You are on page 1of 14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

BAB I PENDAHULUAN

Mempelajari sejarah pendidikan Islam dapat menambah wawasan kita, juga dapat mnjadi cerminan bagi kita agar dapat memperbaiki kekurangan dan kekeliruan kedepannya. Corak pemikiran yang tidak hanya satu berkembang di wilayah-wilayah Indonesia. Hal ini juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi setempat. Hingga lahirlah para cendekiawan Islam yang menjadi tokoh besar dalam perjalanan sejarah. Salah satu di antaranya adalah K.H. Hasyim Asyari. Seorang Kiyai besar yang menjadi pelopor berdirinya sebuah organisasi kemasyarakatan Nahdatul Ulama. Berdasarkan pandangannya yang berpatokan pada empat mazhab dan Ahlussunnah wal Jamaah, serta mentolerir pendapat baru yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, ia mengajarkan ajaran Islam kepada santrinya. Akan tetapi sebagaimana kita ketahui bersama, pada saat ini hampir sering terjadi perbedaan pendapat antara NU dan Muhammadiyah, yang sebenarnya hanya berbeda sudut pandang. Demikianlah permasalahan yang secara tidak langsung dan sedikit banyak berpengaruh pada pendidikan Islam di Indonesia. Bagi yang cenderung sepaham dengan NU, maupun Muhammadiyah, dikhawatirkan akan menimbulkan konflik yang tidak sehat. Yang sebenarnya hal tersebut sebaiknya tidak menimbulkan permusuhan. Dalam mencari kebenaran Allah telah memberikan kita wahyu dan akal. Namun untuk beberapa hal kita tidak tahu pasti kebenaran yang benar-benar benar itu ada di pihak mana. Hanya Allah yang tahu. Untuk itu, perlu bagi kita memahami masing-masing pemikiran dari para tokoh. Agar kita tidak hanya menduga-duga dan sekedar beranggapan. Di sinilah letak pentingnya suatu ilmu agar tidak sekedar ucapan kosong belaka. Makalah ini berjudul Pemikiran Pendidikan Islam Hasyim Asyari. Maka isi makalah ini akan membahas mengenai pemikiran atau pandangannya dalam pendidikan Islam. Juga akan membahas riwayat hidupnya agar kita dapat memperkirakan latar belakang mengenai pola pemikirannya.

Filsafat Pendidikan Islam

Pemi i n Pen i

. Riwatay

idup K. .

Pangeran Bona ibn Abd al Rahman yang dikenal juga dengan sebutan Jaka Tingkir Sultan Hadiwijaya ibn Abd Allah ibn al Aziz ibn Abd al Fatah ibn Maulana Ishal dari Raden Ain al aqin yang disebut dengan Sunan Giri. Sejak Masih sangat muda, Hasyim Asyari dikenal sangat pandai, penuh ketekunan, dan rajin belajar. Pada usia 6 tahun, ia mulai belajar agama di bawah bimbingan ayahnya sendiri , Kiai Asyari di desa Keras, dekat Jombang, tempat ayahnya pindah dari Demak pada tahun 1876 M. Bidang -bidang yang dipelajari dari ayahnya antara lain tauhid, hukum Islam, bahasa Arab, tafsir dan hadis. Dia semakin cerdas, sehingga pada saat berusia 13 tahun saja sudah dap membantu at ayahnya mengajar pada santri yang jauh lebih tua daripada dirinya. Pandidikan ke berbagai pesantren ditempuh Hasyim Asyari mulai usia 15 tahun. Dia berpindah pindah dari satu pesantren ke pesantren lain di Jawa Timur dan Madura. Pada tahun 1891, ia belajar di pesantren terkenal milik Kiai Yakub, Siwalan Panji Sidoarjo, Jawa Timur. Pada tahun 1892 Kiai Hasyim Meikah dengan Khadijah, putri Kiai Yakub. Tidak berapa lama kemudian ia beserta istri dan mertuanya berangkat haji ke Makkah yang dilanjutkan dengan belajar di sana. Akan tetapi, setelah istrinya meninggal karena melahirkan yang disusul pula dengan putranya,
Dalam literatur lain menyebutkan bahwa beliau lahir pada tanggal 14 Pebruari 1871 M. Lihat Toto Suharto, Fil f t Pe didikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), hlm. 308.
1

Fi s

tP

i i


Is

n I l m Hasyim Asyari

B B EMB S

asyim syari K.H. Hasyi dilahi an pada tanggal 24 Zulqadah

1287 Hdi desa Gedang, yang merupakan salah satu desa yang ada di kabupaten Jombang, Jawa Tim atau ur
1 bertepatan dengan tanggal 25 Juli 1871 M. Nama

lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Asyary ibn Abd al Wahid ibn Abd al Halim dengan nama gelarnya

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

memnyebabkan ia kembali ke tanah air. TIdak berapa lama kemudian ia berangkat lagi ke tanah suci, tidak hanya untuk menunaikan ibadah haji, tatapi juga untuk belajar. Ia mnetap di sana kurang lebih selama tujuh tahun dan berguru pada sejumlah ulama. Dia antaranya Syaikh Ahmad Amin al-Aththar, Sayyid Sultan ibn Hasyim, Sayyid Ahmad ibn Hasan al-Aththar, Syaikh Sayyid Yamay, Sayyid Alawi ibn Ahmad al-Sa af, Sayid Abbas Maliki, Sayid Abdullah al-Zawawy,

Syaikh Shaleh Bafadhal, dan Syaikh Sultan Hasyim Dagastani. Pada tahun 1899/1900, ia kembali ke Indonesia dan mengajar di pesantren ayahnya, baru kemudian mendirikan pesantren sendiri di daerah sekitar Cukir, pesantren Tebu Ireng, pada tanggal 6 Pebruari 1906. Pesantren yang baru didirikan tersebut tidak berapa lama kemudian berkembang menjadi pesantren yang terkenal di nusantara, dan menjadi tempat m nggo ok kader-kader ulama untuk wilayah jawa dan sekitarnya. Pesantren Tebu Ireng pada awalnya terdiri dari 28 orang santri yang diambil dari pesantren Gedang.2 Melalui pesantren Tebu Ireng, K.H. Hasyim Asyari sebenarnya memiliki gagasan dan pemikiran pendidikan yang paling tidak tersimpul dalam dua gagasan, yakni metode musyawarah dan sistim madrasah dalam pesantren. Ia menetapkan metode musyawarah khusus pada santrinya yang hampir mencapai kematangan. metode ini dikembangkan menyerupai metode diskusi yang terjadi di antara santri kelas tingginya, yang berbeda dengan metode debat. Dalam musyawarah, adanya sikap saling menghargai pendapat, toleransi dan tidak memaksakan pendapat sendiri. karena yang diharapkan adalah dicapainya suatu kesepakatan tentang kebenaran dan dengan solusi terbaik. juga dalam metode ini tidak menyepelekan argumen yang berasal dari kalangan santrinya. Malah ini ditumbuh kembangkan sehingga membuat santrinya lahir menjadi ulama yang handal dan berwawasan tinggi. Selain metode musyawarah, K.H. Hasyim Asyari juga menerapkan sistem pendidikan dengan memasukkan madrasah dalam pesantren. Meskipun begitu, kajian kitab kuning yang menjadi ciri utama pesantren tetap diselenggarakan. Pendidikan umum yang diajarkan kepada para santrinya adalah
2

Ibid, hlm. 326.

Filsafat Pendidikan Islam

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

agar para santri memiliki pengetahuan lebih. Karena para santri tersbut tidak semuanya dapat menjadi dai, ulama, ataupun ustad. Kebanyakan dari mereka justru menjadi warga biasa yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk mencari pekerjaan. Begitulah K.H. Hasyim Asyari. Semenjak ia masih di pondok, ia telah dipercaya untuk membimbing/mengajar santri baru. Ketika berada di Makkah, ia juga sempat mengajar. Demikian pula ketika kembali ke Tanah air, diabdikan seluruh hidupnya untuk agama dan ilmu. Kehidupannya banyak tersita untuk para santrinya. Ia terkenal dengan disiplin waktu (istiqamah). aktu mengajar adalah

satu jam sebelum shalat, dan satu jam usai shalat lima waktu. Dalam penulisan, tidak kurang dari sepuluh kitab disusunnya, antara lain: 1. Adab al-Alim wa al-Mutaallim fima Yahtaj Ilah al-Mutaalim fi Ahwal Taallum wa ma Yataqaff al-Muallim fi Maqamat Talimih. 2. Ziyadat Taliqat, Radda fiha Mandhumat al -Syaikh Abd Allah bin Yasin alFasurani Allati Bihujubiha Ala Ahl Jamiyyah Nahdatul Ulama. 3. 4. Al-Tanbihat al-Wajibat liman Yashna al-Maulid al-Munkarat. Al-Risalat al-Jamiat, Sharh fiha Ahwaal al-Mauta wa Asyirath al-Saat ma Bayan Mahfum al-Sunnah wa al-Bidah. 5. Al-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin bain fihi Mana al-Mahabbah Lirasul Allah wa ma Yataallaq biha Man Ittabaiha wa ihya al-Sunnatih. 6. Hasyisyah ala Fath al-Rahman bi Syarth Risalat al-Wali Ruslam li Syaikh alIslam Zakariya al-Anshari. 7. Al-Durr al-Muntasirah fi Masail al-TisI Asyrat, Sharh fiha Masalat alThariqah wa al-Wilayah wa ma Yataallaq bihima min al-Umur al-Muhimmah li Ahl al-Thariqah. 8. Al-Tibyan fi al-Nahy an Muqathiah al-Ikhwan, bain fih Ahammiyat Shilat alRahim wa Dhuhar Qathiha. 9. Al-Risalat al-Tauhidiyah, wahiya Risalah Shaghirat fi Bayan Aqidah Ahl Sunnah wa al-Jamaah. 10. Al-Qalaid fi Bayan ma Yajib min al-aqaid.

Filsafat Pendidikan Islam

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

Disamping bergerak dalam dunia pendidikan, Kyai Hasyim menjadi perintis dan pendiri organisasi kemasyarakatan NU (Nahdatul Ulama), sekaligus sebagai Rais Akbar. NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M bertepatan dengan tanggal 16 Rajab 1444 H. Organisasi ini menyebut diri mereka sebagai Ahlusssunnah aljamaah dan mereka mempertahankan salah satu dari 4

mazhab dalam fi ih. Selain K.H. Hasyim Asyari, NU juga dipelopori oleh K.H. Abdul ahab Hasbullah.3 Pada bagian lain, ia juga bersikap konfrontatif terhadap

penjajah Belanda. Sebagai contoh ia menolak menerima penghargaan dari pemerintah Belanda. Bahkan pada saat revolusi fisik, ia menyerukan jihad melawan penjajah dan menolak bekerja sama dengannya. Sementara pada masa penjajahan Jepang, ia sempat ditahan dan diasingkan ke Mojokerto. Jabatan yang pernah diterimanya adalah menjadi ketua Masyumi, ketika NU bergabung di dalamnya. Ia wafat di Tebu Ireng, Jombang, pada usia 79 tahun tepatnya tanggal 25 Juli 1947 H/7 Ramadhan 1366 H.

B Pe iki n Pen i ik n I l

en

H H

Untuk menuangkan pemikirannya tentang pendidikan islam, KH. Hasyim Asyari telah merangkum sebuah kitab karangannya yang berjudul Mutaallim Fima Yahtaj Ilah Al-Mutaalim Fi Ahual Mutaallum Wa Yataqaff Al-Muallim Fi Maqamat Talimah yang dicetak pertama kali pada tahun 1415 H. Sebagaimana umumnya kitab kuning, pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih ditekankan pada masalah pendidikan etika. Meski demikian tidak menafikan beberapa aspek pendidikan lainnya. Keahliannya dalam bidang hadis ikut pula mewarnai isi kitab tersebut. Sebagai bukti adalah dikemukakannya beberapa hadis sebagai dasar dari penjelasannya, disamping beberapa ayat Al-Quran dan pendapat para ulama. Untuk memahami pokok pikirannya dalam kitab tersebut perlu pula diperhatikan latar belakang ditulisnya kitab tersebut. Penyusunan karya ini boleh jadi didorong oleh situasi pendidikan yang pada saat itu mengalami perubahan dan
Enung K. Rukiati dan enti Himawadi, S jarah ustaka S tia,2006), hlm. 87. ndidikan Islam di Indon sia, (Bandung:

Filsafat Pendidikan Islam



Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

perkembangan yang pesat, dari kebiasaan lama (tradisional) yang sudah mapan ke dalam bentuk baru (modern) akibat dari pengaruh sistem pendidikan Barat (Imperialis Belanda) diterapkan di Indonesia. Karyanya ini merujuk pada kitabkitab yang ditelaahnya dari berbagai ilmu yang langsung diterimanya dari para gurunya ditambah dengan berbagai pengalaman yang pernah dijalaninya. Dalam kitab tersebut beliau merangkum pemikirannya tentang

pendidikan Islam kedalam delapan bab, yaitu : 1) Keutamaan ilmu dan keutamaan belajar mengajar 2) Etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar 3) Etika seorang murid kepada guru 4) Etika seorang murid terhadap pelajaran dan hal-hal yang harus dipedomi berasama guru 5) Etika yang harus dipedomi seorang guru 6) Etika guru ketika dan akan mengajar 7) Etika guru terhadap murid-murid nya 8) Etika terhadap buku, alat untuk memperoleh pelajaran dan hal-hal yang berkaitannya dengannya.4 Dari delapan pokok pemikiran di atas, Hasyim Asyari membaginya kembali kedalam tiga kelompok, yaitu: signifikansi pendidikan; tugas dan tanggung jawab seorang murid, tugas dan tanggung jawab seorang guru.5 Pada dasarnya, ketiga kelompok pemikiran tersebut adalah hasil integralisasi dari delapan pokok pendidikan yang dituangkan oleh KH. Hasyim Asyari.

1.

Sigifik n i Pen i ik n Dalam membahas masalah ini, ia banyak mengutip dari ayat-ayat Al-

Quran yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan orang yang berilmu. Sebagai contohnya ialah beliau mengambil pemikiran pendidikan tentang keutamaan menuntut ilmu dan keutamaan bagi yang menuntut ilmu. Tidak cukup
4 5

Filsafat Pendidikan Islam

Samsul Nizar, Filsafat Ibid, hlm. 156.

ndidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 155-156.

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

hanya ayat-ayat Al-Quran, pembahasan dalam bab pertama tersebut dilengkapi dengan berbagai hadis Nabi dan pendapat para ulama, yang kemudian diulas dan dijelaskan dengan singkat dan jelas. Misalnya ia menyebutkan bahwa tujuan utama ilmu pengetahuan adalah mengamalkannya. Hal yang demikian dimaksudkan agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Mengingat begitu pentingnya, maka syariat mewajibkan untuk menuntutnya dengan memberikan pahala yang besar. Pada bagian lain juga dijelaskan bahwa ilmu merupakan sifat yang menjadikan jelas identitas pemiliknya. KH. Hasyim Asyari menyebutkan bahwa dalam menuntut ilmu harus memperhatikan dua hal pokok selain dari keimanan dan tauhid. Dua hal pokok tersebut adalah : a. bagi seorang peserta didik hendaknya ia memiliki niat yang suci untuk menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal yang bersifat duniawi dan jangan melecehkan atau menyepelekannya b. bagi guru dalam mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya terlebih dahulu tidak semata-mata hanya mengharapkan materi, disamping itu hendaknya apa yang diajarkan sesuai dengan apa yang diperbuat. Hasyim Asyari juga menekankan bahwa belajar bukanlah semata-mata hanya untuk menghilangkan kebodohan, namun untuk mencari ridho Allah yang mengantarkan manusia untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat. Karena itu hendaknya belajar diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai islam bukan hanya semata-mata menjadi alat penyebrangan untuk mendapatkan meteri yang berlimpah. 6

2.

Tug

n Tanggung Jawab

uri

Murid sebagai peserta didik memiliki tugas dan tanggung jawab berupa etika dalam menuntut ilmu, yaitu :

Lihat http://misbakhudinmunir.wordpress.com/wp-admin/post-new.php

Filsafat Pendidikan Islam

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

a) Etika yang harus diperhatikan dalam belajar Dalam hal ini Hasyim Asyari mengungkapkan ada sepuluh etika yang harus dipebuhi oleh peserta didik atau murid, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. membersihkan hati dari berbagai gangguan keimanan dan keduniawian membersihkan niat tidak menunda-nunda kesempatan belajar bersabar dan onaah terhadap segala macam pemberian dan cobaan pandai mengatur waktu menyederhanakan makan dan minum bersikap hati-hati atau wara menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan kemalasan yang pada akhirnya menimbulkan kebodohan 9. menyediakan waktu tidur selagi tidak merusak kesehatan diri).7 Berdasarkan hal-hal tersebut, menunjukkan bahwa pendidikan rohani atau jiwa itu penting dan dianjurkan, namun tidaklah menyampingkan pendidikan jasmani juga.

10. meninggalkan kurang faedah (hal-hal yang kurang berguna bagi perkembangan

b) Etika Seorang Murid Terhadap Guru Etika seorang murid murid kepada guru, sesuai yang dikatakan oleh Hasyim Asyari hendaknya harus memperhatikan sepuluh etika utama, yaitu : 1. hendaknya selalu memperhatikan dan mendengarkan apa yang dijelaskan atau dikatakan oleh guru 2. memilih guru yang wara artinya orang yang selalu berhati-hati dalam bertindak disamping profesionalisme 3. 4. 5. mengikuti jejak guru yang baik bersabar terhadap kekerasan guru berkunjung kepada guru pada tempatnya atau mintalah izin terlebih dahulu kalau harus memaksa keadaan pada bukan tempatnya 6. duduklah yang rapi dan sopan ketika berhadapan dengan guru
7

Samsul Nizar, Op. cit., hlm. 157.

Filsafat Pendidikan Islam

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

7. berbicaralah dengan sopan dan lemah lembut 8. dengarkan segala fatwanya 9. jangan sekali-kali menyela ketika sedang menjelaskan 10. dan gunakan anggota kanan bila menyerahkan sesuatu kepadanya.8

c) Etika Murid Terhadap Pelajaran Dalam menuntut ilmu murid hendaknya memperhatikan etika berikut : 1. memperhatikan ilmu yang bersifat fardhu ain untuk dipelajari 2. harus mempelajari ilmu-ilmu yang mendukung ilmu-ilmu fardhu ain 3. berhati-hati dalam menanggapi ikhtilaf para ulama 4. mendiskusikan atau menyetorkan apa yang telah ia pelajari pada orang yang dipercayainya 5. senantiasa menganalisa, menyimak dan meneliti ilmu 6. pancangkan cita-cita yang tinggi 7. bergaulah dengan orang berilmu lebih tinggi (intelektual) 8. ucapkan bila sampai ditempat majlis talim (tempat belajar, sekolah, pesantren, dan lain-lain) 9. bila terdapat hal-hal yang belum diketahui hendaknya ditanyakan 10. bila kebetulan bersamaan banyak teman, jangan mendahului antrian bila tidak mendapatkan izin 11. kemanapun kita pergi kemanapun kita berada jangan lupa bawa catatan 12. pelajari pelajaran yang telah diajarkan dengan continue (isti omah) 13. tanamkan rasa semangat dalam belajar.9

3.

Tugas an Tanggung Jawab Guru Dalam dunia pendidikan tidak hanya seorang murid yang memiliki

tanggung jawab. Namun seorang guru juga memiliki tanggung jawab yang hampir serupa dengan murid, yaitu :

8 9

Ibid. Ibid.

Filsafat Pendidikan Islam

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

a) Etika Seorang Guru Seorang guru dalam menyampaikan ilmu pada peserta didik harus memiliki etika sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. selalu mendekatkan diri kepada Allah senantiasa takut kepada Allah senantiasa bersikap tenang senantiasa berhati-hati senantiasa tawadhu dan khusu mengadukan segala persoalannya kepada Allah S T tidak menggunakan ilmunya untuk keduniawian saja tidak selalu memanjakan anak didik berlaku zuhud dalam kehidupan dunia

10. menghindari berusaha dalam hal-hal yang rendah 11. menghindari tempat-tempat yang kotor atau maksiat 12. mengamalkan sunnah nabi 13. mengisti omahkan membaca al- uran 14. bersikap ramah, ceria, dan suka menebarkan salam 15. membersihkan diri dari perbuatan yang tidak disukai Allah 16. menumbuhkan semangat untuk mengembangkan dan pengetahuan 17. tidak menyalahgunakan ilmu dengan menyombongkannya 18. dan membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas.10 menambah ilmu

Dalam pembahasan ini ada satu hal yang sangat menarik, yaitu tentang poin yang terakhir guru harus rajin menulis, mengarang dan meringkas. Hal ini masih sangat jarang dijumpai, ini juga merupakan menjadi salah satu faktor mengapa masih sangat sulit dijumpai karya-karya ilmiah. Padahal dengan adanya guru yang selalu menulis, mengarang dan merangkum, ilmu yang dia miliki akan terabadikan.

10

Ibid.

Filsafat Pendidikan Islam

10

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

b) E ika Guru alam mengajar Seorang guru ketika mengajar dan hendak mengajar hendaknya memperhatikan etika-etika berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. mensucikan diri dari hadats dan kotoran berpakaian yang sopan dan rapi serta berusaha berbau wewangian berniat beribadah ketika dalam mengajarkan ilmu menyampaikan hal-hal yang diajarkan oleh Allah (walaupun hanya sedikit) membiasakan membaca untuk menambah ilmu pengetahuan memberikan salam ketika masuk kedalam kelas sebelum belajar berdoalah untuk para ahli ilmu yang telah terlebih dahulu meninggalkan kita 8. berpenampilan yang kalem dan menghindarkan hal-hal yang tidak pantas dipandang mata 9. menghindarkan diri dari gurauan dan banyak tertawa

10. jangan sekali-kali mengajar dalam kondisi lapar, makan, marah, mengantuk, dan lain sebagainya 11. hendaknya mengambil tempat duduk yang strategis 12. usahakan berpenampilan ramah, tegas, lugas dan tidak sombong 13. dalam mengajar hendaknya mendahulukan materi yang penting dan disesuaikan dengan profesionalisme yang dimiliki 14. jangan mengajarkan hal-hal yang bersifat subhat yang dapat menyesatkan 15. perhatikan msing-masing kemampuan murid dalam meperhatikan dan jangan mengajar terlalu lama 16. menciptakan ketengan dalam belajar 17. menegur dengan lemah lembut dan baik ketika terdapat murid yang bandel 18. bersikap terbuka dengan berbagai persoalan yang ditemukan 19. berilah kesempatan pada murid yang datang terlambat dan ulangilah penjelasannya agar mudah dipahami apa yang dimaksud

Filsafat Pendidikan Islam

11

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

20. dan apabila sudah selesai berilah kesempatan kepada anak didik untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. 11

Dari pemikiran yang ditawarkan oleh hasyim asyari tersebut, terlihatlah bahwa pemikirannya tentang etika guru dalam mengajar ini sesuai dengan apa yang beliau dan kita alami selama ini. Hal ini mengindikasikan bahwa apa yang beliau fikirkan adalah bersifat fragmatis atau berdasarkan pengalaman. Sehingga hal inilah yang memberikan nilai tambah begi pemikirannya.

c) E ika Guru Bersama

uri

Guru dan murid pada dasarnya memiliki tanggung jawab yang berbeda, namun terkadang seorang guru dan murid mempunyai tanggung jawab yang sama, diantara etika tersebut adalah : 1. berniat mendidik dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta menghidupkan syariat islam 2. 3. 4. 5. menghindari ketidak ikhlasan dan mengejar keduniawian hendaknya selalu melakukan instropeksi diri menggunakan metode yang sudah dipahami murid membangkitkan semangat murid dengan memotivasinya, begitu murid yang satu dengan yang lain 6. 7. 8. 9. memberikan latihan latihan yang bersifat membantu selalu memperhatikan kemapuan peserta didik yang lain bersikap terbuka dan lapang dada membantu memecahkan masalah dan kesulitan peserta didik yang lain.12 Bila sebelumnya seorang murid dengan guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, maka setelah kita telaah kembali, ternyata seorang guru dan murid juga memiliki tugas yang serupa seperti tersebut di atas. Ini
11 12

10. tunjukkan sikap yang arif dan tawadhu kepada peserta didik yang satu dengan

Ibid. Ibid.

Filsafat Pendidikan Islam

12

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

mengindikasikan bahwa pemikiran Hasyim Asyari tidak hanya tertuju pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik dan guru, namun juga keasamaan yang dimiliki dan yang harus dijalani. Hal ini pulalah yang memberikan indikasi nilai utama yang lebih pada hasil pemikirannya.

4.

E ika Terhadap Buku, Alat Pelajaran dan Hal-Hal

ang Berkaitan

dengann a. Satu hal yang paling menarik dan terlihat beda dengan materi-materi yang biasa disampaikan dalam ilmu pendidikan pada umumnya adalah etika terhadap buku dan alat-alat pendidikan. Kalaupun ada etika untuk itu, maka biasanya itu bersifat kasuistik dan sering kali tidak tertulis. Sering pula itu dianggap sebagai aturan yang sudah umum berlaku dan cukup diketahui oleh masing-masing individu. Akan tetapi, ia memandang bahwa etika tersebut penting dan perlu diperhatikan. Di antara etika yang ditawarkannya dalam masalah ini antara lain: a. menganjurkan dan mengusahakan diajarkan b. merelakan, mengijinkan bila ada kawan meminjam buku pelajaran sebaliknya , bagi peminjam harus menjaga barang pinjaman tersebut c. letakkan buku pelajaran pada tempat yang layak dan terhormat. d. Memeriksa terlebih dahulu bila membeli atau meminjamnya kalau-kalau ada kekurangan lembarnya e. Bila menyalin buku pelajaran syariah hendaknya bersuci dahulu dan mengawalinya dengan Basmalah, sedangkan bila yang disalinnya adalah ilmu retorika atau semacamnya, maka mulailah dengan Hamdalah (Puji-pujian) dan Shalawat Nabi.13 agar memiliki buku pelajaran yang

13

Ibid, hlm. 166-167.

Filsafat Pendidikan Islam

13

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asyari

BAB III PENUTUP

Untuk menuangkan pemikirannya tentang pendidikan islam, KH. Hasyim Asyari telah merangkum sebuah kitab karangannya yang berjudul Mutaallim Fima Yahtaj Ilah Al-Mutaalim Fi Ahual Mutaallum Wa Yataqaff Al-Muallim Fi Maqamat Talimah . Dalam kitab tersebut beliau merangkum pemikirannya tentang pendidikan Islam kedalam delapan poin, yaitu : 1. Keutamaan ilmu dan keutamaan belajar mengajar 2. Etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar 3. Etika seorang murid kepada guru 4. Etika seorang murid terhadap pelajaran dan hal-hal yang harus dipedomi berasama guru 5. Etika yang harus dipedomi seorang guru 6. Etika guru ketika dan akan mengajar 7. Etika guru terhadap murid-murid nya 8. Etika terhadap buku, alat untuk memperoleh pelajaran dan hal-hal yang berkaitannya dengannya.

Dari delapan pokok pemikiran di atas, Hasyim Asyari membaginya kembali kedalam tiga kelompok, yaitu: signifikansi pendidikan, tugas dan tanggung jawab seorang murid, serta tugas dan tanggung jawab seorang guru. Pada dasarnya, ketiga kelompok pemikiran tersebut adalah hasil integralisasi dari delapan pokok pendidikan yang dituangkan oleh KH. Hasyim Asyari, yaitu keutamaan ilmu dan keutamaan belajar mengajar, etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar, etika seorang murid kepada guru, etika seorang murid terhadap pelajaran dan hal-hal yang harus dipedomi berasama guru, etika yang harus dipedomi seorang guru, etika guru ketika dan akan mengajar, etika guru terhadap murid-murid nya, dan etika terhadap buku, alat untuk memperoleh pelajaran dan hal-hal yang berkaitannya dengannya.

Filsafat Pendidikan Islam

14

You might also like