You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Sistem Bilangan Real
1.2 Sistem Koordinat
Bab ini memuat materi-materi dasar yang diperlukan dalam mempelajari kalkulus. Beberapa materi
yang disampaikan hanyalah merupakan review, namun demikian ada pula beberapa yang relative masih
baru.
1.1 Sistem Bilangan Real
Pada bagian ini, pembaca diingatkan kembali pada konsep tentang himpunan. Himpunan adalah
sekumpulan obyek/unsur dengan kriteria/syarat tertentu. Unsur-unsur dalam himpunan S disebut anggota
(elemen) S. Himpunan yang tidak memiliki anggota disebut himpunan kosong, ditulis dengan notasi
atau { }.
Jika a merupakan anggota himpunan S, maka dituliskan S a dan dibaca a elemen S. Jika a
bukan anggota himpunan S, maka dituliskan S a dan dibaca a bukan elemen S.
Pada umumnya, sebarang himpunan dapat dinyatakan dengan 2 cara. Pertama, dengan mendaftar
seluruh anggotanya. Sebagai contoh, himpunan A yang terdiri atas unsur-unsur 1,2,3,4,5,6,7,8,9 dapat
dinyatakan sebagai:
} 9 , 8 , 7 , 6 , 5 , 4 , 3 , 2 , 1 { A

Cara yang kedua, yaitu dengan menuliskan syarat keanggotaan yang dimiliki oleh seluruh anggota suatu
himpunan tetapi tidak dimiliki oleh unsur-unsur yang bukan anggota himpunan tersebut. Apabila
himpunan A di atas dinyatakan dengan cara ini, maka dapat ditulis:
} 10 dari kurang positif bulat bilangan { x x A
1
Himpunan A disebut himpunan bagian himpunan B, ditulis B A , jika setiap anggota A
merupakan anggota B. Kiranya tidaklah sulit untuk dipahami bahwa
A
untuk sebarang himpunan A.
Selanjutnya, akan disampaikan beberapa himpunan bilangan yang dipandang cukup penting.
Himpunan semua bilangan asli adalah
{ ... , 3 , 2 , 1 N
. Himpunan ini tertutup terhadap operasi
penjumlahan dan operasi pergandaan, artinya
N + y x
dan
N y x.
untuk setiap
N y x,
. Oleh
karena itu, himpunan semua bilangan asli membentuk suatu sistem dan biasa disebut sistem bilangan asli.
Sistem bilangan asli bersama-sama dengan bilangan nol dan bilangan-bilangan bulat negatif membentuk
Sistem Bilangan Bulat, ditulis dengan notasi Z,
{ ... , 3 , 2 , 1 , 0 , 1 , 2 , 3 ..., Z
Bilangan rasional adalah bilangan yang merupakan hasil bagi bilangan bulat dan bilangan asli.
Himpunan semua bilangan rasional ditulis dengan notasi Q,

'

'

N Z Q b a
b
a
dan :
Dalam kehidupan nyata seringkali dijumpai bilangan-bilangan yang tidak rasional. Bilangan yang
tidak rasional disebut bilangan irasional. Contoh-contoh bilangan irasional antara lain adalah 2 dan .
Bilangan 2 adalah panjang sisi miring segitiga siku-siku dengan panjang sisi-sisi tegaknya masing-
masing adalah 1 (lihat Gambar 1.1.1).
Sedangkan bilangan merupakan hasil bagi keliling sebarang lingkaran terhadap diameternya (Gambar
1.1.2).
2
1
1
2
Gambar 1.1.1
d
1
l
1
l
2
d
2

2
2
1
1
d
l
d
l


Himpunan semua bilangan irasional bersama-sama dengan Q membentuk himpunan semua bilangan real
R. Seperti telah diketahui, untuk menyatakan sebarang bilangan real seringkali digunakan cara desimal.
Sebagai contoh, bilangan-bilangan
66
7
dan ,
3
5
,
4
3
masing-masing dapat dinyatakan dalam desimal
sebagai
( ) ( ) dan , ... 666 , 1 , 75 , 0

.... 1060606 , 0
Dapat ditunjukkan bahwa bentuk desimal bilangan-
bilangan rasional adalah salah satu dari 2 tipe berikut:
i. berhenti (
dst.
8
1
,
2
5
,
4
3
), atau
ii. berulang beraturan (
dst. ,
66
7
,
3
5
).
Apabila bentuk desimal suatu bilangan tidak termasuk salah satu tipe di atas, maka bilangan tersebut
adalah irasional. Sebagai contoh, bilangan-bilangan:
... 14159 , 3 ... 414213 , 1 2
1.1.1 Sifat-sifat Sistem Bilangan Real
Pembaca diingatkan kembali kepada sifat-sifat yang berlaku di dalam R. Untuk sebarang bilangan
real
d c b a dan , , ,
berlaku sifat-sifat sebagai berikut:
1. Sifat komutatif
(i).
a b b a a b b a . . ). ii ( + +
2. Sifat asosiatif
( ) ( )
( ) ( ) c b a c b a c b a
c b a c b a c b a
. . . . . . ). ii (
). i (

+ + + + + +
3. Sifat distibutif
) . ( ) . ( ) .( c a b a c b a + +
4. (i).
0 ,
1
. b
b
a
b
a
3
Gambar 1.1.2
(ii).
0 , 0 ,
.
) . ( ) . (

+
+ d b
d b
c b d a
d
c
b
a
(iii).
0 , 0 ,
.
.
. d b
d b
c a
d
c
b
a
5. (i).
) . ( ). ( ) .( b a b a b a
(ii).
b a b a . ) ).( (
(iii).
a a ) (
6. (i).
0
0

a
, untuk setiap bilangan 0 a .
(ii).
0
a
tak terdefinisikan.
(iii).
1
a
a
, untuk setiap bilangan 0 a .
7. Hukum kanselasi
(i). Jika c b c a . . dan 0 c maka b a .
(ii). Jika
0 , c b
maka
b
a
c b
c a

.
.
.
8. Sifat pembagi nol
Jika 0 . b a maka 0 a atau 0 b .
1.1.2 Relasi Urutan
Himpunan semua bilangan real dapat dibagi menjadi 3 himpunan bagian tak kosong yang saling
asing: (i). Himpunan semua bilangan real positif; (ii). Himpunan dengan bilangan 0 sebagai satu-satunya
anggota; dan (iii). Himpunan semua bilangan real negative.
Untuk sebarang bilangan real a dan b, a dikatakan kurang dari b (ditulis
) b a <
jika a b positif.
Bilangan a dikatakan lebih dari b (ditulis b a > ) jika a b < . Sebagai contoh,
1 3 dan 5 2 > <
. Mudah
ditunjukkan bahwa:
a. Bilangan a positif jika dan hanya jika 0 > a .
b. Bilangan a negatif jika dan hanya jika 0 < a .
4
Jika a kurang dari atau sama dengan b, maka ditulis b a . Jika a lebih dari atau sama dengan b, maka
ditulis b a . Sedangkan c b a < < dimaksudkan sebagai b a < dan c b < . Artinya b antara a dan c.
Berikut ini adalah beberapa sifat yang sangat penting untuk diketahui. Untuk sebarang bilangan real a, b,
dan c:
1. Jika b a maka c b c a + + untuk setiap bilangan real c.
2. Jika
c b b a dan
maka c a .
3. a. Jika b a dan 0 > c maka c b c a . . .
b. Jika b a dan 0 < c maka c b c a . . .
a. Jika 0 > a maka
0
1
>
a
.
b. Jika b a < 0 maka
a b
1 1

.
5. Untuk sebarang bilangan real a dan b berlaku tepat satu:
b a b a b a > < atau , ,
6. Jika
0 , b a
maka: b a b a b a
2 2
.
1.1.3 Garis Bilangan
Secara geometris, sistem bilangan real R dapat digambarkan dengan garis lurus. Mula-mula
diambil sebarang titik untuk dipasangkan dengan bilangan 0. Titik ini dinamakan titik asal (origin), ditulis
dengan O. Pada kedua sisi dari O dibuat skala sama (segmen) dan disepakati arah positif disebelah kanan
O sedangkan arah negatif disebelah kiri O. Selanjutnya, bilangan-bilangan bulat positif 1, 2, 3, dapat
dipasangkan dengan masing-masing titik di kanan O dan bilangan-bilangan
... , 3 , 2 , 1
dengan titik-
titik di sebelah kiri O. Dengan membagi setiap segmen, maka dapat ditentukan lokasi untuk bilangan-
bilangan
, 2 ,
3
2
,
2
1

dst. (Perhatikan Gambar 1.1.3)



5
2 1 0 1 2 3
Gambar 1.1.3
2 1
Dengan cara demikian, maka setiap bilangan real menentukan tepat satu titik pada garis lurus dan
sebaliknya setiap titik pada garis lurus menentukan tepat satu bilangan real. Oleh sebab itu, garis lurus
sering disebut pula Garis Bilangan Real.
1.1.4 Pertidaksamaan
Perubah (variable) adalah lambang (symbol) yang digunakan untuk menyatakan sebarang anggota
suatu himpunan. Jika himpunannya R maka perubahnya disebut perubah real. Selanjutnya, yang
dimaksudkan dengan perubah adalah perubah real.
Pertidaksamaan (inequality) adalah pernyataan matematis yang memuat satu perubah atau lebih
dan salah satu tanda ketidaksamaan (<, >, , ).
Contoh 1.1.1
a. 1 7 2 + x x c. 9
2 2
+y x
b.
1
3
1 2
>
+

x
x
d. 0 12
2
< x x
Menyelesaikan suatu pertidaksamaan memiliki arti mencari seluruh bilangan real yang dapat dicapai oleh
perubah-perubah yang ada dalam pertidaksamaan tersebut sehingga pertidaksamaan tersebut menjadi
benar.Himpunan semua bilangan yang demikian ini disebut penyelesaian. Sifat-sifat dan hukum dalam R
sangat membantu dalam mencari penyelesaian suatu pertidaksamaan.
Contoh 1.1.2 Tentukan penyelesaian pertidaksamaan 7 5 5 2 + < x x .
Penyelesaian:
4
) 3 1 .( 12 ) 3 1 .( 3
12 3
5 5 7 5 5 5 5 2
7 5 5 2
>
>
<
+ + < +
+ <
x
x
x
x x x x
x x
Jadi, penyelesaian pertidaksamaan di atas adalah
{ 4 > x R x
.
6
Pertidaksamaan tipe lain mungkin lebih sulit diselesaikan dibandingkan pertidaksamaan-
pertidaksamaan seperti pada contoh di atas. Beberapa contoh diberikan sebagai berikut.
Contoh 1.1.3 Tentukan penyelesaian pertidaksamaan: 0 6 5
2
> + x x .
Penyelesaian: Dengan memfaktorkan ruas kiri pertidaksamaan, maka diperoleh:
( )( ) 0 3 2 > x x
Telah diketahui bahwa hasil kali 2 bilangan real positif apabila ke dua faktor positif atau ke dua faktor
negatif. Oleh karena itu,
(i). Jika ke dua faktor positif maka:
3 dan 2
0 3 dan 0 2
> >
> >
x x
x x
Sehingga diperoleh: 3 > x .
(ii).Jika ke dua faktor negatif, maka:
3 dan 2
0 3 dan 0 2
< <
< <
x x
x x
Diperoleh: 2 < x .
Jadi, penyelesaian adalah
{ 3 atau 2 > < x x x R
.
Penyelesaian pertidaksamaan di atas dapat pula diterangkan sebagai berikut: ruas kiri
pertidaksamaan bernilai nol jika
3 atau 2 x x
. Selanjutnya, ke dua bilangan ini membagi garis
bilangan menjadi 3 bagian:
3 dan , 3 2 , 2 > < < < x x x
(Gambar 1.1.4).

Pada bagian 2 < x , nilai
) 3 ( dan ) 2 ( x x
keduanya negatif, sehingga hasil kali keduanya positif. Pada
segmen 3 2 < < x ,
) 2 ( x
bernilai positif sedangkan
) 3 ( x
bernilai negatif. Akibatnya, hasil kali
keduanya bernilai negatif. Terakhir, pada bagian 3 > x ,
) 3 ( dan ) 2 ( x x
masing-masing bernilai
7
0 2 3 4
x<2 2<x<3 x>3
Gambar 1.1.4
positif sehingga hasil kali keduanya juga positif. Rangkuman uraian di atas dapat dilihat pada Tabel 1.1.1
di bawah ini.
Tabel 1.1.1
Tanda nilai
Kesimpulan
2 x 3 x ) 3 )( 2 ( x x
3
3 2
2
>
< <
<
x
x
x

+
+

+
+

+
Pertidaksamaan dipenuhi.
Pertidaksamaan tidak dipenuhi.
Pertidaksamaan dipenuhi.
Jadi, penyelesaian pertidaksamaan adalah
{ 3 atau 2 > < x x x R
.
Metode penyelesaian seperti pada Contoh 1.1.3 di atas dapat pula diterapkan pada bentuk-bentuk
pertidaksamaan yang memuat lebih dari 2 faktor maupun bentuk-bentuk pecahan.
Contoh 1.1.4 Tentukan penyelesaian 1 1 2
2 3
+ x x x .
Penyelesaian: Apabila ke dua ruas pada pertidaksamaan di atas ditambah 1, maka diperoleh:
0 ) 2 )( 1 )( 1 (
0 2 2
2 3
+
+
x x x
x x x
Jika
0 ) 2 )( 1 )( 1 ( + x x x
, maka diperoleh:
2 atau , 1 , 1 x x x
. Selanjutnya, perhatikan table
berikut:
Tabel 1.1.2
Tanda nilai/nilai
Kesimpulan
1 + x 1 x 2 x ) 2 )( 1 )( 1 ( + x x x
2
1
1
2
2 1
1 1
1


>
< <
< <
<
x
x
x
x
x
x
x

+
+
+
0
2
3

+
+
2
0
1

+
3
1
0

+
0
0
0
Pertidaksamaan dipenuhi.
Pertidaksamaan tidak dipenuhi.
Pertidaksamaan dipenuhi.
Pertidaksamaan tidak dipenuhi.
Pertidaksamaan dipenuhi.
Pertidaksamaan dipenuhi.
Pertidaksamaan dipenuhi.
Jadi, penyelesaian adalah
{ 2 1 atau 1 x x x R
.
8
Contoh 1.1.5 Selesaikan
1
2
6 2
+

+
x
x
x
.
Penyelesaian: Apabila pada ke dua ruas ditambahkan
) 1 ( + x
maka diperoleh:
0
2
) 2 )( 5 (
0
2
10 3
0
2
2 8 2
0 ) 1 (
2
8 2
2
2

+ + +
+

+
x
x x
x
x x
x
x x x
x
x
x
Nilai nol pembilang adalah
5 dan 2
, sedangkan nilai nol penyebut adalah 2. Sekarang, untuk
mendapatkan nilai x sehingga
0
2
) 2 )( 5 (

+
x
x x
diperhatikan tabel berikut:
Tabel 1.1.3
Tanda nilai/nilai
Kesimpulan
2 + x 2 x 5 x
2
) 5 )( 2 (

+
x
x x
5
2
2
5
5 2
2 2
2


>
< <
< <
<
x
x
x
x
x
x
x

+
+
+
0
4
7

+
+
4
0
3

+
7
3
0

+
0
tak terdefinisikan
0
Pertidaksamaan tidak dipenuhi.
Pertidaksamaan dipenuhi.
Pertidaksamaan tidak dipenuhi.
Pertidaksamaan dipenuhi.
Pertidaksamaan dipenuhi.
Pertidaksamaan tidak dipenuhi.
Pertidaksamaan dipenuhi.
Jadi, penyelesaian adalah
{ 5 2 2 < x atau x x R
.
1.1.5 Nilai Mutlak (Absolute Value)
9
Nilai mutlak suatu bilangan adalah panjang/jarak bilangan tersebut dari bilangan 0. Jadi, nilai
mutlak 5 adalah 5, nilai mutlak 7 adalah 7, nilai mutlak 0 adalah 0, dan seterusnya.
Definisi 1.1.6 Nilai mutlak R x , ditulis dengan notasi
x
, didefinisikan sebagai:
2
x x .
Definisi di atas dapat pula dinyatakan sebagai:

'

<

0 ,
0 ,
x x
x x
x
Sebagai contoh,
8 ) 8 ( 8
,
2
5
2
5

,
3 3
, dst. Selanjutnya, sifat-sifat nilai mutlak diterangkan
sebagai berikut.
Sifat 1.1.7 Jika
R y x ,
maka:
a.
0 x 0 0 x x
b.
y x y x . . 0 , y asal
y
x
y
x
c.
y x y x y x + +
(Ketaksamaan segitiga)
y x y x y x +
Secara geometris, nilai mutlak
a x
dapat diartikan sebagai jarak dari a ke x. Sebagai contoh,
jika
7 3 x
maka artinya x berjarak 7 unit di sebelah kanan atau di sebelah kiri 3 (lihat Gambar 1.1.5).

Jadi, penyelesaian
7 3 x
adalah
{ 10 , 4
.
10
4 3 10
7 unit 7 unit
Gambar 1.1.5
Dengan mengingat Sifat 1.1.7 (b), kiranya mudah dipahami sifat berikut:
Sifat 1.1.8 Jika 0 a , maka:
a x a x a x atau
.
Sebagai contoh,
4 atau 4 berarti 4 x x x
3
5
atau
3
5
5 3 atau 5 3 5 3


x x
x x x
Secara sama,
2 atau 5
4 2 atau 10 2
7 3 2 atau 7 3 2 berarti 7 3 2



x x
x x
x x x
Sifat 1.1.9 Jika 0 a , maka:
(a).
a x a a x
.
(b).
a x a x a x atau
.
Contoh 1.1.10 Selesaikan
7 3 2 x
.
Penyelesaian: Menggunakan Sifat 1.1.9 (b), diperoleh:
( ) ( )
5 atau 2
10 2 atau 4 2
7 3 2 atau 7 3 2 7 3 2



x x
x x
x x x
Jadi, penyelesaian adalah
{ 5 atau 2 x x R x
.
Contoh 1.1.11 Tentukan semua nilai x sehingga
3
2
2

x
x
.
Penyelesaian: Berdasarkan Sifat 1.1.9 (a), maka:
11
3
2
2
dan 3
2
2
3
2
2
3 3
2
2

x
x
x
x
x
x
x
x
Selanjutnya, karena:
2 atau
5
6
0
2
6 5
0 3
2
2
3
2
2
). i (
>

x x
x
x
x
x
x
x
6 atau 2
0
2
6
0 3
2
2
3
2
2
). ii (
<

x x
x
x
x
x
x
x
maka, diperoleh:
6 atau
5
6
x x
.
Contoh 1.1.12 Tentukan penyelesaian pertidaksamaan
2 4 > x x
.
Penyelesaian:
(i). Apabila 0 2 < x , maka selalu berlaku
2 4 > x x
untuk setiap x. Sehingga diperoleh: 2 < x .
(ii). Jika 0 2 x , maka:
( ) ( ) ( ) ( ) {
3 2
2 , 6 2
2 , 2 4 atau 2 4 2 4
<
<
> < >
x
x x
x x x x x x x
Dari (i) dan (ii), diperoleh 3 < x .
1.1.6 Selang (Interval)
Diberikan sebarang dua bilangan real a dan b, dengan b a < . Berturut-turut didefinisikan:
{ {
{ {
{ {
{ { a x x a a x x a
a x x a a x x a
b x a x b a b x a x b a
b x a x b a b x a x b a
<
>
< <
< <
) , ( ] , (
) , ( ) , [
] , ( ) , [
) , ( ] , [
Contoh 1.1.13 Tentukan penyelesaian
3
2
2
>
x
x
.
Penyelesaian: Berdasarkan Sifat 1.6 maka diperoleh:
12
( )
( )( )
2 , 6
5
6
2 , 0 6 6 5
2 , 0 36 36 5
2 , 4 4 9 4
0 2 , 2 3 2 3
2
2
2
2 2
< <
<
< +
+ >
> >

x x
x x x
x x x
x x x x
x x x
x
x
Jadi, penyelesaian adalah
( ) 6 , 2 2 ,
5
6

,
`

.
|
.
Soal Latihan
Untuk soal 1 21 tentukan penyelesaiannya.
1. 2 5 4 + x 2. 4 9 3 6 + x x 3. 2 5 3 > x
4. 0 14 5
2
x x 5. 10 3
2
< x x 6. 0 1 2
3
+ x x
7.
1
3
1 2
>

+
x
x
8.
5
2
2
<
x
9.
1
2 3

x x
10.
x
x
x
3
1 2
4

+
+
11.
x
x
x

5
2
12.
2
1 2
7 3
<
+

x
x
13.
4 3 x
14.
5 2 3 > + x
15.
7 3 2 1 < x
16.
2
1

x
17.
3
2
>
x
18.
2
1
<

x
x
19.
2
1
1 2

+
x
x
20.
3 2 < x x
21.
x x 2 1
Untuk soal 22 24 tentukan x sehingga masing-masing pernyataan mempunyai arti.
22. 5 3 2
2
x x 23.
8 2
1 2
2

+
x x
x
24.
3
2
3 2
1
+

x
x
25. Jika
2 1 < a x
dan
3 1 < a y
maka tunjukkan
6 5 < y x
.
26. Jika b a maka tunjukkan bahwa
b
b a
a
+

2
. Bilangan
2
b a +
disebut rata-rata aritmatika dari
bilangan a dan b.
13
27. Jika b a < 0 maka tunjukkan bahwa b ab a . Bilangan ab disebut rata-rata geometri dari
bilangan a dan b. Tunjukkan pula bahwa rata-rata geometri dari bilangan a dan b kurang dari rata-rata
aritmatikanya.
28. Tunjukkan bahwa
y x y x
.
29. Jika
0 , > b a
dan b a < maka tunjukkan
b a
1 1
>
.
30. Jika b a dan 0 < c , tunjukkan bc ac .
1.2 Sistem Koordinat
Sistem koordinat adalah suatu cara/metode untuk menentukan letak suatu titik. Ada beberapa
macam system koordinat: Sistem Koordinat Cartesius, Sistem Koordinat Kutub, Sistem Koordinat Tabung,
dan Sistem Koordinat Bola. Pada bagian ini hanya akan dibicarakan Sistem Koordinat Cartesius dan
Sistem Koordinat Kutub saja.
1.2.1 Sistem Koordinat Cartesius
Diperhatikan 2 garis lurus, satu mendatar (horizontal) dan yang lain tegak (vertical). Selanjutnya,
garis mendatar ini disebut sumbu-x sedangkan garis yang tegak disebut sumbu-y. Perpotongan kedua
sumbu tersebut dinamakan titik asal (origin) dan diberi tanda O. Seperti biasanya, titik-titik disebelah
kanan O dikaitkan dengan bilangan-bilangan real positif sedangkan titik-titik di sebelah kiri O dengan
bilangan-bilangan real negatif. Demikian pula dengan titik-titik di sebelah atas O dan di sebelah bawah O
masing-masing dikaitkan dengan bilangan-bilangan real positif dan negatif.
Oleh ke dua sumbu, bidang datar (bidang koordinat) terbagi menjadi 4 daerah (kwadran), yaitu
kwadran I, kwadran II, kwadran III, dan kwadran IV (lihat Gambar 1.2.1).
14
Kwadran I
0 , 0 > > y x
Kwadran II
0 , 0 > < y x
Letak sebarang titik pada bidang dinyatakan dengan pasangan berurutan
) , ( y x
. Titik
) , ( y x P

mempunyai arti bahwa jarak titik P ke sumbu-x dan sumbu-y masing-masing adalah
x y dan
. Apabila
) 0 atau ( 0 < < y x
maka titik P berada di sebelah kiri (atau sebelah bawah) titik asal O dan apabila
) 0 atau ( 0 > > y x
maka titik P terletak di sebelah kanan (atau sebelah atas) titik asal O. Dalam hal ini, x
disebut absis titik P sedangkan y disebut ordinat titik P.


1.2.2 Sistem Koordinat Kutub (Polar)
Pada sistem koordinat Cartesius, letak titik pada bidang dinyatakan dengan pasangan
) , ( y x
,
dengan x dan y masing-masing menyatakan jarak berarah ke sumbu-y dan ke sumbu-x. Pada sistem
koordinat kutub, letak sebarang titik P pada bidang dinyatakan dengan pasangan bilangan real
( ) , r
,
15
Kwadran III
0 , 0 < < y x
Kwadran IV
0 , 0 < > y x
Gambar 1.2.1
Gambar 1.2.2

) 2 , 5 ( P

) 4 , 1 ( A

) 1 , 3 ( B
dengan r menyatakan jarak titik P ke titik O (disebut kutub) sedangkan adalah sudut antara sinar yang
memancar dari titik O melewati titik P dengan sumbu-x positif (disebut sumbu kutub) (lihat Gambar 1.2.3).

Berbeda dengan sistem koordinat Cartesius, dalam koordinat kutub letak suatu titik dapat
dinyatakan dalam tak hingga banyak koordinat. Sebagai contoh, letak titik
) 3 , 3 ( P
dapat digambarkan
dengan cara terlebih dulu melukiskan sinar yang memancar dari titik asal O dengan sudut sebesar
3


radian terhadap sumbu mendatar arah positif. Kemudian titik P terletak pada sinar tadi dan berjarak 3
satuan dari titik asal O (lihat Gambar 1.2.4 (a)). Titik P dapat pula dinyatakan dalam koordinat
( ) k 2 3 , 3 +
, dengan k bilangan bulat (lihat Gambar 1.2.4 (b)). Mudah ditunjukkan pula bahwa
koordinat
( ) 3 4 , 3
pun juga menggambarkan titik P (lihat Gambar 1.2.4 (c)). Pada koordinat yang
terakhir, jarak bertanda negatif. Hal ini dikarenakan titik P terletak pada bayangan sinar P O .


16
Gambar 1.2.3
3
) 3 , 3 ( P
3
) 2 3 , 3 ( k P +
r

) , ( r P
O



Secara umum, jika
( ) , r
menyatakan koordinat kutub suatu titik maka koordinat titik tersebut
dapat pula dinyatakan sebagai berikut:
( ) k r 2 , +
atau
( ) ) 1 2 ( , + + k r
dengan k bilangan bulat.
Kutub mempunyai koordinat
) , 0 (
dengan sebarang bilangan.
1.2.3 Hubungan Antara Sistem Koordinat Cartesius dan Sistem Koordinat Kutub
Suatu titik P berkoordinat
) , ( y x
dalam sistem koordinat Cartesius dan
) , ( r
dalam sistem
koordinat kutub. Apabila kutub dan titik asal diimpitkan, demikian pula sumbu kutub dan sumbu-x positif
juga diimpitkan, maka kedudukan titik dapat digambarkan sebagai berikut:
17
3
(b)
k 2 3 +
(a)
(c)
3
) 3 4 , 3 ( P
3 4
3
P
O
Gambar 1.2.4 Berbagai pernyataan koordinat kutub untuk suatu titik.
) , ( ) , ( r y x P
r
y

Dari rumus segitiga diperoleh hubungan sebagai berikut:
(1.1)
sin cos r y r x
atau:
(1.2)
,
`

.
|

,
`

.
|
+
r
x
r
y
y x r arccos arcsin
2 2

Contoh 1.2.1 Nyatakan ke dalam system koordinat Cartesius.
a.
,
`

.
|
3
2
, 4

A
b.
,
`

.
|

4
, 5

B
c.
,
`

.
|

6
5
, 3

C
Penyelesaian: Dengan menggunakan persamaan (1.1):
a.
3 2
3
2
sin 4 2
3
2
cos 4

y x
.
Jadi, ( ) 3 2 , 2 A .
b.
2
2
5
4
sin 5 2
2
5
4
cos 5

y x
.
Jadi, dalam system koordinat Cartesius
,
`

.
|
2
2
5
, 2
2
5
B
.
18
y
x

O
x
Gambar 1.2.5
c.
2
3
6
5
sin 3 3
2
3
6
5
cos 3
,
`

.
|

,
`

.
|


y x
.
Jadi,
,
`

.
|
2
3
, 2
2
3
C
.
Apabila 0 x maka persamaan (1.2) dapat dinyatakan sebagai:
(1.3)
0 , arctan
2 2 2

,
`

.
|
+ x
x
y
y x r
Hati-hati apabila menggunakan persamaan (1.3), karena
x
y
arctan
akan memberikan 2 nilai yang
berbeda,
2 0
. Untuk menentukan nilai yang benar perlu diperhatikan letak titik P, apakah di
kwadran I atau II, ataukah dikwadran II atau IV. Apabila dipilih nilai yang lain, maka
2 2
y x r + .
Contoh 1.2.2 Nyatakan ke dalam sistem koordinat kutub:
a.
( ) 4 , 4 P
b.
) 4 , 4 ( Q
Penyelesaian: Dari persamaan (1.3), diperoleh:
a. 2 4 ) 4 ( 4
2 2
t + t r
4
7
atau
4
3
4
4
arctan

Selanjutnya, karena letak titik P di kwadran IV, maka:


4
7
dengan 2 4

r
, atau
4
3
dengan 2 4

r
.
Jadi,
,
`

.
|
4
7
, 2 4

P
atau
,
`

.
|

4
3
, 2 4

P
.
b. 2 4 4 ) 4 (
2 2
t + t r
4
7
atau
4
3
4
4
arctan

Selanjutnya, karena letak titik Q di kwadran II, maka:


19
4
3
dengan 2 4

r
, atau
4
7
dengan 2 4

r
.
Jadi,
,
`

.
|
4
3
, 2 4

Q
atau
,
`

.
|

4
7
, 2 4

Q
.
Contoh 1.2.3 Nyatakan persamaan sin 2a r ke dalam sistem koordinat Cartesius.
Penyelesaian: Jika ke dua ruas persamaan di atas dikalikan dengan r maka diperoleh:
) sin ( 2
2
r a r
Selanjutnya, karena
2 2 2
y x r + dan
y r sin
maka:
, 0 2
2
2 2
2 2
+
+
ay y x
ay y x
yaitu persamaan lingkaran dengan pusat
) , 0 ( a
dan jari-jari
a
.
Contoh 1.2.4 Nyatakan 16 4
2 2
+ y x ke dalam system koordinat kutub.
Penyelesaian: Dengan substitusi
sin dan cos r y r x
maka diperoleh:
16 sin 4 cos
2 2 2 2
+ r r
. 16 ) sin 3 1 (
2 2
+ r
Soal Latihan
Untuk soal 1 8, nyatakan masing-masing dengan dua koordinat yang lain, satu dengan 0 > r dan yang
lain dengan 0 < r .
1.
( ) 3 , 6
2.
( ) 5 2 , 3
3.
( ) 4 , 5
4.
( ) 4 7 , 5
5. ( ) 2 5 , 2 6.
( ) 6 5 , 7
7.
( ) 3 7 , 6
8.
( ) 7 6 , 4
Untuk soal 9 16, nyatakan dalam sistem koordinat Cartesius.
9.
( ) 3 2 , 6
10.
( ) 8 , 4
11.
( ) 4 , 5
12.
( ) 4 7 , 6
13. ( ) 2 5 , 2 14.
( ) 6 5 , 7
15.
( ) 3 7 , 6
16.
( ) 8 7 , 4
Untuk soal 17 23, ubahlah ke dalam sistem koordinat kutub.
20
17.
( ) 3 , 3
18.
( ) 2 , 2
19. ( ) 3 2 , 2 20. ( ) 1 , 3
21.
( ) 11 , 0
22. ( ) 3 , 3 3 23. ( ) 3 6 , 3 2
Untuk soal 24 29, nyatakan masing-masing persamaan ke dalam sistem koordinat Cartesius.
24. cos 3 r 25. sin 1
2
+ r 26.
cos 1
4

r
27. 4 r 28.
4
7

29.
2
r
Nyatakan persamaan pada soal 30 32 ke dalam sistem koordinat kutub.
30.
0 y x
31. x y 4 1
2
32.
1 xy
33. Tunjukkan bahwa jarak titik
) , ( r P
dan
) , ( R Q
adalah:
) cos( 2
2 2
+ rR R r d
21

You might also like