You are on page 1of 13

- Bahwa berdasarkan keterangan saksi Sigid Haryo Wibisono, keterangan Setyo Wahyudi, keterangan saksi Karno, saksi Alfian

Makarim, saksi Tryana, saksi Indra Apriadi, saksi Antasari Azhar bahwa pada pertengahan Januari 2009 Terdakwa pernah bertemu dengan Sigid Haryo Wibisono bertempat di rumah saksi Sigid Haryo Wibisono di Jl. Pati Unus No.35 Jakarta Selatan; - Dari keterangan Sigid Haryo Wibisono, saksi H.J.A Pinora dan Saksi M. Joni terungkap bahwa Tim yang diketuai oleh Chairul Anwar telah mengambil gambar korban, Rani dan mobil korban. Tim tersebut juga beberapa kali ke rumah Sigid Haryo Wibisono (sesuai keterangan para penjaga rumah Sigid Haryo Wibisono dan saksi Setyo Wahyudi). Dari keterangan Sigid Haryo Wibisono, Tim juga telah menerima dana dari saksi tersebut sebesar kurang lebih Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah); - Bahwa benar saksi Setyo Wahyudi pernah mengeprint foto, alamat dan gambar peta berwarna, foto ada 2 orang satu laki-laki dan yang satunya perempuan. Foto diprint saksi Setyo Wahyudi atas permintaan dari Sigid Haryo Wibisono dari komputer Sigi Haryo Wibisono. Kemudian saksi tersebut juga menulis nama lengkap yang laki bernama Nasrudin dan perempuan Rani, tanggal lahir dan alamat. Bahwa foto yang di print tersebut didapat dari M. Joni. Sesuai keterangan saksi H.J.A Pinora, pernah datang ke rumah Sigid Haryo Wibisono untuk mengantar foto korban; - Bahwa saksi Sigid Haryo Wibisono pernah diperkenalkan oleh saksi Muh. Agus dengan Terdakwa di Jl.Kerinci pada akhir bulan Januari 2009. Sesuai keterangan Muh. Agus, perkenalan antara Terdakwa dengan Sigid Haryo Wibisono adalah inisiatif saksi Muh. Agus yang dilakukannya secara spontan, mengingat saksi mengenal kepribadian Terdakwa; - Bahwa pada waktu itu saksi Sigid Haryo Wibisono sedang berbicara dengan saksi M Agus, bahwa saudara Sigid Haryo Wibisono sedang mencari polisi yang mempunyai dedikasi tinggi kepada Negara, saksi Muh. Agus menyebutkan 2 nama salah satunya Terdakwa; - Bahwa pada waktu perkenalan saksi Sigid Haryo Wibisono dengan Terdakwa Wiliardi Wizar, saksi Muh. Agus tidak mendengar saksi Sigid Haryo Wibisono menawarkan jabatan tertentu hanya perkenalan biasa; - Bahwa saksi Antasari Azhar pernah diperkenalkan kepada Terdakwa oleh saksi Sigid Haryo Wibisono dirumah saksi Sigid Haryo Wibisono di Jl.Pati Unus Jakarta Selatan sekitar akhir Januari tahun 2009; - Bahwa benar pada saat pertemuan antara saksi Antasari Azhar, Sigid Haryo Wibisono dan Terdakwa dirumah Sigid Haryo Wibisono tidak ada pembicaraan tentang apapun, hanya bercerita mengenai pengalaman dan tugas yang pernah dijalani; - Bahwa tidak pernah ada pembicaraan masalah terror kepada Nasrudin Zulkarnain dan saksi Antasari Azhar tidak pernah berkeluh kesah berkaitan dengan masalah Nasrudin Zulkarnain kepada Terdakwa. Tidak ada kata-kata saksi Antasari Azhar meminta bantuan kepada Terdakwa untuk mencarikan orang untuk mengikuti orang lain atau mencarikan orang untuk menyelesaikan. Pertemuan tersebut hanya berselang selama kurang lebih 15 menit; - Bahwa tidak ada pembicaraan atau kata-kata dari Terdakwa tentang Siap Mengamankan kepada saksi Antasari Azhar; - Bahwa benar, saksi Antasari Azhar tidak pernah menjanjikan jabatan kepada Terdakwa; - Bahwa berdasarkan keterangan saksi Antasari Azhar, Sigid Haryo Wibisono,

keterangan Setyo Wahyudi dan Terdakwa, sekitar bulan Januari atau Februari 2009 saksi Antasari Azhar datang ke rumah Sigid Haryo Wibisono; - Bahwa benar beberapa menit kemudian Terdakwa datang di rumah Sigid Haryo Wibisono di Jl.Pati Unus No.35 Jakarta Selatan; - Bahwa Pada sekitar awal Februari 2009, Terdakwa pernah dihubungi Sigid Haryo Wibisono untuk datang ke rumahnya. Pada saat Terdakwa sedang berbicara dengan Sigid Haryo Wibisono tiba-tiba ada telepon masuk dan Terdakwa sempat mendengar pembicaraan antara Sigid Haryo Wibisono dengan yang menelepon; - Terdakwa menanyakan ada masalah apa, dan saat itu Sigid Haryo Wibisono menanyakan ke Terdakwa apakah mempunyai teman yang dapat membantu untuk mengikuti orang terus menerus, karena tim yang diketuai Kapolres Chairul Anwar dan yang dibentuk Kapolri tidak dapat secara terus menerus mengikuti orang tersebut. Pada saat itu Terdakwa diberikan amplop tertutup yang menurut saksi Sigid Haryo Wibisono, amplop tersebut berisi foto orang yang akan diikuti; - Bahwa benar Chaerul Anwar, Muhammad Joni, Iwan Kurniawan, pernah datang kerumah Sigid Haryo Wibisono di Jl.Pati Unus, kedatangan ke rumah tersebut sekitar bulan Januari 2009 sebanyak 2 kali; - Bahwa benar pada awal Februari 2009 saksi Indra mengantar Terdakwa Wiliardi Wizar kekantor saksi Jerry Hermawan Lo sekitar jam 15.wib di JL.Kedoya Raya Kav. 27 No.13 Pesing Koneng Jakarta Barat, terlebih dahulu Jerry Hermawan Lo dihubungi oleh Terdakwa. Terdakwa menanyakan apa ada orang yang diminta tolongi untuk mengikuti seseorang secara terus-menerus; - Bahwa benar pada saat itu saksi Jerry Hermawan Lo menyebut nama Edo, yang dikatakannya pernah dibawa ke Polres Jakarta Selatan menemui Terdakwa; - Bahwa benar saksi Jerry Hermawan Lo kemudian menghubungi saksi Edo dan diminta datang ke rumahnya. Pada malam hari sekitar jam 22.00 WIB, saksi Edo datang ke rumah saksi Jerry Hermawan Lo. Saksi Jerry Hermawan Lo mengatakan kalau Terdakwa meminta bantuan untuk mengikuti orang, tapi pada saat itu saksi Jerry Hermawann Lo sempat melontarkan kata-kata: saya tidak tahu mau diapain itu orang di pukul ke atau dihabisi saya tidak tahu, saksi Jerry Hermawan Lo kemudian menyerahkan amplop coklat ke Edo; - Bahwa berdasarkan keterangan Jerry Hermawan Lo, saksi Edoardus Ndopo Mbete als Edo dan keterangan Terdakwa, pada tanggal 2 Pebruari 2009 bertempat di Hailai Bowling Ancol sekitar jam 7-8 malam terjadi pertemuan antara saksi Jerry Hermawan Lo Terdakwa dan Edo dikantin. Kemudian Jerry Hermawan Lo mengenalkan Edo kepada Terdakwa dan disambung oleh Terdakwa bahwa ada tugas Negara, meminta tolong ke Edo untuk mengikuti seseorang secara terus menerus, dan apabila membutuhkan operasional agar menghubungi Terdakwa. Pada saat itu dikatakan: Jerry bilang: Edo bantulah Pak Wiliardi, dan kemudian Wiliardi mengatakan Do, tolonglah bantulah abang, ini tugas Negara untuk Bantu kepolisian, kamu sebagai informan tolong kamu ikuti orang ini 1 X 24 jam, kalau ada gerak-gerik yang mencurigakan tolong laporkan ke saya; - Bahwa berdasarkan keterangan saksi Edoardus Ndopo Mbete als Edo, saksi Indra Apriadi dan Terdakwa, saksi Edoardus Ndopo Mbete als Edo dijemput oleh supir Terdakwa yaitu saksi Indra Apriadi dan diantar oleh saksi Indra Apriadi keruang kerja Terdakwa di Mabes Polri. Pada pertemuan tersebut Terdakwa menanyakan kesanggupan

Edo dan Edo menyanggupi untuk membantu mengikuti orang tersebut dalam foto. Terdakwa kemudian memerintahkan Indra untuk mengantar saksi Edo bertemu dengan saksi Sigid Haryo Wibisono; - Bahwa berdasarkan keterangan saksi Sigid Haryo Wibisono, saksi Edoardus Ndopo Mbete als Edo dan keterangan Terdakwa, pada akhir Februari 2009 saksi Edoardus Ndopo Mbete als Edo menelepon Terdakwa untuk meminta operasional, selanjutnya Terdakwa menelepon Sigid Haryo Wibisono untuk meminta operasional sesuai permintaan Edo; - Sekitar habis maghrib Terdakwa datang ke kantor Sigid Haryo Wibisono, pada saat itu Terdakwa diberikan paper bag, namun Terdakwa tidak membuka paper bag tersebut dan saksi Sigid Haryo Wibisono mengatakan agar paper bag disampaikan ke Edo. Isi kantor/paper bag tersebut Terdakwa ketahui berisi uang sebesar Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) setelah penyidikan; - berdasarkan keterangan saksi Indra Apriadi, Edoardus Ndopo Mbete als Edo, saksi Silvester Wangge dan Terdakwa bahwa setelah Terdakwa menerima paper bag dari saksi Sigid Haryo Wibisono malam itu Terdakwa langsung bertemu dengan saksi Edoardus Ndopo Mbete als Edo di depan Citos Cilandak Jakarta Selatan. Paper bag diserahkan kepada Edoardus Ndopo Mbete als Edo; - Bahwa tidak lama setelah mobil Terdakwa Wiliardi Wizar bertemu didepan citos, datang mobil Kijang kapsul warna biru berhenti didepan mobil Terdakwa. Kemudian Terdakwa Wiliardi Wizar turun dengan membawa Paper Bag (tas kertas dengan tali) dan masuk kedalam mobil kijang tersebut; - Bahwa setelah Terdakwa masuk kedalam mobil kijang, lalu turun dari mobil kijang itu seseorang laki-laki dan pindah ke mobil Terdakwa yang saksi Indra kendarai; - Bahwa setelah itu saksi Indra ditelepon oleh Terdakwa untuk mengikuti mobil kijang kapsul biru dan jalan kearah kemang, dan didaerah kemang mobil kijang biru tersebut berhenti lalu Terdakwa turun balik masuk kedalam mobil dinas dan orang yang didalam mobil Terdakwa turun balik kemobil kijang kapsul biru; - Bahwa benar Paper Bag yang dibawa Terdakwa kecitos adalah Paper Bag yang sama yang dibawa dari rumah Jl.Kerinci VIII Kebayoran baru; - Bahwa benar Terdakwa pernah mendapat telepon dari Edo menyampaikan mengenai hasil mengikuti korban, dan Terdakwa kemudian menyampaikan lagi informasi tersebut kepada Sigid Haryo Wibisono. Selain itu tidak ada komunikasi lain baik dengan Sigid Haryo Wibisono, Antasari Azhar maupun dengan Edo maupun Jerry Hermawan Lo; - Bahwa pada bulan April 2009, saksi Indra pernah mengantar Terdakwa Wiliardi Wizar satu kali kerumah Antasari Azhar di Tangerang bersama-sama dengan Setyo Wahyudi; - Bahwa, pembicaraan antara Terdakwa dengan saksi Antasari Azhar dikediaman saksi Antasari Azhar seputar tentang hoby saksi Antasari Azhar yang suka bermain golf, dan kebetulan rumah Terdakwa juga berada dekat dengan saksi Antasari Azhar. Berdasarkan uraian kronologis di atas, Kami ingin mengajak Majelis Hakim mengingat kembali fakta-fakta hukum yang terungkap dipersidangan yang dberikan oleh saksi-saksi kunci dalam perkara ini, bersama dengan analisa hukum terhadap keterangan yang telah diberikan, yaitu: Keterangan saksi-saksi: Keterangan Saksi Sigit Haryo Wibisono pada intinya menerangkan: Bahwa, saksi meminta bantuan Terdakwa untuk mencari informan yang dapat bekerja

full time 1x24 jam untuk mengikuti seseorang; Bahwa, saksi sama sekali tidak pernah menyuruh, memerintahkan, menganjurkan, membujuk kepada Terdakwa Kombes Pol. Wiliardi Wizar untuk membunuh dan menghilangkan nyawa dari korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar; Keterangan Saksi Antasari Azhar pada intinya menerangkan: Bahwa, Terdakwa Kombes Pol. Drs Wiliardi Wizar sama sekali tidak pernah meminta promosi jabatan kepada saksi untuk ditempatkan di institusi Polri; Bahwa, saksi sama sekali tidak pernah menjanjikan promosi jabatan tertentu kepada Terdakwa Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar; Bahwa saksi sama sekali tidak pernah menyuruh, memerintahkan, menganjurkan, membujuk kepada Terdakwa Kombes Pol Wiliardi Wizar untuk membunuh dan menghilangkan nyawa dari korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar; Keterangan Saksi Jerry Hermawan Lo pada intinya menerangkan: Bahwa, saksi mendengar bahwa ada permintaan Terdakwa kepada Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo untuk mencari informan yang dapat mengikuti secara terus menerus 1x24 jam terhadap seseorang yang gambar fotonya berada di dalam amplop warna coklat; Keterangan Saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias pada intinya menerangkan: Bahwa, Terdakwa Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar meminta saksi untuk secara full time mengikuti secara terus menerus 1x24 jam terhadap seseorang yang gambar fotonya berada di dalam amplop warna coklat; Bahwa, Terdakwa Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar sama sekali tidak pernah menyuruh, memerintahkan, menganjurkan, membujuk kepada saksi untuk membunuh dan menghilangkan nyawa dari korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar; Bahwa, saksi menanyakan kepada Terdakwa Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar bagaimana operasionalnya?, dan Teadkwa menjawab nati disampaikan kepada Sigit Haryo Wibisono; Bahwa benar saksi menerima titipan dari Sigit Haryo Wibisono melalui Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar sesuatu barang dalam bungkusan paper bag; Bahwa, ketika Terdakwa Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar menyerahkan barang titipan milik Sigit haryo Wibisono dalam bungkusan paper bag tersebut, ia Terdakwa Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar tidak pernah mengatakan sesuatu apapun kepada saksi; Bahwa, setelah paper bag tersebut dibuka oleh saksi san Hendrikus Kia walen alias hendrik di McDonald, Tebet ternyata isinya uang dan ketika dihitung oleh saksi bersama Hnedrikus Kia Walen alias Hendrik jumlah uang tersebut sejumlah Rp.500.000.000,(lima ratus juta rupiah); Mohon Perhatian Majelis Hakim Yang Mulia, Bahwa, keterangan saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo yang merupakan bagian yang sangat penting dalam perkara ini sebagai orang quod-non yang dianjurkan oleh Terdakwa untuk melakukan tindak pidana sebagaimana dinyatakan dalam surat dakwaan Penuntut Umum. Senyatanya dan sebenarnya keterangan saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo telah sengaja tidak dibahas surat tuntutan Penuntut Umum, sedangkan fakta dipersidangan saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo menyatakan bahwa, Terdakwa tidak pernah meminta, memerintahkan, menyuruh, dan atau menganjurkan untuk menghabisi nyawa korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar akan tetapi Terdakwa hanya meminta Saksi agar

mengikuti selama 24 jam orang yang identitasnya berada di dalam amplop. Keterangan Saksi Hendrikus Kia Walen alias Hendrik pada intinya menerangkan: Bahwa, tidak ada perintah untuk menghabisi nyawa orang lain; Bahwa, dari keseluruhan saksi-saksi kunci di atas Penuntut Umum tidak dapat membuktikan secara sah dan meyakinkan (beyond reasonable doubt) bahwa Terdakwa menerima permintaan bantuan untuk menghilangkan nyawa orang lain dari Antasari Azhar maupun Sigit Haryo Wibisono, ataupun Terdakwa melanjutkan permintaan tersebut dengan cara menganjurkan orang lain casu quo Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo untuk menghilangkan nyawa orang lain. Sebaliknya Penuntut Umum telah memutarbalikan dan memanipulier fakta-fakta hukum yang terungkap dipersidangan dengan menyatakan bahwa: a. Saksi Antasari Azhar menyerahkan foto Nasrudin Zulkarnain kepada Terdakwa, di ruang kerja saksi Sigit Haryo Wibisono, yang mana foto tersebut di simpan dalam amplop warna coklat (lihat Surat Tuntutan halaman 74 poin 11) sedangkan menurut saksi Sigit Haryo Wibisono dan keterangan Terdakwa menyatakan bahwa yang menyerahkan amplop yang kemudian diketahui berisi identitas korban adalah saksi Sigit Haryo Wibisono dan bukan saksi Antasari Azhar; b. Terdakwa meminta kepada Sigit haryo Wibisono uang sebesar Rp.500.000.000,-(lima ratus juta rupiah) untuk operasional dalam rangka mengamankan Antasari Azhar (lihat surat Tuntutan halaman 75 poin 14) sedangkan menurut keterangan saksi Sigit Haryo Wibisono, dan keterangan Terdakwa menyatakan bahwa Terdakwa tidak pernah meminta dan tidak pernah mengetahui jumlah dana operasional sejumlah Rp.500.000.000,-(lima ratus juta rupiah) akan tetapi dana tersebut merupakan pemberian saksi Sigit Haryo Wibisono; c. Penyerahan dana operasional dari Terdakwa kepada saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete di Pelataran parkir Cilandak Town Square (Surat Tuntutan Halaman 75 poin 15) sedangkan yang sebenarnya adalah, menurut keterangan Saksi Eduardus Noe ndopo Mbete, saksi Indra Apriadi, saksi Silvester Wangge dan keterangan Terdakwa menyatakan bahwa penyerahan dana tersebut di depan Cilandak Town Square dan bukan di pelataran parkir Cilandak town Square; d. Terdakwa datang ke rumah Sigit Haryo Wibisono dan menanyakan masalah karir yang dijanjikan Antasari Azhar (surat tuntutan halaman 76 poin 17), sedangkan fakta persidangan terungkap bahwa saksi Sigit Haryo Wibisono yang menghubungi Terdakwa dan meminta Terdakwa untuk sowan ke saksi Antasari Azhar; fakta ini merupakan keterangan Saksi Sigit Haryo Wibisono, saksi Antasari Azhar dan keterangan Terdakwa; Lebih lanjut, senyatanya Kami sangat berkeberatan atas dalil Penuntut Umum pada analisa fakta dipersidangan yang dijadikan sebagai bukti petunjuk sebagaimana dinyatakan dalam surat tuntutannya yang spekulatif, dan imaginatif telah memanipulier fakta hukum yang terungkap dipersidangan diantaranya dalam: Surat Tuntutan halaman 49 yang menyatakan: Petunjuk ialah suatu syarat yang dapat ditarik suatu perbuatan, kejadian atau keadaan dimana isyarat tadi mempunyai persesuaian antara satu dengan yang lain maupun isyarat tadi mempunyai persesuaian antara satu dengan yang lain maupun isyarat tadi mempunyai persesuaian dengan tindak pidana itu sendiri dan dari isyarat yang bersesuaian tersebut melahirkan atau mewujudkan suatu petunjuk yang membentuk kenyataan terjadinya suatu tindak pidana dan terdakwalah pelakunya.

Bahwa, dengan tidak adanya alat bukti seperti keterangan saksi-saksi, surat maupun keterangan Terdakwa, Penuntut Umum telah secara prematur memberikan kesimpulan yang keliru tentang ada alat bukti petunjuk dalam persidangan ini. Tentang alat bukti petunjuk akan Kami elaborasi lebih mendalam pada bagian analisa hukum pada Nota Pembelaan ini. Surat tuntutan halaman 50 sampai dengan 51 yang menyatakan: bahwa berdasarkan keterangan Sigit Haryo Wibisono dan keterangan Antasari Azhar, saksi Antasari Azhar dan istrinya pernah menerima teror dalam bentuk sms yang isinya menuduh saksi Antasari telah melakukan perbuatan asusila dengan Rani Juliani yang adalah isteri dari Korban Nasrudin Zulkarnain. Sesuai dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, saksi Antasari Azhar maupun saksi Sigit Haryo Wibisono dalam kesaksiannya tidak pernah sekalipun menjelaskan secara detil teror sms yang diterima oleh saksi Antasari Azhar. Bahwa apa yang dinyatakan Penuntut Umum dalam tuntutannya halaman 50 merupakan bukti ketidakseriusan Penuntut Umum dalam merumuskan surat tuntutan a-quo, dimana Penuntut Umum hanyalah meng-copypaste keterangan saksi-saksi yang dinyatakan dalam persidangan lain. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 185 ayat (1) KUHAP menyatakan: keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan. Dengan demikian, keterangan yang saksi-saksi nyatakan dalam persidangan lain tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam persidangan dengan Terdakwa Wiliardi Wizar. Surat Tuntutan halaman 51 dan halaman 78 yang menyatakan: bahwa berdasarkan keterangan Sigit Haryo Wibisono, saksi Antasari Azhar tidak puas dengan keterangan hasil kerja tim bentukan Polri. Senyatanya, saksi Antasari Azhar pada persidangan ini menyatakan bahwa ia tidak pernah menyatakan ketidakpuasannya terhadap hasil kerja Tim yang diketuai oleh Kombes Pol Chairul Anwar. Argumentasi ini didukung oleh keterangan saksi M.Joni yang menyatakan bahwa Antasari Azhar tidak pernah menyatakan ketidakpuasannya terhadap hasil kerja Tim yang dipimpin oleh Kombes Pol Chairul Anwar. Surat Tuntutan halaman 52 yang menyatakan: Bahwa berdasarkan keterangan Sigit Haryo Wibisono dan saksi Antasari Azhar dan Terdakwa bahwa dalam pertemuan tersebut saksi Antasari Azhar berbicara mengenai masalah teror terhadap dirinya dan Terdakwa bercerita tentang karirnya. Pada pertemuan tersebut Antasari Azhar menyanggupi akan mensonding Kapolri untuk membantu karir Terdakwa dan berkaitan keluhan Antasari Azhar mengenai teror yang dialaminya, Terdakwa menyanggupi untuk mengamankan teror dengan cara mencarikan orang untuk menyelesaikannya Bahwa, senyata dan sebenarnya Penuntut Umum telah memanipulier fakta persidangan, yang secara tegas dan terang saksi Antasari Azhar menjelaskan bahwa pada pertemuan antara saksi Antasari Azhar dengan Terdakwa di rumah saksi Sigit Haryo Wibisono di Jl.Patiunus No.35 Kebayoran Baru Jakarta Selatan tidak ada pembicaraan tentang kesanggupan saksi Antasari Azhar untuk membantu karir Terdakwa, begitupula sebaliknya Terdakwa tidak pernah menyanggupi untuk mengamankan dengan mengambil tindakan. Surat Tuntutan halaman 54 yang menyatakan: ...bahwa terdakwa kemudian datang kerumah Sigit Haryo Wibisono di Jl.Pati Unus No.35 Jakarta Selatan dan di rumah itu terdakwa menerima uang sebesar

Rp.500.000.000,-(lima ratus juta rupiah) dalam bentuk tunai yang disimpan dalam sebuah paper bag (tas kertas) dari Setyo Wahyudi atas perintah Sigit Haryo Wibisono. ....terdakwa langsung melakukan pertemuan dengan saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo di Pelataran Parkir Citos Cilandak Jakarta Selatan dan menyerahkan uang tersebut kepada Eduardus Noe ndopo Mbete alias Edo sebagai dana operasional pelaksanaan pembunuhan atas Nasrudin Zulkarnain Iskandar. Bahwa, pemberian biaya operasional dari saksi Sigit Haryo Wibisono kepada Terdakwa senyatanya tidak dilakukan di rumah saksi Sigit Haryo Wibisono di Jl.Pati Unus No.35 Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Dalil ini didukung oleh keterangan saksi Setyo Wahyudi, saksi Sigit Haryo Wibisono dan keterangan Terdakwa. Selanjutnya tentang penyerahan dan operasional dari Terdakwa kepada saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo bukan di pelataran parkir Cilandak Town Square akan tetapi berdasarkan keterangan Terdakwa, saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete, saksi Indra Apriadi dan saksi Silvester Wangge menyatakan bahwa pertemuan antara Terdakwa dengan saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete di depan Cilandak Town Square dan bukan di pelataran parkir Cilandak Town Square. Tentang keterangan Terdakwa: Surat Tuntutan halaman 56 yang menyatakan: bahwa terdakwa dalam memberikan keterangan pada saat pemeriksaan saksi Sigit Haryo Wibisono, yang diperkuat keterangan saksi Setyo Wahyudi; keterangan saksi Karno, keterangan saksi Hasan Mulachela alias Habib Hasan, saksi Jerry Hermawan Lo, dan saksi Muhamad Agus yang menyatakan siap untuk mengamankan keluhan yang disampaikan oleh saksi Antasari Azhar, dengan diberikan foto korban Nasrudin dan foto mobil serta alamat kantor dan rumah korban didalam amplop coklat yang diterima terdakwa dan selanjutnya terdakwa didalam menanggapi kesaksian Sigit, Setyo Wahyudi, Karno, dan Habib Hasan dalam penerimaan uang sebanyak Rp.500.000.000,- atas permintaan Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo terdakwa menyatakan penyangkalan atas perbedaan waktu penerimaannya saja tetapi masalah uang yang diterima terdakwa mengetahui dan dana operasional tersebut diserahkan langsung pada saat yang sama ke saksi Edo.. Bahwa, senyatanya Penuntut Umum telah melakukan manipulasi besar atas terhadap keterangan saksi-saksi yang memberikan keterangan didepan persidangan. Hal ini dapat dibuktikan oleh karena, saksi Setyo Wahyudi, Saksi Karno, Saksi Hasan Mulachela, saksi Jerry Hermawan Lo dan saksi Muhammad Agus, tidak ada dalam pertemuan antara Terdakwa dengan Antasari Azhar dan saksi Sigit Haryo Wibisono. Selain itu, pada persidangan ini, Terdakwa telah mencabut keterangan di BAP yang menyatakan bahwa amplop tersebut diserahkan oleh Antasari Azhar. Yang benar adalah amplop tersebut diserahkan oleh saksi Sigit Haryo Wibisono. Mohon Perhatian Majelis Hakim Yang Mulia, Bahwa, serangkaian proses hukum terhadap Terdakwa merupakan suatu konspirasi besar. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan keterangan Terdakwa yang terungkap dalam persidangan telah menyatakan bahwasanya salah satu Jaksa Penuntut Umum bernama Bambang Suharyadi (salah satu Penuntut Umum dalam perkara ini) diperkenalkan oleh penyidik sebagai salah satu Jaksa Agung Muda pada Kejaksaan Agung RI, yang akan membantu Terdakwa apabila mau mengikuti kemauan penyidik yang sudah dikoordinasikan dengan jaksa, yaitu menyarankan Terdakwa untuk mengakui keterangan

yang telah disiapkan dalam BAP untuk ditandatangani. Hal ini yang sangat janggal bagi seorang Jaksa Senior untuk hadir dalam proses pemeriksaan pada tahap penyidikan yang masih ditangani oleh pihak Kepolisian dan bahkan menganjurkan Terdakwa untuk mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya. Tentang tambahan alat bukti sah yang lain: Bahwa, dalil Penuntut Umum yang membacakan keterangan saksi Heri Santosa bin Rasja alias Bagol, saksi Hendrikus Kia Walen alias Hendrik, saksi Fransiskus Tadons Kerans alias Amsi, saksi Daniel Daen Sabon alias Daniel sebagai tambahan alat bukti lain yang sah senyatanya tidak berdasar. Oleh karena berdasarkan keterangan-keterangan dari para saksi tersebut, bahwa mereka dalam memberikan keterangan tidak dalam keadaan bebas dari tekanan, bahkan para saksi tersebut mengaku sempat disiksa oleh oknum kepolisian. Untuk itu Mohon kiranya Majelis Hakim Yang Mulia Tidak mempertimbangkan Berita Acara Pemeriksaan saksi-saksi di atas oleh karena diperoleh secara melawan hukum. Selain itu, menurut: Keterangan Ahli: Keterangan Ahli Forensik dr. Munim Idries, Sp.F: Bahwa, apakah Visum et Repertum No.1030/SK.II/03/2-2009, tertanggal 30 Maret 2009 yang dibuat dr. Abdul Munim Idries, SpF. selaku ahli Forensik, telah dapat membuktikan bahwasanya Terdakwa adalah sebagai pelaku sebagaimana dimaksud dalam dakwaan & requisitoir Penuntut Umum?? Bahwa secara causalitas ipso jure, Visum Et Repertum No.1030/ SK.II/03/2-2009, tanggal 30 Maret 2009 yang dibuat dr. Abdul Munim Idries, Sp.F selaku ahli Forensik, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Terdakwa; dan/ataupun setegas-tegasnya Visum Et Repertum a quo hanya dapat diterapkan dan dipergunakan terhadap Terdakwa Hendrikus Kia Walen alias Hendrik, Terdakwa Fransiscus Tadon Kerans alias Amsi dan Terdakwa Daniel Daen Sabon alias Daniel !!! Majelis Hakim yang kami muliakan. Bahwa, ketika dr. Abdul Munim Idries, Sp.F diajukan kepersidangan oleh Penuntut Umum selaku ahli, maka terungkap fakta bahwa jika didalam BAP Penyidik tanggal 15 Mei 2009 terdapat pertanyaan dan jawaban dari dr. Abdul Munim Idries, SpF. yang berbunyi sebagai berikut: pertanyaan : mengertikah ahli mengapa sekarang ini diperiksa dan dimintai keterangannya oleh pihak Kepolisian Resort Metro Tangerang? bila mengerti jelaskan sehubungan dengan perkara apa jelaskan? jawaban: sudah mengerti perkara pembunuhan berencana yang menjadi korban meninggal dunia atas nama Nasrudin Zulkarnain Iskandar; Bahwa sehubungan pertanyaan dan jawaban dari dr. Abdul Munim Idries, Sp.F selaku ahli tersebut di atas, maka dr. Abdul Munim Idries, Sp.F memberikan jawaban dalam persidangan bahwasanya jawaban yang tertera didalam BAP tersebut semuanya sudah diatur oleh anggota polisi yang bernama JAIRUS SARAGIH; sedangkan dr. Abdul Munim Idries, Sp.F. hanya meng-iya-kan dan menandatangani saja; dengan demikian, nuansa aroma rekayasa perkara pidana in casu terhadap diri Terdakwa sudah dikondisikan sedemikian rupa; Bahwa, jika dr. Abdul Munim Idries, Sp.F pada BAP tanggal 15 Mei 2009 pertanyaan dan jawaban point 9 maupun keterangannya disampaikan dalam persidangan bahwasanya : kedua butir anak peluru atau proyektil yang terdapat pada kepala korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar menyebabkan kematian korban; sehingga ratio hukum mengatakan

jika terhadap korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar dilakukan tindakan medis penyelamatan berupa operasi dengan mengeluarkan 2 (dua) buah butir proyektil dari dalam kepala, maka, bukan tidak mungkin, adanya harapan hidup bagi korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar masih terbuka lebar; akan tetapi, fakta mengatakan bahwa ternyata terhadap korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar, oleh team medis rumah sakit Mayapada Tangerang maupun oleh team medis RSPAD Gatot Subroto, sama sekali tidak pernah dilakukan tindakan penyelamatan dengan melakukan operasi untuk mengeluarkan 2 (dua) butir proyektil yang ada didalam kepalanya, sehingga patut diduga kuat bahwasanya telah terjadi sesuatu skenario untuk membiarkan (by omission) terjadinya kematian terhadap korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar !!! Selain itu, ahli juga menerangkan bahwa, kondisi mayat korban sudah tidak asli lagi sehinga mempengaruhi kesimpulan Ahli. Dengan tidak asli-nya mayat korban, ahli berpendapat bahwa tidak dapat menentukan waktu kematian sedangkan waktu kematian merupakan salah satu unsur penting dalam pengungkapan suatu kasus. Lebih lanjut ahli menerangkan bahwa, ahli tidak menerima pakaian korban, yang menurut ahli, dengan tidak dilakukan pengamatan dan pengujian terhadap pakaian korban, ahli tidak dapat menentukan posisi korban pada waktu ditembak. Dengan adanya ketidakpastian akan posisi korban ini, akan menimbulkan asumsi-asumsi tentang kematian korban. Hal ini diperkuat dengan keterangan ahli balistik yang tidak memeriksa arah datangnya anak peluru yang melewati kaca mobil. Pertanyaan kami selanjutnya adalah mengapa hal-hal penting seperti ini sepertinya dilewatkan oleh penyidik??? Mungkin hanya penyidiklah yang paling mengetahui persis jawabannya. Keterangan Ahli Balistik Drs. Maruli Simanjuntak Bahwa, pada persidangan ini, Ahli menyatakan bahwa: Ahli tidak melakukan pengujian terhadap serpihan anak peluru. Selanjutnya, ahli berpendapat bahwa, anak peluru yang diameter 9 mm tidak cocok pada senjata api S&W 38. Fakta lain adalah Ahli tidak melakukan pengujian pada 27 anak peluru yang diperlihatkan pada pengadilan, dan Ahli hanya melakukan pengujian terhadap 2 anak peluru. Pendapat yang mengejutkan lainnya adalah pendapat Ahli Balistik Widodo Harjoprawito yang menyatakan: jika dilihat dari Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik No.Lab: 290/BSF/2009, tanggal 14 Mei 2009, yang dibuat oleh Badan Reserse Kriminal POLRI Pusat Laboratorium Forensik, adapun, pada halaman 2 tertera hasil pemeriksaan APB-1 (anak peluru bukti 1) dan APB-2 (anak peluru bukti 2), dimana pada nomor pemeriksaan point 5 tertulis Lebar Land Impression/Galangan, pada APB-1 tertulis angka 2,423 - 2,661 mili meter atau 0,0953 - 0,1047 inci, sedangkan pada APB-2 tertulis angka 2,414 - 2,610 mili meter atau 0,0950 - 0,1027 inci; sedangkan, pada nomor pemeriksaan point 6 tertulis Lebar Groove Impression/Dataran, pada APB-1 tertulis angka 2,464 - 2,567 milimeter atau 0,0970 0,1010 inci, sedangkan pada APB-2 tertulis angka 2,437 - 2,567 milimeter atau 0,0959 0,1010 inci; sehingga, dengan adanya perbedaan angka yang tertulis pada APB-1 dan APB-2 tersebut, maka menurut WIDODO HARJOPRAWITO selaku ahli balistik, bahwasanya butir peluru atau proyektil yang berada didalam kepala korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar berasal dari 2 (dua) laras pistol atau 2 (dua) laras senjata yang berbeda !!! Keterangan Ahli IT Ruby Zukry Alamsyah Dalam perkara a-quo, terbukti bahwa rekaman yang didalilkan oleh Jaksa Penuntut Umum tidak valid, karena:

- sesuai dengan keterangan ahli Ruby Alamsyah Ahli IT), tanggal rekaman tercatat tahun 2007; - Rekaman dilakukan hanya satu kali, dengan artikulasi tidak jelas dan pihak-pihak tidak jelas. Apalagi Saksi Antasari Azhar membantah mengenai suara yang dikatakan mirip dengan suara Saksi tersebut; - Dari isi rekaman kalaupun itu benar adanya, didukung dengan pertanyaan yang disampaikan oleh penyidik yang ditujukan kepada saksi Sigid Haryo Wibisono, berbunyi sebagai berikut: saya terus terang disappointed,.., tetep yang saya takut aja ga tahu intinya masalahnya dengan willy dengan saya sudah, jadi ga ada cerita mas Antasari Azhar, willy aja gak tahu masalahnya. Dari percakapan tersebut, jelas membuktikan bahwa Terdakwa benar tidak mengetahui masalah, dan karenanya tugas Negara yang disampaikan oleh saksi Sigid sehingga diperlukan mencari informan tidak dapat dikwalifikasikan sebagai tindak pidana. Selanjutnya, di depan persidangan, Ahli menyatakan bahwa Ahli tidak melakukan pemeriksaan terhadap konten atau isi dari suatu transaksi telepon. Selain itu, Ahli berpendapat bahwa data digital sangat rentan untuk diubah, di-edit, dan dimodifikasi. Sebagimana kita ketahui bersama bahwa perkembangan teknologi informasi yang sangat berkembang pesat sehingga kita tidak dapat dapat begitu saja mengandalkan keotentikan suatu alat bukti yang dihasilkan dari dunia digital. Selain itu, dari transaksi antara Terdakwa dengan Saksi Sigit Haryo Wibisono, Antasari Azhar, dan Eduardus No Ndopo Mbete alias Edo tidak membuktikan bahkan menunjukkan atau mengindikasikan adanya suatu tindak pidana. Lebih lanjut, data rekaman, ataupun data transaksi yang dihadirkan didepan persidangan tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti. Oleh karena Pasal 184 KUHAP telah membatasi tentang apa yang disebut sebagai alat bukti yang sah. Bahwa begitu pula terhadap keterangan dari Ruby Zukri Alamsyah selaku ahli IT Security dan forensik, yang menerangkan bahwa CDR bisa dipastikan nomor yang berhubungan dengan nomor dan bisa dipastikan pemegang HP dengan pemegang HP tetapi tidak bisa dipastikan orang dengan orang, karena yang diberikan service atau pelayanan oleh provider tersebut adalah jalur komunikasinya saja samapai hanset; b e g i t u p u l a, Ruby Zukri Alamsyah selaku ahli IT Security dan forensik menerangkan bahwa dalam perkara pidana in casu ahli sama sekali tidak pernah melakukan pemeriksaan imei, untuk menjaga kecurigaan jangan sampai terhadap nomor HP yang dipegang oleh Terdakwa Kombes Pol Drs.Wiliardi Wizar, maupun nomor HP saksi Antasari Azhar, saksi Sigit Haryo Wibisono, saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete serta saksi Jery Hermawan Lo, ada dilakukan cloning atau penggandaan nomor, b e g i t u p u l a s e l a n j u t n y a, menurut ahli tersebut bahwa dalam perkara pidan incasu ahli sama sekali tidak melakukan koordinasi dengan operator untuk memastikan bahwa nomor HP yang dipakai oleh Terdakwa Kombes Pol Drs Wiliardi Wizar, saksi Antasari Azhar, saksi Sigit haryo Wibisono, saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete serta saksi Jerry Hermawan Lo adalah bear-benar nomor HP yang asli dan bebas dari cloning!!! * Majelis Hakim yang Mulia, Bahwa patut diduga, bau amis aroma rekayasa perkara pidana in casu sudah tercium kuat sejak dibentuknya 4 (empat) orang team oleh KAPOLRI sebagaimana perintah lisan tanggal 05 Januari 2009, yang terdiri dari orang Intel dan Reserse, masing-masing atas nama Kompol Iwan Kurniawan, SIK. Kompol Helmy Santika, SIK. AKP Mohamad Joni,

SIK.AKP H.J.A Pinora, dengan diketuai oleh Kombes Pol. Drs.Chairul Anwar untuk melaksanakan penyelidikan terhadap pelaku teror dan pengancaman terhadap saksi Antasari Azhar selaku Ketua KPK; Bahwa, patut diduga kuat, adanya suatu pergerakan operasi intelijen yang bertujuan erat untuk melakukan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan (LIDPAMGAL) yang pergerakannya patut dicurigai sebagai pergerakan rahasia yang keberadaannya patut dipertanyan a d a a p a ??? dimana melalui keterangan kesaksian dibawah sumpah dari saksi AKP H.JA.Pinora yang bersesuaian pula dengan BAP tanggal 22 Mei 2009 jawaban point 3 yang menerangkan bahwa saksi AKP.H.JA Pinora pada hari minggu tangal 04 Januari 2009 sekitar jam 08.00 WIB secara langsung telah di telepon oleh Irjen Pol.Drs.Saleh Saaf selaku Kepala Badan Intelijen Keamanan POLRI agar supaya segera membantu Kombes Pol.Drs.Chairul Anwar untuk melaksanakan tugas khusus KAPOLRI; Bahwa patut pula diduga kuat, sebagaimana fakta keterangan kesaksian dibawah sumpah dari saksi AKP. Mohamad Joni, SIK yang menerangkan bahwa ternyata pada tanggal 03 Januari 2009, saksi AKP Joni, SIK telah dipanggil oleh Kombes Pol Drs. Chairul Anwar untuk menghadap Komjen Pol.Drs.Makbul Padmanegara selaku WAKAPOLRI, dimana ketika itu WAKAPOLRI telah memberikan arahan kepada saksi AKP. Mohamad Joni,SIK bersama Kombes Pol.Chairul Anwar untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaku teror dan pengancaman dalam hal ini yang dilakukan oleh korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar; Bahwa dari rangkaian fakta tersebut, terdapat 3 (tiga) hal yang sangat bertolak belakang satu dengan yang lain; dimana sebelum KAPOLRI memberikan perintah lisan tanggal 05 Januari 2009 untuk membentuk 4 (empat) orang anggota team yang diketuai oleh Kombes Pol.Drs Chairul Anwar ternyata pada tgl. 03 Januari 2009 Komjen Pol.Drs Makbul Padmanegara selaku WAKAPOLRI terlebih dahulu telah membuat suatu pergerakan dengan memanggil kepada saksi AKP Mohamad Joni, SIK bersama Kombes Pol.Drs Chairul Anwar; b e g i t u p u l a, ternyata juga pada tanggal 04 Januari 2009 Irjen Pol Drs Saleh Saaf selaku KEPALA BADAN INTELIJEN KEAMANAN POLRI telah bertindak pula dengan menyuruh dan memerintahkan saksi AKP. H.J.A.Pinora untuk segera bergabung dengan Kombes Pol.Drs Chairul Anwar?? sehingga patut dipertanyakan seberapa berbahayakah tindakan yang dibuat oleh korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar terhadap Antasari Azhar selaku Ketua KPK, sehingga KAPOLRI, WAKAPOLRI, dan KEPALA BADAN INTELIJEN KEMANAN POLRI secara langsung terlibat aktif dalam memberikan briefing dan pengarahan serta perintah terhadap anggotanya dibawah pimpinana Kombes Pol.Drs.Chairul Anwar?? a t a u b u k a n k a h operasi Intelijen tersebut dilakukan semata-mata untuk melakukan pergerakan rahasia dengan memberlakukan semua tindakan kepolisian terhadap korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar ? a t a u b u k a n k a h p u l a, pergerakan tersebut adalah merupakan upaya rekayasa dengan memanfaatkan peluang dan menjadikan saksi Antasari Azhar sebagai target sasaran operasi, yang didorong untuk masuk dalam pergerakan Intelijen seolah-olah sebagai korban padahal akan dikorbankan ???? a t a u, masih banyak lagi pertanyaan lain yang akan kami Tim Penasihat Hukum ajukan t e t a p i, kami Tim Penasihat Hukum terfokus erat pada satu pertanyaan mendasar dan prinsip ; mengapa terhadap korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar, oleh KAPOLRI, WAKAPOLRI, dan KEPALA BADAN INTELIJEN KEAMANAN POLRI sama sekali

tidak memberikan perintah kepada anggotanya termasuk tidak memberikan perintah kepada 4 (empat) anggota teamnya dibawah pimpinan Kombes Pol. Drs Chairul Anwar agar supaya segera membuat laporan polisi model A dan laporan model C guna pemanggilan pro justitia, demi terlaksananya pengungkapan kasus ???? * Majelis Hakim Yang Mulia, Bahwa secara internal POLRI bentuk laporan polisi ada 3 (tiga) jenis yaitu: laporan polisi model A, laporan polisi model B, dan laporan polisi model C; a d a p u n yang dimaksud dengan laporan polisi model A adalah : laporan polisi yang dibuat sendiri oleh anggota polisi yang dibuat sendiri oleh anggota POLRI terhadap sesuatu kejadian atau kasus yang keberadaannya telah/sudah diketahui, baik langsung maupun tidak langsung, demi pengungkapan sesuatu kasus, sehingga kasus tersebut menjadi jernih; s e d a n g k a n, yang dimaksud laporan polisi model B adalah : laporan polsi yang dibuat secara langsung oleh anggota masyarakat, yang disampaikan melalui surat resmi maupun melalui penyampaian kepada POLRI; b e g i t u p u l a s e l a n j u t n y a, yang dimaksud dengan laporan polisi model C adalah: laporan polisi yang dibuat sendiri oleh anggota POLRI dengan keleluasaan yang tidak terbatas pada laporan polisi model A dan model B; * Majelis Hakim Yang Mulia, Bahwa sebagaimana fakta 3 (tiga) bentuk laporan polisi yang terurai tersebut di atas, maka adalah merupakan suatu kebohongan besar, jika saksi AKP Mohamad Joni, SIK dan AKP H.J.A Pinora, didalam persidangan menerangkan bahwasanya terhadap laporan yang disampaikan oleh saksi Antasari Azhar selaku Ketua KPK kepada KAPOLRI tentang TEROR & PENGANCAMAN dengan pelaku korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar tidak dapat diproses oleh POLRI, karena saksi Antasari Azhar selaku Ketua KPK tidak mau membuat laporan polisi; * Majelis Hakim Yang Mulia, Bahwa jika KAPOLRI dan WAKAPOLRI secara struktural melakkan koordinasi kedinasan dengan KABARESKRIM POLRI, dan menyerahkan sepenuhnya proses pengungkapan kasus TEROR & PENGANCAMAN a quo kepada KABARESKRIM POLRI dalam kerangka penegakan hukum, maka sudah pasti korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar tidak akan terbunuh !!! * Majelis Hakim Yang Mulia, Bahwa jika lihat dari bentuk surat resmi dan cara pembuatan Laporan Hasil Pelaksanaan Tugas Penyelidikan yang dibuat dan ditandatangani oleh Kombes Pol.Drs Chairul Anwar, tertangal 24 Januari 2009; maka didalam surat resmi tersebut diketemukan banyak sekali kejanggalan; d i m a n a, pada surat tersebut sama sekali tidak pernah dicantumkan kalau surat tersebut ditujukan kepada siapa? B e g i t u p u l a, pada surat tersebut sama sekali tidak pernah dicantumkan kalau b e g i t u p u l a, selanjutnya pada surat tersebut sama sekali tidak pernah distempel dengan cap Kepolisian Negara R.I; p a d a h a l, seharusnya surat resmi tersebut oleh Kombes Pol. Drs Chairul Anwar sebagai pemberi tugas, dengan tembusannya kepada WAKAPOLRI, KEPALA BADAN INTELIJEN KEAMANAN POLRI dan KAPOLDA METRO JAYA; s e r t a p u l a, surat tersebut sebagai surat resmi, semestinya harus distempel dengan cap Kepolisian Negara R.I; s e h i n g g a, sangat terkesan sekali bahwa surat tersebut dari model dan bentuknya hanyalah sebagai surat biasa yang secara struktural dan kedinasan tidak dapat dipertanggungjawabkan sebagai surat resmi;

* Majelis Hakim Yang Mulia, Bahwa pergerakan team POLRI yang dibentuk KAPOLRI tersebut dengan menugaskan saksi AKP.Mohamad Joni, SIK untuk mencari tahu keberadaan identitas korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar, berikut bertugas untuk mengambil data-data serta gambar foto dari korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar bersama Rani Juliani; pada prinsipnya, keterangan saksi AKP.Mohamad Joni, SIK tersebut patut diragukan dan dipertanyakan, apakah benar seperti itu??? D i k a r e n a k a n sebagaimana fakta persidangan yang terungkap melalui keterangan kesaksian saksi AKP.Mohamad Joni SIK saksi AKP.H.J.A Pinora dan saksi Sigit Haryo Wibisono, dimana ketiga saksi tersebut telah menerangkan bahwasanya orang yang paling dekat dengan korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar adalah Kompol Helmy Santika, SIK dimana hubungan kedekatan antara Kompol Helmi Santika, SIK dengan korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar, sudah terjalin puluhan tahun sejak mereka masih kecil; d e n g a n d e m i k i a n, mengapa KAPOLRI melalui Kombes Pol. Drs chairul Anwar harus menugaskan AKP Mohamad Joni, SIK untuk mencari tahu identitas dari korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar ? p a d a h a l Kompol Helmy Santika, SIK yang termasuk salah satu anggota team, sangat menegtahui sangat menegerti dan sangat memaklumi karakter identitas serta kativitas kerja dari korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar??? * Majelis Hakim Yang Mulia, Bahwa apa yang menjadi pertanyaan dan keraguan dari Kami Tim Penasihat Hukum terhadap keberadaan team POLRI, semata-mata bukan bertuuan untuk mendiskreditkan posisi KAPOLRI, posisi WAKAPOLRI, serta posisi KEPALA BADAN INTELIJEN KEAMANAN POLRI; m e l a i n k a n, dibalik semuanya itu justru kami Tim Penasihat Hukum berupaya mengungkapkan kebenaran yang sesungguhnya dari perkara pidana in casu terhadap kematian dari korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar, agar supaya terhadap Terdakwa Kombes Pol Drs Wiliardi Wizar tidak menanggung darah dari korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar; begitu pula, agar supaya terhadap Terdakwa Kombes Pol Drs.Wiliardi Wizar tidak mengalami nasib yang sama seperti yang dialami antara lain oleh SENGKON & KARTA, begitu pula yang dialami oleh, DAVID EKO PRIYANTO & IMAM HAMBALI alias KEMAT!!! * Majelis Hakim Yang Mulia, Berdasarkan kesaksian dari para saksi fakta dan keterangan ahli di atas, membuktikan bahwa Terdakwa tidak ada maksud atau niat untuk melakukan, menyuruh melakukan, turut serta melakukan serta menganjurkan tindak pidana pembunuhan berencana, yang menimpa korban Nasrudin Zulkarnain Iskandar. Bahwa tidaklah mudah Penuntut Umum mendakwa seseorang atau Terdakwa dengan tuduhan dengan rencana terlebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain oleh karena fakta hukum persidangan yang berbicara. Selanjutnya, berkat sistim inquisitor yang dianut dalam sistim peradilan pidana di Indonesia, Majelis Hakim Yang Mulia secara aktif telah menggali dan telah mendengar keterangan-keterangan para saksi dan memeriksa alat bukti yang lain sehingga mendapatkan gambaran yang utuh, komprehensif, dan terang tentang apa yang sebenarnya terjadi sehingga tidak ada alasan lain selain membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan yang semu ini.

You might also like