You are on page 1of 48

BAB II

TIN1AUAN PUSTAKA

2.1Zeolit
2.1.1Defenisi
Zeolit ditemukan tahun 1756 oleh seorang ahli mineralogi asal Swedia yang
bernama Freiher Axer Frederick Cronstedt. Zeolit berasal dari bahasa Yunani,
yaitu Zein (mendidih) dan Lithos (batuan), sehingga artinya adalah batuan yang
mendidih. Disebut demikian karena batuan ini mendidih atau mengeluarkan buih
apabila dipanaskan (Mumpton, 1983 dalam Simaniuntak, 2002).
Zeolit ditemukan dalam batuan tuIa yang terbentuk hasil sedimentasi debu
vulkanik yang telah mengalami proses alterasi. Sebagai produk piroklastik atau
aktivitas gunung api berupa semburan ke udara yang kemudian iatuh ke dalam
suatu lingkungan pengendapan. Selaniutnya bahan tersebut mengalami rombakan
oleh aktivitas air dan terendapkan kembali pada lingkungan pengendapan yang
lain, karena aktivitas tektonik berupa pengangkatan dan diikuti oleh proses
eksogenik yang intensiI menyebabkan bahan galian tersebut tersingkap seperti
saat ini.
Proses alterasi berlangsung pada lingkungan pengendapan yang baru
menyebabkan endapan tersebut berubah meniadi material gelas vulkanik yang
berukuran halus dan terbentuklah mineral zeolit. Secara geologi endapan zeolit
7

terbentuk karena proses sedimentasi debu vulkanik pada lingkungan danau yang
bersiIat alkali, proses diagenetik dan proses hidrotermal (Sukandarrumidi, 2006).
Zeolit merupakan mineral kristalin dari kelompok aluminosilikat yang
terhidrasi oleh kation alkali dan alkali tanah di dalam rongga-rongganya dan
mempunyai strukur sangkar tiga dimensi. Strukur zeolit dibentuk oleh beberapa
atom Si yang bervalensi 4 dan berikatan secara kovalen dengan beberapa atom Al
yang bervalensi 3, sehingga mineral tersebut bermuatan negatiI. Muatan ini akan
dinetralkan oleh kation-kation alkali dan alkali tanah yang berada disekitarnya
(Simaniuntak, 2002).
Kerangka dasar mineral zeolit dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Rangka tetrahedral SiO
4
, dan AlO
4
-
(Sumber: Zeolit, http://id.wikipedia.org/wiki/Zeolit).

Vaughan (1987), mengatakan bahwa kation alkali dan alkali tanah yang
terikat pada strukur mineral zeolit dapat dipertukarkan, akan tetapi letaknya dalam
struktur akan menentukan mudah tidaknya teriadi pertukaran. Perilaku kation
dapat dipertukarkan tergantung dari beberapa Iaktor meliputi: ukuran dan muatan
8

kation tersebut, suhu, konsentrasi kation dalam larutan, serta karakteristik struktur
zeolit.
Zeolit biasanya ditulis dengan rumus kimia oksida atau berdasarkan satuan
sel kristal M
2/n
O Al
2
O
3
a SiO
2
b H
2
O atau M
c/n
(AlO
2
)
c
(SiO
2
)
d
}b H
2
O. Dimana n
adalah valensi logam, a dan b adalah molekul silikat dan air, c dan d adalah
iumlah tetrahedra alumina dan silika. Rasio d/c atau SiO
2
/Al
2
O bervariasi dari 1-
5.
Tetrahedra SiO
4
dan AlO
3
akan membentuk rongga dengan berbagai ukuran.
Strukturnya merupakan komposit dari satuan struktur tetrahedra MO
4
. Misalnya
struktur di gambar 2, satuan dasarnya adalah kubus hasil leburan 8 MO
4
, prisma
heksagonal leburan 12 MO
4
, dan oktahedra terpancung leburan 24 MO
4

(Aluminosilikat, http://www.chem-is-try.org/materikimia/kimia-anorganik-
universitas/kimia-unsur-non-logam/silikon-oksida-aluminosilikat-, dan-Zeolit/).

Gambar 2. Polihedral Zeolit
(Sumber: Zeolit, http://id.wikipedia.org/wiki/Zeolit)

Bila polihedra-polihedra ini berikatan, berbagai ienis struktur zeolit akan
dihasilkan. Misalnya oktahedra terpancung yang disebut dengan kurungan
9

adalah struktur dasar zeolit A sintetik, Na


12
(Al
12
Si
12
O
48
)|.27H
2
O, dan bagian segi
empatnya dihubungkan melalui kubus. Dapat dilihat bahwa terowongan B
terbentuk bila 8 oktahedra terpancung diikat dengan cara ini. Struktur yang akan
dihasilkan bila bagian heksagon bersambungan melalui prisma heksagon adalah
Iauiasit, NaCaO.5(Al
2
Si
5
O
14
)
5
.10 H
2
O.
Sebelum membentuk zeolit, tetrahedral-tetrahedral tersebut saling berikatan
melalui atom oksigennya dan membentuk suatu cincin. Cincin-cincin yang
terbentuk merupakan cincin tunggal, ganda atau suatu kompleks, sebagai satuan
pembangun sekunder.
Cincin tunggal ditemukan sebagai lingkar 4, 6, 8, 10, dan 12 tetrahedral,
sedangkan cincin ganda ditemukan sebagai ganda lingkar 4 berbentuk kubus, dan
ganda lingkar 6 berbentuk prisma heksagonal. Sedangkan kompleks yang teriadi
adalah kompleks 4-1, kompleks 5-1 , dan kompleks 4-4-1, seperti tampak pada
gambar 3 berikut:

Gambar 3. Unit bangun sekunder Zeolit
(Sumber: Zeolit, http://id.wikipedia.org/wiki/Zeolit)

Hampir seluruh endapan zeolit yang ditemukan di Indonesia tersusun oleh
mineral klinoptilolit, mordenit atau campuran keduanya, kadang-kadang sedikit
10

mengandung mineral heulandit. Di samping mengandung mineral tersebut, zeolit


iuga mengandung mineral pengotor seperti kwarsa, plagioklas, montmorilonit,
pirit, kaolin dan lain-lain. Warna bahan galian zeolit beraneka ragam antara lain
hiiau, putih kehiiauan, putih merah daging, coklat abu-abu kebiruan dan lainnya
bergantung dengan kondisi lingkungan yang mempengaruhinya.

2.1.2Kasifikasi Zeolit
Zeolit diklasiIikasikan lagi meniadi dua kelompok, yaitu zeolit alam dan
zeolit sintetis atau buatan. Zeolit alam merupakan zeolit yang terbentuk karena
adanya proses perubahan alam (zeolitisasi) dari batuan tuIa, sedangkan zeolit
sintesis merupakan zeolit yang direkayasa oleh manusia secara kimia.
Pada saat ini dikenal sekitar 40 ienis mineral zeolit alam, meskipun yang
mempunyai nilai komersial ada sekitar 12 ienis, di antaranya klinoptilolit,
mordernit, Iilipsit, kabasit dan erionit. Zeolit sintetik dihasilkan dari beberapa
perusahaan seperti Union Carbide, ICI dan Mobil Oil dan lebih dari 100 ienis
telah dikenal strukturnya antara lain zeolit A, X, Y, grup ZSM/AlPO
4
(Zeolite
Sieving Marerials/Aluminium Phosphate) dan bahkan akhir-akhir ini dikenal grup
zeotip, yaitu material seperti zeolit tetapi bukan senyawa alumino-silikat.




11

%abel 1. Klasifikasi zeolit


Zeolit Rumus kimia UBS
Grup Analsim:
Analsim Na
16
|Al
16
Si
31
O
96
|6H
2
O S4R
Wairakit Ca
8
|Al
16
Si
31
O
96
| 6H
2
O S4R
Grup Natrolit:
Natrolit Na
16
|Al
16
Si
24
O
80
|6H
2
O T
5
O
10
(4-1)
Thomsonit Na
16
Ca
8
|Al
20
Si
20
O
80
|24H
2
O T
5
O
10

Grup
Heulandit:

Heulandit Ca
4
|Al
8
Si
28
O
72
|24H
2
O T
10
O
20
(4-4-1)
Klinoptilolit Na
6
|Al
6
Si
30
O
72
|24H
2
O T
10
O
20

Grup Filipsit:
Filipsit K
2
Ca
1.5
|A
l6
Si
10
O
32
|12H
2
O S4R
Zeolit Na-P-1 Na
8
|Al
31
SiO
16
|16H
2
O S4R
Grup
Mordernit:

Mordernit Na
8
|Al
8
Si
40
O
96
|24H
2
O T
8
O
16
(5-1)
Ferrierit NaCa
0.5
Mg
2
|Al
6
Si
30
O
72
|24H
2
O T
8
O
16

Grup Kabazit:
Kabazit Ca
2
|Al
4
Si
8
O
24
| 13H
2
O D4R,D6R
Zeolit L K
6
Na
3
|Al
9
Si
27
O
72
|21H
2
O S6R
Grup Faujasit:
Fauiasit Na
12
Ca
12
Mg
11
|Al
58
Si
134
O
384
|235H
2
O D4R,D6R
Zeolit A Na
12
|Al
12
Si
12
O
48
|27H
2
O D4R, D6R
Grup
Laumontit:

Laumontit Ca
4
|Al
8
Si
16
O
46
|16H
2
O S4R,S6R,S8R
Grup Pentasil:
ZSM-5 Na
n
|Al
n
Si
96
O
192
|16H
2
O 5-1
Grup Zeotype:
AlPO
4
-5 |Al
12
P
12
O
48
| (C
3
H
7
)
4
NOHq.H
2
O S4R, S6R
(Sumber: Thamzil Las dalam Nadut, 2000)

2.1.3Sifat Zeolit
Karena siIat Iisika dan kimia dari zeolit yang unik, sehingga dalam
dasawarsa ini, zeolit oleh para peneliti diiadikan sebagai mineral serba guna.
12

SiIat-siIat unik tersebut meliputi dehidrasi, adsorbsi dan penyaring molekul,


katalis dan penukar ion.
O Sifat Dehidrasi
Zeolit mempunyai siIat dehidrasi (melepaskan molekul H
2
O) apabila
dipanaskan. Pada umumnya struktur kerangka zeolit akan menyusut. Tetapi
kerangka dasarnya tidak mengalami perubahan secara nyata. Disini molekul air
(H
2
O) seolah-olah mempunyai posisi yang spesiIik dan dapat dikeluarkan secara
reversibel. (Nadut, 2000)
Molekul air (H
2
O) yang berada di dalam mineral zeolit dapat dibagi meniadi
2 bagian, yaitu molekul air yang berada di luar sistem dan yang terikat di dalam
sistem kristal zeolit. Air yang berada di luar sistem kristal zeolit dapat menguap
iika dipanaskan pada suhu 105
0
C selama 24 iam, sedangkan molekul air yang
terikat di dalam sistem kristal hanya dapat terlepas pada pemanasan dengan duhu
300-400
0
C selama 2-3 iam. Zeolit yang telah kehilangan air kristal dapat
menyerap kation dengan eIektiI ke dalam rongga-rongganya daripada zeolit yang
masih mengiat molekul air kristal (Simaniuntak, 2002).
O Sifat Adsorbsi
SiIat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan karena
struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap seiumlah besar
molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Selain
13

itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan adsorben yang selektiI dan
mempunyai eIektivitas adsorpsi yang tinggi.
O Sifat Katalis
Kemampuan zeolit sebagai katalis teriadi di dalam pori-pori kristal zeolit.
Oleh karena itu siIat zeolit yang sangat penting sebagai katalis adalah ukuran
pori-pori dan volume kosong yang besar, di samping itu perbandingan atom Si
dan Al mempengaruhi siIat zeolit sebagai katalis. SiIat-siIat tersebut dapat teriadi
karena struktur dan siIat muatan listrik yang dimiliki oleh kerangka zeolit baik
pada permukaan maupun di dalam rongganya.
Zeolit baru akan bekeria sesuai dengan struktur kimiawinya setelah
mengalami proses pengolahan. Zeolit adalah salah satu di antara sekian banyak
mineral senyawa alumina silikat, dengan kerangka struktur 3 dimensi senyawa
alumina silikat terdiri dari dua bagian yaitu bagian netral dan bagian yang
bermuatan.
Bagian netral semata-mata dibangun oleh silikon dan oksigen, serta ienisnya
bervariasi antara SiO
4
sampai SiO
2
. Bagian muatan dibangun oleh ion alumina
dan oksigen, dalam bagian ini teriadi penggantian ion pusat silikon bervalensi
empat dengan kation aluminium yang bervalensi tiga, sehingga setiap
penggantian ion silikon oleh ion aluminium memerlukan satu ion logam alkali
tanah yang monovalen atau setengah ion logam bivalen seperti Na

, K

, Ca
2
,
Mg
2
, Ba
2
, dll, untuk menetralkan muatan listriknya. Sebagai katalis zeolit
14

mempunyai keistimewaan berupa lama pemakaian (life time) yang lebih paniang
bila dibandingkan dengan bahan katalis lainnya (Sukandarrumidi, 2006)
O Sifat Penukar Kation
Sedangkan siIat zeolit sebagai penukar ion karena adanya kation logam
alkali dan alkali tanah. Kation tersebut dapat bergerak bebas di dalam rongga dan
dapat dipertukarkan dengan kation logam lain dengan iumlah yang sama.
Pertukaran kation zeolit pada dasarnya adalah Iungsi dari deraiat subtitusi Si oleh
Al dalam struktur kristal zeolit. Makin banyak Al yang menggantikan posisi Si,
maka makin tinggi muatan negatiI yang dihasilkan, dan penetralan akan
dilakukan oleh kation alkali dan alkali tanah.
SiIat pertukaran kation zeolit tergantung dari beberapa Iaktor, yaitu topologi
kerangka zeolit, ukuran dan bentuk rongga zeolit, kerapatan muatan pada saluran
rongga zeolit, valensi dan kerapatan muatan ion dalam rongga zeolit dan
konsentrasi dan komposisi elektrolit pada larutan luar (Barrer, 1982 dalam
Simaniuntak, 2002).

2.1.4Karakteristik Zeolit Asal Aifua Kabupaten Ende
enis zeolit yang berasal dari desa AiIua Kabupaten Ende, berdasarkan hasil
penguiian diIraksi sinar-X (XRD) adalah ienis klinoptilolit, modernit, kuarsa dan
montmorillonit. Dan komposisi kimianya adalah sebagai berikut:



13

%abel 2. Komposisi kimia Zeolit Aifua. desa Ondorea. Nangapanda Ende.


Senyawa SiO
2
TiO
2
Al
2
O
3
MnO
2
Fe
2
O
3
H
2
O CaO MgO Na
2
O K
2
O SO
3
Kadar () 67,00 0,22 10,36 0,01 1,80 5,42 2,46 0,94 1,78 1,12 0,03
Sumber: Dinas Pertambangan Propinsi NTT, 1994 (Nadut, 2000).

enis zeolit desa AiIua Kabupaten Ende memiliki rata-rata daya hantar listrik
(DHL) 0,04 dSm
-1
, keienuhan basa (KB) 94,6 , dan nilai koeIisien P-absorbsi
2,87. Nilai KTK dan pH zeolit yang berasal dari desa AiIua Kabupaten Ende,
adalah yang tertinggi dari beberapa ienis zeolit alam yang telah ditemukan di
Indonesia, yaitu KTK 167 cmol ()/kg dan pH 8,2 (Suwardi, 1997).

2.1.5Aktivasi Zeolit
Agar dapat dimanIaatkan zeolit harus mempunyai spesiIikasi tertentu, dan
berkaitan dengan hal tersebut kualiIikasi zeolit ditentukan oleh daya serap, daya
tukar kation (KTK), maupun daya katalis. Oleh sebab itu, untuk memperoleh
zeolit dengan kemampuan tinggi diperlukan beberapa pengolahan, antara lain:
1. Preparasi.
Tahap ini bertuiuan untuk memperoleh ukuran produk yang sesuai dengan
tuiuan penggunaannya.
Tahapan preparasi zeolit pertama-tama akan dilakukan pembersihan kotoran
yang melekat pada bongkahan batuan zeolit, kemudian tahap penghancuran
(.rushing), yakni bongkahan batuan zeolit yang berukuran besar dipecah-
pecahkan meniadi ukuran yang lebih kecil sehingga mudah dihancurkan di dalam
ball mill (alat penggiling).
1

Tahapan selaniutnya adalah penggerusan (grinding) untuk memperoleh


material zeolit yang lebih halus sesuai keperluan. Kemudian dilakukan
pengayakan, biasanya menggunakan alat 'the tvker standard s.reen`, untuk
mendapatkan material zeolit dengan ukuran mesh tertentu.
2. Aktivasi.
Proses ini bertuiuan meningkatkan siIat-siIat khusus zeolit dengan cara
menghilangkan unsur-unsur pengotor (impurities) dan menguapkan air yang
terperangkap dalam pori-pori zeolit. Ada 2 cara yang umum digunakan dalam
proses aktivasi zeolit, yaitu aktivasi secara Iisik dan secara kimia.
Aktivasi secara Iisik dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu 200-
400
0
C selama 2-3 iam untuk menghilangkan molekul-molekul air yang
terperangkap di dalam pori-pori kristal zeolit.
Aktivasi secara kimia melalui proses destruksi dengan menggunakan
pereaksi HCl, NaOH atau H
2
SO
4
untuk menghilangkan zat-zat pengotor berupa
logam-logam alkali dan alkali tanah serta beberapa ienis logam lainnya yang
terdapat di dalam kerangka zeolit.
3. ModiIikasi.
Proses modiIikasi dimaksudkan untuk mengubah siIat permukaan zeolit
alam, dengan cara melapiskan polimer organik (sintesis dan alamiah) pada zeolit
tersebut. ModiIikasi struktur zeolit dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain: modiIikasi melalui proses pertukaran kation (.ation ex.hange),
17

pengadsorpsi molekul-molekul polar, modiIikasi kerangka zeolit dan sebagainya


(Vansant, 1990 dalam Nadut 2000).

2.1.6Aplikasi Zeolit Dalam Bidang Pertanian
Salah satu kegunaan zeolit dalam bidang pertanian adalah pada pembuatan
pupuk kandang zeolit, yang merupakan campuran antara pupuk kandang dengan
mineral zeolit. Pupuk kandang zeolit ini memiliki siIat lebih dari pupuk organik
pada umumnya, yaitu mempunyai rata-rata C/N yang rendah dan pertukaran
kation yang tinggi. Dengan pupuk ini, penggunaan unsur pupuk dapat lebih lama,
karena dengan adanya zeolit tanaman dapat mengkonsumsi pupuk lebih lama
(Suyitno, 2000).
Zeolit selain memiliki kemampuan sebagai mineral penukar kation, iuga
memiliki daya tahan yang tinggi untuk menahan ion NH
4

dan K

yang terdapat
di dalam air, sehingga penggunaan zeolit dapat meningkatkan siIat-siIat Iisika
dan kimia tanah, terutama tanah yang mengandung pasir dan sedikit aluminium
sulIat, serta tanah pozolik (Suyitno, 2000 dalam Nadut, 2000).
18


Gambar 4. Pengaruh Zeolit dalam tanah terhadap tanaman
(Sumber : Balai Penelitian Tanah, 2009).

enis zeolit yang sering digunakan di bidang pertanian terutama adalah ienis
klinoptilolit, yang sudah banyak menuniukkan hasil berupa peningkatan
ketersediaan unsur nitrogen di dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil panen tanaman. Hal ini disebabkan karena adanya
pengaruh zeolit terhadap kapasitas penyerapan (adsorpsi) dan penyimpanan
(retensi) NH
4

dan K

(Suyitno, 2000 dalam Balai Penelitian Tanah, 2009).


Selain hal tersebut, siIat permukaan zeolit sangat mudah untuk menyerap
kation-kation logam berat seperti Cd, Pb dan Zn, iadi logam-logam tersebut akan
terserap oleh zeolit dan tidak dikonsumsi oleh akar tanaman, sehingga tidak akan
meracuni tanaman karena kandungan logam berat yang ada (Suyitno, 2000 dalam
Balai Penelitian Tanah, 2009).
Dalam penggunaannya sebagai bahan pembenah tanah, zeolit yang
digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu terkait dengan
19

beberapa karakteristik batuan zeolit. Syarat mutu zeolit sebagai bahan pembenah
tanah yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional adalah sebagai berikut:
%abel 3. Svarat mutu zeolit sebagai bahan pembenah tanah menurut SNI 13-
3494- 1994 (2006)
Uraian Persyaratan
Kadar mineral zeolit Minimal 50
Kapasitas Tukar Kation Minimal 100 meq/100 g
Kadar Air Minimal 10
Ukuran Butir 40 - 80 mesh
(Sumber: Balai Penelitian Tanah, 2009)

Hardiatmo dan Husaini (1996) menyatakan kandungan mineral zeolit pada
batuan zeolit yang terdapat di Pulau Flores mencapai 60,2 berat dengan
persentase modernit adalah 55,7, sedangkan klinoptilolit hanya 4,5. Nilai
KTK-nya adalah 151,9 Cmol/kg.
Kemampuan pertukaran kation zeolit merupakan parameter utama dalam
menentukan kualitas zeolit yang akan digunakan. KTK adalah iumlah meq ion
logam yang dapat diserap maksimum olah 1 g zeolit dalam kondisi setimbang.
KTK dari zeolit biasanya bervariasi dari 1,5 sampai 6 meq/g. Nilai KTK zeolit
berbanding lurus dengan iumlah atom Al yang terkandung di dalamnya, makin
banyak iumlah atom Al maka makin tinggi nilai KTK dari zeolit. KTK ini
merupakan penentuan kemampuan tanah untuk mengikat (mengawetkan) pupuk
yang diberikan (Suyitno, 2000 dalam Balai Penelitian Tanah, 2009).
Menurut Suwardi (2007), pemanIaatan zeolit sebagai bahan pembenah
tanah, yaitu dapat ditebar langsung ke tanah maupun dicampur dengan pupuk.

20

O Ditebar langsung ke tanah


Struktur zeolit termasuk cukup stabil di dalam tanah. Dengan struktur yang
stabil tersebut, pengaruh aplikasi zeolit pada tanah-tanah marginal dapat terlihat
selama beberapa tahun. Semakin halus ukuran zeolit pengaruhnya akan semakin
baik tetapi daya tahannya akan lebih pendek. Oleh karena itu aplikasi zeolit
sebagai bahan pembenah tanah sebaiknya berupa campuran antara zeolit ukuran
halus dan kasar.
O Dicampur dengan pupuk
Penggunaan zeolit sebagai bahan pembenah tanah memerlukan dosis yang
tinggi. Oleh karena itu, perlu cara-cara yang lebih eIisien, yaitu dengan
mencampur zeolit dengan pupuk. Sebagai sampel beberapa hasil penelitian
menuniukkan bahwa perbandingan zeolit dan urea adalah 1:1 dapat
meningkatkan eIisiensi pemupukan.

Dari hasil penelitian sebelumnya tentang pencampuran beberapa ienis pupuk
organik dan zeolit yang diberikan secara bersamaan dengan dosis yang tepat
dapat mempertahankan kelembaban tanah yang lebih lama, sehingga Iluktuasi
suhu di sekitar perakaran sangat kecil dan suhu tidak naik drastis (suhu tanah
relatiI stabil) setelah air diberikan ke tanah. Tanpa pemberian zeolit maka suhu
tanah di sekitar perakaran meningkat drastis yang mengakibatkan kandungan C-
organik cepat teoksidasi dan ketersediaannya di dalam tanah tidak dapat
dipertahankan lebih lama lagi (Al-abri, 2009).
21

2.2iraorganik
Wiraorganik adalah pupuk organik hasil produksi Yayasan Universitas Widya
Mandira Kupang, yang bahan baku pembuatannya berasal dari hasil Iermentasi
bahan-bahan organik (sampah organik, pupuk kandang, ierami, sekam padi, serbuk
gergaii, dll). Wiraorganik dibuat dengan menggunakan teknologi Effe.tive
Mi.roorganisms (EM), yang apabila digunakan dalam tanah akan meningkatkan
aktivitas biologis, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki struktur penyimpanan
air tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Teknologi EM yang digunakan dalam pembuatan Wiraorganik adalah Effe.tive
Mi.roorganisms-4 atau biasa disingkat EM-4, yang telah digunakan secara eIektiI
untuk menginokulasi limbah organik pertanian, sampah kota, menghilangkan bau
busuk limbah organik, mempercepat penguraian limbah organik, serta pengomposan
berbagai macam limbah organik. EM-4 dapat memIermentasikan bahan organik yang
terdapat di dalam tanah dengan melepaskan hasil Iermentasi berupa gula, alkohol,
vitamin, asam laktat, asam amino dan senyawa organik lainnya.
Menurut Indriani (1999) dan Setiyani (2000), iumlah mikroorganisme di dalam
EM-4 sangat banyak sekitar 80 ienis. Mikroorganisme tersebut dapat bekeria secara
eIektiI dalam menguraikan bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme
tersebut ada 4 golongan pokok, yaitu:
O Bakteri asam laktat. Bakteri ini adalah bakteri gram positiI, tidak membentuk
spora dan berIungsi menguraikan bahan organik dengan cara Iermentasi asam
22

laktat dan glukosa. Asam laktat akan bertindak sebagai sterilizer atau menekan
mikroorganisme yang merugikan, serta meningkatkan perombakan bahan-bahan
organik dengan cepat.
O Ragi (east). BerIungsi menguraikan bahan organik dan membentuk zat anti
bakteri, dapat pula membentuk zat aktiI (substansi bioaktiI) dan enzim yang
berguna untuk pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini iuga berperan
dalam perkembangan mikroorganisme lain yang menguntungkan seperti
A.tvnomi.etes dan La.toba.illus sp.
O Bakteri A.tvnomi.etes. Merupakan bentuk peralihan antara bakteri dan iamur,
mempunyai Iilamen, berIungsi mendekomposisikan bahan organik ke dalam
bentuk sederhana. Simbiosis antara A.tvnomi.etes dengan bakteri Iotosintesis
akan meniadi bakteri anti mikroba sehingga dapat menekan pertumbuhan iamur
dan bakteri yang merugikan dengan cara menghancurkan khitin, yang merupakan
zat esensial bagi pertumbuhan bakteri-bakteri yang merugikan.
O Bakteri Iotosintesis. Bakteri ini terdiri dari bakteri hiiau dan ungu. Bakteri hiiau
memiliki pigmen hiiau (bakteriviridin atau bakteriokloroIil), sedangkan bakteri
ungu memiliki pigmen ungu, merah dan kuning (bakteriopurpurin). Bakteri
Iotosintesis ini merupakan bakteri bebas yang dapat mensintesis senyawa
nitrogen, gula dan substansi bioaktiI lainnya. Hasil metabolic yang diproduksi
dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk
perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan.
23

Sementara itu menurut Indriani (1999), bahwa manIaat dari EM-4 adalah untuk
memperbaiki siIat Iisik, kimia dan biologi tanah; dapat menekan pertumbuhan bakteri
yang bersiIat pathogen bagi tanah; meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa
organik di dalam tanah; meningkatkan aktiIitas mikroorganisme indigenus yang
menguntungkan, misalnya Mv.roriza, Rhizobium dan bakteri pelarut IosIat lainnya;
mengIiksasi nitrogen; mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran
hewan, membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada perikanan;
dan menyediakan unsur hara bagi tanaman dan meningkatkan produksi tanaman serta
meniaga kestabilan hasil produksi tanaman.
EM-4 telah digunakan secara eIektiI untuk menginokulasi limbah organik
pertanian, sampah kota, menghilangkan bau busuk limbah organik, mempercepat
penguraian limbah organik, serta pengomposan berbagai macam limbah organik. EM-
4 iuga dapat memIermentasikan bahan organik yang terdapat di dalam tanah dengan
melepaskan hasil Iermentasi berupa gula, alcohol, vitamin, asam laktat, asam amino
dan senyawa organik lainnya.
. Fermentasi bahan organik tidak melepaskan panas dan gas yang berbau busuk
sehingga hasil Iermentasi bahan organik menciptakan kondisi yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme.
Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi
dalam produk akhir pupuk. Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran
primer meniadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini
mempengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah dan suhu tanah. (Anonim,
24

1999 dalam http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/1965528-


teknologi-em-dimensi-baru-dalam/).
Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber N tanah yang
utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan siIat Iisika, kimia dan
biologi tanah, serta ekosistem lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke
dalam tanah akan mengalami beberapa kali Iase perombakan oleh mikroorganisme
tanah untuk meniadi humus atau bahan organik tanah.
Pupuk organik adalah nama kolektiI untuk semua ienis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat dirombak meniadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam
Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006 tentang pupuk organik dan pembenah tanah,
dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang
telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan
mensuplai bahan organik untuk memperbaiki siIat Iisik, kimia dan biologi tanah.
Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung
bahan berbahaya. Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota
sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan
asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan.




23

%abel 4. Persvaratan teknis minimal pupuk organik


Parameter Satuan Persyaratan
Padat Cair
C-Organik ~12 > 4,5
C/N rasio 10 25
Bahan ikutan (kerikil, beling, plastik,
dll)
Maks 2
Kadar Air
Granul
Curah



4 12
13 - 20

Kadar logam berat
As Ppm < 10 < 10
Hg Ppm < 1 < 1
Pb Ppm < 50 < 50
Cd Ppm < 10 < 10
pH 4 8 4 8
Kadar total
P
2
O
5


K
2
O

5
5

5
5
Mikroba patogen (E..oli. Salmonella
sp)
cell/g Dicantumkan Dicantumkan
Kadar unsur mikro
Zn
Cu
Mn
Co
B
Mo
Fe
Maks 0,500
Maks 0,500
Maks 0,500
Maks 0,002
Maks 0,250
Maks 0,001
Maks 0,400
Maks 0,2500
Maks 0,2500
Maks 0,2500
Maks 0,0005
Maks 0,1250
Maks 0,0010
Maks 0,0400
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pupukorganik)

DeIinisi tersebut menuniukkan bahwa pupuk organik lebih dituiukan kepada
kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik
itulah yang meniadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan
tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik, maka diklasiIikasikan sebagai
pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan
2

adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral yang mampu
memperbaiki kerusakan lahan.
%abel 5. Persvaratan teknis pupuk sebagai pembenah tanah.
No. Parameter Satuan Persyaratan
1.
2.
3.
4.
5.
6.




7.
Bahan aktiI (sintetis)*
KTK**
pH
Kadar air
Bahan ikutan
Kadar logam berat
As
Hg
Pb
Cd
Mikroba pathogen
(E. coli, Salmonella)






Ppm
Ppm
Ppm
Ppm

Cell/ml
0,02-5 (Terhadap berat kering tanah)
> 80
4 - 8
> 35
> 2

> 10
> 1
> 50
> 10

Dicantumkan
*Khusus untuk bahan yang direkayasa kimia
**KTK khusus Zeolit (AgroMedia, 2007)

Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk organik iuga membantu dalam
mencegah teriadinya erosi dan mengurangi teriadinya retakan tanah karena dengan
pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembapan tanah.
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan
pertanian intensiI menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan,
terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan COrganik dalam tanah, yaitu
2. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan C-Organik sekitar
2,5.
Walaupun demikian, pada umumnya kadar unsur hara yang dikandung di dalam
setiap pupuk organik, terutama unsur makro primer N, P , dan K tergolong rendah,
27

tetapi di dalam setiap pupuk organik iuga mengandung unsur mikro esensial yang lain
(Rosmarkam, 2002).
Berdasarkan pada penielasan di atas, maka dapat disimpulkan tentang kelebihan
dan kekurangan Wiraorganik sebagai pupuk organik, antara lain:
Kelebihan iraorganik :
Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara dengan lengkap
(N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro), sehingga dapat meningkatkan kandungan
nutrisi tanah.
Memperbaiki siIat Iisika dan kimia tanah, memperbaiki struktur tanah, tanah
meniadi ringan untuk diolah, dan mudah ditembusi akar.
Meningkatkan daya menahan air, sehingga kemampuan tanah menyediakan air
meniadi lebih banyak; permeabilitas (daya serap air) tanah meniadi lebih baik.
Meningkatkan kapasitas pertukaran kation, sehingga kemampuan mengikat
kation meniadi tinggi, akibatnya apabila pupuk dengan dosis tinggi hara
tanaman tidak mudah tercuci.
Memperbaiki kehidupan biologi tanah, karena ketersediaan nutrisi tanah lebih
teriamin; mengandung mikroba dalam iumlah cukup yang berperan dalam proses
dekomposisi bahan organik.
Meningkatkan daya sangga terhadap goncangan perubahan drastis siIat tanah.
Ramah lingkungan.


28

Kekurangan iraorganik:
Bahan organik yang mempunyai C/N masih tinggi, yang berarti masih mentah.
Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan, karena bila
diberikan langsung ke dalam tanah, maka bahan organik akan diserang oleh
mikrobia (bakteri maupun Iungi) untuk memperoleh energi.
Sehingga dengan adanya populasi mikrobia yang tinggi akan menyebabkan
penggunaan unsur hara yang banyak untuk tumbuh dan berkembang biak. Dan
dengan sendirinya, hara yang seharusnya digunakan oleh tanaman tidak tercukupi,
karena telah digunakan oleh mikrobia. Hara meniadi tidak tersedia (unavailable)
karena berubah dari senyawa anorganik meniadi senyawa organik pada iaringan
mikrobia, hal ini disebut immobilisasi hara. Teriadinya immobilisasi hara
tanaman bahkan sering menimbulkan adanya geiala deIisiensi.
adi makin banyak bahan organik mentah diberikan ke dalam tanah, populasi
mikrobia akan semakin tinggi, sehingga makin banyak hara yang mengalami
immobilisasi
Bahan organik yang berasal dari sampah kota atau limbah industri sering
mengandung mikrobia patogen dan logam berat yang berpengaruh buruk bagi
tanaman, hewan, dan manusia.
Setiap pupuk organik memiliki kandungan hara yang relatiI kecil, termasuk
wiraorganik.


29

%abel 6. Kandungan unsur hara Wiraorganik


Parameter Satuan Hasil Konsentrasi Max.
Air raksa (Hg) Ppb Ttd 10,000
Perak (Ag) Ppm 1,230 -
Timbal (Pb) Ppm 104,800 300,000
Seng (Zn) Ppm 250,700 2000,000
Tembaga (Cu) Ppm 66,890 1000,000
Nikel (Ni Ppm 10,030 200,00
Cadmium (Cd) Ppm 13,070 15,000
Molibdenum (Mo) Ppm 0,540 0,250
Cromium (Cr) Ppm 13,780 1000,000
Selenium (Se) Ppm 0,920 3,000
Arsen (Ar) Ppm 0,730 50,000
Fluorida (F) Ppm 5,420 500,000
N-total 1,860 ~ 5,000
N-NH
4
Ppm 3,940 -
C-Organik 3,430 ~ 5,000
P
2
O
5
1,146 ~ 5,000
SO
4
0,419 ~ 1,500
K
2
O 0,780 ~ 5,000
pH - 5,900 4 8
Kadar Abu 1,440 -
Magnesium (Mg) 0,345 ~ 1,500
Besi (Fe) 3,155 0,400
Calsium (Ca) 1,056 5,000
Aluminium (Al 1,394 0,600
N-NO
3
Ppm 11,200 -
Ket : ttd tidak terdeteksi
(Sumber : UPT Laboratorium Analitik Universitas Udayana, 2008)

2.3Unsur Hara Tanaman
2.3.1Pengertian
Unsur hara tanaman merupakan makanan bagi tanaman, yang dalam hal ini
pemenuhan kebutuhan makanan tanaman selaku produsen dalam rantai makanan
adalah dengan cara mengabsorpsi bahan-bahan anorganik dalam tanah, dan
mengolahnya meniadi bahan organik melalui proses Iotosintesis. Melalui proses
30

Iotosisntesis, tanaman mengumpulkan karbon yang ada di udara ditambah


dengan air dan mengubahnya meniadi bahan organik oleh kloroIil dengan
bantuan sinar matahari. Mekanisme pengubahan unsur hara meniadi senyawa
organik atau energi disebut metabolisme (Hakim, 1986).
Fungsi hara tanaman bersiIat essensial, yang artinya unsur-unsur tersebut
tidak dapat digantikan oleh unsur lain, dan apabila tidak ada satu saia unsur bagi
tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali.
Menurut Hakim (Arnon dan Stout, 1939), unsur hara dapat dikatakan essensial
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
O Apabila tanaman tidak mendapat unsur yang bersangkutan, tanaman tidak
dapat menyelesaikan siklus hidupnya secara utuh.
O Unsur yang bersangkutan terlibat langsung dalam proses metabolisme
tanaman.
O Fungsi Iisiologisnya tidak dapat digantikan oleh unsur lain.
Di samping itu, umumnya tanaman yang kekurangan unsur hara akan
menampakan geiala pada suatu organ tertentu yang spesiIik, dan sering disebut
sebagai kekhatan. Geiala ini akan hilang apabila hara tanaman ditambah ke
dalam tanah ataupun diberikan lewat daun.
Unsur hara tanaman dikelompokkan meniadi dua kelompok besar yaitu:
(1) unsur hara essensial, dan (2) unsur hara yang tidak essensial (Na, Si, Co, Ni,
Se, , dan Al). Unsur-unsur yang bersiIat essensial tersebut dikelompokkan lagi
31

meniadi dua yaitu unsur hara makro (C, O, H, N, P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur
hara mikro (Fe, Mn, B, Zn, Mo dan Cl). Pengelompokkan unsur hara makro dan
mikro didasarkan atas iumlah (kuantitas) yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur
hara makro dibutuhkan dalam iumlah yang relatiI lebih banyak daripada unsur
hara mikro. Unsur hara makro dibutuhkan sebanyak >ag
-1

berat kering
tanaman. Sedangkan unsur mikro hanya <a g
-1
berat kering tanaman
(Oertli, 1979 dalam Rosmarkam 2002).

2.3.2Unsur Hara Makro
O Karbon (C)
Tanaman mengambil unsur karbon berupa CO
2
dari udara bebas
(atmosIer). Kegiatan ini dilakukan tanaman oleh organ tanaman yang
memiliki kloroIil, umumnya bagian tanaman yang berwarna hiiau dan
terdapat di atas tanah. KloroIil mampu menyerap energi cahaya (terutama
sinar matahari) dan mengubahnya meniadi energi kimia. Energi tersebut
digunakan untuk mengubah CO
2

senyawa organik termasuk karbohidrat.
Funsi Iisiologis karbon adalah sebagai komponen dasar molekuler
karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat.
O Asimlasi CO
2

Pada garis besarnya, asimilasi CO
2
oleh tanaman adalah CO
2
yang diikat
oleh ribulosa diIosIat (RuDP), sehingga RuDP dianggap sebagai akseptor
CO
2
.
32

Fungsi Iisiologis oksigen dalam tubuh tanaman seperti halnya karbon,


yaitu merupakan penyusun senyawa-senyawa organik tanaman.
O Hidrogen (H)
Atom hidrogen diserap tanaman dalam bentuk H
2
O (air). Atom H
merupakan unsur penting penyusun molekul organik (CHO).
Mengel dan Kirkby (1987) mengganggap bahwa air merupakan hara
tanaman seperti iuga CO
2,
NH
4
. Air digunakan dalam proses Iotosisntesis
sekitar 0,01 dari seluruh keperluan air yang digunakan tanaman. Atom
hidrogen iuga berperan penting dalam keseimbangan ion, dan sebagai unsur
pereduksi utama (redu.ing agent), misalnya terlibat dalam proses reduksi
nitrat meniadi amoniak.
O Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan hara makro yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman, karena merupakan komponen penyusun banyak
senyawa organik penting di dalam tanaman (protein, enzim, vitamin B
kompleks, hormon, cloroIil). Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk
ion NO
3
-
atau NH
4

dari tanah. Kadar nitrogen rata-rata dalam iaringan


tanaman adalah 2-4 berat kering. Tanaman di lahan kering umumnya
menyerap ion nitrat NO
3
-
relatiI lebih besar iika dibandingkan ion NH
4

.
Menurut Mengel dan Kirkby (1987) pada pH rendah, nitrat diserap lebih
cepat dibandingkan dengan ammonium, sedangkan pada pH netral,
33

kemungkinan penyerapan keduanya seimbang. Hal ini mungkin disebabkan


oleh adanya persaingan anion OH
-
dengan anion NO
3
-
sehingga penyerapan
nitrat sedikit terlambat. Pada pH 4,0 penyerapan nitrat lebih banyak
dibandingkan dengan ammonium.
%abel 7. Pengaruh pH terhadap penverapan nitrat . dan ammonium pada
tanaman Barlev
pH NH
4

(mgN/pot) NO
3
-
(mgN/pot)
6,80
4,00
34,90
26,90
33,60
43,00
(Sumber: Mengel & Kirkby,1987 dalam Rosmarkam, 2002)

Bagian tanaman yang berwarna hiiau mengandung N protein terbanyak
dan meliputi 70-80 dari total N tanaman. Nitrogen asam nukleat terdapat
sekitar 10, dan asam amino terlarut hanya sebanyak 5 dari total dalam
tanaman. Pada biii tanaman, protein umumnya dalam bentuk tersimpan.
Fungsi N dalam tanaman antara lain: merangsang pertubuhan tanaman
secara keseluruhan, merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri,
berIungsi untuk sintesa asam amino, dan protein dalam tanaman merangsang
pertumbuhan vegetatiI (warna hiiau) seperti daun.
Tanaman yang kekurangan unsur N menuniukkan geiala
pertumbuhannya terlambat/kerdil, daun berwarna hiiau kekuningan, daunnya
sempit, pendek, dan tegak.
O FosIor (P)
Tanaman menyerap IosIor dalam bentuk ion ortoIosIat primer (H
2
PO
4
-
)
dan ion ortopospat sekunder (H
2
PO
4
-2
). Menurut Tisdale (1985)
34

kemungkinan P masih dapat diserap dalam bentuk lain, yaitu bentuk


piroIosIat dan metaIosIat. Kadar IosIor dalam tanaman saat pertumbuhan
vegetatiI adalah 0,3-0,5 dari berat kering tanaman.
FosIor berIungsi dalam transIer energi, metabolismee karbohidrat dan
protein, serta transport karbohidrat di dalam sel daun, merangsang
pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang
pembentukan biii, merangsang pembelahan sel tanaman, dan memperbesar
iaringan sel.
Tanaman yang kekurangan unsur P menuniukkan geiala: pembentukan
buah dan biii berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan
(kurang sehat).
O Kalium (K)
Kalium diserap dalam bentuk ion K

. Kalium banyak terdapat dalam


sitoplasma, dalam meniaga tekanan osmotik sel. Kisaran kosentrasi K dalam
sitoplasma relatiI kecil yaitu 100-200 mM dan dalam kloroplas lebih
bervariasi, yaitu 20-200 mM.
Umumnya bila penyerapan K tinggi, menyebabkan penyerapan unsur
Ca, Na, Mg turun. Unsur yang mempunyai pengaruh saling berlawanan satu
sama lain dan berusaha saling mengusir disebut antagonis. Oleh karena itu,
perlu ketersediaan unsur yang berimbang secara optimal.

33

%abel 8. Pengaruh kenaikan K dalam berbagai organ tanaman terhadap


kadar unsur lain
Perlakuan Kadar dalam daun () Kadar dalam akar ()
K Na Ca Mg K Na Ca Mg
2
10
20
0,50
3,30
4,20
0,40
0,19
0,18
4,70
4,20
3,30
0,61
0,27
0,15
0,20
2,20
2,40
0,36
0,25
0,13
3,90
3,20
3,30
0,33
0,31
0,26
(Sumber: Mengel & Kirkby,1987 dalam Rosmarkam, 2002)

Bila tanaman kekurangan K, maka banyak proses yang tidak berialan
dengan baik, misalnya teriadinya kumulasi karbohidrat, menurunnya kadar
pati, dan akumulasi senyawa nitrogen dalam tanaman yang menyebabkan
daun tanaman meniadi lemah, dan rentan terhadap penyakit/hama.
Kalium dalam tanaman berIungsi dalam proses Iotosintesis,
pengembangan sel, dan pengaturan tekanan osmosis, pengangkutan hasil
asimilasi, enzim, dan mineral termasuk air, meningkatkan daya
tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit.
Tanaman yang kekurangan unsur K menuniukkan geiala-geiala sebagai
berikut: batang dan daun meniadi lemas/rebah, daun berwarna hiiau gelap
kebiruan tidak hiiau segar dan sehat, uiung daun menguning dan kering,
timbul bercak coklat pada pucuk daun.
O Kalsium (Ca)
Unsur kalsium yang diperlukan oleh tanaman tinggi dalam iumlah yang
relatiI banyak dalam bentuk ion Ca
2
. Kalsium terutama terdapat dalam daun
dan di dalam sel, kalsium terbesar terdapat pada dinding sel (apolplast). Pada
3

lamella tengah, Ca berikatan dengan gugus R-COO


-
dari asam
poligalaknurat.
Pada tanaman dikotil yang mempunyai KTK tinggi dan terutama pada
waktu kadar Ca
2

rendah, maka lebih dari 50 dari Ca
2
terdapat dalam
bentuk pekat.
Umur tanaman berpengaruh terhadap kadar kalsium, semakin tua umur
tanaman maka semakin tinggi kadar Ca di dalam organ tanaman tersebut.
Hal ini berbeda dengan kalium, yaitu semakin tua umur tanaman maka
semakin berkurang kadar kaliumnya.
Kalsium memiliki peranan yang erat dalam pertumbuhan apical dan
pembentukan bunga (Tisdale, 1985). Selain itu, Ca iuga berIungsi dalam
pembelahan sel pengaturan permeabilitas sel serta pengaturan tata air dalam
sel bersama dengan unsur K, perkecambahan biii, perkembangan benang
sari, perkembangan bintil akar rhizobium. Tetapi Ca relatiI kurang berperan
dalam mengaktiIkan keria enzim.
O Magnesium (Mg)

Magnesium diserap dalam bentuk ion Mg
2
yang merupakan unsur
penting dalam tanaman sebagai penyusun kloroIil.
Kadar Mg dalam iaringan tanaman sekitar 0,5 relatiI lebih rendah iika
dibandingkan dengan kadar K dan Ca. Makin tinggi penyerapan K, maka
37

semakin rendah penyerapan Mg. adi unsur Mg bersiIat antagonis dengan K.


Kadar Mg dalam daun berkorelasi positiI terhadap asimilasi CO
2
.
Mg mempunyai peranan terhadap metabolisme nitrogen. Semakin tinggi
tanaman menyerap Mg, maka semakin tinggi iuga kadar protein dalam akar
ataupun bagian atas tanaman.
Kekurangan Mg menyebabkan kadar protein turun dan non-protein
naik. Mg iuga mempunyai peranan dalam mengaktiIkan enzim yang
berkaitan dengan metabolisme karbohidrat, enzim pernapasan, dan bekeria
sebagai katalisator.
Di samping itu, Mg berIungsi sebagai koIaktor dalam enzim, terutama
yang mengaktiIkan proses IosIorilase. Mg kemungkinan bergabung dengan
N-basa , dan gugus IosIoril. Dalam hal ini ATP dibentuk pad pH 6. Pada pH
tersebut, muatan negatiI telah dinetralkan. Proses ini iuga dipengaruhi oleh
kalium.
O SulIur (S)
Tanaman umumnya menyerap sulIur dalam bentuk SO
4
2-
dari tanah oleh
akar, dan dalam bentuk SO
2
dari udara oleh daun. Kadar SO
2
dalam udara
yang cukup tinggi menyebabkan keracunan pada tanaman. SO
4
2-
dari tanah
akan direduksi, kemudian diubah meniadi ikatan S-S- atau S-H.
Di dalam tanah sebagian sulIur dalam bentuk senyawa organik dan
sebagian lagi dalam bentuk anorganik. Pada tanah, mineral S dalam bentuk
38

senyawa sulIat (SO


4
2-
) dan sulIide (S
2
). Mineral sulIur dalam tanah misalnya
Na
2
SO
4
, MgSO
4
, FeS, ZnS, dan H
2
S. SulIida (dalam bentuk reduksi)
terdapat dalam tanah yang suasananya reduksi, misalnya tanah tergenang.
Perbandingan C:N:S pada tanah kapuran kerkisar 113:10:1,3 , dan pada
tanah non-kapuran 147:10:1,4.
Menurut Tisdle (1985), sulIur sering menaikkan hasil bila diberikan
bersama Mo. Pemupukan sulIur terus menerus dapat menyebabkan reaksi
tanah meniadi lebih asam (pH turun), sehingga mengakibatkan ketersediaan
Mn dan Al meningkat.
SulIur mempunyai Iungsi Iisiologis dalam menyusun protein, dan
terlibat dalam masalah energi sel tanaman, sehingga kekurangan S dapat
menyebabkan terhambatnya penyusunan protein, asam amino dan
sebagainya (Rosmarkam, 2002).

2.3.3 Penyerapan Hara Tanaman
O Penyerapan Hara Lewat Daun
Penyerapan unsur hara lewat daun umumnya melalui stomata dan
dikhususkan pada unsur-unsur hara makro yang berwuiud gas, seperti C, O,
N, dan S.
Pada tanaman teretrial, stomata merupakan tempat pertukaran gas CO
2

dan O
2
dengan atmosIer. Hara tanaman dalam bentuk gas seperti SO
2
, NH
3
,
dan NO
2
dapat masuk lewat dun terutama lewat stomata.
39

O Penyerapan Hara Lewat Akar


Hara diserap tanaman melalui akar dalam bentuk ion bermuatan positiI
(NH
4

, K

, Ca
2
, Mg
2
) dan bermuatan negatiI (NO
3
-
, HPO
4
-2
dan Cl
-
). Ion
ini umumnya terikat dalam kompleks ierapan tanah, yakni lempung, koloid
anorganik, dan koloid organik.
Dalam hal penyerapan hara melalui akar, terdapat beberapa Iase dalam
proses penyerapan hara tersebut. Fase pertama hara berpindah tempat dalam
tanah dari suatu tempat ke permukaan akar tanaman. Kemudian setelah
sampai permukaan akar (bulu akar), masuk ke dalam akar yang dari sini
ditranslokasikan ke organ tanaman lain termasuk daun, buah dan batang.
Perpindahan ion dari tanah ke permukaan akar memiliki tiga macam
pergerakan yaitu:
a. Intersepsi dan persinggungan.
Pertumbuhan akar tanaman dan terbentuknya bulu akar yang baru
menyebabkan teriadinya persinggungan antara akar dan ion hara tanaman.
Pertumbuhan akar dan bulu akar ini menembus pori agregat tanah dan
bersinggungan dengan ion yang ada. Apabila ion berada dalam bentuk
tersedia (available), maka teriadi pertukaran ion dan kemudian ion ini
masuk ke dalam akar.
40

Seperti masa tanah, akar tanaman dianggap mempunyai KTK yang


nilainya berbeda antara tanaman satu dan tanaman lainnya. Nilai KTK
akar besarnya 10-100 (me/100 g akar).
Dengan demikian, pertukaran ion yang berada dalam tanah dan ion
yang berada di sekitar akar dianggap sebagai pertukaran ion biasa (ion
exchange). Akar tanaman legume memppunyai dua kali KTK akar
tanaman monokotil, termasuk serelia (padi-padian) dan rerumputan.
Tanaman yang mempunyai KTK akar tinggi ada kecenderungan senang
menyerap kation bervalensi dua. Sedangkan tanaman serelia cenderung
menyerap ion yang bervalensi satu.
b. Aliran Massa
Ion dan bahan lain yang larut berpindah bersama aliran larutan air ke
akar tanaman akibat transpirasi tanaman.
c. DiIIusi
Perpindahan ion teriadi dari tempat kadar tinggi ke tempat lain yang
kadarnya rendah. Tanaman menyerap ion dari bulu akar sehingga di
sekitar bulu akar kadarnya rendah.
Teriadinya perpindahan ion disebabkan konsentrasi ion di sekitar bulu
akar meniadi rendah karena diserap oleh akar yang diteruskan ke daun dan
bagian lainnya.
Perimbangan iumlah gerakan hara ke akar tanaman disaiikan dalam table
berikut:
41

%abel 9. Perimbangan iumlah hara vang diserap dalam bentuk intersepsi. aliran
massa . dan difusi hara tanaman.
Hara Intersepsi Aliran massa DiIusi
N
P
K
Ca
Mg
S
Cu
Zn
B
Fe
Mn
Mo
1
3
2
171
38
5
10
33
10
11
33
10
99
6
20
429
250
93
400
33
350
53
133
200
0
94
78
0
0
0
0
33
0
37
0
0
(Sumber: Barber et al, dalam Rosmarkam, 2002).


2.3.4Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Hara
Semua Iaktor yang mempengaruhi metabolisme tanaman akan secara
langsung turut mempengaruhi serapan hara karena ada hubungan dengan energi
yang dihasilkan. Dalam hal ini, termasuk semua Iaktor yang turut menuniang
pernaIasan, temperatur, dan persediaan oksigen (Wiiaya, 2010).
Persediaan oksigen dapat diperbaiki dengan pengelolaan tanah yang baik.
Tanah yang padat dapat menyebabkan berkurangnya serapan hara oleh akar
tanaman, karena energi yang dihasilkan oleh respirasi akar rendah, disebabkan
berkurangnya persediaan oksigen.
Kandungan air tanah iuga menentukan iumlah hara yang dapat diserap akar.
Air mempunyai peranan untuk diIusi dan pergerakan ion ke dalam outer spa.e
dari sel akar. Sebagai sampel yaitu pada keadaan tanah yang kering pengambilan
42

IosIor berkurang. Air di sini berIungsi dapat lebih melarutkan dan


memobilisasikan IosIor dalam tanah.
Kerapatan dan distribusi akar iuga turut memegang kerapatan yang
menentukan. Kerapatan bersentuhan dengan larutan tanah dan permukaan koloid,
dan dengan sendirinya lebih banyak hara yang dapat diserap. Demikian iuga akar-
akar tanaman yang dapat menembus lebih dalam ke dalam tanah akan lebih
banyak dapat mengabsorbsi hara iika dibandingkan dengan akar yang dangkal
(Hakim, 1986).

2.3.5Proses Serapan Hara
Hara yang telah berada di sekitar permukaan akar tersebut dapat diserap
tanaman melalui dua proses, yaitu:
a. Proses aktiI yaitu proses penyerapan unsur hara dengan energi aktiI atau
proses penyerapan hara yang memerlukan adanya energi metabolik.
Penyerapan unsur hara dengan energi aktiI dapat berlangsung apabila
tersedia energi metabolik. Energi metabolik tersebut dihasilkan dari proses
pernapasan akar tanaman.
Selama proses proses pernapasan akar tanaman berlangsung akan
dihasilkan energi metabolik dan energi ini mendorong berlangsungnya
penyerapan unsur hara secara proses aktiI. Apabila proses pernapasan akar
43

tanaman berkurang akan menurunkan pula proses penyerapan unsur hara


melalui proses aktiI.
Bagian akar tanaman yang paling aktiI adalah bagian dekat uiung akar
yang baru terbentuk dan rambut-rambut akar. Bagian akar ini merupakan
bagian yang melakukan kegiatan respirasi (pernapasan) terbesar.
b. Proses selektiI, yaitu proses penyerapan unsur hara yang teriadi sesuai dengan
kebutuhan tanaman.
Pada proses ini, tanaman hanya akan menyerap unsur hara sesuai
dengan kebutuhannya. Bagian terluar dari sel akar tanaman terdiri dari: (1)
dinding sel, (2) membran sel, (3) protoplasma. Dinding sel merupakan bagian
sel yang tidak aktiI. Bagian ini bersinggungan langsung dengan tanah.
Sedangkan bagian dalam terdiri dari protoplasma yang bersiIat aktiI. Bagian
ini dikelilingi oleh membran sel. Membran ini berkemampuan untuk
melakukan seleksi unsur hara yang akan melaluinya. Proses penyerapan unsur
hara melalui mekanisme seleksi yang teriadi pada membran disebut sebagai
proses selektiI. Proses selektiI terhadap penyerapan unsur hara yang teriadi
pada membran diperkirakan berlangsung melalui suatu .arrier atau unsur
pembawa (CaSO
4
).
Carrier ini bersenyawa dengan ion (unsur) terpilih. Selaniutnya, ion
(unsur) terpilih tersebut dibawa masuk ke dalam protoplasma dengan
menembus membran sel. Mekanisme penyerapan ini berlangsung sebagai
berikut: (1) saat akar tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk ion (K

,
44

Ca
2
, Mg
2
, dan NH4

) maka dari akar akan dikeluarkan kation H

dalam
iumlah yang setara, serta (2) saat akar tanaman menyerap unsur hara dalam
bentuk anion (NO
3
-
, H
2
PO
4
-
, SO
4
-
) maka dari akar akan dikeluarkan HCO
3
-

dengan iumlah yang setara (Rosmarkam, 2002).

Penyerapan ion ke dalam sel akar tanaman ada beberapa macam teori.
Menurut teori carrier, membran tanaman terdiri atas molekul yang dapat
mengangkut ion dan mampu menembus dinding sel. Molekul pembawa tersebut
dinamakan carrier yang dianggap mampu mengikat ion tertentu yang diangkut
menembus membran sel.
Pertumbuhan tanaman sangat berhubungan dengan kesuburan tanah. Dalam
kaitan ini, akar tanaman berperanan sangat penting karena Iungsi akar sebagai
penyerap unsur hara tanaman dan translokasi unsur dari akar ke batang, daun,
ataupun buah. Unsur hara tanaman pada dasarnya berasal dari mineral tanah yang
mengalami pelapukan dan bahan organik yang mengalami mineralisasi.
Di samping itu, akar tanaman iuga mempunyai Iungsi mempercepat proses
pelepasan unsur hara dari mineral tanah karena kemampuan akar melepaskan
senyawa-senyawa yang melepaskan unsur dari mineral tanah. Makin paniang dan
banyak bulu akar rambut, maka makin besar pula kemampuan tanaman untuk
menyerap unsur atau mengubah unsur meniadi tersedia untuk tanaman
(Rosmarkam, 2002).

43

2.3.6Pemupukan Tanaman
Pengertian luas dari pemupukan adalah pemberian suatu bahan khusus
kedalam tanah dengan maksud memperbaiki atau meningkatkan status kesuburan
tanah. Bahan tersebut tidak termasuk air, yang pemberiannya disebut irigasi.
Menurut pengertian ini maka bahan pembenah tanah seperti mulsa, soil
.onditioner, kapur pertanian, tepung belerang, dan gipsum dapat dianggap
sebagai pupuk (Ismail, 2010).
Menurut pengertian khusus pemupukan adalah pemberian bahan yang
dimaksudkan untuk menambah hara tanaman pada tanah, sehingga meniadi lebih
produktiI (Young and ohnson, 1982 dalam Ismail, 2010). Terlepas dari dua
pengertian tersebut, keria sama antara bahan pembenah tanah dan bahan pupuk
akan dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman.
Serapan hara pupuk oleh akar ditentukan oleh siIat bahan pupuk sendiri,
sedangkan bahan pembenah tanah berkemampuan memperbaiki serapan hara
(melalui perbaikan KTK dan pH tanah) serta mampu memperbaiki keterserapan
hara asli tanah. Bahan pembenah mendorong pelepasan ion hara dari ikatan
mineral atau organik yang kompleks, menggiatkan proses hidrolisis melalui
optimasi penambatan kelembaban tanah atau melancarkan proses pertukaran ion
(Notohadiprawiro dkk., 1984 dalam Ismail, 2010).
Pemupukan dengan blotong, pupuk kandang atau pupuk hiiau akan lebih
eIektiI karena bahan pupuk tersebut berperan ganda, yaitu menambahkan hara
dan sekaligus membenahi tanah (Ismail, 2010).
4

Dalam mewuiudkan peran pupuk dalam peningkatan pertumbuhan dan


produktivitas tanaman, maka perlu dilakukan suatu kaiian daya dukung lahan dan
pemupukan, yang salah satu luarannya berupa saran takaran pemupukan di suatu
lokasi yang bersiIat spesiIik (spe.ifi. lo.ation). Kaiian tentang pemupukan, harus
terus dilakukan dari sebelum dan sesudah waktu panen dari suatu ienis tanaman.
Kaiian tersebut melingkupi, kaiian Iisik, kaiian kimia, , dan kaiian biologi, yaitu:
1. Kaiian Fisik
Kaiian mengenai iklim, yang mencakup curah huian, kelembapan,
ketinggian , dan suhu dari lahan pertanian.
Kaiian mengenai struktur, ienis, dan berat ienis tanah dari sebuah lahan
pertanian.
2. Kaiian Kimia
Kaiian mengenai keasaman/pH tanah dan pupuk yang digunakan dalam
suatu lahan pertanian.
Kaiian mengenai ketersediaan kadar unsur hara di dalam tanah, pupuk,
dan kadar unsur hara yang terkandung di dalam iaringan tanaman yang
dibudidayakan dalam suatu lahan pertanian.
Kaiian mengenai nilai KTK dari tanah dan pupuk yang digunakan dalam
suatu lahan pertanian.
3. Kaiian Biologi
47

Kaiian mengenai ienis tanaman yang dibudidayakan dalam suatu lahan


pertanian.
Kaiian mengenai laiu pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan dalam
suatu lahan pertanian.
Kaiian mengenai ketersediaan ienis dan iumlah mikroba, serta molekul
organik dari tanah dan pupuk yang digunakan dalam suatu lahan
pertanian.
Kaiian-kaiian tersebut dilakukan agar dapat terus mengetahui perubahan
yang teriadi dalam suatu lahan baik Iisik, kimia, maupun biologi, sehingga
waktu pengolahan lahan dan proses pemupukan dapat dilakukan dengan
memperhitungkan takaran dan waktu yang tepat untuk memulai pemupukan
(Ismail, 2010).

2.4Metode Analisa Campuran Zeolit dan iraorganik
Mutu pupuk sebagai bahan pembenah tanah merupakan syarat mutlak agar
dalam aplikasinya dapat berpengaruh baik bagi kesuburan tanah, dalam hal
memenuhi kebutuhan hara tanaman dan memperbaiki siIat kimia tanah. Berdasarkan
hal tersebut, serta berdasarkan pada komposisi kimia dari zeolit dan Wiraorganik,
maka analisa yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:


48

O Penetapan nilai pH pupuk


Suatu larutan yang bersiIat asam mempunyai ion H

lebih besar dari ion OH


-
,
begitu pula sebaliknya maka akan bersiIat basa, dan apabila iumlah konsentrasi
ion H

berimbang dengan ion OH


-
, maka larutan tersebut netral atau pH 7.
pH tanah sangat penting, karena dalam tanah terkandung unsur hara seperti
Nitrogen (N), Kalium (K), dan FosIor (P) dimana tanaman membutuhkannya
dalam iumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap
penyakit. ika pH tanah meningkat hingga di atas 5,5, Nitrogen (dalam bentuk
nitrat) meniadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain, FosIor akan tersedia bagi
tanaman pada pH antara 6,0 hingga 7,0. ika tanah terlalu masam, tanaman tidak
dapat memanIaatkan N, P, K , dan zat hara lain yang mereka butuhkan. (Fauzi,
2008).
Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk
teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut.
Tanah dapat meniadi masam oleh karena penggunaan pestisida, herbisida, dan
Iungisida yang tidak terabsorbsi. (Fauzi, 2008).
Faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah tipe vegetasi, drainase tanah
internal, dan aktivitas manusia. Nilai pH suatu tanah iuga dipengaruhi oleh ienis
bahan induk tanah yang dibentuk. Curah huian iuga mempengaruhi pH tanah. Air
melewati tanah dasar mencuci Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dari tanah, dan
digantikan oleh unsur-unsur asam seperti Aluminium (Al) dan Besi (Fe). Tanah
49

yang terbentuk di bawah kondisi curah huian tinggi, umumnya memiliki kadar
yang lebih asam daripada yang tanah terbentuk di bawah kondisi gersang (kering)
(Fauzi, 2008).
Penetapan pH pupuk hasil campuran Zeolit dan Wiraorganik dibutuhkan
untuk menentukan tingkat keasaman pupuk yang akan sangat berpengaruh pada
reaksi kimia yang teriadi di dalam tanah saat teriadi pemupukan. Apabila pH
pupuk tinggi, maka pH tanah iuga akan ikut naik, begitu pula sebaliknya, karena
nilai pH suatu bahan dipengaruhi oleh kadar komponen kimia yang terkandung di
dalam pupuk tersebut.
Nilai pH menuniukkan konsentrasi ion H

dalam larutan, yang dinyatakan
sebagai log|H

|. Peningkatan konsentrasi H

menaikkan potensial larutan yang


diukur oleh alat , dan dikonversi dalam skala pH.
Elektrode gelas merupakan elektrode selektiI khusus H

, hingga
memungkinkan untuk hanya mengukur potensial yang disebabkan kenaikan
konsentrasi H

. Potensial yang timbul diukur berdasarkan potensial elektrode


pembanding (kalomel atau AgCl). Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah
terdiri atas elektrode pembanding , dan elektrode gelas (elektroda kombinasi).
O Penetapan kadar hara makro dalam pupuk
Penetapan kadar hara makro dalam pupuk campuran zeolit dan Wiraorganik
merupakan hal utama agar dapat diketahui seberapa besar pengaruh zeolit untuk
meningkatkan kandungan hara makro dari Wiraorganik.
30

Tetapi dikarenakan oleh karakteristik siIat Iisika dan kimia dari masing-
masing unsur hara yang terkandung di dalam campuran zeolit dan Wiraorganik
berbeda, maka untuk masing-masing unsur digunakan beberapa metode yang
berbeda dalam hal penetapan secara kuantitatiI dari kadar unsur-unsur tersebut,
yakni teknik destilasi untuk pengukuran kadar Nitrogen (N), teknik
spektroIotometri untuk pengukuran kadar FosIor (P), dan IlameIotometri untuk
pengukuran kadar Kalium (K), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg).
Teknik Destilasi
Destilasi digunakan untuk memisahkan suatu zat yang tercampur dengan
sebuah komponen yang mengikatnya, dimana Iase ini berada dalam Iase cair yang
homogen. Pemisahan ini didasarkan pada perubahan titik didih sebuah zat. Cairan
akan mendidih apabila tekanan total uap di dalam sistem sama dengan tekanan
diluarnya atau tekanan atmosIer. Berdasarkan siIat Iisika dari unsur yang ingin
dipisahkan dan siIat dari pelarut yang digunakan, maka setelah mencapai titik
didihnya, suatu zat yang tercampur di dalam suatu komponen akan terpisah
keluar, sehingga penetapan kadar zat tersebut dapat dilakukan (Soni, 2005).
Teknik SpektroIotometri
Teknik spektroIotometer atau biasa disebut iuga spektroIotometri,
merupakan suatu metode analisa yang berdasarkan pada pengukuran besaran
serapan sinar monokromatik tertentu pada paniang gelombang tertentu dengan
menggunakan detektor Iotosel. SpektroIotometer digunakan untuk mengukur
31

energi secara relatiI iika energi tersebut ditransmisikan, direIleksikan, atau


dimisikan sebagai Iungsi dari paniang gelombang. Bila cahaya (monokromatik
maupun campuran) iatuh pada suatu medium homogen, maka sebagian dari sinar
masuk akan dipantulkan, sebagian akan diserap dalam medium tersebut, dan
sisanya diteruskan.
Hukum Lambert Beer menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang
yang diserap tidak bergantung pada ienis medium, dan intensitas berkas cahaya
yang datang tersebut. Hukum ini berlaku apabila di dalam medium tersebut tidak
teriadi reaksi kimia maupun Iisika yang diakibatkan oleh cahaya yang datang
tersebut. Hukum tersebut dapat dituliskan, sebagai berikut:
I T x I
0


Dimana;
I : Intensitas berkas cahaya yang keluar
I
0
: Intensitas berkas cahaya yang masuk
T : Transmitasi

Hukum Lambert Beer iuga menyatakan bahwa absorbansi cahaya yang
datang berbanding lurus dengan konsentrasi atau ketebalan medium yang dilewati
cahaya tersebut.
A f c l
Dimana;
t : molar absorsivitas untuk paniang gelombang tertentu, atau biasa disebut iuga
koeIisien ekstinsiI (dalam 1 mol
-1
cm
-1
)
c : konsentrasi molar (mol
-1
)
l : paniang/ketebalan dari medium yang dilintasi cahaya (cm)


32

Kombinasi dari kedua hukum diatas, dapat ditulis sebagai berikut:


T (I/I
0
) x 100 exp(-f c l)
Atau
A log (I/I
0
) f c l
(http://sentrabd.com/main/inIo/Insight/Spectrophotometer.html).

Berdasarkan pada hukum Lambert Beer, yakni absorbansi sebanding dengan
konsentrasi, maka diharapkan akan didapatkan suatu garis lurus. Hal ini berlaku
pada larutan yang bersiIat encer , dan kurang cocok pada larutan pekat, sehingga
hasil absorbansinya akan membentuk sebuah kurva.

Gambar 5. Kurva kalibrasi absorbansi dengan konsentrasi

Cara keria spektroIotometer sangat singkat, yaitu dengan menempatkan
sebuah larutan pembanding, misalnya blanko pada sel pertama dan larutan yang
akan diuii pada sel yang kedua. Selisih dari keduanya akan menuniukkan
absorbansi konsentrasi larutan yang akan diuii (Khopar. SM. 2003 dalam
http://www.chem-is-try.org/?sectbelaiar&extanalisis04-06).

33

Teknik FlameIotometri
FlameIotometer berprinsip pada absorpsi cahaya oleh sebuah atom dan
atom tersebut menyerap cahaya pada paniang gelombang tertentu, bergantung
pada siIatnya. ika sebuah larutan yang mengandung senyawa logam dan
dipancarkan dalam suatu nyala yang panas pada gelombang tertentu, maka akan
terbentuk uap-uap yang mengandung atom-atom tersebut.
Tetapi dalam beberapa padatan non logam dan logam, iumlah uap yang
dihasilkan tidak sebanding dengan iumlah atom yang masih dalam keadaan
dasar. Sehingga iika dilewatkan resonansi pancaran nyala terhadap suatu
medium, maka sebagian sebagian atom dari medium tersebut akan menguap atau
tereksitasi, dan sebagiannya akan diserap medium tersebut dalam keadaan dasar,
dan iauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan iumlah atom yang
terksitasi tersebut, sehingga pengukuran hasil uii dengan menggunakan
IlameIotometer akan sama dengan pengukuran dengan spektroIotometer, yaitu
dengan mencari konsentrasi sebuah zat melalui sebuah kurva regresi (Khopar,
2003 dalam Selian 2008).

You might also like