SEBAGAI ANTI JAMUR (Fusarium sp, Phytoptora infestans) dan ANTI BAKTERI (Ralstonia solanacaerum)
SKRIPSI
oleh:
NINIK SUNARMI NIM. 05520015
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI AKAR TANAMAN KENTANG SEBAGAI ANTI JAMUR (Fusarium sp, Phytoptora infestans) dan ANTI BAKTERI (Ralstonia solanacaerum)
SKRIPSI
Diajukan Kepada : Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh : NINIK SUNARMI NIM. 05520015
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI AKAR TANAMAN KENTANG SEBAGAI ANTI JAMUR (Fusarium sp, Phytoptora infestans) dan ANTI BAKTERI (Ralstonia solanacaerum)
SKRIPSI
Oleh : NINIK SUNARMI NIM. 05520015
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ulfah Utami, M. Si Dr. Ahmad Barizi, MA NIP. 19650509 199903 2 002 NIP. 19731212 1998003 1 001
Tanggal, April 2010 Mengetahui Ketua Jurusan Biologi
Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd NIP. 19630114 199903 1 001
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI AKAR TANAMAN KENTANG SEBAGAI ANTI JAMUR (Fusarium sp, Phytoptora infestans) dan ANTI BAKTERI (Ralstonia solanacaerum)
SKRIPSI
Oleh : NINIK SUNARMI NIM. 05520015
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
2. Ketua : Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd ( ) NIP. 19710622 200312 1 002
3. Sekretaris : Dr. Ulfah Utami, M. Si ( ) NIP. 19650509 199903 2 002
4. Anggota : Dr. Ahmad Barizi, MA ( ) NIP. 19731212 1998003 1 001
Mengetahui dan Mengesahkan Ketua Jurusan Biologi
Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd NIP. 19630114 199903 1 001
SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Lengkap : Ninik Sunarmi NIM : 05520015 Fakultas/Jurusan : Sains dan Teknologi/Biologi Judul Penelitian : Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentang sebagai Anti Jamur (Fusarium sp, Phytoptora infestans) dan Anti Bakteri (Ralstonia solanacaerum)
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa hasil penelitian saya ini tidak terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang pernah dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur-unsur jiplakan, maka saya bersedia untuk mempertanggung jawabkan serta diproses sesuai peraturan yang berlaku.
Malang, 01 Mei 2010 Yang Membuat Pernyataan
Ninik Sunarmi NIM. 05520015
MOTTO
OT4 +U~ E<Q4C T 4O^^ O>4N EC lR4 7vu1 E4 C+4O QO^C7 4L 4 eT:> OO- TR` ETU^4 E*.EVR~4 ER`Q4 O&wE4N4 ETU=44 W 4~ HQ7Rl4-O OR~-.- 4Q- E+u1 OR~-.T 4Q- NOOE= W-Q7CTlu-- -6OR` ET : E` +^Ec ^e4TOl4 OT^1U4 7-.mO- O4L:OE^-4 +7.44 U_4T R)` *.- ElRO ^^T W-Q+^~ HNO'4C Re4C4*T *.- HQU+-^4C4 =T1TE4- TOO4T --EC^- ElRO ER W-Q=4N W-Q+^E H4u4C ^R Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi yang memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqoroh :61)
Lembar Persembahan
Kupersembahkan karyaku yang mungil ini kepada: 1. Sesuatu yang selama ini aku yakini walau aku sendiri belum menemukan akan kehadiranMu yang sesungguhnya, (Allah SWT) karena mungkin aku telah begitu banyak melupakanMu, Wahai Yang Maha Pengasih dan Maha mempermudah dan mempersulit segala urusanku. Aku kini telah menyelesaikan apa yang telah menjadi tanggung jawabku. 2. Solawat dan salam Pada Nabi Akhirul Zaman (Muhammad SAW) yang ku tahu kau adalah orang yang telah membawa umat manusia kepada sebuah peradapan yang ber adab aku bersyafaat atas Mu 3. Kedua orang tuaku Bpk Sunadi dan Ibu Marsiti yang selalu mengasihiku, atas pengorbanan dan kasih sayang yang tak terbatas. Restumu akan menjadi bekal dalam hidupku untuk mengarungi hidup, jangan pernah berhenti mendoakan anakmu ini. Mungkin hari ini aku telah sedikit memberikan sedikit penghargaan, yang itu mungkin tak sebanding dengan keluh kesah dan pengorbanan dalam membesarkan diriku. 4. Buat Kakakku Sulistyono, adikku Hadi Santoso makasih atas doa dan kasih sayangnya selama ini.. Buat kakak iparku Damayanti terimakasih sudah membantu ibu menyelesaikan tugas rumahku selama aku menuntut ilmu, semoga Allah membalas semua kebaikanmu. Buat keponakanku Citra semoga menjadi anak yang berguna.
5. Buat Guruku Kimia Bpk Sugihartono S.Pd beserta keluarga, karena kehadiranmu sehingga aku dapat menempuh pendidikan sampai sekarang ini, semoga Allah SWT membalas semuanya dan menjadikan suri tauladan buat anakmu ini. 6. Keluarga besar Lembaga Insan Cendekia (Drs. Ahmad Fatah Yasin, M.Ag, Drs. Padil, M. Ag, Moh Hambali, M.Ag, Marno, M.Ag) terimakasih atas proses dan nasehatnya selama ini. 7. Ustad Habib Ali Assegaf terimakasih atas tausiahnya sehingga aku tetap optimis dalam menghadapi hidup ini. 8. Buat sahabatku Teguh Hariyanto, Dhewi Astuti, Mukhlisin dan adikku yang manis Elmi Ariyanti, trimakasih nasehat yang selama ini kalian berikan sehingga aku tetap tegar dalam menjalani hidup ini. 9. Teman-teman HMI (Mas Muslih, Mas Huda, Mas Gulam, Adi Supriyanto, Fatim, Dili, Uus dan masih banyak lagi yang tak mungkin penulis sebutkan satu-persatu) terimakasih atas semua perhatiannya dan dukungannya secara moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 10. Keluarga besar Tapak Suci (Pak Agus, Pak Nyoto, Pak Sofa Aqli, M.Ag abah Kasuwi) yang dalam perjalanannya penulis selalu dapat inspirasi dan semangat tuk menggali wawasan lebih dalam. Semoga Tapak Suci tetap jaya 11. Buat seseorang yang selalu memberikanku semangat, terimakasih atas kesabarannya selama ini, semoga kita selalu diberikan yang terbaik. 12. Keluarga besar GMPI (Mas Arif, Kang Sulkan) terimaksih atas ilmunya.
13. Keluarga Besar PMI Kab. Kediri (Jupriadi, M.Pd, Da2ng, Eko P, Jun, Yuni,) yang juga turut mendewasakan pola fikir penulis dalam perjalanannya mencari jati diri. 14. Keluarga Besar Pramuka (Kak Junaidi, Kak Aziz, Kak Ferdi, Kak Lis), penulis merasa mendapat pelajaran yang berharga dalam setiap kegiatan dan prinsip yang dibangun, semoga Pramuka tetap eksis dalam mengawal setiap langkah perkembangan pergerakan anak bangsa. 15. Murid-muridku di MTs Taswirotul Ulum Kepung (Ani, Wika dll), dan SMP Kepung (Shinta, Saiful, Sulton dll) terimakasih atas doanya. 16. Temen-temen kos Devi, Shinta, Nisa, Yayuk, Rima, Leni tetap semangat. 17. Teman-teman biologi 2005 terimakasih atas kekompakannya.
Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Jannah (surga). (HR. Muslim) Hidup ini luar biasa, apapun bentuknya dan dinamikanya Dimulai dari hal yang sederhana yaitu kata-katanya Kata diucapkan dan dilupakan, dari kata dapat berjanji, Kata dapat memberi semangat. Lebih dari itu, Perkataanmu dapat membuatku terpana. Sesuatu baru tercipta dalam diri seseorang selayaknya menimbulkan asosiasi baru. Waktu menjadi proses sentral dan belajar menjadi kata kunci utama.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Al-Rahman Al-Rahim yang selalu mendengarkan segala pinta penulis dan yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan pada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada baginda Nabi Besar Nabi Muhammad SAW yang akan memberi syafaat kepada umatnya yang taat. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak akan terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari semua pihak sehingga terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, yang memberikan dukungan serta kewenangan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, S.U., D.Sc, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd Selaku Ketua Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 4. Dr. Ulfah Utami, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
5. Dr. Ahmad Barizi, MA selaku Dosen Pembimbing Agama yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. 6. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi serta nasehat-nasehat dengan penuh keikhlasan, kesabaran serta kasih sayang yang tiada tara sehingga penulis bisa mengenyam pendidikan setinggi ini. 7. Kakakku (Sulistyono), adikku (Hadi Santoso) yang telah memberikan doa, motivasi, kasih sayang serta semangat yang tiada hentinya sehingga terselesaikannya skripsi ini. 8. Sugihartono S.Pd dan keluarga yang telah membimbingku dan selalu memberi motivasi sejak SMA hingga terselesainya skripsi ini. 9. Teman-temanku Jurusan Biologi Angkatan 2005 terima kasih untuk semua persahabatan dan kekompakannya.
Sebagai ungkapan terima kasih, penulis hanya mampu berdoa semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis diterima disisi-Nya serta mendapat imbalan yang setimpal. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Malang, 01 Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. iii DAFTAR TABEL ......................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii ABSTRAK ..................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 8 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8 1.4 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 8 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 9 1.6 Batasan Masalah .............................................................................. 9
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan ................................................................... 40 3.2 Waktu dan tempat Penelitian ......................................................... 41 3.3 Variabel Penelitian ........................................................................ 41 3.3.1 Variabel Bebas .................................................................... 41 3.3.2 Variabel Terikat .................................................................... 41 3.4 Alat dan Bahan .............................................................................. 42 3.5 Cara Kerja ..................................................................................... 42 3.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan....................................................... 42 3.5.2 Penyiapanan Media................................................................. 43 3.5.3 Isolasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman kentang................. 44 3.5.4 Penyiapan Pemurnian Jamur Endofit.............. ....................... 45 3.5.5 Seleksi Jamur Endofit Penghasil Metabolit AntiJamur dan Antibakteri.............. ............................................................... 46 3.5.6 Pengukuran Zona Hambat........................ .............................. 47 3.6 Analisis Data .................................................................................. 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang (Solanum tuberosum Linn. Cv. Granola) ...................................... 49 4.2 Hasil Identifikasi Isolat Jamur Endofit dari Akar Tanaman kentang 52 4.3 Uji Aktivitas Metabolit Jamur Pada Akar Tanaman Kentang ........ 58
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan .................................................................................... 72 5.2 Saran-saran ..................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 73
No. Judul ...... Halaman 2.1 Bunga Tanaman Kentang ................................. ......................................... 14 2.2 Tanaman kentang ............................................ ......................................... 15 2.4 Daun kentang terinfeksi Bakteri Ralstonia solanacaerum ......................... 35 2.5 Umbi Kentang terinfeksi Bakteri Ralstonia solanacaerum ....................... 37 2.6 Foto Mikroskopis Jamur Fusariun ................... ......................................... 37 2.7 Umbi Kentang terkena Fusarium sp ................ ......................................... 38 2.8 Siklus Fusarium sp ........................................... ......................................... 39 2.9 Morfologi Phytoptora infestans ....................... ......................................... 41 2.10 Daun kentang terinfeksi Phytoptora infestans ......................................... 42 2.11Kentang Terinfeksi Phytoptora infestans ....... ......................................... 43 2.12 Daur Hidup Phytoptora infestans .................. ......................................... 44 4.1 Pertumbuhan Koloni Jamur Endofit yang diisolasi dari Akar Tanaman Kentang pada Medium PDAS pada suhu 25C ......... 49 4.2. Isolat 1A, A. Koloni isolat 1A, B. Foto mikroskopis isolat 1A perbesaran 400x ............................................. ......................................... 53 4.3 Isolat 2A, A. Koloni isolat 2A, B. Foto mikroskopis isolat 2A perbesaran 400x .............................................. ......................................... 55 4.4 Isolat 3C, A. Koloni isolat ML4, B. Foto mikroskopis isolat 4A perbesaran 400x .............................................. ......................................... 56 4.5 Zona hambat yang ditimbulkan oleh metabolit jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp dan Phytoptora investans .. ......................................... 61 4.6 Zona hambat yang ditimbulkan oleh metabolit sekunder jamur endofit terhadap Ralstonia solanacaerum ........................................ 62
DAFTAR TABEL
4.1 Hasil Isolasi jamur endofit pada akar tanaman kentang................................ 51 4.2 Deskripsi bentuk warna koloni isolat jamur endofit ..................................... 52 4.3 Hasil Identifikasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentang ................... 57 4.4 Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp .......................................................................... 58 4.5 Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap jamur Phytopthora infestans ................................................................ 59 4.6 Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum ........................................................... 59 4.7 Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap jamur dan bakteri .................................................................................. 64 4.8 Zona Hambat Jamur Endofit Terhadap Jamur Phytopthora infestans ......... 66 4.9 Zona Hambat Jamur Endofit Terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum .... 67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Komposisi yang digunakan dalam penelitian ................................. 77 Lampiran 2. Diagram alir metode kerja ............................................................. 78 Lampiran 3. Gambar alat-alat penelitian ............................................................ 79 Lampiran 4. Diameter zona hambat ................................................................... 80 Lampiran 5. Perhitungan statistic ....................................................................... 81
ABSTRAK Sunarmi, Ninik. 2010. Isolasi dan Identifkasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentang sebagai Anti Jamur (Fusarium sp, Phytopthora infestans) dan Anti Bakteri (Ralstonia solanacaerum). Pembimbing: Dr. Ulfah Utami M. Si dan Dr. Ahmad Barizi MA. Kata Kunci : Kentang, Jamur Endifit, Fusarium sp, Phytopthora infestans Ralstonia solanacaerum Telah dilakukan penelitian pada tanaman kentang yang merupakan salah satu bahan pangan utama dunia setelah padi, gandum dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia. Kendala utama dalam budi daya kentang di Indonesia adalah serangan hama dan penyakit. Upaya untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan melakukan isolasi mikroba endofit khususnya jamur endofit yang hidup dalam jaringan tanaman dan mampu menghasilkan metabolit sekunder sesuai dengan tanaman inangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jamur endofit dari akar tanaman kentang yang mempunyai potensi sebagai penghasil senyawa antifungi terhadap jamur Fusarium sp, Phytopthora infestans dan Bakteri Ralstonia solanacaerum. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang pada bulan Desember 2009 sampai April 2010. Metode yang digunakan adalah metode eksplorasi dan eksperimen. Penelitian dilakukan dengan cara mengisolasi jamur endofit dari akar tanaman kentang yang diperoleh Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Malang Jawa Timur yang kemudian dilakukan identifikasi terhadap jamur endofit yang tumbuh pada media PDAS. Produksi metabolit sekunder jamur endofit diperoleh dengan metode fermentasi dan diuji aktivitasnya terhadap jamur Fusarium sp, Phytopthora infestans dan Ralstonia solanacaerum dengan menggunakan metode difusi agar (Kirby-Bauer). Jamur uji yang digunakan diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jamur endofit yang telah diisolasi dan diidentifikasi dari akar tanaman kentang mempunyai aktivitas anti jamur terhadap jamur Fusarium sp, Phytopthora infestans dan bakteri Ralstonia solanacaerum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 3 isolat jamur endofit berhasil diisolasi dari akar tanaman kentang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jamur endofit yang paling berpotensi sebagai Anti jamur Fusarium sp, Phytopthora infestans dan Anti Bakteri dan Ralstonia solanacaerum adalah Penisillium sp.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tanaman kentang merupakan tanaman semusim yang berbentuk semak (Sunarjono, 2007). Kentang merupakan jenis umbi-umbian yang memiliki jenis yang berbeda terhadap umbi-umbian lainnya, seperti singkong, wortel maupun ketela dan masih banyak lagi. Perbedaannya terletak pada kandungan gizi dan vitamin yang ada di dalam kentang tersebut. Sebagai salah satu bahan pangan yang mengandung karbohidrat, mineral, dan vitamin yang cukup tinggi, kentang dapat menggantikan bahan pangan karbohidrat yang berasal dari beras, gandum, atau jagung yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat (Samanhudi, 2002). Kentang mengandung karbohidrat 19,10 g, protein 2,00 g, lemak 0,10 g, vitamin 17,00 mg, serat 0,40 g dan air 64,00 mg (Rukmana, 1997). Kandungan vitamin, mineral dan karbohidrat yang sangat baik pada kentang dapat dijadikan pengganti nasi dalam masa-masa krisis. Namun, kentang memiliki tingkat keterjangkitan penyakit yang cukup tinggi diantara jenis umbi- umbian lainya. Penyakit yang sering menyerang pada tanaman kentang adalah jamur Fusarium sp dan Phytopthora infestans serta bakteri Ralstonia solanacearum. Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum merupakan penyakit tanaman yang berbahaya. Penyakit ini tersebar luas di daerah tropika dan sub tropika dan banyak menyerang tanaman pertanian seperti pisang, tomat, kentang, tembakau dan suku Solanaceae lainnya (Nasrun dkk, 2007).
Penyakit yang terdapat pada kentang merupakan bagian dari hukum alam yang tidak dapat dihindari, karena seperti halnya makhluk lainnya tentunya Allah SWT menciptakan ciptaan-Nya dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur- Nya. Tidak terlepas manusia sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan dan sosial yang tinggi tentunya juga tidak akan lepas dengan takdir Allah SWT yang wajib kita terima dan kita imani, tetapi kita sebagai manusia wajib berusaha agar tetap dalam keadaan sehat walafiat. Usaha untuk menjaga tubuh tetap sehat dan jauh dari segala macam penyakit yaitu dengan cara pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Allah SWT menciptakan sesuatu yang ada di bumi ini dengan berpasang- pasangan, contohnya adalah penciptaan seorang laki-laki dan perempuan, hujan dan panas serta penyakit dengan obat. Terkait penyakit yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan tentunya juga tak akan jauh berbeda dengan mahluk hidup lainnya. Perbedaan itu hanya terletak pada sifat yang melekat pada keduanya. Manusia memiliki sifat aktif bergerak dengan segala potensi akal yang dimilikinya, sedangkan tumbuhan memiliki sifat pasif yang tentunya membutuhkan perantara dalam segala hal, seperti jika terdapat penyakit yang berada ditanaman maka manusia diharapkan mampu untuk memeliharanya dengan baik. Hal ini demi terwujudnya keseimbangan alam yang lebih baik sehingga ini sesuai dengan sunnatullah, karena tidak ada satu penyakit apapun yang tak dapat disembuhkan dengan perantara dan izin Allah SWT , dan Allah SWT tidak akan menurunkan penyakit melainkan menurunkan pula (obat) penyembuh bagi penyakit tersebut, sebagaimana sabda Nabi berikut ini:
, , ( )
Artinya: Dari Athaa, dari Abu Hurairah R.A, ia berkata: Rasulullah SAW. telah bersabda : Allah tidak akan menurunkan penyakit melainkan menurunkan pula (obat) penyembuh bagi penyakit tersebut.
Dalam sabda Nabi yang lain:
, . ( ) Artinya: Dari Jabir bin Abdillah R.A, dari Nabi SAW. Beliau bersabda : setiap penyakit pasti ada obatnya, apabila penyakit itu telah bertemu dengan obatnya, maka penyakit itu akan sembuh atas izin Allah, Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Agung
Qayyim al-Jauziyah (1994) mengatakan bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya adalah bersifat umum, mencakup segala penyakit dan segala macam obat yang dapat menyembuhkan penderita, karena sesunguhnya Allah telah menyiapkan segala macam obat penyakit baik penyakit ringan maupun penyakit yang sangat membahayakan, salah satu contohnya adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp dan Phytophthora infestans serta bakteri Ralstonia solanacearum. Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum pada kentang sampai saat ini masih menjadi kendala dalam produksi kentang. Berbagai rekomendasi upaya pengendalian penyakit ini belum memberikan hasil yang optimal, oleh karena itu penggunaan tanaman yang tahan terhadap hama yang merugikan merupakan faktor yang sangat penting untuk mengendalikan penyakit tanaman (Samanhudi, 2009).
Selain bakteri Ralstonia solanacaerum, spesies jamur Fusarium sp juga merugikan para petani, serangan jamur menyebabkan tanaman mengalami layu patologis yang berakhir dengan kematian (Damayanti, 2009). Susanti, dkk, 2004 juga menambahkan bahwasannya pengendalian penyakit layu Fusarium sp cukup sulit karena patogen bersifat soil inhabitant dan dapat bertahan sangat lama di dalam tanah tanpa adanya tanaman inang, sehingga rotasi tanaman menjadi tidak efektif Jamur Fusarium sp pada tahun 2003 menyerang pada tanaman seraiwangi yang ada di Jawa Timur, Jawa Tengah sehingga dapat menurunkan rendemen minyak seraiwangi 54- 81%, serta kandungan sitronellal dan graniol 23.27 dan 41.60%. Sejauh ini upaya pengendalian penyakit bercak Fusarium sp, dilakukan dengan fungisida sintetik akan tetapi cara ini dinilai tidak efisien karena residu fungisida akan mempengaruhi mutu minyak, walaupun dari segi efektifitas terlihat berhasil baik. Untuk itu perlu dicari terobosan baru memakai fungisida botanis yang dinilai lebih aman dan tidak meninggalkan residu pada tanaman (Idris, 2007). Pada saat ini di Indonesia masih banyak penggunaan fungisida sintetik. Penggunaan fungisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan masalah pencemaran lingkungan, gangguan keseimbangan ekologis dan residu yang ditinggalkannya dapat menjadi racun dan bersifat karsinogenik (Damayanti, 2009). Menurut Purwantisari dkk (2004) bahwa, ada jenis lain penyebab penyakit pada kentang, yaitu : penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang oleh jamur
patogen Phytophthora infestans. Penyakit ini sejak lama menjadi masalah bagi para petani kentang dan merupakan penyakit yang paling serius di antara penyakit lain yang menyerang tanaman kentang di Indonesia. Produktivitas kentang di Kecamatan Kedu, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2003 juga mengalami penurunan tajam, hal ini disebabkan oleh lapisan humus yang sudah habis, sehingga kontaminasi penyakit dan hama menjadi tinggi. Pada musim hujan benih kentang rentan terhadap kapang patogen Phytophthora infestans, sedangkan di gudang penyimpanan benih rawan serangan hama. Phytopthora infestans merupakan kapang yang paling sering menyerang tanaman kentang di Indonesia. Penurunan produksi kentang di Indonesia dapat mencapai 90% dari total produksi kentang dalam waktu yang sangat singkat. Sampai saat ini belum ada varietas kentang yang benar-benar tahan terhadap patogen tersebut. Kondisi tersebut sangat merugikan para petani kentang di sentra- sentra pertanaman kentang di Kecamatan Kedu, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2003 yang kondisi lingkungannya sangat mendukung perkembangan penyakit oleh kapang patogen tersebut (Purwantisari dkk, 2004). Penyakit layu bakteri nilam dapat menimbulkan kematian nilam cukup besar pada tahun 2003, dan menurunkan produksi nilam dan kerugian hasil mencapai 60-80% pada tahun 1991. Penyakit ini telah menyebar ke daerah sentra produksi di Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Nangro Aceh Darusalam (NAD). Akhir-akhir ini penyakit layu bakteri nilam telah menyebar luas dan merupakan ancaman terhadap pertanaman nilam. Gejala penyakit berupa tanaman layu pada cabang-cabang tanpa suatu urutan yang
teratur dan gejala lanjut berupa seluruh bagian tanaman layu atau mati dalam waktu singkat (Nasrun dkk, 2007). Salah satu organisme penghasil antibiotik yang sedang banyak dibicarakan sekarang ini adalah fungi endofit. Fungi endofit biasanya terdapat dalam suatu jaringan seperti daun, ranting atau akar tumbuhan. Fungi ini dapat menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika. Kelompok fungi endofit yang mampu memproduksi senyawa antibiotika yang aktif melawan bakteri maupun fungi patogenik terhadap manusia, hewan dan tumbuhan. Asosiasi beberapa fungi endofit dengan tumbuhan inang mampu melindungi tumbuhan inangnya dari beberapa patogen virulen, baik bakteri maupun jamur (Purwanto, 2008). Menurut Susilawati, dkk (1992), pemanfaatan mikroba endofitik dalam memproduksi senyawa aktif memiliki beberapa kelebihan, antara lain (1) lebih cepat menghasilkan umbi dengan mutu yang seragam, (2) dapat diproduksi dengan skala yang besar, (3) kemungkinan diperoleh komponen bioaktif baru dengan memberikan kondisi yang berbeda. Beberapa tahun terakhir ini penggalian sumber daya mikroba yang terdapat pada jaringan tanaman mulai banyak mendapat perhatian. Mikroba endofitik yang berasal dari rumput telah diaplikasikan untuk keperluan industri dan pertanian, namun masih banyak mikrobia endofitik belum diketahui karakter dan potensinya (Melliawati dkk, 2006). Menurut Worang (2003), banyak kelompok fungi endofit yang mampu memproduksi senyawa antibiotika yang aktif melawan bekteri maupun fungi
patogenik terhadap manusia, hewan dan tumbuhan, terutama dari genus Coniothirum dan Microsphaeropsis. Isolat fungi endofit Xilaria sp juga memiliki potensi yang besar dalam penelitian-penelitian industri farmasi maupun pertanian. Strain Xilaria yang diisolasi dari tumbuhan epifit di Amerika Selatan dan Meksiko dilaporkan dapat menghasilkan suatu senyawa antibiotika baru dari kelompok sitokalasin. Penggunaan zat kimia antijamur tidak efektif, karena kita harus menjangkau semua tempat yang ditumbuhi kapang, dan setelah efek dari zat kimia fungisida itu habis, maka pertahanan dari zat kimia tersebut juga habis. Oleh karena itu untuk mengatasi serangan kapang, harus menggunakan sejenis makhluk hidup juga, yang selama hidupnya ia membunuh kapang tersebut (Trubus, 2004). Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa dalam akar tanaman terdapat jamur endofit yang memiliki manfaat yang sangat penting bagi tumbuhan. Simbiosis antara jamur endofit dengan akar tanaman kentang dapat digunakan sebagai antijamur dan antibakteri. Latar belakang diatas melandasi dilakukannya penelitian dengan judul Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentang Sebagai Anti Jamur Fusarium sp., Phytopthora infestans dan Anti Bakteri Ralstonia solanacearum. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Jenis jamur endofit apa sajakah yang dapat diisolasi pada jaringan akar tanaman kentang (Solanum tuberosum) ?
2. Apakah metabolit yang dihasilkan jamur endofit pada akar tanaman kentang mempunyai kemampuan sebagai anti jamur terhadap jamur Fusarium sp., Phytopthora infestans dan anti bakteri Ralstonia solanacearum ?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui jenis jamur endofit yang dapat diisolasi pada jaringan akar tanaman kentang (Solanum tuberosum). 2. Mengetahui kemampuan metabolit yang dihasilkan jamur endofit pada akar tanaman kentang mempunyai kemampuan sebagai anti jamur terhadap jamur Fusarium sp., Phytopthora infestans dan anti bakteri Ralstonia solanacearum.
1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang melandasi penelitian ini adalah: 1. Terdapat beberapa jenis jamur endofit dari akar tanaman kentang yang dapat ditemukan pada akar tanaman kentang. 2. Metabolit yang dihasilkan oleh jamur endofit dari akar tanaman kentang mempunyai kemampuan dalam menghambat jamur Fusarium sp., Phytophthora infestans dan bakteri Ralstonia solanacearum.
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan ilmu pengetahuan mikrobiologi yang berkaitan dengan daya antagonisme jamur endofit pada suatu tanaman. 2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat jamur endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberrosum) sebagai anti jamur dan anti bakteri. 3. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat berguna dalam mendukung pertanian kentang.
1.6 Batasan Masalah 1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kentang varietas Granola vietnam yang diperoleh dari Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kabupaten Malang. 2. Penelitian ini hanya meneliti tentang jamur endofit dari akar tanaman kentang varietas Granola Vietnam. 3. Jamur endofit yang digunakan dalam penelitian ini diisolasi dari jaringan akar tanaman kentang varietas Granola vietnam. 4. Jamur dan bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur Fusarium sp. dan Phytopthora infestans dan bakteri Ralstonia solanacearum.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kentang (Solanum tuberusum L) 2.1.1 Morfologi Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberusum L.) termasuk kedalam jenis tanaman sayuran berumuran pendek, dan berbentuk perdu atau semak. Tanaman budidaya ini berumur pendek, yaitu sekitar 90-180 hari dan hanya sekali berproduksi dalam satu masa pembudidayaannya (Samadi, 1997). Oleh karenanya dalam pembudidayaannya diperlukan tanah yang sangat bagus dan agak gembur, hal ini juga sangat penting dalam membantu dan menjaga keseimbangan ekosistem, karena tanah merupakan media yang tidak dapat digantikan dalam menjaga kualitas hasil dari kentang itu sendiri atau tanaman-tanaman lain. Oleh karena itu Allah SWT, telah berfirman terhadap betapa pentingnya menghidupkan tanah, dalam artian mengajak pada umat manusia dalam menjaga kesuburan tanah, adapun surat yang menegaskan tentang hal tersebut adalah QS. Yaasin: 33: O4C-474 N+= OO- O4-^OE^- E4LuO4O^O E4^Ou=4 O&u+R` lEO +Ou4R 4QU4C ^QQ
Artinya : Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan.
Batang tanaman kentang berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50-120 cm, dan tidak berkayu (tidak keras bila dipijat). Batang dan daun berwarna hijau kemerah-merahan atau keunggu-ungguan. Bunganya berwarna kuning
keputihan atau unggu dan tumbuh diketiak daun teratas dan berjenis kelamin dua. Benang sarinya berwarna kekuning-kuningan dan melingkari tangkai putik. Putik ini biasanya lebih cepat masak (Setiadi dan Suryadi, 1997). Morfologi bunga pada tanaman kentang dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini:
Gambar 2.1 : Bunga tanaman kentang (Amaranthus, 2001)
Perakaran tanaman kentang berstruktur halus, berwarna keputih-putihan, dapat menembus kedalaman tanah sampai 45 cm (Rukmana, 1997). Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Ukuran, bentuk dan warna umbi kentang bermacam- macam. Umbi kentang memiliki mata tunas untuk perkembangbiakan selanjutnya (Setiadi dan Suryadi, 1997). Oleh karenanya, perlu di jaga kandungan tanah yang digunakan sebagai tempat menanam kentang, kualitas tanah akan sangat mempengaruhi hasil dan rasa kentang yang akan dihasilkan.
Adapun morfologi tanaman kentang dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini:
Gambar 2.2. Tanaman Kentang (Amaranthus, 2001).
Semua bagian tanamannya mengandung racun solanin. Begitu pula umbinya, yaitu ketika sedang memasuki masa bertunas. Namun, bila telah berusia tua atau siap dipanen, racun ini akan berkurang bahkan bisa hilang, sehingga aman untuk dikonsumsi (Setiadi dan Suryadi, 2007).
2.1.2 Klasifikasi Menurut Rukmana (1997), klasifikasi tanaman kentang adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae
Genus : Solanum Spesies : Solanum tuberosum L. Kultivar : Granola Vietnam
2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman kentang tumbuh pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik dan drainase yang baik dengan pH 5-6,5. Jenis tanah yang paling baik adalah andosol, namun baik pula tanaman lempung yang mengandung pasir, seperti latosol, aluvial dan grumosol, bila diikuti dengan pemberian pupuk organik dan pengapuran pupuk yang memadai, maka tanaman kentang dapat tumbuh dengan baik (Rukmana, 1997). Menurut Setiadi dan Fitria, (1993), faktor lingkungan yang dijadikan syarat tumbuh tanaman kentang adalah : 1. Iklim Sesuai dengan pembawaan serta sifat aslinya, tanaman kentang tumbuh pada daerah berhawa dingin. Pada perkembangan selanjutnya, kentang disebarluaskan kedaerah lain dan ternyata bisa tumbuh dan beradaptasi didaerah- daerah beriklim sedang (subtropis). Kemudian, meluas lagi kedaerah tropis yang memiliki dua musim, seperti Indonesia daerah-daerah garis khatulistiwa. Kentang yang dapat tumbuh didaerah tropis tetap saja membutuhkan daerah yang berhawa dingin atau sejuk. Suhu udara yang ideal untuk kentang berkisar antara 15-18C pada malam hari dan 24-30 C pada siang hari (Setiadi dan Fitria, 1993). Setiadi dan Fitria (1993), menyimpulkan bahwa kentang dapat tumbuh subur ditempat yang cukup tinggi, seperti daerah pegunungan dengan ketinggian
sekitar 500 hingga 3000 meter dpl. Namun tempat yang ideal adalah berkisar antara 1000-1300 m dpl. Kentang yang ditanam diketinggian kurang dari 1000 m dpl biasanya kecil, seperti kentang yang ditanam di Batu yang hanya mempunyai ketinggian sekitar 800 m dpl. Curah hujan juga berpengaruh terhadap tanaman kentang. Curah hujan yang tepat adalah bila besarnya kira-kira 1500 mm pertahun. Selain suhu, ketinggian tempat dan curah hujan, angin ternyata juga berpengaruh terhadap tanaman kentang. Angin terlalu kencang kurang baik bagi tumbuhan berumbi, sebab dapat merusak tanaman, mempercepat penularan penyakit, dan faktor penyebab bibit penyakit mudah menyebar (Setiadi dan Fitria, 1993). 2. Keadaan tanah Tanah yang paling baik untuk kentang adalah tanah yang gembur atau sedikit mengandung pasir,hal ini agar air mudah meresap dan mengandung humus yang tinggi. Kelembaban tanah yang cocok untuk umbi kentang adalah 70%. Kelembaban tanah yang lebih dari 70 % menyebabkan kentang mudah mengalami busuk batang dan akar. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang sesuai untuk kentang bervariasi, tergantung dari varietasnya. Misalnya kentang french fires cocok ditanam ditanah dengan pH 7,0 sedangkan kentang lokal dapat tumbuh baik pada pH 5,0-5,5 (Setiadi dan Fitria, 1993).
2.1.4 Kandungan Gizi Umbi Tanaman Kentang Menurut Niederhauser (1993), sebagai bahan makanan umbi kentang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kentang mengandung karbohidrat, protein, asam amino essensial dan vitamin yang lengkap. Perbandingan protein dan
karbohidrat pada tanaman kentang lebih tinggi daripada tanaman serealia maupun tanaman umbi yang lainnya. Protein dalam kentang mengandung asam amino yang seimbang sehingga sangat baik untuk kesehatan manusia. Selain itu kandungan vitamin dalam kentang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya seperti padi, gandum dan jagung. Mengenai beberapa tanaman-tanaman yang ada dibumi ini Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah : 61; ^OT4 +U~ E<Q4C T 4O^^ O>4N EC lR4 7vu1 E4 C+4O QO^C7 4L 4 eT:> OO- TR` ETU^4 E*.EVR~4 ER`Q4 O&wE4N4 ETU=44 W 4~ HQ7Rl4-O OR~-.- 4Q- E+u1 OR~-.T 4Q- NOOE= W-Q7CTlu-- -6OR` ET : E` +^Ec ^e4TOl4 OT^1U4 7-.mO- O4L:OE^-4 +7.44 U_4T R)` *.- ElRO ^^T W-Q+^~ HNO'4C Re4C4*T *.- HQU+-^4C4 =T1TE4- TOO4T --EC^- ElRO ER W-Q=4N W-Q+^E H4u4C ^R Artinya: Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi yang memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS Al-Baqarah : 61)
Ayat diatas menjelaskan tentang macam-macam tumbuhan sayur,
diantaranya adalah ketimun, bawang putih, bawang merah, dan kacang adasnya. Kentang meskipun tidak disebutkan pada ayat tersebut, merupakan salah satu tanaman sayuran yang banyak diminati dan dimanfaatkan di Indonesia. Setiap tanaman dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi memiliki keutamaan sendiri- sendiri dan pastinya mengandung manfaat bagi makhluk hidup yang lain terutama manusia yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan segala potensi yang ada di dunia ini. Manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dengan dibekali akal sebagai salah satu sabjek dan media berfikir tentunya juga memiliki keutamaan- keutamaan yang dapat membantu manusia berfikir akan ciptaan-ciptaan Allah SWT. Tanaman kentang yang merupakan obyek dari penelitian ini, disamping jamur sebagai satu kesatuan dalam riset, merupakan salah satu dari jenis tanaman yang banyak memberikan manfaat bagi manusia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. As-Syuaraa ayat 7-8 menegaskan: 4 W-u4O4C OT ^O- E4u-4^ O&OR TR` "7 uEe CO ^_ ET OT ElRO LO4CE W 4`4 4~ -+O4^ 4-RLR`uG` ^l
Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah dan kebanyakan mereka tidak beriman. (QS. Asy-Syuaraa: 7-8).
Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah, mengandung makna dan hikmah dibalik semuanya. Seperti yang dikemukakan oleh Asy-Shiddieqy bahwa dalam penciptaan tumbuh- tumbuhan terdapat suatu pelajaran yang menunjukkan kepada hal-hal yang wajib
kita imani (Shiddieqy, 2000).
Hal ini bisa kita rujuk kepada umbi kentang dimana kentang ternyata memiliki kandungan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Umbi kentang juga tidak mengandung lemak dan kolestrol, namun mengandung karbohidrat, sodium, serat diet, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi, di samping juga vitamin B6 yang cukup tinggi dibandingkan dengan beras. Dengan hasil temuan riset ini menunjukkan bahwa Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya dengan perencanaan yang luar bisa. Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan umbi kentang dikenal sebagai bahan pangan yang dapat menggantikan bahan pangan penghasil karbohidrat lain seperti beras, gandum, dan jagung. Tanaman kentang juga dapat meningkatkan pendapatan petani serta produknya merupakan komoditas nonmigas dan bahan baku industri prosesing. Selain itu, umbi kentang lebih tahan lama disimpan dibandingkan dengan sayuran lainnya (Rusiman, 2008).
2.1.5 Penyakit Pada Kentang Menurut Prabowo (2007), penyakit yang sering menyerang tanaman kentang adalah sebagai berikut: 1. Penyakit Busuk daun Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytopthora infestans, pada mulanya jamur ini timbul sebagai bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan
bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan kemudian daun membusuk atau mati. 2. Penyakit layu bakteri Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacerum, bakteri ini mula-mula menyerang daun muda pada pucuk tanaman layu dan tua dan daun bagian bawah menguning. 3. Penyakit busuk umbi Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colleotrichum coccodes. Gejalanya daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. 4. Penyakit Fusarium Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Gejala yang timbul adalah busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka- luka yang disebabkan nematoda atau faktor mekanis.
2.2 Jamur Endofit 2.2.1 Deskripsi Jamur Endofit Jamur endofit adalah Jamur yang terdapat di dalam sistem jaringan tumbuhan, seperti daun, bunga, ranting ataupun akar tumbuhan. Jamur menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika (Tombe, 2008). Purwanto (2008) menyebutkan bahwa endofit merupakan mikroorganisme yang sebagian atau
seluruh hidupnya berada di dalam jaringan hidup tanaman inang. Setiap tanaman tingkat tinggi umumnya mengandung beberapa mikroba endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik (genetic recombination) dari tanaman inangnya ke dalam mikroba endofit. Kemampuan mikroba endofit memproduksi senyawa metabolit sekunder sesuai dengan tanaman inangnya merupakan peluang yang sangat besar untuk memproduksi metabolit sekunder dari mikroba endofit yang diisolasi dari tanaman inangnya tersebut. Dari sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di muka bumi ini, masing-masing tanaman mengandung satu atau lebih mikroba endofit (Radji, 2005). Jamur endofit hidup bersimbiosis mutualisme, dalam hal ini jamur endofit mendapatkan nutrisi dari hasil metabolisme tanaman dan memproteksi tanaman melawan herbivora, serangga, atau jaringan yang patogen, sedangkan tanaman mendapatkan derivat nutrisi dan senyawa aktif yang diperlukan selama hidupnya (Simarmata dkk, 2007). Menurut Worang (2003), Asosiasi Jamur endofit dengan tumbuhan inangnya dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu mutualisme konstitutif dan induktif. Mutualisme konstitutif merupakan asosiasi yang erat antara Jamur dengan tumbuhan terutama rumput-rumputan. Pada kelompok ini Jamur endofit menginfeksi ovula (benih) inang, dan penyebarannya melalui benih serta organ penyerbukan inang. Mutualisme induktif adalah asosiasi antara Jamur dengan tumbuhan inang, yang penyebarannya terjadi secara bebas melalui air dan udara. Ditinjau dari sisi taksonomi dan ekologi, Jamur ini merupakan organisme yang
sangat heterogen.
Purwanto (2000), menambahkan bahwasannya mikroorganisme endofit akan mengeluarkan suatu metabolit sekunder yang merupakan senyawa antibiotik itu sendiri. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang disintesis oleh suatu mikroba, tidak untuk memenuhi kebutuhan primernya (tumbuh dan berkembang) melainkan untuk mempertahankan eksistensinya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme endofit merupakan senyawa antibiotik yang mampu melindungi tanaman dari serangan hama insekta, mikroba patogen, atau hewan pemangsanya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agen biokontrol.
2.2.2 Manfaat Jamur Endofit Menurut Talib (2009), berbagai jenis endofit telah berhasil diisolasi dari tanaman inangnya, dan telah berhasil dibiakkan dalam media perbenihan yang sesuai. Demikian pula metabolit sekunder yang diproduksi oleh mikroba endofit tersebut telah berhasil diisolasi dan dimurnikan serta telah dielusidasi struktur molekulnya. a. Mikroorganisme Penghasil Antibiotika dan Anti Malaria 1. Mikroba endofit yang menghasilkan antibiotika Cryptocandin adalah anti- Jamur yang dihasilkan oleh mikroba endofit Cryptosporiopsis quercina yang berhasil diisolasi dari tanaman obat Tripterigeum wilfordii, dan berhasiat sebagai antijamur yang patogen terhadap manusia yaitu Candida albicans dan Trichopyton spp.
2. Mikroba endofit penghasil zat anti malaria Colletotrichum sp. merupakan endofit yang diisolasi dari tanaman Artemisia annua, menghasilkan metabolit artemisinin yang sangat potensial sebagai anti malaria. Disamping itu beberapa mikroba endofit yang diisolasi dari tanaman Cinchona spp. juga mampu menghasilkan alkaloid cinchona yang dapat dikembangkan sebagai sumber bahan baku obat anti malaria (Talib, 2009). b. Mikroba Penghasil Anti Virus dan Kanker 1. Mikroba endofit yang memproduksi anti virus Jamur endofit Cytonaema sp. dapat menghasilkan metabolit cytonic acid A dan B yang struktur molekulnya merupakan isomer p-tridepside, berhasiat sebagai anti virus. Cytonic acid A dan B ini merupakan protease inhibitor dan dapat menghambat pertumbuhan cytomegalovirus manusia (Talib, 2009). 2. Mikroba endofit yang menghasilkan metabolit sebagai anti kanker Paclitaxel dan derivatnya merupakan zat yang berhasiat sebagai anti kanker yang pertama kali ditemukan yang diproduksi oleh mikroba endofit. Paclitaxel merupakan senyawa diterpenoid yang didapatkan dalam tanaman Txus. Senyawa yang dapat mempengaruhi molekul tubulin dalam proses pembelahan sel-sel kanker ini, umumnya diproduksi oleh endofit Pestalotiopsis microspora, yang diislasi dari tanaman Taxus andreanae, T. brevifolia dan T. wallichiana. Saat ini beberapa jenis endofit lainnya telah dapat diisolasi dari berbagai jenis Taxus dan didapatkan berbagai senyawa yang berhasiat sebagai anti tumor (Talib, 2009).
3. Endofit yang memproduksi antioksidan Pestacin dan isopestacin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh endofit P. microspora. Endofit ini berhasil diisolasi dari tanaman Terminalia morobensis, yang tumbuh di Papua New Guinea (Talib, 2009). 4. Endofit yang menghasilkan metabolit yang berhasiat sebagai anti diabetes Endofit Pseudomassria sp yang diisolasi dari hutan lindung, menghasilkan metabolit sekunder yang bekerja seperti insulin. Senyawa ini sangat menjanjikan sebagaimana insulin, senyawa ini tidak rusak jika diberikan peroral. Dalam uji praklinik terhadap binatang coba membuktikan bahwa aktivitasnya sangat baik dalam menurunkan glukosa darah tikus yang diabetes. Hasil tersebut diperkirakan dapat menjadi awal dari era terapi baru untuk mengatasi diabetes dimasa mendatang (Talib, 2009). 5. Endofit yang memproduksi senyawa imunosupresif. Imunosupresif merupakan obat yang digunakan untuk pasien yang akan dilakukan tindakan transplantasi organ. Selain itu imunosupresif juga dapat digunakan untuk mengatasi penyakit autoimum seperti rematoid artritis dan insulin dependent diabetes. Senyawa subglutinol A dan B yang dihasilkan oleh endofit Fusarium subglutinans yang diisolasi dari tanaman T. wilfordii, merupakan senyawa imunosupresif yang sangat potensial (Talib, 2009). Koloni mikrorganisme endofit hidupnya bersifat mikrohabitat dan merupakan sumber metabolit sekunder yang berguna dalam bioteknologi, pertanian, dan farmasi . Beberapa endofit memproduksi senyawa antibiotik dalam
kultur yang aktif berpengaruh terhadap bakteri patogen pada manusia, hewan, dan tanaman. Mikroorganisme xylotropik merupakan kelompok jamur hidup berasosiasi dengan organ tanaman berkayu, yang juga merupakan produk yang baik dalam menghasilkan metabolit yang berguna (Purwanto, 2008).
2.3 Bakteri Ralstonia solanacearum 2.3.1 Deskripsi Bakteri Ralstonia solanacearum Rendahnya produksi kentang di Indonesia terutama disebabkan oleh iklim yang kurang mendukung, penggunaan bibit yang mutunya rendah, serta gangguan hama dan penyakit. Salah satu penyakit penting pada kentang adalah layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia (Pseudomonas) solanacearum. Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh R. solanacearum pada kentang sampai saat ini masih menjadi kendala dalam produksi kentang. Berbagai rekomendasi upaya pengendalian penyakit ini belum memberikan hasil yang optimal. Penggunaan tanaman tahan merupakan faktor yang sangat penting untuk mengendalikan penyakit tanaman (Samanhudi, 2009). Ralstonia solanacearum adalah bakteri aerobik, berbentuk batang, berukuran (0,5 1,0 x 1,5 2,5) m, gram negatif, bergerak dengan satu flagel yang terletak diujung sel. Umumnya isolat yang virulen memiliki flagella sedangkan isolat non virulen flagelnya panjang. Bakteri ini diketahui mempunyai banyak ras yang berbeda virulensinya. Ras 1 menyerang terong-terongan dan tanaman lain, seperti tomat, tembakau, dan kacang tanah. Ras 2 menyerang pisang dan Heliconia. Ras 3 khususnya menyerang tanaman kentang (Wijiyono, 2009). Wijiono (2009) menjelaskan bahwa bakteri ini mempunyai generasi
waktu yang sangat pendek pada keadaan optimal < 20 menit. Selama pertumbuhan, bakteri dalam media cair akan membentuk suspensi yang keruh sedangkan pada media padat akan membentuk koloni yang bervariasi bergantung pada jenisnya. Strain virulen dengan koloni berlendir atau fluidal yang kemudian berubah menjadi tidak virulen dengan koloni yang berbintik kecil-kecil, perbedaan bentuk koloni dengan derajat virulensinya dihubungkan dengan produksi cairan yang mengandung polisakarida. Pembentukan pigmen seringkali dihasilkan dalam media yang mengandung tirosin. Penyakit ini menyebar melalui bahan tanaman, dan menyerang tanaman muda sampai tanaman berproduksi. Kondisi lingkungan yang cocok untuk perkembangan penyakit dapat mendorong penyakit berkembang secara pesat. Ditambah lagi petani belum melakukan pengelolaan penyakit secara benar, seperti menggunakan setek nilam sebagai bibit dari kebun yang terinfeksi penyakit layu bakteri, membiarkan sisa sisa tanaman sakit, dan tidak melakukan pemupukan sehingga dapat memacu perkembangan penyakit layu bakteri (Nasrun dan Nuryani, 2004). Wijiono (2009), juga menambahkan bahwasannya gejala awal adalah tanaman mulai layu dan kemudian menjalar ke daun bagian bawah setelah itu gejala yang lebih lanjut : seluruh tanaman layu, daun menguning sampai coklat kehitam-hitaman, dan akhirnya tanaman mati. Serangan pada umbi menimbulkan gejala dari luar tampak bercak-bercak kehitam-hitaman, terdapat lelehan putih keruh (massa bakteri) yang keluar dari mata tunas atau ujung stolon (Wijiono, 2009).
2.3.2 Klasifikasi Bakteri Ralstonia solanacearum Klasifikasi dari bakteri Ralstonia solanacearum adalah sebagai berikut: Kingdom : Prokariotik Divisio : Gracilicutes Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili : Pseudomonadaceae Genus : Ralstonia Spesies : Ralstonia solanacearum Sinonim : Peseudomonas solanacearum (Wijiono, 2009).
2.3.3 Mekanisme Kerusakan pada Tanaman Kentang Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum merupakan salah satu penyakit tanaman paling berbahaya yang tersebar luas di daerah tropika dan sub tropika dan banyak menyerang tanaman pertanian di antaranya tomat, kacang tanah, pisang, kentang, tembakau dan suku Solanaceae lainnya (Nasrun, dkk 2007). Beberapa mekanisme kerusakan ekstraseluler polisakarida sebagai penyebab layu antara lain: penyebaran patogen dalam xylem, pembentukan senyawa ekstraseluler polisakarida hanya pada isolat yang virulen dan pemberian dengan senyawa metabolit dari patogen pada tanaman. Aspek-aspek penyebab layu adalah: pengaliran terbatas dan transportasi air ke daun menjadi terhambat,
viskositas cairan dalam jaringan pembuluh meningkat, terjadi penyumbatan terhadap transport air, bagian yang paling kritis adalah tangkai dan tulang daun, terjadinya kerusakan pada membran luar dan membran dalam dalam sel dan keluarnya elektrolit dari dalam sel (Wijiono, 2009).
2.3.4 Gejala Serangan Ralstonia solanacearum Gejala awal terlihat daun layu pada salah satu daun pucuk dan diikuti dengan daun bagian bawah. Setelah terlihat gejala lanjut dengan intensitas penyakit di atas 50%, tanaman akan mengalami kematian dalam waktu 7-25 hari. Pada gejala serangan selanjutnya terjadi pembusukkan akar dan pangkal batang dengan terlihat adanya massa bakteri berwarna kuning keputihan seperti susu dan ini merupakan ciri khas dari serangan patogen penyebab penyakit layu bakteri (Nasrun dkk, 2007). Adapun gejala serangan Ralstonia solanacaerum dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini.
Gambar 2.3: Daun kentang terinfeksi bakteri Ralstonia solanacearum (Thurston, 2009).
Sedangkan pada umbinya yang terifeksi bakteri Ralstonia solanacearum bisa dilihat pada gambar 2.4 sebagai berikut:
Gambar 2.4: Umbi kentang terinfeksi bakteri Ralstonia solanacearum (Thurston, 2009)
Serangan pertama kali biasanya pada tanaman umur 6 minggu. Daun layu mulai dari pucuk sampai ke bagian bawah. Apabila batang, cabang, pangkal batang dibelah, terlihat warna cokelat kehitaman dan busuk. Bila dicelup dalam air bening 5 menit kemudian akan keluar cairan eksudat seperti lendir berwarna putih. Serangan bakteri ini sering menular lewat air yang tercemar (Sunoto, 2008). 2.4 Jamur Fusarium sp 2.4.1 Deskripsi Jamur Fusarium sp Jamur Fusarium sp. merupakan jamur yang tersebar luas baik pada tanaman maupun dalam tanah. Beberapa spesies dari jamur ini dapat memproduksi mycotoxin dalam biji-bijian yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan jika memasuki rantai makanan. Toksin utama yang diproduksi oleh jamur ini adalah fumonisin dan trichothecenes). Jamur Fusarium ini juga dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, yang disebut sebagai penyakit layu fusarium. Penyakit layu fusarium adalah penyakit sistemik yang menyerang
tanaman mulai dari perakaran sampai titik tumbuh (Febby, 2008).
Ciri-ciri dari Fusarium sp memiliki konidia hyaline yang terdiri dari dua jenis yaitu makrokonidia berbentuk sabit, umumnya bersekat tiga, berukuran 30 40 x 4,55,5 m, mikrokonidia bercel-1, berbentuk bulat telur atau lonjong, terbentuk secara tunggal atau berangkai-rangkai, membentuk massa yang berwarna putih atau merah jambu, seperti yang terlihat pada gambar 2.5 dibawah ini:
Gambar 2.5 : Foto Mikroskopis Jamur Fusarium oxysporum; A-B foto mikroskopis makrokonidia; C-D foto mikroskopis mikrokonidia, skala garis 25 m; EF mikrokonidia pada miselium, skala garis 50 m. (Sumber: Leslie and Summerell, 2006)
2.4.2 Klasifikasi Menurut Anaf (2009), klasifikasi dari cendawan ini adalah sebagai berikut: Kindom : Fungi Divisi : Eumycota SubDivisi : Deuteromycotina
Kelas : Hypomycetes Ordo : Moniliales Famili : Tuberculariaceae Genus : Fusarium Spesies : Fusarium spp
2.4.3 Mekanisme Kerusakan pada Kentang Penyakit layu fusarium ini ditandai dengan daun menguning, daun terpelintir dan pangkal batang membusuk. Asam fusarat yang dihasilkan oleh Fusarium sp. merupakan racun yang larut dalam air. Toksin ini mengganggu permeabilitas membran dan akhirnya mempengaruhi aliran air pada tanaman. Adanya hambatan pergerakan air dalam tubuh tanaman menyebabkan terjadinya layu patologis yang tidak bisa balik (irreversibel) yang berakibat kematian tanaman seperti kasus-kasus penyakit layu pada kentang dan tomat yang disebabkan oleh Fusarium sp (Febby, 2008). Adapun gambar umbi kentang yang terkena jamur Fusarium sp dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut ini:
Gambar 2.6: Umbi Kentang yang terkena Fusarium sp (Thurston, 2009)
Biasanya penyakit ini muncul sejak masa pembibitan karena umbi kentang yang dijadikan bibit telah terserang penyakit. Patogen masuk ke dalam umbi melalui luka atau jaringan yang lemah di sekeliling tunas. Penyebab penyakit ini umum terdapat dalam tanah yang ditanami kentang. Infeksi terjadi melalui luka yang terdapat pada kulit umbi kentang, misalnya melalui luka-luka yang terjadi secara mekanis selama panenan dan sortasi, karena serangga, nematoda, jamur, dan juga luka-luka karena terbakar matahari (sun scorch). Tetapi jamur Fusarium juga dapat menginfeksi pada umbi yang utuh melalui lentisel. Penularan terjadi karena adanya kontak antara umbi yang sehat dengan umbi yang sakit atau dengan perantaraan konidium jamur (Anaf, 2009). Daur hidup jamur Fusarium sp pada tanaman kentang dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut ini:
Gambar 2.7. Siklus Fusarium sp (www.fusarium lifecycle.com) Selain dikenal sebagai jamur parasit dan juga jamur saprofit aktif, jamur Fusarium oxysporium ini juga mempunyai kemampuan hidup pada bahan organik mati, berupa pupuk kandang, yang umum digunakan sebagai pupuk dasar penananam jahe di semua lokasi. Adanya pupuk kandang akan membantu tersedianya sumber nutrisi bagi jamur di dalam tanah. Selain itu, ketersediaan bahan organik di dalam tanah akan mendukung sebaran dan pencaran jamur (Damayanti, 2009). 2.5 Jamur Phytophthora infestans 2.5.1 Deskripsi jamur Phytophthora infestans Pada Phytophthora infestans memiliki ciri-ciri yaitu miselliumnya yang tidak bersekatsekat. Warna misellium putih, jika tua mungkin agak coklat kekuningkuningan; kebanyakan sporangium berwarna kehitam hitaman. Hifanya berkembang sempurna. Phytopthora memiliki sporangium yang
berbentuk bulat telur. Phytophthora infestans memproduksi spora aseksual yang disebut sporangia (Istiarini, 2009). Sedangkan gambar morfologi jamur Phytophthora infestans dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut ini :
Gambar 2.8: Morfologi Phytophthora infestan (Istiarini, 2009) 2.5.2 Klasifikasi Phytophthora infestans Menurut Anaf (2009), klasifikasi cendawan Phytophthora infestans adalah Kingdom : Stramenopiles Divisio : Eumycota Kelas : Oomycetes Ordo : Peronosporales Famili : Pythiaceae Genus : Phytophthora Spesies : Phytophthora infestans.
2.5.3 Gejala Penyakit Phytophthora infestans Gelaja awalnya tampak berupa bercak-bercak hijau kelabu pada permukaan bawah daun, kemudian berubah menjadi coklat tua. Semula serangannya hanya
terjadi pada daun-daun bawah, lambat laun merambat ke atas dan menjarah daun- daun yang lebih muda. Bila udara kering, jaringan yang sakit menjadi mengkerut, melengkung, dan memutar. Jika udara lembab, akibatnya akan semakin parah, jaringan daun akan segera membusuk dan tanaman mati ( Trubus, 2004). Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.9 tentang daun kentang yang terinfeksi Phytophthora infestans.
Gambar 2.9: Daun Kentang terinfeksi Phytophthora infestans (Thurston, 2009)
Daun yang terserang penyakit Phytophthora infestans memiliki ciri-ciri bercak nekrotik pada tepi dan ujungnya. Jika suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi, bercak-bercak tadi akan meluas dengan cepat dan mematikan seluruh daun. Bahkan kalau cuaca sedemikian berlangsung lama, seluruh bagian tanaman di atas akan mati. Dalam cuaca yang kering jumlah bercak terbatas, segera mengering dan tidak meluas. Umumnya gejala baru tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan, meskipun kadang-kadang sudah terlihat pada tanaman yang berumur 3 minggu (Anaf, 2009). Gejala penyakit yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans cepat sekali menjalar ke seluruh areal kentang dan membuat tanaman tersebut mati,
terlebih lagi bila musim hujan tiba. Percikan air akan mengantar spora jamur Phytophthora infestans untuk menyebar pada umbi kentang, sehingga menyebabkan umbi kentang terinfeksi jamur Phytophthora infestans dan kulit umbi menjadi melekuk dan agak berair. Bila umbi dibelah, daging umbi berwarna cokelat dan busuk (Trubus, 2004). Gejala penyakit pada kentang yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans tersebut diatas dapat dilihat pada gambar 2. 10 di bawah ini:
Gambar 2. 10 : Kentang terifeksi Phytophthora infestans (Thurston, 2009) Sedangkan menurut pendapat Anaf (2009), jamur Phytophthora infestans dapat menyerang umbi, jika keadaan baik bagi pertumbuhannya pada umbi terjadi bercak yang agak mengendap, berwarna coklat atau hitam ungu, yang masuk sampai 3-6 mm ke dalam umbi. Bagian yang terserang ini tidak menjadi lunak. Bagian yang busuk kering tadi dapat terbatas sebagai bercak-bercak kecil, tetapi juga dapat meliputi suatu bagian yang luas pada satu umbi. Gejala ini dapat tampak pada waktu umbi digali, tetapi sering tampak jelas setelah umbi disimpan.
2.5.4 Perkembangbiakan Phytophthora infestans Pada umumnya, Phytophthora infestans ini berkembangbiak secara aseksual. Cara ini dilakukan tanpa penggabungan sel kelamin betina dan sel
kelamin jantan, tetapi dengan pembentukan spora yaitu zoospora yang terdiri dari masa protoplasma yang mempunyai bulu bulu halus yang bisa bergetar dan disebut cilia, tetapi dapat juga berkembangbiak secara seksual dengan oospora, yaitu penggabugan dari gamet betina besar dan pasif dengan gamet jantan kecil tapi aktif (Istiarini, 2009). Gambar Dibawah ini merupakan daur hidup dari jamur Phytophthora infestans pada tanaman kentang adalah sebagai berikut:
Gambar: 2.11 Daur Hidup Phytophthora Infestans (www. Phytophthora Infestans.com).
Daur hidup dimulai saat sporangium terbawa oleh angin. Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora kembara (zoospora), yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang mengadakan infeksi. Ini terjadi ketika berada dalam kondisi basah dan dingin yang disebut dengan perkecambahan tidak langsung. Spora ini akan berenang sampai menemukan tempat inangnya. Ketika keadaan lebih panas, P. infestan akan menginfeksi tanaman dengan perkecambahan langsung, yaitu germ tube yang terbentuk dari sporangium akan menembus jaringan inang yang akan membiarkan parasit tersebut untuk memperoleh nutrient dari tubuh inangnya
(Istiarini, 2009).
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang (Solanum tuberosum) yang diperoleh dari Desa Sumberbrantas Batu Malang sedangkan eksperimen dengan menguji isolat jamur endofit terhadap bakteri Ralstonia (Pseudomonas) solanacearum dan jamur Fusarium sp, Phytopthora infestans. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan. Jenis isolat jamur endofit diantaranya adalah sebagai berikut: 1A = Penicillium sp 2A = Aspergillus sp 3C = Homiscium sp Penentuan ulangan perlakuan menggunakan rumus Hanafiah (1993) yaitu: (t-1)(r-1) 15 Keterangan : t = treatment / perlakuan = 9 r = replikasi / ulangan Dengan demikian berdasarkan rumus tersebut, perlakuan dalam penelitian ini masing-masing dilakukan dalam 3 kali ulangan, sehingga secara keseluruhan manghasilkan 9 perlakuan dengan 3 kali ulangan.
Tabel 3.1 Diameter zona hambat yang dihasilkan jamur endofit terhadap jamur uji JAMUR ENDOFIT Jamur Uji U1 U2 U3 1A 1A U1 1A U2 1A U3 2A 2A U1 2A U2 2A U3 3C 3C U1 3C U2 3C U3
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai April 2010 dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Bebas Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat jamur endofit yang ditumbuhkan pada medium PDA (Potato Destroce Agar) yang terdiri dari isolat 1A, 2A dan 3C dengan 3 kali ulangan.
3.3.2 Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini merupakan variabel yang dapat diukur yaitu zona hambat terhadap bakteri Ralstonia solanacearum, jamur Fusarium sp, Phytopthora infestans yang diletakkan pada cawan petri dan ditambahkan dengan suspensi jamur endofit dengan beberapa spesies.
3.4 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar flow cabinet, autoclave, oven, cawan petri, jarum ose, bunsen , pengaduk kaca, entkas, pinset, kertas saring, incubator aluminium voil, mikroskop, cover glass, gelas obyek, gelas ukur, tabung reaksi, pipet volume, laminar, erlenmeyer, penggaris, shaker incubator, sentri fugasi, timbangan analitik, silet, dan plastik wrap. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan bakteri Ralstonia solanacearum, jamur Fusariumsp, Phytopthora infestans. Jamur endofit yang diisolasi dari akar tanaman kentang varietas Granola vietnam yang sehat, medium PDA (Potato Dextroce Agar), PDAS (Potato dextrose Agar Streptomysin), PDB (Potato Dextose Broth), NA (Nutrien Agar), larutan NaOCl (Sodium Hipoklorit) 1%, Aquades steril, spirtus, kapas, alkohol 70%, kertas cakram, tissue.
3.5 Prosedur Kerja 3.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan Sebelum penelitian dimulai terlebih dahulu menyeterilkan alat dan bahan, untuk alat-alat gelas dan cawan petri dicuci terlebih dahulu kemudian dikeringkan. Alat-alat dan bahan kemudian dibungkus dan memasukkannya ke dalam autoklaf pada suhu 121 C dengan tekanan 15 psi (per square inchi) selama 15 menit.
3.5.2 Penyiapan Media 3.5.2.1 Penyiapan Media PDA (Potato Destroce Agar) Ditimbang PDA sebanyak 19,5 g, kemudian ditambahkan sebanyak 500
ml akuades pada media PDA. Setelah itu PDA dipanaskan setelah ditambahkan dengan akuades hingga mendidih. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi (10 buah), masing-masing 10 ml dan ditutup dengan kapas.
3.5.2.2 Penyiapan Media PDAS (Potato dextrose Agar Streptomysin) Ditimbang PDA sebanyak 39 g, kemudian ditambahkan sebanyak 1000 ml akuades pada media PDA dan streptomysin 1 gram. Setelah itu PDA panaskan setelah ditambahkan dengan akuades hingga mendidih. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi (10 buah), masing-masing 10 ml dan ditutup dengan kapas. 3.5.2.3 Penyiapan Media PDB (Potato Dextose Broth), cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1. Disiapkan bahan yang terdiri dari kentang 0,5 kg, dekstrosa 10 gram dan aquades steril 500 ml. 2. Dimasukkan semua bahan tersebut kedalam labu erlemeyer kemudian dipanaskan dan diaduk sampai homogen. 3. Dituangkan larutan PDB tersebut kedalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 10 ml dan menutupnya dengan kapas, 4. Kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 C dengan tekanan 15 psi. 5. Disimpan media tersebut selama 24 jam pada suhu kamar sebelum digunakan. 3.5.2.4 Penyiapan Media NA (Nutrien Agar) Ditimbang NA sebanyak 19,5 g, kemudian ditambahkan sebanyak 500 ml akuades pada media NA. Setelah itu dipanaskan NA yang telah ditambahkan
dengan akuades hingga mendidih. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi (10 buah), masing-masing 10 ml dan ditutup dengan dengan kapas.
3.5.3 Penyiapan Isolasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentang Jamur endofit diisolasi dari tanaman kentang ( Solanum tuberosum) sehat yang diambil dari akarnya. Kemudian akar tersebut dicuci dengan menggunakan air mengalir selama 5 menit setelah itu dipotong 1 cm . Setelah itu dilakukan sterilisasi permukaannya dengan memasukkannya ke dalam larutan alkohol 70% selama 1 menit dan dilanjutkan ke dalam larutan NaOCl 1 % selama 5 menit kemudian dikeringkan dengan tissue steril, selanjutnya akar tersebut dibilas dengan aquades steril 1 menit diulang 2 kali, lalu ditempelkan di atas cawan petri berisi media PDAS, perlakuan ini berfungsi sebagai kontrol. Kemudian pada akar yang lain (akar ke-2) dilakukan perlakuan dengan cara membelah akar tanaman tersebut dan meletakkanya pada posisi tertelungkup. Cawan petri yang sudah mengandung sampel tanaman kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu kamar selama 2- 4 hari sampai tampak jamur yang tumbuh. Kemudian jamur endofit yang digunakan untuk penelitian adalah jamur yang tumbuh pada belahan akar bagian dalam (Simarmata, 2007). 3.5.4 Penyiapan Pemurnian Jamur Endofit Penyiapan pemurnian jamur endofit dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Disiapkan cawan petri yang telah ditumbuhkan jamur endofit pada medium PDAS. 2. Kemudian diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu kamar 25 C.
3. Kemudian diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri makroskopis dengan melihat bentuk dan warna koloni jamur endofit. 4. Koloni yang terpisah dan tumbuh dengan baik selanjutnya dipilih dan ditanam kembali pada PDA yang baru. 5. Sedangkan pengamatan secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop binokuler. Pembuatan preparat untuk pengamatan yang menggunakan mikroskop binokkuler adalah sebagau berikut: 1. Media agar diambil dari cawan petri dengan menggunakan jarum ose. 2. Potongan media tersebut diletakkan di atas objek glass. 3. Konidia atau spora dari biakan murni jamur diambil dengan jarum ose. 4. Inokulum jamur diletakkan di atas potongan media pada objek glass. 5. Objek glass ditutup dengan cover glass kemudian ditekan secara perlahan. 6. Morfologi jamur (bentuk dan ukuran hifa, konidia, spora) yang terbentuk diamati dengan menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran 400x, kemudian preparat jamur diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi jamur karangan Barnett (1972).
3.5.5 Seleksi Jamur Endofit Penghasil Metabolit Antifungi dan Antibakteri a. Produktivitas Metabolit Antifungi Produksi metabolit antifungi yang dihasilkan oleh jamur endofit dilakukan dengan cara menumbuhkannya di dalam medium PDB. Koloni jamur endofit yang telah diinkubasi pada medium PDA selama 24 jam pada suhu 25 C, diambil satu sengkelit dengan menggunakan jarum ose dan diinokulasi ke medium PDB cair
dalam tabung reaksi 10 ml. Kemudian diinkubasi pada suhu 25 C menggunakan shaker incubator 130 rpm selama 48 jam. Setelah selesai masing-masing medium disentrifugasi dengan kecepatan 2000 g pada suhu 4 C selama 20 menit. Supernatan diambil dan dipergunakan dalam pengujian antifungi terhadap jamur Fusarium sp dan Phytophora infestans.
b. Uji Antifungi (Jamur Fusarium sp dan Phytophora infestans.) Medium yang digunakan untuk uji antifungi yaitu medium PDA. Uji aktivitas antifungi metabolit jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp dan Phytophora infestans dilakukan dengan metode uji Kirby-Bauer menggunakan kertas cakram. Kertas cakram dibuat dari kertas kertas saring Whatman dan membuat bulat dengan alat pelubang jertas sehingga didapatkan kertas cakram dengan diameter 6 mm. Secara aseptik, kertas cakram yang sudah disterilkan direndam supernatan kultur jamur endofit selama 30 menit. Kertas cakram diambil dengan menggunakan pinset steril dan diletakkan di atas medium uji aktivitas antifungi (medium PDA). Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 25 C. Setelah masa inkubasi selesai, dilakukan pengukuran diameter zona jernih yang terbentuk . Sampel yang mempunyai potensi menghasilkan zat antifungi ditunjukkan dengan terbentuknya zona jernih.
c. Uji Antibakteri (Ralstonia solanacearum) Medium yang digunakan untuk uji antibakteri yaitu medium NA. Uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap bakteri Ralstonia solanacearum
dilakukan dengan metode uji Kirby-Bauer menggunakan kertas cakram. Kertas cakram dibuat dari kertas kertas saring Whatman dan membuat bulat dengan alat pelubang kertas sehingga didapatkan kertas cakram dengan diameter 6 mm. Secara aseptik, kertas cakram yang sudah disterilkan direndam supernatan kultur jamur endofit selama 30 menit. Kertas cakram diambil dengan menggunakan pinset steril dan diletakkan di atas medium uji aktivitas antibakteri (medium NA). Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 25C. Setelah masa inkubasi selesai, dilakukan pengukuran diameter zona jernih yang terbentuk. Sampel yang mempunyai potensi menghasilkan zat antibakteri ditunjukkan dengan terbentuknya zona jernih.
3.5.6 Pengukuran Zona Hambat Data diperoleh dengan cara mengukur diameter zona hambat yang terbentuk, pengumpulan data dilaksanakan dengan cara, mengukur diameter zona hambat dengan menggunakan jangka sorong. Diameter zona hambat adalah diameter yang tidak ditumbuhi oleh jamur di sekitar paper disk dikurangi diameter paper disk.
3.5.7 Analisis Data Analisis penelitian ini melalui uji Anova satu arah menggunakan batas kepercayaan 95% (:0,05). Jika terdapat perbedaan nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji BNT.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Isolasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentang (Solanum tuberosum Linn. Cv. Granola).
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai April 2010, peneliti telah berhasil menemukan 3 isolat jamur endofit pada akar tanaman kentang. Untuk mengetahui hasil isolat jamur endofit yang berhasil ditumbuhkan pada media PDAS dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Pertumbuhan Koloni Jamur Endofit yang diisolasi dari Akar Tanaman Kentang pada Medium PDAS pada suhu 25C
Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat diamati pada gambar 4.1. Akar tanaman kentang yang telah diisolasi dan diinkubasi dalam medium PDAS telah menunjukkan reaksinya yaitu dengan tumbuhnya jamur endofit yang ada pada akar tanaman kentang tersebut. Dengan tumbuhnya jamur endofit yang ada pada akar tanaman kentang tersebut membuktikan bahwa jamur endofit dapat ditemukan pada jaringan akar tanaman
kentang dimana jamur tampak tumbuh disebelah dalam belahan akar. Ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Carrol dan Clay (1988) dalam Worang (2003), bahwa jamur endofit terdapat di dalam sistem jaringan tumbuhan seperti daun, bunga, ranting maupun akar tumbuhan. Keberadaan fungi ini menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika yang bermanfaat bagi tumbuhan inang sehingga dapat dikatakan hubungan antara jamur endofit dengan tanaman inangnya dapat berupa mutualistik. Berdasarkan pernyataan di atas, jelas membuktikan bahwa akar tanaman kentang yang merupakan salah satu dari sekian banyak kekayaan alam yang telah Allah ciptakan ternyata memiliki manfaat yang sangat penting bagi kemaslahatan umat manusia di muka bumi ini, hal ini sesuai dengan bukti Allah pada firman- Nya yang berbunyi: 4O-4 E4^u1E4` 4L^1^4 E1R =<44O 4Lu4^4 O&OR TR` "7 7* NeQE` ^_ 4LUEE4 7 O&OR =1E4` T4`4 u7+O- +O 4-R~Te4OT ^= Artinya : Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan kami Telah menjadikan untukmu di bumi keperluankeperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk- makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya . (QS. Al-Hijr: 19- 20).
Ayat diatas menjelaskan bahwa segala sesuatu yang terdapat dimuka bumi ini adalah ciptaan Allah, dan tak sedikitpun dari ciptaan-Nya itu ada kekeliruan dari manfaat dan keberadaannya, karena Allah menciptakan seluruh yang ada
dimuka bumi ini sesuai dengan kadar dan ukurannya masing-masing. Menurut Ash-Shiddieqy (2000), lafadz wal ardho madadnaahaa pada ayat di atas menjelaskan bahwa semua kekayaan alam yang ada di bumi ini diciptakan Allah hanya untuk manusia dan supaya manusia mau mengambil manfaat untuk kemaslahatan dan kesejahteraan hidupnya, karena semua kekayaan alam yang ada ini baik berupa makhluk hidup maupun benda mati, yang kecil maupun yang besar sudah pasti memiliki manfaat masing-masing. Seperti halnya jamur memiliki banyak kegunaan untuk kesehatan dan hal-hal lainnya, dengan jelas ini menunjukkan bahwa ayat tersebut diatas sangat relevan dengan fenomena yang terjadi pada kegunaan dan manfaat dari jamur. Isolat yang didapatkan setelah isolasi jamur endofit dari akar tanaman kentang, dilakukan pemurnian berdasarkan warna koloni pada medium PDA. Dari hasil yang diperoleh dalam pemurnian dapat dilihat dari bentuk yang tampak secara makroskopik didapatkan 3 macam isolat jamur endofit. Dari hasil isolasi akar tanaman kentang didapatkan 3 isolat jamur endofit, isolat tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 beserta ciri makroskopisnya pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.1. Hasil isolasi jamur endofit pada akar tanaman kentang Jumlah Isolat Kode Isolat
3 1A 2A 3C
Tabel 4.2. Deskripsi bentuk warna koloni isolat jamur endofit Kode Isolat Ciri Makroskopis 1A Warna koloni hijau tua, miselium teratur, pertumbuhan koloni rata, tebal 2A Koloni berwarna hijau kecoklatan, koloni tebal, menghasilkan warna merah muda yang menyebar pada sekitar koloni, pertumbuhan lama 3C Koloni mula-mula berwarna putih, tapi lama-kelamaan berwarna putih kekuningan, koloni tebal, tepi koloni semakin tua berwarna hitam, tengah terdapat lingkaran berwarna hitam kecil
4.2 Hasil Identifikasi Isolat Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentang Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, jamur endofit yang berhasil diisolasi dari akar tanaman didapatkan 3 isolat yaitu isolat jamur dengan kode isolat 1A, 2A dan 3C, identifikasi dilakukan dengan petunjuk klasifikasi menurut Barnet (1972). Hasil identifikasi isolat jamur endofit tersebut adalah sebagai berikut :
1. Isolat 1A a. Ciri Makroskopis Secara makroskopis koloni jamur endofit berwarna hijau tua yang merupakan kumpulan hifa dan di atasnya terdapat serbuk spora. Tepi koloni tidak rata dan berwarna putih berserabut pada medium PDAS. Dilihat dari bawah tampak berwarna putih tulang. Adapun koloni isolat jamur endofit dengan kode isolat 1A dapat dilihat secara makroskopis pada gambar 4.2 a.
b a
c d e a b Gambar 4.2. Isolat 1A, a. Koloni isolat 1A, b. Gambar mikroskopis isolat 1A perbesaran 400x (Ket : a. Sterigma/pialid, b.Konidiofors, c. Metulla, d. Konidia, e. Hifa
b. Ciri Mikroskopis Jamur endofit diisolasi dari akar tanaman kentang yang ditumbuhkan pada medium PDAS. Jamur endofit dengan kode isolat 1A memiliki konidiofor panjang, konidia bulat seperti bulat telur, dan tumbuh di atas phialid. Konidia terdiri atas 1 sel dan tumbuh berantai, satu konidiofor terdapat 2/3 phialid dan setiap phialid terdiri dari 3-5 konidia. Adapun gambar mikroskopis isolat 1A dengan menggunakan perbesaran 400x dapat dilihat pada gambar 4.2.b. Berdasarkan ciri makroskopis dan mikroskopis seperti yang telah dijelaskan di atas, dan setelah dibandingkan dengan buku petunjuk klasifikasi menurut Barnett (1972), maka dapat diketahui bahwa isolat 1A termasuk Famili Moniliaceae, genus Penicillium sp.
C. Klasifikasi: Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Class : Eurotiomycetes Order : Eurotiales Family : Trichomaceae Genus : Penicillium sp (Anaf, 2009)
2. Isolat 2A a. Ciri Makroskopis Secara makroskopis koloni jamur endofit berwarna hijau kecoklatan, koloni tebal, tepi koloni berwarna hijau tua. Menghasilkan warna merah muda yang menyebar pada media PDAS, dilihat dari pertumbuhannya dalam waktu 7 hari diameter koloni hanya mencapai 2 cm serta tepi koloni yang tidak merata. Adapun koloni isolat jamur endofit dengan kode isolat 2A dapat dilihat pada gambar 4.3.a
b. Ciri Mikroskopis Jamur endofit diisolasi dari akar tanaman kentang dan ditumbuhkan pada medium PDAS. Jamur endofit dengan kode isolat 2A memiliki hifa aseptat, miselium bercabang. Konidiofor panjang dan membengkak menjadi vesikel pada ujungnya membawa sterigma dimana tumbuh konidia. Memiliki konidia 1 sel, berbentuk bulat dan hyalin. Adapun gambar mikroskopis isolat
2A dengan menggunakan perbesaran 400x dapat dilihat pada gambar 4.3.b. Dalam buku petunjuk klasifikasi menurut Barnett (1972), secara makroskopis dan mikroskopis ciri jamur endofit tersebut dapat diketahui bahwa isolat 2A termasuk Famili Moniliaceae, genus Aspergillus sp.
b a c
a b Gambar 4.3. Isolat 2A, a. Koloni isolat 2A, b. Gambar mikroskopis isolat 2A perbesaran 400x (Ket: a. Konidia, b. Konidiofor, c. Hifa).
C. Klasifikasi: Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Class : Eurotiomycetes Order : Eurotiales Family : Trichomaceae Genus : Aspergillus sp (Anaf, 2009)
3. Isolat 3C a. Ciri Makroskopis Secara makroskopis jamur endofit yang diisolasi dari akar tanaman kentang memiliki koloni berwarna putih pada medium PDAS, koloni mula- mula berwarna putih, tapi lama-kelamaan berwarna putih kekuningan, koloni tebal, tepi koloni semakin tua berwarna hitam, tengah terdapat lingkaran berwarna hitam kecil. Untuk mengetahui lebih jelasnya ciri makroskopis dari isolat 3C, dapat dilihat pada gambar 4.4.a. b. Ciri Mikroskopis Jamur endofit diisolasi dari akar tanaman kentang yang diekstrak dan ditumbuhkan pada medium PDAS. Jamur endofit dengan kode isolat 3C memiliki konidia 1 sel dan membentuk seperti rantai. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.4.b dengan menggunakan perbesaran 400x, pada gambar tersebut terlihat konidia yang berbentuk rantai.
a
a b Gambar 4.4. Isolat 3C, a. Koloni isolat 3C, b. Gambar mikroskopis isolat 3C perbesaran 400x (Ket: a. Konidia) Dalam buku petunjuk klasifikasi menurut Barnett (1972), secara makroskopis dan mikroskopis ciri jamur endofit tersebut maka dapat diketahui
bahwa isolat 2A termasuk Famili Moniliaceae, genus Hoemiscium sp c. Klasifikasi: Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Class : Dothideomycetes Order : Capnodiales Family : Metacapnodiaceae Genus : Hoemiscium sp (Anaf, 2009) Dari hasil penelitian tentang jamur endofit pada akar tanaman kentang, yang diamati secara makroskopis dan mikroskopis, sehingga dihasilkan identifikasi ketiga jamur endofit tersebut pada tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3 Hasil identifikasi jamur endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum)
Kode Isolat Family Genus 1A Moniliaceae Penicillum sp. 2A Moniliaceae Aspergillus sp 3C Moniliaceae Hoemiscium sp
Secara mikroskopis kapang Aspergillus sp mudah dikenali dan dibedakan dari kapang marga lain, yaitu memiliki konidiofor yang tegak,tidak bersepta, tidak bercabang, dan ujung konidiofor membengkak membentuk vesikel. Pada permukaan vesikel ditutupi fialid yang menghasilkan konidia. Konidia tersusun1 sel (tidak bersepta) (Ilyas, 2006).
4.3 Uji Aktivitas Metabolit Jamur Endofit Pada Akar Tanaman Kentang Terhadap Jamur Fusarium sp, Phytoptora infestans dan Ralstonia solanacaerum.
Jamur endofit yang diisolasi dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum L) menunjukkan kemampuan yang bervariasi dalam menghasilkan metabolit anti jamur. Seleksi terhadap 3 isolat jamur endofit yang menghasilkan metabolit anti jamur menggunakan metode uji Kirby-Bauer dengan menggunakan kertas cakram. Semua uji kemampuan anti jamur menggunakan parameter terbentuknya zona hambat (zona bening). Dari hasil penelitian diperoleh diameter zona hambat dengan pengukuran menggunakan jangka sorong. Pengamatan yang dilakukan pada jamur Fusarium sp dan Phytoptora infestans yang telah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 25C setelah diberikan perendaman isolat jamur endofit dengan beberapa isolat 1A, 2A dan 3C, adapun rata-rata diameter zona hambat dari uji aktivitas antijamur metabolit jamur endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum L) dapat dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5 Tabel 4.4 Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp (dalam mm).
Kode Isolat Genus Rata-rata diameter zona hambat (mm) Keterangan 1A Penicillum sp 7 Menghambat 2A Aspergillus sp 1 Menghambat 3C Hoemiscium sp 5,7 Menghambat
Tabel 4.5. Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap jamur Phytoptgora investans (dalam mm).
Kode Isolat Genus Rata-rata diameter zona hambat (dalam mm) Keterangan 1A Penicillum sp 13,3 Menghambat 2A Aspergillus sp 2,3 Menghambat 3C Hoemiscium sp 1 Menghambat
Sedangkan rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap bekteri Ralstonia solanacaerum dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6 Rata-rata diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum (dalam mm).
Kode Isolat Genus Rata-rata diameter zona hambat (dalam mm) Keterangan 1A Penicillum sp 11 Menghambat 2A Aspergillus sp 1 Menghambat 3C Hoemiscium sp 1 Menghambat
Berdasarkan tabel 4.4 dan 4.5 di atas, dapat diambil kesimpulan bahwasannya isolat jumur endofit dari akar tanaman kentang mampu menghambat pertumbuhan jamur Fusarium sp dan jamur Phytoptora investans, hal ini dapat dikatakan bahwasannya jamur endofit memiliki metabolit sekunder yang berpotensi sebagai anti jamur . Pernyataan ini diperjelas oleh Radji (2005), yang menyatakan bahwasannya jamur endofit memiliki senyawa metabolit sekunder sesuai dengan tanaman inangnya sehingga jamur endofit memiliki
peluang yang sangat besar dan dapat diandalkan untuk memproduksi metabolit sekunder dari jamur endofit yang diisolasi dari tanaman inangnya tersebut. Worang, (2003) juga menambahkan bahwa jamur endofit mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta anti antibiotika. Jamur dapat ditemukan diberbagai macam tanaman dan hewan. Masing- masing jamur mempunyai karakter yang berbeda-beda tergantung dari subtratnya (Ganjar dan Syamsurizal, 2006). Hasil uji aktivitas dari 3 isolat jamur endofit secara in vitro terhadap jamur memperlihatkan Fusarium sp dan Phytopthora investans bahwa semua isolat tersebut memiliki potensi dalam menghambat pertumbuhan jamur uji. Pada tabel 4.4 di atas yang dilakukan uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp. Isolat 1A tampak menghasilkan rata-rata diameter zona hambat tertinggi yaitu 7 mm dan dan pada isolat 2A menghasilkan rata-rata diameter zona hambat terendah yaitu 1 mm, sedangkan pada isolat 3C memiliki rata-rata diameter zona hambat 5,7 mm. Sedangkan pada tabel 4.5 di atas yang dilakukan uji aktivitas metabolit sekunder jamur endofit terhadap jamur Phytoptora investans, isolat 1A tampak menghasilkan rata-rata zona hambat 13,3 mm sedangkan pada isolat 2A memiliki zona hambat 2,3 mm dan pada isolat 3C memiliki zona hambat terendah yaitu 1 mm. Pada tabel 4.6 di atas yang dilakukan aktivitas uji metabolit jamur endofit terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum, dari hasil yang diperoleh hanya isolat IA yang memiliki zona hambat paling besar yaitu 11 mm bila dibandingkan dengan zona hambat pada isolat 2A dan 3C yang hanya memiliki daya hambat
yang kecil yaitu 1 mm. Zona hambatan yang ditimbulkan oleh metabolit jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp dan Phytoptora infestans dapat dilihat pada gambar 4. 5, yang terlihat pada gambar 4.5.a dan 4.5.b. Anak panah a,b, dan c pada gambar menunjukkan zona hambat yang dibentuk oleh jamur endofit terhadap jamur uji. Pada gambar terlihat lingkaran bening yang menunjukkan diameter zona hambat yang dihasilkan oleh jamur endofit tersebut.
a b c b
c a
a b Gambar 4.5. Keterangan: a,b,c: zona hambat. Zona hambat yang ditimbulkan oleh metabolit jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp dan Phytoptora investans.
Sedangkan zona hambatan yang yang ditimbulkan oleh metabolit jamur endofit terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum dapat dilihat pada gambar 4. 6
a b
c
Gambar 4.6. Keterangan: a,b,c: zona hambat. Zona hambat yang ditimbulkan oleh metabolit sekunder jamur endofit terhadap Ralstonia solanacaerum Diameter zona hambat yang dihasilkan pada jamur endofit terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum relative kecil yaitu rata-rata 1mm untuk jamur Hoemiscium sp, Aspergillus sp sedangkan pada jamur Penicillium sp memiliki diameter zona hambat yang besar yaitu rata-rata 11 mm. Hal ini disebabkan karena bakteri Ralstonia solanacaerum merupakan bakteri gram negative sehingga tidak semua jamur endofit mampu menembus dinding sel bakteri Ralstonia solanacaerum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siswandono (1995), yang menyatakan bahwasannya bakteri Ralstonia solanacaerum merupakan bakteri gram negatif yang memiliki susunan tubuh yang lebih komplek, sehingga jamur endofit ini pertama-tama harus menembus membrane terluar selubung bakteri secara difusi pasif melalui saluran yang terbentuk oleh pori protein. Sesudah menembus membran terluar, antibiotik yang ada pada jamur endofit tersebut masuk melalui dinding sel melewati ruang periplasma dan mencapai sasaran, yaitu enzim serin
protease yang terdapat pada membrane terdalam (sitoplasma). Enzim inilah yang bertanggung jawab terhadap biosintesis dinding sel. Antibiotika merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan maupun membunuh mikroorganisme lain (Pelczar,1988). Berdasarkan toksisitasnya, antibiotik dibagi dalam 2 kelompok, yaitu antibiotik dengan aktivitas bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan mikroba dan aktivitas bakterisid bersifat membunuh mikroba lain (Suwandi, 1992). Purwanto (2000), menambahkan bahwasannya mikroorganisme endofit akan mengeluarkan suatu metabolit sekunder yang merupakan senyawa antibiotik itu sendiri. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang disintesis oleh suatu mikroba, tidak untuk memenuhi kebutuhan primernya (tumbuh dan berkembang) melainkan untuk mempertahankan eksistensinya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme endofit merupakan senyawa antibiotik yang mampu melindungi tanaman dari serangan hama insekta, mikroba patogen, atau hewan pemangsanya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agen biokontrol. Endofit merupakan mikroba yang berkolonisasi dalam jaringan tumbuhan tanpa menyebabkan adanya gejala penyakit. Penelitian tentang endofit dari tanaman daerah tropis menjadi berkembang setelah diketahui kemampuannya menghasilkan senyawa metabolit dan enzim yang dimanfaatkan dalam pengendalian hayati dan industri farmasi. Kemampua endofit sebagai agen pengendali hayati seperti yang diteliti pada tanaman coklat menunjukkan bahwa
jamur endofit yang diisolasi dari tanaman ini diantaranya genus Acremonium, Geotricum, Xylaria, Phomopsis (Rubini, et al. 2005 dalam Yurnaliza, 2010). Menurut Enjhang (2003), antibiotik yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic) 2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen 3. Tidak menimbulkan pengaruh samping yang buruk pada host 4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau flora kulit Kemampuan zona hambat yang dihasilkan oleh jamur endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum) terhadap jamur dan bakteri dapat dilihat pada tabel4.7
Tabel 4.7 Rata-rata diameter zona hambat yang ditimbulkan metabolit jamur endofit terhadap jamur dan bakteri
Tabel 4.7 diatas, isolat jamur endofit yang memiliki rata-rata zona hambat yang terbesar dalam membunuh jamur Fusarium sp adalah kode isolat 1A dan 3C yaitu genus Penisillium sp dan Hoemiscium sp yaitu masing-masing 7 mm dan 5,7 mm, sedangkan jamur endofit yang mempunyai sedikit potensi dalam membunuh
jamur Fusarium sp adalah isolat 2A yaitu genus Aspergillus sp dengan rata-rata daya hambat 1 mm. Jamur uji pada Fusarium sp memiliki resistensi terhadap jamur Aspergillus sp sehingga dinding sel jamur Aspergillus sp tidak mampu menembus dinding sel yang dimiliki oleh jamur Fusarium sp. Hal ini dapat dilihat pada diameter zona hambat yang dihasilkan sangat kecil yang dihasilkan pada jamur Aspergillus sp tersebut. Sedangkan pada jamur Phytoptora investans yang terlihat pada tabel 4.7 yang memiliki potensi yang paling besar adalah pada isolat 1A yaitu pada genus Penisilium yang memiliki diameter zona hambat sebesar 13,3 mm sedangkan pada isolat 2A dan 3C yaitu genus Aspergillus sp dan Hoemiscium sp memiliki diameter zona hambat yang kecil yaitu masing-masing 2,3 mm dan 1 mm. Begitu juga pada bakteri Ralstonia solanacaerum hanya pada isolat 1A yang memiliki potensi paling besar dalam menghambat bakteri tersebut yaitu pada genus Penisillium yang memiliki diameter zona hambat sebesar 11 mm sedangkan pada isolat 2A dan 3C yaitu pada genus Aspergillus sp dan Hoemiscium sp memiliki diameter zona hambat paling kecil yaitu 1 mm. Dari data tersebut jelas terlihat bahwasannya tidak semua jamur endofit mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Seperti halnya yang terlihat pada tabel tersebut Hoemiscium sp yang memiliki potensi dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium sp dibandingkan dengan penghambatan jamur Phytoptora infestans dan bakteri Ralstonia solanacaerum. Sedangkan pada Penisillium sp sangat baik dalam menghambat semua jamur yang di ujikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Waluyo, (2005) yang mengatakan
bahwa antibiotik yang merusak dinding sel mikroba dengan menghambat sintesis enzim atau inaktivasi enzim, akan menyebabkan hilangnya viabilitas dan sering menyebabkan sel lisis. Antibiotik ini meliputi penisilin, sepalosporin, sikloserin, vankomisin, ristosetin dan basitrasin. Antibiotik ini menghambat sintesis dinding sel terutama dengan mengganggu sintesis peptidoglikan. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA) menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel 0,05, yang ditunjukkan pada diameter zona hambat yang dihasilkan masing-masing jamur endofit terhadap jamur uji Phytoptora investans dan bakteri uji Ralstonia solanacaerum memiliki perbedaan sedangkan pada Fusarium sp Fhitung < Ftabel 0,05, yang berarti jamur endofit tersebut memiliki potensi yang sama dalam menghambat bakteri uji tersebut. Data hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap potensi jamur endofit dalam menghambat jamur uji selengkapnya dicantumkan pada lampiran 5. Selanjutnya menentukan jamur endofit mana yang paling potensial hasil uji lanjut dengan menggunakan BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan disajikan pada tabel 4.8 dan 4.9. Tabel 4.8 Diameter Zona Hambat Jamur Endofit terhadap Jamur Phytoptora infestans (dalam mm) Jenis isolat Rata-rata diameter zona hambat (dalam mm) Notasi atas BNT 0,05
3C 1 a 2A 2,3 a 1A 13,3 b Keterangan : Huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%
Tabel 4.9 Diameter Zona Hambat Jamur Endofit terhadap Bakteri Ralstonia solanacaerum (dalam mm) Jenis Isolat Rata-rata diameter zona hambat (dalam mm) Notasi atas BNT 0,05
3C 1 a 2A 1 a 1A 11 b Keterangan : Huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%
Dari kedua tabel tersebut dapat disimpulkan bahwasannya jamur uji yang memiliki potensi paling besar dalam menghambat jamur Phytoptora infestans dan bakteri Ralstonia solanacaerum adalah pada isolat 1A yaitu jenis Penicilliium sp yang memiliki diameter zona hambat paling besar bila dibandingkan dengan diameter zona hambat pada isolat 2A dan 3C yaitu jenis Aspergillus sp dan Hoemiscium sp. Kecilnya jamur endofit dalam menghambat organisme lain (jamur uji) diduga disebabkan oleh metabolit/antibiotik yang dihasilkan isolat jumlahnya sedikit. Menurut Pelczar dan Chan (1988), bahwa semakin tinggi konsentrasi zat anti jamur maka semakin tinggi daya anti jamurnya terhadap zona hambatan yang ditimbulkan oleh metabolit jamur endofit terhadap jamur Kemampuan antagonis dalam menekan patogen secara in vitro karena pada kondisi laboratorium, antagonis hanya berhadapan dengan patogen dan ada dalam lingkungan yang kaya nutrisi, sehingga mampu memunculkan kemampuannya dalam menghambat patogen (Yurnaliza, 2002). Segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan baik itu terlihat buruk dalam persepsi manusia ternyata memiliki manfaat, dan sungguh tidak ada kesia-siaan bagi manusia yang berfikir akan ayat-ayat atau tanda-tandaNya. Allah
memerintahkan kepada manusia yang telah diberi kelebihan akal untuk meneliti dan mengkaji segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, karena sesungguhnya setiap sesuatu yang diciptakan oleh Allah terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya bagi mereka yang berakal. Allah menciptakan langit dan bumi bukanlah merupakan suatu hal yang sia-sia, melainkan harus memiliki banyak manfaat dan harus dimanfaatkan. Dengan terungkapnya rahasia-rahasia alam melalui hasil penelitian, selain dapat mempertebal keyakinan akan kebasaran Allah sebagai penciptaan-Nya, juga menambah khasanah pengetahuan tentang alam untuk dimanfaatkan bagi manusia atau mahluk lainnya. Jamur endofit yang di isolasi dari akar tanaman kentang memiliki manfaat yang sangat besar dalam kehidupan, selain tanaman kentang yang dapat dimanfaatkan manusia karena memiliki kandungan gizi yang tinggi, jamur endofit yang ada pada jaringan tanaman tersebut juga memiliki manfaat yang sangat besar bagi dunia kesehatan. Pada penelitian ini diharapkan manusia yang dianugrahi akal untuk dapat memanfaatkan kekayaan alam sebaik mungkin dan melestarikannya agar tidak cepat punah. Menjaga keseimbangan alam merupakan kewajiban kita semua sebagai makhluk ciptaan Allah yang selalu bertakwa. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Araf ayat 56: 4 W-O^> T ^O- Eu4 EU^T +QNNu1-4 +QE= EC4 ET =e4uQ4O *.- _UCQO~ R)` 4-RLO^- ^TR
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(OS. Al-A'raf: 56)
Selain itu juga terdapat pada surat Al-Qashash ayat 77. u4--4 .EOR C4>-47 +.- 4O-O.- E4O=E- W 4 4> El4l14^ R` 4Ou^O- W TO^O4 .E =T=O^O +.- C^OT W 4 ul> E1=O^- OT ^O- W ET -.- OUR47 4RO^^- ^__ Artinya : Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al- Qashash: 77).
Oleh karenanya kita sebagai ciptaan yang paling sempurna dari semua ciptaan-Nya memiliki tanggung jawab terhadap segala yang mengatur keserasian dan keseimbangan alam ini, hal ini tercermin dari ayat diatas yang menerangkan agar manusia menjaga keseimbangan dan tidak melakukan pengerusakan dan Allah juga telah memperingatkan manusia untuk berbuat baik kepada orang lain dan melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi ini salah satunya adalah sumber daya alam (tumbuh-tumbuhan), karena sesungguhnya Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Begitulah kemuliaan dan nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia. Maka seandainya manusia bisa berfikir dan memiliki ilmu pengetahuan yang memadai, seyogyanya mereka dapat memanfaatkan apa yang telah disediakan Allah tersebut. Dan sudah menjadi tanggung jawab manusia untuk memeliharanya.
Dari penelitian ini daharapkan nantinya akan memberikan manfaat dalam hal ilmu pengetahuan untuk mengolah sumberdaya alam yang ada. Dengan ditemukannya metode yang lebih mudah dalam pengambilan metabolit sekunder yang ada pada jamur endofit yaitu melalui fermentasi pada tanaman kentang tersebut diharapkan hasil dari jamur yang telah ditemukan mampu memberikan manfaat sebagai antijamur dan antibakteri sesuai karakteristik senyawa kimia oleh inangnya tersebut. Dilihat dari segi efisiensi, hal ini sangat menguntungkan, karena siklus hidup mikroba endofit lebih singkat dibandingkan siklus hidup tumbuhan inangnya, sehingga dapat menghemat waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan senyawa tersebut, dan jumlah senyawa yang diproduksi dapat dibuat dalam skala yang besar dengan menggunakan proses fermentasi (Prihatiningtyas, 2006) Sugiyanto, (2007) menyatakan melalui jamur endofit yang diperoleh, dapat diproduksi secara fermentasi senyawa metabolit yang berkhasiat obat secara berkesinambungan, kemampuan bereproduksi dalam skala industri, dengan waktu yang relatif singkat, tidak merusak tanaman inangnya yang saat ini sudah mulai langka dan tidak menimbulkan kerusakan ekologis mengingat kebutuhan bahan baku obat yang semakin meningkat baik jumlah maupun macamnya maka potensi sumber daya alam Indonesia khususnya mikroorganisme (jamur endofit) perlu digali dan dikembangkan. Di dunia Internasional penelitian tentang jamur endofit relatif baru, belum banyak penelitian dan publikasi yang dihasilkan, sedangkan di Indonesia sangat besar kekayaan sumber daya hayatinya, sehingga peluang untuk mendapatkan jamur endofit dan metabolit yang bermanfaat masih sangat besar
dan menguntungkan.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada 3 isolat jamur endofit yang berhasil diisolasi dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum L) jenis Granola vietnam yaitu Penicillium sp, Aspergillus sp dan Hoemiscium sp. 2. Hasil uji aktivitas metabolit sekunder dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum) yang paling berpotensi dalam menghambat jamur Fusarium sp, Phytoptora investans dan bakteri Ralstonia solanacaerum adalah jamur Penicillium sp sedangkan pada jamur Aspergillus sp dan Hoemiscium sp memiliki potensi yang kecil dalam menghambat jamur uji tersebut.
5.2 Saran Berdasarkan dari hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Melakukan uji lanjutan terhadap antifungi yang dihasilkan dari jamur endofit yang paling tepat dalam menghambat jamur patogen. 2. Melakukan pengukuran konsentrasi jamur endofit terhadap pengujian antifungi.
3. Melakukan pengukuran setiap fase pertumbuhan pada jamur endofit dan jamur uji agar mendapatkan hasil yang maksimal DAFTAR PUSTAKA
Agriseeds. 2007. Endophyt Summary. www.cycle.files.endophyte-summary.htm. Diakses 01 Oktober 2009
Ajizah, A. 2004. Sensitifitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L. Journal bioscientiae. Volume 1, no 1. hal 31-38.
Amaranthus, M. 2001. Mycorhizae and Turfgas. http:// www. mycorrhizae.com. Diakses tanggal 06 Mei 2009. Anaf, 2009. Fusarium spp. http://anafzhu.blogspot.com. Diakses 14 November 2009
As-Sayid, A. B. M. 2006. Pola Makan Rasulullah, Makanan Sehat Berkualitas Menurut Al-Quran dan As-Sunnah. Jakarta: Almahira
Azevedo, Joao Lucio.2000. Endhophytic microorganisms: a review on insect control and recent advances on tropical plants. Damayanti, D. 2009. Jamur Fusarium. http://sciweb.nybg.org/science2 /hcol/fusarium3.asp. Diakses 03 Oktober 2009
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi Dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Febby, I. 2008. Potensi rhizobakteria sebagai agen biofungisida untuk Pengendalian jamur fitopatogen Fusarium sp. Karya Tulis. Diakses 26 Oktober 2009.
Fusarium. 2009. www.fusarium lifecycle.com. Diakses tanggal 12 November 2009
Intiarini,Y.2007.Phytopthorainfestans. http://bacercropscience.com. Diakses tanggal 12 november 2009
Ilyas, M. 2006. Isolasi dan Identifikasi pada Relung Rizosfir Tanaman di Kawasan Cagar Alam Gunung Mutis, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Biodiversitas. Volume 7, No 3: 216-220. Diakses 17 September 2009.
Leslie, J.F. and Summerell, B.A.(2006).The Fusarium Laboratory Manual.
Blackwell Publishing: USA.
Melliawati, Ruth.2006. Pengkajian Bakteri Endofit Penghasil Senyawa Bioaktif untuk Proteksi Tanaman. Jurnal Penelitian Bioteknologi (LIPI) 7 (3): 221-224. Diakses 17 April 2009. Muhibudin, A. 2007. Model Matematik Populasi Vesikular Arbuscular Mycrrhiza Pada Pergiliran Tanaman Jagung dan Kedelai di Jatikerto. Malang
Nasrun dkk. 2007. Karakteristik Fisiologis Ralstonia solanacaerum Penyebab Penyakit Layu Bakteri Nilam. Jurnal Littri 13 (2): 43-48. Diakses tanggal 18 Oktober 2009
Nasrun dan N. 2007. Penyakit Layu Bakteri pada Nilam dan Strategi pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian 26(1) Diakses tanggal 18 Oktober 2009
Niederhauser, J.S.1993. International Cooperation and The Role of Potato in Feeding The World. Qayyim al-Jauziyah, I. 1994. Sistem Kedokteran Nabi: Kesehatan dan Pengobatan Menurut Petunjuk Nabi Muhammad SAW. Diterjemahkan oleh Dr. H. Said. Agil Husin al-Munawwar, M. Semarang: PT. Karya Toha Putra
Quthb, Sayyid. 2002. Tafsir Fi Zhilalil Quran, Di Bawah Naungan Al-Quran (Surah Al-Anaam Surah Al-ARaaf 137). Jilid 4. Jakarta: Gema Insani Press.
Pelczar, MJ dan E. C. S Chan. 1988. Mikrobiologi. Penerjemah Hadi Oetomo, R. S, dan Tjitrosomo, S. L. Jakarta: Penerbit UI Jakarta
Phytopthora infestans. 2009. http//images. Absoluteastronomy.com. Diakses 12 November 2009
Prabowo, A. Y. 2007. Teknis Budidaya Agrokomplek. http//www.budidaya_kentang.com. Diakses tanggal 15 Oktober 2009
Purwanto, R. 2008. Peranan Mikroorganisme Endofit sebagai Penghasil Antibiotik. www.kabarindonesia.com. Diakses 01 Oktober 200
Purwantisari, S. 2004. Produksi Biofungisida Berbahanbaku Mikroba Antagonis Indigenous untuk Pengendalian Penyakit Lodoh Tanaman Kentang Di Sentra-sentra Penanaman Kentang di Jawa Tengah. Jurnal Bioma 10 (2): 13-19. Diakses tanggal 12 November 2009.
Radji, M. 2005. Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembanga obat herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.II, No.3:113-126. Diakses tanggal 15 Oktober 209. Rubatsky dan Yamaguchi, M. 1995. Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi dan Gizi. Bandung. Penerbit ITB Rukmana, R.1997. Kentang Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta Rusiman. 2008. Potato Plant (Tanaman Kentang). Artikel. http//www.galeri pustaka.com. Diakses tanggal 15 Oktober 2009
Samadi, B. 1997. Usaha Tani Kentang. Yogyakarta. Kanisius Samanhudi. 2009. Skrining ketahanan klon kentang terhadap penyakit Layu bakteri. Staf Pengajar Fakultas Pertanian UNS Surakarta. Diakses 18 April 2009.
Setiadi dan Suryadi. 2007. Kentang Varietas dan Pembudidayaan. Jakarta. Penebar Swadaya Sugiyanto, N.E. 2007. Isolasi dan Determinasi Berbagai Jamur Endofit Dari Tanaman Aglaia Elliptica, Aglaia Eusideroxylon, Aglaia Odorata dan Aglaia Odoratissima. Faculty of Pharmacy Airlangga University. http://www.library.unair.ac.id. Diakses tanggal 24 April 2008
Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Quranul Majid An-Nuur. Jilid 4. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Simarmata, Rumilla. 2007. Isolasi Mikroba Endofitik dari Tanaman Obat Sambung Nyawa Gynura Procumbens) dan Analisis Potensinya sebagai Antimikroba. Jurnal penelitian Hayati 13 : 85-90. Diakses tanggal 18 Oktober 2009
Sunoto, E. 2008. Penyakit Tanaman Cabai.Artikel. http//www.bakteri_penting.com. Diakses 14 November 2009
Susanti,. 2004. Pembuatan Strain Nonpatogenik Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici dengan Radiasi Sinar Ultraviolet. Bandung. Jurnal Penelitian. Diakses tanggal 14 Oktober 2009
Talib, C. 2009. Mikroorganisme Baik Bermanfaat Bagi Kesehatan manusia. Artikel. http://www.biofob. blogspot. com/. Diakses tanggal 26 Oktober 2009
Tombe, M. 2008. Fungi Endofit Sebagai penghasil Antibiotika. C.V. Meori Agro. Diakses 01 Oktober 2009
Trubus, 2004. Penyakit lodoh pada Kentang. Artikel. http://www.biofob. blogspot. com/. Diakses 26 Oktober 2009
Wijiono. 2009. Ralstonia solanacearum. http://wijiyovan.wordpress.com. Diakses 03 Oktober 2009
Worang, R. L. 2003. Fungi Endofit Sebagai penghasil Antibiotika. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor. http//rantje_worang.com. Diakses 26 Oktober 2009
Lampiran 1. Komposisi yang digunakan dalam penelitian
Media PDB (Potato Dextrose Broth) Kentang 0,5 kg Glukosa/sukrosa 10 gram Akuades 500 ml
LAMPIRAN 2. DIAGRAM ALIR METODE KERJA
Mencuci akar tanaman kentang dengan air mengalir selama 5 menit Merendam ke dalam larutan alkohol 70 % selama 5 menit Merendam dengan NaOCl 1 % selama 5 menit Dibilas dengan aquades steril selama 1 menit diulang 2 kali
Akar ditempelkan pada media PDAS (sebagaicontrol) Akar dibelah dan ditumbuhkan pada media PDAS
Jamur dimurnikan berdasarkan cirri makroskopiknya dan ditimbuhkanpada media PDAS baru Jamur diidentifikasi berdasarkan ciri makroskopis dan mikroskopis
Isolat jamur endofit ditumbuhkan pada media PDB sampai tumbuh miselium Dishacker inkubator selama 2 hari Disentrifugasi dengan kec. 3800 rpm selama 20 menit
Merendam paper disk steril pada metabolit jamur endofit selama 30 menit Meletakkan paper disk pada cawan petri yang telah diberi jamur dan bakteri
Sterilisasi Permukaan Uji AntiFungi dan AntiBakteri Fermentasi Pemurnian dan Identifikasi Isolasi Jamur Endofit Pengukuran Zona Hambat
LAMPIRAN 3. GAMBAR ALAT-ALAT PENELITIAN
Timbangan analitik Autoklaf Inkubator
Shaker inkubator Sentrifugasi Alat dan Bahan penelitian
Hot Plate
Lampiran 4. Diameter zona hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap jamur (Fusarium sp, Phytopthora infestans) dan bakteri Ralstonia solanacaerum
KODE ISOLAT Diameter Zona Hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp. (dalam mm)
Paper Disk 1 Paper Disk 2 Paper Disk 3 Rata-rata 1A 9 7 5 7 2A 1 1 1 1 3C 13 3 1 5,7
KODE ISOLAT Diameter Zona Hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap jamur Phytopthora infestans (dalam mm)
Paper Disk 1 Paper Disk 2 Paper Disk 3 Rata-rata 1A 13 17 10 13,3 2A 4 1 2 2,3 3C 1 1 1 1
KODE ISOLAT Diameter Zona Hambat pada uji aktivitas metabolit jamur endofit terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum (dalam mm) Paper Disk 1 Paper Disk 2 Paper Disk 3 Rata-rata 1A 14 9 10 11 2A 1 1 1 1 3C 1 1 1 1
Lampiran 5
1. Zona hambat yang dihasilkan jamur endofit terhadap jamur Phytoptora infestans Jenis Isolat Phytoptora infestans Total Rata-rata 1 2 3 1A 13 17 10 40 13,3 2A 4 1 2 7 2,3 3C 1 1 1 3 1 Jumlah Total 50
FK = = = = 277,8
JK Total percobaan = + + + + + + + + FK
= 169 + 289 + 100 + 16 + 1 + 4 + 1 + 1 + 1 FK
= 582 277,8
= 304,2
JK Perlakuan = FK
= FK
= FK
= 552,7 277,8 = 274,9
JK Galat = JK Total percobaan JK Perlakuan
= 304,2 274,9 = 29,3
KT perlakuan = = = 137,5
KT perlakuan = = = 3,7 F hitung = = = 37,2
SK db JK KT F hitung F 5%
Perlakuan Galat 2 274,9 137,5 37,2** 4,46 8 29,3 3,7 Total 10 304,2 ** --------- berbeda sangat nyata Dari perhitungan tersebut didapatkan F hitung > F 5% sehingga perlu dihitung dengan menggunakan uji BNT untuk mendapatkan isolat mana yang paling berpotensi dalam menghambat jamur Phytoptpra infestans
BNT 0,05 = t db galat x
= 2,26 x
= 2,26 x
= 2,26 x 1,6 = 3,5
Jenis Isolat Rata-rata zona hambat Notasi atas BNT 0,05
3C 1 a 2A 2,3 a 1A 13,3 b
Dari data yang diperoleh diketahui isolat yang paling berpotensi dalam menghambat jamur uji adalah Isolat 1A yaitu Penicillium sp
2. Zona hambat yang dihasilkan jamur endofit terhadap jamur Fusarium sp
Jenis Isolat Fusarium sp Total Rata-rata 1 2 3 1A 9 7 5 21 7 2A 1 1 1 3 1 3C 13 3 5 17 5,7 Jumlah Total 41
Dari perhitungan yang didapatkan F hitung < F 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa jamur endofit memiliki potensi yang saman dalam menghambat jamur Fusarium sp .
3. Zona hambat yang dihasilkan jamur endofit terhadap bakteri Ralstonia solanacaerum
Jenis Isolat Ralstonia solanacaerum Total Rata-rata 1 2 3 1A 14 9 10 23 11 2A 1 1 1 3 1 3C 1 1 1 3 1 Jumlah Total 29
FK = = = = 93,4
JK Total percobaan = + + + + + + + + FK
= 196 + 81 + 100 + 16 + 1 + 4 + 1 + 1 + 1 FK
= 383 93,4
= 289,6
JK Perlakuan = FK
= FK
= FK
= 182,3 93,4 = 88,9
JK Galat = JK Total percobaan JK Perlakuan
= 289,6 88,9 = 200,7
KT perlakuan = = = 44,5
KT perlakuan = = = 0,4
SK db JK KT F hitung F 5% F 1%
Perlakuan Galat 2 88,9 44,5 111,3** 4,46 8 200,7 0,4 Total 10 289,6 ** --------- berbeda sangat nyata Dari perhitungan tersebut didapatkan F hitung > F 5% sehingga perlu dihitung dengan menggunakan uji BNT untuk mendapatkan isolat mana yang paling berpotensi dalam menghambat bakteri Ralstonia solanacaerum
F hitung = = = 111,3
BNT 0,05 = t db galat x
= 2,26 x
= 2,26 x
= 1,5
Perlakuan Rata-rata Notasi atas BNT 0,05
3C 1 a 2A 1 a 1A 2 b Dari data yang diperoleh diketahui isolat yang paling berpotensi dalam menghambat bakteri Ralstonia solanacaerum adalah Isolat 1A yaitu Penicillium sp
DEPARTEMEN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572533
BUKTI KONSULTASI
Nama : Ninik Sunarmi NIM : 05520015 Fakultas/Jurusan : Sains dan Teknologi/Biologi Pembimbing : Dr. Ulfah Utami, M.Si Judul : Isolasi Dan Identifikasi Jamur Endofit Dari Akar Tanaman Kentang Sebagai Anti Jamur (Fusarium sp, Phytoptora infestans) dan Anti Bakteri (Ralstonia solanacaerum)
No Tanggal Hal yang dikonsultasikan Tanda Tangan 1. 29 Mei 2009 Pengajuan Bab I, II, III 1. 2. 5 Juni 2009 Revisi Bab I, II, III 2. 3. 10 Oktober 2009 Revisi Bab I, II, III 3. 4. 20 Oktober 2009 Acc Bab I, II, III 4. 5. 9 November 2009 Seminar Proposal 5. 6. 15 Maret 2010 Pengajuan Bab IV dan V 6. 7. 6 April 2010 Revisi Bab IV dan V 7. 8. 23 April 2010 Acc Bab IV dan V 8.
Malang, 1 Mei 2010 Mengetahui Ketua Jurusan Biologi
Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd NIP. 196301141999031001
DEPARTEMEN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572533
BUKTI KONSULTASI
Nama : Ninik Sunarmi NIM : 05520015 Fakultas/Jurusan : Sains dan Teknologi/Biologi Pembimbing : Dr. Ahmad Barizi, MA Judul : Isolasi Dan Identifikasi Jamur Endofit Dari Akar Tanaman Kentang Sebagai Anti Jamur (Fusarium sp, Phytoptora infestans) dan Anti Bakteri (Ralstonia solanacaerum)
No. Tanggal Hal yang dikonsultasikan Tanda Tangan 1. 20 Oktober 2009 Pengajuan Bab I, II, III, IV dan V 1. 2. 9 November 2009 Revisi Bab I, II, III, IV dan V 2. 3. 15 Maret 2010 Revisi Bab I, II, III, IV, dan V 3. 4. 6 April 2010 Revisi Bab I, II, III, IV dan V 4. 5. 23 April 2010 Acc Keseluruhan 5.
Malang, 1 Mei 2010 Mengetahui Ketua Jurusan Biologi
Dr. Eko Budi Minarno, M. Pd NIP. 196301141999031001