You are on page 1of 21

A.

JUDUL Judul penelitian ini adalah Kajian Pembuatan Plastik Biodegradabel Antibakteri dari Campuran Pati Ubi Jalar (Ipomoea Batatas) dan Kitosan

B. LATAR BELAKANG MASALAH Plastik merupakan bahan yang tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan hidup sehari-hari. Plastik dimanfaatkan Selain karena sifat yang praktis, mudah didapatkan, murah, ringan, kuat dan ekonomis menyebabkan ketergantungan yang besar terhadapnya bahkan untuk keperluan yang kecil sekalipun. Kebanyakan plastik yang masih digunakan hingga sekarang merupakan plastik konvensional (plastik yang berasal dari minyak bumi). Penelitian menunjukkan bahwa plastik konvensional

membutuhkan waktu yang lama mencapai 100 tahun penguraian (dekomposisi) didalam tanah.

untuk mengalami

Namun plastik juga memiliki kelemahan, yaitu sifatnya yang sulit dirombak secara biologis dalam waktu yang pendek (non biodegradable), sehingga dalam jangka panjang dapat mencemari lingkungan. Selain itu, transfer senyawa senyawa dari kemasan plastik, seperti hasil samping degradasi polimer, residu pelarut dan polimerisasi ke dalam bahan pangan yang dikemas dapat terjadi selama penyimpanan sehingga menimbulkan resiko keracunan dan off flavour. Oleh karena itu perlu dicari bahan kemasan lain yang memiliki sifat unggulan seperti plastik dan bersifat biodegrable bahkan dapat dikonsumsi manusia (edible) (Haryadi., dkk., 2002). Ada tiga kelompok biopolimer yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan film kemasan biodegradable, yaitu :

1. Campuran biopolimer dengan polimer sintetis : film jenis ini dibuat dari campuran granula pati (5 20 %) dan polimer sintetis serta bahan tambahan (prooksidan dan autooksidan) . Bahan ini memiliki nilai biodegradabilitas yang rendah dan biofragmentasi sangat terbatas. dihasilkan secara

2. Polimer mikrobiologi (polyester) : biopolimer ini

bioteknologis atau fermentasi dengan mikroba genus Alcaligenes . Biopolimer jenis ini diantaranya polihidroksi butirat (PHB), polihidroksi valerat (PHV), asam polilaktat (polylactic acid) dan asam poliglikolat (polyglycolic acid). Bahan ini dapat terdegradasi secara penuh oleh bakteri, jamur dan alga. Namun oleh karena proses produksi bahan dasarnya yang rumit mengakibatkan harga kemasan biodegradable ini relatif mahal.

3. Polimer pertanian : biopolimer ini tidak dicampur dengan bahan sintetis dan diperoleh secara murni dari hasil pertanian. Polimer pertanian ini diantaranya cellulose (bagian dari dinding sel tanaman), cellophan, celluloseacetat, chitin (pada kulit Crustaceae), pullulan (hasil fermentasi pati oleh Pullularia pullulans ). Polimer hasil pertanian mempunyai sifat termoplastik, sehingga mempunyai potensi untuk dibentuk atau dicetak menjadi film kemasan. Keunggulan polimer jenis ini adalah tersedia sepanjang tahun (renewable) dan mudah hancur secara alami (biodegradable). Beberapa polimer pertanian yang potensial untuk dikembangkan adalah pati gandum, pati jagung, kentang, casein, zein, konsentrat whey dan soy protein. Polisakarida seperti pati dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan edible film. Pati sering digunakan dalam industri pangan sebagai biodegradable film untuk menggantikan polimer plastik karena ekonomis, dapat diperbaharui, dan memberikan karakteristik fisik yang baik. Ubi-ubian, serealia, dan biji polong-polongan merupakan sumber pati yang paling penting. Ubi-ubian yang sering dijadikan sumber pati antara lain ubi jalar, kentang, dan singkong (Wahyu, 2009). Ubi jalar merupakan salah satu jenis umbi yang mengandung pati yang dapat dimanfaatkan dan didapatkan secara mudah dan murah. Pemanfaatan ubi jalar selama ini lebih cenderung sebagai produk bahan olahan makanan. Dengan pemakaiannya sebagai bahan baku plastik diharapkan dapat mengurangi

pencemaran terhadap lingkungan dan meningkatkan potensi ubi jalar yang selama ini hanya memanfaatkan sebagai bahan makanan saja.

C. PERUMUSAN MASALAH

Rumusan permasalahan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut: 1. Kondisi lingkungan yang semakin memburuk akibat penumpukan sampah yang tidak terurai 2. Adanya peningkatan kebutuhan plastik dalam kehidupan

D. TUJUAN Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Mempelajari proses pembuatan plastik antibakteri biodegradabel dari campuran kitosan dan pati ubi jalar. 2. 3. Menciptakan plastik ramah lingkungan dan antibakteri Menguji pengaruh berbagai rasio perbandingan pati dan kitosan terhadap tensile strength, lamanya waktu degradasi dan persen elongation break.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah suatu artikel ilmiah yang dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional, sehingga dapat membantu sebagai bahan pembanding dan referensi bagi pengguna lainnya.

F. KEGUNAAN Adapun kegunaan penelitian yang dapat diperoleh: 1. Memberikan informasi mengenai pemanfaatan plastik biodegradabel antimikroba sebagai alternatif kemasan makanan. 2. Memberikan nilai tambah terhadap pemanfaatan pati ubi jalar sebagai bahan baku plastik biodegradable. 3. Terciptanya plastik kemasan yang aman bagi kesehatan.

G. TINJAUAN PUSTAKA Plastik Biodegradable Biodegradabality suatu plastik tergantung pada struktur kimia bahan dan sifat produk akhir, tidak hanya bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan produk. Plastik biodegradable dapat bersumber dari alam atau resin sintetik. Plastik biodegradable alam bersumber dari bahan yang dapat diperbaharui

sedangkan plastik biodegradable sintetik yang tidak dapat diperbaharui berasal dari minyak bumi. Menurut ASTM (American Society of Testing and Materials)

biodegradable adalah kemampuan untuk mendekomposisi (membusukkan) menjadi karbon dioksida, metan, air, komponen inorganic atau biomassa dimana mekanisme diutamakan karena adanya aktivitas enzimatik dari mikroorgan isme sehingga dapat diukur dengan tes standar dalam waktu tertentu sehingga mencerminkan kondisi pembuangan yang ada. Biodegradasi adalah degradasi yang disebabkan aktifitas biologi, terutama oleh enzim untuk mengubah struktur kimia suatu bahan. Plastik biodegradable dapat terurai dengan berjalannya waktu menjadi molekul sedarhana yang dapat ditemukan di alam sebagai karbon dioksida dan air. Laju biodegradasi yang tinggi tergantung pada ketebalan dan geometri bahan yang dibuat (Annonimous, 2002). Secara umum kemasan plastik biodegradable diartikan sebagai film kemasan yang dapat didaur ulang dan dapat dihancurkan secara alami. Griffin (1994), plastik biodegradable adalah suatu bahan dalam kondisi tertentu, waktu tertentu mengalami perubahan dalam struktur kimianya, yang mempengaruhi sifat-sifat yang dimilikinya oleh pengaruh mikroorganisme (bakteri, jamur, algae). Sedangkan Seal (1994), kemasan plastik biodegradable adalah suatu material polimer yang berubah kedalam senyawa berat molekul rendah dimana paling sedikit satu tahap pada proses degradasinya melalui metabolisme organisme secara alami (Firdaus dan Chairil, 2004). Kemasan Plastik Antimikroba Di Indonesia penelitian dan pengembangan teknologi kemasan plastik biodegradable masih sangat terbatas. Hal ini terjadi karena selain kemampuan sumber daya manusia dalam penguasaan ilmu dan teknologi bahan, juga dukungan dana penelitian yang terbatas. Dipahami bahwa penelitian dalam bidang ilmu dasar memerlukan waktu lama dan dana yang besar. Sebenarnya prospek pengembangan biopolimer untuk kemasan plastik biodegradable di Indonesia sangat potensial. Alasan ini didukung oleh adanya sumber daya alam, khususnya hasil pertanian yang melimpah dan dapat diperoleh sepanjang tahun. Berbagai

hasil pertanian yang potensial untuk dikembangkan menjadi biopolimer adalah jagung, sagu, kacang kedele, kentang, tepung tapioka, ubi kayu (nabati) dan chitin dari kulit udang (hewani) dan lain sebagainya. Penduduk dunia yang berjumlah 3 milyar di tahun 1960 meningkat 2 kali lipat menjadi lebih dari 6 milyar hanya dalam kurun waktu 40 tahun. Peningkatan jumlah penduduk ditambah dengan penggunaan sumber daya alam dan energi secara besar besaran berakibat terciptanya sampah yang menumpuk dalam jumlah sangat besar. Seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk pelestarian lingkungan, kebutuhan bahan plastik biodegradabel mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Proyeksi kebutuhan plastik biodegradabel hingga tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Japan Biodegradable Plastik Society. Di tahun 1999, produksi plastik biodegradabel hanya sebesar 2500 ton, yang merupakan 1/ 10.000 dari total produksi bahan plastik sintetis. Pada tahun 2010, diproyeksikan produksi plastik biodegradabel akan mencapai 1.200.000 ton atau menjadi 1/ 10 dari total produksi bahan plastik. Industri plastik biodegradabel akan berkembang menjadi industri besar di masa yang akan datang karena potensi alam Indonesia yang demikian besar (Firdaus dan Chairil, 2004). Kemasan antimikroba merupakan suatu kemasan yang dapat

menghentikan, menghambat, mengurangi atau memperlambat pertumbuhan mikroorganisme patogen pada makanan dan bahan kemasan. Penggunaan edible film pada bahan makanan yang ditambahkan suatu antioksida, antimikroba, pewarna atau pewangi telah dipelajari. Adapun metode yang dapat digunakan yaitu inkorporasi bahan antimikroba kedalam edible film. Bahan antimikroba yang digunakan pada makanan mengandung asam -asam organik, bakteriosin, enzim, alkohol dan asam lemak (Mardhia, 2010). Dari alam telah ditemukan mikroba yang dapat merombak plastik, yaitu terdiri bakteri, aktinomycetes, jamur dan khamir yang umumnya dapat menggunakan plasticizers sebagai sumber C, tetapi hanya sedikit mikroba yang telah ditemukan mampu merombak polimer plastiknya yaitu jamur Aspergillus fischeri dan Paecilomyces sp. Sedangkan mikroba yang mampu merombak dan menggunakan sumber C dari plsticizers yaitu jamur Aspergillus niger, A.

Versicolor, Cladosporium sp.,Fusarium sp.,

Penicillium sp.,Trichoderma sp.,

Verticillium sp., dan khamir Zygosaccharomyces drosophilae, Saccharomyces cerevisiae, serta bakteri Pseudomonas aeruginosa, Brevibacterium sp. dan aktinomisetes Streptomyces rubrireticuli (Sumarsih, 2008). Bakteri patogen yang sering dijumpai pada makanan antara lain Listeria monocytogenes, Bacillus cereus, Escherichia coli (O157:H7), Staphylococcus aureus, Salmonella typhimurium, Shigella sonnei dan Vibrio vulnificus (Mead, dkk, 1999 dalam Ndarajah, 2005) dan beberapa jenis jamur antara lain adalah Eurotium amstelodami, Eurotion Chevaleiri, Penicillium Chrysogenum (Voysey dan Magan, 2002).

Pati Sebagai Bahan Baku Pembuatan Plastik Antibakteri Biodegradable Pati merupakan karbohidrat, kandungan utama pada tanaman tingkat tinggi yang diproduksi melalui fotosintesis dalam tanaman hijau. Pati diperoleh dalam seluruh organ tanaman tingkat tinggi yang disimpan dalam biji, umbi, akar dan jaringan batang tanaman sebagai cadangan energi untuk masa pertubuhan dan pertunasan. Menurut Winarno (1986), selain sebagai bahan makanan pati juga digunakan dalam non-food seperti perekat dalam industry tekstil, polimer atau sebagai bahan tambahan dalam sedian farmasi (Mardhia, 2010). Pati merupakan polisakarida alami yang dapat diperbaharui ( renewable), mudah rusak (biodegradable), dan harga murah. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan - glikosida dan merupakan rantai gula panjang. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya tergantung pada panjang rantai atom C nya, apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Untuk menganalisa adanya pati digunakan iodin, karena pati yang berikatan dengan iodin akan menghasilkan warna biru. Pati merupakan granula berwarna putih dengan diameter 2 . 100 m (Whistler, 1984). Pati merupakan polimer karbohidrat dari unit anhidroglukosa, (C6H10O5)x terdiri dari dua polisakarida dengan struktur tertentu yaitu amilosa dan amilopektin.

Gambar 1. Struktur Amilosa (Yusmarlela, 2009)

Sifat-sifat dari amilosa: 1. Ikatannya linear (lurus). 2. Larutan dalam air dingin dalam batas tertentu. 3. Berat molekul rata-rata 10000 . 60000 (10 -60 ). 4. Ikatan antar molekul . D . glukosa dihubungkan pada ikatan 1,4. Sifat-sifat dari amilopektin: 1. Ikatannya bercabang. 2. Tidak larut dalam air dingin. 3. Mempunyai berat molekul 60000- 100000 (60 -10 4 ). 4. Ikatan antar molekul -D- glukosa dihubungkan oleh ikatan 1,4 dan ikatan 1,6 pada percabangan.

Gambar 2. Struktur Amilopektin (Yusmarlela, 2009)

Ubi Jalar Ubi jalar atau ketela rambat atau sweet potato diduga berasal dari benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Ubi jalar menyebar ke seluruh dunia terutama negara-negara beriklim tropika, diperkirakan pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol dianggap berjasa menyebarkan ubijalar ke kawasan Asia terutama Filipina, Jepang dan Indonesia. Sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman ubijalar diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 1997): Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Convolvulale :Convolvulaceae : Ipomoea : Ipomoea batatas

Ubijalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan lembab, dengan suhu optimum 27C dan lama penyinaran 11-12 jam per hari. Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Ubijalar tidak membutuhkan tanah subur untuk media tumbuhnya. Di Jepang, ubijalar adalah salah satu sumber karbohidrat yang cukup populer. Beberapa varietas ubi Jepang cukup dikenal hingga ke Indonesia. Selanjutnya beberapa varietas yang diusahakan tersebar secara luas di Indonesia, diantaranya varietas ibaraki, beniazuma, dan naruto. Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan, tergantung jenis (varietas)nya. Daging ubi berwarna putih, kuning atau jingga sedikit ungu (Rukmana, 1997). Menurut Woolfe (1992), kulit ubi maupun dagingnya mengandung pigmen karotenoid dan antosianin yang menentukan

warnanya.

Kombinasi

dan

intesitas

yang

berbeda-beda

dari

keduanya

menghasilkan warna putih, kuning, oranye, atau ungu pada kulit dan daging ubi.

Gambar 3. Ubi jalar Putih (www.foodsubs.com/Sweetpotatoes) Menurut Kumilaningsih (2006), ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral, vitamin yang terkandung dalam ubijalar antara lain vitamin A, vitamin C, thiamin (vitamin B1), dan riboflavin. Sedangkan mineral dalam ubijalar diantaranya adalah zat besi (Fe), fosfor (P), dan kalsium (Ca). Kandungan lainnya adalah protein, lemak, serat kasar dan abu (Simon, 2008). Salah satu bentuk olahan ubi jalar adalah tepung ubi jalar. Dibandingkan dengan tepung ubi kayu, tepung ubi jalar lebih unggul. Tepung ubi kayu mempunyai kandungan amilopektin yang tinggi, sehingga produk tepung ini mudah keras dan apek karena amilopektin mempunyai rantai yang bercabang dan akan mudah memerangkap air sehingga peluang terjadinya retrogradasi lebih besar. Dibandingkan dengan beras giling atau jagung giling (rata-rata 360 kal per 100 gram) jumlah kalori ubi jalar lebih rendah (123 kalori per 100 gram, tetapi ubi jalar lebih unggul pada kandungan mikronutriennya (Aini, 2004).

Kitosan Kitosan merupakan produk alamiah yang merupakan turunan dari polisakarida chitin. Kitosan mempunyai nama kimia Poly D-glucosamine ( beta (1-4) 2-amino-2-deoxy-D-glucose), bentuk chitosan padatan amorf bewarna putih dengan struktur kristal tetap dari bentuk awal chitin murni. Kitosan mempunyai rantai yang lebih pendek daripada rantai chitin. Kelarutan kitosan dalam larutan

asam serta viskositas larutannya tergantung dari derajat deasetilasi dan derajat degradasi polimer (Wardaniati dan Sugiyani 2002). Kitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, larutan basa kuat, beberapa pelarut organi , sedikit larut dalam HCl dan HNO3. Kitosan tidak beracun dan mudah terbiodegradasi. Berat molekul kitosan adalah sekitar 1,2 105, tergantung pada degradasi yang terjadi selama proses deasetilisasi. Si at si at kitosan dihubungkan dengan adanya gugus-gugus amino dan hidroksil yang terikat. Adanya gugus tersebut menyebabkan kitosan mempunyai reakti itas kimia yang tinggi dan penyumbang si at polielektrolit kation, sehingga dapat berperan sebagai amino pengganti (Safarrullah, 2007). Reaksi pembentukan chitosan dari chitin merupakan reaksi hidrolisa suatu amida oleh suatu basa. Chitin bertindak sebagai amida dan NaOH sebagai basanya. Mula-mula terjadi reaksi adisi, dimana gugus OH masuk ke dalam gugus NHCOCH3 kemudian terjadi eliminasi gugus CH3COO- sehingga dihasilkan suatu amida yaitu chitosan. Reaksi pembentukannya seperti terlihat pada Gambar 4. Kitosan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan antimikroba, karena mengandung enzim ly i dan gugus

ly

h i

yang dapat

menghambat pertumbuhan mikroba dan efisiensi daya hambat khitosan terhadap bakteri tergantung dari konsentrasi pelarutan khitosan. Kemampuan dalam menekan pertumbuhan bakteri disebabkan chitosan memiliki polikation

bermuatan positif yang mampu menghambat pertu mbuhan bakteri dan kapang (Wardaniati dan Sugiyani, 2002).

Gambar 4. Reaksi pembentukan kitosan (Wardaniati dan Sugiyani, 2002)

Muzarelli telah meneliti kemampuan kitosan dalam menghambat pertumbuhan 298 kultur bakteri secara drastis (Seid,2007). Penambahan kitosan dapat menghambat pertumbuhan Saccharomyces dan Fusarium Saloni (Rhoades dan Rastall, 2000). Chokyon Rha clan Mc NeaLY h. w. (1959) melaporkan bahwa kitosan dapat berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan untuk pembentukan alat-alat gelas, plaslik, karet dan selulosa sehingga sering disebut " specialily adhesif formulations." Selain itu kitosan dapat digunakan sebagai perekat (misalnya kitosan yang berkosentrasi rendah dan sedang yang berkosentrasi (3 -4 ) % dalam asam asetat 2 % pada bahan untuk pembuatan rayon cotton. Kitin dan kitosan adalah salah satu dari polisakarida di dalam unit dasar suatu gula animo. Polisakarida ini adalah suatu struktural unsur yang memberikan kekuatan mekanik organisme. Kitin tidak dapat larut dalam air, pelarut organik alkali atau asam mineral encer .Tetapi ia tidak dapat larut dan terurai dengan adanya enzym atau dengan pengolahan asam mineral padat. Dalam struktur, kitin terdiri dari sebuah rantai panjang dari N acetylglukosamine. Rumus empirisnya adalah C6H6CNHCOCH3 dan berisi campuran murni 6,9 % Nitrogen. Polimer ini adalah serupa selulosa diganti oleh suatu acetyl amino ( NHCOCH3) unit.

Plasticizer Pembuatan film layak makan dari pati (starch) memerlukan campuran bahan aditif untuk mendapatkan sifat mekanis yang lunak, ulet dan kuat. Untuk itu perlu ditambahkan suatu zat cair/padat agar meningkatkan sifat plastisitasnya. Proses ini dikenal dengan plastisasi, sedang zat yang ditambah disebut pemlastis. Di samping itu pemlastis dapat pula meningkatkan elastisitas bahan, membuat lebih tahan beku dan menurunkan suhu alir, sehingga pemlastis kadang-kadang disebut juga dengan ekastikator antibeku atau pelembut. Jelaslah bahwa plastisasi akan mempengaruhi semua sifat fisik dan mekanisme film seperti kekuatan tarik, elastisitas kekerasan, sifat listrik, suhu alir, suhu transisi kaca dan sebagainya.

Adapun pemlastis yang digunakan adalah gliserol, karena gliserol merupakan bahan yang murah, sumbernya mudah diperoleh, dapat diperbaharui dan juga akrab dengan lingkungan karena mudah terdegradasi dalam alam.

Gliserol Salah satu alkil trihidrat yang penting adalah gliserol (propa- 1,2,3 .triol) CH2OHCHOHCH2OH. Senyawa ini kebanyakan ditemui hampir semua lemak hewani dan minyak nabati sebagai ester gliserin dari asam palmitat dan oleat. Gliserol adalah senyawa yang netral, dengan rasa manis tidak berwarna, cairan kental dengan titik lebur 20C dan memiliki titik didih yang tinggi yaitu 290C gliserol dapat larut sempurna dalam air dan alkohol, tetapi tidak dalam minyak. Sebaliknya banyak zat dapat lebih mudah larut dalam gliserol dibanding dalam air maupun alkohol. Oleh karena itu gliserol merupakan pelarut yang baik. Senyawa ini bermanfaat sebagai anti beku (anti freeze) dan juga merupakan senyawa yang higroskopis sehingga banyak digunakan untuk mencegah kekeringan pada tembakau, pembuatan parfum, tita, kosmetik, makanan dan minuman lainnya. Gliserol dapat digunakan untuk gliserolisis lemak atau metil ester untuk membentuk gliserolat monogliserida, digliserida dan trigliserida. Gliserol mengandung tiga gugus hidroksi yang terdiri dari dua gugus alkohol primer dan satu gugus alkohol skunder. Atom karbon yang terdapat dalam gliserol dapat ditunjukkan sebagai atom karbon , dan (Yusmarlela, 2009).

Gambar 5. Gliserol Lemak (Yusmarlela, 2009) Metode Uji Antimikroba

Uji antimikroba biasanya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar bahan pembuat plastik yang kita gunakan dapat menghambat pertumbuhan mikroba pada makanan. Terdapat berbagai metode yang digunakan untuk mengetahui aktivitas antimikroba suatu zat, diantaranya: a. Agar Diffusion Methode Metode ini telah digunakan oleh Dowsen dkk. Pada tahum (1995). Sampel yang akan diuji dipotong segi enam dengan ukuran (1 cm x 1 cm), lalu sampel yang telah dipotong diletakkan pada permukaan media agar yang telah dioleskan bakteri E.Coli. Lalu sampel diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam (Idayu, 2005; Nadarajah, 2005; Han, 2006). b. Liquid Culture Test Sampel plastik yang akan diuji dipotong persegi dengan pisau steril dengan ukuran 30 x 50 mm. Sampel yang telah dipotong dicelupkan dalam gelas uji 50 ml yang berisi 40 ml TSB (tryptic soy broth) dengan kandungan Tween sebesar 0,4 gram, lalu diinkubasi dengan 0,4 ml bakteri, setelah itu sampel yang akan diuji diinkubasi dengan suhu 370C sambil agitasi. Culture sampel diambil sebanyak 1,5 ml setiap 2 jam sekali selama 36 jam. Sampel yang diambil kemudian dihitung densitas optiknya (O.D.600) menggunakan spektrofotometer yang akan mikroorganisme yang ada pada media (Han, 2006). = 600 ditentukan dengan menyatakan konsentrasi

Mekanisme Pengujian Plastik Biodegradabilitas Plastik Menurut Griffin, (1994) proses uji biodegradable ini diperlukan untuk mempelajari tingkat ketahanan film plastik yang dihasilkan kaitannya dengan pengaruh mikroba pengurai, kelembaban tanah dan suhu bahkan faktor kimia fisik yang lain. Secara kimiawi, film plastik yang dihasilkan jelas bersifat biodegradable, hal itu disebabkan oleh bahan baku yang digunakan adalah bahan baku organik dan alamiah yang mudah berinteraksi dengan air dan mikro organisme lain bahkan sensitif terhadap pengaruh fisik/kimia lingkungan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat biodegradabilitas kemasan setelah kontak dengan mikroorganisme, yakni : sifat hidrofobik, bahan aditif, proses produksi, struktur polimer, morfologi dan berat molekul bahan kemasan. Proses terjadinya biodegradasi film kemasan pada lingkungan alam dimulai dengan tahap degradasi kimia yaitu dengan proses oksidasi molekul, menghasilkan polimer dengan berat molekul yang rendah. Proses berikutnya (secondary process) adalah serangan mikroorganisme (bakteri, jamur dan alga) dan aktivitas enzim (intracellular, extracellular). Contoh mikroorganisme diantaranya bakteri phototrop (Rhodospirillium, Rhodopseudomonas,

Chromatium, Thiocystis), pembentuk endospora (Bacillus, Clostridium), gram negatif aerob (Pseudomonas, Zoogloa, Azotobacter, Rhizobium), Actynomycetes, Alcaligenes (Firdaus dan Chairil, 2004).

H. METODE PELAKSANAAN Variabel Penelitian 1. Variabel Tetap Variabel tetap pada pembuatan plastik pati ubi jalar kitosan adalah plasticizer (glycerol), Pelarut kitosan, yaitu asam asetat glacial 100%, Konsentrasi gliserol 50% dari berat pati, Jenis pati, yaitu pati ubi jalar, Kecepatan pengaduk 75 rpm, suhu gelatinasi 65 70oC, Suhu pemanggangan 60oC selama 5 jam, Ketebalan film 1,5 mm

2.

Variabel Berubah

Rasio pati kitosan, yaitu 10:0; 9:1; 8:2; 7:3; 6:4 (b/b), Konsentrasi larutan kitosan, yaitu 2%, 4%, 6% (b/v)

Rencana Kegiatan Ubi jalar dikupas, dibersihkan dan diparut. Ditambahkan air selanjutnya disaring dan diendapkan. Endapan dikeringkan lalu ditumbuk sampai halus dan diayak. Tepung ubi jalar selanjutnya digunakan dalam proses pembuatan plastik.

Proses pembuatan plastik dari campuran ubi jalar dan kitosan secara skematis dapat dilihat pada Tabel 1. Plastik yang telah jadi, selanjutnya di adakan pengujian terhadap sifat antimikroba filmnya, sifat mekanik (tensile strength, % elongasi) dan sifat biodegradasi film menggunakan metode soil burial test. Pada uji antimikroba, media MHA yang dibutuhakn dilarutkan dalam aquadest hingga homogen dan disterilkan dengan autoclave. Media dituangkan dalam petridisc dan biarkan mengeras. Bakteri E.Coli yang telah diencerkan dioleskan ke seluruh permukaan media hingga merata. Plastik pati ubi jalarkitosan dipotong lalu diletakkan dipermukaan media yang telah dioles bakteri. Media diinkubasi selama 24 jam lalu dilakukan pengukuran zona terang yang terbentuk dengan menggunakan penggaris. Untuk uji biodegradadable, plastik pati ubi jalr-kitosan untuk setiap rasio langsung ditanam di dalam polybag yang mengandung tanah dimana terdapat tumpukan sampah. Lalu diamati perubahan plastik yang terjadi secara fisik dan di catat lamanya masa penguraian plastik tersebut.

Tabel 1. Skema pembuatan plastik biodegradabel Pati 10% (b/v) dilarutkan dalam aqudest Kitosan dilarutkan dalam asam asetat glasial (100%) dengan

konsentrasi 2%, 4%, 6% (b/v)

Pencampuran Kitosan dan pati ubi jalar dengan rasio 10:0; 9:1; 8:2; 7:3; 6:4 (b/b)

Pengadukan dan Pemanasan Pada suhu 70-75oC. Kecepatan 75 rpm selama 25 menit

Penambahan Gliserol 50% berat pati, diaduk lagi hingga homogen

Pencetakan Casting diatas pelat kaca dengan ketebalan 2,5 mm

Pengeringan Oven pada suhu 60oC selama 5 jam

Peeling Sampel dari Cetakan Sampel dilepaskan dari cetakannya kemudian disimpan dalam desikator selama 24 jam Sampel siap di uji (antimikroba, tensile strength, % elongasi, biodegradable)

I. JADWAL KEGIATAN Susunan jadwal pelaksanaan penelitian secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian No 1. 2. Kegiatan Persiapan alat dan bahan Pelaksanaan penelitian pengumpulan data 1 dan Bulan Ke 2 3

3. 4.

Analisa data Penulisan laporan

J. RANCANGAN BIAYA Bahan Habis Pakai No Uraian Kebutuhan 5 kg Harga Satuan (Rp) 5.000 / kg 3.000.000 / 0,1 kg 875.000 / liter 1.062.000 / 0,5 liter 10.000 / 0,5 liter 35.000 / rim 400 / sampel 10.000 / sampel 15.000 / sampel 400 / lembar 5000 / eks 300.000 / paket 150.000 / orang Jumlah Harga (Rp) 25.000 3.000.000 875.000 1.062.000 10.000 35.000 18.000 450.000 675.000 80.000 20.000 300.000 450.000 7.000.000

1. Ubi jalar segar 2. Kitosan 3. Asam asetat glasial 4. Gliserol 5. Bakteri E.Coli 6. Kertas 1 rim 7. Polybag Analisa Hasil 1. Pengujian antibakteri 2. Pengujian mekanik Lain Lain 1. Biaya print 2. Penjilidan laporan 3. Dokumentasi 4. Biaya transportasi dan pengambilan bahan baku di Saree, Aceh Besar Total Keseluruhan

1 botol 1 rim 45 kantong 45 sampel 45 sampel 200 lembar 4 eks 1 paket

K. DAFTAR PUSTAKA Aini, Nur, 2004, Pengolahan Tepung Ubi Jalar dan Produk Produknya Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Institut Pertanian Bogor Annonimous, 2002, Biodegradable Plastics - Developments and Environmental Impacts, Nolan-ITU Pty Ltd Prepared in association with ExcelPlas Australia Firdaus, Feris dan Chairil Anwar, 2004, Potensi Limbah Padat-cair Industri Tepung Tapioka sebagai Bahan Baku Film Plastik Biodegradabel, Vol 1 No 2 Juli 2004

Han, Jaejoon, 2006, Antimicrobial Packaging System for Optimization of Electron Beam Irradiation of Fresh Produce, A Dissertation of Texas A&M Haryadi, dkk, 2002, Karakterisasi Komposit Film Edible Pektin Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) dan Tapioka, Vol XIII No 2, 2002 Idayu, I, 2005, Final Report Reserch Management Centre University Teknologi Malaysia : Study of an Active Antimicrobial System Using a Bio-Switch Concept, University Teknologi Malaysia, Johor, Malaysia Mardhia, Y, 2010, Edible Film, Universitas Sumatra Utara Nadarajah, Kandasamy, 2005, Development and Characterization of Microbial Edible Film from Crawfish Chitosan, Academic Dissertation of Lousiana State University Rhodes, J dan Bob Rastall, 2000, Chitosan as an Antimicrobial Agent, J Food Technology International 2000, Vol (1) 29-35 Safarrullah, 2007, Sintesa Khitosan dari Khitin dengan Bahan Baku Cangkang Kepiting (Scylla Serrata), Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Seid, Charllote, 2007, Paper or Plastic: The Comercial Future of Chitosan, Harvard Science Review, Spring 2007 Simon, 2008, Ubi Jalar (http://simonbwidjanarko.files.wordpress.com/2008/06/ubijalar-22.pdf, diakses September 2010)

2008, Mikroba dan Lingkungan, Sumarsih, (http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/vii-mikroba-dan lingkungan.pdf, diakses 21 September 2010) Voysey, P G Keshri dan N. Magan, 2002, Early Detection of Spoilage Moulds in Bread Using Volatile Production Pattern and Quantitative Enzyme Assays, Journal of Applied Microbiology 2002, 92, 165-172 Wahyu, Maulana Karnawidjaja, 2009, Pemanfaatan Pati Singkong sebagai Bahan Baku Edible Film, Universita Padjajaran, Bandung Wardaniati, Ratna Adi dan Sugiyani Setyaningsih, Pembuatan Chitosan dari Kulit Udang dan Aplikasinya untuk Pengawetan Bakso (http://eprints.undip.ac.id/1718/1/makalah_penelitian_fix.pdf, diakses 3 September 2010)

Yusmarlela, 2009, Studi Pemanfaatan Plastisiser Gliserol dalam Film Pati Ubi dengan Pengisi Serbuk Batang Ubi Kayu, Universitas Sumatra Utara, Medan

L. LAMPIRAN Biodata Ketua Pelaksana Nama NIM : Firza Zuraida F.A : 0704103010011

Tempat, tanggal lahir : Banda Aceh, 6 Oktober 1989 Jenis Kelamin Alamat : Perempuan : Jl. Tgk Chik Dipineung VIII No. 38 Kp.Pineung Banda Aceh Hp Email : 085277095963 : firza.zuraida07_11@yahoo.com

Demikianlah biodata ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Banda Aceh, Oktober 2010

Firza Zuraida F.A

Biodata Anggota I Nama NIM : Aisyah : 0704103010014

Tempat, tanggal lahir : Pante Gurah, 27 Juli 1989 Jenis Kelamin Alamat Hp Email : Perempuan : Jl. Tgk Chik Dilamnyong Lr Musala 1 No.20 Banda Aceh : 085277764723 : aisyah_tekim@yahoo.com

Demikianlah biodata ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Banda Aceh, Oktober 2010

Aisyah

Biodata Anggota II Nama NIM : Eka Mailidar Sari : 0804103010032

Tempat, tanggal lahir : Banda Aceh, 29 Mei 1990 Jenis Kelamin Alamat : Perempuan : Jl. Simpang Surabaya No. 2 Desa Peunyerat, Lhong Raya Banda Aceh Hp Email : 08984170023 : cifutaka@yahoo.com

Demikianlah biodata ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Banda Aceh, Oktober 2010

Eka Mailidar Sari

Biodata Dosen Pembimbing Nama NIP : Lia Mairiza ST.,MT : 19740523 200003 2 001

Tempat, tanggal lahir : Banda Aceh, 23 Mei 1974 Jenis Kelamin Bidang Keahlian Kantor/Unit Kerja : Perempuan : Teknologi Polimer : Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Alamat Kantor Alamat Hp Email Riwayat Pendidikan

: Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf 7, Darussalam,Banda 23111 : Jl. Keupula No.18 Sektor Timur Darussalam, Banda Aceh : 085260084495 : liamairiza@yahoo.com

UNIVERSITAS/INSTITUT DAN LOKASI Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh Institut Teknologi Bandung

GELAR

TAHUN SELESAI 1998

BIDANG STUDI Teknik Kimia

ST

MT

2001

Teknik Kimia

Demikianlah biodata ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Banda Aceh,

Oktober 2010

Lia Mairiza,ST.MT NIP. 19740523 200003 2 001

You might also like