You are on page 1of 44

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang Obat sterilisasi saluran akar merupakan obat atau medikasi intrasaluran akar sebagai tindakan desinfeksi saluran akar (proses pembinasaan mikrorganisme patogenik pada perawatan endodonsi). Sterilisasi itu sendiri merupakan suatu proses membuat steril suatu benda agar terbebas dari kuman. (Walton dan Torabinejad, 1998) Dimana adanya bakteri pada makhluk hidup ini dapat berkolonisasi, kolonisasi ini dapat terjadi apabila adanya kondisi fisik dan biokoimiawi memungkinkan untuk pertumbuhan (faktor penghambat tidak cukup kuat untuk memusnahkan mikroorganisme tersebut). Organisme dibagi menjadi dua yaitu, organisme menguntungkan dan organisme oportunis patogen yang bila menginfeksi dapat menimbulkan penyakit pulpa dan periapeks bila berada dalam lingkungan rongga mulut. Infeksi tersebut dapat terjadi bila organisme merusak lingkungan sekitar rongga mulut dan meinmbulkan tanda serta gejala klinis. Patogenesistas adalah kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada inang, sedangkan virulensi adalah derajat patogenesitas mikroorganisme tersebut. Tahap-tahap infeksi pada penyakit endodonsi meliputi invasi mikroba, kolonisasi, multiplikasi, dan aktvitas patogenitasnya. (Taringan, 1994) Invasi bakteri ke pulpa dapat melalui tiga cara yaitu sebagai invasi langsung melalui dentin (karies, fraktur mahkota atau akar, terbukanya pulpa pada saat preparasi, kavitas atrisi, abrasi dan erosi), invasi melalui pembuluh darah limfatik terbuka (berhubungan dengan penyakit periodontal, infeksi gingiva atau scalling gigi) dan invasi melalui pembuluh darah (selama penyakit infeksius atau bakteriemie transien). (Taringan, 1994) 1.2 Rumusan masalah 1.2.1 Bagaimana syarat-syarat obat yang digunakan untun sterilisasi saluran akar?
1

1.2.2

Apa saja fungsi dari obat sterilisasi saluran akar?

1.2.3 Mikroba apa saja yang terdapat pada saluran akar yang harus segera dimusnahkan? 1.2.4 Apa saja jenis-jenis obat untuk sterilisasi saluran akar beserta sifat, kelebihan, kekurangan, indikasi dan dosisnya? 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui dan memahami tentang syarat-syarat obat yang digunakan untun sterilisasi saluran akar. 1.3.2 Mengetahui dan memahami tentang fungsi dari obat sterilisasi saluran akar. 1.3.3 Mengetahui dan memahami tentang mikroba yang terdapat pada saluran akar yang harus segera dimusnahkan. 1.3.4 Mengetahui dan memahami tentang jenis-jenis obat untuk sterilisasi saluran akar beserta sifat, kelebihan, kekurangan, indikasi dan dosisnya. 1.4 Mapping

Obat sterilisasi saluran akar

Syarat

Klasifikasi Antiseptik Desinfektan

Antibiotik

Mikroba saluran akar patogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Srerilisasi Saluran Akar Obat sterilisasi Saluran Akar adalah obat atau medikamen intrasaluran akar sebagai tindakan pelengkap pada tindakan disinfeksi saluran akar. Disinfeksi saluran akar adalah Pembinasaan mikroganisme patogenik yang mensyaratkan pembersihan terlebih dahulu pada jaringan pulpa dan debris yang memadai, pembersihan dan pelebaran saluran dengan cara biokimiawi, dan pembersihan isinya dengan irigasi. Disinfeksi saluran akar adalah tahap penting dalam perawatan endodontik. (Walton dan Torabinejad, 1998) Obat saluran akar mempunyai fungsi membantu mengeluarkan mikroganisme, mengurangi rasa sakit, menghilangkan eksudat apikal, mempercepat penyembuhan dan pembentukan jaringan keras dan mengontrol reosrnsi peradangan akar. (Walton dan Torabinejad, 1998) Ada dua tipe dasar obat-obatan yang digunakan untuk membantu membersihkan bakteri sisa antibiotik dan antiseptik. Kelebihan dari antibiotik adalah antibiotik mempunyai indeks terapeutik yang luas, tetapi kekurangannya adalah efeknya hanya mengenai organism terbatas. Antiseptik mempunyai spectrum aksi yang lebih luas tetapi umumnya lebih toksik terhadap host. (Taringan, 1994) 2.2 Jenis Bakteri Dalam Saluran Akar Tabel 1: Jenis bekteri di dalam saluran akar

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Spesies Bakteri Eubacterium pp Peptostreptococcus sp Phorphiromonas spp Prevotella spp Streptococcus Lactobacillus spp Wolinella spp Prevotella spp Actinomyces spp Propionibacterium spp Capnocytophaga achracea Vellonella parvula Selenomonas sputigena Spp lain

Karakteristik Batang gram positif tidak bergerak Kokus gram positif tidak bergerak Batang gram negatif tidak bergerak Batang gram negatif tidak bergerak Kokus gram positif tidak bergerak Batang gram positif tidak bergerak Batang gram negatif tidak bergerak Kokus gram positif tidak bergerak Kokus gram positif tidak bergerak Kokus gram positif tidak bergerak Fusiformis gram negatif tidak bergerak Kokus gram positif tidak bergerak Batang gram negatif tidak bergerak

(Walton dan Torabinejad, 1998) 2.3 Syarat Obat Sterilisasi Saluran Akar Menurut Walton dan Torabinejad (1998) syarat dari obat sterilisasi saluran akar adalah harus efektif dalam membunuh mikroorganisme dalam saluran akar, tidak mengiritasi saluran akar, tidak toksik, anodyne (obat pereda sakit), tidak menodai struktur gigi, tidak mengganggu jaringan perapikal, tidak menginduksi, stabil dalam larutan, harus mempunyai tegangan permukaan yang rendah, efek microbialnya lama dan dapat menyerang microorganisme dengan baik 2.4 Jenis Obat Sterilisasi Saluran Akar 2.4.1 Antibiotik Merupakan golongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh mikroorganisme patogen. Jenisjenisnya, antara lain: 2.4.1.1 Penisilin Penisin ini merupakan antibiotik yang efektif untuk memusnahkan bakteri anaerob (Porphyromonas, Prevotella, Peptostreptococcus, Fusobacterium, dan Actinomyces) dan bakteri gram positif fakultatif (Streptococcus dan
4

Enterococcus) pada infeksi endodonsi. Antibiotik ini mempunyai toksisitas rendah dan harganya murah. Namun, 10% populasi mungkin alergi terhadap penisilin Antibiotik ini digunakan dengan dosis muatan awal sebanyak 1000 mg per oral Penisilin VK, dilanjutkan dengan 500 mg setiap 6 jam selama 7 hari. Dosis muatan antibiotik untuk mendapatkan kadar yang adekuat dan mencegah terjadinya resistensi bakteri. Pemberian antibiotik harus diteruskan selama 2-3 hari setelah redanya tanda dan gejala infeksi. (Ganiswan, 1995) 2.4.1.2 Eritromisin Eritromisin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik terhadap bakteri fakultatif, namun kurang efektif terhadap bakteri anaerob pada infeksi odotogen. Biasanya digunakan untuk pasien alergi penisilin yng mendapat infeksi ringan sampai sedang. Sayangnya antibiotik ini tidak efektif terhadap infeksi berat dan efek sampingnya adalah gangguan gastrointestinal. Pemberiannya dengan dosis muatan oral sebanyak 1000 mg, dilanjutkan dengan 500 mg setiap 6 jam selama 7 hari. (Ganiswan, 1995) 2.4.1.3 Klaritomisin Klaritomisin merupakan antibiotik yang efektif terhadap bakteri anaerob. Antibiotik ini memiliki efek samping yang rendah terhadap gastrointestinal. Pemberiannya dilakukan sebelum maupun sesudah makan dengan dosis 500 mg setiap 12 jam selama 7 hari. (Ganiswan, 1995) 2.4.1.4Sefalosporin Oral (Generasi kedua Sefalosporin) Sefalosporin oral merupakan antibiotik yang efektif alergi penisilin. (Ganiswan, 1995) 2.4.1.5 Klindamisin terhadap bakteri

aerob. Namun, perlu hati-hati dalam pemberian sefalosporin oral pada pasien

Klindamisin merupakan antibiotik yang efektif

terhadap bakteri gram

positif, gram negatif, anaerob fakultatif, dan sejati. Antibiotik ini dapat didistribusikan dengan baik ke seluruh tubuh dan konsentrasi di tulang hampir sama di dalam plasma. Terapi klindamisin berefek (jarang) dengan timbulnya kolitis pseudomembranosa. Antibiotik lain yang berefek sama yaitu, ampisilinamoksisilin dan sefalosporin. Pemberian untuk dewasa yang diberikan adalah 150-300 mg setiap 6 jam selama 7 hari. (Ganiswan, 1995) 2.4.1.6 Metronidazol Metronidazol merupakan antibiotik yang bersifat bakterisida terhadap bakteri anaerob. Pemberiannya dapat dikombinasi dengan enisilin untuk infeksi endodonsi yang berat dengan dosis250-500 mg setiap 6 jam selama 7 hari. (Ganiswan, 1995) 2.4.2 Antiseptik 2.4.2.1 Minyak Atsiri Minyak Atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris, minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatic, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Merupakan desinfektan yang lemah. Misalnya eugenol. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.4.2.1.1 Eugenol Bahan ini adalah esens kimiawi minyak cengkeh dan mempunyai hubungan dengan fenol. Agak lebuh mengiritasi daripada minyak cengkeh dan keduanya adalah suatu antiseptic dan anodin. (Walton dan Torabinejad, 1998) Bahan ini bersifatnya sedatif dan pemakaian setelah pulpektomi, sebagai bagian dari sealer saluran akar, sebagai campuran dari tambalan sementara. 2.4.2.2 Berbasis fenol. 2.4.2.2.1 Fenol
6

Fenol merupakan Bahan kristalin putih yang mempunyai bau khas bau bara. Fenol yang di cairkan (asam karbolik) terdiri dari 9 bagian fenol dan 1 bagian air. Fenol adalah racun protoplasma dan menyebabkan nekrosis jaringan lunak. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.4.2.2.2 Para-Klorofenol Para-Klorofenol masuk lebih ke dalam tubuli dentin sehingga memusnahkan mikroorganisme di saluran akar. Berfungsi untuk presipitasi atau koagulasi bakteri. Compound ini adalah pengganti produk fenol dengan klorin menggantikan salah satu atom hydrogen. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.4.2.2.3 Para-klorofenol berkamfer Bahan ini terdiri dari dua bagian para-klorofenol dan tiga bagian berkamfer. Bahan ini memperoleh popularitas tingkat tinggi sebagai medikamen saluran akar selam satu abad. Kamfer berguna sebagai suatu sarana dan suatu pengencer serta mengurangi efek mengiritasi yang dimiliki para-klorofenol murni selain itu juga memperpanjang efek antimicrobial. (Walton dan Torabinejad, 1998) Bahan ini memiliki kemampuan desinfeksi dan sifat mengiritasinya kecil dan mempunyai spektrum anti bakteri yang luas dan semua perawatan saluran akar gigi dan gigi yang mempunyai kelainan apikal. 2.4.2.2.4 ChkM (Chlorphenol kamfer menthol) Terdiri dari dua bagian para-klorofenol dan tiga bagian kamfer. Daya desinfektan sifat mengiritasi lebih kecil dari pada formokresol. Mempunyai spectrum anti bakteri luas dan efektif terhadap jamur. Bahan utamanya Paraklorofenol. Mampu memusnahkan berbagai mikroorganisme dalam saluran akar. Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari paraklorofenol murni. Selain itu memperpanjang efek antimicrobial. Menthol mengurangi sifat iritasi clorophenol dan mengurangi rasa sakit. Bahan ini memiliki kemampuan desinfeksi dan sifat mengiritasi keil dan mempunyai spectrum anti bakteri yang luas dan digunakan dalam semua

perawatan saluran akar gigi yang mempunyai kelainan apikal. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.4.2.2.5 Cresophene Terdiri dari chlorofenol, hexachlorophene, thymol, dan dexamatasone yaitu sbagai antiphlogisticum. Pemakaian terutama pada gigi dengan permulaan periodontitis, apikalis akuta yang dapat terjadi misalnya pada peristiwa over instrumentasi. Dipakai pada gigi dengan periodontitis apikalis tahap awalakibat instrumentasi berlebih. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.4.2.2.6 Cresatin

Juga dikenal dengan metakresil asetat, bahan ini adalah suatu cairan jernih, berminyak dan tidak mudah menguap. Mempunyai sifat antiseptic dan meringankan rasa sakit. Efek antimicrobial cresatin lebih kecil dari pada formokresol atau para-klorofenol berkamfer, obat ini juga tidak begitu mengiritasi jaringan. Bahan ini digunakan untuk semua perawatan saluran akar gigi dan kelainan gigi apikal. (Walton dan Torabinejad, 1998)

2.4.2.3 Aldehid 2.4.2.3.1 Formokresol Bahan ini adalah kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1. Formalin merupakan desinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu substansi yang tidak dapat di larutkan formokresol adalah suatu medikamen bakterisidal yang tidak spesifik dan sangat efektif terhadap organisme aerobik dan anaerobik yang di temukan dalam saluran akar. Bahan ini efektif untuk bakteri aerob dan anaerob namun dapat menimbulkan efek nekrosis. Penggunaannya pada gigi non vital, mematikan saraf gigi dan sebagai bahan fiksasi. Dan diindikasikan pada perawatan pulpektomi. (Walton dan Torabinejad, 1998)
8

2.4.2.3.2 Glutaraldehid Minyak tanpa warna ini agak larut dalam air dan disamping itu mempunyai reaksi yang agak asam. Obat ini merupakan desinfeksi yang sangat kuat dan fiksatif. Konsentrasi rendah dan tidak ada reaksi inflamasi. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.4.2.4 Kalsium hidroksida Kompound ini juga telah digunakan sebagai medikamen saluran akar. Pengaruh antiseptiknya mungkin berhubungan dengan pH-nya yang tinggi dan pengaruh melumerkan jaringan pulpa yang nekrotik.Pasta kalsium hidroksida paling baik digunakan sebagai suatu medikamen intrasaluran bila ada penundaan yang terlalu lama antar kunjungan karena bahan ini tetap manjur selama berada dalam saluran akar. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.4.2.5 Nitrogen Merupakan suatu antiseptik yang mengandung para formaldehida sebagai suatu bahan utamanya, dapat digunakan sebagai medikamen intrasaluran maupun sebagai siler atau bahan pengisi. Nitrogen mengandung eugenol dan fenilmerkurik borat, dan kadang kadang juga terdapat bahan bahan tambahan sepertibtimah hitam, kortikosteroid, antibiotika dan minyak wangi. Efek antimikrobialnya hanya sebentar, dan menghilang kira-kira seminggu atau sepuluh hari. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.4.2.6 Halogen Digunakan sebagai medikamen intraselular yang mempunyai pengaruh desinfektan berbanding terbalik dengan berat atomnya, yang termasuk golongan ini adalah:
2.4.2.6.1

Sodium Hipoklorit.

Kompoun ini kadang-kadang digunakan sebagai medikamen intrasaluran. Mempunyai pengaruh desinfektan terbesar di antara kelompok sodium hipoklorit. Sodium hipoklorit sebagai medikamen saluran akar yang efektif namun bersifat

iritasi. Aktivitas sodium hipoklorit ini hebat tetapi hanya sementara, compound ini lebih baik di aplikasikan pada saluran akar tiap dua hari sekali. Bahan ini memiliki chlorine yang bersifat iritatif, tidak stabil dan bersifat toksik bila dalam jumlah besar. Bahan ini bisa juga digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.4.2.6.2 Yodida Bahan ini mungkin memusnahkan mikroorganisme dengan membentuk garam yang merugikan kehidupan mikroorganisme. Kompond yodida terdiri dari :2 bagian antiseptic yodin, 4 bagian antiseptik yodida, dan 94 bagian air distilasi. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.4.2.7 Komponen Amonium Kuartener Quats adalah compound yang menurunkan tegangan permukaan larutan. Bahan bahan ini di buat tidak aktif oleh compound antiseptic. Karena compound antiseptic kuartener bermuatan positif dan mikroorganisme antiseptic, akan terbentuk suatu efek permukaan aktif dengan compound melekat pada mikroorganisme dan membalik muatannya. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.5.3 Desinfektan Zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Macam-macam desinfektan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi : 2.5.3.1 Alkohol Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa. (Hermanto, 2005) 2.5.3.2 Aldehid Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada
10

kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam. (Hermanto, 2005) 2.5.3.3 Biguanid Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus. (Hermanto, 2005) 2.5.3.4 Senyawa halogen Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine). (Hermanto, 2005) 2.5.3.5 Fenol Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium. (Hermanto, 2005) 2.5.3.6 Klorsilenol Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak
11

digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol). (Hermanto, 2005)

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Syarat Syarat Obat Sterilisasi Saluran Akar Menurut Walton dan Torabinejad (1998) syarat dari obat sterilisasi saluran akar adalah harus efektif dalam membunuh mikroorganisme dalam saluran akar, tidak mengiritasi saluran akar, tidak toksik, anodyne (obat pereda sakit), tidak menodai struktur gigi, tidak mengganggu jaringan perapikal, tidak menginduksi,
12

stabil dalam larutan, harus mempunyai tegangan permukaan yang rendah, efek microbialnya lama dan dapat menyerang microorganisme dengan baik 3.2 Fungsi Obat Sterilisasi Saluran Akar Obat sterilisasi akar berfungsi untuk membantu mengeluarkan mikroorganisme, mengurangi rasa sakit, menghilangkan eksudat apikal, mempercepat penyembuhan dan pembentukan jaringan keras dan mengontrol rearbsorpsi peradangan akar. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.3 Mikroorganisme yang Akan Dimusnahkan Sekitar 350 spesies bakteri yang dikenal sebagai flora normal rongga mulut, hanya sebagian kecil saja yang dapat di isolasi dari pulpa terinfeksi, terutama bakteri anaerob sejati, beberapa anaerob fakultatif dan seddikit sekali anaerob. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.3.1 Batang gram positif tidak bergerak Eubacterium pp (bakteri anaerob yang masuk ke tubuh manusia lewat mulut dan kolon), Prevotella spp (anaerob), Lactobacillus spp (anaerob yang masuk ketubuh manusia lewat vagina), , Actynomyces spp (anaerob yang masuk ketubuh manusia lewat mulut), dan Propionibacterium spp (anaerob yang masuk ketubuh manusia melalui kulit). 3.3.2 Batang gram neatif tidak bergerak Porphiromonas spp berpigmen hitam (anaerob)yang dapat menyebabkan infeksi didaerah gingival, perapical, payudara, perianal dan genetal pria. 3.3.3 Batang gram negatif bergerak Selemonas sputigena, Wollinella spp (anaerob) yang menyebabkan infeksi didaerah mulut kerongkongan dan usus. 3.3.4 Coccus gram positif tidak bergerak Peptosreptococcus spp (anaerob) yang masuk ketubuh manusia melalui usus besar Streptococcus spp (fakultatif) yang berbentuk bulat dan berantai, flora normal, dan penyebab infeksi. Bakteri ini dapat menghasilkan toksin yaitu
13

sreptokinase, streptodornase, hialuronidase, toksin dan terogenetik. Serta dapat menghemolisis darah dan mempunyai antigen. Bakteri ini diklasifikasikan berdasarkan morfologi koloni, hemolisis pada lempeng agar, biokimia, imunologik, ekologi.
3.3.5

Coccus gram negatif tidak bergerak Vollounala parvula. Tanda tanda klinis infeksi anaerob yaitu sekret yang

bau, infeksi yang ada didekat permukaan selaput lendir, gas, adanya kultur negatif anaerob Media yang biasa digunakan untuk bakteri antara lain: trypticasesoy gram, schaedler blood agar, blucela agar, brain heart, infusion agar. 3.4 Jenis Obat Sterilisasi Saluran Akar 1.4.1 Antibiotik Merupakan golongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh mikroorganisme patogen. Jenisjenisnya. Berdasarkan sifat kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dibagi menjadi 2 golongan: Antibiotik bersifat bakterisida (Dapat membunuh bakteri merupakan Derivat Penisilin) dan Antibiotik bersifat bakteriostatik (Dapat menghambat pertumbuhan bakteri, contohnya : Derivat Tetrasiklin, Kloramfenikol, Eritromisin, dan Sulfonamide). Jenis-jenis antibiotik:

3.4.1.1 Penisilin Penisin ini merupakan antibiotik yang efektif untuk memusnahkan bakteri anaerob (Porphyromonas, Prevotella, Peptostreptococcus, Fusobacterium, dan Actinomyces) dan bakteri gram positif fakultatif (Streptococcus dan Enterococcus) pada infeksi endodonsi. Antibiotik ini mempunyai toksisitas rendah dan harganya murah. Namun, 10% populasi mungkin alergi terhadap penisilin

14

Antibiotik ini digunakan dengan dosis muatan awal sebanyak 1000 mg per oral Penisilin VK, dilanjutkan dengan 500 mg setiap 6 jam selama 7 hari. Dosis muatan antibiotik untuk mendapatkan kadar yang adekuat dan mencegah terjadinya resistensi bakteri. Pemberian antibiotik harus diteruskan selama 2-3 hari setelah redanya tanda dan gejala infeksi. (Ganiswan, 1995) 3.4.1.2 Eritromisin Eritromisin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik terhadap bakteri fakultatif, namun kurang efektif terhadap bakteri anaerob pada infeksi odotogen. Biasanya digunakan untuk pasien alergi penisilin yng mendapat infeksi ringan sampai sedang. Sayangnya antibiotik ini tidak efektif terhadap infeksi berat dan efek sampingnya adalah gangguan gastrointestinal. Pemberiannya dengan dosis muatan oral sebanyak 1000 mg, dilanjutkan dengan 500 mg setiap 6 jam selama 7 hari. (Ganiswan, 1995) 3.4.1.3 Klaritomisin Klaritomisin merupakan antibiotik yang efektif terhadap bakteri anaerob. Antibiotik ini memiliki efek samping yang rendah terhadap gastrointestinal. Pemberiannya dilakukan sebelum maupun sesudah makan dengan dosis 500 mg setiap 12 jam selama 7 hari. (Ganiswan, 1995) 3.4.1.4 Sefalosporin Oral (Generasi kedua Sefalosporin) Sefalosporin oral merupakan antibiotik yang efektif alergi penisilin. (Ganiswan, 1995) terhadap bakteri

aerob. Namun, perlu hati-hati dalam pemberian sefalosporin oral pada pasien

1.4.1.5 Klindamisin

15

Klindamisin merupakan antibiotik yang efektif

terhadap bakteri gram

positif, gram negatif, anaerob fakultatif, dan sejati. Antibiotik ini dapat didistribusikan dengan baik ke seluruh tubuh dan konsentrasi di tulang hampir sama di dalam plasma. Terapi klindamisin berefek (jarang) dengan timbulnya kolitis pseudomembranosa. Antibiotik lain yang berefek sama yaitu, ampisilinamoksisilin dan sefalosporin. Pemberian untuk dewasa yang diberikan adalah 150-300 mg setiap 6 jam selama 7 hari. (Ganiswan, 1995) 1.4.1.6 Metronidazol Metronidazol merupakan antibiotik yang bersifat bakterisida terhadap bakteri anaerob. Pemberiannya dapat dikombinasi dengan enisilin untuk infeksi endodonsi yang berat dengan dosis250-500 mg setiap 6 jam selama 7 hari. (Ganiswan, 1995) 3.4.2 Antiseptik 3.4.2.1 Minyak Atsiri Minyak Atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris, minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatic, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Merupakan desinfektan yang lemah. Misalnya eugenol. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.4.2.1.1 Eugenol Bahan ini adalah esens kimiawi minyak cengkeh dan mempunyai hubungan dengan fenol. Agak lebuh mengiritasi daripada minyak cengkeh dan keduanya adalah suatu antiseptic dan anodin. (Walton dan Torabinejad, 1998) Bahan ini bersifatnya sedatif dan pemakaian setelah pulpektomi, sebagai bagian dari sealer saluran akar, sebagai campuran dari tambalan sementara. 3.4.2.2 Bagian dari fenol. 3.4.2.2.1 Fenol

16

Fenol merupakan Bahan kristalin putih yang mempunyai bau khas bau bara. Fenol yang di cairkan (asam karbolik) terdiri dari 9 bagian fenol dan 1 bagian air. Fenol adalah racun protoplasma dan menyebabkan nekrosis jaringan lunak. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.4.2.2.2 Para-Klorofenol Para-Klorofenol masuk lebih ke dalam tubuli dentin sehingga memusnahkan mikroorganisme di saluran akar. Berfungsi untuk presipitasi atau koagulasi bakteri. Compound ini adalah pengganti produk fenol dengan klorin menggantikan salah satu atom hydrogen. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.4.2.2.3 Para-klorofenol berkamfer Para-Klorofenol masuk lebih ke dalam tubuli dentin sehingga memusnahkan mikroorganisme di saluran akar. Berfungsi untuk presipitasi atau koagulasi bakteri. Compound ini adalah pengganti produk fenol dengan klorin menggantikan salah satu atom hydrogen. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.4.2.2.4 ChkM (Chlorphenol kamfer menthol) Terdiri dari dua bagian para-klorofenol dan tiga bagian kamfer. Daya desinfektan sifat mengiritasi lebih kecil dari pada formokresol. Mempunyai spectrum anti bakteri luas dan efektif terhadap jamur. Bahan utamanya Paraklorofenol. Mampu memusnahkan berbagai mikroorganisme dalam saluran akar. Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari paraklorofenol murni. Selain itu memperpanjang efek antimicrobial. Menthol mengurangi sifat iritasi clorophenol dan mengurangi rasa sakit. Bahan ini memiliki kemampuan desinfeksi dan sifat mengiritasi keil dan mempunyai spectrum anti bakteri yang luas dan digunakan dalam semua perawatan saluran akar gigi yang mempunyai kelainan apikal. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.4.2.2.5 Cresophene Terdiri dari chlorofenol, hexachlorophene, thymol, dan dexamatasone yaitu sbagai antiphlogisticum. Pemakaian terutama pada gigi dengan permulaan
17

periodontitis, apikalis akuta yang dapat terjadi misalnya pada peristiwa over instrumentasi. Dipakai pada gigi dengan periodontitis apikalis tahap awalakibat instrumentasi berlebih. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.4.2.2.6 Cresatin Juga dikenal dengan metakresil asetat, bahan ini adalah suatu cairan jernih, berminyak dan tidak mudah menguap. Mempunyai sifat antiseptic dan meringankan rasa sakit. Efek antimicrobial cresatin lebih kecil dari pada formokresol atau para-klorofenol berkamfer, obat ini juga tidak begitu mengiritasi jaringan. Bahan ini digunakan untuk semua perawatan saluran akar gigi dan kelainan gigi apikal. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.4.2.3 Aldehid 3.4.2.3.1 Formokresol Bahan ini adalah kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1. Formalin merupakan desinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu substansi yang tidak dapat di larutkan formokresol adalah suatu medikamen bakterisidal yang tidak spesifik dan sangat efektif terhadap organisme aerobik dan anaerobik yang di temukan dalam saluran akar. Bahan ini efektif untuk bakteri aerob dan anaerob namun dapat menimbulkan efek nekrosis. Penggunaannya pada gigi non vital, mematikan saraf gigi dan sebagai bahan fiksasi. Dan diindikasikan pada perawatan pulpektomi. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.4.2.3.2 Glutaraldehid Minyak tanpa warna ini agak larut dalam air dan disamping itu mempunyai reaksi yang agak asam. Obat ini merupakan desinfeksi yang sangat kuat dan fiksatif. Konsentrasi rendah dan tidak ada reaksi inflamasi. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.4.2.4 Kalsium hidroksida Kompound ini juga telah digunakan sebagai medikamen saluran akar. Pengaruh antiseptiknya mungkin berhubungan dengan pH-nya yang tinggi dan
18

pengaruh melumerkan jaringan pulpa yang nekrotik.Pasta kalsium hidroksida paling baik digunakan sebagai suatu medikamen intrasaluran bila ada penundaan yang terlalu lama antar kunjungan karena bahan ini tetap manjur selama berada dalam saluran akar. (Walton dan Torabinejad, 1998)

3.4.2.5 Nitrogen Merupakan suatu antiseptik yang mengandung para formaldehida sebagai suatu bahan utamanya, dapat digunakan sebagai medikamen intrasaluran maupun sebagai siler atau bahan pengisi. Nitrogen mengandung eugenol dan fenilmerkurik borat, dan kadang kadang juga terdapat bahan bahan tambahan sepertibtimah hitam, kortikosteroid, antibiotika dan minyak wangi. Efek antimikrobialnya hanya sebentar, dan menghilang kira-kira seminggu atau sepuluh hari. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.4.2.6 Halogen Digunakan sebagai medikamen intraselular yang mempunyai pengaruh desinfektan berbanding terbalik dengan berat atomnya, yang termasuk golongan ini adalah: 3.4.2.6.1 Sodium Hipoklorit.

Kompoun ini kadang-kadang digunakan sebagai medikamen intrasaluran. Mempunyai pengaruh desinfektan terbesar di antara kelompok sodium hipoklorit. Sodium hipoklorit sebagai medikamen saluran akar yang efektif namun bersifat iritasi. Aktivitas sodium hipoklorit ini hebat tetapi hanya sementara, compound ini lebih baik di aplikasikan pada saluran akar tiap dua hari sekali. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.4.2.6.2 Yodida 3.4.2.8 Komponen Amonium Kuartener Quats adalah compound yang menurunkan tegangan permukaan larutan. Bahan bahan ini di buat tidak aktif oleh compound antiseptic. Karena compound
19

antiseptic kuartener bermuatan positif dan mikroorganisme antiseptic, akan terbentuk suatu efek permukaan aktif dengan compound melekat pada mikroorganisme dan membalik muatannya. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.5.3 Desinfektan Zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Macam-macam desinfektan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi : 3.5.3.1 Alkohol Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa. (Hermanto, 2005) 3.5.3.2 Aldehid Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam. (Hermanto, 2005) 3.5.3.3 Biguanid Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi
20

geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus. (Hermanto, 2005) 3.5.3.4 Halogen Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine). (Hermanto, 2005) 3.5.3.5 Fenol Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium. (Hermanto, 2005) 2.5.3.6 Klorsilenol Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol). (Hermanto, 2005)

21

BAB IV KESIMPULAN
4.1 Syarat obat sterilisasi saluran akar meliputi: harus efektif dalam

membunuh mikroorganisme dalam saluran akar, tidak mengiritasi saluran akar, tidak toksik, anodyne (obat pereda sakit), tidak menodai struktur gigi, tidak mengganggu jaringan perapikal, tidak menginduksi, stabil dalam larutani, harus mempunyai tegangan permukaan yang rendah, efek mikrobialnya lama dan dapat menyerang mikroorganisme dengan baik
4.2 Fungsi

obat

sterilisasi

saluran

akar:

membantu

mengeluarkan

mikroorganisme, mengurangi rasa sakit, menghilangkan eksudat apikal, mempercepat penyembuhan dan pembentukan jaringan keras, Mengontrol rearbsorpsi peradangan akar.
4.3 Mikroganisme saluran akar meliputi: batang gram positif tidak bergerak,

batang gram neatif tidak bergerak, batang gram negatif bergerak, coccus gram positif tidak bergerak, coccus gram negatif tidak bergerak 4.4 Jenis obat setrilisasi saluran akar adalah: antibiotik, antiseptik, dan disinfektan

22

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswan, Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mandacutie, 2008. Tentang Antibiotik. Jakarta: Mind & Heart.htm.

Tarigan, Rasinta, drg. 1994. Perawatan Pulpa Gigi. Jakarta: Widya Medika.

Torabinejad, Walton. 1998. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi, Alih Bahasa: Narlan Sumawinata. Jakarta : Hipokkrates

Hermanto, Eddy. 2005. Manfaat terapi oksigen hiperbarik dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Surabaya. Diakses tanggal 12 Maret 2011

23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pengisi saluran akar merupakan bahan yang dimasukkan ke dalam saluran akar setelah dipreparasi dan diirigasi, dimana pengisian saluran akar ini merupakan tahap terpenting sesudah sterilisasi saluran akar. Saluran akar yang sudah di sterilisasi harus segera mungkin diisi supaya dapat mencegah re infeksi, mencegah masuknya eksudat perapikal ke dalam saluran akar. (Walton dan Torabinejad, 1998) Dalam penelitian menunjukkan bahwa 58% pengisian saluran akar gagal karena pengisian yang tidak sempurna menjadi salah satu penyebab utamanya. Pengisian yang tidak sempurna menyebabkan cairan masuk ke dalam ruangan kosong sehingga hal tersebut merupakan media yang baik bagi pertubuhan mikroorganisme yang merupakan penyebab kegagalan dalam pengisian saluran akar. Keberhasilan tergantung pada penutupan apikalnya oleh karena itu diperlukan apical seal yang hermetis atau dapat menutup dengan konsistensi yang rapat agar mikroorganime tidak dapat masuk dengan mudah ke dalam ruangan kosong tadi. Apical seal yang baik didukung juga oleh lingkungan biologis yang baik pula untuk mendukung proses kesembuhan yang nantinya dapat mengisolasi kuman yang terdapat pada tubuli dentin agar tidak berkembangbiak. (Taringan, 1994)
24

Tujuan pengisian saluran akar ini pada umunya untuk mengganti jaringan pulpa dengan suatu bahan pengisi yang innert dimana pengisian saluran akar ini memiliki fungsi sebagai pengisi saluran akar yang kosong, menghindari mikroorganisme atau cairan tubuh masuk sehingga merangsang jaringan perapikal serta sebagai pengganti jaringan pulpa. (Taringan, 1994) 1.2 Rumusan masalah 1.2.1 Apa saja syarat bahan pengisi saluran akar yang baik? 1.2.2 Apa saja macam-macam bahan pengisi saluran akar berikut juga komposisi, sifat, 1.2.3 saluran akar? 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui dan memahami syarat-syarat bahan pengisi saluran akar yang baik. 1.3.2 Mengetahui dan memahami macam-macam bahan pengisi saluran akar berikut juga komposisi, sifat, kelebihan dan kekurangan serta indikasinya. 1.3.3 Mengetahui dan memahami cara menentukan indikator keberhasilan dalam pengisi saluran akar. 1.4 Mapping
Syarat --------------Bahan pengisi saluran akar

kelebihan dan kekurangan serta indikasinya?

Bagaimana cara menentukan indikator keberhasilan dalam pengisian

Macam

Komposisi + Sifat 25 Indikasi Indikator keberhasilan

BAB II Tinjauan Pustaka


2.1 Syarat Syarat Bahan Pengisi Saluran Akar

Anusavice (2003) dan Tarigan (1994) Syarat bahan pengisi saluran akar Mudah dimasukkan kedalam saluran akar, harus menutup saluran akar lateral maupun apikal, tidak mengerut setelah dimasukkan, tidak dapat ditembus oleh air atau kelembapan, radiopak, harus bersifat bakteriostatik atau sedikitnya tidak merangsang pertumbuhan bakteri, harus tidak mengisi jaringan periradikuler, harus tidak menimbulkan respon imun dalam jaringan periradikuler, harus tidak bersifat mutagenik atau karsinogenik, tidak mewarnai struktur gigi, tidak mengiritasi jaringan periapikal,steril atau mudah disterilkan, tidak larut dalam cairan jaringan dan bukan penghantar panas, pada saat dimasukkan harus dalam keadaan pekat atau semi solid lalu sesudahnya menjadi keras dan dapat dengan mudah diambil dari saluran akar gigi bila diperlukan. 2.2 Macam Macam Bahan Pengisi Saluran Akar 2.2.1 Bahan Pengisi Padat Bahan pengisi padat adalah Cone Perak, Cone perak popular pada 19501960 karena sesuai dengan ukuran dan bentuk file. Cone ini dibuat dari perak murni dengan bentuk dan ukuran standar (Walton & Johnson, 1996).
26

Dumsha dan Gutmann (2000) tidak menganjurkan pemakaian cone perak untuk mengisi saluran akar. 2.2.2 Bahan Pengisi Pasta Pasta yang dapat diresopsi diharapkan agar dapat dibawa melalui foramen apical untuk mempengaruhi penyembuhan atau perbaikan suatu lesi periapikal, terdiri dari bahan zinc oksida dan kalisium hidroksida. Keuntungan pemakaian pasta yaitu tekniknya cepat dan relative mudah dilakukan walaupun hanya menggunakan satu bahan. Alat yang diperlukan paling tidak dengan teknik dengan jarum lentulo, relative sederhana hanya dengan menggunakan jarum dan bor khusus. Namun kerugiannya lebih banyak dari pada keuntungannya. Pertama, masalah umum yang dihadapi dengan material inti tidak padat adalah pengendalian panjang pengisian. Sangat sulit untuk mencegah pengisian berlebih atau berkurang. Teoritis, radiograf harus dibuat beberapa kali selama obturasi untuk mengetahui panjang dan kepadatan bahan yang disuntikkan. Hal ini akan memakan waktu dan pasien akan menerima radiasi yang tidak perlu. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.3.1 Bahan Dasar Zinc Oksida Zinc oksida dibagi menjadi dua tanpa modifikasi (contohnya zinc oksida eugenol) dan dengan modifikasi (contohnya kalzinol, grosman sealer). Zinc oksida mengandung serbuk amorf yang halus. Zinc Oksida bersifat higroskopis , berwarna kuning muda atau putih, mudah rapuh, mudah larut dalam asam, merupakan antiseptik ringan, tidak berbau, tidak larut dalam air atau alkohol dan toksisitas rendah. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.3.2 Zinc Oksida Eugenol (tanpa modifikasi) Oksida seng dapat dicampur dengan eugenol membentuk campuran murni (tanpa aditif) yang kental. Formula lain berupa campuran oksida eugenol (OSE) dengan berbagai aditif. Tipe yang umum dikenal adalah N2 atau RC2B. Jenis ini merupakan derifat dari formula Sargenti dan mengantung opaker, oksida metalik (timah) atau klorida (mercuri), steroid (sekali-kali), plasticizers, paraformaldehid, dan berbagai bahan lainnya. Formula ini diklaim memiliki aktifitas trapi biologis dan keunggulan, tetapi tidak ada bukti yang menyatakan bahwa formula ini
27

memberi aspek yang mengutungkan untuk obturasi. Dan kenyataanya hampir semua adiftif yang digunakan bersifat toksik. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.3.2 Grossman Sealer Grossman memiliki komposisi yaitu powder dan liqiud. Powder terdiri dari ZnO, Staybellite resin, bismuth subcarbonate, sodium borate anhydrous sedang liquid terdiri dari Eugenol. Grossman membuat kriteria ideal untuk semen saluran akar. Tidak ada satupun semen saluran akar yang dapat memenuhi kriteria tersebut walaupun memiliki kelebihan. Kriteria tersebut yaitu toleransi jaringan bahan tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan maupun kematian sel, memiliki dimensi yang stabil, tidak mengerut sewaktu pengerasan, memiliki waktu pengerasan yang lama agar waktu kerja lama dan hasilnya baik, tidak mewarnai gigi dan jaringan sekitarnya, tidak larut dalam cairan rongga mulut, bersifat bakteriostatis dan memiliki daya adhesif yang kuat. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.3.4 Bahan Dasar Kalsium Hidroksida Kalsium hidroksida merupakan senyawa kimia dengan rumus Ca(OH)2, berwarna bubuk putih atau kristal dan terjadi oleh karena reaksi pencampuran antara kalsium oksida dengan air. Kalsium hidroksida juga bisa didaptkan dari reaksi antara larutan kalium dengan sodium hidroksida. Kalsium hidroksida pertama kali digunakan pada perawatan pulpa vital dan pulpotomi pada gigi sulung. Bahan ini dapat merangsang penyembuhan dengan mendorong terbentuknya dentin sekunder dan merangsang aktivitas odontoklas sehingga sering terjadi internal resorbsi pada dentin. Produk sederhana dari tipe ini hanya mengandung larutan kalsium hidroksida dalam air. Bahan tersebut tidak cukup kuat menerima tekanan sewaktu pengisian bahan tambal seperti amalgam. Selain bahan ini juga mengandung adanya larutan metil selulosa atau resin dalam pelarut yang mudah menguap seperti kloroform. (Walton dan Torabinejad, 1998) 2.2.3 Bahan Pengisi Plastis Gutta Percha merupakan bahan pengisi plastis yaitu lateks koagulasi dari sejumlah pohon tropis. Secara kimia merupakan transisomer karet. Gutta percha
28

merupakan suatu bahan alami yang terdiri dari eksudat koagulasi yang telah dimurnikan dari pohon Mazer (Isonandra percha) yang berasal dari archipelago Melayu atau Amerika Selatan. Gutta percha mentah mengandung 20-30% resin dan 70-80% karbohidrat getah. Gutta percha yang biasa digunakan dalam bidang kedokteran gigi terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk dan bentuk . Bentuk biasa digunakan untuk produk-produk yang diinjeksikan karena memiliki sifat aliran yang lebih baik. Sedangkan bentuk biasa digunakan untuk batangan gutta percha atau gutta percha cone. Gutta percha bentuk memiliki sifat yang lebih rapuh daripada gutta percha bentuk . Biokompabilitas dari bahan ini relative baik, walaupun sitotoksik. Plastisnya dianggap sangat menguntungkan. Baru-baru ini terbukti bahwa gutta percha mempunyai aktivitas antibakteri. Aktivitas ini berhubungan dengan komponen zinc okside. Gutta percha dapat digunakan untuk cone saluran akar serta berisi gutta percha (19-22%), zinc oksid(59-75%) dan malam, bahan pewarna, bahan antioksidasi dan bahan opak (2-17%), bervariasi dari merek satu ke yang lain. Karena gutta percha digunakan dengan pemanasan atau pelarut organic, gutta percha (bila perlu) dapat dikeluarkan dengan mudah dari saluran. Gutta percha cone bersifat fleksibel pada temperatur ruangan, menjadi plastis pada suhu sekitar 60oC, dan memiliki volume konstan dalam kondisi rongga mulut. Keuntungan gutta percha cone sebagai bahan pengisi saluran akar. Pertama, karena gutta percha cone bersifat plastis; kedua, manipulasinya mudah meskipun untuk teknik pengisian saluran akar yang kompleks; ketiga, mudah dikeluarkan dari saluran akar misalnya pada pembuatan pasak dan perawatan ulang; terakhir, toksisitasnya kecil dan relative stabil bila berkontak dengan jaringan. Gutta percha merupakan suatu bahan pengisi yang sangat diperlukan karena tidak mengerut setelah insersi kecuali kalau dibuat plastis dengan suatu pelarut atau pemanasan. Bahan tersebut mudah disterilkan sebelum dimasukkan dan tidak mendorong pertumbuhan bakteri. Gutta percha bersifat radiopak, tidak menodai struktur gigi, dan tahan terhadap uap lembab.
29

Gutta percha dapat dengan mudah dikeluarkan dari saluran akar bila perlu. Gutta percha mungkin merupakan bahan yang paling kurang toksik dan paling sedikit mengiritasi jaringan periapikal dari semua bahan pengisi saluran akar. Sebaliknya, gutta percha sukar dimasukkan ke dalam saluran akar sempit, dan tidak menutup saluran di bagian lateral dan apikal kecuali jika dikombinasi dengan semen saluran akar atau sealer. Komposisi kerut gutta percha bervariasi menurut tiap pengusaha pabrik. Friedman dkk menggambarkan kira-kira komposisinya sebagai 20% gutta percha (matriks), 66% senyawa oksida (pengisi), 11% sulfat logam berat (radiopacifier), dan 3% malam atau resin (penyebab plastis). Para peneliti ini melaporkan bahwa perbedaan dasar sifat mekanis pada jenis individual adalah fungsi gutta percha dan konsentrasi seng oksida. Karena sifat menutup gutta percha yang tidak baik, tanpa melihat tekniknya, gutta percha harus dikombinasi dengan semen saluran akar atau sealer, untuk menjamin pengisian dan penutupan saluran akar yang tepat. Sedangkan kekurangan gutta percha cone adalah tidak melekat pada dentin dan sedikit elastic, sehingga menjauhi dinding saluran akar. Gutta percha pada suhu tubuh berada pada fase 0 bila dipanaskan pada 42oC-49oC berubah menjadi fase a. setelah dingin gutta percha kembali pada fase P dan terjadi penyusutan. Gutta percha mempunyai ketahanan hidup terbatas; menjadi rapuh dengan bertambahnya umur, suatu proses yang dipercepat dengan panas dan diperlambat bila dimasukkan lemari es. Sorin dan Oliet menggambarkan proses menua ini dan memperkenalkan suatu teknik untuk meremajakan gutta percha yang menua dan rapuh ini dengan mencelupkannya sebentar dalam air leding panas (55oC) diikuti oendinginan seketika dalam air leding dingin. Selain itu dengan kloroform dan eukaliptol akan menyusut waktu pelarut menguap, karena itu harus digunakan semen saluran akar untuk menutup celah antara gutta percha cone dan dinding saluran akar. Penelitian membuktikan bahwa gutta percha cone tanpa semen saluran akar tidak akan rapat, cone yang kecil kurang kaku dan kadang-kadang sulit dimasukkan ke saluran yang sempit dan berkelok-kelok. Gutta percha tidak mempunyai kualitas adhesive terhadap dentin
30

tanpa tergantung pada teknik yang digunakan; namun cone biasanya dimasukkan bersama semen saluran akar, atau pada beberapa teknik bersama dengan pelarut yang dapat melunakkan permukaannya. Ada berbagai macam teknik pengisian yang menggunakan cone gutta percha, misalnya teknik cone tunggal, kondensasi lateral dari gutta percha, kondensasi vertical dari gutta percha hangat, teknik seksional cone dan pemadatan termomekanis. Baru-baru ini, teknik suntikan gutta percha panas juga sudah diperkenalkan. Keuntungan pemakaian gutta percha antara lain mudah ditekan, mudah dirawat ulang, adaptasi pada dinding saluran akar baik, dimensi stabil dan tidak mewarnai struktur gigi. Sedangkan kerugiannya antara lain sulit mengisi saluran akar yang sangat bengkok serta apeks terbuka. Sayangnya mudah patah dan bila terlalu banyak ditekan secara vertical dapat masuk ke jaringan periapikal. (Walton dan Torabinejad, 1998)

31

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Syarat Syarat Bahan Pengisian Saluran Akar Anusavice (2003) dan Tarigan (1994) Syarat bahan pengisi saluran akar Mudah dimasukkan kedalam saluran akar, harus menutup saluran akar lateral maupun apikal, tidak mengerut setelah dimasukkan, tidak dapat ditembus oleh air atau kelembapan, radiopak, harus bersifat bakteriostatik atau sedikitnya tidak merangsang pertumbuhan bakteri, harus tidak mengisi jaringan periradikuler, harus tidak menimbulkan respon imun dalam jaringan periradikuler, harus tidak bersifat mutagenik atau karsinogenik, tidak mewarnai struktur gigi, tidak mengiritasi jaringan periapikal,steril atau mudah disterilkan, tidak larut dalam cairan jaringan dan bukan penghantar panas, pada saat dimasukkan harus dalam keadaan pekat atau semi solid lalu sesudahnya menjadi keras dan dapat dengan mudah diambil dari saluran akar gigi bila diperlukan 3.2 Macam Macam Bahan Pengisi Saluran Akar 3.2.1 Bahan Pengisi Padat Bahan pengisi padat adalah Cone Perak, Cone perak popular pada 19501960 karena sesuai dengan ukuran dan bentuk file. Cone ini dibuat dari perak murni dengan bentuk dan ukuran standar (Walton & Johnson, 1996).

32

Cone perak mempunyai keuntungan yaitu mudah digunakan dan dapat disesuaikan dengan panjang kerja, kekakuan dan fleksibelitasnya memungkinkan pengisian saluran akar yang bengkok dan sempit, silver cone fleksibel tetapi tidak resilien sehingga mudah mengadaptasi kurvatur saluran, dibuat sesuai dengan ukuran alami saluran akar standar, silver cone sesuai dengan bagian apical bila saluran dipreparasi ke bentuk standar, tanpa pelebaran servikal saluran dengan aksi reaming, silver cone sangat populer karena mudah dimasukkan ke saluran yang sempit atau berkelok-kelok karena cone terkecil sekalipun mempunyai kekakuan yang baik, dapat dimasukkan ke saluran pada panjang yang tepat, dapat terlihat pada radiograf dan mudah disterilisasikan seketika. Metode reaming dan preparasi standart mempunyai kekurangan yaitu penyimpangan antara binding saluran akar dan cone cukup besar sehingga diperlukan sejumlah semen saluran akar yang dapat meningkatkan kebocoran, bila berkontak dengan cairan jaringan, sebagian semen saluran akar akan porus, sehingga cone perak akan berkarat, toksik dan merusak jaringan periapikal. Pada situasi tertentu silver cone sulit dikeluarkan dari saluran akar. Namun pada saluran yang sangat sempit dan banyak berkelok-kelok, silvercone sangat bermanfaat bila dokter gigi tidak dapat melebarkan saluran ini. Pada saluran yang sangat bengkok kadang-kadang pengisian terpisah dilakukan dengan bahan sealer. Kekakuan cone perak menyebabkan tidak dapat beradaptasi secara baik dengan dinding saluran akar yang tidak teratur, sehingga memerlukan semen saluran akar lebih banyak. Sulit untuk dikeluarkan kembali dari saluran akar. Keberhasilan jangka pendeknya baik, tetapi rawan bocor untuk jangka panjang. (Goldberg, 1981; Guttuerez dkk, 1982). Dumsha dan Gutmann (2000) tidak menganjurkan pemakaian cone perak untuk mengisi saluran akar. 3.2.2 Bahan Pengisi Pasta Pasta yang dapat diresopsi diharapkan agar dapat dibawa melalui foramen apical untuk mempengaruhi penyembuhan atau perbaikan suatu lesi periapikal, terdiri dari bahan zinc oksida dan kalisium hidroksida. Keuntungan pemakaian pasta yaitu tekniknya cepat dan relative mudah dilakukan walaupun hanya
33

menggunakan satu bahan. Alat yang diperlukan paling tidak dengan teknik dengan jarum lentulo, relative sederhana hanya dengan menggunakan jarum dan bor khusus. Namun kerugiannya lebih banyak dari pada keuntungannya. Pertama, masalah umum yang dihadapi dengan material inti tidak padat adalah pengendalian panjang pengisian. Sangat sulit untuk mencegah pengisian berlebih atau berkurang. Teoritis, radiograf harus dibuat beberapa kali selama obturasi untuk mengetahui panjang dan kepadatan bahan yang disuntikkan. Hal ini akan memakan waktu dan pasien akan menerima radiasi yang tidak perlu. Kerugian utamanya adalah kemampuan kerapatannya. Dengan teknik ini kerapatan tidak konsisten, kadang baik dan kadang buruk. Keadaan yang sulit diduga mungkin ada hubungan dengan tiga faktor yaitu adanya udara terjebak atau rongga didalam material atau diantara material dengan dinding saluran akar, pengerutan OSE selama mengeras meninggalkan celah kebocoran dan kelarutan pasta oleh cairan jaringan atau cairan mulut. Tambahan lagi, alat suntik akan sulit untuk dibersihkan. Perlu pelarut khusus dan pembersih yang segera. Tujuan penggunaan pasta yaitu mengisi celah atau ruang antara dinding saluran akar dan bahan mengisi, sebagai perekat sementara bahan pengisi saluran akar denga dinding saluran akar dan mengisi saluran akar lateral serta tubuli dentin sebelum mengeras. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.2.2.1 Bahan Dasar Zinc Oksida Zinc oksida dibagi menjadi dua tanpa modifikasi (contohnya zinc oksida eugenol) dan dengan modifikasi (contohnya kalzinol, grosman sealer). Zinc oksida mengandung serbuk amorf yang halus. Zinc Oksida bersifat higroskopis , berwarna kuning muda atau putih, mudah rapuh, mudah larut dalam asam, merupakan antiseptik ringan, tidak berbau, tidak larut dalam air atau alkohol dan toksisitas rendah. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.2.2.2 Zinc Oksida Eugenol (tanpa modifikasi) Oksida seng dapat dicampur dengan eugenol membentuk campuran murni (tanpa aditif) yang kental. Formula lain berupa campuran oksida eugenol (OSE) dengan berbagai aditif. Tipe yang umum dikenal adalah N2 atau RC2B. Jenis ini
34

merupakan derifat dari formula Sargenti dan mengantung opaker, oksida metalik (timah) atau klorida (mercuri), steroid (sekali-kali), plasticizers, paraformaldehid, dan berbagai bahan lainnya. Formula ini diklaim memiliki aktifitas trapi biologis dan keunggulan, tetapi tidak ada bukti yang menyatakan bahwa formula ini memberi aspek yang mengutungkan untuk obturasi. Dan kenyataanya hampir semua adiftif yang digunakan bersifat toksik. (Walton dan Torabinejad, 1998) Fungsi zinc oksida eugenol yaitu untuk perawatan pulpektomi, untuk pasta saluran akar, campuran tumpatan sementara dan periodontal pack.

Tabel 1: Komposisi ZOE Komposisi Zinc oxide White rosin Zinc stearate Zinc acetate Eugenol Minyak zaitun (olive oil) Persentase (%) 69,0 29,3 1,0 0,7 85,0 15,0

Bubuk Larutan

Manipulasi ZOE Semen dicampur denga cara menambahkan sejumlah puder ke dalam cairan sehingga diperoleh konsistensi yang kental. Perbandingan jumlah puder/cairan berkisar dari 4/1 dan 6/1 (satuan berat) akan menghasilkan semen dengn sifat-sifat yang dikehendaki. Berdasarkan pengalaman, suatu konsistensi yang baik dapat diperoleh tanpa menimbang. Pencampuran dapat dilakukan pada glass slab tipis dan menggunakan spatula logam yang tahan karat. Menurut Craig (2002) rata-rata waktu yang diperlukan untuk mencapai setting adalah 4-10 menit. Namun bila ingin digunakan sebagai tumpatan sementara atau sebagai basis maka lebih baik mencapai waktu setting yang lebih cepat yaitu kurang lebih 2 menit. 3.2.2.3 Grossman Sealer Grossman memiliki komposisi yaitu powder dan liqiud. Powder terdiri dari ZnO, Staybellite resin, bismuth subcarbonate, sodium borate anhydrous sedang liquid terdiri dari Eugenol. Grossman membuat kriteria ideal untuk semen
35

saluran akar. Tidak ada satupun semen saluran akar yang dapat memenuhi kriteria tersebut walaupun memiliki kelebihan. Kriteria tersebut yaitu toleransi jaringan bahan tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan maupun kematian sel, memiliki dimensi yang stabil, tidak mengerut sewaktu pengerasan, memiliki waktu pengerasan yang lama agar waktu kerja lama dan hasilnya baik, tidak mewarnai gigi dan jaringan sekitarnya, tidak larut dalam cairan rongga mulut, bersifat bakteriostatis dan memiliki daya adhesif yang kuat. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.2.2.4 Bahan Dasar Kalsium Hidroksida Kalsium hidroksida merupakan senyawa kimia dengan rumus Ca(OH)2, berwarna bubuk putih atau kristal dan terjadi oleh karena reaksi pencampuran antara kalsium oksida dengan air. Kalsium hidroksida juga bisa didaptkan dari reaksi antara larutan kalium dengan sodium hidroksida. Kalsium hidroksida pertama kali digunakan pada perawatan pulpa vital dan pulpotomi pada gigi sulung. Bahan ini dapat merangsang penyembuhan dengan mendorong terbentuknya dentin sekunder dan merangsang aktivitas odontoklas sehingga sering terjadi internal resorbsi pada dentin. Produk sederhana dari tipe ini hanya mengandung larutan kalsium hidroksida dalam air. Bahan tersebut tidak cukup kuat menerima tekanan sewaktu pengisian bahan tambal seperti amalgam. Selain bahan ini juga mengandung adanya larutan metil selulosa atau resin dalam pelarut yang mudah menguap seperti kloroform. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.2.2.5 Teknik Aplikasi Bahan Pengisi Saluran Akar Jenis Pasta Berbagai cara dan instrumen telah dibuat dan dimodifikasi untuk memasukkan pasta ke daalm saluran akar. Dua metode yang populer adalah metode penyuntikan dan penggunaan jarum lentulo. Penyuntikan dilakukan dengan cara menggunakan jarum semprit dengan tabung dan jarum khusus. Pasta dicampur dan dimasukkan dalam tabung, tangkai yang disekrup dipasang dan diputar, pasta akan keluar melalui jarum khusus. Jarum dimasukkan sejauh mungkin dalam saluran akar dan pasta disuntikkan

36

sambil jarum ditarik perlahan-lahan. Cara ini diklalim dapat mengisi seluruh saluran akar dari apeks sampai orifis. Peletakan dapat dilakukan dengan jarum lentulo. Pasta dicampur, diletakkan pada jarum lentulo kemudian dimasukkan dan diputar didalam saluran akar. Seperti halnya dengan suntikan, saluran akar akan terisi dengan memutar lentulo dan menarikanya perlahan-lahan. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3.2.3 Bahan Pengisi Plastis Gutta Percha merupakan bahan pengisi plastis yaitu lateks koagulasi dari sejumlah pohon tropis. Secara kimia merupakan transisomer karet. Gutta percha merupakan suatu bahan alami yang terdiri dari eksudat koagulasi yang telah dimurnikan dari pohon Mazer (Isonandra percha) yang berasal dari archipelago Melayu atau Amerika Selatan. Gutta percha mentah mengandung 20-30% resin dan 70-80% karbohidrat getah. Gutta percha yang biasa digunakan dalam bidang kedokteran gigi terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk dan bentuk . Bentuk biasa digunakan untuk produk-produk yang diinjeksikan karena memiliki sifat aliran yang lebih baik. Sedangkan bentuk biasa digunakan untuk batangan gutta percha atau gutta percha cone. Gutta percha bentuk memiliki sifat yang lebih rapuh daripada gutta percha bentuk . Biokompabilitas dari bahan ini relative baik, walaupun sitotoksik. Plastisnya dianggap sangat menguntungkan. Baru-baru ini terbukti bahwa gutta percha mempunyai aktivitas antibakteri. Aktivitas ini berhubungan dengan komponen zinc okside. Gutta percha dapat digunakan untuk cone saluran akar serta berisi gutta percha (19-22%), zinc oksid(59-75%) dan malam, bahan pewarna, bahan antioksidasi dan bahan opak (2-17%), bervariasi dari merek satu ke yang lain. Karena gutta percha digunakan dengan pemanasan atau pelarut organic, gutta percha (bila perlu) dapat dikeluarkan dengan mudah dari saluran. Gutta percha cone bersifat fleksibel pada temperatur ruangan, menjadi plastis pada suhu sekitar 60oC, dan memiliki volume konstan dalam kondisi rongga mulut.

37

Keuntungan gutta percha cone sebagai bahan pengisi saluran akar. Pertama, karena gutta percha cone bersifat plastis; kedua, manipulasinya mudah meskipun untuk teknik pengisian saluran akar yang kompleks; ketiga, mudah dikeluarkan dari saluran akar misalnya pada pembuatan pasak dan perawatan ulang; terakhir, toksisitasnya kecil dan relative stabil bila berkontak dengan jaringan. Gutta percha merupakan suatu bahan pengisi yang sangat diperlukan karena tidak mengerut setelah insersi kecuali kalau dibuat plastis dengan suatu pelarut atau pemanasan. Bahan tersebut mudah disterilkan sebelum dimasukkan dan tidak mendorong pertumbuhan bakteri. Gutta percha bersifat radiopak, tidak menodai struktur gigi, dan tahan terhadap uap lembab. Gutta percha dapat dengan mudah dikeluarkan dari saluran akar bila perlu. Gutta percha mungkin merupakan bahan yang paling kurang toksik dan paling sedikit mengiritasi jaringan periapikal dari semua bahan pengisi saluran akar. Sebaliknya, gutta percha sukar dimasukkan ke dalam saluran akar sempit, dan tidak menutup saluran di bagian lateral dan apikal kecuali jika dikombinasi dengan semen saluran akar atau sealer. Komposisi kerut gutta percha bervariasi menurut tiap pengusaha pabrik. Friedman dkk menggambarkan kira-kira komposisinya sebagai 20% gutta percha (matriks), 66% senyawa oksida (pengisi), 11% sulfat logam berat (radiopacifier), dan 3% malam atau resin (penyebab plastis). Para peneliti ini melaporkan bahwa perbedaan dasar sifat mekanis pada jenis individual adalah fungsi gutta percha dan konsentrasi seng oksida. Karena sifat menutup gutta percha yang tidak baik, tanpa melihat tekniknya, gutta percha harus dikombinasi dengan semen saluran akar atau sealer, untuk menjamin pengisian dan penutupan saluran akar yang tepat. Sedangkan kekurangan gutta percha cone adalah tidak melekat pada dentin dan sedikit elastic, sehingga menjauhi dinding saluran akar. Gutta percha pada suhu tubuh berada pada fase 0 bila dipanaskan pada 42oC-49oC berubah menjadi fase a. setelah dingin gutta percha kembali pada fase P dan terjadi penyusutan.

38

Gutta percha mempunyai ketahanan hidup terbatas; menjadi rapuh dengan bertambahnya umur, suatu proses yang dipercepat dengan panas dan diperlambat bila dimasukkan lemari es. Sorin dan Oliet menggambarkan proses menua ini dan memperkenalkan suatu teknik untuk meremajakan gutta percha yang menua dan rapuh ini dengan mencelupkannya sebentar dalam air leding panas (55oC) diikuti oendinginan seketika dalam air leding dingin. Selain itu dengan kloroform dan eukaliptol akan menyusut waktu pelarut menguap, karena itu harus digunakan semen saluran akar untuk menutup celah antara gutta percha cone dan dinding saluran akar. Penelitian membuktikan bahwa gutta percha cone tanpa semen saluran akar tidak akan rapat, cone yang kecil kurang kaku dan kadang-kadang sulit dimasukkan ke saluran yang sempit dan berkelok-kelok. Gutta percha tidak mempunyai kualitas adhesive terhadap dentin tanpa tergantung pada teknik yang digunakan; namun cone biasanya dimasukkan bersama semen saluran akar, atau pada beberapa teknik bersama dengan pelarut yang dapat melunakkan permukaannya. Ada berbagai macam teknik pengisian yang menggunakan cone gutta percha, misalnya teknik cone tunggal, kondensasi lateral dari gutta percha, kondensasi vertical dari gutta percha hangat, teknik seksional cone dan pemadatan termomekanis. Baru-baru ini, teknik suntikan gutta percha panas juga sudah diperkenalkan. Keuntungan pemakaian gutta percha antara lain mudah ditekan, mudah dirawat ulang, adaptasi pada dinding saluran akar baik, dimensi stabil dan tidak mewarnai struktur gigi. Sedangkan kerugiannya antara lain sulit mengisi saluran akar yang sangat bengkok serta apeks terbuka. Sayangnya mudah patah dan bila terlalu banyak ditekan secara vertical dapat masuk ke jaringan periapikal. 3.2.4 Semen Saluran Akar Semen saluran akar digunakan bersama dengan bahan pengisi saluran akar. Semua teknik modern menggunakan semen saluran akar yang memberikan daya lekat tinggi untuk menunjang keberhasilan perawatan endodontik. Demmer(1997) menyatakan semen saluran akar dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Pertama, untuk menyemen bahan pengisi saluran akar, kedua untuk menumpat atau melapisi saluran akar tambahan dan kelainan perorpsi, serta
39

ruangan yang tidak terisi cone master gutta percha, dan untuk mengontrol pertumbuhan bakteri yang masih berada di dalam saluran akar. Semen saluran akar digunakan bersama denga bahan pengisi semipadat atau cone, pasta saluran akar pada prinsipnya digunakan tanpa bahan semipadat. Namun, ada beberapa pasta yang dapat digunakan bersama dengan bahan cone. Teknik pengisian saluran akar sudah dibuat sedemikian rupa sehingga sisa lapisan semen antara dinding saluran akar dan bahan pengisi setipis mungkin seperti pada restorasi. Umumnya, seperti sudah disebut di atas, semua semen dan pasta saluran akar sitotoksik selama tahap pengerasan dan setelah itu relatif padat (Qrstavik dan Mjor, 1998), larut dan teresorpsi oleh jaringan vital dan bahwa komponennya dapat ditemukan pada jaringan periapikal dan beberapa organ lain (Feiglin dan Reade, 1979; Qrstavik, 1983; Tronstad, Bernett dan Flax, 1988), tidak dapat mengisi saluran dengan baik dan memerlukan bantuan bahan cone semipadat (Peters, 1986), dan Kurang berkontak dengan jaringan pulpa apikal atau jaringan periapikal. Semen dan pasta saluran akar berkontak dengan jaringan saraf bila terdorong keluar dari kanalis mandibularis, menimbulkan paraertesia dan anastesia jangka panjang (Qrstavik, Brodin dan Aas, 1983; Allard, 1986). Selain itu, semua semen saluran akar dan pasta, pada prinsipnya menimbulkan sensitivitas dan respons immun. Semen saluran akar yang ideal tidak mengiritasi jaringan periapikal, tidak menyerap cairan jaringan, setelah mengeras dapat melekat dengan baik pada dinding saluran akar, mempunyai kemammpuan menutup kedap saluran akar, bersifat radiopak, dan mempunyai dimensi stabil. Selain itu, mudah dikerjakan, dicampur dan bila perlu mudah dikeluarkan, tidak larut dalam cairan jaringan, bersifat bakteriostatik, tidak menyebabkan perubahan warna pada dentin, dan waktu pengerasan lambat (Grossmon, 1995, Dummer, 1997). Bahan ini mengeras setelah beberapa waktu dalam saluran akar. Kriteria semen saluran akar antara lain:tidak menyebabkan keruakan jatingan maupun kematian sel, tidak mengerut waktu mengeras, waktu mengeras lambat, adhesivitas, tidak mewarnai mahkota dalam jangka waktu lama, semen saluran
40

akar harus dapat dilarutkan, tidak larut dalam cairan jaringan dan cairan mulut, bakteriostatik, dan menciptakan kerapatan yang baik. Namun, tidak ada satu semen saluran akar pun saat ini yang dapat memenuhi seluruh kriteria tersebut.

3.3 Indikator Keberasilan Bahan Pengisi Saluran Akar Indikator keberhasilan suatu obturasi adalah sebagai berikut : 3.3.1Gejala, gejala dapat terjadi jika obturasi tidak mencapai kerapatan yang di harapkan. Namun, adanya gejala untuk beberapa hari lamanya setelah obturasi adalah hal yang biasa dan tidak berarti abturasinya tidak adekuat. Hal ini mencerminkan suatu fenomena yang berbeda. 3.3.2Kriteria radiogafis, obturasi yang baik yang benar benar kedap cairan tidak dapat dilihat melalui radiograf. Yangdapat dilihat hanyalah penyimpangan yang besar besar saja, daerah kosong atau defisiensi ini bisa terkait bisa tidak dengan kurangnya kerapatan dan dapat menyebabkan kegagalan di masa mendatang. Kriteria untuk evaluasi berdasarkan radiografis adalah sebagai berikut: 3.3.2.1 Radiolusensi Daerah kosong di dalam badan atau pada antamuka marerial obturasi dentin menandakan adanya abturasi yang tidak sempurna. 3.3.2.2 Densitas Material obturasi harus memperlihatkan densitas yang seragam dari korona sampai apeks. Regio korona (dan bagian saluran akar yang besar) akan lebih radiopak dibanding daerah apeks karena perbedaan dalam massa materialnya. Tepi gutaperca harus tajam dan berbeda jelas disertai tidak adanya kekaburan, menandakan adanya adaptasi yang sangat rapat. 3.3.2.3 Panjang Material obturasi harus mencapai panjang yang di preparasi dan dipotong di daerah di bawah margin ginggiva untuk gigi anterior dan di bawah orifis untuk gigi posterior. 3.3.2.4 Ketirusan

41

Gutaperca harus mencerminkan bentuk saluran akar yakni harus meruncing ke arah apeks. Ketirusan ini tidak harus seragam tapi harus konsisten. Idealnya, regio apeks harus meruncing hingga hampir mencapai suatu titik kecuali saluran akar di regio ini sebelum preparasi memang tidak kecil. 3.3.2.5 Restorasi Apakah restorasi permanen atau sementara, restorasinya harus benar benar berkontak dengan permukaan dentin untuk menjamin adanya kerapatan korona yang baik.
3.3.3 Tes vitalitas, antara lain tes perkusi dan palpasi. Tes perkusi dan

palpasi tersebut harus negatif karena jika kedua tes tersebut positif atau menandakanada suatu reaksi berarti masih terdapat inflamasi

42

BAB IV KESIMPULAN
4.1 Syarat bahan pengisi saluran akar meliputi: mudah dimasukkan kedalam

saluran akar, harus menutup saluran akar lateral maupun apikal, tidak mengerut setelah dimasukkan, tidak dapat ditembus oleh air atau kelembapan, radiopak, harus bersifat bakteriostatik atau sedikitnya tidak merangsang pertumbuhan bakteri, harus tidak mengisi jaringan periradikuler, harus tidak menimbulkan respon imun dalam jaringan periradikuler, harus tidak bersifat mutagenik atau karsinogenik, tidak mewarnai struktur gigi, tidak mengiritasi jaringan periapikal,steril atau mudah disterilkan, tidak larut dalam cairan jaringan, bukan penghantar panas, pada saat dimasukkan harus dalam keadaan pekat atau semi solid dan dapat dengan mudah diambil dari saluran akar gigi bila diperlukan 4.2 Macam-macam bahan pengisi saluran akar meliputi: bahan pengisi padat (cone perak), bahan pengisi pasta (bahan dasar zinc oksida, zinc oksida eugenol, Grossman sealer, kalsium hidroksida), bahan pengisi plastis (gutta percha). 4.3 Indikator keberhasilan pengisian saluran akar dapat meliputi: gejala yang timbul, kriteria radiografis dan tes vitalitas

43

DAFTAR PUSTAKA

Walton RE & Torabinejad M: Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia (Terj.), ed., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998. Harty, F.J. 1982. Endodonti Klinis, Alih Bahasa : Lilian yuwono. Endodontics in Clinical Practice. Jakarta : Hipokrates Taringan, Rasinta, drg. 1994. Perawatan Pulpa Gigi. Jakarta : Widya Medika

44

You might also like