You are on page 1of 13

Keperawatan Gangguan Jiwa Pada Prilaku Bunuh Diri

Diposkan oleh Pier's Blog 8 Apr 2011 di 10:10:00 AM

Pengertian

Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, Keperawatan Jiwa,2007).

Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, Keperawatan Jiwa & Psikiatri, 2004).

Bunuh diri adalah ide, isyara t dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja ( Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri,1997).

Bunuh diri langsung adalah tindakan yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri kehidupan seperti pengorbanan diri (membakar diri), menggantung diri, melompat dari tempat yang tinggi, menembak diri, menenggelamkan diri.

Bunuh diri tidak langsung adalah keinginan tersembunyi yang tidak disadari untuk mati, yang ditandai dengan perilaku kronis beresiko seperti penyalahgunaan zat, makan berlebihan, aktivitas sex bebas ,ketidak patuhan program medis, olah raga yang membahayakan.

Etiologi

Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah Terbagi menjadi: 1. Faktor Genetik 2. Faktor Biologis lain 3. Faktor Psikososial & Lingkungan

Faktor genetik (berdasarkan penelitian): 1,5 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang pernah melaku kan upaya bunuh diri.

Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.

Faktor Biologis lain: Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya: Stroke Gangguuan kerusakan kognitif (demensia) Diabetes Penyakit arteri koronaria Kanker HIV / AIDS Dll

Faktor Psikososial & Lingkungan; Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan terakhir depresi. Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang berkembang, memandang rendah diri sendiri Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem pendukung sosial

Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori:

1. Ancaman bunuh diri: ada peringatan verbal & non verbal, ancaman ini menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian, jika tidak mendapat respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

2. Upaya bunuh diri: semua tindakan yang dilakukan individu terhadap diri sendiri yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.

3. Bunuh diri: terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan, orang yang melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benarbenar ingin mati mungk in akan mati.

http://nata03111990.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pada-kliendengan.html

A. KONSEP BUNUH DIRI Definisi suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputu isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau mernyakiti diri sendiri. B. Bunuh diri sebagai masalah dunia Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena factor kecelakaan. Faktor yang berkontribusi pada anak dan remaja Keluarga dan lingkungan terdekat menjadi pilar utama yang bertanggung jawab dalam upaya bunuh diri pada anak dan remaja, pernyataan ini ditunjang oleh teori Vygotsky bahwa lingkungan terdekat anak berkontribusi dalam membentuk karakter kepribadian anak, menurut Stuart Sundeen jenis kepribadian yang paling sering melakukan bunuh diri adalah tipe agresif, bermusuhan, putus asa, harga diri rendah dan kepribadian antisocial. Anak akan lebih besar melakukan upaya bunuh diri bila berasal dari keluarga yang menerapkan pola asuh otoriter atau keluarga yang pernah melakukan bunuh diri, gangguan emosi dan keluarga dengan alkoholisme. Factor lainnya adalah riwayat psikososial seperti orangtua yang bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan atau stress multiple seperti pindah, kehilangan dan penyakit kronik kumpulan stressor tersebut terakumulasi dalam bentuk koping yang kurang konstruktif, anak akan mudah mengambil jalan pintas karena tidak ada lagi tempat yang memberinya rasa aman, menurut Kaplan gangguan jiwa dan suicide pada anak dan remaja akan muncul bila stressor lingkungan menyebabkan kecemasan meningkat.

PERAN PERAWAT DALAM PRILAKU MENCEDERAI DIRI Pengkajian: 1. Lingkungan dan upaya bunuh diri Perawat perlu mengkjai pristiwa yang menghina atau menyakitkan , upaya persiapan , ungkapan verbal, catatan, lukisan, memberikan benda yang berharga, obat, penggunaan kekerasan, racun. Gejala Perawat mencatat adaya keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, alam perasaan depresi, agitasi, gelisah, insomnia menetap, bewrat badan menurun, bicara lamban, keletihan, withdrawl. Penyakit psikiatrik: Upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, zat adiktif, depresi remaja,

gangguan mental lansia. Riwayat psikososial Bercerai, putus hubungan , kehilangan pekerjaan, stress multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan, masalah sekolah, krisis disiplin, penyakit kronik. Factor kepribadian Impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negative dan kakuk, putus asa, jharga diri rendah, antisocial Riwayat keluarga Riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi mutilasi diri/kekerasan pada diri sendiri sehubungan dengan takut terhadap penolakan, alam perasaan yang tertekan, reaksi kemarahan, ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara verbal, ancaman harga diri karena malu, kehilangan pekerjaan dan sebagainya.
y

Sasaran jangka pendek: klien akan mencari bantuan staf bila ada perasaan ingin mencederai diri Sasaran jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri

Intervensi dan Rasional


y y

y y

y y

y y y y

Observasi prilaku klien lebih sering melalui aktivitas dan interaksi rutin, hindari kesan pengamatan dan kecurigaan pada klien Tetapkan kontak verbal dengan klien bahwa ia akan memintya bantuan jika keinginan untuk bunuh dri dirasakan (mendiskusikan perasaan ingin bunuh diri dengan orang yang dipercaya) Jika mutilasi diri terjadi, rawat luka klien dengan tidak mengusik penyebabnya, jangan berikan reinforcement positive untuk prilaku tersebut (kurangnya perhatian untuk prilaku maladaptive dapat menurunkan pengulangan mutilasi). Dorong klien untuk bicara tentang perasaan yang dimilikinya sebelum prilaku ini terjadi (agar memahami masalah) Bertindak sebagai model dalam mengexpresikan kemarahan yang tepat (prilaku bunuh diri dipandang sebagai marah yang diarahkan pada diri sendiri) Singkirkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien (keamanan klien merupakan prioritas perwatan) Arahkan kembali prilaku mutilasi dengan penyaluran fisik (latihan fisik merupakan cara yang aman untuk menyalurkan ketegangan yang terpendam) Komitment semua staf untuk memberikan spirit kepada klien Berikan obat-obatan sesuai hasil kolaborasi, pantau keefektifan, dan efek samping Gunakan restrain mekanis bila keadaan memaksa sesuai prosedur tetap Observasi klien dalam restrain tiap 15 menit/sesuai prosedur tetap dengan mempertimbangkan keamanan, sirkulasi darah, kebutuhan dasar (keamanan klien merupakan prioritas keperawatan)

INTERVENSI KLIEN BUNUH DIRI 1. Listening, kontrak, kolaborasi dengan keluarga Klien bisa ditolong dengan terapi dan mencoba untuk mengungkapkan peasaannya, berikan dukungan agar dia tabah dsan tetap berpandangan bahwa hidup ini bermanfaat. Buatlah lingkungannya seaman mungkin dan jauhkanlah dari alatttt-alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri. 2. Pahami persoalan dari kacamata mereka Harus dihadapi dengan sikap menerima, sabar, dan empati. Perawat berupaya agar tidak bersikap memvonis, memojokkan, apalagi menghakimi mereka yang punya niat bunuh diri. Pada saat sedang menderita ia membutuhkan bantuan orang lain, ia butuh ventilasi untuk mengalirkan perasaan dan masalahnya. Namun ia biasanya takut untuk mencari pertolongan. 3. Pentingnya partisipasi masyarakat Gangguan kejiwaan biasanya bisa sembuh hanya perlu terus dievaluasi karena sewaktu-waktu bisa kambuh, dalam hal ini dukungan keluarga sangat penting untuk upaya penyembuhan klien , keluarga perlu didukung masyarakat sekitarnya agar klien gangguan jiwa dianggap sama dngan penyakit-penyakit fisik lainnya. 4. Expess feeling Perlu ada dukungan dari lingkungan seperti sharing atau curhat sehingga membantu meringankan beban yang menerpa, selain mengontrol emosi, lebih mendekatkan diri kepada yang maha kuasa. 5. Lakukan implementasi khusus, seperti menjauhkan benda-benda berbahaya dari lingkungan klien, dan mengobservasi prilaku yang berisiko untyuk bunuh diri
http://nersjiwa.blogspot.com/

1. I. KAJIAN TEORI 1. A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptif maladaptif.

Respon adaptif y Harapan y Yakin y Percaya y Inspirasi y Tetap hati y Putus harapan y Tidak berdaya y Putus asa y Apatis y Gagal dan kehilangan y Ragu-ragu y Sedih y Depresi y Bunuh diri

Respon maladaptif

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon maladaptif antara lain : 1. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis. Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu. 1. Kehilangan, ragu-ragu

Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir dengan bunuh diri. 1. Depresi Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi berat. 1. Bunuh diri Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

1. B. Etiologi Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri : 1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres. 2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti. 3. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri. 4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

1. C. Faktor Predisposisi Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh diri antara lain : 1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

1. Sifat kepribadian

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi. 1. Lingkungan psikososial Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri. 1. Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif. 1. Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

1. D. Faktor Presipitasi 1. Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah : 2. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti. 3. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres. 4. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri. 5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

1. E. Patopsikologi Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori :

1. Ancaman bunuh diri Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

1. Upaya bunuh diri Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. 1. Bunuh diri Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya.

1. F. Tanda dan Gejala Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut. 1. Petunjuk dan gejala 1. Keputusasaan 2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna 3. Alam perasaan depresi 4. Agitasi dan gelisah 5. Insomnia yang menetap 6. Penurunan BB 7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. 8. Petunjuk psikiatrik 1. Upaya bunuh diri sebelumnya 2. Kelainan afektif 3. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat 4. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja 5. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia 6. Riwayat psikososial 1. Baru berpisah, bercerai/ kehilangan 2. Hidup sendiri 3. Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami 4. Faktor-faktor kepribadian 1. Implisit, agresif, rasa bermusuhan 2. Kegiatan kognitif dan negatif 3. Keputusasaan 4. Harga diri rendah 5. Batasan/gangguan kepribadian antisosial

1. II. TINJAUAN PROSES KEPERAWATAN 1. 1. Pengertian 1. Tinjauan kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan tentang : 1. Kerentaan genetik-biologik (riwayat keluarga). 2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami. 3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi. 4. Riwayat pengobatan. 5. Riwayat pendidikan dan pekerjaan. 6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu dengan gangguan mood. 7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri : 1. Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit. 2. Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur dan cara-cara melaksanakan rencana tersebut. 3. Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah, keparahan gangguan mood). 4. Sistem pendukung yang ada. 5. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat penyalahgunaan zat. 6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien, atau keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan dan tindakan perawatan diri.

1. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan bunuh diri : 1. Dorongan yang kuat untuk bunuh diri berhubungan dengan gangguan alam perasaan : depresi. 2. Potensial untuk bunuh diri berhubungan dengan ketidakmampuan menangani stres, perasaan bersalah. 3. Koping yang tidak efektif berhubungan dengan ingin bunuh diri sebagai pemecahan masalah.

4. Potensial untuk bunuh diri berhubungan dengan keadaan stress yang tibatiba 5. Isolasi sosial berhubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun. 6. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan kegagalan (sekolah, hubungan interpersonal).

1. 3. Rencana Tindakan Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai ia dapat melindungi diri sendiri. Intervensi yang dibuat dan dilaksanakan terus mengacu pada etiologi dari diagnosa keperawatan serta sesuai dengan tujuan yang akan tercapai. Menurut Stuart dan Sundeen (1997) dalam Keliat (1991 : 13) mengidentifikasi intervensi utama pada klien untuk prilaku bunuh diri yaitu : 1. Melindungi : Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien melukai dirinya. Tempatkan klien di tempat yang aman, bukan diisolasi dan perlu dilakukan pengawasan. 1. Meningkatkan harga diri Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Bantu klien mngekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan pujian pada hal yang positif. 1. Menguatkan koping yang konstruktif/sehat. Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan pujian penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk koping yang destruktif perlu dimodifikasi/dipelajari koping baru. 1. Menggali perasaan Perawat membantu klien mengenal perasaananya. Bersama mencari faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien. 1. Menggerakkan dukungan sosial, untuk itu perawat mempunyai peran menggerakkan sistem sosial klien, yaitu keluarga, teman terdekat, atau lembaga pelayanan di masyarakat agar dapat mengontrol prilaku klien.

1. 4. Pelaksanaan

Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and now). Perawat juga meniali diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.

1. 5. Evaluasi 1. Ancaman terhadap integritas fisik atau sistem dari klien telah berkurang dalam sifat, jumlah asal atau waktu. 2. Klien menggunakan koping yang adaptif. 3. Klien terlibat dalam aktivitas peningkatan diri. 4. Prilaku klien menunjukan kepedualiannya terhadap kesehatan fisik, psikologi dan kesejahteraan sosial. 5. Sumber koping klien telah cukup dikaji dan dikerahkan.
http://rastirainia.wordpress.com/2009/11/25/laporan-pendahuluan-asuhankeperawatan-pada-klien-dengan-prilaku-percobaan-bunuh-diri/

You might also like