You are on page 1of 13

Tugas Ujian Paper Kapita Selekta Hukum Administrasi Negara kebijakan Penerapan Prinsip -prinsip Good Governance dalam

Rangka Peningkatan tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik Yang Dilakukan Oleh Birokrasi di Indonesia

Disusun oleh : Rizca Ayu Febrina 110113080054

Dosen : Abi Maruf Radjab

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2011

Bab I Pendahuluan

Good Governance yakni penyelenggaraan pemerintahan Negara yang bersih atau pemerintahan yang baik. Se mangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan aparatur Negara dengan tuntutan untuk mewujudkan administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dan pembangunan, menuntut pelaksanaan Good Governance dan Good Governance ini berlaku pada setiap pemerintahan daerah yang sanagt diperlukan dalam penyelenggaran otonomi daerah. Dengan demikian organisasi public setiap pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah diperlukan sumber daya manusia yakni aparatur pemerintah daerah yang mampu mewujudkan karakteristik Good Governance

Ada masalah birokrasi yang d ihadapi semua Pemerintah Daerah sehubungan dengan pelaksanaan good governance, yaitu belum melembaganya karakteristik good governance di dalam

pemerintahan daerah, baik dari segi struktur dan kultur serta nomenklatur program yang mendukungnya. Sampai sekarang

penerapan kaidah good governance di pemerintah daerah masih bersifat sloganistik.

Fakta yang sangat mencolok sebagai bukti masih lemahnya good governance selama ini adalah tingginya korupsi yang terjadi. Korupsi dapat dikatakan merajalela terutama di kalangan birokrasi pada institusi publik atau lembaga pemerintah baik departemen maupun lembaga bukan departemen. Korupsi biasanya yang terjadi disertai dengan tindakan kolusi dan nepotisme. Kemudian di Indonesia dikenal dengan istilah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Di dalam bahasa Indonesia good governance diterjemahkan secara berbeda-beda. Ada yang menerjemahkan good governance sebagai tata pemerintahan yang baik. Ada juga yang menerjemahkan sebagai penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Akan tetapi ada pula yang menerjemahkan good governance sebagai pemerintahan yang amanah. Jika good governance diterjemahkan sebagai penyeleng garaan

pemerintahan yang amanah, maka good governance dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan pemerintahan secara partisipatif, efektif, jujur, adil, transparan dan bertanggungjawab kepada semua level pemerintahan

Secara umum dapat dikatakan good governance menunjuk pada proses pengelolaan pemerintahan melalui keterlibatan

stakeholders yang luas dalam bidang ekonomi, sosial dan politik suatu negara dan pendayagunaan sumber daya alam, keuangan dan manusia menurut kepentingan semua pihak dengan cara yang sesuai

dengan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, persamaan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas.

Good governance merupakan prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang universal, karena itu seharusnya diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Upaya menjalankan prinsip-prinsip good governance perlu dilakukan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia .

Bab II Pembahasan

Governance adalah proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public goods and services. Praktek terbaiknya disebut good governance (kepemerintahan yang baik). Sedangkan good dalam good governance menurut LAN berarti, pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan / kehendak rakya t, dan nilainilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan keadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk tersebut. Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa wujud good governance menurut LAN adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif diantara domain -domain negara, sektor swasta, dan masyarakat. Governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif . Le mbaga Administrasi Negara, mengartikan governance adalah proses penyelenggaraan kekuasaan mencapai tujuan-tujuan

negara dalam melaksanakan penyediaan public goods and services. Lebih lanjut LAN menegaskan jika dilihat dari segi functional aspect, governance dapat ditinjau dari a pakah pemerintah telah berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang telah digariskan atau sebaliknya. Kunci utama memahami good governance, menurut Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), adalah pemahaman atas prinsip -prinsip yang mendasarinya. Bertolak dari prinsip -prinsip ini didapat tolok ukur kinerja suatu pemerintah. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: a. Partisipasi masyarakat: semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun mela lui lembaga-lembaga perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan

kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kepastian untuk berpartisipasi secara konstruktif. b. Tegaknya supremasi hukum: kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk didalamnya hukum -hukum yang menyangkut hak asasi manusia. c. Transparasi: transparansi dibangun atas dasar informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintah, lembaga -lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

d. Peduli dan stakeholder: lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintah harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan. e. Berorientas pada consensus: tata pemerintahan yang baik

menjembatani kepentingan -kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu consensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakankebijakan dan prosedurprosedur f. Kesetaraan: semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka. g. Efektifitas dan efisiensi: proses -proses pemerintahan dan lembaga lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin. h. Akuntabilitas: Kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media

pertanggungjawaban secara periodik. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi i. Visi strategis: para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus

memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya, dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut. Berkaitan dengan permasalahan dalam pembahasan ini , akan digunakan dimensi good governance sebagai berikut yang mana diatas telah disebutkan prinsip-prinsip Good Governance tapi menurut saya pokok dari kesembilan prinsip diatas adalah efisiensi, akuntabilitas, transparansi dan partisipasi yang mana akan menjadi penajaman masalah yang aka n saya gunakan menganalisis masalah yang akan dijabarkan : 1. Efisiensi, diartikan sebagai penggunaan sumber daya secara produktif dan tidak mengganggu penyelenggaraan pemberian pelayanan kepada masyarakat, yakni hemat dalam penggunaan biaya, peralatan ka ntor, tenaga kerja dan tata kerja (prosedur) dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat 2. Akuntabilitas, diartikan kewajiban penyelenggara

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya yang dimiliki dan pelaksanaan kebijakan (pemberian pelayanan) dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media

pertanggungjawaban secara periodik. 3. Transparansi, diartikan sebagai kebebasan masyarakat mengakses informasi sehingga secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan dan kemudahan akses terhadap para pembuat keputusan pelayanan kemasyarakatan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat di monitor oleh masyarakat.

Pedoman Pokok Pelaksanaan 4.Partisipasi, diartikan bahwa setiap masyarakat mempunyai suara untuk memberikan masukan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pelayanan kemasyarakatan, baik secara langsung maupun melalui lembaga public/masyarakat yang ada. Partisipasi dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi se cara konstruktif.

Contoh kasus

Pelaksanaan Fungsi Good Governance dalam peningkatan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang diwujudkan dengan pelayanan kesehatan yang bai k Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sejak tahun 1998 pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Bermula dengan

pengembangan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) Tahun 19982001, Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDPSE) tahun 2001 dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPSBBM) Tahun 20022004. Dalam Amandemen Keempat UUD 1945 yang disetujui dalam Sidang Umum MPR Tanggal 11 Agustus 2002, telah berhasil meletakkan pondasi pembiayaan dengan siste m jaminan, yang tertera dalam Pasal 34

(2) yaitu negara diberi tugas untuk mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Dua tahun kemudian, tepatnya Tanggal 19 Oktober 2004 disahkan UndangUndang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang memberi landasan hukum terhadap kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jaminan sosial yang dimaksud di dalam Undang Undang SJSN adalah perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak, termasuk diantaranya adalah kesehatan. Namun sampai saat ini sistem jaminan sosial yang diamanatkan dalam undang undang tersebut masih belum berjalan karena aturan pelaksanaannya belum ada. Pada Tahun 2005, pemerintah meluncurkan program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang dikenal dengan nama program Asuransi Kesehatan Masyakat Miskin (Askeskin).

Penyelenggara program adalah PT Askes (Persero), yang ditugaskan Menteri Kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang Penugasan PT Askes (Persero) dalam Pengelolaan Program Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin. Program ini merupakan bantuan sosial yang diselenggarakan dalam skema asuransi kesehatan sosial. Setelah dilakukan evaluasi dan dalam rangka efisiensi dan efektivitas, maka pada tahun 2008 dilakukan perubahan dalam sistem penyelenggaraannya. Perubahan pengelolaan program tersebut adalah

dengan pemisahan fungsi pengelola dengan fungsi pembayar an, yang didukung dengan penempatan tenaga verifikator di setiap rumah sakit. Nama program tersebut juga berubah menjadi Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin

dilakukan dengan mengacu pada prinsipprinsip asuransi:

1. Pengelolaan dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan hanya untuk peningkatan kesehatan masyarakat miskin. 2. Pelayanan kesehatan bersifat menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medic yang costeffectivedanrasio nal. 3. Pelayanan kesehatan dilakukan dengan prinsip terstruktur dan berjenjang. 4. Pelayanan kesehatan diberikan dengan prinsip portabilitas dan ekuitas. 5. Pengelolaan akuntabel. program dilaksanakan secara transparan dan

Dasar hukum program Jamkesmas adalah UUD 1945, UU No. 23 tahun 1992, UU No. 01 tahun 2003, dan UU No. 45 tahun 2007. Dahulu, program layanan kesehatan bagi masyarakat miskin bernama Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin atau Askeskin. Kendala utama terletak pada belum tuntasnya pendataan masyarakat miskin periode tahun 2005 2007. Jadi bisa dipastikan bahwa problem utama pemerintah dalam hal ini

adalah lemahnya sistem pendataan yang akurat dengan metode survey lapangan. Masalah kedua yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana nasib Rumah Tangga Miskin yang luput dari pendataan pemerintah..? dan masalah ketiga adalah tidak seriusnya pemerintah dalam memperhatikan nasib masyarakat miskin. Persoalan ini kemudian menjadi dasar pijakan penerbitan Perda Jaminan Kesehatan Daerah. Semangat ini muncul sesuai kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) tahun 2008 yang

dikeluarkan oleh Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, tertanggal 10 Maret 2008, yang menyebutkan bahwa Rumah Tangga Miskin (RTM) yang tidak memiliki kartu Jamkesmas (baca: luput dari pendataan) tetap akan dilayani hak kesehatannya dengan klaim anggaran dari APBD Propinsi dan Kabupaten/Kota dimana pasien miskin tersebut berdomisili.

Bab III Kesimpulan

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan menjunjung prinsip prinsip good governance akan membawa implikasi terjadinya peningkatan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang Pengelolaan pelayanan publik yang baik baik . dan

sangat ditentukan

dipengaruhi oleh tata pemerintahan yang baik di bidang pelayanan publik Selain itu, agar prinsip good governance dapat terwujud dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka prinsip good governance perlu dituangkan menjadi norma hukum. Demikian pula, kebijakan pemerintah di bidang pelayanan publik harus memuat prinsip-prinsip good

environmental governance agar penyelenggaraan pemerintahan di daerah memiliki keperdulian yang besar dalam pengelolaan pelayanan publik.

You might also like