You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang Minyak bumi, batu bara dan gas alam merupakan sumber energi utama yang digunakan untuk bahan bakar rumah tangga, kendaraan bermotor dan mesin industri. Ketiga jenis tersebut bahan bakar tersebut berasal dari pelapukan sisasisa organisme sehinggga disebut bahan bakar fosil. Minyak bumi dan gas alam berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati sekitar 150 juta tahun yang lampau. Sisa-sisa organisme itu mengendap di dasar lautan yang kemudian ditutupi oleh lumpur. Lapisan lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh suhu dan tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu,dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik itu dan mengubahnya menjadi minyak dan gas. Sisa-sisa organisme itu mengendap di dasar bumi kemudian ditutupi lumpur. Lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik itu menjadi minyak dan gas. Selain bahan bakar, minyak dan gas bumi merupakan bahan industri yang penting. Bahan-bahan atau produk yang dibuat dari minyak dan gas bumi ini disebut petrokimia. Dewasa ini puluhan ribu jenis bahan petrokimia tersebut dapat digolongkan ke dalam plastik, serat sintetik, karet sintetik, pestisida, detergen, pelarut, pupuk, dan berbagai jenis obat.

1.2 Tujuan Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. 2. Dapat mengetahui serta mendalami pengetahuan penulis terkait minyak bumi. Dapat mengetahui manfaat serta kegunaan minyak bumi bagi kehidupan manusia.

BAB II ISI 2.1 Sumber Minyak Bumi Minyak bumi terbentuk dari organisme, tumbuhan, dan hewan, berukuran sangat kecil yang hidup di lautan purba. Begitu organisme ini mati, lalu terkubur di dasar laut dan kemudian tertimbun oleh pasir dan lumpur. Kemudian ia akan terbentuk lapisan yang kaya akan zat organik yang akhirnya akan menjadi batuan endapan. Proses ini berulang secara terus-menerus, sehingga satu lapisan akan menutup lapisan berikutnya. Dan ini berlangsung selama jutaan tahun. Selama jutaan tahun itu pula dimungkinkan lautan tersebut menyusut dan berpindah tempat karena adanya gerakan dari lempeng-lempeng bumi (Nawawi, 1955). Endapan yang terbentuk ini umumnya miskin oksigen. Sehingga tidak dimungkinkan material organik dari organisme, tumbuhan, maupun hewan tersebut terdekomposisi secara sempurnya. Tetapi ada bakteri anaerob (tidak menggunakan oksigen dalam hidupnya) yang mengurai material ini, sedikit demi sedikit, molekul demi molekul, selama jutaan tahun menjadi material yang kaya akan hidrogen dan karbon. Seiring dengan terdekomposisinya material ini, muncul tekanan yang disebabkan oleh batuan yang mengendap di atasnya, sehingga temperatur dan tekanannya menjadi tinggi dan kemudian secara perlahan-lahan akan mengubah sisa-sisa bahan organik tersebut menjadi minyak dan gas bumi (Nawawi,1955). Minyak bumi yang dihasilkan ini kemudian akan bergerak ke lapisan batuan yang atas karena massa jenisnya yang rendah. Minyak bumi ini akan menuju batuan yang mempunyai pori-pori yang ukurannya cukup. Sehingga minyak akan terakumulasi di lapisan batuan tersebut. Lapisan batuan yang bisa mengandung minyak inilah yang disebut dengan reservoir minyak. Batuan yang mengandung minyak bumi tertua yang diketahui berumur lebih dari 600 juta tahun. Sedangkan yang paling muda berumur sekitar 1-juta tahun. Waktu pembentukan yang lama inilah yang menyebabkan minyak bumi termasuk sumber daya yang tidak dapat diperbarui (Nawawi,1955).

2.2 Komposisi Minyak Bumi Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-senyawa organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak terkandung di dalam minyaak bumi dan gas alam. Gas alam terdiri dari alkana suku rendah, yaitu metana, etana, propana, dan butana. Selain alkana juga terdapat berbagai gas lain seperti karbondioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), beberapa sumur gas juga mengandung helium. Sedangkan hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi terutama adalah alkana dan sikloalkana, senyawa lain yang terkandung didalam minyak bumi diantaranya adalah Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam terutama Nikel, Besi dan Tembaga (Michael, 2004). Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi. Berdasarkan hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut (Fieser,dkk, 1950) :

Karbon Hidrogen Nitrogen Oksigen Sulfur

: 83,0 - 87,0 % : 10,0 - 14,0 % : 0,1 - 2,0 % : 0,05 - 1,5 % : 0,05 - 6,0 %

Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas tiga golongan, yaitu :
1.

Golongan parafinik / hidrokarbon jenuh Keberadaan rantai lurus sebagai komponen utama (terbanyak), sedangkan rantai bercabang lebih sedikit Senyawa penyusun diantaranya:
a. metana b. etana c. propana d. butana e. n-heptana

CH4 CH3 CH3 CH3 CH2 CH3 CH3 (CH2)2 CH3 CH3 (CH2)5 CH3

f. iso oktana

CH3 - C(CH3)2 CH2 CH (CH3)2

2. Golongan naphthenik / Hidrokarbon Jenuh berantai siklik

Dikenal dengan sikloalkana atau naftena Keberadaannya lebih sedikit dibanding alkana Senyawa penyusunnya : 1. Siklopropana 2. Siklobutana

3. Siklopentana

4.

Siklopheksana

3. Golongan aromatik

Dikenal sebagai seri aromatik Keberadaannya sebagai komponen yang kecil/sedikit Senyawa penyusunannya: 1. Naftalena 2. Antrasena

3. Benzena

4. Toluena

4. Golongan olefinik, umumnya tidak ditemukan dalam crude oil, demikian

juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang. Tetapi karena di alam bisa dikatakan tidak pernah ditemukan minnyak bumi dalam bentuk olefin, maka minyak bumi kemudian dikelompokkan menjadi tiga jenis saja, yaitu Parafin, Naften dan Aromat. Kandungan utama dari campuran hidrokarbon ini adalah parafin atau senyawa isomernya. Isomer sendiri adalah bentuk lain dari suatu senyawa hidrokarbon yang memiliki rumus kimia yang sama. Misal pada normal-butana pada gambar berikut memiliki isomer 2-metil propana, atau kadang disebut juga iso-butana. Keduanya memiliki rumus kimia yang sama, yaitu C4H10 tetapi memiliki rumus bangun yang berbeda seperti tampak pada gambar dibawah (Giwangkara, 2007). Jika atom karon (C) dinotasikan sebagai bola berwarna hitam dan atom hidrogen (H) dinotasikan sebagai bola berwarna merah maka gambar dari normalbutan dan iso-butan akan tampak seperti gambar berikut (Giwangkara, 2007) :

Senyawa hidrokarbon normal sering juga disebut sebagai senyawa hidrokarbon rantai lurus, sedangkan senyawa isomernya atau iso sering juga disebut sebagai senyawa hidrokarbon rantai cabang. Keduanya merupakan jenis minyak bumi jenis parafin. Sedangkan sisa kandungan hidrokarbon lainnya dalam minyak bumi adalah senyawa siklo-parafin yang disebut juga naften dan/atau senyawa aromat. Berikut adalah contoh dari siklo-parafin dan aromat.

Kelompok hidrokarbon terebut diatas disebut homologis, karena sebagian besar kandungan yang ada dalam minyak bumi tersebut dapat dipisahkan kedalam beberapa jenis kemurnian untuk keperluan komersial. Secara umum, di dalam kilang minyak bumi, pemisahan perbandingan kemurnian dilakukan terhadap hidrokarbon yang memiliki kandungan karbon yang lebih kecil dari C7. Campuran siklo parafin dan aromat dalam rantai hidrokarbon panjang dalam minyak bumi membuat minyak bumi tersebut digolongkan menjadi minyak bumi jenis aspaltin. Minyak bumi di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk parafin murni maupun aspaltin murni, tetapi selalu dalam bentuk campuran antara parafin dan aspaltin. Pengelompokan minyak bumi menjadi minyak bumi jenis parafin dan minyak bumi jenis aspaltin berdasarkan banyak atau dominasi minyak parafin atau aspaltin dalam minyak bumi. Artinya minyak bumi dikatakan jenis parafin jika senyawa parafinnya lebih dominan dibandingkan aromat dan/atau siklo parafinnya. Dalam skala industri, produk dari minyak bumi dikelompokkan berdasarkan rentang titik didihnya, atau berdasarkan trayek titik didihnya. Pengelompokan produk berdasarkan titik didih ini lebih sering dilakukan dibandingkan pengelompokan berdasarkan komposisinya. Minyak bumi tidak seluruhnya terdiri dari hidrokarbon murni. Dalam minyak bumi terdapat juga zat pengotor (impurities) berupa sulfur (belerang), nitrogen dan logam. Pada umumnya zat pengotor yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa sulfur organik yang disebut merkaptan. Merkaptan ini mirip dengan hidrokarbon pada umumnya, tetapi ada penambahan satu atau

lebih atom sulfur dalam molekulnya, seperti pada gambar berikut (Giwangkara, 2007) :

Senyawa sulfur yang lebih kompleks dalam minyak bumi terdapat dalam bentuk tiofen dan disulfida. Tiofen dan disulfida ini banyak terdapat dalam rantai hidrokarbon panjang atau pada produk distilat pertengahan (middle distillate). Crude oil mengandung sejumlah senyawaan non hidrokarbon, terutama senyawaan Sulfur, senyawaan Nitrogen, senyawaan Oksigen, senyawaan Organo Metalik (dalam jumlah kecil/trace sebagai larutan) dan garam-garam anorganik (sebagai suspensi koloidal). Masing-masing senyawa tersebut akan dijelaskan pada uraian dibawah ini (Giwangkara, 2007) : 1. Senyawaan Sulfur Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur yang lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.
2. Senyawaan Oksigen

Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik apabila produk itu lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Naphthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik.
3. Senyawaan Nitrogen

Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer.

4. Konstituen Metalik Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan pembentukkan coke. Pada power generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga merusakkan refractory itu. 2.3 Proses Pembentukan Minyak Bumi Ada beberapa hipotesa tentang terbentuknya minyak bumi yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah (Nawawi, 1955) :
1. Teori Biogenesis ( Organik )

Macqiur

(Perancis,

1758)

merupakan

orang

yang

pertama

kali

mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung olehsarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa: minyak dan gas bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu dan membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.

Gambar 2.1 Biota pembentuk minyak bumi Secara alami minyak bumi yang ada secara alami ini dibuat oleh alam ini bahan dasarnya dari ganggang. Selain ganggang, biota-biota lain yang berupa daun-daunan juga dapat menjadi sumber minyak bumi. Tetapi ganggang merupakan biota terpenting dalam menghasilkan minyak. Namun dalam studi perminyakan diketahui bahwa tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi akan lebih banyak menghasilkan gas ketimbang menghasilkan minyak bumi. Hal ini disebabkan karena rangkaian karbonnya juga semakin kompleks. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan teredapkan di dasar cekungan sedimen. Keberadaan ganggang ini bisa juga dilaut maupun di sebuah danau. Jadi ganggang ini bisa saja ganggang air tawar, maupun ganggang air laut. Tentusaja batuan yang mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut. Batuan yang mengandung banyak karbonnya ini yang disebut Source Rock (batuan Induk) yang kaya mengandung unsur Carbon (high TOC-Total Organic Carbon).

10

Gambar 2.2 Pembentukan batuan induk (Source Rock) Proses pembentukan carbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gasbumi. Kalau saja carbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai carbon yang tidak mungkin dimasak. Proses pengendapan batuan ini berlangsung terus menerus. Kalau saja daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain diatasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Tentu saja dapat diketahui bahwa semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, akan bertambah suhunya.

Gambar 2.3 Proses pemasakan akibat gradien geothermal

11

a. Reservoir (batuan Sarang) Ketika proses penimbunan ini berlangsung tentusaja banyak jenis batuan yang menimbunnya. Salah satu batuan yang nantinya akan menjadi batuan reservoir atau batuan sarang. Pada prinsipnya segala jenis batuan dapat menjadi batuan sarang, yang penting ada ruang pori-pori didalamnya. Batuan sarang ini dapat berupa batu pasir, batugamping bahkan batuan volkanik. b. Proses Migrasi dan Pemerangkapan Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang termatangkan ini tentusaja berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, minyakbumi yang mentah ciri fisiknya berbeda dengan air. Dalam hal ini sifat fisik yang terpenting yaitu berat-jenis dan kekentalan. Walaupun kekentalannya lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi ini lebih kecil. Sehingga harus mengikuti hukum Archimides. Demikianlah juga dengan minyak yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air ini akhirnya akan cenderung bermigrasi keatas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap atau lebih sering disebut terperangkap dalam sebuah jebakan (trap).

Gambar 2.4 Proses migrasi dan pemerangkapan minyak (HC) c. Proses pematangan batuan induk (Source rock)

12

Seperti disebutkan diatas bahwa pematangan source rock (batuan induk) ini karena adanya proses pemanasan. Juga diketahui semakin dalam batuan induk akan semakin panas dan akhirnya menghasilkan minyak.

Gambar 2.5 Proses pematangan batuan induk (Source rock) Proses pemasakan ini tergantung suhunya dan karena suhu ini tergantung dari besarnya gradien geothermalnya maka setiap daerah tidak sama tingkat kematangannya. Daerah yang dingin adalah daerah yang gradien geothermalnya rendah, sedangkan daerah yang panas memiliki gradien geothermal tinggi. Jadi yang namanya minyak bumi atau sering juga disebut crude oil adalah merupakan campuran dari ratusan jenis hidrokarbon dari rentang yang paling kecil, seperti metan, yang memiliki satu atom karbon sampai dengan jenis hidrokarbon yang paling besar yang mengandung 200 atom karbon bahkan lebih. 2. Teori Abiogenesis ( Anorganik ) Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja uap

13

pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain 2). Dari sekian banyak hipotesa tersebut yang sering dikemukakan adalah Teori Biogenesis, karena lebih bisa. Teori pembentukan minyak bumi terus berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi dan teknik analisis minyak bumi, sampai kemudian pada tahun 1984 G. D. Hobson dalam tulisannya yang berjudul The Occurrence and Origin of Oil and Gas menyatakan bahwa : The type of oil is dependent on the position in the depositional basin, and that the oils become lighter in going basinward in any horizon. It certainly seems likely that the depositional environment would determine the type of oil formed and could exert an influence on the character of the oil for a long time, even thought there is evolution Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena adanya kebocoran kecil yang permanen dalam siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi antara atmosfir dengan permukaan bumi, yang digambarkan dengan dua panah dengan arah yang berlawanan, dimana karbon diangkut dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama, karbon dioksida di atmosfir berasimilasi, artinya CO2 diekstrak dari atmosfir oleh organisme fotosintetik darat dan laut. Pada arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi makhluk hidup (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme).Dalam proses ini, terjadi kebocoran kecil yang memungkinkan satu bagian kecil karbon yang tidak dibebaskan kembali ke atmosfir dalam bentuk CO2, tetapi mengalami transformasi yang akhir-nya menjadi fosil yang dapat terbakar. Bahan bakar fosil ini jumlahnya hanya kecil sekali. Bahan organik yang mengalami oksidasi selama pemendaman. Akibatnya, bagian utama dari karbon organik dalam bentuk karbonat menjadi sangat kecil jumlahnya dalam batuan sedimen. Pada mulanya senyawa tersebut (seperti karbohidrat, protein dan lemak) diproduksi oleh makhluk hidup sesuai dengan kebutuhannya, seperti untuk mempertahankan diri, untuk berkembang biak atau

14

sebagai komponen fisik dan makhluk hidup itu. Komponen yang dimaksud dapat berupa konstituen sel, membran, pigmen, lemak, gula atau protein dari tumbuhtumbuhan, cendawan, jamur, protozoa, bakteri, invertebrata ataupun binatang berdarah dingin dan panas, sehingga dapat ditemukan di udara, pada permukaan, dalam air atau dalam tanah. Apabila makhluk hidup tersebut mati, maka 99,9 % senyawa karbon dan makhluk hidup akan kembali mengalami siklus sebagal rantai makanan, sedangkan sisanya 0,1 senyawa karbon terjebak dalam tanah dan dalam sedimen. Inilah yang merupakan cikal bakal senyawa-senyawa fosil atau dikenal juga sebagai embrio minyak bumi. Embrio ini mengalami perpindahan dan akan menumpuk di salah satu tempat yang kemungkinan menjadi reservoar dan ada yang hanyut bersama aliran air sehingga menumpuk di bawah dasar laut, dan ada juga karena perbedaan tekanan di bawah laut muncul ke permukaan lalu menumpuk di permukaan dan ada pula yang terendapkan di permukaan laut dalam yang arusnya kecil. Embrio kecil ini menumpuk dalam kondisi lingkungan lembab, gelap dan berbau tidak sedap di antara mineral-mineral dan sedimen, lalu membentuk molekul besar yang dikenal dengan geopolimer. Senyawa-senyawa organik yang terpendam ini akan tetap dengan karakter masing-masing yang spesifik sesuai dengan bahan dan lingkungan pembentukannya. Selanjutnya senyawa organik ini akan mengalami proses geologi dalam perut bumi. Pertama akan mengalami proses diagenesis, dimana senyawa organik dan makhluk hidup sudah merupakan senyawa mati dan terkubur sampai 600 meter saja di bawah permukaan dan lingkungan bersuhu di bawah 50C. Pada kondisi ini senyawasenyawa organik yang berasal dan makhluk hidup mulai kehilangan gugus beroksigen akibat reaksi dekarboksilasi dan dehidratasi. Semakin dalam pemendaman terjadi, semakin panas lingkungannya, penam-bahan kedalaman 30 40 m akan menaik-kan temperatur 1C. Di kedalaman lebih dan 600 m sampai 3000 m, suhu pemendaman akan berkisar antara 50 - 150 C, proses geologi kedua yang disebut katagenesis akan berlangsung, maka geopolimer yang terpendam mulal terurai akibat panas bumi. Komponen-komponen minyak bumi pada proses ini mulai terbentuk dan senyawa senyawa karakteristik yang berasal dan makhluk hidup tertentu kembali dibebaskan dari molekul. Bila kedalaman

15

terus berlanjut ke arah pusat bumi, temperatur semakin naik, dan jika kedalaman melebihi 3000 m dan suhu di atas 150C, maka bahan-bahan organik dapat terurai menjadi gas bermolekul kecil, dan proses ini disebut metagenesis. Setelah proses geologi ini dilewati, minyak bumi sudah terbentuk bersama-sama dengan biomarka. Fosil molekul yang sudah terbentuk ini akan mengalami perpindahan (migrasi) karena kondisi lingkungan atau kerak bumi yang selalu bergerak ratarata se-jauh 5 cm per tahun, sehingga akan ter-perangkap pada suatu batuan berpori, atau selanjutnya akan bermigrasi membentuk suatu sumur minyak. Apabila dicuplik batuan yang memenjara minyak ini (batuan induk) atau minyak yang terperangkap dalam rongga bu-mi, akan ditemukan fosil senyawa-senyawa organik. Fosil-fosil senyawa inilah yang ditentukan strukturnya menggunaan beberapa metoda analisis, sehingga dapat menerangkan asal-usul fosil, bahan pembentuk, migrasi minyak bumi serta hubungan antara suatu minyak bumi dengan minyak bumi lain dan hubungan minyak bumi dengan batuan induk (Nawawi, 1955).

2.4 Pengolahan Minyak Bumi Minyak mentah (Crude oil) yang peroleh dari pengeboran berupa cairan hitam kental yang pemanfaatannya harus diolah terlebih dahulu. Pengeboran minyak bumi di Indonesia, terdapat di pantai utara Jawa (Cepu, Wonokromo, Cirebon), Sumatra (Aceh, Riau), Kalimantan (Tarakan, Balikpapan) dan Irian (Papua). Pengolahan minyak bumi melalui dua tahapan, diantaranya (Zuhra, 2003): 1. Pengolahan Pertama Pada tahapan ini dilakukan distilasi bertingkat memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan titik didihnya. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah. Sedangkan titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sangkup-sangkup yang disebut sangkup gelembung.

16

2.

Pengolahan kedua, Pada tahapan ini merupakan proses lanjutan hasil penyulingan bertingkat

dengan proses sebagai berikut: a. Perengkahan (cracking) b. Ekstrasi c. Kristalisasi d. Pembersihan dari kontaminasi Minyak mentah (cruide oil ) mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 hinggga 50, karena titik didih karbon telah meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C dalam molekulnya.Oleh karena itu pengolahan (pemurnian = refining ) minyak bumi dilakukan melalui distilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.Mula-mula minyak mentah pada suhu sekitar 400C, kemudian dialirkan ke dalam menara fraksionasi. Komponen yang titik didihnya tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah,sedangkannyang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Semakin ke atas, suhu dalam menara fraksionasi itu semakin rendah. Sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas). 2.5 Fraksi-Fraksi Minyak Bumi Proses pertama dalam pemrosesan minyak bumi adalah fraksionasi dari minyak mentah menggunakan proses destilasi bertingkat. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut (Zuhra, 2003): Tabel. 2.1 Fraksi-Fraksi dari Minyak Bumi Berdasarkan Titik Didih (C)

17

Jarak Titik Didih (C) Dibawah 30 30 180 180 230 230 305

Banyaknya Atom Karbon 14 5 10 11 12 13 17

Nama Fraksi Gas Bensin Minyak Tanah Minyak Gas

Kegunaan Bahan bakar pemanas Bahan bakar mobil Bahan bakar jet Bahan bakar diesel,

305 405 18 25 Minyak Gas Berat Bahan bakar pemanas Sisa : 1. Minyak bisa menguap : minyak pelumas, lilin, parafin dan vaselin. 2. Bahan yang tidak bisa menguap : aspal dan arang minyak bumi. a) Fraksi Gas Gas alam dapat diperoleh secara terpisah maupun bersama-sama dengan minyak bumi. Gas alam sebagian besar terdiri dari alkana berantai karbon rendah yaitu antara lain metana, etana, propana, butana, dan iso-butana. Gas alam dapat digunakan sebagai : 1. Bahan bakar rumah tangga / pabrik Gas alam merupakan bahan bakar yang paling bersih dan praktis. Tetapi gas alam mempunyai keburukan yaitu sifatnya tidak berbaur (bila dibandingkan dengan gas dari batubara) sehingga sering terjadi kecelakaan karena bocor. Oleh karena itu gas ini diberi bau yaitu sedikit zat yang berbau sekali. Propana yang merupakan salah satu fraksi gas biasanya digunakan sebagai: Mengelas paduan-paduan tembaga, alumunium, dan magnesium Mengelas besi tuang Menyolder dan mengelas solder Menyemprot logam Memotong besi dengan gas karbit Penerangan pantai Butana dipakai dalam rumah tangga sebagai : Pemanas ruangan Penerangan

18

Butana mempunyai batas meledak yang lebih kecil bila dibandingkan dengan propana. 2. Karbon Hitam (Carbon Black) Karbon hitam adalah arang halus yang dibuat dari pembakaran yang tidak sempurna. Penggunaannya antara lain sebagai : Bahan dalam pembuatan cat dan tinta cetak Zat pengisi pada karet terutama dalampembuatan ban-ban mobil dan sepeda Karbon hitam dibuat dengan membawa nyala gas bumi yang didinginkan, arang yang terbentuk kemudian dipisahkan dari bidang ini dan dibagi berdasarkan kehalusannya. Metana yang mengandung 75% karbon akan menghasilkan 4 atau 4,5 % zat penghitam dan sisanya akan hilang sebagai asap, zat asam arang, dan sebagainya. b) Bensin Komposisi bensin terdiri dari n heptana dan iso oktana, yaitu sebagai berikut (Sari, 2006):

Bensin dapat dibuat dengan beberapa cara, antara lain : 1. Penyulingan langsung dari minyak bumi, dimana kualitasnya tergantung pada susunan kimia dari bahan-bahan dasar. 2. Merengkah (Cracking) dari hasil-hasil minyak bumi berat, misalnya minyak gas dn residu. 3. Sintesis dari zat-zat berkarbon rendah Bensin dapat dimanfaatkan sebagai :

19

1. bahan bakar motor 2. bahan ekstraksi, pelarut dan pembersih 3. bahan bakar penerangan dan pemanas c) Minyak Gas Minyak gas pada awalnya banyak digunakan sebagai penerangan dalam gerbong kereta api. Tetapi sekarang sudah tidak pernah dilakukan karena diganti dengan listrik. Akan tetapi, minyak masih memiliki manfaat lainnya yaitu : Sebagai bahan bakar untuk motor diesel. Pesawat-pesawat pemanasan pusat otomatis, biasanya minyak gas tanpa bagian-bagian residual. Seperti pada bensin, untuk menaikan bilangan oktan pada minyak gas maka perlu ditambahkan persenyawaan yang lebih banyak mengandung zat asam. Untuk memperoleh hasil yang nyata maka persentasenya harus besar yaitu 5% sehingga pemakaian senyawa ini menjadi mahal. d). Minyak Bakar Minyak bakar biasanya digunakan sebagai bahan bakar residual dan bahan bakar sulingan. Bahan bakar residual biasanya diperoleh dengan pengentalan minyak bumi dan residu minyak tanah. 2.6 Mutu Bensin Bensin adalah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk kendaraan bermotor roda dua, tiga atau empat. Dewasa ini tersedi tiga jenis bensin, yaitu premium, pertamax, dan pertamax plus. Ketiganya mempunyai mutu atau prilaku (perfomance) yang berbeda. Mutu bahan bakar bensin dikaitkan dengan jumlah ketukan (knocking) yang ditimbulkannya dan dinyatakannya dengan nilai oktafnya (Zuhra,2003). Ketukan adalah suatu prilaku yamg kuramg baik dari bahan bakar,yaitu pembakaran terjadi terlalu dini sebelum piston berada pada posisi yang tepat. Ketukan menyebabkan mesin mengelitik, mengurangi efisiensi bahan bakar dan dapat pula merusak mesin. Untuk menentukan nilai oktan, ditetapkan dua jenis senyawa sebagai pembanding yaitu isooktana dan n-haptana . Kedua senyawa ini adalah dua diantara macam banyak senyawa yang terdapat dalam bensin.

20

Isooktana menghasilkan ketukan paling sedikit, diberi nilai oktan 100, sedangakan n-heptana menghasilkan ketukan paling banyak, diberi nilai oktan 0 (nol). Suatu campuran yang terdiri 80 %isooktana dan 20% n-heptana mempunyai nilai oktan sebesar (80/100 x 100) + (20/100 x 0) = 80 (Zuhra,2003).

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pada uraian yang terdapat dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Minyak bumi berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang

telah mati yang terkubur selama jutaan tahun.


2. Proses pembentukan minyak bumi dapat terjadi secara Biogenesis

(Organik) dan Abiogenesis (Anorganik)


3. Komposisi

minyak bumi terdiri senyawa hidrokarbon dan non-

hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yaitu hidrokarbon jenuh / parafinik, Hidrokarbon Jenuh berantai siklik / naphthenik serta senyawa aromatik.

21

Sedangkan non hidrokarbon yaitu Sulfur, Nitrogen, Oksigen, Organo Metalik (dalam jumlah kecil) dan garam-garam anorganik. 4. Minyak bumi dapat diolah menjadi bahan bakar seperti bensin, minyak gas dan minyak bakar.

3.2 Saran Sebaiknya dalam pemanfaatan minyak bumi dilakukan secara terbatas / tidak digunakan dalam jumlah yang besar untuk sekali penggunaan. Hal ini dikarenakan minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga jika dimanfaatkan dalam jumlah besar sumber daya ini dapat dengan cepat habis / hilang.

DAFTAR PUSTAKA

Fieser, Louis. F., and Mary Fieser, 1950. Organic Chemistry. Second Edition. D.C Heatch and Company. Boston. Giwangkara S., 2007. Komposisi minyak bumi . http : // persembahanku. wordpress.com. diakses tanggal : 15 April 2011. Sari, I.R., 2006. Metode Belajar Efektif Kimia : Jawa Tengah. CV Media Karya Putra. Nawawi, H., 1955. Minyak Bumi ; dan Hasil Minyak Bumi, Penggalian, Pengerjaan, dan Pemakaiannya. Penerbit Buku Teknik. Jakarta.

22

Michael, P., 2004. Kimia Untuk SMA : Jakarta. PT Erlangga. Zuhra, C.F., 2003. Penyulingan, Pemprosesan dan Penggunaan Minyak Bumi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. USU. Sumatera Utara.

23

You might also like