You are on page 1of 101

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT

DARI AKAR TANAMAN KENTANG


SEBAGAI ANTI JAMUR (Fusarium sp, Phytoptora infestans) dan ANTI
BAKTERI (Ralstonia solanacaerum)






SKRIPSI







oleh:

NINIK SUNARMI
NIM. 05520015












JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT
DARI AKAR TANAMAN KENTANG
SEBAGAI ANTI JAMUR (Fusarium sp, Phytoptora infestans) dan ANTI
BAKTERI (Ralstonia solanacaerum)





SKRIPSI





Diajukan Kepada :
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)







Oleh :
NINIK SUNARMI
NIM. 05520015








JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010



ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT
DARI AKAR TANAMAN KENTANG
SEBAGAI ANTI JAMUR (Fusarium sp, Phytoptora infestans) dan ANTI
BAKTERI (Ralstonia solanacaerum)





SKRIPSI






Oleh :
NINIK SUNARMI
NIM. 05520015




Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II




Dr. Ulfah Utami, M. Si Dr. Ahmad Barizi, MA
NIP. 19650509 199903 2 002 NIP. 19731212 1998003 1
001



Tanggal, April 2010
Mengetahui
Ketua Jurusan Biologi





Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd
NIP. 19630114 199903 1 001

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT
DARI AKAR TANAMAN KENTANG
SEBAGAI ANTI JAMUR (Fusarium sp, Phytoptora infestans) dan ANTI
BAKTERI (Ralstonia solanacaerum)


SKRIPSI



Oleh :
NINIK SUNARMI
NIM. 05520015



Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan
Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)


Tanggal, Januari 2010


Susunan Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Penguji Utama : Ir. Lilik Harianie, M.P ( )
NIP. 19620901 199803 2 001

2. Ketua : Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd ( )
NIP. 19710622 200312 1 002

3. Sekretaris : Dr. Ulfah Utami, M. Si ( )
NIP. 19650509 199903 2 002

4. Anggota : Dr. Ahmad Barizi, MA ( )
NIP. 19731212 1998003 1 001


Mengetahui dan Mengesahkan
Ketua Jurusan Biologi



Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd
NIP. 19630114 199903 1 001

SURAT PERNYATAAN
ORISINILITAS PENELITIAN


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Lengkap : Ninik Sunarmi
NIM : 05520015
Fakultas/Jurusan : Sains dan Teknologi/Biologi
Judul Penelitian : Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman
Kentang sebagai Anti Jamur (Fusarium sp, Phytoptora
infestans) dan Anti Bakteri (Ralstonia solanacaerum)

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa hasil penelitian saya ini
tidak terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang
pernah dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip
dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur-unsur jiplakan,
maka saya bersedia untuk mempertanggung jawabkan serta diproses sesuai
peraturan yang berlaku.

Malang, 01 Mei 2010
Yang Membuat Pernyataan




Ninik Sunarmi
NIM. 05520015





MOTTO


OT4 +U~ E<Q4C T 4O^^
O>4N EC lR4 7vu1 E4
C+4O QO^C7 4L 4 eT:>
OO- TR` ETU^4
E*.EVR~4 ER`Q4
O&wE4N4 ETU=44 W 4~
HQ7Rl4-O OR~-.- 4Q-
E+u1 OR~-.T 4Q- NOOE=
W-Q7CTlu-- -6OR` ET : E`
+^Ec ^e4TOl4 OT^1U4
7-.mO- O4L:OE^-4
+7.44 U_4T R)` *.-
ElRO ^^T W-Q+^~
HNO'4C Re4C4*T *.-
HQU+-^4C4 =T1TE4- TOO4T
--EC^- ElRO ER W-Q=4N
W-Q+^E H4u4C ^R
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak bisa sabar (tahan)
dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk Kami kepada
Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan bumi,
Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan
bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah
sebagai pengganti yang lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu
memperoleh apa yang kamu minta". lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista
dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi)
karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi
yang memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka selalu
berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqoroh :61)









Lembar Persembahan

Kupersembahkan karyaku yang mungil ini kepada:
1. Sesuatu yang selama ini aku yakini walau aku sendiri belum menemukan
akan kehadiranMu yang sesungguhnya, (Allah SWT) karena mungkin aku
telah begitu banyak melupakanMu, Wahai Yang Maha Pengasih dan Maha
mempermudah dan mempersulit segala urusanku. Aku kini telah
menyelesaikan apa yang telah menjadi tanggung jawabku.
2. Solawat dan salam Pada Nabi Akhirul Zaman (Muhammad SAW) yang ku
tahu kau adalah orang yang telah membawa umat manusia kepada sebuah
peradapan yang ber adab aku bersyafaat atas Mu
3. Kedua orang tuaku Bpk Sunadi dan Ibu Marsiti yang selalu mengasihiku,
atas pengorbanan dan kasih sayang yang tak terbatas. Restumu akan
menjadi bekal dalam hidupku untuk mengarungi hidup, jangan pernah
berhenti mendoakan anakmu ini. Mungkin hari ini aku telah sedikit
memberikan sedikit penghargaan, yang itu mungkin tak sebanding dengan
keluh kesah dan pengorbanan dalam membesarkan diriku.
4. Buat Kakakku Sulistyono, adikku Hadi Santoso makasih atas doa dan
kasih sayangnya selama ini.. Buat kakak iparku Damayanti terimakasih
sudah membantu ibu menyelesaikan tugas rumahku selama aku menuntut
ilmu, semoga Allah membalas semua kebaikanmu. Buat keponakanku
Citra semoga menjadi anak yang berguna.


5. Buat Guruku Kimia Bpk Sugihartono S.Pd beserta keluarga, karena
kehadiranmu sehingga aku dapat menempuh pendidikan sampai sekarang
ini, semoga Allah SWT membalas semuanya dan menjadikan suri tauladan
buat anakmu ini.
6. Keluarga besar Lembaga Insan Cendekia (Drs. Ahmad Fatah Yasin,
M.Ag, Drs. Padil, M. Ag, Moh Hambali, M.Ag, Marno, M.Ag)
terimakasih atas proses dan nasehatnya selama ini.
7. Ustad Habib Ali Assegaf terimakasih atas tausiahnya sehingga aku tetap
optimis dalam menghadapi hidup ini.
8. Buat sahabatku Teguh Hariyanto, Dhewi Astuti, Mukhlisin dan adikku
yang manis Elmi Ariyanti, trimakasih nasehat yang selama ini kalian
berikan sehingga aku tetap tegar dalam menjalani hidup ini.
9. Teman-teman HMI (Mas Muslih, Mas Huda, Mas Gulam, Adi Supriyanto,
Fatim, Dili, Uus dan masih banyak lagi yang tak mungkin penulis
sebutkan satu-persatu) terimakasih atas semua perhatiannya dan
dukungannya secara moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
10. Keluarga besar Tapak Suci (Pak Agus, Pak Nyoto, Pak Sofa Aqli, M.Ag
abah Kasuwi) yang dalam perjalanannya penulis selalu dapat inspirasi dan
semangat tuk menggali wawasan lebih dalam. Semoga Tapak Suci tetap
jaya
11. Buat seseorang yang selalu memberikanku semangat, terimakasih atas
kesabarannya selama ini, semoga kita selalu diberikan yang terbaik.
12. Keluarga besar GMPI (Mas Arif, Kang Sulkan) terimaksih atas ilmunya.

13. Keluarga Besar PMI Kab. Kediri (Jupriadi, M.Pd, Da2ng, Eko P, Jun,
Yuni,) yang juga turut mendewasakan pola fikir penulis dalam
perjalanannya mencari jati diri.
14. Keluarga Besar Pramuka (Kak Junaidi, Kak Aziz, Kak Ferdi, Kak Lis),
penulis merasa mendapat pelajaran yang berharga dalam setiap kegiatan
dan prinsip yang dibangun, semoga Pramuka tetap eksis dalam mengawal
setiap langkah perkembangan pergerakan anak bangsa.
15. Murid-muridku di MTs Taswirotul Ulum Kepung (Ani, Wika dll), dan
SMP Kepung (Shinta, Saiful, Sulton dll) terimakasih atas doanya.
16. Temen-temen kos Devi, Shinta, Nisa, Yayuk, Rima, Leni tetap semangat.
17. Teman-teman biologi 2005 terimakasih atas kekompakannya.

Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju Jannah (surga).
(HR. Muslim)
Hidup ini luar biasa, apapun bentuknya dan dinamikanya
Dimulai dari hal yang sederhana yaitu kata-katanya
Kata diucapkan dan dilupakan, dari kata dapat berjanji,
Kata dapat memberi semangat. Lebih dari itu,
Perkataanmu dapat membuatku terpana.
Sesuatu baru tercipta dalam diri seseorang selayaknya
menimbulkan asosiasi baru. Waktu menjadi proses
sentral dan belajar menjadi kata kunci utama.

KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT, Al-Rahman Al-Rahim yang selalu
mendengarkan segala pinta penulis dan yang telah memberikan petunjuk dan
kemudahan pada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada baginda Nabi Besar
Nabi Muhammad SAW yang akan memberi syafaat kepada umatnya yang taat.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak akan terlepas dari
bimbingan, dukungan dan bantuan dari semua pihak sehingga terselesaikannya
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim Malang, yang memberikan dukungan serta
kewenangan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, S.U., D.Sc, selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang.
3. Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd Selaku Ketua Jurusan Biologi Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Dr. Ulfah Utami, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar
memberikan bimbingan, arahan dan meluangkan waktu untuk
membimbing penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

5. Dr. Ahmad Barizi, MA selaku Dosen Pembimbing Agama yang telah
sabar memberikan bimbingan, arahan dan meluangkan waktu untuk
membimbing penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
6. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan doa, semangat,
motivasi serta nasehat-nasehat dengan penuh keikhlasan, kesabaran serta
kasih sayang yang tiada tara sehingga penulis bisa mengenyam pendidikan
setinggi ini.
7. Kakakku (Sulistyono), adikku (Hadi Santoso) yang telah memberikan doa,
motivasi, kasih sayang serta semangat yang tiada hentinya sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
8. Sugihartono S.Pd dan keluarga yang telah membimbingku dan selalu
memberi motivasi sejak SMA hingga terselesainya skripsi ini.
9. Teman-temanku Jurusan Biologi Angkatan 2005 terima kasih untuk semua
persahabatan dan kekompakannya.

Sebagai ungkapan terima kasih, penulis hanya mampu berdoa semoga
bantuan yang telah diberikan kepada penulis diterima disisi-Nya serta mendapat
imbalan yang setimpal.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.
Malang, 01 Mei 2010


Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
1.4 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 9
1.6 Batasan Masalah .............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kentang ............................................................................ 11
2.1.1 Morfologi Tanaman Kentang ................................................. 11
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kentang ................................................ 13
2.1.3 Syarat tumbuh .......................................................................... 14
2.1.4 Kandungan Gizi umbi Tanaman kentang............................. .... 16
2.1.5 Penyakit Pada Kentang ................................. ............................. 19
2.2 Jamur Endofit .................................................................................. 20
2.2.1 Deskripsi Jamur Endofit ......................................................... 20
2.2.2 Manfaat Jamur endofit ............................................................. 22
2.3 Bakteri Ralstonia solanacaerum ...................................................... 25
2.3.1 Deskripsi Bakteri Ralstonia solanacaerum ............................. 25
2.3.2 Klasifikasi Bakteri Ralstonia solanacaerum........................... . 27
2.3.3 Mekanisme Kerusakan pada tanaman Kentang....................... . 27
2.3.4 Gejala serangan Ralstonia solanacaerum ................................. 28
2.4 Jamur Fusarium sp............................................. ............................. 30
2.4.1 Deskripsi Fusarium sp............................. ............................... 30
2.4.2 Klasifikasi Fusarium sp......... ................................................. 31
2.4.3 Mekanisme Kerusakan pada kentang...... ............................... 32
2.5 Jamur Phytopthora infestans........................... ................................. 34
2.5.1 Deskripsi Jamur Phytopthora infestans... ............................... 34
2.5.2 Klasifikasi . Phytopthora infestans......... ................................ 35
2.5.3 Gejala Penyakit Phytopthora infestans................................... 36
2.5.4 Perkembangbiakan Phytopthora infestans........ ..................... 38



BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Percobaan ................................................................... 40
3.2 Waktu dan tempat Penelitian ......................................................... 41
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................ 41
3.3.1 Variabel Bebas .................................................................... 41
3.3.2 Variabel Terikat .................................................................... 41
3.4 Alat dan Bahan .............................................................................. 42
3.5 Cara Kerja ..................................................................................... 42
3.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan....................................................... 42
3.5.2 Penyiapanan Media................................................................. 43
3.5.3 Isolasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman kentang................. 44
3.5.4 Penyiapan Pemurnian Jamur Endofit.............. ....................... 45
3.5.5 Seleksi Jamur Endofit Penghasil Metabolit AntiJamur dan
Antibakteri.............. ............................................................... 46
3.5.6 Pengukuran Zona Hambat........................ .............................. 47
3.6 Analisis Data .................................................................................. 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang
(Solanum tuberosum Linn. Cv. Granola) ...................................... 49
4.2 Hasil Identifikasi Isolat Jamur Endofit dari Akar Tanaman kentang 52
4.3 Uji Aktivitas Metabolit Jamur Pada Akar Tanaman Kentang ........ 58

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 72
5.2 Saran-saran ..................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 77
















DAFTAR GAMBAR

No. Judul ...... Halaman
2.1 Bunga Tanaman Kentang ................................. ......................................... 14
2.2 Tanaman kentang ............................................ ......................................... 15
2.4 Daun kentang terinfeksi Bakteri Ralstonia solanacaerum ......................... 35
2.5 Umbi Kentang terinfeksi Bakteri Ralstonia solanacaerum ....................... 37
2.6 Foto Mikroskopis Jamur Fusariun ................... ......................................... 37
2.7 Umbi Kentang terkena Fusarium sp ................ ......................................... 38
2.8 Siklus Fusarium sp ........................................... ......................................... 39
2.9 Morfologi Phytoptora infestans ....................... ......................................... 41
2.10 Daun kentang terinfeksi Phytoptora infestans ......................................... 42
2.11Kentang Terinfeksi Phytoptora infestans ....... ......................................... 43
2.12 Daur Hidup Phytoptora infestans .................. ......................................... 44
4.1 Pertumbuhan Koloni Jamur Endofit yang diisolasi
dari Akar Tanaman Kentang pada Medium PDAS pada suhu 25C ......... 49
4.2. Isolat 1A, A. Koloni isolat 1A, B. Foto mikroskopis isolat 1A
perbesaran 400x ............................................. ......................................... 53
4.3 Isolat 2A, A. Koloni isolat 2A, B. Foto mikroskopis isolat 2A
perbesaran 400x .............................................. ......................................... 55
4.4 Isolat 3C, A. Koloni isolat ML4, B. Foto mikroskopis isolat 4A
perbesaran 400x .............................................. ......................................... 56
4.5 Zona hambat yang ditimbulkan oleh metabolit jamur endofit terhadap
jamur Fusarium sp dan Phytoptora investans .. ......................................... 61
4.6 Zona hambat yang ditimbulkan oleh metabolit sekunder
jamur endofit terhadap Ralstonia solanacaerum ........................................ 62











DAFTAR TABEL

4.1 Hasil Isolasi jamur endofit pada akar tanaman kentang................................ 51
4.2 Deskripsi bentuk warna koloni isolat jamur endofit ..................................... 52
4.3 Hasil Identifikasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentang ................... 57
4.4 Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit
terhadap jamur Fusarium sp .......................................................................... 58
4.5 Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit
terhadap jamur Phytopthora infestans ................................................................ 59
4.6 Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit
terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum ........................................................... 59
4.7 Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit
terhadap jamur dan bakteri .................................................................................. 64
4.8 Zona Hambat Jamur Endofit Terhadap Jamur Phytopthora infestans ......... 66
4.9 Zona Hambat Jamur Endofit Terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum .... 67











DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran 1. Komposisi yang digunakan dalam penelitian ................................. 77
Lampiran 2. Diagram alir metode kerja ............................................................. 78
Lampiran 3. Gambar alat-alat penelitian ............................................................ 79
Lampiran 4. Diameter zona hambat ................................................................... 80
Lampiran 5. Perhitungan statistic ....................................................................... 81







ABSTRAK
Sunarmi, Ninik. 2010. Isolasi dan Identifkasi Jamur Endofit dari Akar
Tanaman Kentang sebagai Anti Jamur (Fusarium sp, Phytopthora
infestans) dan Anti Bakteri (Ralstonia solanacaerum). Pembimbing:
Dr. Ulfah Utami M. Si dan Dr. Ahmad Barizi MA.
Kata Kunci : Kentang, Jamur Endifit, Fusarium sp, Phytopthora infestans
Ralstonia solanacaerum
Telah dilakukan penelitian pada tanaman kentang yang merupakan salah
satu bahan pangan utama dunia setelah padi, gandum dan jagung yang
mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia. Kendala utama
dalam budi daya kentang di Indonesia adalah serangan hama dan penyakit. Upaya
untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan melakukan isolasi mikroba
endofit khususnya jamur endofit yang hidup dalam jaringan tanaman dan mampu
menghasilkan metabolit sekunder sesuai dengan tanaman inangnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jamur endofit dari akar tanaman
kentang yang mempunyai potensi sebagai penghasil senyawa antifungi terhadap
jamur Fusarium sp, Phytopthora infestans dan Bakteri Ralstonia solanacaerum.
Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Malang pada bulan Desember 2009 sampai
April 2010. Metode yang digunakan adalah metode eksplorasi dan eksperimen.
Penelitian dilakukan dengan cara mengisolasi jamur endofit dari akar tanaman
kentang yang diperoleh Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Malang
Jawa Timur yang kemudian dilakukan identifikasi terhadap jamur endofit yang
tumbuh pada media PDAS. Produksi metabolit sekunder jamur endofit diperoleh
dengan metode fermentasi dan diuji aktivitasnya terhadap jamur Fusarium sp,
Phytopthora infestans dan Ralstonia solanacaerum dengan menggunakan metode
difusi agar (Kirby-Bauer). Jamur uji yang digunakan diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Airlangga. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jamur endofit yang
telah diisolasi dan diidentifikasi dari akar tanaman kentang mempunyai aktivitas
anti jamur terhadap jamur Fusarium sp, Phytopthora infestans dan bakteri
Ralstonia solanacaerum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 3 isolat jamur endofit
berhasil diisolasi dari akar tanaman kentang. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa jamur endofit yang paling berpotensi sebagai Anti jamur Fusarium sp,
Phytopthora infestans dan Anti Bakteri dan Ralstonia solanacaerum adalah
Penisillium sp.





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tanaman kentang merupakan tanaman semusim yang berbentuk semak
(Sunarjono, 2007). Kentang merupakan jenis umbi-umbian yang memiliki jenis
yang berbeda terhadap umbi-umbian lainnya, seperti singkong, wortel maupun
ketela dan masih banyak lagi. Perbedaannya terletak pada kandungan gizi dan
vitamin yang ada di dalam kentang tersebut. Sebagai salah satu bahan pangan
yang mengandung karbohidrat, mineral, dan vitamin yang cukup tinggi, kentang
dapat menggantikan bahan pangan karbohidrat yang berasal dari beras, gandum,
atau jagung yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
(Samanhudi, 2002). Kentang mengandung karbohidrat 19,10 g, protein 2,00 g,
lemak 0,10 g, vitamin 17,00 mg, serat 0,40 g dan air 64,00 mg (Rukmana, 1997).
Kandungan vitamin, mineral dan karbohidrat yang sangat baik pada
kentang dapat dijadikan pengganti nasi dalam masa-masa krisis. Namun, kentang
memiliki tingkat keterjangkitan penyakit yang cukup tinggi diantara jenis umbi-
umbian lainya. Penyakit yang sering menyerang pada tanaman kentang adalah
jamur Fusarium sp dan Phytopthora infestans serta bakteri Ralstonia
solanacearum. Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia
solanacearum merupakan penyakit tanaman yang berbahaya. Penyakit ini tersebar
luas di daerah tropika dan sub tropika dan banyak menyerang tanaman pertanian
seperti pisang, tomat, kentang, tembakau dan suku Solanaceae lainnya (Nasrun
dkk, 2007).

Penyakit yang terdapat pada kentang merupakan bagian dari hukum alam
yang tidak dapat dihindari, karena seperti halnya makhluk lainnya tentunya Allah
SWT menciptakan ciptaan-Nya dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur-
Nya. Tidak terlepas manusia sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan dan
sosial yang tinggi tentunya juga tidak akan lepas dengan takdir Allah SWT yang
wajib kita terima dan kita imani, tetapi kita sebagai manusia wajib berusaha agar
tetap dalam keadaan sehat walafiat.
Usaha untuk menjaga tubuh tetap sehat dan jauh dari segala macam
penyakit yaitu dengan cara pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Allah SWT menciptakan sesuatu yang ada di bumi ini dengan berpasang-
pasangan, contohnya adalah penciptaan seorang laki-laki dan perempuan, hujan
dan panas serta penyakit dengan obat. Terkait penyakit yang terdapat pada
tumbuh-tumbuhan tentunya juga tak akan jauh berbeda dengan mahluk hidup
lainnya. Perbedaan itu hanya terletak pada sifat yang melekat pada keduanya.
Manusia memiliki sifat aktif bergerak dengan segala potensi akal yang
dimilikinya, sedangkan tumbuhan memiliki sifat pasif yang tentunya
membutuhkan perantara dalam segala hal, seperti jika terdapat penyakit yang
berada ditanaman maka manusia diharapkan mampu untuk memeliharanya
dengan baik. Hal ini demi terwujudnya keseimbangan alam yang lebih baik
sehingga ini sesuai dengan sunnatullah, karena tidak ada satu penyakit apapun
yang tak dapat disembuhkan dengan perantara dan izin Allah SWT , dan Allah
SWT tidak akan menurunkan penyakit melainkan menurunkan pula (obat)
penyembuh bagi penyakit tersebut, sebagaimana sabda Nabi berikut ini:

, ,
( )

Artinya: Dari Athaa, dari Abu Hurairah R.A, ia berkata: Rasulullah SAW.
telah bersabda : Allah tidak akan menurunkan penyakit melainkan
menurunkan pula (obat) penyembuh bagi penyakit tersebut.

Dalam sabda Nabi yang lain:

, .
( )
Artinya: Dari Jabir bin Abdillah R.A, dari Nabi SAW. Beliau bersabda : setiap
penyakit pasti ada obatnya, apabila penyakit itu telah bertemu dengan
obatnya, maka penyakit itu akan sembuh atas izin Allah, Tuhan yang
Maha Perkasa lagi Maha Agung

Qayyim al-Jauziyah (1994) mengatakan bahwa setiap penyakit pasti ada
obatnya adalah bersifat umum, mencakup segala penyakit dan segala macam obat
yang dapat menyembuhkan penderita, karena sesunguhnya Allah telah
menyiapkan segala macam obat penyakit baik penyakit ringan maupun penyakit
yang sangat membahayakan, salah satu contohnya adalah penyakit yang
disebabkan oleh jamur Fusarium sp dan Phytophthora infestans serta bakteri
Ralstonia solanacearum.
Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum pada
kentang sampai saat ini masih menjadi kendala dalam produksi kentang. Berbagai
rekomendasi upaya pengendalian penyakit ini belum memberikan hasil yang
optimal, oleh karena itu penggunaan tanaman yang tahan terhadap hama yang
merugikan merupakan faktor yang sangat penting untuk mengendalikan penyakit
tanaman (Samanhudi, 2009).

Selain bakteri Ralstonia solanacaerum, spesies jamur Fusarium sp juga
merugikan para petani, serangan jamur menyebabkan tanaman mengalami layu
patologis yang berakhir dengan kematian (Damayanti, 2009). Susanti, dkk, 2004
juga menambahkan bahwasannya pengendalian penyakit layu Fusarium sp cukup
sulit karena patogen bersifat soil inhabitant dan dapat bertahan sangat lama di
dalam tanah tanpa adanya tanaman inang, sehingga rotasi tanaman menjadi tidak
efektif
Jamur Fusarium sp pada tahun 2003 menyerang pada tanaman seraiwangi
yang ada di Jawa Timur, Jawa Tengah sehingga dapat menurunkan rendemen
minyak seraiwangi 54- 81%, serta kandungan sitronellal dan graniol 23.27 dan
41.60%. Sejauh ini upaya pengendalian penyakit bercak Fusarium sp, dilakukan
dengan fungisida sintetik akan tetapi cara ini dinilai tidak efisien karena residu
fungisida akan mempengaruhi mutu minyak, walaupun dari segi efektifitas terlihat
berhasil baik. Untuk itu perlu dicari terobosan baru memakai fungisida botanis
yang dinilai lebih aman dan tidak meninggalkan residu pada tanaman (Idris,
2007).
Pada saat ini di Indonesia masih banyak penggunaan fungisida sintetik.
Penggunaan fungisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan masalah
pencemaran lingkungan, gangguan keseimbangan ekologis dan residu yang
ditinggalkannya dapat menjadi racun dan bersifat karsinogenik (Damayanti,
2009).
Menurut Purwantisari dkk (2004) bahwa, ada jenis lain penyebab penyakit
pada kentang, yaitu : penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang oleh jamur

patogen Phytophthora infestans. Penyakit ini sejak lama menjadi masalah bagi
para petani kentang dan merupakan penyakit yang paling serius di antara penyakit
lain yang menyerang tanaman kentang di Indonesia. Produktivitas kentang di
Kecamatan Kedu, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2003
juga mengalami penurunan tajam, hal ini disebabkan oleh lapisan humus yang
sudah habis, sehingga kontaminasi penyakit dan hama menjadi tinggi. Pada
musim hujan benih kentang rentan terhadap kapang patogen Phytophthora
infestans, sedangkan di gudang penyimpanan benih rawan serangan hama.
Phytopthora infestans merupakan kapang yang paling sering menyerang
tanaman kentang di Indonesia. Penurunan produksi kentang di Indonesia dapat
mencapai 90% dari total produksi kentang dalam waktu yang sangat singkat.
Sampai saat ini belum ada varietas kentang yang benar-benar tahan terhadap
patogen tersebut. Kondisi tersebut sangat merugikan para petani kentang di sentra-
sentra pertanaman kentang di Kecamatan Kedu, Kabupaten Wonosobo, Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2003 yang kondisi lingkungannya sangat mendukung
perkembangan penyakit oleh kapang patogen tersebut (Purwantisari dkk, 2004).
Penyakit layu bakteri nilam dapat menimbulkan kematian nilam
cukup besar pada tahun 2003, dan menurunkan produksi nilam dan kerugian
hasil mencapai 60-80% pada tahun 1991. Penyakit ini telah menyebar ke
daerah sentra produksi di Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Nangro Aceh
Darusalam (NAD). Akhir-akhir ini penyakit layu bakteri nilam telah
menyebar luas dan merupakan ancaman terhadap pertanaman nilam. Gejala
penyakit berupa tanaman layu pada cabang-cabang tanpa suatu urutan yang

teratur dan gejala lanjut berupa seluruh bagian tanaman layu atau mati dalam
waktu singkat (Nasrun dkk, 2007).
Salah satu organisme penghasil antibiotik yang sedang banyak dibicarakan
sekarang ini adalah fungi endofit. Fungi endofit biasanya terdapat dalam suatu
jaringan seperti daun, ranting atau akar tumbuhan. Fungi ini dapat menginfeksi
tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin,
enzim serta antibiotika. Kelompok fungi endofit yang mampu memproduksi
senyawa antibiotika yang aktif melawan bakteri maupun fungi patogenik terhadap
manusia, hewan dan tumbuhan. Asosiasi beberapa fungi endofit dengan tumbuhan
inang mampu melindungi tumbuhan inangnya dari beberapa patogen virulen, baik
bakteri maupun jamur (Purwanto, 2008).
Menurut Susilawati, dkk (1992), pemanfaatan mikroba endofitik dalam
memproduksi senyawa aktif memiliki beberapa kelebihan, antara lain (1) lebih
cepat menghasilkan umbi dengan mutu yang seragam, (2) dapat diproduksi
dengan skala yang besar, (3) kemungkinan diperoleh komponen bioaktif baru
dengan memberikan kondisi yang berbeda.
Beberapa tahun terakhir ini penggalian sumber daya mikroba yang
terdapat pada jaringan tanaman mulai banyak mendapat perhatian. Mikroba
endofitik yang berasal dari rumput telah diaplikasikan untuk keperluan industri
dan pertanian, namun masih banyak mikrobia endofitik belum diketahui karakter
dan potensinya (Melliawati dkk, 2006).
Menurut Worang (2003), banyak kelompok fungi endofit yang mampu
memproduksi senyawa antibiotika yang aktif melawan bekteri maupun fungi

patogenik terhadap manusia, hewan dan tumbuhan, terutama dari genus
Coniothirum dan Microsphaeropsis. Isolat fungi endofit Xilaria sp juga memiliki
potensi yang besar dalam penelitian-penelitian industri farmasi maupun pertanian.
Strain Xilaria yang diisolasi dari tumbuhan epifit di Amerika Selatan dan
Meksiko dilaporkan dapat menghasilkan suatu senyawa antibiotika baru dari
kelompok sitokalasin.
Penggunaan zat kimia antijamur tidak efektif, karena kita harus
menjangkau semua tempat yang ditumbuhi kapang, dan setelah efek dari zat kimia
fungisida itu habis, maka pertahanan dari zat kimia tersebut juga habis. Oleh
karena itu untuk mengatasi serangan kapang, harus menggunakan sejenis makhluk
hidup juga, yang selama hidupnya ia membunuh kapang tersebut (Trubus, 2004).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa
dalam akar tanaman terdapat jamur endofit yang memiliki manfaat yang sangat
penting bagi tumbuhan. Simbiosis antara jamur endofit dengan akar tanaman
kentang dapat digunakan sebagai antijamur dan antibakteri. Latar belakang diatas
melandasi dilakukannya penelitian dengan judul Isolasi dan Identifikasi Jamur
Endofit dari Akar Tanaman Kentang Sebagai Anti Jamur Fusarium sp.,
Phytopthora infestans dan Anti Bakteri Ralstonia solanacearum.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah :
1. Jenis jamur endofit apa sajakah yang dapat diisolasi pada jaringan akar
tanaman kentang (Solanum tuberosum) ?

2. Apakah metabolit yang dihasilkan jamur endofit pada akar tanaman
kentang mempunyai kemampuan sebagai anti jamur terhadap jamur
Fusarium sp., Phytopthora infestans dan anti bakteri Ralstonia
solanacearum ?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui jenis jamur endofit yang dapat diisolasi pada jaringan akar
tanaman kentang (Solanum tuberosum).
2. Mengetahui kemampuan metabolit yang dihasilkan jamur endofit pada
akar tanaman kentang mempunyai kemampuan sebagai anti jamur
terhadap jamur Fusarium sp., Phytopthora infestans dan anti bakteri
Ralstonia solanacearum.

1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang melandasi penelitian ini adalah:
1. Terdapat beberapa jenis jamur endofit dari akar tanaman kentang yang
dapat ditemukan pada akar tanaman kentang.
2. Metabolit yang dihasilkan oleh jamur endofit dari akar tanaman kentang
mempunyai kemampuan dalam menghambat jamur Fusarium sp.,
Phytophthora infestans dan bakteri Ralstonia solanacearum.





1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengembangan ilmu pengetahuan mikrobiologi yang berkaitan dengan
daya antagonisme jamur endofit pada suatu tanaman.
2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat jamur
endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberrosum) sebagai anti
jamur dan anti bakteri.
3. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya dan
dapat berguna dalam mendukung pertanian kentang.

1.6 Batasan Masalah
1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kentang
varietas Granola vietnam yang diperoleh dari Desa Sumber Brantas
Kecamatan Bumiaji Kabupaten Malang.
2. Penelitian ini hanya meneliti tentang jamur endofit dari akar tanaman
kentang varietas Granola Vietnam.
3. Jamur endofit yang digunakan dalam penelitian ini diisolasi dari jaringan
akar tanaman kentang varietas Granola vietnam.
4. Jamur dan bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur
Fusarium sp. dan Phytopthora infestans dan bakteri Ralstonia
solanacearum.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kentang (Solanum tuberusum L)
2.1.1 Morfologi Tanaman Kentang
Kentang (Solanum tuberusum L.) termasuk kedalam jenis tanaman
sayuran berumuran pendek, dan berbentuk perdu atau semak. Tanaman budidaya
ini berumur pendek, yaitu sekitar 90-180 hari dan hanya sekali berproduksi dalam
satu masa pembudidayaannya (Samadi, 1997). Oleh karenanya dalam
pembudidayaannya diperlukan tanah yang sangat bagus dan agak gembur, hal ini
juga sangat penting dalam membantu dan menjaga keseimbangan ekosistem,
karena tanah merupakan media yang tidak dapat digantikan dalam menjaga
kualitas hasil dari kentang itu sendiri atau tanaman-tanaman lain. Oleh karena itu
Allah SWT, telah berfirman terhadap betapa pentingnya menghidupkan tanah,
dalam artian mengajak pada umat manusia dalam menjaga kesuburan tanah,
adapun surat yang menegaskan tentang hal tersebut adalah QS. Yaasin: 33:
O4C-474 N+= OO-
O4-^OE^- E4LuO4O^O
E4^Ou=4 O&u+R` lEO +Ou4R
4QU4C ^QQ

Artinya : Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah
bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari
padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan.


Batang tanaman kentang berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai
50-120 cm, dan tidak berkayu (tidak keras bila dipijat). Batang dan daun berwarna
hijau kemerah-merahan atau keunggu-ungguan. Bunganya berwarna kuning

keputihan atau unggu dan tumbuh diketiak daun teratas dan berjenis kelamin dua.
Benang sarinya berwarna kekuning-kuningan dan melingkari tangkai putik. Putik
ini biasanya lebih cepat masak (Setiadi dan Suryadi, 1997). Morfologi bunga
pada tanaman kentang dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini:

Gambar 2.1 : Bunga tanaman kentang
(Amaranthus, 2001)

Perakaran tanaman kentang berstruktur halus, berwarna keputih-putihan,
dapat menembus kedalaman tanah sampai 45 cm (Rukmana, 1997). Umbi
berfungsi menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan air. Ukuran, bentuk dan warna umbi kentang bermacam-
macam. Umbi kentang memiliki mata tunas untuk perkembangbiakan selanjutnya
(Setiadi dan Suryadi, 1997). Oleh karenanya, perlu di jaga kandungan tanah yang
digunakan sebagai tempat menanam kentang, kualitas tanah akan sangat
mempengaruhi hasil dan rasa kentang yang akan dihasilkan.

Adapun morfologi tanaman kentang dapat dilihat pada gambar 2.2 di
bawah ini:


Gambar 2.2. Tanaman Kentang (Amaranthus, 2001).

Semua bagian tanamannya mengandung racun solanin. Begitu pula
umbinya, yaitu ketika sedang memasuki masa bertunas. Namun, bila telah berusia
tua atau siap dipanen, racun ini akan berkurang bahkan bisa hilang, sehingga
aman untuk dikonsumsi (Setiadi dan Suryadi, 2007).

2.1.2 Klasifikasi
Menurut Rukmana (1997), klasifikasi tanaman kentang adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae

Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
Kultivar : Granola Vietnam

2.1.3 Syarat Tumbuh
Tanaman kentang tumbuh pada tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik dan drainase yang baik dengan pH 5-6,5. Jenis tanah
yang paling baik adalah andosol, namun baik pula tanaman lempung yang
mengandung pasir, seperti latosol, aluvial dan grumosol, bila diikuti dengan
pemberian pupuk organik dan pengapuran pupuk yang memadai, maka tanaman
kentang dapat tumbuh dengan baik (Rukmana, 1997).
Menurut Setiadi dan Fitria, (1993), faktor lingkungan yang dijadikan
syarat tumbuh tanaman kentang adalah :
1. Iklim
Sesuai dengan pembawaan serta sifat aslinya, tanaman kentang tumbuh
pada daerah berhawa dingin. Pada perkembangan selanjutnya, kentang
disebarluaskan kedaerah lain dan ternyata bisa tumbuh dan beradaptasi didaerah-
daerah beriklim sedang (subtropis). Kemudian, meluas lagi kedaerah tropis yang
memiliki dua musim, seperti Indonesia daerah-daerah garis khatulistiwa. Kentang
yang dapat tumbuh didaerah tropis tetap saja membutuhkan daerah yang berhawa
dingin atau sejuk. Suhu udara yang ideal untuk kentang berkisar antara 15-18C
pada malam hari dan 24-30 C pada siang hari (Setiadi dan Fitria, 1993).
Setiadi dan Fitria (1993), menyimpulkan bahwa kentang dapat tumbuh
subur ditempat yang cukup tinggi, seperti daerah pegunungan dengan ketinggian

sekitar 500 hingga 3000 meter dpl. Namun tempat yang ideal adalah berkisar
antara 1000-1300 m dpl. Kentang yang ditanam diketinggian kurang dari 1000 m
dpl biasanya kecil, seperti kentang yang ditanam di Batu yang hanya mempunyai
ketinggian sekitar 800 m dpl.
Curah hujan juga berpengaruh terhadap tanaman kentang. Curah hujan
yang tepat adalah bila besarnya kira-kira 1500 mm pertahun. Selain suhu,
ketinggian tempat dan curah hujan, angin ternyata juga berpengaruh terhadap
tanaman kentang. Angin terlalu kencang kurang baik bagi tumbuhan berumbi,
sebab dapat merusak tanaman, mempercepat penularan penyakit, dan faktor
penyebab bibit penyakit mudah menyebar (Setiadi dan Fitria, 1993).
2. Keadaan tanah
Tanah yang paling baik untuk kentang adalah tanah yang gembur atau
sedikit mengandung pasir,hal ini agar air mudah meresap dan mengandung humus
yang tinggi. Kelembaban tanah yang cocok untuk umbi kentang adalah 70%.
Kelembaban tanah yang lebih dari 70 % menyebabkan kentang mudah mengalami
busuk batang dan akar. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang sesuai untuk
kentang bervariasi, tergantung dari varietasnya. Misalnya kentang french fires
cocok ditanam ditanah dengan pH 7,0 sedangkan kentang lokal dapat tumbuh
baik pada pH 5,0-5,5 (Setiadi dan Fitria, 1993).

2.1.4 Kandungan Gizi Umbi Tanaman Kentang
Menurut Niederhauser (1993), sebagai bahan makanan umbi kentang
memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kentang mengandung karbohidrat, protein,
asam amino essensial dan vitamin yang lengkap. Perbandingan protein dan

karbohidrat pada tanaman kentang lebih tinggi daripada tanaman serealia maupun
tanaman umbi yang lainnya. Protein dalam kentang mengandung asam amino
yang seimbang sehingga sangat baik untuk kesehatan manusia. Selain itu
kandungan vitamin dalam kentang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman
lainnya seperti padi, gandum dan jagung.
Mengenai beberapa tanaman-tanaman yang ada dibumi ini Allah SWT
berfirman dalam QS Al-Baqarah : 61;
^OT4 +U~ E<Q4C T
4O^^ O>4N EC lR4
7vu1 E4 C+4O QO^C7 4L
4 eT:> OO- TR`
ETU^4 E*.EVR~4 ER`Q4
O&wE4N4 ETU=44 W 4~
HQ7Rl4-O OR~-.- 4Q-
E+u1 OR~-.T 4Q- NOOE=
W-Q7CTlu-- -6OR` ET : E`
+^Ec ^e4TOl4 OT^1U4
7-.mO- O4L:OE^-4
+7.44 U_4T R)` *.-
ElRO ^^T W-Q+^~
HNO'4C Re4C4*T *.-
HQU+-^4C4 =T1TE4- TOO4T
--EC^- ElRO ER W-Q=4N
W-Q+^E H4u4C ^R
Artinya: Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak bisa sabar
(tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah
untuk Kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari
apa yang ditumbuhkan bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya,
bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa
berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti
yang lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh
apa yang kamu minta". lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan
kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu
(terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan
membunuh Para Nabi yang memang tidak dibenarkan. demikian itu
(terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.
(QS Al-Baqarah : 61)

Ayat diatas menjelaskan tentang macam-macam tumbuhan sayur,

diantaranya adalah ketimun, bawang putih, bawang merah, dan kacang adasnya.
Kentang meskipun tidak disebutkan pada ayat tersebut, merupakan salah satu
tanaman sayuran yang banyak diminati dan dimanfaatkan di Indonesia. Setiap
tanaman dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi memiliki keutamaan sendiri-
sendiri dan pastinya mengandung manfaat bagi makhluk hidup yang lain terutama
manusia yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan segala potensi yang ada
di dunia ini. Manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dengan dibekali akal
sebagai salah satu sabjek dan media berfikir tentunya juga memiliki keutamaan-
keutamaan yang dapat membantu manusia berfikir akan ciptaan-ciptaan Allah
SWT.
Tanaman kentang yang merupakan obyek dari penelitian ini, disamping
jamur sebagai satu kesatuan dalam riset, merupakan salah satu dari jenis tanaman
yang banyak memberikan manfaat bagi manusia. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam Q.S. As-Syuaraa ayat 7-8 menegaskan:
4 W-u4O4C OT ^O-
E4u-4^ O&OR TR` "7 uEe
CO ^_ ET OT ElRO LO4CE W
4`4 4~ -+O4^ 4-RLR`uG` ^l

Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya
kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu
tanda kekuasaan Allah dan kebanyakan mereka tidak beriman. (QS.
Asy-Syuaraa: 7-8).

Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang
diciptakan oleh Allah, mengandung makna dan hikmah dibalik semuanya. Seperti
yang dikemukakan oleh Asy-Shiddieqy bahwa dalam penciptaan tumbuh-
tumbuhan terdapat suatu pelajaran yang menunjukkan kepada hal-hal yang wajib

kita imani (Shiddieqy, 2000).

Hal ini bisa kita rujuk kepada umbi kentang dimana kentang ternyata
memiliki kandungan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Umbi kentang juga
tidak mengandung lemak dan kolestrol, namun mengandung karbohidrat, sodium,
serat diet, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi, di samping juga
vitamin B6 yang cukup tinggi dibandingkan dengan beras. Dengan hasil temuan
riset ini menunjukkan bahwa Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya
dengan perencanaan yang luar bisa.
Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan umbi kentang dikenal
sebagai bahan pangan yang dapat menggantikan bahan pangan penghasil
karbohidrat lain seperti beras, gandum, dan jagung. Tanaman kentang juga dapat
meningkatkan pendapatan petani serta produknya merupakan komoditas nonmigas
dan bahan baku industri prosesing. Selain itu, umbi kentang lebih tahan lama
disimpan dibandingkan dengan sayuran lainnya (Rusiman, 2008).

2.1.5 Penyakit Pada Kentang
Menurut Prabowo (2007), penyakit yang sering menyerang tanaman
kentang adalah sebagai berikut:
1. Penyakit Busuk daun
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytopthora infestans, pada mulanya
jamur ini timbul sebagai bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan
agak basah hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan

bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan kemudian
daun membusuk atau mati.
2. Penyakit layu bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacerum, bakteri ini
mula-mula menyerang daun muda pada pucuk tanaman layu dan tua dan
daun bagian bawah menguning.
3. Penyakit busuk umbi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colleotrichum coccodes. Gejalanya
daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman
yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi
akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk.
4. Penyakit Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Gejala yang timbul
adalah busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga
menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-
luka yang disebabkan nematoda atau faktor mekanis.

2.2 Jamur Endofit
2.2.1 Deskripsi Jamur Endofit
Jamur endofit adalah Jamur yang terdapat di dalam sistem jaringan
tumbuhan, seperti daun, bunga, ranting ataupun akar tumbuhan. Jamur
menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan
mikotoksin, enzim serta antibiotika (Tombe, 2008). Purwanto (2008)
menyebutkan bahwa endofit merupakan mikroorganisme yang sebagian atau

seluruh hidupnya berada di dalam jaringan hidup tanaman inang.
Setiap tanaman tingkat tinggi umumnya mengandung beberapa mikroba
endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang
diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik (genetic recombination) dari
tanaman inangnya ke dalam mikroba endofit. Kemampuan mikroba endofit
memproduksi senyawa metabolit sekunder sesuai dengan tanaman inangnya
merupakan peluang yang sangat besar untuk memproduksi metabolit sekunder
dari mikroba endofit yang diisolasi dari tanaman inangnya tersebut. Dari sekitar
300.000 jenis tanaman yang tersebar di muka bumi ini, masing-masing tanaman
mengandung satu atau lebih mikroba endofit (Radji, 2005).
Jamur endofit hidup bersimbiosis mutualisme, dalam hal ini jamur endofit
mendapatkan nutrisi dari hasil metabolisme tanaman dan memproteksi tanaman
melawan herbivora, serangga, atau jaringan yang patogen, sedangkan tanaman
mendapatkan derivat nutrisi dan senyawa aktif yang diperlukan selama hidupnya
(Simarmata dkk, 2007).
Menurut Worang (2003), Asosiasi Jamur endofit dengan tumbuhan
inangnya dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu mutualisme konstitutif
dan induktif. Mutualisme konstitutif merupakan asosiasi yang erat antara Jamur
dengan tumbuhan terutama rumput-rumputan. Pada kelompok ini Jamur endofit
menginfeksi ovula (benih) inang, dan penyebarannya melalui benih serta organ
penyerbukan inang. Mutualisme induktif adalah asosiasi antara Jamur dengan
tumbuhan inang, yang penyebarannya terjadi secara bebas melalui air dan udara.
Ditinjau dari sisi taksonomi dan ekologi, Jamur ini merupakan organisme yang

sangat heterogen.

Purwanto (2000), menambahkan bahwasannya mikroorganisme endofit
akan mengeluarkan suatu metabolit sekunder yang merupakan senyawa antibiotik
itu sendiri. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang disintesis oleh suatu
mikroba, tidak untuk memenuhi kebutuhan primernya (tumbuh dan berkembang)
melainkan untuk mempertahankan eksistensinya dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme endofit
merupakan senyawa antibiotik yang mampu melindungi tanaman dari serangan
hama insekta, mikroba patogen, atau hewan pemangsanya, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai agen biokontrol.

2.2.2 Manfaat Jamur Endofit
Menurut Talib (2009), berbagai jenis endofit telah berhasil diisolasi dari
tanaman inangnya, dan telah berhasil dibiakkan dalam media perbenihan yang
sesuai. Demikian pula metabolit sekunder yang diproduksi oleh mikroba endofit
tersebut telah berhasil diisolasi dan dimurnikan serta telah dielusidasi struktur
molekulnya.
a. Mikroorganisme Penghasil Antibiotika dan Anti Malaria
1. Mikroba endofit yang menghasilkan antibiotika Cryptocandin adalah anti-
Jamur yang dihasilkan oleh mikroba endofit Cryptosporiopsis quercina
yang berhasil diisolasi dari tanaman obat Tripterigeum wilfordii, dan
berhasiat sebagai antijamur yang patogen terhadap manusia yaitu Candida
albicans dan Trichopyton spp.

2. Mikroba endofit penghasil zat anti malaria Colletotrichum sp. merupakan
endofit yang diisolasi dari tanaman Artemisia annua, menghasilkan
metabolit artemisinin yang sangat potensial sebagai anti malaria.
Disamping itu beberapa mikroba endofit yang diisolasi dari tanaman
Cinchona spp. juga mampu menghasilkan alkaloid cinchona yang dapat
dikembangkan sebagai sumber bahan baku obat anti malaria (Talib, 2009).
b. Mikroba Penghasil Anti Virus dan Kanker
1. Mikroba endofit yang memproduksi anti virus Jamur endofit Cytonaema
sp. dapat menghasilkan metabolit cytonic acid A dan B yang struktur
molekulnya merupakan isomer p-tridepside, berhasiat sebagai anti virus.
Cytonic acid A dan B ini merupakan protease inhibitor dan dapat
menghambat pertumbuhan cytomegalovirus manusia (Talib, 2009).
2. Mikroba endofit yang menghasilkan metabolit sebagai anti kanker
Paclitaxel dan derivatnya merupakan zat yang berhasiat sebagai anti
kanker yang pertama kali ditemukan yang diproduksi oleh mikroba
endofit. Paclitaxel merupakan senyawa diterpenoid yang didapatkan dalam
tanaman Txus. Senyawa yang dapat mempengaruhi molekul tubulin dalam
proses pembelahan sel-sel kanker ini, umumnya diproduksi oleh endofit
Pestalotiopsis microspora, yang diislasi dari tanaman Taxus andreanae, T.
brevifolia dan T. wallichiana. Saat ini beberapa jenis endofit lainnya telah
dapat diisolasi dari berbagai jenis Taxus dan didapatkan berbagai senyawa
yang berhasiat sebagai anti tumor (Talib, 2009).

3. Endofit yang memproduksi antioksidan Pestacin dan isopestacin
merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh endofit P. microspora.
Endofit ini berhasil diisolasi dari tanaman Terminalia morobensis, yang
tumbuh di Papua New Guinea (Talib, 2009).
4. Endofit yang menghasilkan metabolit yang berhasiat sebagai anti diabetes
Endofit Pseudomassria sp yang diisolasi dari hutan lindung, menghasilkan
metabolit sekunder yang bekerja seperti insulin. Senyawa ini sangat
menjanjikan sebagaimana insulin, senyawa ini tidak rusak jika diberikan
peroral. Dalam uji praklinik terhadap binatang coba membuktikan bahwa
aktivitasnya sangat baik dalam menurunkan glukosa darah tikus yang
diabetes. Hasil tersebut diperkirakan dapat menjadi awal dari era terapi
baru untuk mengatasi diabetes dimasa mendatang (Talib, 2009).
5. Endofit yang memproduksi senyawa imunosupresif. Imunosupresif
merupakan obat yang digunakan untuk pasien yang akan dilakukan
tindakan transplantasi organ. Selain itu imunosupresif juga dapat
digunakan untuk mengatasi penyakit autoimum seperti rematoid artritis
dan insulin dependent diabetes. Senyawa subglutinol A dan B yang
dihasilkan oleh endofit Fusarium subglutinans yang diisolasi dari tanaman
T. wilfordii, merupakan senyawa imunosupresif yang sangat potensial
(Talib, 2009).
Koloni mikrorganisme endofit hidupnya bersifat mikrohabitat dan
merupakan sumber metabolit sekunder yang berguna dalam bioteknologi,
pertanian, dan farmasi . Beberapa endofit memproduksi senyawa antibiotik dalam

kultur yang aktif berpengaruh terhadap bakteri patogen pada manusia, hewan, dan
tanaman. Mikroorganisme xylotropik merupakan kelompok jamur hidup
berasosiasi dengan organ tanaman berkayu, yang juga merupakan produk yang
baik dalam menghasilkan metabolit yang berguna (Purwanto, 2008).

2.3 Bakteri Ralstonia solanacearum
2.3.1 Deskripsi Bakteri Ralstonia solanacearum
Rendahnya produksi kentang di Indonesia terutama disebabkan oleh
iklim yang kurang mendukung, penggunaan bibit yang mutunya rendah, serta
gangguan hama dan penyakit. Salah satu penyakit penting pada kentang adalah
layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia (Pseudomonas) solanacearum.
Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh R. solanacearum pada kentang sampai
saat ini masih menjadi kendala dalam produksi kentang. Berbagai rekomendasi
upaya pengendalian penyakit ini belum memberikan hasil yang optimal.
Penggunaan tanaman tahan merupakan faktor yang sangat penting untuk
mengendalikan penyakit tanaman (Samanhudi, 2009).
Ralstonia solanacearum adalah bakteri aerobik, berbentuk batang,
berukuran (0,5 1,0 x 1,5 2,5) m, gram negatif, bergerak dengan satu flagel
yang terletak diujung sel. Umumnya isolat yang virulen memiliki flagella
sedangkan isolat non virulen flagelnya panjang. Bakteri ini diketahui mempunyai
banyak ras yang berbeda virulensinya. Ras 1 menyerang terong-terongan dan
tanaman lain, seperti tomat, tembakau, dan kacang tanah. Ras 2 menyerang pisang
dan Heliconia. Ras 3 khususnya menyerang tanaman kentang (Wijiyono, 2009).
Wijiono (2009) menjelaskan bahwa bakteri ini mempunyai generasi

waktu yang sangat pendek pada keadaan optimal < 20 menit. Selama
pertumbuhan, bakteri dalam media cair akan membentuk suspensi yang keruh
sedangkan pada media padat akan membentuk koloni yang bervariasi bergantung
pada jenisnya. Strain virulen dengan koloni berlendir atau fluidal yang kemudian
berubah menjadi tidak virulen dengan koloni yang berbintik kecil-kecil,
perbedaan bentuk koloni dengan derajat virulensinya dihubungkan dengan
produksi cairan yang mengandung polisakarida. Pembentukan pigmen seringkali
dihasilkan dalam media yang mengandung tirosin.
Penyakit ini menyebar melalui bahan tanaman, dan menyerang tanaman
muda sampai tanaman berproduksi. Kondisi lingkungan yang cocok untuk
perkembangan penyakit dapat mendorong penyakit berkembang secara pesat.
Ditambah lagi petani belum melakukan pengelolaan penyakit secara benar, seperti
menggunakan setek nilam sebagai bibit dari kebun yang terinfeksi penyakit layu
bakteri, membiarkan sisa sisa tanaman sakit, dan tidak melakukan pemupukan
sehingga dapat memacu perkembangan penyakit layu bakteri (Nasrun dan
Nuryani, 2004).
Wijiono (2009), juga menambahkan bahwasannya gejala awal adalah
tanaman mulai layu dan kemudian menjalar ke daun bagian bawah setelah itu
gejala yang lebih lanjut : seluruh tanaman layu, daun menguning sampai coklat
kehitam-hitaman, dan akhirnya tanaman mati. Serangan pada umbi menimbulkan
gejala dari luar tampak bercak-bercak kehitam-hitaman, terdapat lelehan putih
keruh (massa bakteri) yang keluar dari mata tunas atau ujung stolon (Wijiono,
2009).





2.3.2 Klasifikasi Bakteri Ralstonia solanacearum
Klasifikasi dari bakteri Ralstonia solanacearum adalah sebagai berikut:
Kingdom : Prokariotik
Divisio : Gracilicutes
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Ralstonia
Spesies : Ralstonia solanacearum
Sinonim : Peseudomonas solanacearum (Wijiono, 2009).

2.3.3 Mekanisme Kerusakan pada Tanaman Kentang
Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum
merupakan salah satu penyakit tanaman paling berbahaya yang tersebar luas di
daerah tropika dan sub tropika dan banyak menyerang tanaman pertanian di
antaranya tomat, kacang tanah, pisang, kentang, tembakau dan suku Solanaceae
lainnya (Nasrun, dkk 2007).
Beberapa mekanisme kerusakan ekstraseluler polisakarida sebagai
penyebab layu antara lain: penyebaran patogen dalam xylem, pembentukan
senyawa ekstraseluler polisakarida hanya pada isolat yang virulen dan pemberian
dengan senyawa metabolit dari patogen pada tanaman. Aspek-aspek penyebab
layu adalah: pengaliran terbatas dan transportasi air ke daun menjadi terhambat,

viskositas cairan dalam jaringan pembuluh meningkat, terjadi penyumbatan
terhadap transport air, bagian yang paling kritis adalah tangkai dan tulang daun,
terjadinya kerusakan pada membran luar dan membran dalam dalam sel dan
keluarnya elektrolit dari dalam sel (Wijiono, 2009).

2.3.4 Gejala Serangan Ralstonia solanacearum
Gejala awal terlihat daun layu pada salah satu daun pucuk dan diikuti
dengan daun bagian bawah. Setelah terlihat gejala lanjut dengan intensitas
penyakit di atas 50%, tanaman akan mengalami kematian dalam waktu 7-25 hari.
Pada gejala serangan selanjutnya terjadi pembusukkan akar dan pangkal batang
dengan terlihat adanya massa bakteri berwarna kuning keputihan seperti susu dan
ini merupakan ciri khas dari serangan patogen penyebab penyakit layu bakteri
(Nasrun dkk, 2007). Adapun gejala serangan Ralstonia solanacaerum dapat
dilihat pada gambar 2.3 berikut ini.






Gambar 2.3: Daun kentang terinfeksi bakteri Ralstonia
solanacearum (Thurston, 2009).

Sedangkan pada umbinya yang terifeksi bakteri Ralstonia solanacearum
bisa dilihat pada gambar 2.4 sebagai berikut:









Gambar 2.4: Umbi kentang terinfeksi bakteri Ralstonia
solanacearum (Thurston, 2009)

Serangan pertama kali biasanya pada tanaman umur 6 minggu. Daun layu
mulai dari pucuk sampai ke bagian bawah. Apabila batang, cabang, pangkal
batang dibelah, terlihat warna cokelat kehitaman dan busuk. Bila dicelup dalam
air bening 5 menit kemudian akan keluar cairan eksudat seperti lendir berwarna
putih. Serangan bakteri ini sering menular lewat air yang tercemar (Sunoto, 2008).
2.4 Jamur Fusarium sp
2.4.1 Deskripsi Jamur Fusarium sp
Jamur Fusarium sp. merupakan jamur yang tersebar luas baik pada
tanaman maupun dalam tanah. Beberapa spesies dari jamur ini dapat
memproduksi mycotoxin dalam biji-bijian yang dapat mempengaruhi kesehatan
manusia dan hewan jika memasuki rantai makanan. Toksin utama yang diproduksi
oleh jamur ini adalah fumonisin dan trichothecenes). Jamur Fusarium ini juga
dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, yang disebut sebagai penyakit layu
fusarium. Penyakit layu fusarium adalah penyakit sistemik yang menyerang

tanaman mulai dari perakaran sampai titik tumbuh (Febby, 2008).

Ciri-ciri dari Fusarium sp memiliki konidia hyaline yang terdiri dari dua
jenis yaitu makrokonidia berbentuk sabit, umumnya bersekat tiga, berukuran 30
40 x 4,55,5 m, mikrokonidia bercel-1, berbentuk bulat telur atau lonjong,
terbentuk secara tunggal atau berangkai-rangkai, membentuk massa yang
berwarna putih atau merah jambu, seperti yang terlihat pada gambar 2.5 dibawah
ini:

Gambar 2.5 : Foto Mikroskopis Jamur Fusarium oxysporum; A-B foto
mikroskopis makrokonidia; C-D foto mikroskopis mikrokonidia,
skala garis 25 m; EF mikrokonidia pada miselium, skala garis 50
m. (Sumber: Leslie and Summerell, 2006)


2.4.2 Klasifikasi
Menurut Anaf (2009), klasifikasi dari cendawan ini adalah sebagai berikut:
Kindom : Fungi
Divisi : Eumycota
SubDivisi : Deuteromycotina

Kelas : Hypomycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium spp

2.4.3 Mekanisme Kerusakan pada Kentang
Penyakit layu fusarium ini ditandai dengan daun menguning, daun
terpelintir dan pangkal batang membusuk. Asam fusarat yang dihasilkan oleh
Fusarium sp. merupakan racun yang larut dalam air. Toksin ini mengganggu
permeabilitas membran dan akhirnya mempengaruhi aliran air pada tanaman.
Adanya hambatan pergerakan air dalam tubuh tanaman menyebabkan terjadinya
layu patologis yang tidak bisa balik (irreversibel) yang berakibat kematian
tanaman seperti kasus-kasus penyakit layu pada kentang dan tomat yang
disebabkan oleh Fusarium sp (Febby, 2008).
Adapun gambar umbi kentang yang terkena jamur Fusarium sp dapat
dilihat pada gambar 2.6 berikut ini:



Gambar 2.6: Umbi Kentang yang terkena Fusarium sp
(Thurston, 2009)

Biasanya penyakit ini muncul sejak masa pembibitan karena umbi kentang
yang dijadikan bibit telah terserang penyakit. Patogen masuk ke dalam umbi
melalui luka atau jaringan yang lemah di sekeliling tunas. Penyebab penyakit ini
umum terdapat dalam tanah yang ditanami kentang. Infeksi terjadi melalui luka
yang terdapat pada kulit umbi kentang, misalnya melalui luka-luka yang terjadi
secara mekanis selama panenan dan sortasi, karena serangga, nematoda, jamur,
dan juga luka-luka karena terbakar matahari (sun scorch). Tetapi jamur Fusarium
juga dapat menginfeksi pada umbi yang utuh melalui lentisel. Penularan terjadi
karena adanya kontak antara umbi yang sehat dengan umbi yang sakit atau dengan
perantaraan konidium jamur (Anaf, 2009).
Daur hidup jamur Fusarium sp pada tanaman kentang dapat dilihat pada
gambar 2.7 berikut ini:


Gambar 2.7. Siklus Fusarium sp (www.fusarium lifecycle.com)
Selain dikenal sebagai jamur parasit dan juga jamur saprofit aktif, jamur
Fusarium oxysporium ini juga mempunyai kemampuan hidup pada bahan organik
mati, berupa pupuk kandang, yang umum digunakan sebagai pupuk dasar
penananam jahe di semua lokasi. Adanya pupuk kandang akan membantu
tersedianya sumber nutrisi bagi jamur di dalam tanah. Selain itu, ketersediaan
bahan organik di dalam tanah akan mendukung sebaran dan pencaran jamur
(Damayanti, 2009).
2.5 Jamur Phytophthora infestans
2.5.1 Deskripsi jamur Phytophthora infestans
Pada Phytophthora infestans memiliki ciri-ciri yaitu miselliumnya yang
tidak bersekatsekat. Warna misellium putih, jika tua mungkin agak coklat
kekuningkuningan; kebanyakan sporangium berwarna kehitam hitaman.
Hifanya berkembang sempurna. Phytopthora memiliki sporangium yang

berbentuk bulat telur. Phytophthora infestans memproduksi spora aseksual yang
disebut sporangia (Istiarini, 2009). Sedangkan gambar morfologi jamur
Phytophthora infestans dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut ini :

Gambar 2.8: Morfologi Phytophthora infestan (Istiarini, 2009)
2.5.2 Klasifikasi Phytophthora infestans
Menurut Anaf (2009), klasifikasi cendawan Phytophthora infestans adalah
Kingdom : Stramenopiles
Divisio : Eumycota
Kelas : Oomycetes
Ordo : Peronosporales
Famili : Pythiaceae
Genus : Phytophthora
Spesies : Phytophthora infestans.

2.5.3 Gejala Penyakit Phytophthora infestans
Gelaja awalnya tampak berupa bercak-bercak hijau kelabu pada permukaan
bawah daun, kemudian berubah menjadi coklat tua. Semula serangannya hanya

terjadi pada daun-daun bawah, lambat laun merambat ke atas dan menjarah daun-
daun yang lebih muda. Bila udara kering, jaringan yang sakit menjadi mengkerut,
melengkung, dan memutar. Jika udara lembab, akibatnya akan semakin parah,
jaringan daun akan segera membusuk dan tanaman mati ( Trubus, 2004).
Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.9 tentang daun kentang yang terinfeksi
Phytophthora infestans.

Gambar 2.9: Daun Kentang terinfeksi Phytophthora infestans
(Thurston, 2009)

Daun yang terserang penyakit Phytophthora infestans memiliki ciri-ciri
bercak nekrotik pada tepi dan ujungnya. Jika suhu tidak terlalu rendah dan
kelembaban cukup tinggi, bercak-bercak tadi akan meluas dengan cepat dan
mematikan seluruh daun. Bahkan kalau cuaca sedemikian berlangsung lama,
seluruh bagian tanaman di atas akan mati. Dalam cuaca yang kering jumlah
bercak terbatas, segera mengering dan tidak meluas. Umumnya gejala baru
tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan, meskipun kadang-kadang
sudah terlihat pada tanaman yang berumur 3 minggu (Anaf, 2009).
Gejala penyakit yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans cepat
sekali menjalar ke seluruh areal kentang dan membuat tanaman tersebut mati,

terlebih lagi bila musim hujan tiba. Percikan air akan mengantar spora jamur
Phytophthora infestans untuk menyebar pada umbi kentang, sehingga
menyebabkan umbi kentang terinfeksi jamur Phytophthora infestans dan kulit
umbi menjadi melekuk dan agak berair. Bila umbi dibelah, daging umbi berwarna
cokelat dan busuk (Trubus, 2004).
Gejala penyakit pada kentang yang disebabkan oleh jamur Phytophthora
infestans tersebut diatas dapat dilihat pada gambar 2. 10 di bawah ini:

Gambar 2. 10 : Kentang terifeksi Phytophthora infestans
(Thurston, 2009)
Sedangkan menurut pendapat Anaf (2009), jamur Phytophthora infestans
dapat menyerang umbi, jika keadaan baik bagi pertumbuhannya pada umbi terjadi
bercak yang agak mengendap, berwarna coklat atau hitam ungu, yang masuk
sampai 3-6 mm ke dalam umbi. Bagian yang terserang ini tidak menjadi lunak.
Bagian yang busuk kering tadi dapat terbatas sebagai bercak-bercak kecil, tetapi
juga dapat meliputi suatu bagian yang luas pada satu umbi. Gejala ini dapat
tampak pada waktu umbi digali, tetapi sering tampak jelas setelah umbi disimpan.

2.5.4 Perkembangbiakan Phytophthora infestans
Pada umumnya, Phytophthora infestans ini berkembangbiak secara
aseksual. Cara ini dilakukan tanpa penggabungan sel kelamin betina dan sel

kelamin jantan, tetapi dengan pembentukan spora yaitu zoospora yang terdiri dari
masa protoplasma yang mempunyai bulu bulu halus yang bisa bergetar dan
disebut cilia, tetapi dapat juga berkembangbiak secara seksual dengan oospora,
yaitu penggabugan dari gamet betina besar dan pasif dengan gamet jantan kecil
tapi aktif (Istiarini, 2009).
Gambar Dibawah ini merupakan daur hidup dari jamur Phytophthora
infestans pada tanaman kentang adalah sebagai berikut:

Gambar: 2.11 Daur Hidup Phytophthora Infestans (www. Phytophthora
Infestans.com).

Daur hidup dimulai saat sporangium terbawa oleh angin. Jika jatuh pada
setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora
kembara (zoospora), yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang
mengadakan infeksi. Ini terjadi ketika berada dalam kondisi basah dan dingin
yang disebut dengan perkecambahan tidak langsung. Spora ini akan berenang
sampai menemukan tempat inangnya. Ketika keadaan lebih panas, P. infestan
akan menginfeksi tanaman dengan perkecambahan langsung, yaitu germ tube
yang terbentuk dari sporangium akan menembus jaringan inang yang akan
membiarkan parasit tersebut untuk memperoleh nutrient dari tubuh inangnya

(Istiarini, 2009).


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian
eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang
(Solanum tuberosum) yang diperoleh dari Desa Sumberbrantas Batu Malang
sedangkan eksperimen dengan menguji isolat jamur endofit terhadap bakteri
Ralstonia (Pseudomonas) solanacearum dan jamur Fusarium sp, Phytopthora
infestans. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan.
Jenis isolat jamur endofit diantaranya adalah sebagai berikut:
1A = Penicillium sp
2A = Aspergillus sp
3C = Homiscium sp
Penentuan ulangan perlakuan menggunakan rumus Hanafiah (1993)
yaitu:
(t-1)(r-1) 15 Keterangan : t = treatment / perlakuan = 9
r = replikasi / ulangan
Dengan demikian berdasarkan rumus tersebut, perlakuan dalam penelitian ini
masing-masing dilakukan dalam 3 kali ulangan, sehingga secara keseluruhan
manghasilkan 9 perlakuan dengan 3 kali ulangan.


Tabel 3.1 Diameter zona hambat yang dihasilkan jamur endofit terhadap jamur uji
JAMUR
ENDOFIT
Jamur Uji
U1 U2 U3
1A 1A U1 1A U2 1A U3
2A 2A U1 2A U2 2A U3
3C 3C U1 3C U2 3C U3

Keterangan :
U1= Ulangan 1
U2= Ulangan 2
U3= Ulangan 3


3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai April 2010
dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat jamur
endofit yang ditumbuhkan pada medium PDA (Potato Destroce Agar) yang terdiri
dari isolat 1A, 2A dan 3C dengan 3 kali ulangan.

3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini merupakan variabel yang dapat diukur
yaitu zona hambat terhadap bakteri Ralstonia solanacearum, jamur Fusarium sp,
Phytopthora infestans yang diletakkan pada cawan petri dan ditambahkan dengan
suspensi jamur endofit dengan beberapa spesies.

3.4 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar flow cabinet,
autoclave, oven, cawan petri, jarum ose, bunsen , pengaduk kaca, entkas, pinset,
kertas saring, incubator aluminium voil, mikroskop, cover glass, gelas obyek,
gelas ukur, tabung reaksi, pipet volume, laminar, erlenmeyer, penggaris, shaker
incubator, sentri fugasi, timbangan analitik, silet, dan plastik wrap.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan bakteri
Ralstonia solanacearum, jamur Fusariumsp, Phytopthora infestans. Jamur endofit
yang diisolasi dari akar tanaman kentang varietas Granola vietnam yang sehat,
medium PDA (Potato Dextroce Agar), PDAS (Potato dextrose Agar
Streptomysin), PDB (Potato Dextose Broth), NA (Nutrien Agar), larutan NaOCl
(Sodium Hipoklorit) 1%, Aquades steril, spirtus, kapas, alkohol 70%, kertas
cakram, tissue.

3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Sebelum penelitian dimulai terlebih dahulu menyeterilkan alat dan bahan,
untuk alat-alat gelas dan cawan petri dicuci terlebih dahulu kemudian dikeringkan.
Alat-alat dan bahan kemudian dibungkus dan memasukkannya ke dalam autoklaf
pada suhu 121 C dengan tekanan 15 psi (per square inchi) selama 15 menit.

3.5.2 Penyiapan Media
3.5.2.1 Penyiapan Media PDA (Potato Destroce Agar)
Ditimbang PDA sebanyak 19,5 g, kemudian ditambahkan sebanyak 500

ml akuades pada media PDA. Setelah itu PDA dipanaskan setelah ditambahkan
dengan akuades hingga mendidih. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi
(10 buah), masing-masing 10 ml dan ditutup dengan kapas.

3.5.2.2 Penyiapan Media PDAS (Potato dextrose Agar Streptomysin)
Ditimbang PDA sebanyak 39 g, kemudian ditambahkan sebanyak 1000 ml
akuades pada media PDA dan streptomysin 1 gram. Setelah itu PDA panaskan
setelah ditambahkan dengan akuades hingga mendidih. Kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi (10 buah), masing-masing 10 ml dan ditutup dengan kapas.
3.5.2.3 Penyiapan Media PDB (Potato Dextose Broth), cara pembuatannya
adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan bahan yang terdiri dari kentang 0,5 kg, dekstrosa 10 gram dan
aquades steril 500 ml.
2. Dimasukkan semua bahan tersebut kedalam labu erlemeyer kemudian
dipanaskan dan diaduk sampai homogen.
3. Dituangkan larutan PDB tersebut kedalam tabung reaksi masing-masing
sebanyak 10 ml dan menutupnya dengan kapas,
4. Kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu
121 C dengan tekanan 15 psi.
5. Disimpan media tersebut selama 24 jam pada suhu kamar sebelum
digunakan.
3.5.2.4 Penyiapan Media NA (Nutrien Agar)
Ditimbang NA sebanyak 19,5 g, kemudian ditambahkan sebanyak 500 ml
akuades pada media NA. Setelah itu dipanaskan NA yang telah ditambahkan

dengan akuades hingga mendidih. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi
(10 buah), masing-masing 10 ml dan ditutup dengan dengan kapas.

3.5.3 Penyiapan Isolasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentang
Jamur endofit diisolasi dari tanaman kentang ( Solanum tuberosum) sehat
yang diambil dari akarnya. Kemudian akar tersebut dicuci dengan menggunakan
air mengalir selama 5 menit setelah itu dipotong 1 cm . Setelah itu dilakukan
sterilisasi permukaannya dengan memasukkannya ke dalam larutan alkohol 70%
selama 1 menit dan dilanjutkan ke dalam larutan NaOCl 1 % selama 5 menit
kemudian dikeringkan dengan tissue steril, selanjutnya akar tersebut dibilas
dengan aquades steril 1 menit diulang 2 kali, lalu ditempelkan di atas cawan
petri berisi media PDAS, perlakuan ini berfungsi sebagai kontrol. Kemudian pada
akar yang lain (akar ke-2) dilakukan perlakuan dengan cara membelah akar
tanaman tersebut dan meletakkanya pada posisi tertelungkup. Cawan petri yang
sudah mengandung sampel tanaman kemudian diinkubasi dalam inkubator pada
suhu kamar selama 2- 4 hari sampai tampak jamur yang tumbuh. Kemudian jamur
endofit yang digunakan untuk penelitian adalah jamur yang tumbuh pada belahan
akar bagian dalam (Simarmata, 2007).
3.5.4 Penyiapan Pemurnian Jamur Endofit
Penyiapan pemurnian jamur endofit dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Disiapkan cawan petri yang telah ditumbuhkan jamur endofit pada
medium PDAS.
2. Kemudian diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu kamar 25 C.

3. Kemudian diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri makroskopis dengan melihat
bentuk dan warna koloni jamur endofit.
4. Koloni yang terpisah dan tumbuh dengan baik selanjutnya dipilih dan
ditanam kembali pada PDA yang baru.
5. Sedangkan pengamatan secara mikroskopis dengan menggunakan
mikroskop binokuler.
Pembuatan preparat untuk pengamatan yang menggunakan mikroskop
binokkuler adalah sebagau berikut:
1. Media agar diambil dari cawan petri dengan menggunakan jarum ose.
2. Potongan media tersebut diletakkan di atas objek glass.
3. Konidia atau spora dari biakan murni jamur diambil dengan jarum ose.
4. Inokulum jamur diletakkan di atas potongan media pada objek glass.
5. Objek glass ditutup dengan cover glass kemudian ditekan secara perlahan.
6. Morfologi jamur (bentuk dan ukuran hifa, konidia, spora) yang terbentuk
diamati dengan menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran
400x, kemudian preparat jamur diidentifikasi dengan menggunakan buku
identifikasi jamur karangan Barnett (1972).

3.5.5 Seleksi Jamur Endofit Penghasil Metabolit Antifungi dan Antibakteri
a. Produktivitas Metabolit Antifungi
Produksi metabolit antifungi yang dihasilkan oleh jamur endofit dilakukan
dengan cara menumbuhkannya di dalam medium PDB. Koloni jamur endofit yang
telah diinkubasi pada medium PDA selama 24 jam pada suhu 25 C, diambil satu
sengkelit dengan menggunakan jarum ose dan diinokulasi ke medium PDB cair

dalam tabung reaksi 10 ml. Kemudian diinkubasi pada suhu 25 C menggunakan
shaker incubator 130 rpm selama 48 jam. Setelah selesai masing-masing medium
disentrifugasi dengan kecepatan 2000 g pada suhu 4 C selama 20 menit.
Supernatan diambil dan dipergunakan dalam pengujian antifungi terhadap jamur
Fusarium sp dan Phytophora infestans.

b. Uji Antifungi (Jamur Fusarium sp dan Phytophora infestans.)
Medium yang digunakan untuk uji antifungi yaitu medium PDA. Uji
aktivitas antifungi metabolit jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp dan
Phytophora infestans dilakukan dengan metode uji Kirby-Bauer menggunakan
kertas cakram. Kertas cakram dibuat dari kertas kertas saring Whatman dan
membuat bulat dengan alat pelubang jertas sehingga didapatkan kertas cakram
dengan diameter 6 mm.
Secara aseptik, kertas cakram yang sudah disterilkan direndam supernatan
kultur jamur endofit selama 30 menit. Kertas cakram diambil dengan
menggunakan pinset steril dan diletakkan di atas medium uji aktivitas antifungi
(medium PDA). Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 25 C. Setelah
masa inkubasi selesai, dilakukan pengukuran diameter zona jernih yang terbentuk
. Sampel yang mempunyai potensi menghasilkan zat antifungi ditunjukkan dengan
terbentuknya zona jernih.

c. Uji Antibakteri (Ralstonia solanacearum)
Medium yang digunakan untuk uji antibakteri yaitu medium NA. Uji
aktivitas metabolit jamur endofit terhadap bakteri Ralstonia solanacearum

dilakukan dengan metode uji Kirby-Bauer menggunakan kertas cakram. Kertas
cakram dibuat dari kertas kertas saring Whatman dan membuat bulat dengan alat
pelubang kertas sehingga didapatkan kertas cakram dengan diameter 6 mm.
Secara aseptik, kertas cakram yang sudah disterilkan direndam supernatan
kultur jamur endofit selama 30 menit. Kertas cakram diambil dengan
menggunakan pinset steril dan diletakkan di atas medium uji aktivitas antibakteri
(medium NA). Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 25C. Setelah
masa inkubasi selesai, dilakukan pengukuran diameter zona jernih yang terbentuk.
Sampel yang mempunyai potensi menghasilkan zat antibakteri ditunjukkan
dengan terbentuknya zona jernih.

3.5.6 Pengukuran Zona Hambat
Data diperoleh dengan cara mengukur diameter zona hambat yang
terbentuk, pengumpulan data dilaksanakan dengan cara, mengukur diameter zona
hambat dengan menggunakan jangka sorong. Diameter zona hambat adalah
diameter yang tidak ditumbuhi oleh jamur di sekitar paper disk dikurangi diameter
paper disk.

3.5.7 Analisis Data
Analisis penelitian ini melalui uji Anova satu arah menggunakan batas
kepercayaan 95% (:0,05). Jika terdapat perbedaan nyata, maka dilakukan uji
lanjut dengan menggunakan uji BNT.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Isolasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentang (Solanum tuberosum
Linn. Cv. Granola).

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Desember
2009 sampai April 2010, peneliti telah berhasil menemukan 3 isolat jamur endofit
pada akar tanaman kentang. Untuk mengetahui hasil isolat jamur endofit yang
berhasil ditumbuhkan pada media PDAS dapat dilihat pada gambar 4.1.







Gambar 4.1 Pertumbuhan Koloni Jamur Endofit yang diisolasi dari
Akar Tanaman Kentang pada Medium PDAS pada suhu
25C

Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat
diamati pada gambar 4.1. Akar tanaman kentang yang telah diisolasi dan
diinkubasi dalam medium PDAS telah menunjukkan reaksinya yaitu dengan
tumbuhnya jamur endofit yang ada pada akar tanaman kentang tersebut. Dengan
tumbuhnya jamur endofit yang ada pada akar tanaman kentang tersebut
membuktikan bahwa jamur endofit dapat ditemukan pada jaringan akar tanaman

kentang dimana jamur tampak tumbuh disebelah dalam belahan akar.
Ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Carrol dan Clay (1988)
dalam Worang (2003), bahwa jamur endofit terdapat di dalam sistem jaringan
tumbuhan seperti daun, bunga, ranting maupun akar tumbuhan. Keberadaan fungi
ini menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan
mikotoksin, enzim serta antibiotika yang bermanfaat bagi tumbuhan inang
sehingga dapat dikatakan hubungan antara jamur endofit dengan tanaman
inangnya dapat berupa mutualistik.
Berdasarkan pernyataan di atas, jelas membuktikan bahwa akar tanaman
kentang yang merupakan salah satu dari sekian banyak kekayaan alam yang telah
Allah ciptakan ternyata memiliki manfaat yang sangat penting bagi kemaslahatan
umat manusia di muka bumi ini, hal ini sesuai dengan bukti Allah pada firman-
Nya yang berbunyi:
4O-4 E4^u1E4`
4L^1^4 E1R =<44O
4Lu4^4 O&OR TR` "7
7* NeQE` ^_ 4LUEE4
7 O&OR =1E4` T4`4 u7+O-
+O 4-R~Te4OT ^=
Artinya : Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya
gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut
ukuran. Dan kami Telah menjadikan untukmu di bumi
keperluankeperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-
makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya . (QS.
Al-Hijr: 19- 20).

Ayat diatas menjelaskan bahwa segala sesuatu yang terdapat dimuka bumi
ini adalah ciptaan Allah, dan tak sedikitpun dari ciptaan-Nya itu ada kekeliruan
dari manfaat dan keberadaannya, karena Allah menciptakan seluruh yang ada

dimuka bumi ini sesuai dengan kadar dan ukurannya masing-masing.
Menurut Ash-Shiddieqy (2000), lafadz wal ardho madadnaahaa pada
ayat di atas menjelaskan bahwa semua kekayaan alam yang ada di bumi ini
diciptakan Allah hanya untuk manusia dan supaya manusia mau mengambil
manfaat untuk kemaslahatan dan kesejahteraan hidupnya, karena semua kekayaan
alam yang ada ini baik berupa makhluk hidup maupun benda mati, yang kecil
maupun yang besar sudah pasti memiliki manfaat masing-masing. Seperti halnya
jamur memiliki banyak kegunaan untuk kesehatan dan hal-hal lainnya, dengan
jelas ini menunjukkan bahwa ayat tersebut diatas sangat relevan dengan fenomena
yang terjadi pada kegunaan dan manfaat dari jamur.
Isolat yang didapatkan setelah isolasi jamur endofit dari akar tanaman
kentang, dilakukan pemurnian berdasarkan warna koloni pada medium PDA. Dari
hasil yang diperoleh dalam pemurnian dapat dilihat dari bentuk yang tampak
secara makroskopik didapatkan 3 macam isolat jamur endofit.
Dari hasil isolasi akar tanaman kentang didapatkan 3 isolat jamur endofit,
isolat tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 beserta ciri makroskopisnya pada tabel
4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil isolasi jamur endofit pada akar tanaman kentang
Jumlah Isolat Kode Isolat

3
1A
2A
3C



Tabel 4.2. Deskripsi bentuk warna koloni isolat jamur endofit
Kode Isolat Ciri Makroskopis
1A Warna koloni hijau tua, miselium teratur, pertumbuhan
koloni rata, tebal
2A Koloni berwarna hijau kecoklatan, koloni tebal, menghasilkan
warna merah muda yang menyebar pada sekitar koloni,
pertumbuhan lama
3C Koloni mula-mula berwarna putih, tapi lama-kelamaan berwarna
putih kekuningan, koloni tebal, tepi koloni semakin tua berwarna
hitam, tengah terdapat lingkaran berwarna hitam kecil

4.2 Hasil Identifikasi Isolat Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentang
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, jamur endofit yang
berhasil diisolasi dari akar tanaman didapatkan 3 isolat yaitu isolat jamur dengan
kode isolat 1A, 2A dan 3C, identifikasi dilakukan dengan petunjuk klasifikasi
menurut Barnet (1972). Hasil identifikasi isolat jamur endofit tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Isolat 1A
a. Ciri Makroskopis
Secara makroskopis koloni jamur endofit berwarna hijau tua yang
merupakan kumpulan hifa dan di atasnya terdapat serbuk spora. Tepi koloni
tidak rata dan berwarna putih berserabut pada medium PDAS. Dilihat dari
bawah tampak berwarna putih tulang. Adapun koloni isolat jamur endofit
dengan kode isolat 1A dapat dilihat secara makroskopis pada gambar 4.2 a.






b a

c d
e
a b
Gambar 4.2. Isolat 1A, a. Koloni isolat 1A, b. Gambar mikroskopis isolat 1A
perbesaran 400x (Ket : a. Sterigma/pialid, b.Konidiofors, c.
Metulla, d. Konidia, e. Hifa


b. Ciri Mikroskopis
Jamur endofit diisolasi dari akar tanaman kentang yang ditumbuhkan
pada medium PDAS. Jamur endofit dengan kode isolat 1A memiliki
konidiofor panjang, konidia bulat seperti bulat telur, dan tumbuh di atas
phialid. Konidia terdiri atas 1 sel dan tumbuh berantai, satu konidiofor
terdapat 2/3 phialid dan setiap phialid terdiri dari 3-5 konidia. Adapun
gambar mikroskopis isolat 1A dengan menggunakan perbesaran 400x dapat
dilihat pada gambar 4.2.b.
Berdasarkan ciri makroskopis dan mikroskopis seperti yang telah
dijelaskan di atas, dan setelah dibandingkan dengan buku petunjuk klasifikasi
menurut Barnett (1972), maka dapat diketahui bahwa isolat 1A termasuk
Famili Moniliaceae, genus Penicillium sp.






C. Klasifikasi:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Family : Trichomaceae
Genus : Penicillium sp (Anaf, 2009)

2. Isolat 2A
a. Ciri Makroskopis
Secara makroskopis koloni jamur endofit berwarna hijau kecoklatan,
koloni tebal, tepi koloni berwarna hijau tua. Menghasilkan warna merah
muda yang menyebar pada media PDAS, dilihat dari pertumbuhannya dalam
waktu 7 hari diameter koloni hanya mencapai 2 cm serta tepi koloni yang
tidak merata. Adapun koloni isolat jamur endofit dengan kode isolat 2A dapat
dilihat pada gambar 4.3.a

b. Ciri Mikroskopis
Jamur endofit diisolasi dari akar tanaman kentang dan ditumbuhkan
pada medium PDAS. Jamur endofit dengan kode isolat 2A memiliki hifa
aseptat, miselium bercabang. Konidiofor panjang dan membengkak menjadi
vesikel pada ujungnya membawa sterigma dimana tumbuh konidia. Memiliki
konidia 1 sel, berbentuk bulat dan hyalin. Adapun gambar mikroskopis isolat

2A dengan menggunakan perbesaran 400x dapat dilihat pada gambar 4.3.b.
Dalam buku petunjuk klasifikasi menurut Barnett (1972), secara
makroskopis dan mikroskopis ciri jamur endofit tersebut dapat diketahui
bahwa isolat 2A termasuk Famili Moniliaceae, genus Aspergillus sp.


b
a c


a b
Gambar 4.3. Isolat 2A, a. Koloni isolat 2A, b. Gambar mikroskopis isolat 2A
perbesaran 400x (Ket: a. Konidia, b. Konidiofor, c. Hifa).


C. Klasifikasi:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Family : Trichomaceae
Genus : Aspergillus sp (Anaf, 2009)





3. Isolat 3C
a. Ciri Makroskopis
Secara makroskopis jamur endofit yang diisolasi dari akar tanaman
kentang memiliki koloni berwarna putih pada medium PDAS, koloni mula-
mula berwarna putih, tapi lama-kelamaan berwarna putih kekuningan, koloni
tebal, tepi koloni semakin tua berwarna hitam, tengah terdapat lingkaran
berwarna hitam kecil. Untuk mengetahui lebih jelasnya ciri makroskopis dari
isolat 3C, dapat dilihat pada gambar 4.4.a.
b. Ciri Mikroskopis
Jamur endofit diisolasi dari akar tanaman kentang yang diekstrak dan
ditumbuhkan pada medium PDAS. Jamur endofit dengan kode isolat 3C
memiliki konidia 1 sel dan membentuk seperti rantai. Hal ini dapat dilihat
pada gambar 4.4.b dengan menggunakan perbesaran 400x, pada gambar
tersebut terlihat konidia yang berbentuk rantai.

a



a b
Gambar 4.4. Isolat 3C, a. Koloni isolat 3C, b. Gambar mikroskopis isolat 3C
perbesaran 400x (Ket: a. Konidia)
Dalam buku petunjuk klasifikasi menurut Barnett (1972), secara
makroskopis dan mikroskopis ciri jamur endofit tersebut maka dapat diketahui

bahwa isolat 2A termasuk Famili Moniliaceae, genus Hoemiscium sp
c. Klasifikasi:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Dothideomycetes
Order : Capnodiales
Family : Metacapnodiaceae
Genus : Hoemiscium sp (Anaf, 2009)
Dari hasil penelitian tentang jamur endofit pada akar tanaman kentang,
yang diamati secara makroskopis dan mikroskopis, sehingga dihasilkan
identifikasi ketiga jamur endofit tersebut pada tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3 Hasil identifikasi jamur endofit dari akar tanaman kentang
(Solanum tuberosum)

Kode Isolat Family Genus
1A Moniliaceae Penicillum sp.
2A Moniliaceae Aspergillus sp
3C Moniliaceae Hoemiscium sp

Secara mikroskopis kapang Aspergillus sp mudah dikenali dan dibedakan
dari kapang marga lain, yaitu memiliki konidiofor yang tegak,tidak bersepta, tidak
bercabang, dan ujung konidiofor membengkak membentuk vesikel. Pada
permukaan vesikel ditutupi fialid yang menghasilkan konidia. Konidia tersusun1
sel (tidak bersepta) (Ilyas, 2006).






4.3 Uji Aktivitas Metabolit Jamur Endofit Pada Akar Tanaman Kentang
Terhadap Jamur Fusarium sp, Phytoptora infestans dan Ralstonia
solanacaerum.

Jamur endofit yang diisolasi dari akar tanaman kentang (Solanum
tuberosum L) menunjukkan kemampuan yang bervariasi dalam menghasilkan
metabolit anti jamur. Seleksi terhadap 3 isolat jamur endofit yang menghasilkan
metabolit anti jamur menggunakan metode uji Kirby-Bauer dengan menggunakan
kertas cakram. Semua uji kemampuan anti jamur menggunakan parameter
terbentuknya zona hambat (zona bening).
Dari hasil penelitian diperoleh diameter zona hambat dengan pengukuran
menggunakan jangka sorong. Pengamatan yang dilakukan pada jamur Fusarium
sp dan Phytoptora infestans yang telah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 25C
setelah diberikan perendaman isolat jamur endofit dengan beberapa isolat 1A, 2A
dan 3C, adapun rata-rata diameter zona hambat dari uji aktivitas antijamur
metabolit jamur endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum L) dapat
dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5
Tabel 4.4 Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit
jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp (dalam mm).

Kode Isolat Genus Rata-rata
diameter zona
hambat (mm)
Keterangan
1A Penicillum sp 7 Menghambat
2A Aspergillus sp 1 Menghambat
3C Hoemiscium sp 5,7 Menghambat






Tabel 4.5. Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit
jamur endofit terhadap jamur Phytoptgora investans (dalam
mm).

Kode Isolat Genus Rata-rata diameter zona
hambat (dalam mm)
Keterangan
1A Penicillum sp 13,3 Menghambat
2A Aspergillus sp 2,3 Menghambat
3C Hoemiscium sp 1 Menghambat

Sedangkan rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit
jamur endofit terhadap bekteri Ralstonia solanacaerum dapat dilihat pada tabel
4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6 Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit
jamur endofit terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum (dalam
mm).

Kode Isolat Genus Rata-rata diameter zona
hambat (dalam mm)
Keterangan
1A Penicillum sp 11 Menghambat
2A Aspergillus sp 1 Menghambat
3C Hoemiscium sp 1 Menghambat

Berdasarkan tabel 4.4 dan 4.5 di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwasannya isolat jumur endofit dari akar tanaman kentang mampu
menghambat pertumbuhan jamur Fusarium sp dan jamur Phytoptora investans,
hal ini dapat dikatakan bahwasannya jamur endofit memiliki metabolit sekunder
yang berpotensi sebagai anti jamur . Pernyataan ini diperjelas oleh Radji (2005),
yang menyatakan bahwasannya jamur endofit memiliki senyawa metabolit
sekunder sesuai dengan tanaman inangnya sehingga jamur endofit memiliki

peluang yang sangat besar dan dapat diandalkan untuk memproduksi metabolit
sekunder dari jamur endofit yang diisolasi dari tanaman inangnya tersebut.
Worang, (2003) juga menambahkan bahwa jamur endofit mampu menghasilkan
mikotoksin, enzim serta anti antibiotika.
Jamur dapat ditemukan diberbagai macam tanaman dan hewan. Masing-
masing jamur mempunyai karakter yang berbeda-beda tergantung dari subtratnya
(Ganjar dan Syamsurizal, 2006).
Hasil uji aktivitas dari 3 isolat jamur endofit secara in vitro terhadap jamur
memperlihatkan Fusarium sp dan Phytopthora investans bahwa semua isolat
tersebut memiliki potensi dalam menghambat pertumbuhan jamur uji. Pada tabel
4.4 di atas yang dilakukan uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap jamur
Fusarium sp. Isolat 1A tampak menghasilkan rata-rata diameter zona hambat
tertinggi yaitu 7 mm dan dan pada isolat 2A menghasilkan rata-rata diameter zona
hambat terendah yaitu 1 mm, sedangkan pada isolat 3C memiliki rata-rata
diameter zona hambat 5,7 mm. Sedangkan pada tabel 4.5 di atas yang dilakukan
uji aktivitas metabolit sekunder jamur endofit terhadap jamur Phytoptora
investans, isolat 1A tampak menghasilkan rata-rata zona hambat 13,3 mm
sedangkan pada isolat 2A memiliki zona hambat 2,3 mm dan pada isolat 3C
memiliki zona hambat terendah yaitu 1 mm.
Pada tabel 4.6 di atas yang dilakukan aktivitas uji metabolit jamur endofit
terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum, dari hasil yang diperoleh hanya isolat
IA yang memiliki zona hambat paling besar yaitu 11 mm bila dibandingkan
dengan zona hambat pada isolat 2A dan 3C yang hanya memiliki daya hambat

yang kecil yaitu 1 mm.
Zona hambatan yang ditimbulkan oleh metabolit jamur endofit terhadap
jamur Fusarium sp dan Phytoptora infestans dapat dilihat pada gambar 4. 5, yang
terlihat pada gambar 4.5.a dan 4.5.b. Anak panah a,b, dan c pada gambar
menunjukkan zona hambat yang dibentuk oleh jamur endofit terhadap jamur uji.
Pada gambar terlihat lingkaran bening yang menunjukkan diameter zona hambat
yang dihasilkan oleh jamur endofit tersebut.



a b c b

c a

a b
Gambar 4.5. Keterangan: a,b,c: zona hambat. Zona hambat yang ditimbulkan oleh
metabolit jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp dan Phytoptora
investans.

Sedangkan zona hambatan yang yang ditimbulkan oleh metabolit jamur
endofit terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum dapat dilihat pada gambar 4. 6









a b

c




Gambar 4.6. Keterangan: a,b,c: zona hambat. Zona hambat yang
ditimbulkan oleh metabolit sekunder jamur endofit
terhadap Ralstonia solanacaerum
Diameter zona hambat yang dihasilkan pada jamur endofit terhadap
bakteri Ralstonia solanacaerum relative kecil yaitu rata-rata 1mm untuk jamur
Hoemiscium sp, Aspergillus sp sedangkan pada jamur Penicillium sp memiliki
diameter zona hambat yang besar yaitu rata-rata 11 mm. Hal ini disebabkan
karena bakteri Ralstonia solanacaerum merupakan bakteri gram negative
sehingga tidak semua jamur endofit mampu menembus dinding sel bakteri
Ralstonia solanacaerum.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Siswandono (1995), yang menyatakan
bahwasannya bakteri Ralstonia solanacaerum merupakan bakteri gram negatif
yang memiliki susunan tubuh yang lebih komplek, sehingga jamur endofit ini
pertama-tama harus menembus membrane terluar selubung bakteri secara difusi
pasif melalui saluran yang terbentuk oleh pori protein. Sesudah menembus
membran terluar, antibiotik yang ada pada jamur endofit tersebut masuk melalui
dinding sel melewati ruang periplasma dan mencapai sasaran, yaitu enzim serin

protease yang terdapat pada membrane terdalam (sitoplasma). Enzim inilah yang
bertanggung jawab terhadap biosintesis dinding sel.
Antibiotika merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu
mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam menghambat
pertumbuhan maupun membunuh mikroorganisme lain (Pelczar,1988).
Berdasarkan toksisitasnya, antibiotik dibagi dalam 2 kelompok, yaitu antibiotik
dengan aktivitas bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan mikroba dan
aktivitas bakterisid bersifat membunuh mikroba lain (Suwandi, 1992).
Purwanto (2000), menambahkan bahwasannya mikroorganisme endofit
akan mengeluarkan suatu metabolit sekunder yang merupakan senyawa antibiotik
itu sendiri. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang disintesis oleh suatu
mikroba, tidak untuk memenuhi kebutuhan primernya (tumbuh dan berkembang)
melainkan untuk mempertahankan eksistensinya dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme endofit
merupakan senyawa antibiotik yang mampu melindungi tanaman dari serangan
hama insekta, mikroba patogen, atau hewan pemangsanya, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai agen biokontrol.
Endofit merupakan mikroba yang berkolonisasi dalam jaringan tumbuhan
tanpa menyebabkan adanya gejala penyakit. Penelitian tentang endofit dari
tanaman daerah tropis menjadi berkembang setelah diketahui kemampuannya
menghasilkan senyawa metabolit dan enzim yang dimanfaatkan dalam
pengendalian hayati dan industri farmasi. Kemampua endofit sebagai agen
pengendali hayati seperti yang diteliti pada tanaman coklat menunjukkan bahwa

jamur endofit yang diisolasi dari tanaman ini diantaranya genus Acremonium,
Geotricum, Xylaria, Phomopsis (Rubini, et al. 2005 dalam Yurnaliza, 2010).
Menurut Enjhang (2003), antibiotik yang ideal sebagai obat harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic)
2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen
3. Tidak menimbulkan pengaruh samping yang buruk pada host
4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora
usus atau flora kulit
Kemampuan zona hambat yang dihasilkan oleh jamur endofit dari akar
tanaman kentang (Solanum tuberosum) terhadap jamur dan bakteri dapat dilihat
pada tabel4.7

Tabel 4.7 Rata-rata diameter zona hambat yang ditimbulkan metabolit
jamur endofit terhadap jamur dan bakteri

KODE ISOLAT
Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
Fusarium sp
Phytoptora
investans
Ralstonia
solanacaerum
1A 7 13,3 11
2A 1 2,3 1
3C 5,7 1 1

Tabel 4.7 diatas, isolat jamur endofit yang memiliki rata-rata zona hambat
yang terbesar dalam membunuh jamur Fusarium sp adalah kode isolat 1A dan 3C
yaitu genus Penisillium sp dan Hoemiscium sp yaitu masing-masing 7 mm dan 5,7
mm, sedangkan jamur endofit yang mempunyai sedikit potensi dalam membunuh

jamur Fusarium sp adalah isolat 2A yaitu genus Aspergillus sp dengan rata-rata
daya hambat 1 mm. Jamur uji pada Fusarium sp memiliki resistensi terhadap
jamur Aspergillus sp sehingga dinding sel jamur Aspergillus sp tidak mampu
menembus dinding sel yang dimiliki oleh jamur Fusarium sp. Hal ini dapat dilihat
pada diameter zona hambat yang dihasilkan sangat kecil yang dihasilkan pada
jamur Aspergillus sp tersebut.
Sedangkan pada jamur Phytoptora investans yang terlihat pada tabel 4.7
yang memiliki potensi yang paling besar adalah pada isolat 1A yaitu pada genus
Penisilium yang memiliki diameter zona hambat sebesar 13,3 mm sedangkan
pada isolat 2A dan 3C yaitu genus Aspergillus sp dan Hoemiscium sp memiliki
diameter zona hambat yang kecil yaitu masing-masing 2,3 mm dan 1 mm. Begitu
juga pada bakteri Ralstonia solanacaerum hanya pada isolat 1A yang memiliki
potensi paling besar dalam menghambat bakteri tersebut yaitu pada genus
Penisillium yang memiliki diameter zona hambat sebesar 11 mm sedangkan pada
isolat 2A dan 3C yaitu pada genus Aspergillus sp dan Hoemiscium sp memiliki
diameter zona hambat paling kecil yaitu 1 mm.
Dari data tersebut jelas terlihat bahwasannya tidak semua jamur endofit
mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Seperti
halnya yang terlihat pada tabel tersebut Hoemiscium sp yang memiliki potensi
dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium sp dibandingkan dengan
penghambatan jamur Phytoptora infestans dan bakteri Ralstonia solanacaerum.
Sedangkan pada Penisillium sp sangat baik dalam menghambat semua jamur yang
di ujikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Waluyo, (2005) yang mengatakan

bahwa antibiotik yang merusak dinding sel mikroba dengan menghambat sintesis
enzim atau inaktivasi enzim, akan menyebabkan hilangnya viabilitas dan sering
menyebabkan sel lisis. Antibiotik ini meliputi penisilin, sepalosporin, sikloserin,
vankomisin, ristosetin dan basitrasin. Antibiotik ini menghambat sintesis dinding
sel terutama dengan mengganggu sintesis peptidoglikan.
Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA) menunjukkan bahwa
Fhitung > Ftabel 0,05, yang ditunjukkan pada diameter zona hambat yang
dihasilkan masing-masing jamur endofit terhadap jamur uji Phytoptora investans
dan bakteri uji Ralstonia solanacaerum memiliki perbedaan sedangkan pada
Fusarium sp Fhitung < Ftabel 0,05, yang berarti jamur endofit tersebut memiliki
potensi yang sama dalam menghambat bakteri uji tersebut.
Data hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap potensi jamur
endofit dalam menghambat jamur uji selengkapnya dicantumkan pada lampiran 5.
Selanjutnya menentukan jamur endofit mana yang paling potensial hasil uji lanjut
dengan menggunakan BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan disajikan pada tabel 4.8
dan 4.9.
Tabel 4.8 Diameter Zona Hambat Jamur Endofit terhadap Jamur Phytoptora
infestans (dalam mm)
Jenis isolat
Rata-rata diameter zona
hambat (dalam mm)
Notasi atas BNT
0,05

3C 1 a
2A 2,3 a
1A 13,3 b
Keterangan : Huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT 5%



Tabel 4.9 Diameter Zona Hambat Jamur Endofit terhadap Bakteri Ralstonia
solanacaerum (dalam mm)
Jenis Isolat
Rata-rata diameter zona
hambat (dalam mm)
Notasi atas BNT
0,05

3C 1 a
2A 1 a
1A 11 b
Keterangan : Huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT 5%

Dari kedua tabel tersebut dapat disimpulkan bahwasannya jamur uji yang
memiliki potensi paling besar dalam menghambat jamur Phytoptora infestans dan
bakteri Ralstonia solanacaerum adalah pada isolat 1A yaitu jenis Penicilliium sp
yang memiliki diameter zona hambat paling besar bila dibandingkan dengan
diameter zona hambat pada isolat 2A dan 3C yaitu jenis Aspergillus sp dan
Hoemiscium sp.
Kecilnya jamur endofit dalam menghambat organisme lain (jamur uji)
diduga disebabkan oleh metabolit/antibiotik yang dihasilkan isolat jumlahnya
sedikit. Menurut Pelczar dan Chan (1988), bahwa semakin tinggi konsentrasi zat
anti jamur maka semakin tinggi daya anti jamurnya terhadap zona hambatan yang
ditimbulkan oleh metabolit jamur endofit terhadap jamur
Kemampuan antagonis dalam menekan patogen secara in vitro karena
pada kondisi laboratorium, antagonis hanya berhadapan dengan patogen dan ada
dalam lingkungan yang kaya nutrisi, sehingga mampu memunculkan
kemampuannya dalam menghambat patogen (Yurnaliza, 2002).
Segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan baik itu terlihat buruk dalam
persepsi manusia ternyata memiliki manfaat, dan sungguh tidak ada kesia-siaan
bagi manusia yang berfikir akan ayat-ayat atau tanda-tandaNya. Allah

memerintahkan kepada manusia yang telah diberi kelebihan akal untuk meneliti
dan mengkaji segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, karena sesungguhnya
setiap sesuatu yang diciptakan oleh Allah terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya
bagi mereka yang berakal. Allah menciptakan langit dan bumi bukanlah
merupakan suatu hal yang sia-sia, melainkan harus memiliki banyak manfaat dan
harus dimanfaatkan. Dengan terungkapnya rahasia-rahasia alam melalui hasil
penelitian, selain dapat mempertebal keyakinan akan kebasaran Allah sebagai
penciptaan-Nya, juga menambah khasanah pengetahuan tentang alam untuk
dimanfaatkan bagi manusia atau mahluk lainnya.
Jamur endofit yang di isolasi dari akar tanaman kentang memiliki manfaat
yang sangat besar dalam kehidupan, selain tanaman kentang yang dapat
dimanfaatkan manusia karena memiliki kandungan gizi yang tinggi, jamur endofit
yang ada pada jaringan tanaman tersebut juga memiliki manfaat yang sangat besar
bagi dunia kesehatan. Pada penelitian ini diharapkan manusia yang dianugrahi
akal untuk dapat memanfaatkan kekayaan alam sebaik mungkin dan
melestarikannya agar tidak cepat punah. Menjaga keseimbangan alam merupakan
kewajiban kita semua sebagai makhluk ciptaan Allah yang selalu bertakwa.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Araf ayat 56:
4 W-O^> T ^O- Eu4
EU^T +QNNu1-4 +QE=
EC4 ET =e4uQ4O *.- _UCQO~
R)` 4-RLO^- ^TR

Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat
Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(OS. Al-A'raf:
56)

Selain itu juga terdapat pada surat Al-Qashash ayat 77.
u4--4 .EOR C4>-47 +.-
4O-O.- E4O=E- W 4 4>
El4l14^ R` 4Ou^O- W TO^O4
.E =T=O^O +.- C^OT W 4
ul> E1=O^- OT ^O- W
ET -.- OUR47 4RO^^-
^__
Artinya : Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-
Qashash: 77).

Oleh karenanya kita sebagai ciptaan yang paling sempurna dari semua
ciptaan-Nya memiliki tanggung jawab terhadap segala yang mengatur keserasian
dan keseimbangan alam ini, hal ini tercermin dari ayat diatas yang menerangkan
agar manusia menjaga keseimbangan dan tidak melakukan pengerusakan dan
Allah juga telah memperingatkan manusia untuk berbuat baik kepada orang lain
dan melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi ini salah satunya adalah
sumber daya alam (tumbuh-tumbuhan), karena sesungguhnya Allah sangat tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Begitulah kemuliaan dan nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada
manusia. Maka seandainya manusia bisa berfikir dan memiliki ilmu pengetahuan
yang memadai, seyogyanya mereka dapat memanfaatkan apa yang telah
disediakan Allah tersebut. Dan sudah menjadi tanggung jawab manusia untuk
memeliharanya.

Dari penelitian ini daharapkan nantinya akan memberikan manfaat dalam
hal ilmu pengetahuan untuk mengolah sumberdaya alam yang ada. Dengan
ditemukannya metode yang lebih mudah dalam pengambilan metabolit sekunder
yang ada pada jamur endofit yaitu melalui fermentasi pada tanaman kentang
tersebut diharapkan hasil dari jamur yang telah ditemukan mampu memberikan
manfaat sebagai antijamur dan antibakteri sesuai karakteristik senyawa kimia oleh
inangnya tersebut.
Dilihat dari segi efisiensi, hal ini sangat menguntungkan, karena siklus
hidup mikroba endofit lebih singkat dibandingkan siklus hidup tumbuhan
inangnya, sehingga dapat menghemat waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan
senyawa tersebut, dan jumlah senyawa yang diproduksi dapat dibuat dalam skala
yang besar dengan menggunakan proses fermentasi (Prihatiningtyas, 2006)
Sugiyanto, (2007) menyatakan melalui jamur endofit yang diperoleh,
dapat diproduksi secara fermentasi senyawa metabolit yang berkhasiat obat secara
berkesinambungan, kemampuan bereproduksi dalam skala industri, dengan waktu
yang relatif singkat, tidak merusak tanaman inangnya yang saat ini sudah mulai
langka dan tidak menimbulkan kerusakan ekologis mengingat kebutuhan bahan
baku obat yang semakin meningkat baik jumlah maupun macamnya maka potensi
sumber daya alam Indonesia khususnya mikroorganisme (jamur endofit) perlu
digali dan dikembangkan. Di dunia Internasional penelitian tentang jamur endofit
relatif baru, belum banyak penelitian dan publikasi yang dihasilkan, sedangkan di
Indonesia sangat besar kekayaan sumber daya hayatinya, sehingga peluang untuk
mendapatkan jamur endofit dan metabolit yang bermanfaat masih sangat besar

dan menguntungkan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Ada 3 isolat jamur endofit yang berhasil diisolasi dari akar tanaman kentang
(Solanum tuberosum L) jenis Granola vietnam yaitu Penicillium sp,
Aspergillus sp dan Hoemiscium sp.
2. Hasil uji aktivitas metabolit sekunder dari akar tanaman kentang (Solanum
tuberosum) yang paling berpotensi dalam menghambat jamur Fusarium sp,
Phytoptora investans dan bakteri Ralstonia solanacaerum adalah jamur
Penicillium sp sedangkan pada jamur Aspergillus sp dan Hoemiscium sp
memiliki potensi yang kecil dalam menghambat jamur uji tersebut.

5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Melakukan uji lanjutan terhadap antifungi yang dihasilkan dari jamur endofit
yang paling tepat dalam menghambat jamur patogen.
2. Melakukan pengukuran konsentrasi jamur endofit terhadap pengujian
antifungi.

3. Melakukan pengukuran setiap fase pertumbuhan pada jamur endofit dan
jamur uji agar mendapatkan hasil yang maksimal
DAFTAR PUSTAKA

Agriseeds. 2007. Endophyt Summary. www.cycle.files.endophyte-summary.htm.
Diakses 01 Oktober 2009

Ajizah, A. 2004. Sensitifitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun
Psidium guajava L. Journal bioscientiae. Volume 1, no 1. hal 31-38.

Amaranthus, M. 2001. Mycorhizae and Turfgas. http:// www. mycorrhizae.com.
Diakses tanggal 06 Mei 2009.
Anaf, 2009. Fusarium spp. http://anafzhu.blogspot.com. Diakses 14 November
2009

As-Sayid, A. B. M. 2006. Pola Makan Rasulullah, Makanan Sehat Berkualitas
Menurut Al-Quran dan As-Sunnah. Jakarta: Almahira

Azevedo, Joao Lucio.2000. Endhophytic microorganisms: a review on insect
control and recent advances on tropical plants.
Damayanti, D. 2009. Jamur Fusarium. http://sciweb.nybg.org/science2
/hcol/fusarium3.asp. Diakses 03 Oktober 2009

Entjang, I. 2003. Mikrobiologi Dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Febby, I. 2008. Potensi rhizobakteria sebagai agen biofungisida untuk
Pengendalian jamur fitopatogen Fusarium sp. Karya Tulis. Diakses
26 Oktober 2009.

Fusarium. 2009. www.fusarium lifecycle.com. Diakses tanggal 12 November 2009

Intiarini,Y.2007.Phytopthorainfestans. http://bacercropscience.com. Diakses
tanggal 12 november 2009

Ilyas, M. 2006. Isolasi dan Identifikasi pada Relung Rizosfir Tanaman di
Kawasan Cagar Alam Gunung Mutis, Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Biodiversitas. Volume 7, No 3: 216-220. Diakses 17 September
2009.

Leslie, J.F. and Summerell, B.A.(2006).The Fusarium Laboratory Manual.

Blackwell Publishing: USA.

Melliawati, Ruth.2006. Pengkajian Bakteri Endofit Penghasil Senyawa
Bioaktif untuk Proteksi Tanaman. Jurnal Penelitian Bioteknologi (LIPI) 7 (3):
221-224. Diakses 17 April 2009.
Muhibudin, A. 2007. Model Matematik Populasi Vesikular Arbuscular Mycrrhiza
Pada Pergiliran Tanaman Jagung dan Kedelai di Jatikerto. Malang

Nasrun dkk. 2007. Karakteristik Fisiologis Ralstonia solanacaerum Penyebab
Penyakit Layu Bakteri Nilam. Jurnal Littri 13 (2): 43-48. Diakses
tanggal 18 Oktober 2009

Nasrun dan N. 2007. Penyakit Layu Bakteri pada Nilam dan Strategi
pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian 26(1) Diakses tanggal
18 Oktober 2009

Niederhauser, J.S.1993. International Cooperation and The Role of Potato in
Feeding The World.
Qayyim al-Jauziyah, I. 1994. Sistem Kedokteran Nabi: Kesehatan dan
Pengobatan Menurut Petunjuk Nabi Muhammad SAW.
Diterjemahkan oleh Dr. H. Said. Agil Husin al-Munawwar, M.
Semarang: PT. Karya Toha Putra

Quthb, Sayyid. 2002. Tafsir Fi Zhilalil Quran, Di Bawah Naungan Al-Quran
(Surah Al-Anaam Surah Al-ARaaf 137). Jilid 4. Jakarta: Gema
Insani Press.

Pelczar, MJ dan E. C. S Chan. 1988. Mikrobiologi. Penerjemah Hadi Oetomo, R.
S, dan Tjitrosomo, S. L. Jakarta: Penerbit UI Jakarta

Phytopthora infestans. 2009. http//images. Absoluteastronomy.com. Diakses 12
November 2009

Prabowo, A. Y. 2007. Teknis Budidaya Agrokomplek.
http//www.budidaya_kentang.com. Diakses tanggal 15 Oktober
2009

Purwanto, R. 2008. Peranan Mikroorganisme Endofit sebagai Penghasil
Antibiotik. www.kabarindonesia.com. Diakses 01 Oktober 200

Purwantisari, S. 2004. Produksi Biofungisida Berbahanbaku Mikroba Antagonis
Indigenous untuk Pengendalian Penyakit Lodoh Tanaman Kentang
Di Sentra-sentra Penanaman Kentang di Jawa Tengah. Jurnal
Bioma 10 (2): 13-19. Diakses tanggal 12 November 2009.


Radji, M. 2005. Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembanga
obat herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.II, No.3:113-126.
Diakses tanggal 15 Oktober 209.
Rubatsky dan Yamaguchi, M. 1995. Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi dan Gizi.
Bandung. Penerbit ITB
Rukmana, R.1997. Kentang Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta
Rusiman. 2008. Potato Plant (Tanaman Kentang). Artikel. http//www.galeri
pustaka.com. Diakses tanggal 15 Oktober 2009

Samadi, B. 1997. Usaha Tani Kentang. Yogyakarta. Kanisius
Samanhudi. 2009. Skrining ketahanan klon kentang terhadap penyakit Layu
bakteri. Staf Pengajar Fakultas Pertanian UNS Surakarta. Diakses
18 April 2009.

Setiadi dan Suryadi. 2007. Kentang Varietas dan Pembudidayaan. Jakarta.
Penebar Swadaya
Sugiyanto, N.E. 2007. Isolasi dan Determinasi Berbagai Jamur Endofit Dari
Tanaman Aglaia Elliptica, Aglaia Eusideroxylon, Aglaia Odorata
dan Aglaia Odoratissima. Faculty of Pharmacy Airlangga
University. http://www.library.unair.ac.id. Diakses tanggal 24 April
2008

Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Quranul Majid An-Nuur.
Jilid 4. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra

Simarmata, Rumilla. 2007. Isolasi Mikroba Endofitik dari Tanaman Obat
Sambung Nyawa Gynura Procumbens) dan Analisis Potensinya sebagai
Antimikroba. Jurnal penelitian Hayati 13 : 85-90. Diakses tanggal
18 Oktober 2009

Sunoto, E. 2008. Penyakit Tanaman Cabai.Artikel.
http//www.bakteri_penting.com. Diakses 14 November 2009

Susanti,. 2004. Pembuatan Strain Nonpatogenik Fusarium oxysporum f.sp.
lycopersici dengan Radiasi Sinar Ultraviolet. Bandung. Jurnal
Penelitian. Diakses tanggal 14 Oktober 2009

Talib, C. 2009. Mikroorganisme Baik Bermanfaat Bagi Kesehatan manusia.
Artikel. http://www.biofob. blogspot. com/. Diakses tanggal 26
Oktober 2009

Thurston, 2009. Ralstonia Solanacearum. Jurnal Nasional. Hlm 1 2.

Tombe, M. 2008. Fungi Endofit Sebagai penghasil Antibiotika. C.V. Meori Agro.
Diakses 01 Oktober 2009

Trubus, 2004. Penyakit lodoh pada Kentang. Artikel. http://www.biofob.
blogspot. com/. Diakses 26 Oktober 2009

Wijiono. 2009. Ralstonia solanacearum. http://wijiyovan.wordpress.com. Diakses
03 Oktober 2009

Worang, R. L. 2003. Fungi Endofit Sebagai penghasil Antibiotika. Makalah
Pengantar Falsafah Sains Program Pasca sarjana Institut
Pertanian Bogor. http//rantje_worang.com. Diakses 26 Oktober
2009





Lampiran 1. Komposisi yang digunakan dalam penelitian

Media PDB (Potato Dextrose Broth)
Kentang 0,5 kg
Glukosa/sukrosa 10 gram
Akuades 500 ml



LAMPIRAN 2. DIAGRAM ALIR METODE KERJA




Mencuci akar tanaman kentang dengan air
mengalir selama 5 menit
Merendam ke dalam larutan alkohol 70 %
selama 5 menit
Merendam dengan NaOCl 1 % selama 5
menit
Dibilas dengan aquades steril selama 1 menit
diulang 2 kali


Akar ditempelkan pada media PDAS
(sebagaicontrol)
Akar dibelah dan ditumbuhkan pada media
PDAS


Jamur dimurnikan berdasarkan cirri
makroskopiknya dan ditimbuhkanpada media
PDAS baru
Jamur diidentifikasi berdasarkan ciri
makroskopis dan mikroskopis


Isolat jamur endofit ditumbuhkan pada media
PDB sampai tumbuh miselium
Dishacker inkubator selama 2 hari
Disentrifugasi dengan kec. 3800 rpm selama
20 menit



Merendam paper disk steril pada metabolit
jamur endofit selama 30 menit
Meletakkan paper disk pada cawan petri
yang telah diberi jamur dan bakteri




Sterilisasi Permukaan
Uji AntiFungi dan
AntiBakteri
Fermentasi
Pemurnian dan Identifikasi
Isolasi Jamur Endofit
Pengukuran Zona Hambat

LAMPIRAN 3. GAMBAR ALAT-ALAT PENELITIAN


Timbangan analitik Autoklaf Inkubator












Shaker inkubator Sentrifugasi Alat dan Bahan penelitian












Hot Plate











Lampiran 4. Diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur
endofit terhadap jamur (Fusarium sp, Phytopthora
infestans) dan bakteri Ralstonia solanacaerum


KODE
ISOLAT
Diameter Zona Hambat pada uji aktivitas metabolit jamur
endofit terhadap jamur Fusarium sp. (dalam mm)

Paper Disk 1 Paper Disk 2 Paper Disk 3 Rata-rata
1A 9 7 5 7
2A 1 1 1 1
3C 13 3 1 5,7



KODE
ISOLAT
Diameter Zona Hambat pada uji aktivitas metabolit jamur
endofit terhadap jamur Phytopthora infestans (dalam mm)

Paper Disk 1 Paper Disk 2 Paper Disk 3 Rata-rata
1A 13 17 10 13,3
2A 4 1 2 2,3
3C 1 1 1 1



KODE
ISOLAT
Diameter Zona Hambat pada uji aktivitas metabolit jamur
endofit terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum (dalam mm)
Paper Disk 1 Paper Disk 2 Paper Disk 3 Rata-rata
1A 14 9 10 11
2A 1 1 1 1
3C 1 1 1 1



Lampiran 5


1. Zona hambat yang dihasilkan jamur endofit terhadap jamur Phytoptora
infestans
Jenis Isolat
Phytoptora infestans
Total Rata-rata
1 2 3
1A 13 17 10 40 13,3
2A 4 1 2 7 2,3
3C 1 1 1 3 1
Jumlah Total 50

FK = = = = 277,8

JK Total percobaan = + + + + + + + + FK

= 169 + 289 + 100 + 16 + 1 + 4 + 1 + 1 + 1 FK

= 582 277,8

= 304,2

JK Perlakuan = FK

= FK

= FK

= 552,7 277,8 = 274,9

JK Galat = JK Total percobaan JK Perlakuan

= 304,2 274,9 = 29,3


KT perlakuan = = = 137,5


KT perlakuan = = = 3,7
F
hitung
= = = 37,2


SK db JK KT F
hitung
F
5%

Perlakuan
Galat
2 274,9 137,5 37,2** 4,46
8 29,3 3,7
Total 10 304,2
** --------- berbeda sangat nyata
Dari perhitungan tersebut didapatkan F
hitung
> F
5%
sehingga perlu dihitung dengan
menggunakan uji BNT untuk mendapatkan isolat mana yang paling berpotensi
dalam menghambat jamur Phytoptpra infestans

BNT
0,05
= t
db galat
x

= 2,26 x

= 2,26 x

= 2,26 x 1,6 = 3,5


Jenis Isolat Rata-rata zona hambat Notasi atas BNT
0,05

3C 1 a
2A 2,3 a
1A 13,3 b

Dari data yang diperoleh diketahui isolat yang paling berpotensi dalam
menghambat jamur uji adalah Isolat 1A yaitu Penicillium sp



2. Zona hambat yang dihasilkan jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp

Jenis Isolat
Fusarium sp
Total Rata-rata
1 2 3
1A 9 7 5 21 7
2A 1 1 1 3 1
3C 13 3 5 17 5,7
Jumlah Total 41


FK = = = = 186,8

JK Total percobaan = + + + + + + + + FK

= 81 + 49 + 25 + 1 + 1 + 1 + 169 + 9 + 1 FK

= 337 186,8

= 150,2

JK Perlakuan = FK

= FK

= FK

= 246,3 186,8 = 59,5

JK Galat = JK Total percobaan JK Perlakuan

= 150,2 59,5 = 90,7


KT perlakuan = = = 29,8

KT perlakuan = = = 11,3

F
hitung
= = = 2,6


SK db JK KT F
hitung
F
5%

Perlakuan
Galat
2 59,5 29,8 2,6 4,46
8 30,7 11,3
Total 10 150,2

Dari perhitungan yang didapatkan F
hitung <
F
5%
sehingga dapat disimpulkan bahwa
jamur endofit memiliki potensi yang saman dalam menghambat jamur Fusarium
sp .

3. Zona hambat yang dihasilkan jamur endofit terhadap bakteri Ralstonia
solanacaerum

Jenis Isolat
Ralstonia solanacaerum
Total Rata-rata
1 2 3
1A 14 9 10 23 11
2A 1 1 1 3 1
3C 1 1 1 3 1
Jumlah Total 29


FK = = = = 93,4

JK Total percobaan = + + + + + + + + FK

= 196 + 81 + 100 + 16 + 1 + 4 + 1 + 1 + 1 FK

= 383 93,4

= 289,6

JK Perlakuan = FK

= FK


= FK

= 182,3 93,4 = 88,9

JK Galat = JK Total percobaan JK Perlakuan

= 289,6 88,9 = 200,7

KT perlakuan = = = 44,5

KT perlakuan = = = 0,4


SK db JK KT F
hitung
F
5%
F
1%

Perlakuan
Galat
2 88,9 44,5 111,3** 4,46
8 200,7 0,4
Total 10 289,6
** --------- berbeda sangat nyata
Dari perhitungan tersebut didapatkan F
hitung
> F
5%
sehingga perlu dihitung dengan
menggunakan uji BNT untuk mendapatkan isolat mana yang paling berpotensi
dalam menghambat bakteri Ralstonia solanacaerum

F
hitung
= = = 111,3

BNT
0,05
= t
db galat
x

= 2,26 x

= 2,26 x

= 1,5




Perlakuan Rata-rata Notasi atas BNT
0,05

3C 1 a
2A 1 a
1A 2 b
Dari data yang diperoleh diketahui isolat yang paling berpotensi dalam
menghambat bakteri Ralstonia solanacaerum adalah Isolat 1A yaitu Penicillium
sp



DEPARTEMEN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572533


BUKTI KONSULTASI

Nama : Ninik Sunarmi
NIM : 05520015
Fakultas/Jurusan : Sains dan Teknologi/Biologi
Pembimbing : Dr. Ulfah Utami, M.Si
Judul : Isolasi Dan Identifikasi Jamur Endofit Dari Akar
Tanaman Kentang Sebagai Anti Jamur (Fusarium sp,
Phytoptora infestans) dan Anti Bakteri (Ralstonia
solanacaerum)

No Tanggal Hal yang dikonsultasikan Tanda Tangan
1. 29 Mei 2009 Pengajuan Bab I, II, III 1.
2. 5 Juni 2009 Revisi Bab I, II, III 2.
3. 10 Oktober 2009 Revisi Bab I, II, III 3.
4. 20 Oktober 2009 Acc Bab I, II, III 4.
5. 9 November 2009 Seminar Proposal 5.
6. 15 Maret 2010 Pengajuan Bab IV dan V 6.
7. 6 April 2010 Revisi Bab IV dan V 7.
8. 23 April 2010 Acc Bab IV dan V 8.


Malang, 1 Mei 2010
Mengetahui
Ketua Jurusan Biologi




Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd
NIP. 196301141999031001



DEPARTEMEN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572533


BUKTI KONSULTASI

Nama : Ninik Sunarmi
NIM : 05520015
Fakultas/Jurusan : Sains dan Teknologi/Biologi
Pembimbing : Dr. Ahmad Barizi, MA
Judul : Isolasi Dan Identifikasi Jamur Endofit Dari Akar
Tanaman Kentang Sebagai Anti Jamur (Fusarium sp,
Phytoptora infestans) dan Anti Bakteri (Ralstonia
solanacaerum)

No. Tanggal Hal yang
dikonsultasikan
Tanda Tangan
1. 20 Oktober 2009 Pengajuan Bab I, II, III,
IV dan V
1.
2. 9 November 2009 Revisi Bab I, II, III, IV
dan V
2.
3. 15 Maret 2010 Revisi Bab I, II, III, IV,
dan V
3.
4. 6 April 2010 Revisi Bab I, II, III, IV
dan V
4.
5. 23 April 2010 Acc Keseluruhan 5.

Malang, 1 Mei 2010
Mengetahui
Ketua Jurusan Biologi




Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd
NIP. 196301141999031001

You might also like