You are on page 1of 12

HADIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN AL-QURAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ulumul Hadis
Dosen Pengampu: Darmuin, M.Ag



Disusun oleh:
Dwi Kartika (073211039)
Amilatun Najichah (103111010)
Anis Maulida F (103111012)
Arif Setya Budi (1031110)
Edi Suryanto (1031110)
Eni Lutfiyah (103111024)
Sofwan Abdurrahman ()

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010

2

HADIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN AL URAN

I. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang dibawa Muhammad yang
menggunakan Al-Quran sebagai sumber hukum Islam yang pertama dan
menjadi tuntunan bagi seluruh umat manusia khususnya umat Islam.
Sedangkan sumber hukum Islam yang kedua adalah Hadis. Al-Quran
adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui
malaikat Jibril dan apabila seseorang membacanya maka mendapat pahala.
Sedangkan Hadis adalah perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi Muhammad
SAW.
Al-Quran dan Hadis merupakan dua pedoman umat muslim yang
saling berhubungan satu sama lain. Al-Quran tidak bisa berdiri sendiri
tanpa adanya Hadis sebagai penjelas Al-Quran yang masih bersifat
global. Hubungan antara Hadis dan Al-Quran merupakan bahasan dari
Ulumul Hadis yang sangat penting, untuk itu di bawah ini akan dipaparkan
penjelasan mengenai hubungan Hadis dengan Al-Quran.

II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Pengertian Al-Quran dan Hadis
B. Bagaimana Kedudukan Hadis Terhadap Al-Quran
C. Bagaimana Fungsi Hadis Terhadap Al-Quran
D. Bagaimana Perbandingan Hadis Qudsi dengan Al-Quran

III. PEMBAHASAN MASALAH
A. Pengertian Al-Quran dan Hadis
Al-Quran menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca. Al-
Quran adalah mashdar yang diartikan dengan arti isim maful yaitu
maqru artinya yang dibaca. Menurut istilah ahli agama ialah nama
bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang
3

ditulis dalam mushaf.
1
Al-Quran dapat dipahami melalui ilmu Al-
Quran.
Sedangkan Hadis adalah kata yang berasal dari bahasa Arab;
yaitu al-hadis, jamanya al -ahadis, al- hidsan, dan al-hudsan, dan
memiliki banyak arti diantaranya adalah al-jadid (yang baru) lawan
dari al-qodim (yang lama) dan al-khabar (kabar atau berita).
2

Menurut Jumhurul Muhaddi sin ialah:

Ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. baik
berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan yang
sebagainya.
Yang dimaksud dengan perkataan Nabi Muhammad SAW
ialah perkataan yang pernah beliau ucapkan dalam berbagai bidang,
seperti bidang hukum (syariat), akhlaq, aqidah, pendidikan, dan
sebagainya. Sebagai contoh perkataan beliau yang mengandung
hukum syariat misalnya sabda beliau:

bahwasanya amal-amal perbuatan itu dengan niat, dan hanya bagi
setiap orang itu memperoleh apa yang ia niatkan (Riwayat
Bukhori Muslim)
Sedangkan perbuatan Nabi Muhammad merupakan penjelasan
praktis terhadap peraturan-peraturan syariat yang belum jelas cara
pelaksanaannya. Misalnya cara bersembahyang dan cara menghadap
kiblat dalam sembahyang sunnat di atas kendaraan yang sedang
berjalan, telah dipraktekkan oleh Nabi dengan perbuatan beliau
dihadapan para sahabat.

1
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran
dan Tafsir, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 1
2
Saadullah Asraidi, Hadits-Hadits Sekte, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm.
1
4

Arti taqrir Nabi, ialah keadaan beliau mendiamkan, tidak
mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau
diperkatakan oleh para sahabat dihadapan beliau. Contohnya ialah
tindakan salah seorang sahabat yang bernama Khalid bin Walid.
Dalam salah satu jamuan makan, dia menyajikan masakan daging
biawak dan mempersilahkan kepada Nabi untuk menikmatinya
bersama para undangan.
3

Beliau menjawab:
, , ! : , , .
. ) (
Tidak (maaf). Berhubung binatang ini tidak terdapat di kampung
kaumku, aku jijik padanya! Kata Khalid: segera aku memotongnya
dan memakannya, sedang Rasulullah melihat kepadaku. (Riwayat
Bukhori, Muslim)
Khalid dan para sahabat menikmati daging biawak tersebut
sedangkan Nabi tidak menyanggahnya. Keengganan beliau
memakannya itu disebabkan karena jijik.
4

B. Kedudukan Hadits Terhadap Al-Quran
Seluruh umat sepakat bahwa Hads Rasul merupakan sumber
dan dasar hokum islam setelah Al-Quran, dan umat islam diwajibkan
mengikuti hadis sebagaimana diwajibkan mengikuti Al-Quran.
Al-Quran dan Hadis merupakan dua sumber hokum islam yang tetap,
yang orang islam tidakmmungkin memahami syariat Islam secara
mendalam dan lengkap dengan tanpa kembali kepada kedua sumber
Islam.

3
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, (Bandung: PT Al-Maarif, 1991),
cet. 7, hlm. 6-10
4
Ibid.
5

Kedudukan Hadis sebagai sumber hukum Islam dengan
melihat beberapa dalil. Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW.
Berkeneen dengan keharusan menjadikan Hadis sebagai pedoman
hidup, disamping Al-Quransebagai pedoman utamanya, beliau
bersabda:
) (
Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak
akan tersesat seagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu
berupa kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (HR.Malik
5
)
C. Fungsi Hadis Terhadap Al-Quran
1. Bayan At-Taqrir
Bayan At-Taqrir disebut juga bayan Al-Takiddan Bayan
Al-Itsbat. Yang dimaksud dengan bayan ini ialah menetapkan dan
memperkuat apa yang telah diterangkan didalam Al-Quran. Fungsi
Hadis dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan Al-
Quran.
6

Suatu contoh Hadis yang diriwayatkan Muslim dari Ibnu
Umar, yang berbunyi sebagai berikut:
) (
Apabila kalian melihat (ruyah) bulan, maka berpuasalah, juga
apabila melihat (ruyah) itu maka berbukalah. (HR Muslim)
Hadis ini datang mentaqrir ayat Al-Quran di bawah ini:
o P No MOBb
=o.T1 P
Maka barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan,
hendaklah ia berpuasa (QS. Al Baqarah (2): 185)



5
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 4,
hlm.
6
Ibid, 58-59
6

2. Bayan Al-Tafsir
Bayan Al-Tafsir adalah bahwa kehadiran Hadis berfungsi
untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat Al-
Quran yang masih global (mujmal), memberikan
persyaratan/batasan (taqyid) ayat-ayat Al-Quran yang bersifat
mutlak, dan mengkhususkan (takhsis) terhadap ayat-ayat Al-Quran
yang masih bersifat umum.
Sebagai contoh di bawah ini akan dikemukakan hadis
yang berfungsi sebagai bayan Al-Tafsir:
) (
Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat
Hadis ini menjelaskan bagaimana mendirikan shalat.
Sebab dalam Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Salah satu
ayat yang memerintahkan shalat adalah:
PboTC"0." `P`1OBb
PbVb.." `PAHOBb
PbAHHBb."
HMOBb
Dan kerjakanlah shalat, tunaikan zakat, dan rukulah beserta
orang-orang yang ruku. (QS, Al-Baqarah (2): 43)
7

Sedangkan contoh Hadis yang membatasi (taqyid) ayat-
ayat Al-Quran yang bersifat mutlak, antara lain seperti sabda
Rasulullah sebagai berikut:

Rasulullah SAW didatangi seseorang dengan membawa pencuri,
maka beliau memotong tangan pencuri dari pergelangan tangan.
Hadits ini mentaqyid QS. Al-Maidah (5): 38 yang berbunyi:
CHBOBb." PbCBB
BoP"0 /b Bo)

7
Ibid, hlm. 61
7

BAH dAN .. Bb N Bb."

TN=
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai)pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah..
Contoh Hadis yang berfungsi men-takhsish keumuman
ayat-ayat Al-Quran, adalah:

Kami para Nabi tidak meninggalkan harta warisan
) (
Nabi SAW bersabda: Tidaklah orang Muslim mewarisi dari
orang kafir, begitu juga orang kafir tidak mewarisi dari orang
Muslim. (HR. Bukhori)
Kedua Hadis tersebut mentakhsishkan keumuman ayat:
NT Bb
mPO""0 P MAHCbO Vd
= .Mdd.Bb PoT1

Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)


anak-anakmu. Yaitu bahagian anak laki -laki sama dengan
bahagian anak perempuan (QS. Al -Nisa (4) :11)
8

3. Bayan Al-Tasyri
Bayan Al-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau
ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam Al-Quran, atau dalam Al-
Quran hanya terdapat pokok-pokonya (ashl) saja.
Suatu contoh Hadis tentang zakat fitrah, sebagai berikut:

) (

8
Ibid, hlm 62-63
8

Bahwasanya Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada
umat Islam pada bulan Ramadhan satu sukat (sha) kurma atau
gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau hamba, laki-laki
atau perempuan Muslim. (HR. Muslim)
Hadis Rasul yang termasuk Bayan At-Tasyri ini, wajib
diamalkan, sebagaimana kewajiban mengamalkan hadits-hadits
lainnnya. Ibnu al-Qayyim berkata, bahwa hadits-hadits Rasul yang
berupa tambahan terhadap Al-Quran, merupakan kewajiban atau
aturan yang harus ditaati, tidak boleh menolak atau
mengingkarinya, dan ini bukanlah sikap (Rasul SAW) mendahului
Al-Quran melainkan semata-mata karena perintahnya.
4. Bayan Al-Nasakh
Untuk bayan jenis ini terjadi perbedaan yang sangat tajam.
Ada yang mengakui dan menerima fungsi Hadis sebagai nasikh
terhadap sebagian hukum Al-Quran dan ada juga yang
menolaknya.
Kata nasakh secara bahasa berarti ibthal
(membatalkan), izalah(menghilangkan), tahwil (memindahkan),
dan taghyir (mengubah). Menurut pendapat yang dapat di pegang
dari Ulama mutaqaddimin, bahwa terjadinya nasakh ini karena
adanya dalil syara yang mengubah suatu hukum (ketentuan)
meskipun jelas, karena telah berakhir masa keberlakunya serta
tidak bisa diamalkan lagi, dan syari (pembuat syariat)
menurunkan ayat tersebut tidak diberlakukan untuk selama-
lamanya.
9

Jadi, intinya ketentuan yang datang kemudian tersebut
menghapus ketentuan yang datang terdahulu, karena yang terakhir
dipandang lebih luas dan lebih cocok nuansanya. Ketidakberlakuan
suatu hukum (nasakh wa al-mansukh) harus memenuhi syarat-

9
Ibid, hlm. 65-66
9

syaratnya yang ditentukan, terutama syarat/ketentuan adanya
nasakh dan mansukh.
10

Pada akhirnya, Hadis sebagai ketentuan yang datang
kemudian daripada Al-Quran dapat menghapus ketentuan dan isi
kandungan Al-Quran . Demikian menurut pendapat ulama yang
menganggap adanya fungsi bayan Al-Nasakh. Kelompok yang
membolehkan adanya nasakh jenis ini adalah golongan Mutazilah,
Hanafiyah dan Madzhab Ibn Hazm al-Dhahiri.
Salah satu contoh yang biasa diajukan para ulama, ialah
Hadis yang berbunyi:

Tidak ada wasiat bagi ahli waris
Hadis ini menurut mereka menasakh isi firman Allah SWT:
11H NM`1 bl .M=
HP`"0 oOBb l AqMV
bMM. M.OBb
PO.1O
)MC1.Bb." B"MoOBB) P
Bl= `V l1oOBb
Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu
kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang
banyak, berwasiat untuk ibu bapa dan karib kerabatnnya secara
maruf (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.
(QS. Al-Baqarah (2): 180)
Sementara yang menolak nasakh jenis ini adalah Syafii
dan sebagian besar pengikutnya, meskipun nasakh tersebut dengan
hadits yang mutawatir. Kelompok lain yang menolak adalah

10
Ibid.
10

sebagian besar pengikut madzhab Zahiriyah dan kelompok
Khawarij.
11

D. Perbandingan Hadis Qudsi dengan Al-Quran
Al-Quran mempunyai ciri-ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
Hadis, yaitu:
1. Al-Quran merupakan mukjizat yang kekal, terpelihara dari
segala perubahan dan semua lafazh, huruf-huruf, dan
redaksinya bersifat mutawatir.
2. Diharamkan meriwayatkan Al-Quran dengan makna yang
dikandungnya saja.
3. Diharamkan disentuh dan dibaca oleh orang yang berjunub,
berhadats dan lain-lain.
4. Disyaratkan membacanya dalam shalat.
5. Membaca Al-Quran merupakan ibadah, satu huruf dibalas
sepuluh kebaikan.
12

6. Tidak boleh menjualbelikan ayatnya (dalam riwayat Imam
Ahmad) dan makruh menjualbelikan ayatnya (menurut Imam
Syafii.
7. Sejumlah lafazhnya disebut ayat, jumlah tertentu (yang telah
dibataskan) dari ayat-ayat disebut surat.
8. Lafazh dan maknanya dari Allah, berdasarkan wahyu yang
jelas menurut kesepakatan ulama.
13

Adapun Hadis Qudsi bercirikan sebagai berikut:
1. Hadis Qudsi merupakan mukjizat bagi nabi Muhammad SAW.
2. Makna dari Hadis Qudsi langsung dari Allah dan redaksinya
dari nabi.
3. Hadis Qudsi tidak boleh dilafaikan di dalam bacaan shalat.

11
Ibid, hlm. 66-67
12
As Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani, Mutiara Pokok Ilmu Hadist,
(Bandung: Trigenda Karya, 1995), hlm. 41
13
Ibid.
11

4. Hadis Qudsi diberikan langsung kepada nabi Muhammad
melalui ilham atau mimpi.
5. Penolakan Hadis Qudsi bukan merupakan perbuatan kufur.
14


IV. KESIMPULAN
Al-Quran merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad melalui malaikat Jibril secara mutawattir, apabila dibaca
menjadi ibadah. Sedangkan Hadis adalah perkataan, perbuatan, dan taqrir
Nabi Muhammad SAW. Redaksi Al-quran langsung dari Allah yang
disampaikan melalui malaikat Jibril redaksi Hadis umumnya berasal dari
Nabi Muhammad SAW. Dan sebagian kecil ada yang berasal dari Allah
yang biasa disebut dengan Hadis Qudsi.
Kedudukan Hadis terhadap Al-Quran adalah sebagai sumber
hukum kedua setelah Al-Quran menjadi sumber hukum pertama. Fungsi
Hadis terhadap Al-Quran diantaranya: Bayan At-Taqrir, Bayan Al-Tafsir,
Bayan Al-Tasyri, Bayan Al-Nasakh.

V. PENUTUP
Makalah yang dapat kami buat, sebgai manusia biasa kita
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin......







14
Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996), hlm. 41
12



DAFTAR PUSTAKA
Asraidi, Saadullah, Hadis-Hadis Sekte, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996
Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani, As Sayyid Mutiara Pokok Ilmu Hadis,
Bandung: Trigenda Karya, 1995
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tengku, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al -Quran
dan Tafsir, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009
Rahman, Fatchur, Ikhtisar Mushthalahul Hadi s, Bandung: PT Al -Maarif, 1991
Ranuwijaya, Utang, Ilmu Hadis, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996
Suparta, Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003
.

You might also like