You are on page 1of 56

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pasar modal merupakan alternative sumber pembiayaan bagi perusahaan selain perbankan untuk perkembangan suatu perusahaan. Bagi perusahaan yang berkembang pesat dan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan perluasan terhadap usahanya sehingga perusahaan tersebut melakukan penghimpunan dana dari masyarakat melalui penerbitan saham. Proses penawaran sebagian saham perusahaan kepada masyarakat untuk pertama kali melalui bursa efek disebut dengan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran perdana. Perusahaan yang telah melakukan IPO biasa disebut perusahaan yang telah go public. Dengan melakukan IPO maka perusahaan tersebut dapat

menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya dana itu digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dalam hal pendanaan, kegiatan operasional, ekspansi serta memperbaiki struktur modal perusahaan saat ini (Husnan, 2001 dalam Benny, 2006 : 3). Harga saham pada saat IPO ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter). Perbedaan antara harga saham di pasar perdana dan sekunder berbeda disebut fenomena underpricing. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai Initial

Return (IR) atau positif return bagi investor. Underpricing adalah fenomena yang umum dan sering terjadi di pasar modal manapun saat emiten melakukan IPO. Fenomena tersebut cenderung lebih tinggi di pasar saham negara maju, dibandingkan dengan negara berkembang. Kondisi underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh dari go public tidak maksimum. Sebaliknya bila terjadi overpricing, maka investor akan merugi, karena mereka tidak menerima Initial Return (return awal). Initial Return (IR) adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana (saat IPO) dengan harga jual saham yang bersangkutan di hari pertama di pasar sekunder. Para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat meminimalisir underpricing, karena terjadinya underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik kepada para investor (Beatty, 1989 dalam Indah, 2006:19). Penelitian-penelitian tentang tingkat underpricing dan harga saham yang dihubungkan dengan informasi pada prospectus menjadi hal yang menarik bagi banyak peneliti keuangan untuk mengevaluasi secara empiris perilaku investor dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi di pasar modal. Riset-riset sebelumnya mengenai pengaruh informasi keuangan dan non keuangan terhadap initial return atau underpricing telah banyak dilakukan baik di bursa saham luar negeri maupun di Indonesia (Beatty,

1989; Carter & Manaster, 1990 ; Ritter, 1991 ; Kim, et.al., 1995 ; Chishty, Hasan & Smith., 1996; Trisnawati, 1999 ; Daljono, 2000 ; Chandradewi, 2000 ; Nasirwan , 2000 ; Ardiansyah, 2004 ; Benny 2006). Meskipun studi tentang kinerja perusahaan yang melakukan IPO telah banyak dilakukan, namun penelitian dibidang ini masih merupakan masalah yang menarik untuk diteliti karena disamping temuannya tidak selalu konsisten, juga kebanyakan penelitian memfokuskan pada informasi non keuangan. Banyak variabel-variabel keuangan yang mungkin mempengaruhi initial return dan return saham serta kinerja perusahaan setelah melakukan IPO belum banyak diteliti. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis fenomena tersebut dengan menduga bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi return saham baik pada saat IPO maupun return dipasar sekunder (return 7 hari setelah IPO). Penelitian ini menggunakan periode pengamatan 7 hari setelah IPO untuk mengetahui apakah informasi dalam prospectus juga berpengaruh terhadap return di saham pasar sekunder. Ahmad Rodoni (2003) menggunakan 233 perusahaan IPO dari Januari 1990 hingga Desember 1998. Berdasarkan penemuan ini didapati pasar utama penawaran umum perdana di BEJ menjadi lebih teguh, dengan ditunjukkan rendahnya keuntungan perdana dan tidak underpricing bagi penawaran umum untuk tempo masa studi ini dibandingkan dengan hasil studi di negara berkembang dan beberapa hasil studi di negara maju. Penemuan ini konsisten dengan Dawson (1987) yang menggunakan data

dari Hongkong dan Singapura. Tidak ada satupun keuntungan yang berbeda daripada nol secara signifikan dengan menggunakan ujian t dan hasil ini juga menjawab terhadap pengeluaran yang diharapkan dalam pasar efisien. Cepatnya harga disesuaikan bermakna setelah dipasarkan investor tidak memperoleh keuntungan rata-rata daripada underpricing awal. Sedangkan di Malaysia keuntungan rata-rata adalah berbeda daripada nol secara signifikan dengan menggunakan ujian t yang bermaksud tidak efisien pada harga penerbitan baru. Penemuan studi ini juga bertentangan dengan beberapa pengkaji, seperti Saiful Bahri Sufar (1991), Rokiah Hasan (1992), Shamsher Mohamad et al. (1993), Mansor Isa dan Rubi Ahmad (1996) dan Othman Young (1991, 1997). Implikasinya bahwa prestasi awal Penawaran Umum Perdana adalah tidak menguntungkan secara signifikan. Beberapa independent variable yang memainkan peranan penting dalam mempengaruhi prestasi awal dalam penelitian ini yaitu prestige underwriter, harga penawaran dan informasi akuntansi perusahaan (margin untung bersih). Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) melakukan penelitian terhadap 131 perusahaan IPO dari tahun 1994 hingga 2001. Mereka menemukan tingkat underpricing yang cukup tinggi, yaitu 38%. Dalam penelitian terdapat lima variable bebas, yaitu reputasi penjamin emisi, rata-rata kurs, skala perusahaan, ROE, dan jenis industry. Dari keempat variable (rata-rata kurs, skala perusahaan, ROE, jenis industry) berhasil membuktikan bahwa secara parsial dengan asumsi variable bebas lain

konstan mempengaruhi underpricing. Sedangkan variable reputasi penjamin emisi ternyata tidak terbukti mempengaruhi underpricing dengan arah negative secara parsial. Benny Kurniawan (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh variable keuangan dan non keuangan terhadap return awal dan return 7 hari setelah IPO, dari hasil penelitian tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa Total Assets Turnover (TATO) dan prosentase penawaran saham menunjukkan hasil positif yang berarti semakin besar variabel TATO dan prosentase penawaran saham maka semakin besar initial returnnya, sedangkan ROE mempunyai arah negative yang berarti semakin besar variable ROE perusahaan maka semakin kecil Initial Returnnya. Variabel lain yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Umur Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Namun, hasil regresi secara simultan menunjukkan bahwa seluruh variable independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap Initial Return. Hasil analisis regresi terhadap return 7 hari setelah IPO menunjukkan bahwa secara parsial variable Total Assets Turnover dan prosentase penawaran saham berpengaruh secara signifikan. Variabel lain yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Umur Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap return 7 hari setelah IPO. Namun, hasil regresi secara simultan menunjukkan bahwa seluruh variable independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap return 7 hari setelah IPO.

Sarma Uli Irawati (2009) melakukan penelitian terhadap 42 sampel perusahaan IPO dari tahun 2000 hingga 2008 dengan menggunakan variable informasi akuntansi yang diteliti yaitu Size, ROI, EPS, financial
leverage sedangkan variabel informasi non akuntansi meliputi reputasi auditor, reputasi underwriter dan jenis industri. Dari hasil peneliatian ini hanya variabel informasi akuntansi saja yang terbukti berpengaruh terhadap initial return. Sehingga dapat disimpulkan bahwa investor di Bursa Efek Indonesia lebih memperhatikan informasi akuntansi dibandingkan informasi non akuntansi dalam pengambilan keputusan investasi pada saham IPO selama periode penelitian.

Perbedaan hasil penelitianpenelitian terdahulu mengenai factorfaktor yang berpengaruh terhadap initial return mendorong penulis untuk melakukan kembali penelitian mengenai faktorfactor yang

mempengaruhi initial return dan return 7 hari setelah IPO. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Benny (2006) dengan menambah variable reputasi underwriter, reputasi auditor, return on asset. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka judul penelitian ini adalah: Analisis Variabel Keuangan dan Variabel Non Keuangan terhadap Initial Return dan Return 7 Hari Setelah IPO (Studi Empiris : Di Perusahaan Non Keuangan yang Listing di BEI Periode 2005-2009).

B. Perumusan Masalah Dari latar belakang dan pembatasan masalah diatas dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh variable keuangan terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO? 2. Bagaimana pengaruh variable non keuangan terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO? 3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara variable keuangan dan non keuangan terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.1 Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisis pengaruh variable keuangan terhadap

return awal dan return 7 hari setelah IPO. b. Untuk menganalisis pengaruh variable non keuangan

terhadap return awal dan return 7 hari setelah IPO. c. Untuk menganalisis variabel yang paling berpengaruh

terhadap variable keuangan dan variable non keuangan terhadap return awal dan return 7 hari setelah IPO.

1.2 Manfaat penelitian a. Bagi Akademisi Secara teoritis berguna untuk perkembangan ilmu

pengetahuan dan menambah referensi kepustakaan tentang pengaruh variable keuangan dan variable non keuangan terhadap return awal dan return 7 hari setelah IPO pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Bagi Investor Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada investor, calon investor dan perusahaan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi variable keuangan dan variable non keuangan terhadap return awal dan return 7 hari setelah IPO sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan investasi. c. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan suatu media untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh selama ini, dengan demikian penulis dapat mengetahui perbedaan dan membandingkan antara teori yang telah dipelajari, bagaimana menerapkannya dan fakta yang terjadi di lapangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka a. Pengertian Initial Public Offering (IPO) IPO merupakan penawaran saham pertama kali yang dilakukan oleh perusahaan yang go public. Langkah pertama yang dilakukan sebelum go public adalah perusahaan mencari pihak yang akan memberikan pelayanan dalam penjualan sahamnya (underwriter). Underwriter berusaha untuk menjual saham perusahaan yang ditawarkan perdana pada saat harga yang terbaik (Dalton, 1993:42 dalam Didi suprianto, 2008:10). Penawaran Perdana (Initial Public Offering-IPO) adalah saham perusahaan yang pertama dijual pertama kali ke public oleh perusahaan yang tadinya berbentuk perseroan terbatas (Bodie, 2006:86) Penawaran umum atau sering pula disebut Go Public adalah kegiatan penawaran saham atau Efek lainnya yang dilakukan emitan (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya (Ridwan, dkk, 2010:476-477). Keputusan perusahaan untuk menjadi perusahaan publik (go public) merupakan suatu keputusan yang tidak tanpa perhitungan yang

matang karena dengan go public perusahaan dihadapkan pada beberapa konsekuensi langsung baik yang bersifat menguntungkan (benefits) maupun yang merugikan (loss). Tjipto Darmodji dan Hendy M. Fakhrudin (2006:7 dalam Titi Khairunisa, 2008:14) keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan melakukan penawaran umum saham adalah : 1). Dapat memperoleh dana yang relative besar dan diterima sekaligus (tidak dengan termin-termin). 2). Biaya go public relative murah. 3). Proses relative. 4). Pembagian dividen berdasarkan keuntungan. 5). Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen. 6). Perusahaan biasanya dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme. 7). Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi

kesenjangan social. 8). Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public merupakan media promosi secara gratis). 9). Memberikan kesempatan bagi koperasi dan karyawan perusahaan untuk membeli saham. Disamping keuntungan dari going public, beberapa kerugiannya adalah sebagai berikut :

10

1). Biaya laporan perusahaan akan meningkat karena jika sudah go public, setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan kepada regulator. Laporan ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil. 2). Beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya keberatan untuk memberikan semua informasi yang dimiliki karena dapat digunakan pesaing, sedangkan pemilik enggan memberikan informasi tentang saham yang dimilikinya karena public akan mengetahui berapa kekayaan yang dimiliki. 3). Manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak veto kecil akan khawatir jika perusahaan go public. Manajer perusahaan publik dengan hak veto yang rendah umumnya akan diganti dengan manajer baru jika perusahaan diambil alih. Perusahaan yang memutuskan untuk go public dan melemparkan saham

perdananya ke publik (IPO), isu yang muncul adalah tipe saham apa yang akan dilempar, berapa harga yang harus ditetapkan untuk selembar sahamnya, dan kapan waktunya yang paling tepat. Untuk go public, perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan penyiapan dokumentasi sesuai dengan persyaratan untuk go public atau penawaran umum, serta memenuhhi semua persyaratan yang ditetapkan BAPEPAM-LK. Ridwan, dkk, (2010:477) menyatakan bahwa penawaran umum mencakup kegiatan-kegaitan berikut :

11

Periode Pasar Perdana yaitu ketika efek ditawarka kepada

pemodal oleh Penjamin Emisi melalui para Agen Penjual yang ditunjuk. Penjatahan saham yaitu pengalokasian Efek pesanan para

pemodal sesuai dengan jumlah Efek yang tersedia. Pencatatan efek di Bursa, yaitu saat efek tersebut mulai

diperdagangkan di Bursa. Proses Penawaran Umum saham dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan berikut : 1. Tahap persiapan Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap yag paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum pemegang saham (RUPS) untuk memerima persetujuan para pemegang saham dalam rangka Penawaran Umum saham . setelah mendapat persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar yaitu :

Penjamin Emisi (Underwriter). Merupakan pihak yang

paling banyak keterlibatannya dalam membantu emiten dalam rangka penenrbitan saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi antara lain : menyiapkan berbagai dokumen, membantu

12

menyiapkan prospectus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan.

Akuntan

Publik

(Auditor

Independent).

Bertugas

melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten. Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap

perusahan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut.

Konsultan Hukum untuk memberikan pendapat dari segi

hukum (Legal Opinion). Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran

Dasar, akta perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat. 2. Tahap Pengajuan Penyertaan pendaftaran Pada tahap ini dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada BAPEPAM-LK hingga BAPEPAM-LK menyataka Pernyataan Pendaftaran menjadi Efektif. 3. Tahap Penawaran Saham Tahap ini merupakan tahapan utama karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa penawaran sekurang-kurangnya tiga hari

13

kerja. Perlu diingat pula bahwa tidak seluruh keinginan investor tepenuhi dalam tahapan ini. Jika investor tidak mendapatka saham pada pasar perdana, maka investor tersebut dapat membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham dicatatkan di Bursa Efek.
4.

Tahap pencatatan saham di Bursa Efek Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana,

selanjutnya saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Setelah Go Public, emiten mempunyai kewajiban untuk membuat laporan-laporan sebagai berikut : 1. Laporan berkala, antara lain : a. Laporan Keuangan Tahunan : Audited Disampaikan rangkap 6 (enam) Jangka waktu penyampaian, selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal laporan keuangan. b. Laporan Keuangan Tengah Tahunan : Disampaikan rangkap enam Jangka waktu penyampaian : -

Unaudited : 60 hari Limited Review : 90 hari Audited : 1220 hari Laporan penggunaan dana hasil emisi disampaikan

c.

setiap tiga bulan sekali (triwulan).

14

2. Laporan Kejadian Penting dan Relevan, yaitu kewajiban melaporkan setiap kejadia penting yang dapat mempengaruhi harga saham di Bursa, misalnya : akuisisi, pergantian direksi dan sebagainya.
3. Laporan penjualan saham lebih dari 5%, yaitu pemegang

saham yang menjual sahamnya lebih dari 5% dari jumlah saham yang tercatat wajib melaporkan kepada BAPEPAM. b. Underpricing dan Overpricing Underpricing adalah adanya selisih positif antara saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO. Selisih inilah yang dikenal sebagai initial return (IR) atau positif return bagi investor (Chastina Yolana dan Dwi Martani,2005). Kebalikan dari underpricing adalah overpricing, yaitu suatu kondisi di mana harga pasar saham yang baru ditawarkan secara rata rata cenderung lebih rendah dibandingkan dengan harga

penawarannya. Fenomena terjadinya underpricing dijumpai di hampir semua pasar modal yang ada di dunia (Gumanti, 2004 dalam Indah, 2006:31). Underpricing ini diukur dengan initial return yang diterima investor, yaitu selisih antara harga penutupan saham (closing price) pada hari pertama perdagangan di bursa dengan harga di pasar perdana di bagi dengan harga perdana (Apriliani Triana dan Nikmah, 2006 dalam Titi, 2008:35).

15

Rumusan yang digunakan adalah metode sederhana (mean adjusted model) : R0 = Pt1 Pto X 100% Pto Dimana : R0 = Return awal Pt0 = Harga penawaran perdana Pt1 = Harga penutupan (closing price) pada hari pertama perusahaan melakukan IPO di BEI. Penelitian Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) mengatakan bahwa telah terjadi underpricing di Indonesia sebesar 38%, hal yang sama ditemukan oleh Tatang Ary Gumanti (2007) bahwa terjadi underpricing di Indonesia sebesar 22,9%, angka ini lebih tinggi daripada yang dilaporkan oleh Gumanti (2000) yang menemukan rata-rata tingkat underpricing sebesar 9,47% untuk IPO tahun 1989 hingga 1997. Sheela Devi dan Nakiran Rajangam (2006) melakukan penelitian di Malaysia dengan sample 278 perusahaan IPO pada

periode 2000 hingga 2005 mengatakan bahwa terjadi underpricing sebesar 25.7%. c. Initial Return Initial return merupakan presentase antara selisih harga pasar atau harga penutupan hari pertama perdagangan atas harga penawaran.

16

Ahmad

Rodoni

(2003)

menggunakan

metodologi

yang

dihasilkan oleh Ritter (1991) dan Jelic et al. (1998) untuk seriap penawaran umum perdana, pengukuran ciri-ciri keuntungan awal sebagai berikut : 1. Keuntungan awal atau pada hari pertama,

diperkirakan dengan tiga cara berdasarkan studi Othman Young (1997). Pada umumnya studi terdahulu untuk mengukur

keuntungan perdana hanya berdaasarkan pada penawaran terhadap harga penutup, seperti ditunjukkan dalam studi Loughran et al. (1994) dan Ibbotson dan Ritter (1995). a. Harga penawaran terhadap harga pembukaan yang diartikan sebagai perubahan presentase dalam harga dari tanggal penawaran hingga pembukaan hari pertama diperdagangkan. b. Harga penawaran terhadap harga penutup yang diartikan sebagai perubahan presentase dalam harga dari tanggal penawaran hingga penutup hari pertama diperdagangkan. c. Harga pembukaan terhadap harga penutup yang diartikan sebagai perubahan presentase dalam harga dari tanggal pembukaan hari pertama diperdagangkan hingga penutup hari pertama diperdagangkan. 2. Keuntungan awal yang disesuaikan pasar atau

keuntungan hari pertama yang disesuaikan pasar, diartikan sebagai perubahan presentase dalam harga dari tanggal penawaran hingga

17

penutup hari pertama diperdagangkan dikurangi dengan perubahan indeks komposit pasar Bursa efek Jakarta pada masa itu, seperti berikut : IRi,t = {[(Pi,t Pi0) / Pi,0] - [(Ii,t Ii,0] / Ii,0]} x 100% Dimana : IRi,t adalah keuntungan awal disesuaikan indeks pasar pada perusahaan I untuk jangka waktu t. Pi,t adalah harga penutupan perusahaan i pada akhir tanggal pertama diperdagangkan . Pi,0 adalah harga penawaran perusahaan i pada tanggal pertama diperdagangkan. Ii,t adalah indeks pada akhir penutup hari pertama diperdagangkan. Ii,0 adalah indeks pada hari sebelumnya (penutup) pada masa penawaran. d. Current Ratio (CR) Current Ratio menunjukkan kemampuan suatu perusahaan unutk memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya yang harus segera dibayar dengan menggunakan utang lancar. CR ini dihitung dengan cara membagi aktiva lancar (Current Asset, CA) dengan utang lancar (Current Liabilitas, CL) (Moeljadi, 2007:48). Current Ratio merupakan salah satu rasio likuiditas, yaitu rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi Current Ratio

18

suatu perusahaan berarti semakin kecil resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Akibatnya resiko yang akan ditanggung pemegang saham juga semakin kecil (Ang, 1997 dalam Indah, 2006:33). Hasil penelitian yang dilakukan Tuasikal (2002) menyatakan bahwa informasi akuntansi dalam bentuk CR pada perusahaan menufaktur lebih dapat memprediksi return saham dibandingkan pada perusahaan non manufaktur, demikian pula dengan penelitian Mardiyah dan Indriantoro (1999) yang membuktikan bahwa variable CR berpengaruh signifikan terhadap perceived risk saham sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Cheng (2006) melihat bahwa variable CR berpengaruh segnifikan positif terhadap return saham yang dihasilkan setelah melakukan IPO. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Benny (2006) menemukan bahwa variebel Current Ratio berpengaruh terhadap return awal dan return 7 hari setelah IPO. e. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) menggambarkan kemampuan modal sendiri menjamin utang. Dengan kata lain, bagian dari utang yang dapat dijamin dengan menggunakan modal sendiri (Moeljadi, 2007:51). Semakin besar nilai DER menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap

19

ekuitas. Semakin besar DER mencerrminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya, para investor cenderung menghindari sahamsaham yang memiliki nilai DER yang tinggi (Ang,1997 dalam Benny, 2006:5). f. Rate of Return On Total Asset (ROA) ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Ang, 1997 dalam Indah, 2006:36). g. Return On Equity (ROE) Return On Equity menunjukkan kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham (earning available for common stock holders) (Moeljadi, 2007:53). Nilai ROE yang semakin tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya (Benny, 2006:6). Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) menyatakan bahwa ROE berpengaruh signifikan positif terhadap initial return. Dengan demikian diduga semakin besar nilai ROE maka semakin besar initial return dan return 7 hari setelah IPO. Hasil penelitian Benny (2006)

20

juga menyatakan bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. h. Total Assets Turnover (TATO) Total Assets Turnover menunjukkan kemapuan total aktiva untuk berputar selama satu tahun untuk menghasilkan penjualan yang dapat dihitung dengan cara membagi penjualan bersih dengan rata-rata total aktiva (Moeljadi, 2007:50). Benny (2006) menyatakan bahwa TATO berpengaruh signifikan terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Hal ini menunjukkan nilai TATO yang tinggi akan menarik investor untuk terus berinvestasi di perusahaan tersebut dan akan menaikkan nilai saham tersebut. Dengan demikian diduga semakin besar nilai TATO suatu perusahaan maka semakin besar initial return dan return 7 hari setelah IPO. i. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share menunjukkan jumlah pendapatan bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa yang dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar (Moeljadi, 2007:54).
Besarnya Earning Per Share (EPS) menggambarkan laba yang diperoleh perusahaan per lembar sahamnya. Semakin tinggi nilai EPS, maka investor akan semakin tertarik karena semakin tinggi EPS, maka semakin tinggi harga saham.

21

Penelitian yang dilakukan oleh Benny (2006) menyatakan bahwa EPS mempunyai pengaruh terhadap initial return. Hal yang sama dibuktikan oleh Sarma Uli Irawati (2009). j. Price to Book Value (PBV) PBV merupakan salah satu rasio pasar modal, yaitu rasio yang menunjukkan informasi penting suatu perusahaan yang diungkapkan dalam basis per saham. PBV ditunjukkan dalam perbandingan antara harga saham terhadap nilai bukunya dimana nilai buku dihitung sebagai hasil bagi dari ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, sehingga semakin tinggi rasio PBV menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham (Ang, 1997 dalam Indah,2006:38). k. Ukuran Perusahaan Aktiva merupakan tolak ukur besaran atau skala suatu perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (centainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu. Semakin rendahnya ukuran perusahaan berskala besar

22

maka akan kemungkinan return yang akan diterima investor akan semakin rendah karena adanya ketidakpastian yang terjadi di masa depan (Benny, 2006). Skala perusahaan terbukti mendukung teori uncertainty of company value yaitu ketidakpastian nilai perusahaan dimasa mendatang akan membuat investor ragu-ragu menginvestasikan uangnya di saham emiten. Ketika investor membaca prospectus, menganalisa skala perusahaan atau total aktivanya dan menilai bahwa total aktiva dapat dipergunakan untuk menambah penghasilan emiten dan mampu menutupi kewajibannya, maka risiko ketidakpastian dimasa mendatang dapat diperkecil (Chastina Yolana dan Dwi Martani, 2005). Dari hasil penelitian Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi initial return. Hal yang sama dibuktikan oleh Benny (2006) dalam penelitiannya bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Sarma Uli Irawati (2009) melakukan penelitian terhadap 42 sampel perusahaan IPO dari tahun 2002 hingga 2008 yang menghasilkan kesimpulan yang mendukung penelitian sebelumnya yaitu ukuran perusahaan berpengaruh terhadap initial return. l. Umur Perusahaan

23

Umur perusahaan diukur dengan jumlah tahun perusahaan melibatkan diri dalam perdagangan sebelum melakukan penawaran umum. Umur perusahaan dinyatakan sebagi wakil untuk risiko Penawaran Umum Perdana perusahaan (Ahmad Rodoni, 2003). Umur perusahaan emiten menunjukkan seberapa lama

perusahaan mampu bertahan dan menjadi bukti perusahaan mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Perusahaan yang lebih tua dan matang dapat dipersepsikan sebagai sudah tahan uji sehingga kadar risikonya rendah dan hal ini dapat menarik investor karena diyakini perusahaan yang sudah lama berdiri dapat dikatakan lebih berpengalaman dalam menghasilkan return bagi perusahaan yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya return yang diterima oleh investor (Benny, 2006). m. Prosentase Penawaran Saham Prosentase penawaran saham dapat digunakan sebagai proxy terhadap factor ketidakpastian return saham yang akan diterima oleh investor dan calon investor. Semakin besar prosentase saham yang ditahan perusahaan maka semakin besar pula tingkat underpriced yang mengakibatkan semakin besarnya tingkat ketidakpastian harga saham di masa akan datang (Carter et al., 1998 dalam Benny, 2006). Dalam rangka pengambilan keputusan investasi, calon investor memerlukan

24

banyak informasi guna mempertimbangkan membeli atau tidak membeli saham yang ditawarkan perusahaan emiten. Perusahaan dengan skala yang besar dan tingkat pertumbuhan yang tinggi diharapkan akan memberikan tingkat keuntungan yang tinggi maka akan menawarkan saham dengan nilai besar. Demikian pula sebaliknya, perusahaan kecil yang baru berdiri dengan tingkat pertumbuhan usaha yang relatif kecil, maka akan menawarkan saham dengan nilai kecil. Dengan demikian semakin besar prosentase penawaran saham maka semakin besar pengharapan para investor untuk menerima return (Chisty et al., 1996 dalam Benny, 2006). Hal ini berarti kemungkinan return yang akan diterima oleh para investor juga semakin tinggi. n. Reputasi Auditor Menurut pasal 64 UU No. 8 tahun 1995, auditor berfungsi untuk memberikan pendapat atas kewajiban laporan keuangan emiten atau calon emiten dan bertanggung jawab atas kewajiban keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta peraturan BAPEPAM. Persyaratan yang diharuskan oleh BEJ untuk dipenuhi oleh perusahaan yang akan melakukan proses go public adalah laporan keuangan perusahaan calon emiten harus wajar tanpa syarat. Oleh karena itu auditor sebagai pemeriksa laporan keuangan mempunyai peran yang sangat besar bagi perusahaan calon emiten untuk

25

menentukan bisa atau tidaknya listing di pasar modal. Dengan menyewa auditor yang memiliki reputasi tinggi, maka akan memberikan harga penawaran yang paling tinggi. bila harga penawaran tinggi maka tingkat underpricing emiten akan semakin rendah Christian Aditya Umbara, 2008:26-27). o. Reputasi Underwriter Underwriter adalah perusahaan yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten, dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang terjual. Peran dari underwriter adalah dalam mengurangi ketidakpastian. Dalam melakukan penawaran saham perdana, untuk mengurangi risiko yang akan dihadapi, maka emiten akan meminta underwriter untuk menjamin penjualan saham tersebut. Adanya fungsi penjaminan saham tersebut berarti underwriter mempunyai peranan kunci bagi kesuksesan emisi surat berharga suatu perusahaan. Ditinjau dari tanggung jawab underwriter sebagai penjamin emisi, terdapat empat tipe penjaminan, yaitu : a. Full Commitment Underwriter sebagai penjamin dengan tipe full commitment ini memberikan jaminan kepada emiten, bahwa penjamin emisi akan membeli surat berharga yang ditawarkan dan kemudian menjualnya kembali kepada masyarakat dengan harga yang lebih tinggi daripada harga yang dibayarkan kepada emiten dengan

26

risiko jika sebagian atau seluruh efek tersebut tidak laku terjual maka seluruhnya menjadi beban penjamin emisi. b. Best Effort Underwriter sebagai penjamin dengan tipe best effort ini menempatkan para penjamin emisi hanya berperan sebagai agen dari emiten saja, yaitu dengan menjualkan emisi surat berharga sebaikbaiknya. Penjamin emisi tipe ini hanya akan membayar sebesar harga efek yang laku terjual. c. Standby Commitment Underwriter sebagai penjamin emisi dengan tipe standby commitment ini bertanggungjawab untuk menawarkan dan menjual suatu emisi surat berharga dan menyanggupi untuk membeli sisa efek yang tidak laku terjual dengan tingkat harga tertentu sesuai dengan syarat yang dijanjikan. d. All or None Commitment Underwriter sebagai penjamin emisi dengan tipe all or none commitment ini, sebelum menjual efek, sudah memiliki dan membeli efek tersebut sehingga mereka dapat menjual dengan harga tertentu. Pada umumnya underwriter mempunyai tiga fungsi (Jogiyanto, 2000 dalam Christian Aditya Umbara, 2008:24-26) yaitu: 1. Sebagai pemberi saran kepada perusahaan yang akan melakukan go public (advisory function).

27

2. Sebagai penjamin penjualan saham perdana dan bersedia membeli sisa sekuritas yang tidak terjual (underwriting function). 3. Sebagai pemasar saham kepada investor (marketing function). Namun dalam prakteknya tidak semua underwriter bersedia memberikan jaminan full commitment (menjamin semua saham akan terjual), tetapi biasanya hanya berani memberikan jaminan best effort (berusaha sebaik mungkin) untuk menjual saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Dengan adanya reputasi underwriter akan mampu menaikan harga saham dan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat sekaligus kualitas perusahaan yang IPO. Reputasi underwriter akan dapat menyakinkan emiten bahwa saham yang ditawarkan akan laku terjual, karena underwriter akan mengalami kerugian bila saham yang ditawarkan tidak laku dijual. Reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap tinggi rendahnya tingkat underpriced, karena pihak underwriter sangat berperan dalam penentuan harga saham dipasar perdana dan underwriter yang lebih tahu keadaan pasar. Semakin tinggi reputasi underwriter maka tingkat underpricing akan semakin rendah. B. Penelitian Terdahulu Studi yang dilakukan oleh Ahmad Rodoni (2003) dengan menggunakan 233 IPO di Jakarta dari Januari 1990 hingga Desember 1998 dengan tujuan untuk menguji prestasi awal bagi Penawaran Umum

28

Perdana (PUP) di Bursa Efek Jakarta, dan menguji hubungan prestasi awal dengan faktor-faktor yang mungkin dapat menjelaskannya, yaitu:a) ukuran perusahaan, yaitu dengan menggunakan modal yang disetor, b) prestige underwriter, c) usia perusahaan yang diukur dengan jumlah tahun perusahaan melibatkan diri dalam perdagangan sebelum melakukan penawaran umum, d) presentase pembagian saham yang dimiliki oleh umum, e) harga penawaran, f) rasio saat ini (CR), g) rasio hutang terhadap ekuiti (DER) dan h) margin untung bersih (NPM). Hasil penelitian ini menemukan:Variabel prestige underwriter, harga penawaran dan informasi akuntansi perusahaan sering mempengaruhi prestasi awal. Sheela Devi dan Nakiran Rajangam (2006) melakukan studi terhadap 278 IPO di Malaysia dari tahun 2000 hingga 2005 mengatakan bahwa terjadi underpricing sebesar 25.7%. Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) melakukan studi terhadap 131 perusahaan IPO dari tahun 1994 hingga 2001 dengan tujuan menguji variabel-variabel bebas yang diduga mempengaruhi underpricing, yang berupa informasi keuangan dan non keuangan yaitu skala perusahaan (total aktiva), profitabilitas (ROE), kurs, reputasi penjamin emisi, jenis industry (industry barang konsumen). Hasilnya menemukan bahwa variable reputasi penjamin emisi, rata-rata kurs, skala perusahaan, ROE, jenis industry barang konsumen secara bersama-sama mempengaruhi tingkat underpricing sebesar 28.15%. Artinya 28.15% fenomena underpricing dapat dijelaskan oleh variable bebas dalam model

29

ini,sedangkan sisanya 71.85% dijelaskan oleh variable lain diluar variable bebas dalam model ini. Benny (2006) melakukan penelitian juga terhadap pengaruh variable keuangan dan non keuangan terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Penelitian ini mencoba untuk mereplikasi dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan informasi keuangan, yaitu rasio likuiditas (Current Ratio), rasio leverage (Debt to Equity Ratio), rasio profitabilitas (Return On Equity), rasio aktivitas (Total asset turn over), rasio pasar modal (Earning Per Share), informasi non keuangan yang berupa ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan prosentase penawaran saham sebagai variable independent yang diduga mempengaruhi variable dependen yang berupa initial return dan return 7 hari setelah IPO. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa variable TATO berpengaruh signifikan positif terhadap return saham dipasar sekunder pada waktu krisis, variable prosentase penawaran saham berpengaruh signifikan terhadap return 7 hari setelah IPO, Dari hasil regresi return 7 hari setelah IPO diketahui bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0.287. Nilai dalam model ini cukup rendah, yang menunjukkan bahwa masih terdapat variabel-variabel independent lain yang mempengaruhi return 7 hari setelah IPO yang tidak dicakup dalam model ini. Dengan kata lain variable CR, DER, ROE, TATO, EPS, Age, Size, dan PPS hanya dapat

mempengaruhi IR sebesar 28,7% sedangkan sisanya dipengaruhi variable variable lain diluar model ini.

30

Sarma Uli Irawati (2009) melakukan penelitian terhadap 42 perusahaan IPO dari tahun 2002 hingga 2008 dengan tujuan memperoleh
bukti empiris mengenai faktor-faktor informasi akuntansi dan non akuntansi yang diperkirakan mempengaruhi Initial Return pada saat Initial Public Offering (IPO), baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2002-2008. Pada penelitian ini variabel informasi akuntansi yang diteliti yaitu Size, ROI, EPS, financial leverage sedangkan variabel informasi non akuntansi meliputi reputasi auditor, reputasi underwriter dan jenis industri. Hasilnya menemukan bahwa secara parsial yang dilakukan terhadap 42 sampel perusahaan hanya variabel Size, ROI, EPS, financial leverage saja yang berpengaruh signifikan terhadap initial return pada penawaran saham IPO di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2002 sampai dengan 2008. Hal ini berarti hanya variabel informasi akuntansi saja yang terbukti berpengaruh terhadap initial return. Sehingga dapat disimpulkan bahwa investor di Bursa Efek Indonesia lebih memperhatikan informasi akuntansi dibandingkan informasi non akuntansi dalam pengambilan keputusan investasi pada saham IPO selama periode penelitian. Secara simultan sepanjang periode penelitian diketahui bahwa variabel Size, ROI, EPS, financial leverage, reputasi auditor, reputasi underwriter dan jenis industri berpengaruh signifikan terhadap initial return yang terjadi di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2002 sampai dengan 2008. Dari hasil regresi diperoleh Adjusted R Square sebesar 0,588. Artinya, 58,8% initial return dapat dijelaskan oleh variabel informasi akuntansi dan non

31

akuntansi dalam penelitian ini, sedangkan sisanya sebesar 42,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis Data Perusahaan Yang IPO di BEI

Laporan Keuangan

Variabel Keuangan

Variabel Non Keuangan

Uji Normalitas

Uji Asumsi Klasik : - Multikolinearitas - Uji Autokolerasi - Uji Heteroskedastisitas Uji Signifikansi : - Uji t - Uji F Regresi Ordinary Least Square

Intreprestasi

32

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

D. Pengembangan Hipotesis Hipotesis didefinisikan sebagi pernyataan atau dugaan sementara mengenai satu atau lebih populasi. Perumusan hipotesis dibagi dalam dua bentuk, yaitu Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha). 1) Ho : b1 = 0, Current Ratio berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Ha : b1 = 0, Current Ratio berpengaruh negative terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. 2) Ho : b1 = 0, Debt Equity to Ratio berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Ha : b1 = 0, Debt Equity to Ratio berpengaruh negative terhadap initial return. 3) Ho : b1 = 0, Return On Equity berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Ha : b1 = 0, Return On Equity berpengaruh positif terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. 4) Ho : b1 = 0, Return On Asset berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO.

33

Ha : b1 = 0, Return On Asset berpengaruh negatif terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. 5) Ho : b1 = 0, Total Assets Turn Over berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Ha : b1 = 0, Total Assets Turn Over berpengaruh negatif terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. 6) Ho : b1 = 0, Earning Per Share berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Ha : b1 = 0, Earning Per Share berpengaruh signifikan positif terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. 7) Ho : b1 = 0, Price to Book Value berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Ha : b1 = 0, Price to Book Value berpengaruh negatif terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. 8) Ho : b1 = 0, Umur Perusahaan berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Ha : b1 = 0, Umur Perusahaan berpengaruh negatif terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. 9) Ho : b1 = 0, Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Ha : b1 = 0, Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO.

34

10) Ho : b1 = 0, Prosentase Penawaran Saham berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Ha : b1 = 0, Prosentase Penawaran saham berpengaruh positif terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. 11) Ho : b1 = 0, Reputasi Auditor berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Ha : b1 = 0, Reputasi auditor mempunyai pengaruh positif terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. 12) Ho : b1 = 0, Reputasi Underwriter berpengaruh terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Ha : b1 = 0, Reputasi Underwriter mempunyai pengaruh positif

terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO.

35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data rasio keuangan (Current Ratio, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Total Assets Turn Over, Price to Book Value, Earning Per Share), Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Prosentase Penawaran Saham, Reputasi Auditor, Reputasi Underwriter serta harga saham perusahaan tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009. Data-data tersebut akan diperoleh dari http//www.jsx.co.id, dan ICMD. Data-data kuantitatif yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : a. Daftar perusahaan emiten yang melakukan IPO pada periode 2005 hingga 2009. b. Daftar harga saham perdana dan harga saham hari pertama sampai dengan hari ketujuh di pasar sekunder yang diperoleh dari http//yahoofinance.com. c. Data rasio-rasio keuangan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor, reputasi underwriter dan prosentase penawaran saham

36

dari setiap perusahaan emiten yang diperoleh dari http//www.jsx.co.id dan ICMD. d. Literatur-literatur yang membahas topik-topik yang relevan dengan masalah yang di teliti. B. Populasi dan Sample Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2005 hingga 2009. Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti dan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel adalah : 1. Perusahaan non keuangan yang baru listing di BEJ dari tahun 2005 hingga 2009. 2. Perusahaan harus sudah listing pada awal periode pengamatan dan tidak delisting sampai dengan akhir periode pengamatan. 3. Perusahaan yang mengalami underpriced pada saat hari pertama di pasar sekunder. Di bawah ini beberapa sampel perusahaan yang telah sesuai dengan criteria yang telah ditentukan dari tahun 2005 hingga 2009 : No 1 2 3 Kode MASA APOL PEGE Nama Perusahaan Multistrada Arah Sarana Tbk Arpeni Pratama Ocean Line Tbk Panca Global Securities Tbk 37 Tanggal IPO 9-Jun-05 22-Jun-05 24-Jun-05

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44

RELI EXCL MICE AMAG BTEL MAIN RAJA RUIS TOTL IATA TRUB CPRO FREN BISI WEHA BKDP SGRO MNCN PKPK LCGP DEWA GPRA WIKA ACES CTRP PTSN JSMR JKON CSAP ASRI ITMG DGIK COWL BAPA TRIL ELSA YPAS KOIN GZCO TPIA BSDE

Reliance Securities Tbk Excelcomindo Pratama Tbk Multi Indocitra Tbk Asuransi Multi Artha Guna Tbk Bakrie Telecom Tbk Malindo Feedmill Tbk Rukun Raharja Tbk Radiant Utama Interinsco Tbk Total Bangun Persada Tbk Indonesia Air Transport Tbk Truba Alam Manunggal Engineering Tbk Central Proteinaprima Tbk Mobile-8 Telecom Tbk Bisi International Tbk Panorama Transportasi Tbk Bukit Darmo Property Tbk Sampoerna Agro Tbk Media Nusantara Citra Tbk Perdana Karya Perkasa Tbk Laguna Cipta Griya Tbk Darma Henwa Tbk Perdana Gapuraprima Tbk Wijaya Karya (Persero) Tbk Ace Hardware Indonesia Tbk Ciputra Property Tbk Sat Nusapersada Tbk Jasa Marga (Persero) Tbk Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk Catur Sentosa Adiprana Tbk Alam Sutera Realty Tbk Indo Tambangraya Megah Tbk Duta Graha Indah Tbk Cowell Development Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk Triwira Insanlestari Tbk Elnusa Tbk Yanaprima Hastapersada Tbk Kokoh Inti Arebama Tbk Gozco Plantations Tbk Tri Polyta Indonesia Tbk Bumi Serpong Damai Tbk

13-Jul-05 29-Sep-05 21-Dec-05 23-Dec-05 3-Feb-06 10-Feb-06 19-Apr-06 12-Jul-06 25-Jul-06 13-Sep-06 6-Oct-06 28-Nov-06 29-Nov-06 28-May-07 31-May-07 15-Jun-07 18-Jun-07 22-Jun-07 11-Jul-07 13-Jul-07 26-Sep-07 10-Oct-07 29-Oct-07 6-Nov-07 7-Nov-07 8-Nov-07 12-Nov-07 4-Dec-07 12-Dec-07 18-Dec-07 18-Dec-07 19-Dec-07 19-Dec-07 14-Jan-08 28-Jan-08 6-Feb-08 5-Mar-08 9-Apr-08 15-May-08 26-May-08 6-Jun-08

38

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63

INDY Indika Energy Tbk PDES Destinasi Tirta Nusantara Tbk KBRI Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk ADRO Adaro Energy Tbk HOME Hotel Mandarine Regency Tbk BYAN Bayan Resources Tbk RAM Trada Maritime Tbk SIAP Sekawan Intipratama Tbk AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk TRIO Trikomsel Oke Tbk INVS Inovisi Infracom Tbk GTBO Garda Tujuh Buana Tbk MKPI Metropolitan Kentjana Tbk RINA Katarina Utama Tbk BWPT BW Plantation Tbk DSSA Dian Swastatika Sentosa Tbk BCIP Bumi Citra Permai Tbk NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk Sumber:JSX Statistics

11-Jun-08 8-Jul-08 11-Jul-08 16-Jul-08 17-Jul-08 12-Aug-08 10-Sep-08 17-Oct-08 5-Jan-09 14-Apr-09 3-Jul-09 9-Jul-09 10-Jul-09 14-Jul-09 27-Oct-09 10-Dec-09 11-Dec-09 14-Dec-09 23-Dec-09

C. Metode Analisis Data Pada metode analisis data, penulis menggunakan alat analisis statistik dan analisis ekonometrika dengan menggunakan model regresi berganda dengan memakai alat estimasi OLS. Untuk memenuhi hasil estimasi terbaik maka harus dilakukan uji hipotesis yang terdiri dari uji statistik yang terdiri dari uji T, uji F, uji R2 dan uji ekonometrika yang terdiri dari uji Multikolinieritas, Heteroskedastisitas, dan Autokorelasi. Dua alat analisis ini tidak bisa dipisahkan karena saling meguatkan dan melengkapi. Jika hanya menggunakan uji statistic saja tanpa menggunakan uji ekonometri hasil dari analisis ini kurang valid. Analisis kuantitatif ini digunakan untuk menganalisa data keuangan. 1. OLS (Ordinary Least Squares)

39

Untuk mendapatkan garis regresi baik. Maka kita harus mencari nilai prediksi yang sedekat mungkin dengan data aktualnya, maka peneliti menggunakan alat analisisi estimasi OLS (Ordinary Least Squares) yang menghasilkan nilai residual (perbedaan nilai aktuak dengan nilai prediksi) terkecil. Penggunaan model OLS ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya nilai residual sebesar nol. Maka penulis membuat sebuah model persamaan. Persamaan model yang dimaksud adalah : Y = f ( CR, ROE, ROA, PBV, EPS, SIZE, AGE, PPS, RA, RU) Dimana : Y = IR, R7hr IR = Initial Return R7hr = Return 7 hari setelah IPO CR = Current Ratio DER = Debt to Equity Ratio ROA = Return On Assets ROE = Return On Equity TATO = Total Assets Turn Over PBV = Price to Book Value SIZE = Ukuran Perusahaan AGE = Umur Perusahaan PPS = Prosentase Penawaran Saham RA = Reputasi Auditor

40

RU = Reputasi Underwriter e = Error Term 2. Pengujian Statistik a. Uji t Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dengan menganggap variabelvariabel lain konstan. Uji t merupakan prosedur yang mana hasil sampelnya dapat digunakan untuk verivikasi kebenaran atau kesalahan hipotesis (nol) Ho. Keputusan menerima dan menolak Ho dibuat berdasrkan nilai uji statistic yang diperoleh dari dan berdasarkan hiptesis yang menyatakan arah hubungan variabel dependen dengan independen positif. Maka penulisan

menggunakan uji hipotesis satu sisi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :


1. Menetukan hipotesis

Uji t ini ada pengaruhnya sebagai berikut : Ho : b1 < ( tidak ada pengaruh yang signifikan dari variable independen terhadap variabel dependen ). Hi : b1 > 0 (ada pengaruh positif signifikan dari variable independen terhadap variabel dependen).
2. Mencari nilai t kritis dengan pengujian satu sisi Degri of

freedom (df) = n k, dimana n jumlah obserfasi dan k jumlah

41

variabel, baik dependen maupun independen. Taraf signifikansi (a) yang digunakan adalah 5 %.
3. Mencari nilai t hitung untuk menguji regresi yang

mempunyai lebih dari satu variabel independen dengan rumus : t = B1 - *1 Se (1) Dimana : *1 = merupakan nilai pada hipotesis nol B1 = variabel independen Se (1) = standar eror B1
4. Menentukan kriteria pengujian dilakukan dengan cara

membandingkan nilai t hitung untuk masing-masing estimator dengan nilai t kritisnya dari tabel. Keputusan menolak dan menerima Ho sebagai berikut : i. Jika nilai t hitung > t kritis maka Ho ditolak atau menerima Ha berarti ada hubungan yang signifikan atau variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen secara statistik. ii. Jika nilai t hiting < t kritis maka, Ho diterima dan Ha ditolak. Berarti tidak ada hubungan signifikan atau variable independen tidak mampu mempengaruhi variabel dependen secara statistik.
5.

Pengambilan Keputusan

42

Pengambilan keputusan didasarkan atas penerima atau penolak Ho dengan cara membandingkan t hitung yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan kriteria pengujian apabila nilai t hitung berada di daerah penerimaan Ho berarti Ho diterima, begitu juga sebaliknya bila t hitung berada di daerah penolakan Ho. Berdasarkan perbandingan tersebut maka keputusan dapat diambil. b. Uji F Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak secara individu seperti yang dilakukan dalam uji t. Dalam penelitian ini uji F dilakukan untuk menguji hipotesis, yaitu bagaimana pengaruh CR, ROA, ROE, TATO, PBV, EPS, SIZE, AGE, PPS, RA, RU secara bersama-sam terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO. Langkah-langkah untuk menguji ini adalah :
1.

Menentukan hipotesis uji F ini ada pengaruhnya

sebagai berikut : Ho : B1 = B2 = B3 = B4 = B5 = B6 = B7 = B8 = B9 = B10 = B11 = B12 = 0 (tidak ada pengaruh antara variable independen terhadap variabel dependen secara simultan). Ho : B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 = 0 (ada pengaruh antara variable independen terhadap variabel dependen secara simultan).

43

2.

Mencari nilai F kritis dengan pengujian satu sisi.

Degri of freedom (df) = n k, diamana n jumlah obserfasi dan k jumlah variabel, baik dependen maupun independen. Taraf signifikasi (a) yang digunakan adalah 5 %.
3.

Mencari F statistik dengan rumus yang dipakai

adalah : F = R2 / (k-1) 1-R2 / (n-k) Dimana : R = Koefisien korelasi ganda (Determinan) K = Jumlah fariabel independen N = Jumlah anggota sampel
4.

Menentukan kriteria pengujian :

Bila F statistik > F kritis (Tabel), berarti Ho ditolak Hi diterima ini berarti variabel-variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen secara simultan. Bila F statistik < F Kritis (Tabel), berarti Ho diterima dan Hi ditolak ini berarti variabel-variabel independen tidak mampu simultan.
5.

mempengaruhi

variabel

dependen

secara

Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan penolakan didasarkan Ho dengan pada cara

penerimaan

atau

44

membandingkan F statistik yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan kriteria pengujian. Apabila nilai F statistik berada di daerah penerimaan Ho berarti Ho diterima, begitu sebaliknya bila F statistik berada di daerah penolakan Ho maka Ho ditolak.Berdasarkan kriteria pengujian tersebut maka keputusan dapat diambil. c. Koefisien determinasi(R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Koefisien dapat diperoleh dengan rumus : R2 = B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + B5X5 + B6X + B7X7 + B8X8 + B9X9 + B10X10 + B11X11 + B12X12 Y2 Dimana : R2 = Koefisien Determinan Y = Variabel dependen B1, b2 = Koevisien regresi X1, X2 = Variabel independen Ciri-ciri R2 : 1. R2 merupakan besaran non negatif, karena berdasarkan formulasi persaman R2 tidak mungkin negatif.

45

2. Nilai R2 terletak antara 0 < R2 < 1. satu nilai R2 sebesar 1 berarti satu kesesuaian sempurna. Sedangkan nilai R2 yang berarti nol sama artinya dengan tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. 3. Pengujian Ekonometri Jika dua atau lebih variabel dalam suatu persamaan regresi memiliki hubungan atau salaing keterkaitan, maka kita masih bisa menggunakan metode OLS untuk mendapatkan estimator yang tidak bias, linier dan mempunyai varian yang minimum atau best liniar unbiased estimators (BLUE). Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengtahui bagaiman jika terjadi hubungan antara variabel independen di dalam suatu model regresi, dan jika tidak terjadi hubungan. Ada dua asumsi penting tentang perbedaan nilai aktual dan nilai prediksi atau biasa disebut residual yang akan mempengaruhi sifat dan estimator yang BLUE. Pertamam, varian dari residual adalah tetap atau konstan (Homoskedastisitas). Kedua, tidak adanya korelasi atau hubungan antara residual atau observasi dengan residual observasi lain atau tidak ada masalah (Autokorelasi). Jika residual tidak memenuhi kedua asumsi tersebut, maka estimator yang kita dapatkan dalam metode OLS tidak lagi mengandung sifat BLUE. a. Multikolinieritas

46

Adanya hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam satu regresi disebut multikolinieritas. Hal yang paling sering dipertanyakan adalah bagaimana caranya untuk mendeteksi apakah persamaan tersebut mengandung multikolinieritas?. Dengan menggunakan uji deteksi klien antara variabel independen kita dapat mengatakan apakah suatu model mengandung multikolinieritas dengan asumsi : Apakah korelasi antara dua variabel bebas lebih tinggi disbanding korelasi regresi utama. b. Heteroskedastisitas Gejala heteroskedastisitas lebih sering muncul pada data silang tempat cross section daripada runtut waktu atau time series. Hal ini terjadi karena ketika menganalisisi perilaku data yang sama dari waktu ke waktu fluktuasinya akan relatif stabil.26 Akibat dari adanya heteroskedastisitas, estimator OLS tidak menghasilkan estimator BLUE namun hanya Linier Unbised Estimator atau LUE. Maka konsekuensinya : - jika varian tidak minimum maka menyebabkan perhitungan setandart error metode OLS tidak lagi bisa dipercaya kebenaranya. - dan juga uji hipotesis yang didasarkan pada distribusi t maupun F tidak lagi bisa dipercaya unutuk mengevaluasi hasil regresi.

47

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas maka peneliti melakukan pengujian dengan metode white karena metode white tidak memerlukan asumsi asumsi tentang adanya normalitas pada residual. c. Autokorelasi Salah satu asumsi OLS yang berkaitan dengan varian residual adalah tidak adanya korelasi antara residual satu dengan yang lainya atau sering dikenal dengan Autokorelasi. Masalah autokorelasi lebih sering muncul pada data runtun waktu atau time series. Hal ini disebabkan karena gangguan pada suatu kelompok atau individu cenderung mempengaruhi gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, maka penulis akan menggunakan metode bruesch Godfrey dengan menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM).

D. Operasional Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Independen a. Current Ratio

48

Diukur dengan cara membagi aktiva lancar dengan hutang hutang lancar. CR = Aktiva Lancar Hutang lancar Nilai Current Ratio yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga akan mengurangi tingkat underpricing, akibatnya return yang akan diterima investor juga semakin kecil. b. Debt to Equity Ratio Diukur dengan membagi total hutang dengan total ekuitas. DER = Total Hutang Total Ekuitas Semakin besar DER mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut masih membutuhkan modal pinjaman untuk membiayai operasional perusahaan.

c. Return On Equity Diukur dengan membagi laba bersih dengan modal saham. ROE = Laba Bersih Modal Saham

49

d. Return On Asset Diukur dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan total assets. ROA = Laba bersih setelah Pajak Total Assets Nilai ROA yang semakin tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. e. Total Asset Turn Over Diukur dengan membagi penjualan dengan total aktiva. TATO = Penjualan Total Aktiva Nilai TATO yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian bagi investor dan akan menurunkan tingkat underpricing, sehingga kemungkinan investor mendapatkan return akan semakin rendah.

f. Earning Per Share Diukur dengan membagi laba bersih yang dikurangi dividen saham biasa dan saham preferen dibagi dengan jumlah saham yang beredar. EPS = Laba Bersih-dividen saham biasa dan saham preferen

50

Jumlah saham yang beredar Para investor akan tertarik pada EPS yang besar, karena EPS merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan, semakin tinggi nilainya maka semakin tinggi harga saham yang ditawarkan begitu juga dengan return yang didapat. g. Ukuran Perusahaan Diukur dengan total aktiva perusahaan saat IPO. Tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar pada umumnya rendah karena dengan skala yang tinggi perusahaan cenderung tidak dipengaruhi pasar, sebaliknya dapat mewarnai dan mempengaruhi keadaan pasar secara keseluruhan. Keadaan ini dapat dinyatakan sebagai kecilnya tingkat resiko investasi perusahaan berskala besar dalam jangka panjang. h. Umur Perusahaan Diukur berdasarkan waktu perusahaan mulai didirikan sesuai akte sampai perusahaan melakukan IPO dihitung dengan skala tahunan. Perusahaan yang beroperasi lebih lama mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menyediakan informasi perusahaaan yang lebih banyak dan luas dari pada perusahaan yang baru berdiri. i. Reputasi Auditor

51

Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Variabel ini ditentukan dengan skala 1 untuk auditor yang prestigious dan 0 untuk auditor yang non-prestigious. Pengukuran auditor dapat dilihat dari seberapa banyak auditor mengaudit di pasar modal terhadap perusahaan yang go public selama periode sample. Data nama auditor yang digunakan perusahaan sampel di rekap dan di cari median-nya yang paling sering digunakan oleh perusahaan. Kantor akuntan publik yang berada diatas 3 berarti mempunyai tingkat prestisius tinggi dan yang berada dibawah 3 berarti mempunyai tingkat prestisius yang rendah. j. Reputasi Underwriter Pengukuran variabel ini dengan menggunakan dummy variable, yaitu apabila underwriter yang digunakan oleh emiten termasuk dalam reputasi yang tinggi maka akan mendapat nilai 1 dan underwriter dengan reputasi rendah mendapat nilai 0. penentuan rangking dilakukan dengan merekap data

underwriter pada perusahaan sampel. Data hasil rekap dicari mediannya, underwriter yang berada diatas 3 berarti

mempunyai tingkat prestisius tinggi dan yang berada dibawah median 3 berarti mempunyai tingkat prestisius yang rendah. k. Prosentase Penawaran Saham

52

Diukur dengan prosentase penawaran saham yang ditawarkan kepada public ketika perusahaan melakukan IPO. Prosentase saham yang ditawarkan kepada public ketika perusahaan melakukan IPO. Menunjukkan porsi kepemilikan saham yang akan dikuasai oleh publik. Bila perusahaan menawarkan saham, maka informasi mengenai jumlah saham yang akan ditawarkan juga perlu diketahui oleh calon investor, karena jumlah saham yang ditawarkan kepada masyarakat menunjukkan berapa besar bagian dari modal disetor yang akan dimiliki public. 2. Variabel Dependen a.Initial Return Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. b. Return 7 hari setelah IPO Diukur dengan menggunakan mean dari nilai return selama 7 hari setelah IPO. Return 7 hari setelah IPO dipengaruhi oleh return awal dan return beberapa hari setelah IPO. DAFTAR PUSTAKA

Bodie, Kane, dan Marcus. 2006. Investments. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

53

Fabozzi Frank J. 1999. Manajemen Investasi. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat. Halim, Abdul. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis. Graha Ilmu. Jogjakarta. Husnan Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Husnan, Suad; Pudjiastuti, Enny. 2004.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Ke-Empat. Yogyakarta. UPP AMP YKPN. Husnan Suad & Hermanto Suwardi B. 1998. CAPM & Strategi Portofolio, Kajian Kondisi Pasar di BEJ 1997. Jakarta: 1998. Indah, Rani 2006. Analisis Pengaruh Informasi Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Initial Return dan Return 7 Hari setelah IPO di Bursa Efek Jakarta, Semarang. Tesis Universitas Diponegoro Semarang, 2006. Irawati, Uli Sarma, 2009, Analisis Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial return Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia, Depok, Universitas Gunadarma. Kairunnisa, Titi. 2008. Pengaruh Ownership Retention, Underpring, Investment, dan Firm size terhadap Nilai Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. Skripsi Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008. Kurniawan, Benny, 2006, Analisis Variable Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Initial Retun dan Return 7 Hari Setelah IPO.

54

Martani, Dwi, Yolana Chastina, 2005, Variable-variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di BEJ Tahun 1994-2001, SNA VIII. Moeljadi, 2007, Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Jilid 1, Malang, Bayu Media Publishing. Rodoni, Ahmad, 2003, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Awal Paada Penawaran Saham Perdana, Jakarta:Etikonomi FEIS Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Rodoni, Ahmad dan Hamid, Abdul, 2010, Analisis Investasi dan Manajemen Resiko, Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Rumyanih. 2009. Analisis pengaruh manajemen Laba Terhadap Ukuran Perusahaan, Kinerja, Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO Pada Perusahaan BUMN di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. S. Sundjaja, Ridwan Prof. Dr; Barlian Inge Dra., AK., M.Sc; Sundjaja Putra Dharma SE., MFP, 2010. Manajemen Keuangan 2 Edisi 6, Bandung: Literata Lintas Media. Suprianto, Didi. 2009. Analisis Pengaruh Manajemen Laba dengan Kinerja Operasi dan Return Saham di Sekitas IPO, Jakarta. Sripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

55

Umbara,

Aditya

Christian,

2008,

Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi

Underpricing Pada Saat Initial public Offering (IPO), Surabaya. Skripsi Universitas Diponegoro. Usahawan. Jogiyanto. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE. Wibawa, Redy Afriansyah, 2009. Analisis Factor-Faktor yang Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca IPO dengan Menggunakan Teknik Analisis Multinomial Logit, Jakarta. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

56

You might also like