Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotabaru Tahun 2006 - 2010 disusun sebagai konsekuensi terbitnya UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Di dalam ketiga peraturan perundang-undangan dimaksud disebutkan bahwa penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) didasarkan pada penjabaran dari Visi, Misi Kepala Daerah. Penyusunan RPJMD Kabupaten Kotabaru mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan RPJMD Propinsi yang di dalamnya memuat sasaran-sasaran pokok yang harus dicapai, arah kebijakan, program-program pembangunan dan kegiatan pokok pembangunan daerah kurun waktu lima tahun mendatang. Dalam rangka menjamin adanya konsistensi dan sinkronisasi dengan dokumen perencanaan pembangunan yang lebih tinggi, penyusunan RPJMD memperhatikan amanat Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJM Nasional Tahun 2005-2009 dengan tetap mendasarkan pada kondisi dan potensi daerah serta aspirasi yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian akan terjalin keterkaitan (benang merah) dengan dokumen perencanaan pembangunan yang lebih tinggi dan terdapat kesesuaian dengan kondisi dan potensi daerah serta aspirasi masyarakat, yang selanjutnya akan mempermudah pengembangan sharing pembiayaan dengan pemerintah pusat.
Bab I - 1
sebagai pedoman dan landasan dalam menetapkan skala prioritas Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang selanjutnya akan menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBD.
1.2.
1.2.1. Maksud
RPJM Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2006-2010 adalah Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang memberikan arah bagi kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Kotabaru secara komprehensif, terintegrasi dan harmonis antara
berbagai komponen Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada berbagai bidang kehidupan dan sektor perekonomian dalam priode waktu lima tahunan., Secara spesifik dokumen RPJM dimaksudkan untuk: a. Sebagai dokumen induk perencanaan jangka menengah untuk periode tahun 2006 - 2010 di tingkat Kabupaten Kotabaru yang menjabarkan visi, misi dan program Kepala Daerah Kabupaten Kotabaru, serta memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SPKD, ' dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka " regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif; b. Untuk rnemberikan acuan dasar dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), serta Rencana Strategis (Renstra) SKPD dan Rencana Kerja (Renja) SKPD Kabupaten Kotabaru.
Bab I - 2
1.2.2. Tujuan
Tujuan penyusunan RPJM Kabupaten Kotabaru 2006 2010 adalah untuk menjabarkan visi, misi, dan program kepala daerah. Sebagai konsekuensi calon kepala daerah terpilih, maka program tersebut harus dirumuskan sebagai perencanaan pembangunan dan direalisasikan dalam dokumen perencanaan. Selain itu RPJM juga sebagai sarana untuk menampung aspirasi masyarakat dan membangun konsensus antar stake holders untuk menentukan arah pembangunan Kabupaten Kotabaru tahun 2006-2010.
1.3.
LANDASAN HUKUM
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Kotabaru Tahun 2006 2010 dilandasi dasar hukum sebagai berikut : a. Amandemen keempat Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 18 ayat 2. b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Bab VII Pasal 150. e. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara f. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004
g. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 h. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah i. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 2009.
Bab I - 3
j.
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tanggal 11 Agustus 2005 tentang Petunjuk Penyusunan RPJP dan RPJM Daerah.
1.4.
HUBUNGAN LAINNYA
RPJMD
dengan
DOKUMEN
PERENCANAAN
Dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UU No.25 tahun 2004, maka keberadaan RPJM Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2006-2010 merupakan satu bagian yang utuh dari manajemen kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kotabaru khususnya dalam menjalankan agenda pembangunan yang telah tertuang dalam RPJP Daerah Kabupaten Kotabaru, serta dari keberadaannya akan dijadikan pedoman bagi SKPD untukpenyusunan Renstra SKPD. Selanjutnya, untuk setiap tahunnya selama periode perencanaan - akan dijabarkan dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Pemerintah Kabupaten Kotabaru, yang dari keberadaan RKPD Kabupaten Kotabaru tersebut, selanjutnya, akan dijadikan acuan bagi SKPD untuk menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD
Selanjutnya, dalam kaitan dengan sistem keuangan sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 17 tahun 2003, maka penjabaran RPJM Daerah Kota kedalam RKPD Kabupaten Kotabaru untuk setiap tahunnya, akan dijadikan pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Kotabaru
Gambaran tentang hubungan antara RPJM Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2006-2010 dengan dokumen perencanaan lainnya baik dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan maupun dengan sistem keuangan adalah sebagaimana ditunjukkan pada gambar - 1.1.
Bab I - 4
1.5.
SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan RPJMD Kota Baru tahun 2006 2010
didasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/ 2020/ SJ Tahun 2005 tentang Tata cara penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah. Sistimatika penulisannya sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. Latar Belakang Maksud dan Tujuan Landasan Hukum Hubungan RPJM Daerah Sistematika Penulisan
Bab I - 5
BAB II
KONDISI UMUM KOTABARU 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. Kondisi Geografis Perekonomian Daerah Keuangan Daerah Sosial Budaya Daerah Prasarana dan Sarana Daerah Pemerintahan Umum
VISI DAN MISI STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH Strategi pembangunan daerah adalah kebijakan dalam mengimplementasikan program Kepala Daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan
pembangunan di dalam mewujudkan visi dan misi BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 5.1. 5.2. 5.3. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah Arah Pengelolaan Belanja Daerah Kebijakan Umum Daerah
BAB VI
BAB VII
BAB VIII
LAMPIRAN
Bab I - 6
wilayahnya terdiri dari beberapa pulau. Ada 45 pulau besar dan kecil diantaranya Pulau Laut, Pulau Sebuku, Pulau Kunyit, Pulau Sewangi, dll. Secara administratif, Kabupaten Kotabaru terbagi menjadi 18 kecamatan dan 195 kelurahan/desa. Secara geografis Kabupaten Kotabaru terletak di sisi tenggara Propinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Kotabaru yang di Pulau Laut Utara. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Kotabaru terletak di antara 220'--456' Lintang Selatan dan, 115029'-116030' Bujur Timur. Batas Wilayah Kabupaten Kotabaru sebelah utara Propinsi Kalimantan Timur, sebelah timur Selat Makassar, sebelah selatan Laut Jawa, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Balangan, dan Kabupaten Tanah Bumbu.
2.1.2 Iklim
Kabupaten Kotabaru dipengaruhi oleh dua musim, yakni musim kemarau dengan suhu udara maksimum rata-rata antara 30,5C - 32;9C dan musim hujan dengan suhu udara minimum rata-rata antara 22,7C 24,7C. Penyinaran matahari yang tinggi menyebabkan tingginya intensitas penguapan sehingga selalu terdapat awan aktif dan udara yang penuh
Bab II 1
sehingga menyebabkan seringkali turun hujan. Kabupaten Kotabaru memiliki rata-rata curah hujan berkisar antara 0,9-13,5 mm dengan jumlah hari hujan berkisar antara 5-28 hari/tahun.
2.1.3 Topografi
Topografi wilayah daratan Kabupaten Kotabaru bagian timur pada umumnya merupakan daerah pantai, dan bagian selatan sampai utara sebagian besar merupakan jalur pegunungan yakni pegunungan Meraius yang memanjang sampai ke wilayah Propinsi Kalimantan Timur. Keadaan wilayah yang medannya bergelombang sampai terjal terdapat di Pulau Laut bagian tengah. Pemanfaatan wilayah Kotabaru menurut topografinya terbagi menjadi 8,55% dikembangkan usaha tambak ikan karena merupakan daerah rawa dan pantai dengan ketinggian 0-7 m, 17,75% wilayah dengan ketinggian 7-25 m digunakan sebagai sawah, 66,08% wilayah dengan ketinggian 25-500 m digunakan untuk pertanian lahan kering, perkebunan, dan ladang. Sisanya sekitar 6,94% merupakan wilayah yang sulit untuk diolah dengan ketinggian mencapai 500-1000 m, sedangkan wilayah dengan ketinggian lebih dari 1000 m digunakan sebagai kawasan lindung. Kawasan hutan di Kotabaru mencapai 449.117,067 ha terdiri dari kawasan hutan produksi tetap 55,6%, hutan lindung dan cagar 41,5%, hutan produksi terbatas 2,5%, dan hutan produk konversi 0,3%.
Bab II 2
2.2
PEREKONOMIAN DAERAH
kabupaten kotabaru tahun 2005 sebesar 5.09% dengan Nilai PDRB kotabaru berdasarkan atas dasar Harga berlaku pada tahun 2005 mencapai 3.846.04 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstatn mencapai 2.848,76 milyar rupiah. Sedangkan rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun 2001-2005 jika dengan pertambangan sebesar 6.51% per tahun sedangkan tanpa pertambangan sebesar 6.18% pertahun.
Bab II 3
1.236,58 1.416,44 1.497,03 1.633,25 1.799,35 440,72 554,57 638,88 714,55 840,39 234,58 268,30 291,41 310,44 339,61 5,42 6,14 6,93 7,59 8,36 132,20 151,43 175,02 191,75 235,83 408,60 469,35 534,95 600,90 656,85 271,39 313,55 344,02 377,37 458,50 16,29 22,62 38,79 48,42 61,81 125,93 148,59 173,65 201,92 261,38 2.871,71 3.350,99 3.700,69 4.086,20 4.662,07 2.444,06 2.812,22 3.079,91 3.392,35 3.846,04
Perekonomian Kabupaten Kotabaru mempunyai prospek yang cukup bagus. dilihat dari rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2001 2005 mencapai 6.18% per tahun yang lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Pertumbuhan ini lebih didorong oleh tingginya tingkat
struktur ekonomi Kabupaten Kotabaru yaitu sektor Pertanian dan sektor pertambangan yang masing-masing pertumbuhan rata-rata tumbuh
Sumber : BPS Kotabaru Note : *) Angka sementara ; **) Angka sangat sementara
Bab II 4
Penciptaan iklim usaha yang sehat dalam prakteknya telah mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. tetapi tidak selalu berkolerasi positif terhadap kegiatan investasi. Fenomena ini dapat dicermati dari data posisi kredit rupiah dan valuta asing bank umum dari lembaga perbankan yang beroperasi di Kabupaten Kotabaru. Pada tahun 2004 posisi kredit sebesar Rp 1.094.334 juta dan tahun 2005 sebesar Rp 1.776.76 juta.
Tabel 2.3. Posisi Kredit Bank yang Disalurkan Kepada Masyarakat di Kabupaten Kotabaru (Juta Rp)
Sektor Pertanian Pertambangan & galian Industri pengolahan Listrik. gas. & air bersih Konstruksi Perdagangan. hotel. & restoran Transportasi & komunikasi Jasa dunia usaha Jasa sosial masyarakat Lain-lain Total 2001 353.425 1.617 308 1.905 18.661 920 141 350 27.124 404.451 2002 184.774 7.377 1.831 3.035 49.115 2.501 666 197 32.765 282.261 2003 370.708 192.793 2.822 9.954 78.290 4.319 5.068 54 54.819 718.827 2004 609.022 291.542 3.839 22.372 84.096 4.277 6.210 284 73.692 1.095.334 2005 665.067 334.550 6.225 501.926 26.356 111.370 8.511 22.797 552 99.406 1.776.760
Kontribusi sub sektor perdagangan dalam struktur ekonomi Kotabaru yang tercermin pada PDRB tahun 2005 cukup tinggi. yakni sebesar 14.71% Komoditi ekspor yang menonjol adalah hasil tambang khususnya batubara dan hasil pertanian khususnya perikanan dengan nilai ekspor tahun 2005 sebesar US$ 892.420.016.34.
Bab II 5
kabupaten kotabaru tahun 2006-2010 adalah sebagai berikut : a. Pertumbuhan ekonomi kotabaru pada tahun 2006-2010 diperkirakan rata-rata pertahun tumbuh sebesar 6.03% dengan pertumbuhan ekonomi masing-masing pertahunnya yaitu tahun 2006 sebesar 5.89 %; tahun 2007 sebesar 5,95%; tahun 2008 sebesar 5.92 %; tahun 2009 sebesar 6.33 % dan tahun 2010 sebesar 6.34%;
Tabel 2.4. Pertumbuhan PDRB Kotabaru saat ini dan proyeksi pertumbuhan PDRB per sektor Sektor
1. Pertanian 2. Pertambangan Dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keuangan 9. Jasa-Jasa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB Tanpa Sub Sektor Pertambangan Tanpa Migas
PROYEKSI PERTUMBUHAN
2006 5.4% 4.0% 4.6% 4.9% 7.2% 6.0% 2007 4.8% 5.7% 3.8% 5.1% 7.3% 5.1% 2008 4.6% 6.3% 3.7% 5.2% 5.3% 5.6% 2009 4.4% 5.6% 3.6% 6.2% 8.8% 6.0% 2010 4.2% 5.3% 3.4% 8.3% 8.0% 7.0%
5.7% 8.8% 8.9% 8.2% 7.6% 17.81% 22.76% 24.90% 35.67% 26.15% 7.20% 8.77% 8.87% 8.68% 10.44% 5.55% 5.90% 5.99% 6.21% 6.17%
5.49%
6.51%
5.70%
5.09%
5.89%
5.95%
5.92%
6.33%
6.34%
Sektor-sektor yang tumbuh cepat adalah sektor keuangan,sektor jasajasa dan sektor konstruksi. Sedangkan sektor pertanian yang penyumbang terbesar dalam pada pembentuk
merupakan
Bab II 6
sektor pertambangan pertumbuhan akan mengalami perlambatan pertumbuhan. b. Untuk mencapai Pertumbuhan ekonomi yang diinginkan maka
diperlukan pemerintah.
investasi baik yang bersumber dari swasta maupun Dengan mengansumsikan bahwa struktur PDRB
Penggunaan kabupaten kotabaru sama dengan struktur PDRB penggunaan Kalimantan selatan dapat ditentukan tingkat angka ICOR. Dengan asumsi tersebut tingkat Incremental Capital Output Ratio 3.43 dan diharapkan pada akhir
c. Struktur ekonomi (berdasarkan data PDRB ADHB) pada tahun 2005, didominasi tiga sektor utama yaitu sektor pertanian sebesar 38.60%, sektor pertambangan 18.03% dan sektor Perdagangan 14.09%. Perkiraan pada tahun 2010, untuk sektor pertanian dan sektor
pertambangan peranannya akan semakin menurun masing-masing menjadi 34.70% dan 17.69%. Sedangkan sektor Pengangkutan &
komunikasi, sektor keuangan dan jasa-jasa perannya akan semakin besar. Adapun struktur ekonomi (berdasarkan data PDRB ADHK tahun 2000) tahun 2006-2010 adalah sebagai berikut :
Bab II 7
Tabel 2.6. Ringkasan Perkiraan Kerangka Makro ekonomi Kabupaten Kotabaru Tahun 2006-2010
No 1 2 3 4 5
Indikator Laju Inflasi Pertumbuhan Ekonomi ICOR Investasi (Jutaan Rp) Pendapatan Perkapita (Ribuan Rp)
2006 2007 2008 9.27 9.3 9.32 5.89% 5.95% 5.92% 3.43 3.36 3.38 1.815.214 2.023.523 2.254.681 19.453.93 21.157.47 22.999,42
Bab II 8
2.3
KEUANGAN DAERAH
Di bidang keuangan daerah, pendapatan Daerah Kabupaten Kotabaru
selama 5 tahun terakhir, baik secara absolut maupun relatif cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari Rp189,99 milyar (2001) menjadi Rp. 283.56 milyar (2005), atau rata-rata setiap tahunnya mengalami peningkatan sekitar 10,96%. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), selama 5 tahun terakhir peranannnya masih pada posisi ke-2 setelah Dana Perimbangan namun memiliki perkembangan (trend) yang terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu dari 27,21% (2001) menjadi 34,45% (2005), dan kenaikkan tersebut lebih didorong oleh adanya kenaikkan yang dialami oleh hampir seluruh sub-sub komponen yang ada dalam PAD. Di bidang keuangan daerah, pada tahun 2005 penerimaan sebesar Rp 283.555.86 juta atau naik sebesar 8.07% dibanding penerimaan tahun 2004. Kenaikan ini lebih didorong oleh naik dana perimbangan yang semula sebesar 187.826 juta menjadi 236.372 juta atau naik sebesar 25,85%. Sedangkan jika dilihat dari struktur penerimaan, Pos penerimaan yang besumber dari Dana perimbangan masih mendominasi struktur penerimaan daerah yang mencapai 83,36% artinya ketergantungan keuangan pemerintah daerah terhadap
pemerintahan pusat atau propinsi masing tinggi. Dengan kondisi semacam ini pemerintah kabupaten kotabaru perlu terus meningkatkan kemampuan secara
optimal dalam menggali segala sumber dana yang potensial yang ada untuk membiaya pembiayaan pembangunan khususnya yang bersumber dari pos penerimaan PAD. Disisi pengeluaran / belanja dalam APBD kabupaten kotabaru, pada tahun 2005 belanja dalam APBD sebesar Rp 231.51 milyar atau mengalami kenaikan sebesar 8.50% sedangkan tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 11.19%. hal ini dikarenakan adanya pemekaran kabupaten kotabaru ( menjadi kabupaten kotabaru dan kabupaten tanah bumbu) sehingga belanja dalam APBD mengalami penurunan. Ditinjau dari komposisi penggunaannya, komponen belanja pelayanan
Bab II 9
publik merupakan komponen yang cukup besar menyerap belanja daerah, di tahun 2004 belanja layanan publik menyerap 61.17% dan di tahun 2005 menyerap sebesar 63.58%.
Tabel 2.7 Realisasi APBD Kabupaten Kotabaru (Ribu Rp)
Uraian Pendapatan 1. PAD 2. Dana perimbangan 3. Lain-lain 4. Sisa tahun lalu Belanja 1. Belanja aparatur 2. Belanja pelayanan publik 2003 2004 2005
Keterangan: sistem pembukuan tahun 2003-2005 Sumber : Bagian Keuangan - Sekretariat Daerah - Kabupaten Kotabaru
2.4
2.4.1 Penduduk
Penduduk Kabupaten Kotabaru pada tahun 2005 sejumlah 260.093 jiwa, dengan tingkat kepadatan 27.60 jiwa/km2. dilihat berdasarkan kecamatan, jumlah penduduk terbesar ada di Kecamatan Pulau Laut Utara dengan jumlah penduduk 73.884 jiwa, disusul kecamatan pamukan utara sebanyak 20.630 jiwa. sedangkan jumlah penduduk paling sedikit dikecamatan pelumpang barat dengan jumlah penduduk hanya 4.741 jiwa. ukuran jumlah penduduk tentu lebih bermakma jika dikaitkan dengan luas wilayahnya. Perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah akan menggambarkan kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Jika dilihat dari kepadatan penduduk, kacamatan yang paling padat penduduknya adalah kecamatan pulau sembilan dengan kepadatan 1.097 jiwa/km2, sedangkan yang paling jarang penduduknya adalah kecamatan hampang
Bab II 10
penduduk terlihat tingkat penyebaran penduduk di kabupaten kotabaru tidak merata dan ketidak merataan sebaran penduduk ini penyebab terhambatnya pembangunan di suatu daerah merupakan
2.4.2 Pendidikan
Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia sebagai pelakasana pembangunan. Pembangunan akan berhasil jika kualitas Sumberdaya manusianya handal. Salah satu sarana untuk mengingkatkan kualitas manusia adalah dengan pendidikan. karena dengan pendidikan kecerdasan dan ketrampilan manusia dapat meningkat. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan tidak lepas dari dukungan sarana ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Sebab dengan kurang/tidak tersedianya sarana dan prasarana yang memadai akan sangat sulit untuk dapat mewujudkan program yang dilaksanakan. Berdasarkan data di kotabaru pada tahun 2005 jumlah sekolah untuk SD/MI sebanyak 245 sekolah. SLTP/MTs sebanyak 54 sekolah dan untuk SLTA/SMK/ MA sebanyak 27 sekolah.
Bab II 11
Berdasarkan
Agenda
pembangunan
nasional.
prioritas
pembangunan pendidikan harus diprioritaskan pada pendidikan dasar dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan 9 (sembilan) tahun. Dengan prioritas ini. pada akhir tahun pelaksanaan RPJMD. sebagian
besar penduduk Kabupaten Kotabaru sekurang-kurangnya tamat SLTP atau yang sederajat. Untuk mewujudkan sasaran tersebut. masalah-masalah pokok yang dihadapi antara lain masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Kotabaru yang masih cukup rendah. yang tercermin dari prosentase penduduk 10 tahun keatas yang berpendidikan tamatan SD ke bawah pada tahun 2004 sebesar 63.3% dan rata-lama lama sekolah sebesar 6.94 tahun. dengan kodisi semacam ini membawa konsekuensi antara lain upaya meningkatkan SDM ataupun ketrampilan mereka semakin sukar. Selain itu masalah fasilitas pendidikan sekolah khususnya untuk sekolah menengah umum (SMU) atau setingkat masih belum merata di semua kecamatan. Berdasarkan data BPS tahun 2005 belum ada SMU / SMK / MA sebanyak 7 kecamatan kecamatan
yaitu ( Pulau
sembilan. Pulau Laut Tengah. Kelumpang Barat. Hampang. Kelumpang tengah. kelumpang Utara. Pamukan Selatan) Sedangkan untuk anak usia sekolah. Indikator tentang pendidikan dicerminkan pada Angka Partisipasi Sekolah (APS). berdasarkan angka partisipasi sekolah pada tahun 2002-2004 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.9. Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2002-2004 Kelompok Umur 7 - 12 13 - 15 2002 94.32 69.20 2003 96.08 68.92 2004 95.90 71.80 Sumber : BPS kabupaten Kotabaru Tahun
Bab II 12
2.4.4 Kesehatan
Di bidang kesehatan. ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang semakin memadai menunjukkan korelasi positif dengan jangkauan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat. Di samping kemajuan dan keberhasilan yang telah dicapai Kabupaten Kotabaru juga masih terus dihadapkan pada tantangan dan
Bab II 13
masalah kesehatan lain sebagai akibat terjadinya transisi demografi dan transisi epidemiologi karena adanya perubahan keadaan sosial, tingkat pendidikan, keadaan ekonomi, kondisi lingkungan dan pengaruh
globalisasi. Di sisi lain terjadi peningkatan kejadian untuk penyakit non infeksi seperti penyakit-penyakit degeneratif dan penyakit akibat perilaku masyarakat, serta semakin meningkat dan variatifnya berbagai tuntutan masyarakat akan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, terjangkau dan merata. Pelaksanaan pembangunan kesehatan yang intensif, berkesinambungan dan merata yang didukung dengan program kesehatan yang baik diharapkan dapat semakin memberikan dampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Adapun dukungan infrastruktur/fasiltas kesehatan di Kabupaten Kotabaru sebagai berikut: a. Jumlah Puskesmas sebanyak 22 buah. Puskesmas Pembantu 69 buah, balai pengobatan swasta 11 buah. dan BKIA 1 buah. b. Rasio Puskesmas dengan penduduk adalah 7.80 per 100.000 penduduk atau setiap Puskesmas melayani sekitar 12.815. c. Rasio Puskesmas Pembantu 24.58 per 100.000 penduduk atau setiap Puskesmas Pembantu melayani 4.068 penduduk. Dari segi tenaga medis. Kabupaten Kotabaru memiliki 4 Dokter spesialis dan 5 dakter gigi yang kesemuanya berkedudukan di Pulau Laut Utara. Satu orang dokter gigi berkedudukan di Kelumpang Selatan. Dokter umum seIuruhnya berjumlah 24 orang tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Kotabaru. Jumlah terbanyak dari dokter umum ini juga berkedudukan di Pulau Laut Utara. Selain tenaga medis ahli tersebut. ada pula tenaga medis pembantu, tercatat ada 78 perawat dan 78 bidan. Ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang semakin memadai diharapkan dapat berkorelasi positif dengan jangkauan pelayanan
Bab II 14
Kondisi kesehatan penduduk Kabupaten kotabaru dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut: a. Angka Harapan Hidup pada tahun 2003 sebesar 62.8 tahun dan tahun 2004 naik menjadi 63.5 tahun b. Angka kesakitan pada tahun 2003 sebesar 27,6 % dengan rata-rata lama sakit 3.29 hari sedangkan pada tahun 2004 sebesar 30.56% dengan rata-rata lama sakit 4.53%. c. Pertolongan persalinan pertama oleh tenaga non-medis tahun 2004 sebesar 55,24%,
2.5
roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Infrastruktur lainnya seperti kelistrikan dan irigasi merupakan salah satu aspek terpenting untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi. Ketersediaan jaringan air bersih serta
pengelolaannya dan peningkatan layanan publik yang dikelola oleh pemerintah seperti prasarana kesehatan. pendidikan. dan sarana olah raga secara berkelanjutan sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Bab II 15
Seiring dengan pembangunan jalan sebagai sarana transportasi darat yang utama. jumlah kendaraan yang tercatat di Kepolisian Resort Kotabaru tahun 2003 sebanyak 4.026 unit dengan komposisi 3.825 unit sepeda motor. 158 unit jenis mobil beban. 18 unit jenis mobil penumpang. dan 25 unit jenis mobil bus. Infrastruktur transportasi yang juga mempermudah akses melalui darat ke Kabupaten Kotabaru adalah 38 trayek angkutan umum yang terdiri dari 1 trayek antar kota dalam propinsi yang dilayani oleh 20 buah kendraan. 16 trayek angkutan perdesaan yang dilayani 114 buah kenderaan. dan 1 trayek angkutan kota `yang dilayani oleh 70 buah kendaraan. Untuk menunjang kelancaran angkutan penumpang dan barang tersebut terdapat 20 terminal penumpang yang memberikan pelayanan yang maksimal terhadap pergerakan penduduk. Selain itu untuk pengembangan transportasi laut dan
penyeberangan dilaksanakan penyediaan kapal perintis dengan bobot 200 DWT sebanyak 2 buah guna melayani daerah di kepulauan terpencil. Beroperasinya penyeberangan feri Tanjung Serdang - Batulicin sejak tahun 1993 telah memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kota Kotabaru. Untuk itu. dalam upaya membuka akses yang lebih cepat menuju wilayah utara Kabupaten Kotabaru maka sejak tahun 2004 telah dilakukan pengoperasian angkutan penyeberangan feri rute Stagen Tarjun yang merupakan kerjasama Pemerintah Kabupaten Kotabaru dengan PT. Antar Banua Khatulistiwa. Kerjasama dan koordinasi dengan PT. Pelindo III
Cabang Kotabaru juga terus ditingkatkan. seperti pemindahan pemanfaatan Pelabuhan Panjang yang dialihkan fungsinya ke Pelabuhan Stagen. Pada bidang transportasi udara telah diberikan pelayanan perijinan operasional atau perijinan operasional helipad sebanyak 4 buah kepada PT. Indocement Tunggal Prakarsa. PT. Arutmin Indonesia NPLCT. PT.
Bab II 16
Bahari Cakrawala Sebuku. dan PT. Indonesia Bulk Terminal. Dalam upaya memfungsikan kembali Bandar Udara Stagen. maka sejak tahun 2003 telah dilakukan kerjasama peningkatan transportasi udara rute Banjarmasin Kotabaru Balikpapan pp. dengan PT. Dirgantara Air Service yang bertujuan untuk menciptakan hubungan yang sinergis di dalam menyikapi kebijakan otonomi daerah sehingga terwujudnya peningkatan pelayanan transportasi udara dari atau ke Kotabaru. Upaya ini pada gilirannya akan berperan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Untuk penerbangan melalui rute Balikpapan Kotabaru Banjarmasin pp. dilayani pesawat bertipe Cassa 212 Seri 200 dengan kapasitas penumpang sebanyak 18 orang dengan frekuensi 4 kali penerbangan seminggu untuk nrie Kotabaru - Banjarmasin pp dan 1 kali penerbangan seminggu untuK rute Kotabaru Balikpapan pp. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Kotabaru memberikan subsidi angkutan udara terhadap kekurangan atau selisih jumlah penumpang yang disesuaikan dengan dana yang
dialokasikan sebesar Rp 648.000.000.- dalam APBD Kabupaten Kotabaru 2003 dan terealisasi sebesar Rp 233.079.000; atau 35.96% karena volume penumpang semakin beitambah. Pada tahun 2004 dialokasikan dana sebesar. Rp 796355.000 dan terealisasi sampai dengan Oktober 2004 tebesar Rp 654.249.940 atau 82.15%. Dana dimaksud juga untuk subsidi penerbangan rute Balikpapan Kotabaru pp dan Kotabaru - Surabaya pp dengan menggunakan pesawat jenis ATR-42 dengan kapasitas
penumpang sebanyak 48 orang. Mengingat subsidi yang diberikan sangat besar. maka beroperasinya pesawai ATR-42 ini dihentikan sementara.
Bab II 17
2.6
PEMERINTAHAN UMUM
dilaksanakan secara terpadu. terintegrasi dan proporsional sesuai tugas dan fungsi masing-masing instansi. Upaya penting dan strategis ini secara yuridis diimplementasikan dalam bentuk kerjasama antara Pemerintah Propinsi dan Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2002 Pembinaan Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Pemeliharaan Kamtibmas. Ruang lingkup kerjasama dalam rangka Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban umum serta Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakai ini meliputi : a. Penyelenggaraan/pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum serta keamanan dan ketertiban masyarakat di Propinsi Kalimantan Selatan; b. Penegakan Peraturan Daerah (Perda) dan penegakan hukum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. Pemberian perlindungan. pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat di Propinsi Kalimantan Selatan; d. Pengembangan sumber daya manusia dan saranan prasarana untuk mendukung penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta keamanan dan ketertiban masyarakat di Propinsi Kalimantan Selatan; e. Penilaian eskalasi gangguan ketentraman dan ketertiban umum serta keamanan dan ketertiban masyarakat di Propinsi Kalimantan Selatan untuk menentukan langkah-langkah yang dipandang perlu. baik yang bersifat pencegahan maupun penanggulangan.
Bab II 18
Selain itu pembinaan keamanan dan ketertiban diarahkan untuk menciptakan kondisi tenteram. serasi dan teratur serta mantapnya stabilitas keamanan di Kabupaten Kotabaru. Upaya yang dilakukan untuk
mendukung keberhasilan kegiatan tersebut adalah melalui kegiatan koordinasi antara instansi terkait secara terpadu (Pemerintah Daerah. Polres Pulau Laut. Kodim 1004. Pangkalan TNI-AL. dan Kejaksaan Negeri). . Di bidang keamanan yang berkaitan dengan tindak pidana umum. telah dilaksanakan melalui upaya represif dan preventif oleh pihak Kepolisian untuk membantu menciptakan rasa tenteram dan tertib di masyarakat. antara lain dengan meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang pengamanan swakarsa dengan menggiatkan siskamling. Demikian juga dalam mengantisipasi berbagai kejadian akibat gejolak ekonomi dan krisis moneter. yang berkepanjangan. telah dilakukan berbagai upaya melalui koordinasi dengan aparat keamanan lainnya seperti Polres Pulau Laut. Kodim 1004. Pangkalan TNI-AL dan instansi terkait lainnya. Hal tersebut telah mampu meredakan berbagai gejolak yang timbul sejak dini sehingga terhindar dari kerusuhan. Stabilitas daerah juga berhasil tetap terpelihara khususnya dalam menghadapi kondisi-kondisi strategis dalam kurun waktu 2000-2005 seperti tiga kali Pemilu dalam tahun 2004. yaitu untuk memilih anggota Iegislatif (DPRD. DPR dan DPD) serta Pemilu Presiden dan Wapres yang dilaksanakan dalam 2 putaran.
Bab II 19
desa dan kelurahan. maupun dengan instansi vertikal agar tercapai hasil yang optimal. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah serta Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 1989 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988. Berpedoman kepada instruksi tersebut. Pemerintah Kabupaten Kotabaru menindaklanjutinya dengan Instruksi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kotabaru Nomor 05 Tahun 1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah Kabupaten Kotabaru dan Keputusan Bupati Kotabaru Nomor 179 Tahun 1998. Pada tahun 2000. Bupati Kotabaru mengeluarkan Surat Edaran Nomor 100/439/Tapem Tahun 2000 tentang Protap Pelaksanaan Rapat Koordinasi. Sesuai dengan pedoman dan ketentuan tersebut. sejak tahun 2000 secara rutin setiap bulan telah dilaksanakan kegiatan Rapat Koordinasi yang dipimpin langsung oleh Bupati dengan melibatkan semua pimpinan unit organisasi baik di Sekretariat Daerah (Sekda. Asisten. dan Kabag). Sekwan. para Kepala Dinas. Badan. Kantor serta Direktur RSUD. PDAM dan BUMD PT. Multi Usaha Pratama Saijaan dan Camat. Forum Rapat Koordinasi ini juga sering melibatkan pimpinan instansi vertikal dan pihak investor/pengusaha se Kabupaten Kotabaru. Di samping melakukan koordinasi vertikal secara internal organisasi Pemerintahan Daerah. Kepala Daerah juga
menyelenggarakan koordinasi secara horisontal dengan legislatif dan Muspida yang ada di daerah.
Bab II 20
A.
Penyelenggaraan Koordinasi Horisontal dengan Unsur Muspida Kualitas penyelenggaraan forum kemuspidaan yang prinsip dan penting yang dilakukan. mengikuti pola aturan : Terhadap permasalahan yang bersifat mendesak dan
memerlukan waktu yang segera. forum diselenggarakan secara insedentil di luar ketentuan vang ada. sedangkan; Terhadap permasalahan yang telah disepak-ati oleh Forum Muspida. ditindaklanjuti oleh perangkat masing-masing
instansi dan bila dipandang perlu dilakukan secara Tim Terpadu yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebijak.sanaan yang telah digariskan.
B.
Penyelenggaraan Koordinasi Vertikal dengan Instansi/Dinas Daerah Penyelenggar-aan koordinasi vertikal antara instansi/dinas daerah dilaksanakan secara komprehensif. terpadu dan
berkelanjutan meliputi
pelaksanaan.
peIapor-an.
pengawasan. dan koordinasi pembinaan sesuai Instruksi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kotabaru Nomor OS Tahun 1990 sebagai berikut:
1)
Koordinasi Perencanaan Bupati akan meminta program/rencana kegiatan dari masingmasing komponen/ instansi vertikal serta membahasnya di daerah;
2)
Koordinasi Pelaksanaan Bupati selaku Kepala Daerah meminta laporan pelaksaan tugas dari masing-masing dan instansi yang vertikal mengenai dalam
hambatan
permasalahan
dihadapi
Bab II 21
melaksanakan kegiatannya. Apabila terdapat hambatan dan permasalahan. maka Bupati memberikan petunjuk alternatif pemeeahannya; 3) Koordinasi Pelaporan Berdasarkan Surat Bupati Kotabaru Nomor 118/762/Pem tanggal 14 April 2003 masing-masing Kepala
Dinas/Komponen dan Instansi Vertikal wajib menyampaikan laporan kegiatan bulanan seeara periodik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan pelaksanaan tugasnya. laporan tahunan setiap akhir tahun anggaran serta laporan insidentil terhadap hal-hal yang perlu segera mendapat penyelesaian.
Selain itu, di samping sebagai bahan evaluasi Kepala Daerah. mekanisme sistem pelaporan di lingkungan Pemerintah Kabupateri Kotabaru juga disampaikan dalam bentuk : Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Kotabaru kepada DPRD Kabupaten Kotabaru disampaikan setiap tahun anggaran (berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999. UU Nomor 17 Tahun 2003. dan PP Nomor 108 Tahun 2000); Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri sebagai bahan evaluasi/pengawasan (berdasarkan PP Nomor 56 Tahun 2001) dan; Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disampaikan kepada Presiden dan Wapres melalui Menteri PAN dan sebagai instrumen evaluasi / pengawas oleh BPKP (berdasarkan Inpres No. 07 Tahun 1999).
Bab II 22
4)
Koordinasi Pengawasan Hasil pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan Departemen dan Lembaga Pemerintahan Non
Departemen di bawah koordinasi Kepala BPKP disampaikan ke Menteri/Kepala Departemen yang bersangkutan dan ditembuskan kepada Bupati sebagai informasi kepada Menteri/Kepala
Departemen yang bersangkutan. 5) Koordinasi Pembinaan Bupati memberikan pertimbangan berhadap pengangkatan
/pemmdahan serta pelantikan dan pengambilan sumpah Kepala Instansi Vertikal dalam wilayah Kabupaten Kotabaru. Selain koordinasi secara formal seperti tersebut di atas. juga dilakukan koordinasi secara informal seperti pada seiiap kesempatan pertemuan. olah raga. maupun kegiatan lainnya.
C.
Hubungan Pemerintah Kabupaten dengan DPRD Hubungan antara Pemerintah Kabupaten dan DPRD
dilaksanakan melalui forum-forum pertemuan. sidang. hearing. kunjungan kerja bersama. serta pembahasan terbadap suatu Rancangan Peraturan Daerah dan produk kebijakan daerah. Keharmonisan hubungan dibangun melalui mekanisme
pelaksanaan tugas masing-masing yang menempatkan pihak eksekutif dan legeslatif sebagai mitra kerja yang saling mengisi dan saling mendukung.
Bab II 23
pengaturan di bidang kelembagaan ini dilaksanakan oleh Bagian Organisasi pada Sekretariat Daerah. Susunan kelembagaan daerah tersebut adalah sebagai berikut: a. Sekretariat Daerah. terdiri dari 1 orang Sekretaris Daerah. 3 orang Asisten Sekretaris Daerah. dan 10 Bagian. yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Asisten Tata Praja Asisten Perekonomian dan Pembangunan Asisten Administrasi Umum Bagian Tata Pemerintahan Bagian Pemerintahan Desa Bagian Hukum dan Perundang-undangan Bagian Organisasi Bagian Ekonomi dan Ketahanan Pangan Bagian Pembangunan .
10. Bagian Kesra dan Pemberdayaan Perempuan 11. Bagian Umum 12. Bagian Keuangan 13. Bagian Perlengkapan & Arsip Daerah
b.
Sekretariat DPRD. terdiri 1 orang Sekretaris DPRD dan 4 orang Kepala Bagian. sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Sekretaris DPRD Bagian Perlengkapan Bagian Humas dan Hukum Bagian Persidangan dan Risalah 5. Bagian Tata Usaha
c.
Lembaga Teknis Daerah. terdiri dari 4 Badan dan 5 Kantor. sebagai berikut : 1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bab II 24
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Badan Pengawasan Dacrah Badan Kepegawaian Daerah Badan Kependudukan. Catatan Sipil & Keluarga Berencana Kantor Informasi. Komunikasi dan Data Elekironik Kantor Perbendaharaan Umum dan Kas Daerah Kantor Pengelola Pasar Kantor Tata Kota Kantor Satuan Polisi Pamongpraja
d.
Dinas Daerah. terdiri dari 14 Dinas sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Dinas Pertanian dan Peternakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Pekerjaan Umum Dinas Perhubungan Dinas Pendapatan Dinas Pertambangan dan Energi
10. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 11. Dinas Lingkungan Hidup dan Penanaman Modal 12. Dinas Perindustrian. Perdagangan dan Koperasi 13. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 14. Dinas Kesatuan Bangsa. Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat
Bab II 25
kultural dalam tatanan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu perubahan yang mendasar adalah menyangkut kedudukan. tugas pokok dan fungsi kecamatan yang sebelumnya merupakan perangkat wilayah dalam kerangka asas dekonsentrasi. berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 berubah statusnya menjadi perangkat daerah dalam kerangka asas desentralisasi. Sebagai perangkat daerah yang diangkat oleh kepala daerah kabupaten. maka Camat dalam menjalankan tugasnya mendapat pelimpahan kewenangan dari dan bertanggung jawab kepada kepala daerah. Hal ini mengandung pengertian. bahwa tanpa pelimpahan sebagian kewenangan dari kepala daerah maka tugas seorang camat menjadi tidak jelas sehingga dapat berpengaruh pada pelaksana tugas dan fungsinya di lapangan. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka upaya pemberdayaan kecamatan guna percepatan otonomi daerah. maka dengan merujuk pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 158 Tahun 20(}4 tentang Pedoman Organisasi Keeamatan. Pemerintah Kabupaten Kotabaru mencoba memformulasikan suatu
kebijakan tentang pengaturan organisasi kecamatan di daerah ini. Langkah ini diawali dengan upaya melimpahkan sebagian kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah kepada Camat dalam rangka efisiensi clan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan. Pelimpahan kewenangan kepada camat dari kepala daerah di Kabupaten Kotabaru pada tahap awai didasarkan pada Keputusan Bupati Kotabaru Nomor 80 Tahun 2000 tentang Kewenangan Kecamatan dalam Wilayah Kabupaten Kotabaru. Selanjutnya berdasarkan hasil koordinasi dan evaluasi dari pelaksanaan kebijakan tersebut. maka Pemerintah Kabupaten Kotabaru berketetapan untuk merevisi kewenangan yang diberikan kepada camat dengan pertimbangan bahwa perlu ada
Bab II 26
penyesuaian dengan kemampuan aparatur pemerintah kecamatan dan juga kondisi yang berkembang di masyarakat. Sebagai langkah lanjutan diterbitkan Keputusan Bupati Kotabaru Nomor 264 Tahun 2004 tentang Pelimpahan kewenangan dari Pemerintah Kabupaten kepada Pemerintah Kecamatan pada prinsipnya merupakan sebuah kegiatan dalam rangka efisiensi dan efektifitas pemberian pelayanan dari pemerintah daerah kepada masyarakat melalui organisasi Pemerintah Kecamatan. Upaya ini merupakan sebuah refleksi dari pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam rangka pencapalan tujuan yang telah ditetapkan. Bagi Pemerintah Kabupaten Kotabaru. organisasi pemerintah di kecamatan merupakan pioneer bagi upaya pencapaian tujuan pembangunan secara menyeluruh. karena itu kecamatan mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Kotabaru.
keseragaman dalam menilai desa sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang berlaku sebelumnya yang sentralistis. dengan peitimbangan bahwa daerah kabupaten tentunya lebih mengetahui dan memahami keadaan tentang desanya. Pemerintah Pusat hanya memberikan pedoman umum dalam
Bab II 27
pengaturan desa agar kehidupan di desa dapat berlangsung secara demokratis dan demokratisasi. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. yang memberikan ruang gerak kepada masyarakat desa untuk membangun pemerintahannya berdasar pada prinsip keanekaragaman. partisipasi. otonomi asli.
demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat merupakan paradigma baru Pemerintahan Desa. Pemerintahan Desa yang semula sebagai alat negara berubah menjadi organisasi rakyat. sehingga Pemerintahan Desa berpusat pada rakyat. Spiritnya ingin memposisikan kembali desa terpisah dari jenjang pemerintahan namun diakui dalam sistem pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadai setempat. Perubahan paradigma Pemerintahan Desa tersebut menuntut pula perubahan pola hubungan. perlakuan dan penanganan dari Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah bertindak sebagai pembina dan fasilitator penyelenggaraan Pemerintahan Desa Bertitik tolak dari pemahaman bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya sesuai kondisi dan sosial budaya setempat. maka posisi desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah. Karena dengan otonomi desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan terhadap perwnijudan otonomi daerah. Sebagai wujud perhatian dimaksud, selama kurun waktu 2000-2004 banyak hal yang telah dilakukan baik dalam bentuk kebijakan. program dan kegiatan dalam konteks pembinaan dan fasilitasi penyelenggaraan
Pemerintahan Desa di Kabupaten Kotabaru sesuai dengan kapasitas, porsi, posisi dan proporsi Pemerintah Daerah dalam koridor ketentuan yang berlaku.
Bab II 28
Kegiatan pembinaan dan fasilitasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Kotabaru berorientasi pada upaya-upaya antara lain sebegai berikut : Pernantapan penyelengaraan Pernerintahan Desa menuju desa yang mampu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri sesuai Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Daerah dan Petunjuk Pelaksanaan serta Petunjuk teknis yang telah ditetapkan dengan Keputusan Bupati; Pembenahan desa-desa yang belum memenuhi penertiban/penetapan batas wilayah desa secara jelas dan pasti; Memperkuat dan memajukan Aparatur Pemerintah Desa agar makin mampu dalam melayani dan mengayomi masyarakat. menggerakkan prakarsa dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta mampu menyelenggarakan fungsi Pemerintah Desa secara efektif dan efisien; Penyempurnaan dan pendayagunaan Aparatur Pemerintah Desa agar dapat merungkatkan kemampuan. pengabdian. displin dan keteladanannya: Peningkatan peranan dan pemantapan fungsi Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai wadah penyalur aspirasi masyarakat pembangunan dalam dan
penyelenggaraan
pemerintahan.
pelaksanaan
pembinaan masyarakat pada level desa; Peningkatan dan penyempurnaan Sistem Administrasi Pernerintahan Desa menuju tertib penyelenggaraan Pernerintahan Desa; Peningkatan kemampuan Pemerintah Desa untuk menggali. meningkatkan dan memelihara serta mengelola sumber-siunber pendapatan dan kekayaan desa.
Bab II 29
keterbatasan
dihadapi,
dan
memperhatikan
kesesuaiannya
dengan
kecenderungan pertumbuhan daerah. Visi tersebut juga disusun dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan fungsi dan peran daerah dalam konteks pembangunan wilayah. Di daIam fungsinya, kegiatan-kegiatan yang dibangun untuk mewujudkan visi dapai membuat kehidupan internal daerah berlangsung efektif. Kegiatan-kegiatan pembangunan itu juga diharapkan memiliki peran yang kuat sehingga memberikan pengaruh dan turut mendukung kemajuan daerah dalam konstleasi wilayah yang lebih luas. Selain itu, secara praktis visi haruslah mencerminkan kondisi yang realistik, dapat dicapai dan terukur. Berdasarkan pendekatan di atas, Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Kotabaru dituangkan ke dalam rumusan berikut, TERWUJUDNYA PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU YANG BERKELANJUTAN MENUJU MASYARAKAT YANG DEMOKRATIS, RELIGIUS, ADIL DAN SEJAHTERA Visi di atas mengandung pengertian bahwa Kabupaten Kotabaru dalam periode pembangunan lima tahun ke depan akan mengerahkan dan
Bab III 1
memanfaatkan segenap sumberdaya untuk mewujudkan masyarakat religius yang sejahtera dalam bingkai tata pemerintahan dan pelayanan publik yang adil dan demokratis.
3.2.
MISI Misi merupakan sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan agar
tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan visi yang telah ditetapkan atau dengan kata lain, misi adalah upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkan visi. Dengan demikian, berdasarkan Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Kotabaru di atas ditetapkan 5 (lima) Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Kotabaru 2006-2010, yaitu: a. Melanjutkan dan meningkatkan jangkauan serta kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan serta mengembangkan kehidupan beragama untuk menciptakan SDM yang sehat, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, memiliki etos kerja tinggi, sedisiplin, serta memiliki daya saing secara global. b. Meningkatkan upaya pembangunan dan perekonomian rakyat yang berbasis sektor pertanian, memacu dan meningkatkan pembangunan industri berbasis SDA sebagai komoditas unggulan, usaha perdagangan dan industri pariwisata yang berskala nasional dan internasional sehingga terbuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang adil dan merata untuk kasejahteraan seluruh masyarakat. c. Melanjutkan dan meningkatkan serta terus menyempurnakan berbagai sarana dan prasarana pernunjang pembangunan baik di perkotaan maupun di perdesaan sehingga tercipta perkotaan dan perdesaan yang maju serta hubungan kota-desa yang saling sinergis dalam konsep agropolitan. d. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta bebas KKN dan dapat memberikan pengayoman dan pelayanan yang prima kepada
Bab III 2
masyarakat serta menjamin tegaknya supremasi hukum yang berkeadilan dan perindungan hak asasi manusia. e. Meningkatkan kesadaran yang tinggi pada seluruh lapisan masyarakat terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna terjaminnya pembangunan yang berkelanjutan.
Bab III 3
sebagai
pengembangan (growth pole) dan sebagai pengembangan wilayah depan (frontland development) di propinsi kalimantan selatan. Penyediaan lapangan pekerjaan dan peluang berusaha, pengentasan
kemiskinan, Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan, dan kesehatan, merupakan prioritas utama pembangunan Kotabaru. Untuk itulah penguatan pembangunan ekonomi yang dibarengi dengan pembangunan kesejahteraan masyarakat merupakan kebijakan yang akan di tempuh olah pemerintah Kabupaten Kotabaru. Penguatan pembangunan ekonomi diarahkan dalam upaya memperkuat struktur perekonomian daerah yang lebih seimbang dan merata untuk
kesejahteraan masyarakat, dengan memanfaatkan kondisi dan potensi daerah serta peluang yang ada, dengan mengutamakan upaya-upaya pemulihan dan pengembangan perekonomian daerah melalui peningkatan kegiatan investasi, serta mendorong dan memfasilitasi upaya-upaya peningkatan produktivitas daerah dan pendapatan masyarakat. Kebijakan Pembangunan ekonomi di baringi dengan pembangunan
kesejahteraan ini diarahkan pada penguatan struktur perekonomian daerah, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Bab IV 1
Sehingga Orientasi kebijakan pembangunan ekonomi tidak hanya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi saja namun harus di kompensasi dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara merata. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi harus mempunyai dampak yang luas pada kesejahteraan masyarakat dalam peningkatan daya beli, lapangan pekerjaan, peningkatan akses pendidikan, akses kesehatan, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan. Oleh karena itu Pembangunan ekonomi lebih diperioritaskan pada
pertumbuhan ekonomi yang berbasiskan ekonomi lokal, artinya arah kebijakan ekonomi perlu lebih diarahkan pada sektor yang mempunyai kontribusi besar dalam pembentukan ekonomi daerah, dan mempunyai dampak ikutan yang luas (multiplier effect), seperti sektor pertanian, pertambangan rakyat dan Usaha mikro Kecil menangah (UMKM). Berdasarkan struktur ekonomi Kotabaru, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian dan jumlah tenaga kerja yang besar. Sedangkan Koperasi dan UMKM mempunyai kemampuan dalam menyerap tenaga kerja yang besar. Sehingga peningkatan output pada kedua sektor tersebut akan dapat mendukung akses masyarakat terhadap pemenuhan hak atas pekerjaan dan usaha serta mengurangi kemiskinan. Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tersebut perlu juga di tunjang oleh upaya percepatan investasi dan menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan mengundang investor serta melakukan regulasi perijinan bagi dunia usaha. Pembangunan kesejahteraan masyarakat diarahkan pada Pemberdayaan
masyarakat secara total, melalui peran serta masyarakat yang tidak saja sebagai objek tetapi juga subjek pembangunan, terutama dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan rendahnya mutu sumberdaya manusia yang secara kuantitatif angkanya relatif besar dan secara kualitatif bersifat struktural yang tidak mudah untuk mengatasinya, sehingga hal tersebut memerlukan adanya komitmen, kesungguhan, kerjasama yang sinergis dan implementasi yang nyata di lapangan dari berbagai pihak dan komponen pemerintahan, masyarakat dan dunia usaha.
Bab IV 2
Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah. Arah dari startegi pembangunan ini adalah pertumbuhan ekonomi yang berbasiskan ekonomi lokal khususnya pertanian dan perikanan, serta pengembangan Usaha mikro Kecil menangah (UMKM) serta mampu mendukung terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat. Dengan pertumbuhan ekonomi berbasis ekonomi lokal ini diharapkan dapat hak-hak dasar manyarakat terutama di prioritaskan terhadap upaya peningkatan daya beli masyarakat, ases kesehatan, akses pendidikan, akses pekerjaan dan berusaha. Dalam menjalankan Strategi pembangunan Kotabaru tersebut dukungan birokrasi sangat diperlukan terakit dengan palayanan publik melalui upaya penataan struktur organisasi agar dapat efisien dan efektif, peningkatan kapasitas kelembagaan maupun aparat agar dapat tercapai sebuah borokrasi yang kondusif dalam upaya fasilitasi layanan publik yang baik , serta pembenahan kebijakan publik dan regulasi agar tercipta iklim kondusif yang dapat peningkatan kinerja investasi dan ekonomi.
Bab IV 3
DIDUKUNG PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH Kapasitas system Kapasitas kelembagaan Kapasitas Sumber Daya Manusia Aparat
Dari rumusan startegi tersebut sedikitnya terdapat 3 (Tiga ) strategi pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di masa datang, yakni : a. Startegi mendorong pertumbuhan/kinerja ekonomi berbasis ekonomi lokal untuk peningkatan data beli masyarakat b. Startegi peningkatan kualitas Hidup masyarakat dengan pemenuhan hak dasar masyarakat c. Strategi Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah, yang meliputi : (a). Kapasitas Sistem, (b). Kapasitas Kelembagaan, dan (c). Kapasitas Sumber Daya Manusia Aparatur
Bab IV 4
Dari Ketiga strategi pokok pembangunan tersebut diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
menangah (UMKM). Berdasarkan struktur ekonomi Kotabaru, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian dan jumlah tenaga kerja yang besar. Sedangkan Koperasi dan UMKM mempunyai kemampuan dalam menyerap tenaga kerja yang besar. Sehingga
peningkatan output pada kedua sektor tersebut akan dapat mendukung akses masyarakat terhadap pemenuhan hak atas pekerjaan dan usaha serta mengurangi kemiskinan. Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tersebut perlu juga di tunjang oleh upaya percepatan investasi dan menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan mengundang investor serta melakukan regulasi perijinan bagi dunia usaha.
Bab IV 5
melaksanakan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Keterjangkauan dan pemerataan pelayanan dapat dilihat dengan rasio jumlah sarana yang ada. Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang serta kualitas lingkungan yang belum optimal. Disisi lain belum semua tenaga kesehatan memenuhi kompetensi profesi terkait untuk dapat terregristrasi sebagai tenaga kesehatan professional
Dalam rangka pengembangan kapasitas Pemerintah daerah, maka ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut :
Bab IV 6
A.
Pengembangan Sistem Pengembangan sistem pada hakekatnya mencakup kebijakan dan pengaturan kerangka kerja yang relevan untuk mencapai tujuan kebijakan yang ditetapkan. Dalam paparan yang lebih operasional, pengembangan sistem mencakup; substansi kebijakan, strategi, perencanaan serta sasaran kinerja.
B.
Pengembangan Kelembagaan Pengembangan kelembagaan mencakup : proses pengambilan keputusan, sistem manajemen dan relasi antar organisasi, baik, peraturan dan pengaturan pemerintah yang pedoman dan sistem manajemen,
pembuatan
C.
Pengembangan SDM Aparatur Pengembangan SDM aparatur meliputi : ketrampilan dan kualifikasi individu, pengetahuan, sikap, etika dan motivasi personil yang bekerja pada suatu unit kerja atau organisasi.
Bab IV 7
pembiayaan. maka pendapatan daerah masih merupakan alternatif pilihan utama dalam mendukung program dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik di Kabupaten Kotabaru. Arah pengelolaan Pendapatan daerah Kabupaten Kotabaru tahun 2006 2010 yaitu mobilisasi sumber-sumber PAD, dana perimbangan dan penerimaan daerah lainnya. Dalam pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan diperhatikan upaya untuk peningkatan pendapatan pajak dan retribusi daerah tanpa harus menambah beban bagi masyarakat dan menimbulkan keengganan berinvestasi. Dengan pola kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah, Kabupaten Kotabaru secara bertahap akan mampu keluar dari berbagai persoalan yang selama ini dihadapi seperti tingkat pengangguran yang tinggi dan jumlah penduduk miskin yang cukup besar. Kondisi perekonomian daerah seperti ini yang bersinergi dengan keberhasilan dalam melaksanakan berbagai upaya pembangunan yang kelanjutan akan membawa masyarakat Kotabaru yang demokrastis, religius, adil dan sejahtera sebagimana tercantum dalam Visi Kabupaten Kota Baru. Formulasi kebijakan dalam mendukung pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan lebih difokuskan pada upaya untuk mobilisasi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan penerimaan daerah lainnya. Kebijakan
Bab V 1
mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar kurang lebih 6.96 % dan pertumbuhan tersebut lebih disebabkan oleh adanya kenaikan komponen Dana Perimbangan Khususnya kompensasi Sumber Daya Alam dan pertumbuhan pada komponen PAD yang masing-masing tumbuh rata-rata sebesar 6.88% dan 11,84%. Pertumbuhan komponen Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil usaha Daerah akan menjadi faktor yang penting dalam mendorong pertumbuhan PAD nanti. Sedangkan untuk Dana Perimbangan, komponen Bagi Hasil Pajak serta komponen Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan Provinsi adalah 2 unsur yang cukup penting dalam mendorong pertumbuhan Dana Perimbangan yang akan diperoleh nantinya. Ditinjau dari komposisi Pendapatan Daerah, trend kenaikkan peranan PAD dan trend penurunan dari peranan Dana Perimbangan sampai dengan 2010 diperkirakan akan terus berlangsung meskipun dalam kaitan tersebut diperkirakan dominasi peranan Dana Perimbangan dalam membentuk total perolehan Pendapatan Daerah akan tetap diatas peranan PAD dengan perkiraan komposisi sekitar 88,11 persen untuk Dana Perimbangan dan sekitar 6.31persen untuk PAD. Sedangkan untuk komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah peranannya diperkirakan akan semakin mengecil yaitu sekitar 5.58 persen. Terdapat beberapa hal yang cukup penting terkait dengan prospek keuangan daerah kedepan yaitu bahwa peranan sektor Pajak Daerah dan BUMD dalam memberikan sumbangan ke PAD, kedepan, tampaknya akan semakin penting. Untuk itu, upaya untuk terus melakukan baik ekstensifikasi melalui penggalian sumber-sumber pendapatan daerah maupun intensifikasi melalui upaya yang terus menerus dalam melakukan perbaikan kedalam dan senantiasa meningkatkan kesadaran wajib pajak dan retribusi dalam memenuhi kewajibannya adalah hal yang mutlak untuk tetap dilanjutkan secara konsisten termasuk dalam upaya untuk terus meningkatkan efisiensi, baik di tubuh penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten kotabaru maupun pada setiap perusahaan daerah.
Bab V 2
a. Penertiban sistem dan prosedur pemungutan pendapatan daerah b. Intensifikasi dan ekstensifikasi penggalian sumber-sumber pendapatan daerah, terutama melalui usaha daerah dan pendayagunaan aset daerah. c. Peningkatan koordinasi dan pengawasan terhadap pemungutan
pendapatan daerah d. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat, baik kecepatan pelayanan pembayaran maupun kemudahan untuk memperoleh informasi e. Peningkatan kemampuan dan optimalisasi organisasi di bidang pendapatan atau organisasi penghasil. f. Peningkatan upaya sosialisasi pendapatan daerah
Secara lengkap gambaran tentang prospek pendapatan daerah kabupaten kotabaru tahun 2006 - 2010 sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5.1. dan tabel 5.2.
Bab V 3
2001
1. PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah Restribusi Daerah Hasil Perusaan milik daerah dan hasil pengolahan kekayaan daerah Lain-lain pendapatan Asli Daerah 2. BAGIAN DANA PERIMBANGAN Bagi hasil pajak/hasil bukan pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Bagi hasil pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi 28023.84 4782.10 3008.06 456.90 19776.80
2005
34443.74 7712.72 5700.48 1344.16 19686.37
2006
22246.11 7327.05 5472.66 1444.70 8001.70
2010
34775.23 13753.03 6556.04 4135.92 10330.23
156723.77 171964.96 232895.01 187827.00 224124.38 372386.26 17754.59 19079.75 51264.34 52938.74 56716.64 52670.72 26714.16 21491.26 162350.00 118528.74 122129.00 267320.00 110755.03 130910.00 11266.25 7730.00 12739.52 25895.55 1500.00 483.95 8014.43 8629.52 32539.22 26500.00
453721.04 485906.48 66938.21 72874.43 306802.90 323509.22 30067.71 31794.19 49912.23 57728.64
3906.28
9990.78
9319.99
1872.90
12739.52
26800.00
28250.00
27917.59
29459.10
30794.42
PENDAPATAN
451729.28
478620.85
514896.08 551476.13
Bab V 4
KOMPONEN
1. PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah Restribusi Daerah Hasil Perusaan milik daerah dan hasil pengolahan kekayaan daerah Lain-lain pendapatan Asli Daerah 2. BAGIAN DANA PERIMBANGAN Bagi hasil pajak/hasil bukan pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Bagi hasil pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi 3. LAIN-LAIN PENERIMAAN YANG SAH
2002 -17.32 78.81 26.24 145.83 -50.96 9.72 7.46 -19.55 18.20 -67.74 155.76
Realisasi APBD 2003 2004 14.75 -9.47 -2.38 -26.67 -1.07 -8.15 32.73 33.96 35.43 168.68 655.42 -91.39 1556.05 -6.71 -14.06 1.72 -19.35 3.27 -26.99 -31.39 7.67 -79.90
2010 9.65 12.58 4.96 20.83 5.09 7.09 8.87 5.45 5.74 15.66 4.53
PENDAPATAN
13.47
24.68
-20.47
32.65
48.62
7.19
5.95
7.58
7.10
Bab V 5
Secara teoritis, pendapatan daerah akan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian daerah yang akan terjadi sampai dengan tahun 2010, atau dengan kata lain, bahwa suatu pendapatan daerah termasuk Pendapatan Asli Daerah harus benar-benar mampu merespon perkembangan ekonomi yang diperkirakan akan terjadi.
Dengan menggunakan pendekatan analisis pertumbuhan elastisitas dalam menghitung proyeksi PAD, serta dengan meletakkan beberapa asumsi, seperti : a. Pertumbuhan ekonomi kabupaten Kotabaru selama tahun 2006-2010 adalah sebagi berikut : 5.89 persen (2006) ; 5.95 persen (2007) ; 6.92 persen (2008) ; 6.33 persen (2009); dan 6.34 persen (2010), atau secara umum diperkirakan pertumbuhan tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, rata-rata tumbuh sekitar 6.01 persen; b. Selama periode proyeksi, tingkat inflasi diperkirakan akan mencapai sekitar 9 persen untuk setiap tahunnya; c. Untuk komponen Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Pajak & Bantuan Keuangan Propinsi pada Dana Perimbangan diperkirakan tumbuh sekitar 6.07 persen setiap tahunnya;
Bab V 6
persen; (iii) belanja bagi hasil dan bantuan keuangan sekitar minus 6.78 persen; serta (iv) belanja tak tersangka sekitar 12.79 persen. Selanjutnya ditinjau dari komposisi belanja program dan belanja non program, maka masing-masing sebarannya sampai dengan 2010 sekitar 48,00 persen dan 52,00 persen dengan rata-rata pertumbuhan masing masing sekitar 7.32 persen dan 6.13 persen. Secara lengkap gambaran tentang prospek belanja daerah Kabupaten Kotabaru tahun 2006 - 2010 sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5.3 dan tabel 5.4.,
Bab V 7
Tabel 5.3. Proyeksi Keuangan daerah Aspek Belanja Kabupaten Kotabaru 2006-2010
KOMPONEN BELANJA 1 Belanja Aparatur 11 Belanja Adminstrasi Umum 12 Belanja Operational Dan Pemerliharaan 13 Belanja Modal 2 Belanja Pelayanan Publik 21 Belanja Administrasi Umum 22 Belanja Operasional Dan Pemeliharaan 23 Belanja Modal 3 Belanja Bagi Hasil Dan Bantuan Keuangan 4 Belanja Tak Disangka TOTAL BELANJA TOTAL PENDAPATAN SURPLUS (DEFISIT) Realisasi APBD 2004 2005 84.327,21 82.862,26 61.499,72 58.012,04 9.346,79 8.915,97 13.480,71 15.934,25 106.798,78 119.584,71 60.122,86 53.897,98 17.164,37 17.834,40 35.066,40 22.697,36 1.018,74 213.377,15 21.3769,11 391,96 42.297,48 27.430,27 1.67,91 231.510,11 283.555,87 52.045,76 Proyeksi Belanja 2007 2008 2009 136.134,10 143.564,90 158.967,70 963.83,50 98.866,20 108.348,90 15.828,90 17.502,90 19.648,90 23.921,70 27.195,80 30.969,90 301.370,99 321.437,76 345.406,51 110.385,40 119.794,80 129.204,20 36.789,20 42.049,70 48.310,20 154.196,39 44.003,50 2.043,49 483.552,08 45.1729,28 (31.822,80) 159.593,26 47.894,40 2.434,13 515.331,19 478.620,85 (36.710,34) 167.892,11 52.085,30 2.824,77 559.284,28 514.896,08 (44.388,20)
2006 131.771,48 95.599,14 14.874,71 21.297,63 292.694,78 108.478,95 34.655,81 149.560,03 43.851,69 2.000,00 470.317,95 421.432,37 (48.885,58)
2010 174.426,50 117.831,60 21.850,90 34.744,00 374.171,99 138.613,60 54.570,70 180.987,69 56.876,20 3.215,41 608.690,11 551.476,13 (57.213,98)
Bab V 8
Tabel 5.4. Komposisi dan Pertumbuhan Proyeksi Keuangan daerah Aspek Belanja Kabupaten Kotabaru 2006-2010
Komposisi Belanja (%) KOMPONEN BIAYA Realisasi APBD Proyeksi Belanja Pertumbuhan Belanja (%) Proyeksi Belanja
1. Belanja Aparatur 1.1 Belanja Adminstrasi Umum 1.2 Belanja Operational Dan Pemerliharaan 1.3 Belanja Modal 2. Belanja Pelayanan Publik 2.1 Belanja Administrasi Umum 2.2 Belanja Operasional Dan Pemeliharaan 2.3 Belanja Modal 3. Belanja Bagi Hasil Dan Bantuan Keuangan 4. Belanja Tak Disangka TOTAL BELANJA TOTAL PENDAPATAN SURPLUS (DEFISIT)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 38.83 36.42 28.02 28.15 27.86 28.42 28.66 56.26 3.31 5.46 10.73 9.72 27.19 26.56 20.33 19.93 19.18 19.37 19.36 55.45 0.82 2.58 9.59 8.75 4.18 4.04 3.16 3.27 3.40 3.51 3.59 59.14 57.99 144.76 80.43 101.91 253.59 59.87 6.41 12.32 2.96 1.76 6.16 3.10 0.35 2.17 2.81 7.19 -34.90 10.58 13.69 6.66 8.52 14.30 3.50 8.84 19.12 6.57 5.95 15.36 12.26 13.88 7.46 7.85 14.89 5.20 8.75 16.05 8.53 7.58 20.91 11.21 12.19 8.33 7.28 12.96 7.80 9.20 13.83 8.83 7.10 28.89 7.47 5.82 4.53 4.95 5.28 5.54 5.71 50.05 51.65 62.23 62.32 62.37 61.76 61.47 25.26 25.97 23.07 22.83 23.25 23.10 22.77 8.36 7.41 7.37 9.32 0.43 7.61 9.10 0.42 8.16 9.29 0.47 8.64 9.31 0.51 8.97 9.34 16.43 18.27 31.80 31.89 30.97 30.02 29.73 10.64 11.85 0.48 0.07
100.00 100.00 100.00100.00 100.00 100.00 100.00 100.18 122.48 89.61 93.42 92.88 92.06 90.60 0.18 22.48 -10.39 -6.58 -7.12 -7.94
-9.40 -193.93
Bab V 9
Tabel 5.5. Proyeksi Keuangan daerah Aspek Belanja program dan Non Program Kabupaten Kotabaru 2006-2010
KOMBINASI BELANJA 1. BELANJA PROGRAM 1.1 Belanja Operational Dan Pemerliharaan Pada Belanja Aparatur 1.2 Belanja Operasional Dan Pemeliharaan Pada Belanja Pelayanan Publik 1.3 Belanja Modal Pada Belanja Aparatur 1.4 Belanja Modal Belanja Pelayanan Publik 2. BELANJA NON PROGRAM 2.1 Belanja Adminstrasi Umum Pada Belanja Aparatur 2.2 Belanja Administrasi Umum Pada Belanja Pelayanan Publik 2.3 Belanja Bagi Hasil Dan Bantuan Keuangan 2.4 Belanja Tak Disangka TOTAL BELANJA TOTAL PENDAPATAN SURPLUS (DEFISIT) Realisasi APBD Proyeksi Belanja 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 77.751.02 82.289.35 220.388.18 230.736.19 246.341.66 266.821.11 292.153.29 8.915.97 9.346.79 14.874.71 15.828.90 17.502.90 19.648.90 21.850.90 48.310.20 54.570.70
15.934.25 13.480.71 21.297.63 23.921.70 27.195.80 30.969.90 34.744.00 35.066.40 42.297.48 149.560.03 154.196.39 159.593.26 167.892.11 180.987.69 135.626.12 149.220.76 249.929.78 252.815.89 268.989.53 292.463.17 316.536.81 58.012.04 61.499.72 95.599.14 96.383.50 98.866.20 108.348.90 117.831.60 53.897.98 60.122.86 108.478.95 110.385.40 119.794.80 129.204.20 138.613.60 22.697.36 27.430.27 43.851.69 44.003.50 47.894.40 1.018.74 167.91 2.000.00 2.043.49 2.434.13 52.085.30 56.876.20 2.824.77 3.215.41
213.377.15 231.510.11 470.317.95 483.552.08 515.331.19 559.284.28 608.690.11 213.769.11 283.555.87 421.432.37 451.729.28 478.620.85 514.896.08 551.476.13 391.96 52045.76 -48.885.58 -31.822.80 -36.710.34 -44.388.20 -57.213.98
Bab V 10
Kebijakan belanja daerah diatas, didasari oleh beberapa asumsi pokok sebagai berikut : 1. Perkiraan penerimaan pendapatan daerah diharapkan dapat terpenuhi, sehingga dapat memberikan dukungan terhadap pertumbuhan perekonomian daerah dan mampu mencukupi kebutuhan pelayanan dasar serta
penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Kotabaru . 2. Perkiraan kebutuhan belanja daerah dapat mendanai program-program strategis daerah dalam mendukung dan menjaga targe-target indikator yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2006 - 2010. 3. Pendapatan Daerah tahun 2007 - 2010 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 6.96 persen pertahun , sedangkan kebutuhan Belanja Daerah diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata 6.69 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perkiraan kebutuhan belanja daerah lebih sama dengan perkiraan pendapatan daerah, sehingga APBD
tahun 2006 - 2010 diperkirakan akan mengalami defisit anggaran rata-rata sekitar 8.29 persen. 4. Optimalisasi sumber penerimaan pembiayaan yang paling mungkin dapat dilakukan secara cepat, yaitu dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu, selain itu juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran pembiayaan yang timbul dari pernyertaan modal dan pembayaran utang pokok yang jatuh tempo.
Belanja Daerah diarahkan pada peningkatan proporsi belanja untuk memihak kepentingan publik, disamping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan Pemerintahan Dalam penggunaannya, belanja daerah harus tetap
mengedepankan efisiensi, efektivitas dan penghematan sesuai dengan prioritas, yang diharapkan dapat memberikan dukungan program-program pembangunan daerah Agar keuangan Pemerintah Kabupaten Kotabaru dapat dikelola dengan
Bab V 11
baik, maka perlu dilakukan perencanaan keuangan, dengan selalu menggali potensi pendapatan, melakukan efesiensi belanja serta mengembangkan sumber pembiayaan Penggunaan anggaran untuk belanja barang dan jasa, berdasarkan pada patokan harga dasar yang telah ditetapkan dalam HSPK (harga satuan Pokok Kegiatan) Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan serta jenis belanja Berdasarkan klasifikasi organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah Sedangkan menurut klasifikasi fungsi terdiri dari : (a) Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan, dan (b) Untuk tujuan keselarasan serta keterpaduan dalam rangka pengelolaan keuangan negara Dalam rangka meningkatkan efektifitas pengeluaran daerah, maka diperlukan langkah-langkah kebijakan pengelolaan belanja daerah sebagai berikut : a. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengadaan barang dan jasa yang digunakan untuk pelaksanaan pelayanan publik setiap satuan kerja pemerintah daerah serta pemeliharaan aset daerah melalui pelaksanaan reformasi pengadaan barang dan jasa dengan tetap mengedepankan orientasi pada keuntungan bagi negara sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku b. Menyediakan sarana dan prasarana pembangunan daerah yang memadai untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi, peningkatan kesejahteraan rakyat, pengentasan kemiskinan dan pengurangan pengangguran; c. Mengarahkan belanja bantuan sosial yang dapat langsung membantu meringankan beban masyarakat miskin d. Mendukung koordinasi dan sinkronisasi kebijakan desentralisasi fiskal dalam rangka penyempurnaan hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah melalui penyusunan dan perumusan kebijakan dalam penetapan Dana Alokasi Umum,
Bab V 12
Dana Alokasi Khusus, Bagi Hasil Sumber Daya Alam dan Bukan Pajak termasuk Dana Reboisasi e. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat terkait dalam melakukan pemantauan dan evaluasi dana perimbangan f. Menyusun dan merumuskan kebijakan penataan pengelolaan
keuangan daerah, yang antara lain terkait dengan ketentuan mengenai transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, perbaikan manajemen keuangan daerah, pengendalian defisit dan surplus anggaran daerah, serta pelaporan dan pengelolaan informasi keuangan daerah g. Melanjutkan langkah-langkah pemutakhiran data yang menyangkut perumusan kebijakan dana perimbangan
pendapatan daerah yang muncul sebagai akibat peningkatan aktifitas ekonomi serta dari adanya berbagai program investasi yang telah dijalankan pada periode-periode sebelumnya Kebijakan pendapatan daerah khususnya untuk Pendapatan Asli Daerah adalah
diupayakan ada peningkatan dengan tetap menjaga penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha, sehingga
keberadaannya diharapkan dapat mewujudkan stabilitas fiskal daerah khususnya dalam memberikan ketersediaan sumber pembiayaan
Bab V 13
dalam menjaga kelancaran penyelenggaraan pemerintahan daerah dan peningkatan kualitas pelayanan publik b. Kebijakan belanja daerah pada periode 2006 - 2010 adalah peningkatan komposisi dari belanja langsung setiap tahunnya serta peningkatan alokasi anggaran lebih diarahkan untuk pembiayaan program-progran pembangunan yang mengarah pada upaya
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat Dan dalam mengalokasikan anggaran harus mengacu pada norma dan prinsip anggaran yaitu Transparansi dan Akuntabilitas, Disiplin
Bab V 14