 10, 2010 pukul 5:25 pm | Om Jay.bahas RME untuk Matematika di SMA/SMK dong.Kebetulan saya sedang melakukan PTK dengan RME Terima kasih

88.

butet | Maret 10, 2010 pukul 6:34 pm | omjaysaya bisa dapatkan copy referensinya? dimana saya bisa menumpai omjay?

89.

wijaya kusumah | Maret 11, 2010 pukul 1:05 am | mas sucarman, nanti kalau sempat saya tuliskan ya. untuk mbak butet, cari saja di toko buku gramedia, banyak banget tuh bukunya. Tinggal pilih yang cocok. salam Omjay

90.

sa'adah | Maret 12, 2010 pukul 7:02 am | assalamualaikim terimakasih pak atas tulisannya,membantu sekali saya mahiswa yang sedang menyusun skripsi saya tertarik dengan model pembelajaran ARIAS tapi saya kesulitan dalm mencari referensinya, kalau ada buku tentang ARIAS penulisnya siapa dan penerbitnya apa atau ada buku pendukung lainnya tidak, mohon beritahu ke email saya( adah_dayz@yahoo.com ) terimakasih..

91.

Rosa | Maret 12, 2010 pukul 8:24 pm | Pak saya sedang menyusun skripsi tentang model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science), tapi saya bingung mencari referensi tentang model tersebut, mungkin bapak tau?? Tolong Pak . . . . . atau mungkin ada yang tau????

92.

wijaya kusumah | Maret 12, 2010 pukul 11:35 pm |

Mbak Rosa yg baik,saya belu tahu tuh mbak, coba saja main ke to buku gramedia. Mungkin di sana ada. Atau ke toko buku di paasari Bandung salam Omjay

93.

erdian | Maret 18, 2010 pukul 6:10 am | bapak wijaya saya sedang membuat proposal penelitian mengenai model pembelajaran clis,bisakah bapak menjelaskan secara rinci model pembelajaran tersebut dan apa menurut bapakmengenai model pembelajaran clis?saya tunggu e-mailnya pak

94.

wijaya kusumah | Maret 18, 2010 pukul 9:44 am | model pembelajaran clis banyak dijual di toko buku gramedia mas, silahkan dicari di sana, mohon maaf buku yg ada pada saya masih dipinjam teman belum balik. salam Omjay

95.

shinta | April 24, 2010 pukul 1:57 am | sgt bermanfaat sekali klo ada yg baru segera ditulis lagi yah

96.

nuraini | April 24, 2010 pukul 8:27 am | tulisan ini sangat bugus bagi guru guru yang selalu inginmemberi yang terbaikbagi anak didiknya. saya suka artikel ini yang hampir semuametrode ada. untuklebih jelas klobisa disertakan linkyang menjelaskan cara/contoh penggunaan di kelas. saya sering bingung membedakan model pembelajaran dan metode pembelajaran.

97.

yey aja deh | April 30, 2010 pukul 1:30 am | bagus bwanget dan bermanfaat pa lagi kalau isinya lebih lwengkap. matur swun nggeeeh.

98.

ati aprilianti | Mei 6, 2010 pukul 12:14 pm |

asslm alkum..pa mhon bntuannya ,bpa punya buku tentang cooperative script ga/kalo punya saya mau beli?atau bisa saya pengen tau buku tentang cooperative script judul bukunya apa,pengarangnya siapa penerbitnya siapa?mkasih pa.

99.

bambang/ncuhi dompu | Mei 24, 2010 pukul 9:10 am | Pak H.Wijaya,makasih banyak atas kiriman artikel di situs bapak,bravo buat bapak

100.

wijaya kusumah | Mei 24, 2010 pukul 11:24 am |

sama-sama mas bambang, cuma masih harus dlengkapi lagi dengan daftar pustaka. salam Omjay

101.

H. Jupri | Mei 25, 2010 pukul 2:48 am |

Ass.wr.wb. mohon kiranya dikirimi model-model pembelajaran yang bisa diterapakan dalam pembelajaran ekonomi SMA/MA. kalau bisa lengkap dengan langkah-langkah pembelajarannya. saya adalah guru Ekonomi/ Akuntansi di MAN 1 Mataram. Juga staf pengajar di FKIP UNW Mataram NTB. Wassalam.

102.

hendrayadi | Mei 31, 2010 pukul 2:51 am |

Asslm. Saya tertarik dengan pembelajaran Examples non Examples untuk pembelajaran PAI SMP tapi arti kalau kita behasakan pa meksud dari model pembelajaran ini? dan kalau bisa kirimi saya pengertiannya secara bahasa dan istilah dari model ini. terima kasih. Wslm

103.

dwi | Juni 27, 2010 pukul 9:38 am |

pak, saya mau tanya tentang model ARIAS. Saya kesulitan mengenai bukunya. Bisakah Bapak mengirimkan bukunya?atau judul buku nya apa dan pengarangnya siapa?kalau bisa dikirimkan ke email saya ya?terima kasih Pak.

104.

dwi | Juni 27, 2010 pukul 9:43 am |

saya minta tolong dikirimkan buku tentang model ARIAS?judul bukunya apa dan pengarangnya siapa?email saya dwi_ymail52@yahoo.com

105.

Hanim | Juni 29, 2010 pukul 9:08 am |

Artikelnya bagus sekali. Ijin share, Pak. Thanx sebelumnya..

106.

dina | Juli 5, 2010 pukul 9:33 am |

i like this..sangat bermanfaat sekali artikel ini. makasih

107.

wiwik | Agustus 16, 2010 pukul 1:40 pm |

Alhamdulillah tugas saya rampung berkat mereferensi artikel anda omjay, tks.

108.

kusumah wijaya | Agustus 16, 2010 pukul 8:24 pm |

semoga bermanfaat mbak wiwik. salam Omjay

109.

fidio_caem@yahoo.com | Agustus 26, 2010 pukul 4:23 am |

pak,, kira 2 model pembelajaran arias itu cocok untuk geografi tidak???trimakasih

110.

wijaya kusumah | Agustus 26, 2010 pukul 3:09 pm |

Bisa mas, namun harus dicarikan buku yang lebih fokus tentang model pembelajaran arias. Mungkin anda bisa mencarinay di toko buku gramedia. salam Omjay

111.

imronrosyadi | Agustus 31, 2010 pukul 2:33 am |

Bisa beli buku tentang model-model pembelajaran di mana? Saya cari di toko buku di kota saya ternyata belum ada. Bisa bantu, gak?

112.

wijaya kusumah | Agustus 31, 2010 pukul 5:55 pm |

Coba cari di TB Gramedia mas salam Omjay

113.

Rizki Muhar Dini | Oktober 19, 2010 pukul 3:20 am |

belum memuat model pembelajaran Modelling The Way

114.

wijaya kusumah | Oktober 19, 2010 pukul 3:53 am |

iya mas, belum sempat dimasukkan lagi. salam Omjay

115.

abdul aziz | Oktober 22, 2010 pukul 2:22 pm |

Sebaiknya guru yang tidak lulus sertifikasi tidak perlu didiklat atau dipaksakan lulus. Selain biaya yang dikeluarkan pemerintah sudah cukup besar untuk proyek pelatihan, guru akan seenaknya maju sertifikasi tanpa bekal yang cukup alias pasrah/bonek, yang penting lulus sertifikasi walau kena diklat. Ini mirip anak yang tidak lulus Ujian Nasional, lalu disuruh ikut ujian ulangan. Sebaiknya pemerintah membuat aturan guru yang maju sertifikasi harus siap segalanya, baik data, sertifikat, karya tulis, dll. Bila tidak siap, guru tidak usah maju sertifikasi dan harus mempersiapkan diri dulu dengan matang. Kalau memang tidak lulus ya tidak lulus, tidak perlu di diklat. Bila tidak lulus guru bisa maju tahun yang akan datang. Jalur portofolio tidak selamanya jelek. Bagi guru yang benar-benar berkualitas jalur portofolio bisa digunakan untuk unjuk kemampuan guru. Banyak guru yang masih jujur. Program sertifikasi guru juga tidak menjamin guru jadi profesional. Ukuran profesional bukan dilihat dari sertfikasi, tapi banyak aspek yang mempengaruhi. Di lapangan banyak guru yang berkualitas walau tidak ikut sertifikasi. Jadi jangan mengatakan bahwa guru yang tidak ikut sertfikasi bukan guru profesional. Ukuran profesional untuk guru di Indonesia masih jauh dari harapan, karena pendidikan di negeri ini banyak dikaitkan dengan kepentingan proyek, dan ujung-ujungnya uang. Jujur saja di lapangan banyak guru setelah ikut sertifikasi bukan tambah baik mengajarnya, bahkan ada yang seenaknya sendiri dalam mengajar.yang penting dapat TPP/uang tunjangan. Bahkan yang lebih memprihatinkan uang tunjangan (TPP) digunakan untuk kepentingan yang tidak menunjang profesinya, misalnya untuk bayar utang, beli sepeda motor, nyicil rumah, dsb. Memang tidak ada larangan orang menggunakan uang tunjangan (TPP), tapi seharusnya tunjangan profesi diberikan dalam rangka untuk membiayai kegiatan guru dalam mengajar yang memerlukan dana banyak. Mustahil pendidikan yang berkualitas tanpa biaya. Dan banyak dijumpai tunjangan sertifikasi (TPP) membuat iri guru yang tidak dapat tunjang Kalau sistem pendidikan di Indonesia seperti ini terus, maka jangan harap pendidikan di Indonesia bisa maju.

116.

culisti | Oktober 24, 2010 pukul 7:27 am |

Terima kasih pa Wijaya, tulisan bapak telah membantu saya menemukan model pembelajaran arias, tapi buku-bukunya bisa saya dapatkan dimana ya pa ?

117.

wijaya kusumah | Oktober 24, 2010 pukul 8:25 am |

kalau mau lengkap ya di perpustakaan kampus. Tapi kalau mau memiliki sendiri silahkan cari di toko buku gramedia atau lainnya. Biasanya saya cari di pusat buku palasari bandung. Adapun judulnya tinggal tanya saja sama penjualnya. salam Omjay

118.

eva | Oktober 25, 2010 pukul 11:20 pm |

trima kasih atas artikelnya pak. Saya trtarik dgn ARIAS, bisa tlg kirim referensi buku tntg ARIAS. Tlg krm k email saya faidah.math@gmail.com

119.

Agus Muslim Gumelar | Oktober 27, 2010 pukul 2:21 pm |

Artikel-artikel semacam ini sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan pada masa sekarang. Teruskan dan tingkatkan lagi biar tambah Oke.!

120.

sumartono MB | November 8, 2010 pukul 10:05 pm |

terima kasih saya samapikan atas artikel ini yang dah memberikan tambahan reverensi bagi saya dalam membut proposal sripsi.. o ya kalau ada materi tentang media pembelajaran worksheet. sya bisa dikirimin donk ke email makasi sebelum dan sesudahnya

121.

YAYAT S. JAYASANTIKA AD DWANY | November 19, 2010 pukul 3:16 pm |

YS, 191110

122.

APRIL TEL | November 23, 2010 pukul 7:11 am |

Tq ya da bantu dlm pencarian model pembelajaran.. setidaknya dapat membantu saya dalam meyelesaikan sikripsi tahun depan.

123.

ririn | Desember 1, 2010 pukul 2:13 am |

mas, tolong bisa bantu saya mendapatkan referensi untuk model pembelajaran arias ini, judul buku beserta pengarangnya, tolong ya saya sangat butuh untuk bahan skripsi

124.

indri | Desember 1, 2010 pukul 6:07 am |

terima kasih atas artikelnya,,karena dpat mmbantu saya dlam proses pembelajaran..

125.

lailatul husna | Desember 27, 2010 pukul 7:46 am |

terima kasih atas tulisannya sya sangat tertarik dengan model arias

126.

marjuki | Desember 27, 2010 pukul 2:02 pm |

terima kasih atas tulisannya, mudah-mudahan dapat saya manfaatkan dengan sebaikbaiknya, dan berguna untuk anak didik kami.

127.

Neni Royani | Desember 28, 2010 pukul 11:03 am |

terima kasih ats artikelnya.

128.

Rinda Hayuni | Januari 24, 2011 pukul 4:00 am |

Assalamualaikum, Om Jay Saya cukup sering membaca tulisan Om Jay ketika buka internet. awalnya saya ketemu ketika saya mencari tulisan atau artikel tentang program kelas akselerasi, dan saya sangat menyukainya. Saya adalah seorang guru yang masih berstatus GTT. Saya sangat tertarik sekali ingin menulis, namun sepertinya dalam pikiran saya tidak ada ide sama sekali, sampai bingung mau nulis apa. sama halnya dalam pekerjaan saya. kebetulan sekolah saya bru saja membuka program kelas akselerasi. dan kebetulan juga saya kebetulan ditunjuk untuk mengajar dalam kelas tersebut, jadi saya cukup bingung dan belum memiliki gambaran yang jelas tentang kelas akselerasi tersebut dan apa yang bisa saya lakukan di kelas tersebut. terus terang saya belum banyak pengalaman mengajar. jika diperkenankan saya mengharap dengan sangat agar Om Jay bersedia memberi gambaran yang jelas kepada saya tentang program akselerasi terutama bagaimana mengajar di kelas

tersebut. bidang studi saya bahasa inggris, dan saya belum jelas dengan kurikulum yang digunakan. apa bisa Om Jay memberikan contoh prangkat atau modul atau apa-apa saja yang digunakan atau diterapkan dalam kelas akselerasi. sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih dan berharap segera mendapat balasan dari OmJay. Wassalamualaikum

129.

wijaya kusumah | Januari 24, 2011 pukul 6:12 am |

kalau ingin jelasnya baca buku pedoman akselerasi, dan bila belum paham kirim email ke wijayalabs@gmail.com salam Omjay

130.

Retno Danu Rusmawati | Januari 26, 2011 pukul 2:38 pm |

Saya ingin menerapkan salah satu model pembelj tsb untuk kajian, krn itu terimakasih banyak referensi ini sangat membantu, smg dgn cepat saya mampu menulis untuk kajian tsb.

131.

kusumah wijaya | Januari 26, 2011 pukul 9:15 pm |

semoga bermanfaat ya mbak, saya belum sempat mencantumkan daftar pustakanya, bila sdh sempat akan saya susulkan. salam Omjay

132.

Fakhrurrozi | Januari 28, 2011 pukul 3:36 am |

Terima kasih atas postingnya, sangat memberi pencerahan kepada saya. Mudah-mudahan Amal saudara diterima oleh Yang Maha Kuasa. Saya tunggu posting berikutnya.

133.

Dedi | Februari 8, 2011 pukul 3:57 pm |

Terima kasih atas pemikirannya . semoga jadi amal bagi bagi dan ditunggu karya berikutnya.. syukron

134.

kusumah wijaya | Februari 8, 2011 pukul 5:41 pm |

sama-sama mas rozi dan mas dedi salam Omjay

135.

Nur Faizah | Maret 9, 2011 pukul 7:22 am |

Subhanallah hebat! tulisan Om Jay bener2 memotivasi trims ya Om

136.

amin basi | Maret 11, 2011 pukul 1:33 am |

saya hanya ingin bertanya saja saya masih kurang faham apa model-model pembelajaran, desain pembelajaran, perangkat pembelajaran, metode pembelajaran strategi dan teknikteknik mengajar. hal ini saya tanyakan karena definisi-definisi dimaksud sangat membingungkan saya sebagai orang yang berada di lapangan sebagai pengajar. semoga pengasuh rubrik ini sedikit mampu memberikan gambaran kepada saya secara lengkap, terima kasih. ttd. amin basir Guru SMAN 1 Suranenggala Kab Cirebon

137.

Vhyra | Maret 13, 2011 pukul 11:25 am |

Pa,,minta tolong kita kirimkan judul buku, pengarang dan penerbit buku model pembelajaran ARIAS saya sangat membutuhkannya untuk pembuatan proposal saya. kalau ada tolong dikirimkan ke e-mail saya pak,,terima kasih!!!!! iraaswaty@yahoo.co.id

138.

wijaya kusumah | Maret 13, 2011 pukul 1:24 pm |

kalau gak salah nama bukunya model-model pembelajaran, nama pengarangnya wina sanjaya, penerbit prenada jakarta. silahkan cari di toko buku gramedia atau toko buku lainnya. salam Omjay

139.

yanti | Maret 16, 2011 pukul 3:01 pm |

makasih pak buat model model pembelajarannya.. pak saya ingin minta bantuan bapak, saya lagi menyusun skripsi dan dosen saya tertarik

dengan model arias tapi saya kasulitan mencari bukunya. mohon bapak mau mengirimkan referensi buku yang digunakan.. tolong dikirim ke email saya.

140.

heni ariyanti | Maret 31, 2011 pukul 4:51 am |

pak saya mahasiswi yg sdg menjalani PTK..saya teratarik utk mengembangkan model ARIAS dlm jdul proposal saya mhon bantuan dr bpk utk memberitau saya tentang referensi jdul2 buku mengengai model ARIAS tsb ke email saya quen_motion@yahoo.com saya sdh coba cari di toko buku,tp karna jdul dan pengarang ny saya tdk tau jd susah untuk mencari na trimakasih sblm ny pak

141.

sahbana | April 1, 2011 pukul 5:20 am |

terima kasih atas tulisannya,ini sangat membantu guru dalam melakanakan pembelajaran di sekolah. smg mas wijaya sukses dan dalam lindungan Tuhan YME Amin
142.Pingback: Model-Model Pembelajaran: diaryku

143.

Benartus Manalu Pend.Fisika UDA | April 18, 2011 pukul 7:02 am |

Mas Buat Model pembelajaran Stop Think Do ya mas.. Dah lama aku mencari skripsi dan buku model seperti itu tp sampai sekarang belum dapat2. Thz

144.

kusumah wijaya | April 18, 2011 pukul 9:43 am |

coba cari di toko palasari bandung mas, banyak sekali buku-buku model pembelajaran stop Think Do. Bisa pesan kok lewat email. Cari di google alamatnya. salam Omjay

145.

tya | April 19, 2011 pukul 7:35 am |

tolong infox tentang kelebihan dan kekurangan savi salam tya..

146.

Rustan | April 20, 2011 pukul 1:57 am |

Thank Bro it is very usefull.(halaah pake bahasa bule nih)

147.

helmi fauzi panglima | April 21, 2011 pukul 4:13 am |

ada gak sumber referensi untuk model example dan non example???

148.

sriudin (education blog) | April 24, 2011 pukul 5:23 am |

Nice bloginfo nya sangat bermanfat..

Tinggalkan Balasan
Top of Form

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked * Nama * Email * Situs web

Anda dapat menambahkan HTML serta atribut-atribut berikut: <a href="" title=""> <abbr
title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <pre> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Beritahu saya mengenai komentar-komentar selanjutnya melalui surel. Beritahu saya tulisan-tulisan baru melalui surel.
Bottom of Form

Tentang Wijaya Kusumah

Trainer, Teacher, Blogger, Fotografer, Motivator, Pembicara Seminar, Workshop PTK, dan Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar dan Workshop sebagai Pembicara di tingkat Nasional. Bersedia membantu para guru dalam bidang Karya Tulis Ilmiah (KTI) online. Berbagai Karya Tulisnya selalu masuk final di tingkat Nasional dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat di blog http://wijayalabs.multiply.com/photos atau http://wijayalabs.com Hub via SMS:0815 915 5515

Blog Wijaya Kusumah Blog Statistik


472,120 hits

Tulisan Teratas

Model-Model Pembelajaran Sistematika Penulisan Karya Tulis Ilmiah Contoh Soal TIK Kelas VII PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DI INDONESIA Soal-soal Excel Wijaya Kusumah

Halaman
April 2008 S S R K J S M Mar Mei 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Arsip

April 2011 Maret 2011 Februari 2011 Januari 2011 Desember 2010 November 2010 Oktober 2010 September 2010

Agustus 2010 Juli 2010 Juni 2010 Mei 2010 April 2010 Maret 2010 Februari 2010 Januari 2010 Desember 2009 November 2009 Oktober 2009 September 2009 Agustus 2009 Juli 2009 Juni 2009 Mei 2009 April 2009 Maret 2009 Februari 2009 Januari 2009 Desember 2008 November 2008 Oktober 2008 September 2008 Agustus 2008 Juli 2008 Juni 2008 Mei 2008 April 2008 Maret 2008 Februari 2008 Januari 2008 Desember 2007 November 2007

Oktober 2007 September 2007 Agustus 2007 Blog wijaya lainnya dedidwitagama Mario Teguh Omjay omjaylabs Wijaya Kusumah agus sampurno Budi Putra Download Soal UN Invircom kompasiana Labschool Jakarta Romisatriawahono viva news Liputan Worskshop Creative Writing & Edupreneurship di IGI Bandung Ujian Nasional Tidak Menyeramkan Terima Kasih Tukang Tambal Ban Cara Baru Menulis Efektif (New Version) Rabun Membaca Lumpuh Menulis wijaya kusumah pada Pelatihan Aktivitas Belajar C-Generation di Aceh topan pada Pelatihan Aktivitas Belajar C-Generation di Aceh wijaya kusumah pada Soal-soal Excel yaniaputri pada Soal-soal Excel Herri pada Rumus Sukses Mulia yullyssya shaputry pada Sosiologi Sastra sriudin (education blog) pada Model-Model Pembelajaran

Blogroll

file doc

Tulisan Terkini

Komentarnya dong

informasi teknologi pada PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DI INDONESIA Kumpulan Berita Terbaru pada Pindah Rumah Blog yang Lebih Baik helmi fauzi panglima pada Model-Model Pembelajaran Rustan pada Model-Model Pembelajaran tya pada Model-Model Pembelajaran kusumah wijaya pada Model-Model Pembelajaran Benartus Manalu Pend.Fisika UDA pada Model-Model Pembelajaran andre pada Materi Workshop Power Point wijayalabs.files.wordpres
Top of Form

Klik tertinggi

Pencarian untuk:
Bottom of Form

Meta

Daftar Masuk log RSS Entri RSS Komentar WordPress.com

Eamail dan Twitter Wijaya


wijayalabs@gmail.com

Wijaya Kusumah

kusumah wijaya

Liputan Worskshop Creative Writing & Edupreneurship di IGI Bandung Ujian Nasional Tidak Menyeramkan Terima Kasih Tukang Tambal Ban Cara Baru Menulis Efektif (New Version) Rabun Membaca Lumpuh Menulis Bisakah Kita Menulis Sebelum Tidur? Lahap Membaca Membuatku Gemuk Menulis

Bagaimanakah Memanfaatkan Media Massa Sebagai Sumber Pembelajaran? Menulis Cepat? Bagaimana Caranya? 10 Tips Berinternet Sehat

Facebook wijaya

Blog Welcome to Labschool Jakarta


Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Tulisan wijaya Kreativitas Menulis


Blog ini mengajak anda untuk dapat kreatif dalam menulis. Ciptakan tulisan-tulisan anda yang bermutu dan kirimkan kepada kami untuk ditayangkan di blog ini.

Flickr Photos

More Photos

Bersama Menristek RI

Bersama Menristek RI, Bpk. Prof. DR. Kusmayanto Kardiman

Blog Khusus Pendidikan


Blog ini diperuntukkan khusus untuk bidang pendidikan. Kami berusaha untuk memberikan informasi penting tentang seputar pendidikan. Selamat Membaca!

Labschool Jakarta
Add new tag belajar Belajar PTK blog blogger budaya sekolah buku penelitian Tindakan kelas buku

ptk

guru guru ideal internet jakarta KARYA TULIS ILMIAH kebakaran kepemimpinan kompasiana

labschool labschool jakarta laskar pelangi LKGDP-2008 membuat blog menulis mudik omjay pembelajaran pemenang buku pengayaan penelitian tindakan Penelitian
Tindakan Kelas proposal ptk PTK pusat perbukuan pusat sumber belajar sby school

guru sholat berjamaah smp smp labschool smp labschool jakarta sumber belajar Ujian nasional wijaya wijaya kusumah workshop PTK Kategori
culture seminar nasional PTK sertifikasi

Blogroll Pendidikan Uncategorized

Para Blogger Yth:


Saya sangat senang bila anda mengambil berita atau informasi dari blog ini. Namun sebagai bangsa yang berbudaya, alangkah baiknya nama penulis atau alamat blog ini

dicantumkan sebagai sumber.

Silahkan Link
Blog ini dibuat untuk saling berbagi. Bagi anda yang ingin membuat Link untuk Blog ini, dengan senang hati saya persilahkan. Selamat Bergabung!

Foto Wijaya

wijaya kusumah

Internet Sehat

Mau Jadi Orang Kaya? Silahkan Klik!


TDW University - Tempat Anda merevolusi Hidup , Bisnis dan Keuangan Anda

Komentar Buku PTK Wijaya/Dedi


Saya sangat setuju kegiatan tentang Penelitian Tindakan Kelas, saya berpendapat PTK merupakan kegiatan profesional yang harus dilakukan oleh seorang guru. Tulislah apa yang dia lakukan, yang dialami, yang dia rasakan, kemudian apa hasilnya. Saya sangat terusik manakala sebagian besar guru kita tidak dapat atau tidak tergugah untuk menulis, hal ini mengakibatkan sebagian guru kita pangkat dan golongannya mandeg di golongan IV/a. karena gol IV dalam kenaikan pangkatnya diwajibkan mempunyai kegiatan pengembangan profesi diantaranya dengan karya tulis ilmiah. Padahal salah satu pasal

dari kep Menpan No: 84/93, menyatakan apabila seorang guru tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat berikutnya, selama 6 tahun, harus dibebaskan dari jabatan fungsional gurunya?. Semoga para penulis tentang PTK atau istilah lain dapat membantu dan menggugah para guru untuk membudayakan menulis, tentunya SDM kita juga akan meningkat. Salam Theme: Coraline by Automattic Blog pada WordPress.com.

You might also like