You are on page 1of 9

SEJARAH TATA HUKUM INDONESIA

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pembahasan mengenai materi ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami tentang sejarah hukum Indonesia baik sebelum Indonesia merdeka maupun sesudah Indonesia merdeka.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu menjelaskan :


1. Pengertian sejarah dan sejarah hukum. 2. Sejarah Hukum Indonesia, yakni :

- pada masa sebelum Belanda datang ke Indonesia; - pada masa Belanda di - pada masa penjajahan Jepang. - pada masa Indonesia merdeka.

PENGERTIAN SEJARAH

Proses hidup dan berkembang sejarah suatu bangsa, yaitu suatu kesinambungan antara masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang Ingatan masa lalu yang terpelihara dalam bentuk tulisan

PENGERTIAN SEJARAH HUKUM


Dasar pemikiran : Hukum sebagai gejala sejarah, ia mempunyai sejarah. Oleh


karenanya tunduk pada pertumbuhan yang terus-menerus.

Pengertian pertumbuhan memiliki dua arti, yaitu perubahan dan unsur stabilitiet.

Hukum tumbuh, berarti ada hubungan yang erat, sambung-menyambung/ tidak terputus antara hukum masa kini dan hukum masa lampau

Mempelajari sejarah hukum adalah mempelajari juga tentang tumbuh dan


berkembangnya serta lenyapnya lembaga-lembaga hukum, yang dapat dipengaruhi oleh politik, ekonomi, gereja, agama, dan susila

SEJARAH HUKUM INDONESIA

A. SEBELUM BELANDA DATANG KE INDONESIA


Sejarah hukum Indonesia dalam arti seluasnya bermula dari mulai bermukimnya suatu masyarakat di tanah air Indonesia.

Artinya adalah saat dimana kita mengenal dan memulai sejarah Indonesia sesuai
dengan sejarah perkembangan Bangsa Indonesia yang diwarnai pengaruh agama, penjajahan, dan kemerdekaan, serta perkembangan pasca kemerdekaan Berlaku hukum Adat/ hukum tidak tertulis. Di beberapa daerah hukum adat dipengaruhi agama Islam/ Hindu.

DASAR HUKUM PEMBERLAKUAN HUKUM WARISAN HINDIA BELANDA


Aturan Peralihan Pasal I UUD 1945 (Perubahan Keempat), dulu Pasal II Aturan peralihan Ketentuan ini yang menyebabkan ketentuan seperti BW (KUHPerd), HO (Hinder Ordonantie) masih berlaku Kajian ini membahas tentang tumbuh dan berkembangnya hukum di Indonesia

1. MASA VOC Masa ini diawali dengan datangnya pedagang- pedagang Belanda (yang kemudian mendirikan voc) yang semula bertujuan untuk menghindari persaingan diatara mereka. Mereka tunduk pada hukumnya sendiri. Hukum Adat setempat tidak berlaku lagi bagi mereka. B. MASA BELANDA DI INDONESIA

Van Vollenhoven menulis ketika kapalnya merapat di Indonesi : terdapat suatu negeri yang ditinjau dari sudut hukum negara bukan negeri yang tandus dan kosong,
negeri tersebut penuh sesak dengan lembaga tata negara dan lembaga tata kuasa yang diselenggarakan oleh kekuasaan dan atas suku, desa, perserikatan, republik,

dan kerajaan.

Ketika Bangsa Belanda datang ke Indonesia, mereka melihat bahwa di Indonesia


telah ada suatu tatanan hukum yang ajeg (recht orde) Namun demikian mereka tidak merta menundukkan diri terhadap tata hukum yang

berlaku Tatanan hukum yang ada di Indonesia itu yang kemudian disebut sebagai HUKUM ADAT Dengan kedatangan orang belanda di Indonesia, maka ada dualisme hukum,
yaitu ada 2 sistem tata hukum yang berlaku : o Hukum Adat o Hukum Belanda Adapun yang dimaksud dengan hukum belanda adalah hukum kapal VOC yang

terdiri :
o

Hukum Belanda Kuno

Asas-asas Hukum Romawi

Hukum Kapal sebagian besar adalah hukum disiplin (tucht recht) Persoalannya adalah hukum kapal tidak dapat mengatasi menyelesaikan perkara-

perkara yang ada di pusat-pusat perdagangan VOC, sehingga perlu dibuat peraturanperaturan baru yang dapat memenuhi kebutuhan istimewa tersebut

Kendala yang fundamental adalah status VOC, apakah berwenang membuat peraturan kenegaraan Oleh karenanya pada tahun 1609, STATEN GENERAAL, yaitu badan federatif tertinggi negara-negara belanda memberikan kekuasaan pada Gubernur Jenderal, pengurus VOC untuk membuat peraturan guna menyelesaikan perkara Peraturan itu dibuat dalam plakat, kemudian dikumpulkan yang disebut Nederlandsh Indisch Plakatboek Karena tidak dikelola dan disusun dengan baik, terlebih pada tahun 1635 ada kekacauan, maka timbul kebingungan bagi kawula negara, mana plakaat yang masih berlaku dan mana yang sudah dicabut Oleh karena itu Gubernur Jenderal Van Diemen (1636-1646) memberi perintah kepada MR Joan Maetsyucker, seorang pensiunan dari Hof Van Justitie (setingkat MA) untuk mengumpulkan dan menyusun plakat dan dibuat buku dengan nama STATUTEN VAN BATAVIA Dengan demikian hukum yang berlaku untuk wilayah yang dikuasai VOC adalah : o Hukum statuta o Hukum Belanda Kuno o Asas-asas Hukum Romawi Disamping itu bagi VOC berlaku keistimewaan sebagai berikut o HAK MONOPOLI PELAYARAN PERDAGANGAN o HAK MENENTUKAN ANGKATAN PERANG o HAK MENDIRIKAN BENTENG o HAK MENGUMUMKAN PERANG / PERDAMAIAN o MENCETAK UANG Namun karena dalam penyelenggaraan usahanya VOC banyak terjadi korupsi, sehingga berakibat pada bangkrutnya VOC sehingga akhirnya di bubarkan. VOC pailit, kemudian bubar Indonesia jatuh ke tangan inggris, Raffles sebagai Gubernur Jenderal tidak banyak perubahan di bidang hukum dengan Konvensi London 1814 Inggris menyerahkan kekuasaan atas Indonesia ke tangan Belanda kembali. Perubahan di bidang Hukum tidak signifikan Akhirnya berdasarkan konvensi London pada tahun 1814, Indonesia diserahkan kembali ke Belanda

2. MASA PENJAJAHAN BELANDA (1800-1942)

Namun pada tahun 1848 adalah tahun yang penting bagi sejarah hukum
indonesia, yaitu saat diberlakukannya hukum bagi masyarakat eropa di Indonesia dengan asas konkordansi Pada masa itu terjadi kodifikasi (pengumpulan hukum-hukum yang sejenis ke dalam satu kitab yang disusun secara sistematis dan lengkap) di Hindia Belanda yang diketuai Mr. Scholten Van Oud Harlem, Artinya kodifikasi hukum yang ada di Indonesia adalah tiruan kodifikasi hukum belanda yang berlaku di Belanda.

- Kodifikasi yang berhasil dilakukan antara lain:

Reglement Op De Rechtelijke Organisatie (RO) atau Peraturan Organisasi Pengadilan

Algemene Bepalingen Van Wetgeving (AB) atau ketentuan umum tentang Peraturan Perundang-Undangan BW (Burgerlijke Wetboek) atau Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata

Tahun 1866 berlaku kuhp bagi orang Eropa

Tahun 1918 berlaku Wetboek Van Strafrecht (WVS) bagi semua golongan rakyat Hindia Belanda

o o o o

Semula Reglement OP De Rechtelijke Organisatie akan diberlakukan di seluruh Hindia Belanda tetapi keadaan tidak memungkinkan Pada tanggal 1 Mei 1848 hanya berlaku bagi daerah Jawa dan Madura Untuk luar Jawa dan Madura tiap-tiap keresidenan diatur sendiri Kemudian dirubah menjadi peraturan umum yang dimulai berlakuk 1 juli 1927 yang disebut Reglement Buitengewesten

Beberapa Pasal yang perlu diketahui dari Algemene Bepalingen (AB) yang merupakan politik Hukum Belanda:

Pasal 6 A.B : penduduk indonesia dibeda-bedakan dalam golongan Eropa, Bumiputera, dan yang disamakan Pasal 7 A.B : yang dipersamakan dengan Eropa, yaitu: Orang Kristen, termasuk orang-orang Indonesia yang menganut agama tersebut Orang darimana pun asalnya yang tidak termasuk dalam Pasal 8 di bawah ini Pasal 8 A.B : yang dipersamakan dengan Bumiputera, yaitu : orang Arab, Tionghoa, dan semua orang yang beragama Islam Pasal 10 A.B : Gubernur Jenderal berwenang jika perlu mengadakan pengecualian terhadap pasal sebelumnya bagi orang-orang kristen pada umumnya atau bagi masyarakat
kristen Indonesia

Pasal 11 A.B : hakim menerapkan hukum Perdata Eropa bagi golongan Eropa dan hukum Adat bagi golongan Pribumi sehingga terjadi Dualisme Hukum 3. MASA REGERINGS REGLEMENT (R.R 1855-1926)
o o o

Bila dilihat isinya R.R merupakan UUD penjajahan Belanda yang lahir karena adanya perubahan UUD di belanda Tahun 1920 beberapa pasalnya mengalami perubahan yang dikenal dengan R.R baru. Pasal 75 R.R baru isinya memberlakukan ketentuan hukum yang lama bagi
golongan penduduk

4. MASA INDISCHE STAATSREGELING (1926-1942) Sebagai akibat perubahan UUD belanda tahun 1922, pemerintah di Hindia Belanda merubah R.R menjadi Indische Staatsregeling (I.S) Pada masa ini tetap ada Pluralisme di bidang hukum (KARENA PASAL 131 IS = PASAL 75 RR)

o o

C. MASA PENJAJAHAN JEPANG (1942-1945)


pada masa ini tidak banyak perubahan Hukum di Indonesia yang perlu diingat yaitu Uu No. 1/1942 tentang berlaku kembali semua peraturan Hindia Belanda yang tidak bertentangan dengan kekuasaan militer Jepang (pasal 3)

D. KEADAAN SETELAH INDONESIA MERDEKA

Sumber Tata Hukum di Indonesia:

Indonesia Dalam Suatu UUD negara Indonesia

1. Pembukaan UUD 1945: Atas Berkat Rahmat TUHAN YMEDisusunlah Kemerdekaan

2. Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (kini pasal I Aturan Peralihan UUD 1945 Amandemen Keempat) 3. Hukum Adat

Kesatuan Hukum dengan adanya konsep Wawasan Nusantara yang didadasari oleh Pembukaan UUD 1945 yang salah satu pokok pikiran didalamnya yaitu: o Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan, dan o Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

LATIHAN SOAL KE-2 :


Jelaskan mengenai sejarah dan sejarah hukum ! Sebutkan dan jelaskan mengenai dasar hukum pemberlakuan hukum warisan Hindia Belanda ! Jelaskan mengenai sejarah hukum Indonesia pada masa VOC dan pada masa penjajahan Belanda ! Dengan kedatangan orang belanda di Indonesia, maka terjadi dualisme hukum, jelaskan. Dan jelaskan juga mengenai hukum yang berlaku untuk wilayah yang dikuasai oleh VOC ! Jelaskan mengenai kodifikasi yang berhasil dilakukan pada masa penjajahan belanda ! Ceritakan mengenai sejarah hukum Indonesia pada masa penjajahan Jepang dan setelah Indonesia merdeka !

Jenis-jenis badan peradilan sebelum proklamasi

Hukum Islam pada Masa Pra Penjajahan Belanda Akar sejarah hukum Islam di kawasan nusantara menurut sebagian ahli sejarah dimulai pada abad pertama hijriyah, atau pada sekitar abad ketujuh dan kedelapan masehi. Sebagai gerbang masuk ke dalam kawasan nusantara, kawasan utara pulau Sumatera-lah yang kemudian dijadikan sebagai titik awal gerakan dakwah para pendatang muslim. Secara perlahan, gerakan dakwah itu kemudian membentuk masyarakat Islam pertama di Peureulak, Aceh Timur. Berkembangnya komunitas muslim di wilayah itu kemudian diikuti oleh berdirinya kerajaan Islam pertama di

Tanah air pada abad ketiga belas. Kerajaan ini dikenal dengan nama Samudera Pasai. Ia terletak di wilayah Aceh Utara. Pengaruh dakwah Islam yang cepat menyebar hingga ke berbagai wilayah nusantara kemudian menyebabkan beberapa kerajaan Islam berdiri menyusul berdirinya Kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Tidak jauh dari Aceh berdiri Kesultanan Malaka, lalu di pulau Jawa berdiri Kesultanan Demak, Mataram dan Cirebon, kemudian di Sulawesi dan Maluku berdiri Kerajaan Gowa dan Kesultanan Ternate serta Tidore. Kesultanan-kesultanan tersebut sebagaimana tercatat dalam sejarah, itu tentu saja kemudian menetapkan hukum Islam sebagai hukum positif yang berlaku. Penetapan hukum Islam sebagai hukum positif di setiap kesultanan tersebut tentu saja menguatkan pengamalannya yang memang telah berkembang di tengah masyarakat muslim masa itu. Fakta-fakta ini dibuktikan dengan adanya literatur-literatur fiqh yang ditulis oleh para ulama nusantara pada sekitar abad 16 dan 17. Dan kondisi terus berlangsung hingga para pedagang Belanda datang ke kawasan nusantara. Hukum Islam pada Masa Penjajahan Belanda Cikal bakal penjajahan Belanda terhadap kawasan nusantara dimulai dengan kehadiran Organisasi Perdagangan Dagang Belanda di Hindia Timur, atau yang lebih dikenal dengan VOC. Sebagai sebuah organisasi dagang, VOC dapat dikatakan memiliki peran yang melebihi fungsinya. Hal ini sangat dimungkinkan sebab Pemerintah Kerajaan Belanda memang menjadikan VOC sebagai perpanjangtangannya di kawasan Hindia Timur. Karena itu disamping menjalankan fungsi perdagangan, VOC juga mewakili Kerajaan Belanda dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan. Tentu saja dengan menggunakan hukum Belanda yang mereka bawa. Dalam kenyataannya, penggunaan hukum Belanda itu menemukan kesulitan. Ini disebabkan karena penduduk pribumi berat menerima hukum-hukum yang asing bagi mereka. Akibatnya, VOC pun membebaskan penduduk pribumi untuk menjalankan apa yang selama ini telah mereka jalankan. Kaitannya dengan hukum Islam, dapat dicatat beberapa kompromi yang dilakukan oleh pihak VOC, yaitu: Dalam Statuta Batavia yag ditetapkan pada tahun 1642 oleh VOC, dinyatakan bahwa hukum kewarisan Islam berlaku bagi para pemeluk agama Islam. Adanya upaya kompilasi hukum kekeluargaan Islam yang telah berlaku di tengah masyarakat. Upaya ini diselesaikan pada tahun 1760. Kompilasi ini kemudian dikenal dengan Compendium Freijer. Adanya upaya kompilasi serupa di berbagai wilayah lain, seperti di Semarang, Cirebon, Gowa dan Bone.

Di Semarang, misalnya, hasil kompilasi itu dikenal dengan nama Kitab Hukum Mogharraer (dari al-Muharrar). Namun kompilasi yang satu ini memiliki kelebihan dibanding Compendium Freijer, dimana ia juga memuat kaidah-kaidah hukum pidana Islam. Pengakuan terhadap hukum Islam ini terus berlangsung bahkan hingga menjelang peralihan kekuasaan dari Kerajaan Inggris kepada Kerajaan Belanda kembali. Setelah Thomas Stanford Raffles menjabat sebagai gubernur selama 5 tahun (1811-1816) dan Belanda kembali memegang kekuasaan terhadap wilayah Hindia Belanda, semakin nampak bahwa pihak Belanda berusaha keras mencengkramkan kuku-kuku kekuasaannya di wilayah ini. Namun upaya itu menemui kesulitan akibat adanya perbedaan agama antara sang penjajah dengan rakyat jajahannya, khususnya umat Islam yang mengenal konsep dar al-Islam dan dar al-harb. Itulah sebabnya, Pemerintah Belanda mengupayakan ragam cara untuk menyelesaikan masalah itu. Diantaranya dengan (1) menyebarkan agama Kristen kepada rakyat pribumi, dan (2) membatasi keberlakuan hukum Islam hanya pada aspek-aspek batiniah (spiritual) saja. Bila ingin disimpulkan, maka upaya pembatasan keberlakuan hukum Islam oleh Pemerintah Hindia Belanda secara kronologis adalah sebagai berikut : Pada pertengahan abad 19, Pemerintah Hindia Belanda melaksanakan Politik Hukum yang Sadar; yaitu kebijakan yang secara sadar ingin menata kembali dan mengubah kehidupan hukum di Indonesia dengan hukum Belanda. Atas dasar nota disampaikan oleh Mr. Scholten van Oud Haarlem, Pemerintah Belanda menginstruksikan penggunaan undang-undang agama, lembaga-lembaga dan kebiasaan pribumi dalam hal persengketaan yang terjadi di antara mereka, selama tidak bertentangan dengan asas kepatutan dan keadilan yang diakui umum. Klausa terakhir ini kemudian menempatkan hukum Islam di bawah subordinasi dari hukum Belanda. Atas dasar teori resepsi yang dikeluarkan oleh Snouck Hurgronje, Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1922 kemudian membentuk komisi untuk meninjau ulang wewenang pengadilan agama di Jawa dalam memeriksa kasus-kasus kewarisan (dengan alasan, ia belum diterima oleh hukum adat setempat). Pada tahun 1925, dilakukan perubahan terhadap Pasal 134 ayat 2 Indische Staatsregeling (yang isinya sama dengan Pasal 78 Regerringsreglement), yang intinya perkara perdata sesama muslim akan diselesaikan dengan hakim agama Islam jika hal itu telah diterima oleh hukum adat dan tidak ditentukan lain oleh sesuatu ordonasi. Lemahnya posisi hukum Islam ini terus terjadi hingga menjelang berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda di wilayah Indonesia pada tahun 1942. Hukum Islam pada Masa Pendudukan Jepang Setelah Jendral Ter Poorten menyatakan menyerah tanpa syarat kepada panglima militer Jepang untuk kawasan Selatan pada tanggal 8 Maret 1942, segera Pemerintah Jepang mengeluarkan berbagai peraturan. Salah satu diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1942, yang

menegaskan bahwa Pemerintah Jepag meneruskan segala kekuasaan yang sebelumnya dipegang oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda. Ketetapan baru ini tentu saja berimplikasi pada tetapnya posisi keberlakuan hukum Islam sebagaimana kondisi terakhirnya di masa pendudukan Belanda. Meskipun demikian, Pemerintah Pendudukan Jepang tetap melakukan berbagai kebijakan untuk menarik simpati umat Islam di Indonesia. Diantaranya adalah: Janji Panglima Militer Jepang untuk melindungi dan memajukan Islam sebagai agama mayoritas penduduk pulau Jawa. Mendirikan Shumubu (Kantor Urusan Agama Islam) yang dipimpin oleh bangsa Indonesia sendiri. Mengizinkan berdirinya ormas Islam, seperti Muhammadiyah dan NU.

Menyetujui berdirinya Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) pada bulan oktober 1943. Menyetujui berdirinya Hizbullah sebagai pasukan cadangan yang mendampingi berdirinya PETA. Berupaya memenuhi desakan para tokoh Islam untuk mengembalikan kewenangan Pengadilan Agama dengan meminta seorang ahli hukum adat, Soepomo, pada bulan Januari 1944 untuk menyampaikan laporan tentang hal itu. Namun upaya ini kemudian dimentahkan oleh Soepomo dengan alasan kompleksitas dan menundanya hingga Indonesia merdeka Dengan demikian, nyaris tidak ada perubahan berarti bagi posisi hukum Islam selama masa pendudukan Jepang di Tanah air. Namun bagaimanapun juga, masa pendudukan Jepang lebih baik daripada Belanda dari sisi adanya pengalaman baru bagi para pemimpin Islam dalam mengatur masalah-masalah keagamaan. Abikusno Tjokrosujoso menyatakan bahwa, Kebijakan pemerintah Belanda telah memperlemah posisi Islam. Islam tidak memiliki para pegawai di bidang agama yang terlatih di masjid-masjid atau pengadilan-pengadilan Islam. Belanda menjalankan kebijakan politik yang memperlemah posisi Islam. Ketika pasukan Jepang datang, mereka menyadari bahwa Islam adalah suatu kekuatan di Indonesia yang dapat dimanfaatkan.

You might also like