You are on page 1of 5

Apel

Apel ialah jenis buah, atau pohon yang menumbuhkan pohon ini. Buah apel biasanya merah di luar saat masak (siap dimakan), namun bisa juga hijau atau kuning. Orang mulai pertama kali menanam apel di Asia Tengah. Kini apel berkembang di banyak daerah di dunia yang lebih dingin. Nama ilmiah pohon apel dalam bahasa Latin ialah Malus domestica. Apel budidaya adalah keturunan dari Malus sieversii asal Asia Tengah, dengan sebagian genom dari Malus sylvestris (apel hutan/apel liar). Kebanyakan apel bagus dimakan mentah-mentah (tak dimasak), dan juga digunakan banyak jenis makanan pesta. Apel dimasak sampai lembek untuk membuat saus apel. Apel juga dibuat menjadi minuman sari buah apel. Informasi botani Pohon apel merupakan pohon yang kecil dan berdaun gugur, mencapai ketinggian 3 hingga 12 meter, dengan tajuk yang lebar dan biasanya sangat beranting.[2] Daun-daunnya berbentuk lonjong dengan panjang 5 - 12 cm dan lebar 3 - 6 centimeter. Bunga apel mekar di musim semi, bersamaan dengan percambahan daun. Bunganya putih dengan baur merah jambu yang berangsur pudar. Pada bunga, terdapat lima kelopak, dan mencapai diameter 2.5 hingga 3.5 cm. Buahnya masak pada musim gugur, dan biasanya berdiameter 5 hingga 9 centimeter. Inti buah apel memiliki lima gynoecium yang tersusun seperti bintang lima mata, masing-masing berisi satu hingga tiga biji. Leluhur liar Malus domestica adalah Malus sieversii yang ditemui hidup secara liar di pegunungan Asia Tengah, di Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, dan Xinjiang, Cina,[3] dan kemungkinan juga Malus sylvestris.[4] Pada tahun 2010, sebuah konsorsium pimpinan Italia mengumumkan bahwa mereka telah menafsirkan seluruh genom apel (varietas Golden Delicious).[5] Apel memiliki sekitar 57.000 gen, jumlah tertinggi pada genom tumbuhan yang dikaji sejauh ini dan lebih banyak gen dari genom manusia (kira-kira 30.000).[6] Pusat keragaman genus Malus adalah di Turki timur. Pohon apel mungkin merupakan tumbuhan awal yang menjadi tanaman pertanian[7]; buah-buahannya diperbaiki melalui proses seleksi selama ribuan tahun. Iskandar Agung dihargai karena menemukan tumbuhan apel kerdil di Asia Kecil pada tahun 300 SM.[2] Apel musim dingin, yang dipetik pada akhir musim gugur dan disimpan dalam suhu yang sedikit melebihi titik beku, telah menjadi makanan penting di Asia dan Eropa selama ribuan tahun, dan juga di Argentina dan Amerika Serikat sejak kedatangan bangsa Eropa.[7] Apel dibawa masuk ke Amerika Utara bersama kolonis pada abad ke-17.[2] Pada

abad ke-20, proyek irigasi di negeri Washington dilancarkan untuk memacu pembangunan industri buah bernilai ribuan jutaan dolar, yang dikepalai oleh spesies apel.[2] Hingga abad ke-20, petani menyimpan apel dalam bilik-bilik antibeku pada musim dingin untuk mereka jual sendiri. Transportasi apel segar oleh kereta dan jalan yang terus berkembang berhasil menghilangkan kebutuhan untuk penyimpanan.[8][9]
"Brita sebagai Iduna" (1901), oleh Carl Larsson

Dalam mitologi Nordik, dewi Iunn digambarkan dalam prosa Snorra Edda (karya Snorri Sturluson abad ke-13) sebagai penyedia apel yang memberikan kemudaan abadi kepada dewadewi. Cendekiawan Inggeris, H. R. Ellis Davidson, mengaitkan apel dengan praktik keagamaan dalam paganisme Jermanik yang melahirkan agama Nordik. Ia menunjukkan bahwa keranjangkeranjang berisi apel yang ditemukan di situs pemakaman kapal Oseberg di Norwegia, dan apel dan biji (Iunn dikisahkan berubah menjadi biji dalam Skldskaparml) yang ditemukan di kuburan lama orang Jermanik di Inggris dan benua Eropa, mungkin membawa arti simbolik, dan biji masih merupakan lambang kesuburan yang penting di Inggris barat daya.[10] Davidson memperhatikan hubungan antara apel dan Vanir, suku dewa-dewi yang dikaitkan dengan kesuburan dalam mitologi Nordik, dengan mengutip contoh kisah Skrnir (utusan Freyr, dewa Vanir utama) yang menggunakan sebelas biji "apel emas" untuk memikat Gerr, seperti yang tertulis dalam stanza 19 dan 20 Skrnisml. Davidson juga memperhatikan lagi hubungan antara kesuburan dan apel dalam mitologi Nordik, dalam bab 2 saga Vlsunga, ketika dewi Frigg mengirim apel ke Raja Rerir yang berdoa memohon anak kepada Odin. Utusan Frigg (yang berbentuk burung gagak) menjatuhkan apel itu di pangkuannya ketika beliau duduk di atas gundukan.[11] Setelah memakan apel itu, permaisuri Rerir hamil selama selama enam tahun, lalu melahirkan seorang anak yang bernama Vlsung.[12] Lebih jauh lagi, Davidson menunjuk frase "Apel Hel" yang digunakan dalam puisi abad ke-11 buatan skald Thorbiorn Brnarson. Ia menyatakan bahwa frase tersebut mungkin merupakan tanda bahwa apel diduga sebagai makanan orang mati oleh sang skald. Lebih lagi, Davidson mencatat bahwa dewi Jermanik Nehalennia kadang-kadang digambarkan dengan apel dan paralelnya ada pada kisah-kisah Irlandia awal. Ia menyatakan bahwa sementara penanaman apel di Eropa Utara telah ada semenjak masa Kekaisaran Romawi dan datang ke Eropa dari Timur Dekat, varietas apel yang tumbuh di Eropa Utara berbentuk kecil dan terasa pahit. Davidson menyimpulkan bahwa dalam figur Iunn, "kita harus memiliki bayangan kabur mengenai simbol lama: dewi pelindung buah pemberi kehidupan dari dunia lain."[10] . Kisah apel terdapat dalam berbagai tradisi keagamaan, baik sebagai benda mistik maupun terlarang. Salah satu masalah yang dihadapi ketika mengidentifikasi apel dalam keagamaan, mitologi dan cerita rakyat, adalah bahwa kata "apel" digunakan sebagai istilah umum untuk segala buah-buahan asing selain berry, dan termasuk kacang, hingga abad ke-17.[13] Misalnya, dalam mitologi Yunani, Herakles diharuskan pergi ke Kebun Hesperides untuk memetik apel emas dari Pokok Kehidupan di tengah-tengah kebun itu sebagai satu dari dua belas tugasnya.[14][15][16]

Dewi perselisihan Yunani, Eris, kecewa setelah disisihkan dari upacara pernikahan Peleus dan Thetis,[17] lalu membalas dengan melontarkan apel emas yang terukir kata (Kalliste, 'untuk yang tercantik'), ke dalam pernikahan itu. Apel itu dituntut oleh tiga dewi, yaitu Hera, Athena, dan Aphrodite. Paris dari Troy diangkat untuk memilih penerimanya. Setelah disuap oleh Hera dan Athena, Aphrodite memikat Paris dengan perempuan paling jelita di dunia, yaitu Helen dari Sparta. Paris memberikan apel itu ke Aphrodite, maka secara tidak langsung memicu Perang Troya. Di Yunani kuno, apel adalah buah suci dewi Aphrodite, maka tindakan melempar apel ke arah seseorang adalah simbol pernyataan cinta kepadanya; begitu juga, orang menyambut apel merupakan lambang penerimaan cinta.[18] Atalanta, juga dari mitologi Yunani, berlomba dengan teman pelamarnya dalam upaya menghindari pernikahan. Ia mengatasi mereka semua kecuali Hippomenes (atau Melanion, nama yang mungkin berasal darimelon, yaitu kata Yunani yang berarti "apel" atau buah-buahan umumnya),[15] yang mengalahkannya bukan karena kecepatan tetapi dengan cara licik. Hippomenes sadar bahwa dirinya tidak dapat memenangkan perlombaan secara adil, sehingga ia menggunakan tiga apel emas (karunia Aphrodite, dewi cinta) untuk memindahkan perhatian Atalanta. Setelah berlari secepat mungkin sambil memanfaatkan ketiga apel itu, Hippomenes akhirnya berhasil memenangkan perlombaan dan hati Atalanta.

Pepaya
"Carica" beralih ke halaman ini. Untuk jenis buah-buahan yang biasa disebut karika atau "carica", lihat pepaya gunung.

Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. C. papaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica. Nama pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda, "papaja", yang pada gilirannya juga mengambil dari nama bahasa Arawak, "papaya". Dalam bahasa Jawa pepaya disebut "kats" dan dalam bahasa Sunda "gedang". Buah pepaya dimakan dagingnya, baik ketika muda maupun masak. Daging buah muda dimasak sebagai sayuran (dioseng-oseng). Daging buah masak dimakan segar atau sebagai campuran koktail buah. Pepaya dimanfaatkan pula daunnya sebagai sayuran dan pelunak daging. Daun pepaya muda dimakan sebagai lalap (setelah dilayukan dengan air panas) atau dijadikan pembungkus buntil. Oleh orang Manado, bunga pepaya yang diurap menjadi sayuran yang biasa dimakan. Getah pepaya (dapat ditemukan di batang, daun, dan buah) mengandung enzim papain, semacam protease, yang dapat melunakkan daging dan mengubah konformasi protein lainnya. Papain telah diproduksi secara massal dan menjadi komoditas dagang. Daun pepaya juga berkhasiat obat dan perasannya digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menambah nafsu makan. Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah. Bentuknya dapat bercangap ataupun tidak. Pepaya kultivar biasanya bercangap dalam. Pepaya adalah monodioecious' (berumah tunggal sekaligus berumah dua) dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci (hermafrodit). Tumbuhan jantan dikenal sebagai "pepaya gantung", yang walaupun jantan kadang-kadang dapat menghasilkan buah pula secara "partenogenesis". Buah ini mandul (tidak menghasilkan biji subur), dan dijadikan bahan obat tradisional. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai panjang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk. Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning. Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina dan memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih disukai dalam budidaya karena dapat menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Daging buah berasal dari karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian tengah buah berongga. Biji-biji berwarna hitam atau kehitaman

dan terbungkus semacam lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan. Dalam budidaya, biji-biji untuk ditanam kembali diambil dari bagian tengah buah. Kelamin jantan pepaya ditentukan oleh suatu kromosom Y-primitif, yang 10% dari keseluruhan panjangnya tidak mengalami rekombinasi. [1] Suatu penanda genetik RAPD juga telah ditemukan untuk membedakan pepaya berkelamin betina dari pepaya jantan atau banci.[2

You might also like