Professional Documents
Culture Documents
Hadits nabi di atas menjelaskan bahwasanya menuntut ilmu sangatlah
penting, walupun harus menempuh jarak ribuan mil. Sebagaimana hadits nabi
di atas, beliau menganjurkan untuk menuntut ilmu walau harus ke negeri
42
Syeikh Ahmad Al-Hasyimi, Muhtarul Ahadits, (Surabaya: Al- Haromain, 2005)
38
China. Kaitannya dengan dengan bahasa adalah bahwa seseorang yang hendak
menuntut ilmu ke negara lain, tentunya harus menguasai budaya daerah
tersebut. Salah satunya adalah menguasai bahasanya.
Terlepas dari itu semua, kehidupan dan budaya modern sudah mulai
melanda dunia pendidikan kita. Hal tersebut merupakan sebuah tantangan
yang perlu dihadapi dengan penuh kehati-hatian oleh para orang tua dan guru
dalam mendidik anak dan anak didik mereka. Apabila tidak dicermati dengan
seksama, maka persaingan yang tidak sehat, kehidupan yang hedonis dan
matrealis tidak dapat dielakkan akan terjadi. Hal yang paling membahayakan
adalah kenyataan bahwa mereka akan hidup jauh dari tuntunan ajaran agama.
Padahal dalam hidup ini tiada yang lebih penting kecuali selalu hidup dalam
tuntunan dan ridha Allah.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam sistem pendidikan yang
ada pada saat ini perlu diadakan pengintegrasian anara ilmu pengetahuan,
nilai-nilai agama dan etika. Diharapkan dengan pengintegrasian tersebut dapat
melahirkan generasi bangsa yang menguasai dan mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, mempunyai kematangan profesional, sekaligus
tetap hidup sesuai dengan nilai-nilai agama Islam yang mulia.
Menurut Muhaimin, sistem pendidikan seperti yang dimaksud di atas
dapat dilakukan apabila para guru memahami keterkaitan nilai-nilai keimanan
dan ketakwaan dengan mata pelajaran/bidang studi yang dibinanya. Dalam
konteks ini ada dua permasalahan yang dihadapi oleh para guru, yaitu: 1) para
guru harus menguasai bidang ilmunya; dan 2) para guru harus harus mampu
39
menerjemahkan bidang ilmu tersebut dengan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan yang terkandung dalam ajaran agama Islam, dengan jalan
mengambil hikmah bagi kehidupan dari setiap pokok bahasan (nilai
spiritualnya).
43
Dalam pembelajaran bahasa asing khususnya di tingkat dasar, dalam
hal ini bahasa Inggris, juga dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai agama.
Pada saat mengajar guru mengajar guru dapat memasukkan ajaran islam
dalam proses pembelajaran tanpa harus keluar dari prinsip-prinsip
pembelajaran bahasa. Sebagai contoh, pada saat membuka dan menutup
pelajaran dengan membaca doa sederhana dengan membaca terjemahnya
dalam bahasa Inggris, selain itu masih banyak cara yang dapat dilakukan.
Dengan begitu, selain mempelajari bahasa Inggris tanpa disadari mereka juga
belajar hal-hal yang berkaitan dengan agama.
43
Rina Sari, Pembelajaran Bahasa Inggris Pendekatan Qur'ani, (Malang: UIN Press,
2007)
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Peneilitian kualitatif adalah penelitian yang datanya adalah data kualitatif,
umumnya dalam bentuk narasi atau gambar-gambar. Mungkin saja pada
penelitian kualitatif ada data berupa angka-angka tetapi sebenarnya angka-angka
tersebut hanya menjelaskan sesuatu.
44
Seperti jumlah tenaga kependidikan
sekolah, siswa-siswi, dan lain-lain yang berkenaan dengan peroses penelitian.
Penelitian kualitatif merupakan studi lapangan, Peneliti mengumpulkan data
dalam rentang waktu yang cukup lama dalam suatu lingkungan tertentu dari
sejumlah individu. Kesimpulan-kesimpulan dalam penelitian ini harus ditarik
dalam konteks keterpaduan dalam setting tersebut.
45
Sedangkan penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu suatu bentuk
penelitian yang paling dasar ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik yang bersifat alamiah
ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktifitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaaannya dengan fenomena lain.
46
44
Ronny, Kountur, D. M. S, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,
(Jakarta: PPM, 2005), hlm. 16
45
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya,
2006), hlm. 96
46
Ibid., hlm. 72
41
Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan
pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan sesuatu apa adanya.
47
Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif kualitatif
adalah penelitian dengan cara memaparkan dan menguraikan secara detail hasil
data penelitian yang berasal dari lapangan. Peneliti menggunakan rancangan
deskriptif kualitatif karena dengan rancangan tersebut, maka penelitian yang
dilakukan dilapangan akan lebih mudah dipaparkan.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dalam
penelitian Billie M Cunningham Issues in Accounting Education berjudul Using
action research to improve learning and the classroom learning environment
disebutkan bahwa hasil/kesimpulan dari penelitian tersebut adalah (1) action
research digunakan untuk meningkatkan belajar di kelas dan belajar lingkungan
sekitar, (2) action research membantu guru mengatasi masalah di kelas, ada siswa
menjadi aktif dan tidak bosan, dan (3) untuk menambah keterampilan guru,
menambah strategi belajar dan kemudian untuk mengevaluasi interaksi antara
guru dan siswa.
48
Kemmis menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk
inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu
(termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionaitas dan keadilan dari a)
Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) Pemahaman mereka mengenai
47
Ibid., hlm. 73
48
Billie MCunningham, Using Action Research and The Classroom Learning
Environment. Issues in Accounting Education Journal. Sarasota Vol. 23 Feb 2008
42
kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) Situasi yang yang
memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.
49
Di sisi lain Ebbut mengemukakan penelitian tindakan adalah kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok
guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan
refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan Elliot
melihat penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan
kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.
50
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif, kolaboratif dalam
arti dilakukan dengan kerjasama antara peneliti dengan guru mata pelajaran.
Sedangkan secara partisipatif tim ini (guru dan peneliti) akan bekerjasama mulai
tahap orientasi dilanjutkan dengan menyusun perencanaan berikut persiapan-
persiapan yang diperlukan, pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama, diskusi-
diskusi yang bersifat analitik dilakukan sesudah pelaksanaan tindakan, kemudian
melakukan refleksi atas semua kegiatan yang telah berlangsung dalam siklus
pertama, untuk kemudian merencanakan tahap tahap modifikasi, koreksi atau
pembetulan ataupun penyempurnaan pembelajaran dalam siklus kedua, dan
seterusnya.
51
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai penyaji pembelajaran,
sehingga mitra peneliti (guru dan pengamat lain) yang akan bertindak sebagai
observer perlu mendapatkan pemahaman (choaching) terlebih dahulu untuk
49
Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Rosdakarya,
2007), hlm. 12
50
Ibid, hlm. 12
51
Ibid, hlm. 99-100
43
membuat catatan lapangan dengan lengkap dan terutama tentang aspek-aspek
pembelajaran yang perlu mendapat perhatian karena menjadi focus permasalahan
yang diteliti.
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang
penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus
dipenuhi apabila berniat akan melakukan penelitian tindakan kelas. Adapun
prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:
52
a. Kegiatan nyata dan situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi
rutin. Hal tersebut dikarenakan jika penelitian dilakukan dalam situasi
lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi alinya,
atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar.
b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Penelitian tindakan didasarkan status dasar sebuah filosofi bahwa
setiap manusia tidak suka atas hal-hal statis, tetapi selalu menginginkan
sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini
dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya
hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih
baik yang datang susul menyusul. Dengan kata lain dilakukan bukan
karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas
dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang
diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu dan dirasakan belum
52
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),
hlm. 6-8
44
memuaskan sehingga perlu ditingkatkan. Guru melakukan penelitian
tindakan karena telah menyadari adanya kekurangan pada dirinya,
artinya pada kinerja yang dilakukan, dan sesudah itu tentunya ingin
melakukan perbaikan.
c. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis
SWOT, terdiri atas unsur-unsur S-Strength (kekuatan), W-Weakness
(kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Empat
hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa
yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian
tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara
kondisi yang ada pada gurudan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan
guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum
menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan, memerlukan pemikiran
yang matang.
d. Upaya empiris dan sistemik
Prinsip ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah
dilakukannya analisis SWOT, berarti telah mengikuti prinsip empiris
(terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur
yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang
sedang digarap.
45
e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
Dalam bahasa Inggris smart berarti cerdas. Akan tetapi dalam
proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf
bermakna.
Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai berikut:
1. S - Specific, khusus, tidak terlalu umum.
2. M - Managable, dapat dikelola, dilaksanakan
3. A - Acceptable, dapat diterima lingkungan atau
Achievable, dapat dicapai, dijangkau
4. R - Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan
5. T - Time-bound, diikat oleh waktu, terencana
46
Gambar (1) Alur Kerja PTK Model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart
Adapun rancangan (desain) PTK yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah model spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart (1988). Alur (langkah)
pelaksanaan tindakan dimaksud dapat dilihat pada gambar di atas.
PLAN
REVISED
PLAN
A
C
T
OBSERVE
R
E
F
L
E
C
T
A
C
T
OBSERVE
R
E
F
L
E
C
T
47
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc.
Taggart di atas pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian
dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai sebuah
siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ialah putaran suatu
kegiatan yang terdiri dari perenanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Jika alur Kemmis dan Mc. Taggart tersebut diikuti, maka peneliti pada
tahap pertama menyusun rencana skenario tentang apa yang telah dilakukan, dan
perilaku apa yang diharapkan terjadi pada siswa sebagai reaksi atas tindakan yang
akan dilakukan, dalam hal ini penggunaan metode Audio-Lingual dapat
meningkatkan pronunciation siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang. Di
dalam skenario tesebut disebutkan pula fasilitas yang diperlukan, sarana
pendukung proses pembelajaran, alat, serta cara merekam perilaku selama proses
berlangsung.
Pada tahap kedua, peneliti melaksanakan rencana tindakan sesuai skenario.
Terkait dengan tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti, maka rencana
tindakan meliputi: perencanaan satuan pelajaran dan strategi pembelajaran, tes
pengecekan kemampuan awal siswa, panduan evaluasi, panduan instrument
penelitian, dan pedoman observasi.
Pelaksanaan tindakan meliputi pelaksanaan rencana yang telah disiapkan.
Adapun tindakan yang dilakukan adalah dengan teknik Audio-Lingual yang terdiri
dari penyajian materi dan Tanya jawab antara siswa dengan guru. Pada saat proses
48
berlangsung, peneliti mengamati atau mengobservasi perubahan perilaku yang
diduga sebagai reaksi atau tanggapan terhadap tindakan yang diberikan.
Tahap ketiga pada alur daur tersebut adalah monitoring atau pemantauan.
Pada tahap monitoring, tindakan yang dilakukan adalah mengobsevasi proses
pembelajaran dengan menggunakan check list observasi. Adapun hal yang
diobservasi adalah peningkatan pronunciation siswa. Observasi dilakukan oleh
peneliti sendiri dengan menggunakan membuat catatan (field note) yang
didasarkan pada pedoman observasi.
Tahap keempat adalah refleksi. Dengan refleksi ini peneliti dapat
melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukannya. Hasil observasi
dianalisis dan dipergunakan untuk evaluasi terhadap prosedur, proses, serta hasil
tindakan. Jika ternyata belum memuaskan, maka perlu ada perancangan ulang
untuk diperbaiki, dimodifikasi, dan jika perlu, disusun skenario baru jika sama
sekali tidak memuaskan.
53
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument (yang dibantu
juga dengan instrument lain) sekaligus sebagai pengumpul data. Selain itu, dalam
hal ini peneliti juga berperan sebagai partisipan sekaligus pengamat penuh yang
kehadirannya telah diketahui statusnya (sebagai peneliti) oleh subjek atau
informan.
53
Rochiati Wiraatmadja, Op. Cit., hlm. 66
49
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV A MI Sunan Kalijogo yang
berlokasi di desa Ndesan Karang Besuki. Kelas VI A terdiri dari 26 siswa,
masing-masing 11 putera dan 15 puteri. Mata pelajaran Bahasa Inggris
dilaksanakan sekali dalam satu minggu (2 jam pelajaran) dan berduarasi 40 menit
setiap per jam pelajaran. Adapun waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan
dengan jam pelajaran Bahasa Inggris pada kelas yang dijadikan objek penelitian.
D. Sumber Data dan Jenis Data
Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data
adalah siswa-siswi Kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang. Siswa-siswi tersebut
adalah obyek yang dikenai tindakan dan juga aktif dalam kegiatan yang
dilakukan. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas
yang bersifat emansipatoris dan memberikan kebebasan berpikir berargumen pada
siswa, dan mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti, dan menggunakan
kearifan dalam mengambil keputusan atau judgement.
54
Data penelitian ini
mencakup:
1. Skor tes siswa yang dilakukan pada setiap akhir tindakan.
2. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktifitas siswa
pada saat pembelajaran Bahasa Inggris berlangsung.
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatan
lapangan, dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan pengguanaan metode
Audio-Lingual dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk peningkatan
54
Ibid, hlm. 25
50
kemampuan pronunciation siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang. Data
yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif dari: (1) dokumentasi, (2) observasi, (3)
interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari evaluasi, pretest
dan post test.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini kehadiran peneliti dilapangan menjadi syarat utama,
peneliti mengumpulkan data-data dalam latar ilmiah, di mana peneliti bertindak
sebagai instrument kunci. Selain itu, peneliti juga berperan sebagai perencana dan
pelaksana tindakan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian tindakan
kelas, pengumpul dan penganalisis data dan pada akhirnya ia menjadi pelopor
hasil penelitian. Dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada peneliti
yang berperan sebagai alat pengumpul data. Instrument pendukung lainnya
adalah:
1. Pedoman observasi untuk menggali data tentang suasana kelas pada saat
pembelajaran sedang berlangsung juga keantusiasan siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Pedoman wawancara untuk menggali data tentang tanggapan mahasiswa
terhadap metode pembelajaran yang telah dilaksanakan (hal ini
dikhususkan pada beberapa siswa tertentu), untuk memperoleh informasi
yang lebih mendalam.
3. Tes yang digunakan untuk menggali data kuantitatif berupa hasil skor
tes.
51
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka
peneliti menggunakan beberapa metode yang antara lain sebagai berikut:
a. Metode wawancara/ Interview
Percakapan dengan maksud tertentu, yakni percakapan itu
dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (Interviewer) yang
menggunakan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.
55
Metode wawancara/ Interview ini
digunakan untuk mengumpulkan data dengan komunikasi dan mengajukan
pertanyaan yang disusun sedemikian rupa untuk dijawab oleh responden.
56
b. Metode Observasi
Metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki.
57
c. Metode Dokumentasi
Adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari data atau
informasi, yang sudah dicatat atau dipublikasikan dalam beberapa
dokumen yang ada, seperti dalam buku induk, surat-surat keterangan dan
lain-lainnya. Arikunto berpendapat bahwa metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
55
Lexy J. Moleong Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung:
Rosdakarya, 2005), hlm. 186
56
Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) Edisi Revisi V
(Jakarta: Rhineka Cipta: 2002) hlm. 128
57
Marzuki, Metodelogi Riset fakultas Ekonomi UII Yogyakarta 2000 hlm 58
52
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.
58
Metode ini digunakan untuk melengkapi kekurangan dari data-data yang
diperoleh diantaranya mengenai latar belakang obyek penelitian.
d. Pengukuran Tes Hasil Belajar
Pengukuran tes hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan pronunciation siswa. Tes tersebut sebagai salah
satu rangkaian kegiatan dalam penggunaan metode Audio-Lingual dalam
pembelajaran.
Tes yang dimaksud meliputi pre tes, yang akan digunakan untuk
mengetahui kemampuan pronunciation siswa sebelum pemberian
tindakan. Selain itu juga dilakukan tes akhir (post test) pada setiap akhir
tindakan, hasil tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana
peningkatan pronunciation siswa.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk
memastikan bahwa dengan penggunaan metode Audio-Lingual dapat
meningkatkan pronunciation siswa. Data yang bersifat kualitatif yang terdiri
dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif pula.
Teknik analisis data terdiri dari tiga tahap pokok, yaitu reduksi data,
paparan data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses
pemilihan data yang relevan, penting, bermakna, dan dan data yang tidak
berguna untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran analisis.
58
Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm 234.
53
Langkah yang dilakukan adalah menyederhanakan dengan membuat jalan
fokus, klasifikasi dan abstraksi data kasar menjadi data yang yang bermakna
untuk dianalisis. Data yang sudah direduksi selanjutnya disajikan dengan cara
mendeskripsikan dalam bentuk paparan data yang memungkinkan untuk ditarik
kesimpulan. Akhir dari kegiatan analisis adalah penarikan kesimpulan.
Kesimpulan merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan
tentang dampak dari penelitian kelas.
Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif,
cukup dengan menggunakan analisis deskriptif dan sajian visual. Sajian
tersebut untuk menggambarkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan dapat
menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan ke arah yang
lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
54
Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan, jenis data yang bersifat
kuantitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi dianalisis menggunakan
rumus
59
:
P = Post rate Base rate x 100%
Base rate
Keterangan:
P = Prosentase Peningkatan
Post rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan
Base rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan
H. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian tindakan kelas ini
peneliti menggunakan triangulasi, yaitu cara pengecekan keabsahan di luar data
sebagai pembanding.
Triangulasi merupakan teknik memeriksakan kebenaran data yang
diperoleh kepada pihak-pihak lainnya yang dapat dipercaya.
60
Adapun teknik
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,
yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Mengecek data yang diperoleh dari informan (guru bahasa Inggris kelas IV A
59
Hamzah. B. Uno, Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengaar Yang
Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 73
60
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akkbar, Metode Penlitian Sosial, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara), hlm. 88
55
MI Sunan Kalijogo), kemudian data tersebut dicek kembali dengan bertanya
pada informan lain (siswa kelas IV A untuk mengetahui pernah tidaknya
metode Audio-Lingual diterapkan pada pembelajaran pronunciation)
I. Tahap-tahap Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini
merupakan jenis penelitian tindakan. Tahap penelitian ini mengikuti model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, berupa siklus spiral yang meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang
membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian.
a. Rencana Tindakan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan seberapa besar
pengaruh efektifitas metode Pembelajaran Audio-Lingual dalam
meningkatkan kemampuan pronunciation siswa dalam mata pelajaran
bahasa Inggris sebagai upaya untuk mendapat hasil yang maksimal, maka
dirumuskan skenario, persiapan, sampai pada evaluasi.
Adapun langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini adalah:
1. Observasi
2. Konsultasi dengan guru pamong
3. Penerapan metode Audio-Lingual dalam kegiatan belajar-mengajar
4. Evaluasi
56
Secara rinci pelaksanaan metode pengajaran model Audio-Lingual
adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh
siswa
2. Pre-test untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pronunciation
siswa
3. Memberikan penjelasan tentang metode Audio-Lingual
4. Penyampaian materi dengan menggunakan metode expansion drill
5. Penyampaian materi dengan menggunakan metode repetition drill
6. Penyampaian materi dengan menggunakan metode chain drill
7. Pelaksanaan post-test
8. Evaluasi dan pembahasan soal post-test
b. Pelaksanaan Tindakan
Implementasi (pelaksanaan tindakan) merupakan tahap
pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat, sebagaimana terlampir.
61
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat sekaligus guru yang
bertindak sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Pengamatan dilakukan ketika proses pembelajaran terjadi bersama
waktunya dengan implementasi tindakan. Adapun obyek yang diamati
adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi indikator kebrhasilan atau
61
Wahid Murni, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UM Press, 2008), hlm. 75
57
ketidakberhasilan sebagaimana yang dituangkan dalam bagian
perencanaan.
1. Data Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan PTK dengan melibatkan
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa deskripsi
suasana kelas pada saat pembelajaran berlangsung dan keantusiasan
siswa dalam mengikuti program pembelajaran. Sedangkan data
kuantitatif berupa hasil skor tes.
2. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data-data yang akurat dan agar data yang
diperoleh tidak hilang, maka peneliti melakukan perekaman dengan
cara membuat catatan dari hasil data yang duperoleh selama
penelitian. Teknik perekaman yang dilakukan adalah dengan
membuat catatan berdasarkan perkembangan siswa setiap hari
setelah pembelajaran dengan metode Audio-Lingual dengan cara
melihat hasil tes.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IV A MI
Sunan Kalijogo yang berjumlah 26 orang, khususnya data tentang
tanggapan mereka terhadap proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan dan data tentang hasil tes belajar mereka. Adapun
untuk keperluan tertentu sebagai cirri penelitian kualitatif untuk
58
menggali makna dari peristiwa yang ingin diungkap maka dipilih
beberapa siswa untuk dijadikan sampel.
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pengamatan untuk
menentukan sudah sejauh mana pengembangan strategi yang sedang
dikembangkan telah berhasil memecahkan masalah dan apabila belum
berhasil, faktor apa saja yang menjadi penghambat kekurangberhasilan
tersebut.
62
Pada tahap ini kegiatan difokuskan pada upaya untuk menganalisis,
mensintesis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan. Karena
penelitian ini dilakukan secara mandiri. Maka kegiatan analisis dan
refleksi menjadi tanggung jawab peneliti. Namun demikian, dalam
kegiatan analisis dan refleksi ini peneliti akan melibatkan siswa yang di
ambil secara acak untuk mendiskusikan tentang kekurangan yang ada
selama proses pembelajaran, kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dan
rencana pembelajaran selanjutnya.
Adapun indikator kerja yang digunakan untuk menentukan
keberhasilan pelaksanaan metode pengajaran adalah dua criteria yaitu: 1)
Indikator kualitatif berupa keantusiasan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, dan 2) Indikator kuantitatif berupa banyak skor ujian yang
diperoleh siswa yang kemudian dibandingkan dengan batas minimal lulus
(Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Bahasa Inggris.
62
Ibid., hlm. 78
59
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Uraian berikut ini adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1
Mei- 12 Juni 2009.
A. Latar Belakang Obyek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Sunan Kalijaga Malang
Yayasan Pendidikan Islam Sunan Kalijaga merupakan sebuah Yayasan
Pendidikan yang terdiri atas Roudhtul Athfal (RA) Madrasah Ibtida'iyah dan
Madrasah Tsanawiyah. Yayasan yang terletak di Karangbtesuki ini didirikan
pada tanggal 28 Juni 1967 di atas tanah waqaf milik:
A. H. Moehammad Dasoeki
B. Thoyib Hidayah
C. H. Muhammad Djuma'in Muslich
D. H. Muchamad Qosim Aly
E. Warimoen Lutfi
F. H. Muhammad Toyib.
2. Visi Misi MI Sunan Kalijogo
Yayasan Sunan Kalijogo merupakan sebuah yayasan yang mempunyai
dedikasi tinggi terhadap agama Islam dan Negara Indonesia. Hal tersebut
dapat dilihat dari visi misi Yayasan Sunan Kalijogo. Berikut adalah visi dari
yayasan Sunan Kalijogo:
60
1. Meningkatkan dan memperluas kehidupan beragama bagi umat Islam
dengan tidak mengurangi arti pentingnya dasar dan tujuan Negara
Republik Indonesia.
2. Ikut menunjang dan memperlancar pembangunan Masyarakat Indonesia
dalam bidang pendidikan mental spiritual.
Adapun misi dari Yayasan Pendidikan Islam Sunan Kalijaga ini adalah
siap mengantarkan siswa siswi menjadi anak yang sholih dan sholihah yang
berwawasan Imtaq dan Iptek.
Yayasan Pendidikan Islam MI Sunan Kalijaga ini merupakan sekolah
dengan akreditasi B. Adapun kepala sekolah yang menjabat pada saat ini
adalah adalah Ibu Supriati, S.Pd.
Dari waktu ke waktu MI Sunan Kalijogo semakin menunjukkan kualitas
dan mutunya. Dengan semakin bertambahnya usia MI Sunan Kalijogo sedikit-
demi sedikit mulai bebrbenah menjadi sebuah lembaga pendidikan yang patut
diperhitungkan.
Untuk mendukung bakat dan keativitas siswa-siswinya, Yayasan
Pendidikan MI Sunan Kalijaga memfasilitasi beberapa kegiatan ekstra seperti
pramuka, banjari, dan drum band. Sedang untuk meningkatkan kualitas
kemampuan agama siswa, MI sunan kalijaga juga menggalakkan sholat dhuha
dan sholat dhuhur berjamaah bagi siswa-siswanya serta program qiro'ati
tuntas.
61
3. Lokasi MI Sunan Kalijaga
MI Sunan Kalijaga terletak di Jalan Candi III D No. 442 Desa
Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Secara lebih rinci letak
geografis MI Sunan Kalijaga Malang adalah:
Sebelah Barat : Desa Badut
Sebelah Timur :Desa Klaseman
Sebelah Utara : Desa Sumbersari
Sebelah Selatan : Desa Mergan
4. Profil MI Sunan Kalijogo
Untuk mengetahui lebih jelas tentang MI Sunan Kalijogo dapat dilihat
pada profil sekolah MI Sunan Kalijogo dalam tabel berikut ini:
Tabel 1
Profil MI Sunan Kalijogo
No Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah MI Sunan Kalijogo
2 Nomor Statistik Sekolah 112357305009
3 Propinsi Jawa Timur
4 Otoda Kota Malang
5 Kecamatan Sukun
6 Desa/Kelurahan Karangbesuki
8 Kode Pos 65146
9 Telepon (0341) 574822
10 Status Sekolah Swasta
11 Akriditasi B
12 Organisasi Penyelenggara Yayasan
62
5. Sarana dan Prasarana di MI Sunan Kalijaga Malang
Tabel 2
Sarana dan prasarana MI Sunan Kalijogo
No Jenis Bangunan Jumlah
1. Ruang kelas 9
2. Kantor (ruang guru) 1
3. Laboratorium computer 1
4. Perpustakaan 1
5 UKS 1
6 Koperasi sekolah 1
B. Paparan Hasil Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti mengadakan
pertemuan dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran Bahasa Inggris
kelas IV A MI Sunan Kalijaga Malang. Dalam pertemuan itu, peneliti
menyampaikan tujuannya yaitu hendak melakukan penelitian dengan
mengambil obyek kelas IV A. kemudian peneliti dan guru mata pelajaran
bahasa Inggris kelas IV A berdiskusi mengenai rencana penilitian yang akan
dilaksanakan
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan
guru mata pelajaran Bahasa Inggris kelas IV A tentang tingkat kemampuan
belajar bahasa Inggris siswa kelas IV A MI Sunan Kalijaga Malang. Hal
tersebut akan dijadikan tolok ukur dalam pembelajaran pronunciation yang
akan dilaksanakan.
63
Melihat judul peneliti dan uraian singkat tentang teknik-teknik
pembelajaran yang akan digunakan peneliti, guru Bahasa Inggris kelas IVA
MI Sunan Kalijaga Malang memberikan tanggapan bahwa pembelajaran
pronuncition yang juga sangat berpengaruh dalam materi speaking dan
listening tersebut sama sekali belum pernah diterapkan. Selama ini Ia
melaksanakan kegiatan pembelajaran memakai metode ceramah. Ia
mengungkapkan bahwa selama ini kemampuan siswa dalam materi
pronunciation memang belum maksimal. Mendengarkan penjelasan peneliti
tentang penerapan metode Audio-Lingual dalam meningkatkan kemampuan
pronunciation siswa guru pun terlihat antusias. Guru Bahasa Inggris tersebut
menawarkan bantuan dengan mengatakan, "Saya akan membantu sebisa
saya."
Adapun kriteria keberhasilan yang akan menjadi acuan peneliti apabila
metode Audio-Lingual ini diterapkan adalah
1. Apabila sebagian besar siswa kelas IV A MI Sunan Kalijaga mampu
mencapai indikator-indikator yang ditetapkan peneliti samapai batas
dinyatakan baik.
2. Apabila terdapat peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa antara
sebelum dilaksanakan tindakan dengan sesudah dilaksanakan tindakan.
3. Tingkat kefasihan dan kelancaran pelafalan. Hasil belajar siswa dalam
tingkat kefasihan dan kelancaran pelafalan ini akan dibandingkan dengan
KKM mata pelajaran Bahasa Inggris yang ditetapkan MI Sunan Kalijaga.
64
Sebagai tindak lanjut sebelum terjun secara langsung dalam pelaksanaan
KBM, terlebih dahulu peneliti membuat perencanaan yang secara prosedural
perencanaan tersebut dapat dilihat pada poin-poin berikut ini:
a. Diskusi dengan kepala sekolah untuk memilih kelas yang akan
menjadi objek penelitian.
b. Diskusi dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris kelas IV A tentang
metode yang akan digunakan.
c. Guru mata pelajaran membantu peneliti dalam melaksanakan KBM.
d. Membuat perencanaan pembelajaran meliputi perencanaan satuan
pelajaran.
e. Membuat lembar observasi
1. Siklus Penelitian
A. Siklus I
1. Paparan Data Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Setelah dilakukan diskusi dengan guru mata pelajaran, dan
guru menyetujui dilaksanakannya penelitian maka peneliti
membuat perencanaan pembelajaran bahasa Inggris yang
ditekankan pada pembelajaran pronunciation.
Secara garis besar yang dilakukan peneliti pada tahap
perencanaan siklus pertama adalah sebagai berikut:
1. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
65
2. Menentukan target yang akan dicapai. Adapun target yang akan
dicapai siswa pada siklus I adalah:
a. Mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam
pronunciation.
b. Men-drill pronunciation siswa dengan metode Audio-
Lingual.
c. Meningkatkan pronunciation siswa.
3. Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran seperti sumber belajar dan media
pembelajaran.
4. Peneliti mempersiapkan alat observasi dan penilaian sebagai
alat pengukur kemampuan pronunciation siswa.
Adapun penerapan dari rancangan tersebut adalah sebagai
berikut:
Langkah I (Awal)
a. Secara singkat peneliti menjelaskan pelajaran yang akan
dipelajari pada hari itu
b. Secara singkat peneliti menyampaikan tujuan dari
pembelajaran tersebut
Langkah II (Inti)
a. Peneliti yang juga bertindak sebagai guru membacakan dialog
b. Guru melaksanakan pre tes
66
c. Guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dengan teman
sebangkunya (work in pairs)
d. Guru men-drill siswa dengan menggunakan metode Audio-
Lingual
e. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari
dialog yang telah dibagikan dan menghafalkannya.
f. Guru meminta masing-masing pasangan untuk mempraktikkan
dialog di depan kelas
g. Guru melakukan penilaian pada siswa yang mempraktikkan
dialog didepan kelas
Langkah III (Penutup)
a. Guru memberi motivasi belajar bagi siswa, agar lebih giat lagi
dalam mempelajari materi yang telah disampaikan. Sehingga
pada pertemuan berikutnya siswa tidak akan mengalami
kesulitan
b. Evaluasi bersama
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 1 dan 8 Mei 2009. Siklus I
dibagi menjadi dua tahap. Pertemuan pertama berisi tentang; 1)
penjelasan tentang metode Audio-Lingual yang akan digunakan; 2)
pre tes. Sedangkan pertemuan kedua berisi tentang pendrillan siswa
dengan menggunakan metode Audio-Lingual.
67
Siklus I Pertemuan ke- 1
Siklus I pertemuan ke- 1 dilaksanakan pada tanggal 1 Mei
2009. Peneliti membuka pelajaran dengan sebuah permainan
singkat untuk merangsang motivasi siswa. Setelah dirasa cukup,
peneliti mulai menjelaskan bahwa materi yang akan dipelajari hari
itu akan ditekankan pada pronunciation-nya dengan menggunakan
metode Audio-Lingual serta menyampaikan tujuan mempelajari
materi tersebut.. Kegiatan selanjutnya adalah secara singkat
peneliti menjelaskan tentang metode Audio-Lingual yang akan
digunakan serta menjelaskan pentingnya menguasai pronunciation.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama, siklus
pertama adalah pre test. Sebelum melaksanakan pre test, terlebih
dahulu memberikan lembaran dialog pada siswa, kemudian peneliti
memberi contoh bagaimana membaca dialog dengan baik dan
benar
Setelah dirasa cukup, kemudian peneliti meminta siswa untuk
berpasang-pasangan dengan teman sebangkunya dan memberi
waktu secukupnya untuk mempelajari dan menghafal dialog.
Sampai pada waktu yang telah ditentukan, masing-masing
pasangan dipanggil untuk mempraktikkan dialog di depan kelas.
Selama itu peneliti malakukan penilaian. Penilaian tersebut
didasarkan pada beberapa kriteria penialaian pronunciation seperti
yang telah dijelaskan dalam bab III.
68
Siklus I Pertemuan ke- 2
Siklus I pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 8 mei
2009. Pada siklus I pertemuan ke- 2 ini peneliti mulai men-drill
siswa dengan menggunakan metode Audio-Lingual untuk
meningkatkan kemampuan pronunciation.
Di awal pelajaran peneliti membagikan lembar dialog untuk
siswa. Sebagaimana pada pertemuan pertama, peneliti meminta
siswa untuk berpasang-pasangan dengan teman sebangkunya.
Peneliti mulai melakukan drill pada siswa dengan metode Audio-
Lingual untuk meningkatkan kemampuan pronunciation siswa.
Pada pertemuan ke- 2 ini peneliti memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya tentang kata-kata yang sulit untuk
dilafalkan. Adapun untuk meminimalisir kegaduhan di kelas
peneliti memberi peringatan bahwa bagi siswa yang membuat
gaduh akan dicatat dan dikurangi nilainya.
Setelah dilakukan drill siswa diberi kesempatan untuk
mempelajari kembali dialognya dan menghafalkannya bersama
pasangannya. Ketika dirasa cukup, guru mulai memnaggil tiap-tiap
pasangan untuk mempraktikkan dialog di depan kelas. Sementara
masing-masing pasangan siswa mempraktikkan dialog di depan
kelas peneliti melakukan penilaian.
69
c. Observasi
Secara umum pelaksanaan siklus I berjalan sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Peneliti membacakan
dialog, kemudian meminta siswa untuk mempelajari dan
menghafalkan dan mempraktikkan di depan kelas..
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada saat awal
pertemuan (pre tes) siswa tampak memperhatikan. Terbukti pada
saat peneliti memberikan penjelasan tentang metode Audio-
Lingual yang akan digunakan tidak ada siswa yang bermain sendiri
, berbincang-bincang dengan temannya atau melakukan aktifitas
lain. Akan tetapi beberapa waktu kemudian siswa mulai ramai. Ada
yang menggambar ada juga yang berbincang-bincang dengan
temannya. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti
menggunakan permainan kecil untuk mengembalikan perhatian
siswa.
Pada awal pertemuan tersebut memang banyak siswa yang
kurang semangat mengikuti pelajaran. Terlihat dari sebagian besar
siswa yang bermalas-malasan. Hal tersebut dikarenakan mereka
belum sepenuhnya mampu mengikuti pelajaran. Beberapa siswa
berani mengungkapkan pendapatnya tentang pembelajaran pada
hari tersebut. Salah seorang siswa bernama Farhan menyampaikan
bahwa ia mengalami kesulitan ketika menjalani pre tes. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya latihan yang juga diiyakan teman-
70
temannya. Kemudian peneliti menyampaikan bahwa pada
pertemuan selanjutnya akan diterapkan metode Audio-Lingual
yang memberikan lebih banyak waktu untuk melatih dialognya.
Berdasarkan observasi peneliti, kemampuan pronunciation
siswa masih tergolong rendah, bahkan pada beberapa siswa untuk
hal-hal yang bersifat common (umum) pun siswa masih sering
melakukan kesalahan. Sebagai contoh kecil kata "he" (dia laki-
laki) yang seharusnya dibaca "hi" tetap di baca "he" dan lain
sebagainya.
Pada pertemuan pertama tersebut nilai pre tes siswa masih
tergolong rendah, walaupun nilai beberapa siswa sudah melebihi
KKM yang di tetapkan MI Sunan Kalijjogo yakni 55 untuk mata
pelajaran bahasa Inggris. Bahkan beberapa siswa masih ada yang
mendapatkan nilai 40 dari nilai tertinggi yang ditetapkan peneliti
yaitu 80.
Hasil evaluasi kemampuan pronunciation siswa pada
pertemuan I (pre tes) siklus I dilihat dari segi diskriminasi bunyi
adalah; 8 siswa (34,7%) siswa memperoleh nilai 40, 8 siswa
(34,7%) memperoleh nilai 50, 6 orang siswa (26,08%) memperoleh
nilai 60 dan hanya 1 orang siswa (4,3%) yang memperoleh nilai
70. Adapun nilai rata-rata kelas dari diskriminasi bunyi dari segi
vowels adalah 50. Dari segi consonant diperoleh rata-rata kelas
sebesar 56,08, dengan rincian; 4 siswa (17,4%) memperoleh nilai
71
50, 10 siswa (43,4%) memperoleh nilai 60, 7 siswa (30,4%)
memperoleh niai 70 dan 2 siswa (8,6%) memperoleh nilai
sempurna 80.
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress)
didapat rata-rata kelas sebesar 57,3. Dengan rincian 2 siswa (8,7%)
memperoleh nilai 40, 6 siswa (26,9%) memperoleh nilai 50, 11
siswa (47,8%) memperoleh nilai 60 dan 4 siswa (17,4%)
memperoleh nilai 70.
Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) diperoleh rata-
rata kelas sebesar 53,04. Adapun rinciannya; 7 siswa (30,4%)
memperoleh nilai 40, 4 siswa (17,4%) memperoleh nilai 50, 10
siswa (43,4%) memperoleh nilai 60 dan 2 siswa (8,7%)
memperoleh nilai 70.
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency)
diperoleh rata-rata kelas sebesar 53,9. Rinciannya adalah; 8 siswa
(34,7%) memperoleh nilai 40, 3 siswa (13,04%) memperoleh nilai
50, 7 siswa (30,4%) memperoleh nilai 60 dan 5 siswa (21,7%)
memperoleh nilai 70.
Setelah melakukan evaluasi pada pertemuan ke-1, pada
pertemuan ke-2 siklus I, yaitu tanggal 8 Mei 2009 peneliti mulai
melakukan perubahan metode, yaitu dari klasik ke drill.
Sebagaimana diketahui pada pertemuan ke-1 siswa mengeluhkan
kurang bisa membaca dialog dengan lafal yang baik dan benar
72
dikarenakan kurangnya latihan. Oleh karena itu, pada pertemuan
ke-2 peneliti mulai melakukan drill pada siswa.
Pada pertemuan ke-2 tersebut, siswa juga terlihat lebih
antusias mengikuti kegiata pembelajaran. Selain karena peneliti
telah merubah metode yang digunakan, peneliti juga berjanji akan
memberikan reward pada siswa yang nilainya terbaik pada
pertemuan terahir.
Hasil evaluasi kemampuan pronunciation siswa pada
pertemuan ke-2 setelah dilakukan pen-drillan juga mengalami
peningkatan. Berikut adalah rincian nilai pronunciation siswa pada
pertemuan ke-2 siklus I. Dilihat dari diskriminasi bunyi (segi
vowels) diperoleh data; 4 siswa (17,4%) siswa memperoleh nilai
40, 7 siswa (30,4%) memperoleh nilai 50, 8 orang siswa (34,7%)
memperoleh nilai 60 dan 4 orang siswa (17,4%) yang memperoleh
nilai 70. Adapun nilai rata-rata kelas dari diskriminasi bunyi yang
dilihat dari segi vowels adalah 54,7. nilai rat-rata ini mengalami
sedikit peningkatan dari pertemuan ke-1. Peningkatan tersebut
dapat diketahui melalui hasil perhitungan;
P= 54,7-50 x 100%
50
= 9,4%
dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pada pertemuan ke-
2 nilai diskriminasi bunyi siswa dilihat dari segi vowel-nya
mengalami peningkatan sebesar 9,4%.
73
Adapun dari segi consonant diperoleh rata-rata kelas sebesar
65,2, dengan rincian; 1 siswa (4,3%) memperoleh nilai 50, 6 siswa
(26,9%) memperoleh nilai 60, 14 siswa (60,8%) memperoleh niai
70 dan 2 siswa (8,6%) memperoleh nilai sempurna 80.
Berdasarkan data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada
pertemuan kedua nilai diskriminasi bunyi siswa dilihat dari segi
consonant juga mengalami peningkatan, yang dapat dilihat dari
perhitungan berikut:
P= 65,2-56,08 x 100%
56,08
= 16,2%
dari perhitungan tersebut dapat diketahui terdapat peningkatan
sebesar 16,2%. Selain itu juga sudah didapati lagi siswa yang
memperoleh nilai dibawah 50.
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress)
didapat peningkatan dari rata-rata kelas sebesar 57,3 pada
pertemuan ke 1 menjadi 65,2. Dengan rincian 2 siswa (8,7%)
memperoleh nilai 50, 8 siswa (34,7%) memperoleh nilai 60, 12
siswa (52,1%) memperoleh nilai 70 dan 1 siswa (4,3%)
memperoleh nilai 80.
74
Dari data tersebut dapat dilihat adanya peningkatan nilai
pronunciation siswa dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm
and word stress). Adapun perhitungannya adalah:
P= 65,2-57,3 x 100%
57,3
= 13,7%
Hasil evaluasi pertemuan ke-2 siklus I dari segi intonasi
(intonation) diperoleh rata-rata kelas yang sebelumnya 53,04
menjadi 63,4. Adapun rinciannya; 4 siswa (17,4%) memperoleh
nilai 50, 10 siswa (43,4%) memperoleh nilai 60, 6 siswa (26,08%)
memperoleh nilai 70 dan 3 siswa (13,04%) memperoleh nilai 80.
Peningkatannya dapat diketahui melalui perhitungan berikut:
P= 63,4-53,04 x 100%
53,04
= 19,5%
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency) yang
pada pertemuan sebelumnya diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar
53,9 meningkat menjadi 63,4. Rinciannya adalah; 8 siswa (34,7%)
memperoleh nilai 50, 5 siswa (21,7%) memperoleh nilai 60, 4
siswa (17,4%) memperoleh nilai 70 dan 6 siswa (26,08%)
memperoleh nilai 80. Hasil persentase peningkatannya dapat
dilihat dari perhitungan berikut;
P= 63,4-53,9 x 100%
53,9
= 17, 6%
75
Adapun penabulasian nilai pronunciation siswa pada siklus I dapat
dilihat pada lampiran 2.
Jadi dapat disimpulkan setelah diberikan tindakan pada
pertemuan kedua, siswa mengalami peningkatan dalam
kemampuan pronunciation-nya.
d. Refleksi
Secara umum pelaksanaan siklus I berjalan sesuai dengan
rencana. Sebagaimana tujuan peneliti menggunakan metode Audio-
Lingual yaitu untuk meningkatkan pronunciation siswa dalam
pembelajaran bahasa Inggris, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwasanya dengan penggunaan metode Audio-Lingual ini mampu
meningkatkan pronunciation siswa. Walaupun rata-rata nilai siswa
setelah tindakan meningkat dan sudah melebihi batas KKM yang
ditentukan sekolah, namun hasil tersebut masih perlu ditingkatkan.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, terdapat
beberapa fakta yang diperoleh, yaitu:
1.Pada pertemuan ke-1 (pre test) siswa masih terlihat kurang focus
terhadap materi.
2.Nilai pronunciation siswa pada saat pre test masih rendah, masih
banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM yang
ditentukan sekolah.
3.Pada pertemuan ke-2, peneliti menggunakan permainan kecil
untuk memusatkan kembali perhatian siswa, dan untuk
76
mengondisikan kelas penleiti meminta memberi peringatan bagi
siswa yang membuat keributan akan dicatan dan dikurangi
nilainya. Dengan begitu suasana kelas menjadi lebih kondusif.
4.Setelah diberi tindakan pada pertemuan ke-2 nilai pronunciation
siswa meningkat.
B. Siklus II
1. Paparan Data Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Pada siklus II ini peneliti tetap menggunakan metode Audio-
Lingual. Selain itu peneliti juga menggunakan pelaksanaan
tindakan serta hasil yang dicapai pada siklus I sebagai acuan untuk
pelaksanaan Siklus II. Setelah dilakukan refleksi, tindakan yang
perlu dilakukan pada siklus II adalah men-drill siswa dengan lebih
intensif untuk meningkatkan kemampuan pronunciation siswa.
Selain itu juga mempertahankan kekondusifan kelas dengan cara
memberi peringatan pada siswa bahawa bagi siswa yang
melakukan keributan akan dicatat dan dikurangi nilainya. Karena
cara tersebut efektif untuk diterapkan dikelas IV A.
Secara garis besar yang dilakukan peneliti pada tahap
perencanaan siklus pertama adalah sebagai berikut:
1. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
2. Menentukan target yang akan dicapai. Adapun target yang akan
dicapai siswa pada siklus I adalah:.
77
a. Men-drill pronunciation siswa menggunakan metode
Audio-Lingual dengan lebih intensif.
b. Meningkatkan pronunciation siswa.
3. Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran seperti sumber belajar dan media
pembelajaran.
4. Peneliti mempersiapkan alat observasi dan penilaian sebagai
alat pengukur kemampuan pronunciation siswa.
Adapun penerapan dari rancangan tersebut adalah sebagai
berikut:
Langkah I (Awal)
a. Secara singkat peneliti menjelaskan pelajaran yang akan
dipelajari pada hari itu
b. Secara singkat peneliti menyampaikan tujuan dari
pembelajaran tersebut
Langkah II (Inti)
a. Guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dengan teman
sebangkunya (work in pairs)
b. Guru men-drill siswa dengan menggunakan metode Audio-
Lingual
c. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari
dialog yang telah dibagikan dan menghafalkannya.
78
h. Guru meminta masing-masing pasangan untuk mempraktikkan
dialog di depan kelas
i. Guru melakukan penilaian pada saat siswa mempraktikkan
dialog didepan kelas.
Langkah III (Penutup)
a. Peneliti memberi motivasi kepada siswa untuk terus belajar.
b. Evaluasi bersama
c. Pada pertemuan terahir, peneliti mengumumkan siswa yang
nilainya terbaik dan berhak mendapatkan reward
Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian siswa dalam
pronunciation, maka perlu dilaksanakan evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 dan 29 Mei 2009.
Siklus II dibagi menjadi dua tahap. Pertemuan pertama berisi
tentang pen-drillan siswa dengan metode Audio-Lingual,
pertemuan ke-dua berisi post test.
Siklus II, pertemuan ke-1
Siklus II pertemuan ke-1 dilaksanakan pada tanggal 22 mei
2009. Pada siklus II pertemuan ke- 1 ini peneliti melakukan drill
terhadap siswa dengan menggunakan metode Audio-Lingual lebih
intensifif lagi. Dengan begitu para siswa akan mendapatkan banyak
latihan.
79
Sebagaimana pertemuan-pertemuan sebelumnya, di awal
pelajaran peneliti membagikan lembar dialog untuk siswa.
Kemudian peneliti meminta siswa untuk berpasang-pasangan
dengan teman sebangkunya. Setelah semua terkondisikan peneliti
mulai melakukan drill pada siswa dengan metode Audio-Lingual
untuk meningkatkan kemampuan pronunciation siswa.
Dalam pertemuan ke-1 siklus II ini peneliti juga memberi
kesempatan lebih kepada siswa untuk bertanya tentang kata-kata
yang sulit untuk dilafalkan. Adapun untuk meminimalisir
kegaduhan di kelas peneliti menggunakan cara yang dipakai pada
siklus I yaitu memberi peringatan bahwa bagi siswa yang membuat
gaduh akan dicatat dan dikurangi nilainya.
Setelah dilakukan pen-drillan siswa diberi kesempatan untuk
mempelajari kembali dialognya dan menghafalkannya bersama
pasangannya. Ketika dirasa cukup, guru mulai memnaggil tiap-tiap
pasangan untuk mempraktikkan dialog di depan kelas. Sementara
masing-masing pasangan siswa mempraktikkan dialog di depan
kelas peneliti melakukan penilaian.
Siklus II, pertemuan ke-2 (post test)
Pembelajaran pada siklus 2 pertemuan ke-2 dilaksanakan
pada tanggal 29 Mei 2009. Setelah melihat peningkatan nilai siswa
pada 2 pertemuan sebelumnya, peneliti memutuskan untuk
melaksanakan post test pada siklus II pertemuan ke-2 ini.
80
Adapun dialog yang digunakan untuk post test adalah dialog
yang dipakai pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sebelum
melaksanakan post test terlebih dahulu peneliti mempraktikkan
dialog di depan kelas. Baru kemudian peneliti memanggil masing-
masing pasangan siswa untuk melakukan post test dengan
membaca dialog di depan kelas.
Pada post test tersebut terlihat bahwa kemampuan siswa
meningkat. Hal tersebut dikarenakan siswa yang semakin terbiasa
melatih dialognya (pembiasaan) akhirnya mereka secara spontan
dapat melakukannya (kebiasaannya sudah terbentuk).
c. Observasi
Secara umum pelaksanaan siklus II berjalan sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Peneliti membacakan
dialog, kemudian meminta siswa untuk mempelajari dan
menghafalkan dan mempraktikkan di depan kelas..
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada pertemuan ke-1
siklus II ini suasana kelas sudah dapat dikatakan kondusif. Sudah
tidak tampak lagi siswa tidak memperhatikan, tidak fokus dan lain
sebagainya. Kalaupun ada, hal tersebut hanya terjadi beberapa saat
kemudian keadaan sudah kondusif kembali.
Dari observasi peneliti pula dapat disimpulkan bahwa
kemampuan proonunciation siswa sudah mengalami banyak
peningkatan, kesalahan-kesalahan pelafalan sudah tidak banyak
81
terjadi. Pada pertemuan ke-2 ini nilai siswa juga banyak yang
menglami peningkatan.
Hasil evaluasi kemampuan pronunciation siswa pada
pertemuan ke-1 siklus II dilihat dari segi diskriminasi bunyi
adalah; 9 siswa (39,1%) siswa memperoleh nilai 60, 11 siswa
(47,8%) memperoleh nilai 70, 3 orang siswa (13,04%) memperoleh
nilai 80. Adapun nilai rata-rata kelas dari diskriminasi bunyi dari
segi vowels adalah 67,3 meningkat dari rata-rata awal sebelum
tindakan sebesar 50. Persentase peningkatannya dapat dilihat pada
perhitumham berikut;
P= 67,3-50 x 100%
50
= 34,6%
Dari segi consonant diperoleh rata-rata kelas sebesar 72,1,
dengan rincian; 2 siswa (8,6%) memperoleh nilai 60, 14 siswa
(60,8%) memperoleh nilai 70 dan 7 siswa (30,4%) memperoleh
niai 80. Adapun persentase peningkatannya dapat dilihat pada
perhitungan berikut;
P= 72,1-56,08 x 100%
56,08
= 28,5%
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress)
didapat rata-rata kelas sebesar 68,5. Dengan rincian 4 siswa
(17,4%) memperoleh nilai 60, 10 siswa (43,4%) memperoleh nilai
82
70, 9 siswa (39,1%) memperoleh nilai 80. Persentase
peningkatannya dapat dilihat pada perhitungan berikut;
P= 68,5-57,3 x 100%
57,3
= 19,5%
Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) diperoleh rata-
rata kelas sebesar 70,4. Adapun rinciannya; 8 siswa (34,7%)
memperoleh nilai 60, 6 siswa (26,08%) memperoleh nilai 70, 9
siswa (39,1%) memperoleh nilai 80. Persentase peningkatannya
dapat dilihat pada perhitungan berikut;
P= 70,4-53,04 x 100%
53,04
= 32,7%
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency)
diperoleh rata-rata kelas sebesar 68,6. Rinciannya adalah; 2 siswa
(8,6%) memperoleh nilai 50, 8 siswa (34,7%) memperoleh nilai 60,
4 siswa (17,3%) memperoleh nilai 70 dan 9 siswa (39,1%)
memperoleh nilai 80. Persentase peningkatannya dapat dilihat pada
perhitungan berikut;
P= 68,6-53,9 x 100%
53,9
= 27,2%
83
Pada pertemuan ke-2 siklus II, sebagaimana telah dijelaskan
di atas peneliti melaksanakan post test. Pada post test tersebut para
siswa mengalami peningkatan yang cukup besar. Jumlah siswa
yang melakukan kesalahan pelafalan juga semakin sedikit.
Adapun hasil evaluasi kemampuan pronunciation siswa pada
pertemuan ke-2 setelah dilakukan pen-drillan pada 2 pertemuan
sebelumnya adalah sebagai berikut;. dilihat dari diskriminasi bunyi
(segi vowels) diperoleh data; 7 siswa (30,4%) siswa memperoleh
nilai 60, 9 siswa (39,1%) memperoleh nilai 70, 7 orang siswa
(30,4%) memperoleh nilai 80. Adapun nilai rata-rata kelas pada
pelaksanaan post test diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi
vowels adalah 70.. Adapun peningkatannya dapat diketahui melalui
hasil perhitungan;
P= 70-50 x 100%
50
= 40%.
Adapun dari segi consonant diperoleh rata-rata kelas sebesar
75,2, dengan rincian; 11 siswa (47,8%) memperoleh nilai 70, 12
siswa (52,1%) memperoleh nilai 80. Peningkatan nilai siswa dalam
diskriminasi bunyi dari segi consonant, yang dapat dilihat dari
perhitungan berikut:
P= 75,2-56,08 x 100%
56,08
= 34,09%
84
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress)
didapat rata-rata kelas sebesar 73,4. Dengan rincian 3 siswa
(13,04%) memperoleh nilai 60, 9 siswa (39,1%) memperoleh nilai
70, 11 siswa (47,8%) memperoleh nilai sempurna 80. Adapun
persentase peningkatannya dapat dihitung sebagai berikut:
P= 73,4-57,3 x 100%
57,3
= 28,09%
Hasil evaluasi pertemuan ke-2 siklus II dari segi intonasi
(intonation) diperoleh rata-rata 73,04. Adapun rinciannya; 4 siswa
(17,4%) memperoleh nilai 60, 8 siswa (34,7%) memperoleh nilai
70, 11 siswa (47,8%) memperoleh nilai 80. Persentase
peningkatannya dapat diketahui melalui perhitungan berikut:
P= 73,04-53,04 x 100%
53,04
= 37,7%
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency)
diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,7. Rinciannya adalah; 8 siswa
(34,7%) memperoleh nilai 60, 3 siswa (13,04%) memperoleh nilai
70, 9 siswa (39,1%) memperoleh nilai 80. Hasil persentase
peningkatannya dapat dilihat dari perhitungan berikut;
P= 71,7-53,9 x 100%
53,9
= 33,02%
85
Adapun penabulasian nilai pronunciation siswa pada siklus II
dapat dilihat pada lampiran 2.
Jadi dapat disimpulkan setelah diberikan tindakan pada
pertemuan kedua, siswa mengalami peningkatan dalam
kemampuan pronunciation-nya.
Setelah semua siswa menyelesaikan post test, peneliti
meminta pendapat siswa tentang cara pembelajaran pronunciation
dengan menggunakan metode Audio-Lingual. Yang telah
dilaksanakan. Peneliti memberikan lembaran yang berisi
pertanyaan tentang bagaimana pendapat siswa tentang penerapan
metode Audio-Lingual yang telah dilaksanakan dengan pilihan
jawaban sangat senang, senang, kurang senang, tidak senang
beserta alasannya.
Adapun tanggapan siswa terhadap penerapan metode
Audio-Lingual ntuk meningkatkan pronunciation siswa dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Tanggapan siswa terhadap penerapan
metode Audio-Lingual
No Jawaban Frekwensi %
1 Sangat senang 15 65,2
2 Senang 5 21,7
3 Kurang senang 3 13,04
4 Tidak senang - -
Jumlah 23 99,94 (dibulatkan
100)
86
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah
siswa yang sangat senang sebanyak 15 (65,2%), yang senang
sebanyak 5 (21,7%) siswa, yang kurang senang sebanyak 3
(13,04%) siswa dan yang tidak senang sebanyak 0 (0%) tidak ada.
Beberapa alasan siswa yang menyatakan sangat senang dan
senang terhadap penerapan metode Audio-Lingual adalah; 1)
karena metode ini banyak latihannya, jadi kalau sering berlatih jadi
mudah belajarnya; 2) karena pak guru jarang sekali mengajari cara
membaca bacaan bahasa Inggris; 3) karena kalau kami ramai bu
guru selalu mengajak bermain, .....
Sedangkan alasan siswa yang tidak senang terhadap
penerapan metode Audio-Lingual ini adalah; 1) karena bahasa
Inggris itu sulit; 2) karena saya tidak suka bahasa Inggris.
Adapun tanggapan dari guru bahasa Inggris yang diperoleh
dari hasil wawancara adalah sebagai berikut:
" Metode Audio-Lingual yang sampean pakai ini bagus untuk
melatih kemampuan membaca dan berbicara siswa, khususnya
pelafalan siswa dalam bahasa Inggris. Selain itu juga dapat nambah
referensi saya dalam mengajar. Soalnya selama ini saya lebih
banyak menggunakan metode menerjemahkan, jadi anak-anak
lebih sering saya minta untuk mencari artinya kalimat ini apa,
bacaan ini apa dan sebagainya"
63
Melihat peningkatan nilai siswa yang dicapai pada setiap
siklus yang pada akhirnya dapat mencapai batas KKM yang telah
ditentukan serta tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan
63
Wawancara peneliti dengan Bpk. Zainuddin, guru mata pelajaran bahasa Inggris Kelas
IVMI Sunan Kalijogo, (29 Mei 2009, setelah pelajaran usai, di ruang kelas IV A)
87
metode Audio-Lingual, maka dapat disimpulkan bahwa metode
Audio-Lingual terbukti efektif meningkatkan pronunciation siswa.
d. Refleksi
Secara keseluruhan penerapan metode Audio-Lingual untuk
meningkatkan pronunciation siswa sudah berjalan sesuai rencana.
Sejak dilaksanakan pre test sampai pada pertemuan terahir dapat
disimpulkan bahwa setelah siswa diberi tindakan dengan metode
Audio-Lingual kemampuan pronunciation siswa meningkat, yang
diindikasikan dengang nilai sisw yang meningkat pula.
Dengan demikian, peneliti memandang tidak perlu dilakukan tindakan
selanjutnya dan mengakhiri penelitian di kelas IV A MI Sunan Kalijogo.
88
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus, yang bertujuan untuk
mengetahui apakah dengan penggunaan metode Audio-Lingual dapat
meningkatkan pronunciation siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang.
Adapun variabel yang diamati pada tindakan kelas tersebut adalah Audio-Lingual
dan peningkatan pronunciation. Adapun indikator peningkatan pronunciation
siswa ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa pada setiap siklus.
Sementara sumber belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buku
Fokus Jatim English SD 4B, yang juga didukung buku-buku lain, kamus Inggris
Indonesia, Lembar dialog, kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran
umum. Untuk mengetahui hasil pembelajaran dipersiapkan instrumen penilaian
individu, pedoman wawancara, dan angket siswa.
Sebelum penilitian dimulai terlebih dahulu peneliti melakukan wawancara
dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris kelas IV A MI Sunan Kalijogo untuk
mengetahui tingkat kemampuan pronunciation siswa. Setelah itu baru peneliti
memulai penelitian.
Siklus pertama dimulai dengan pre tes. Pada saat pelaksanaan pre test dapat
diketahui bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hal tersebut terlihat ketika peneliti mulai menjelaskan materi, para siswa yang
pada mulanya terlihat memperhatikan lama-kelamaan mulai gaduh. Selain itu juga
89
terlihat dari respon balik siswa terhadap materi yang disampaikan guru, siswa
terlihat tidak fokus ada juga yang bercanda dengan temannya serta bermain
sendiri.
Berdasarkan tanya jawab siswa dengan peneliti, maka dapat disimpulkan
bahwasanya siswa bersikap tidak kooperatif karena mereka merasa belum
sepenuhnya mengerti tentang materi yang disampaikan. Mereka merasa belum
bisa mempraktikkan dialog dengan lafal yang baik dan benar karena kurangnya
latihan. Para siswa percaya dengan lebih banyak latihan mereka akan lebih mudah
mempraktiikkan dialog yang diberikan peneliti. Dari sinilah diperlukan adanya
perubahan metode dari metode yang tidak menggunakan drill menuju metode
yang mengedepankan drill, sehinggga para siswa akan mendapatkan banyak
latihan. Sebagaimana kaum behavioris yang meyakini bahwa belajar bahasa pada
hakikatnya adalah masalah pembiasaan dan pembentukan kebiasaan, maka jika
siswa terbiasa melakukan pembiasaan (dengan latihan berulang-ulang) maka
akhirnya pembiasaan itu akan terbentuk (menjadi sebuah kebiasaan).
Setelah melihat hasil evaluasi pada pertemuan ke-1, peneliti mulai
menerapkan metode Audio-Lingual pada pertemuan ke-2. Peneliti mulai men-drill
siswa dengan metode Audio-Lingual. Siswa mulai menunjukkan semangatnya
mempelajari dialog dengan pronunciation yang baik dan benar. Metode Audio-
Lingual yang digunakan sudah mulai tampak dapat diterima siswa. Meskipun
masih ada beberapa siswa yang lamban menerimanya, namun secara umum
penerapan metode ini sudah mulai tampak keberhasilannya.
90
Secara kuantitatif juga menunjukkan bahwa kemampuan pronunciation
siswa pada saat pre tes masih tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari hasil pre
test siswa. Banyak nilai pre test siswa yang berada di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran bahasa Inggris,
yaitu 55.
Dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi vowels jumlah siswa
yang memenuhi KKM hanya 7 siswa (30,4%). Sedangkan sebanyak 16 siswa
(69,5%) masih belum memenuhi KKM.
Adapun dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi consonant
jumlah siswa yang memenuhi KKM adalah 19 siswa (82,6%). Jumlah ini lebih
baik daripada perolehan nilai dari segi vowels. Sedangkan sisanya 4 siswa (17,4%)
dinyatakan belum memenuhi KKM.
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) jumlah siswa
yang memenuhi standar KKM sekolah untuk mata pelajaran bahasa Inggris
sebanyak 15 siswa (65,2%). Selain itu ada 8 siswa (34,7%) yang belum memenuhi
KKM.
Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) terdapat 12 siswa (52,1%) yang
memenuhi KKM. Disamping itu ada 11 siswa (47,8%) yang dinyatakan tidak
memenuhi KKM
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency), jumlah siswa yang
dinyatakan memenuhi standar KKM sebanyak 12 siswa (52,1%). Sedangkan di
sisi lain sebanyak 11 siswa (47,8%) dinyatakan belum memenuhi KKM yang
ditetapkan.
91
Dari rincian nilai siswa di atas dapat dilihat bahwa dari empat kiteria yang
dinilai, yaitu diskriminasi bunyi (vowels dan consonant), rhytm dan word stress,
intonasi (intonation) dan kelancaran (fluency), siswa mendapatkan nilai terendah
pada kriteria diskriminasi bunyi khususnya dari segi vowels. Karena pada kriteria
ini jumlah siswa yang dinyatakan memenuhi KKM hanya 7 siswa (30,4%).
Sedangkan sebaliknya dari segi consonant jumlah siswa yang dinyatakan
memunuhi KKM sebanyak 19 siswa (82,6%).
Hasil evaluasi yang diperoleh peneliti pada pertemuan ke-1 tersebut
dijadikan acuan pada pertemuan ke-2. Pada pertemuan ke-2 ini peneliti mulai
melakukan pen-drillan pada siswa, selain itu peneliti juga menstimuli siswa agar
lebih semangat lagi dengan memberi reward pada pertemuan terahir bagi siswa
yang memperoleh nilai terbaik. Rupanya kedua hal tersebut cukup ampuh untuk
membangkitkan semangat siswa. Terlihat nilai siswa mengalami peningkatan pada
pertemuan ke-2 ini.
Dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi vowels jumlah siswa
yang memenuhi KKM pada pertemuan ke-1 hanya 7 siswa (30,4%), pada
pertemuan ke-2 ini meningkat menjadi 12 siswa (52,1%). Sedangkan jumlah
siswa yang masih belum memenuhi KKM yang awalnya 16 siswa berkurang
menjadi 11 siswa (47,8%). Persentase peningkatan pada segi vowels pada
pertemuan ke-2 adalah sebesar 9,4%.
Adapun dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi consonant,
pada pertemuan ke-1 jumlah siswa yang dinyatakan memenuhi KKM adalah 19
siswa (82,6%). Pada pertemuan ke-2 jumlah itu naik drastis menjadi 22 siswa
92
(95,6%) . Jadi jumlah siswa yang dinyatakan tidak memenuhi KKM hanya 1
siswa (4,3%) saja. Adapun persentase peningkatannya adalah sebesar 16,2%.
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) juga
mengalami peningkatan. Pada pertemuan ke-1 jumlah siswa yang dinyatakan
memenuhi standar KKM sekolah untuk mata pelajaran bahasa Inggris sebanyak
15 siswa (65,2%). Pada pertemuan ke-2 ini mengalami peningkatan yaitu
sebanyak 21 siswa (91,3%). Sedangkan jumlah siswa yang dinyatakan tidak
memenuhi KKM mengalami penurunan yaitu dari 8 siswa (34,7%) menjadi 2
siswa (8,6%). Persentase peningkatannya setelah tindakan adalah sebesar 13,7%
Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) yang pada pertemuan ke-1
terdapat 12 siswa (52,1%) yang memenuhi KKM, pada pertemuan ke-2 meningkat
menjadi 19 siswa (82,6%). 4 siswa (47,8%) lainnya dinyatakan tidak memenuhi
KKM . Adapun persentase peningkatannya adalah sebesar 19,5%.
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency), jumlah siswa yang
dinyatakan memenuhi standar KKM yang pada pertemuan ke-1 sebanyak 12
siswa (52,1%) pada pertemuan ke-2 meningkat menjadi 15 siswa (65,2%).
Sedangkan jumlah siswa yang dinyatakan belum memenuhi KKM yang
sebelumnya berjumlah 11 siswa (47,8%) setelah dilakukan tindakan pada
pertemuan ke-2 jumlahnya menurun menjadi 8 siswa (34,7%) dan persentase
peningkatannya sebesar 17,6%.
Dari hasil observasi peneliti selama pembelajaran di kelas serta hasil tes
pada pertemuan ke-1 dan 2 siklus I, menunjukkan terdapatnya peningkatan pada
kemampuan pronunciation siswa. Untuk itu pada pertemuan ke-1 siklus II,
93
peneliti lebih mengintensifkan lagi pen-dillan terhadap siswa dengan metode
Audio-Lingual dan ternyata langkah tersebut efektif. Hal tersebut terbukti dengan
peningkatan nilai siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ini.
Dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi vowels jumlah siswa
yang memenuhi KKM pada pertemuan ke-2 siklus I sebanyak 12 siswa (52,1%),
pada siklus II pertemuan ke-1 jumlah itu meningkat menjadi 23 siswa (100%).
Dengan begitu, pada segi vowels sudah tidak ada siswa yang nilainya di bawah
KKM yang ditetapkan. Persentase peningkatan pada segi vowels pada pertemuan
ke-1 siklus II meningkat 34,6% dari pre test.
Adapun dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi consonant,
pada pertemuan ke-2 siklus I jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 19 siswa
(82,6%), pada pertemuan ke-1 siklus II meningkat menjadi 23 siswa (100%). Jadi
jumlah siswa yang dinyatakan tidak memenuhi KKM sudah tidak ada. Adapun
persentase peningkatannya adalah sebesar 28,5% dari pre test.
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) juga
mengalami peningkatan. Pada pertemuan ke-2 siklus I jumlah siswa yang
dinyatakan memenuhi KKM sebanyak 21 siswa (91,3%). Pada pertemuan ke-1
siklus II meningkat menjadi 23 siswa (100%). Adapun Persentase peningkatannya
adalah sebesar 19,5% dari pre tes.
Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) yang pada pertemuan ke-2
siklus I terdapat 19 siswa (82,6%) yang memenuhi KKM, pada pertemuan ke-1
siklus II meningkat menjadi 23 siswa (100%). Adapun persentase peningkatannya
adalah sebesar 32,7% dari pre test.
94
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency), jumlah siswa yang
dinyatakan memenuhi standar KKM yang pada pertemuan ke-2 siklus II sebanyak
15 siswa (65,2%). Pada pertemuan ke-1 siklus II ini meningkat menjadi 21 siswa
(91,3%). Sedangkan jumlah siswa yang dinyatakan belum memenuhi KKM yang
sebelumnya berjumlah 8 siswa (34,7%) pada pertemuan ke I siklus II ini menjadi
2 siswa (8,6%). Adapun persentase peningkatannya adalah sebesar 27,2% dari pre
test.
Setelah melihat hasil tes siswa pada pertemuan-pertemuan sebelumnya
peneliti memutuskan untuk melaksanakan post test pada siswa. Post test tersebut
dilaksanakan bukannya tanpa pertimbangan, akan tetapi post test tersebut setelah
melihat kemampuan pronunciation siswa meningkat (yang diindikasikan dengan
meningkatnya nilai siswa). Pada post test tersebut para siswa mengalami
peningkatan yang cukup besar. Jumlah siswa yang melakukan kesalahan pelafalan
juga semakin sedikit. Dalam post test ini juga sudah tidak siswa yang nilainya di
bawah KKM yang telah ditetapkan.
Dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi vowels jumlah siswa
yang memenuhi KKM pada post test sebanyak 23 siswa (100%), yang berarti
sudah tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yang
ditetapkan. Persentase peningkatan pada segi vowels pada pertemuan post test ini
adalah 40% dari pre test.
Adapun dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi consonant,
pada post tes ini jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 23 siswa (100%).
Adapun persentase peningkatannya adalah sebesar 34,09% dari pre test.
95
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) juga
mengalami peningkatan. Pada post test jumlah siswa yang dinyatakan memenuhi
KKM sebanyak 23 siswa (100%). Adapun Persentase peningkatannya adalah
sebesar 28,03% dari pre tes.
Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) yang pada post test, jumlah
siswa yang nilainya memenuhi KKM sebanyak 23 siswa (100%). Adapun
persentase peningkatannya adalah sebesar 37,7% dari pre test.
Sedangkan hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency), jumlah siswa yang
dinyatakan memenuhi standar KKM yang pada post test sebanyak 23 siswa
(100%), dan siswa yang dinyatakan tidak memenuhi KKM tidak ada. Adapun
persentase peningkatannya adalah sebesar 33,02% dari pre test.
Dengan demikian, dari data-data hasil penelitian yang telah dipaparkan di
atas terbukti bahwa dengan penggunaan metode Audio-Lingual dapat
meningkatkan pronunciation siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo dengan
indikator keberhasilan sebagai berikut:
1. Selama pembelajaran berlangsung siswa tampak senang dan antusias.
Walaupun pada pertemuan pertama siswa kurang antusias akan tetapi
pada petemuan selanjutnya hal tersebut dapat diatasi.
2. Hasil (nilai) yang diperoleh siswa lebih baik atau meningkat dari hasil
yang diperoleh sebelumnya.
3. Siswa menjadi lebih aktif berlatih untuk mendapatkan nilai yang lebih
baik.
96
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa:
1. Perencanaan penggunaan metode Audio-Lingual dalam pembelajaran
bahasa Inggris untuk peningkatan pronunciation siswa kelas IV A MI
Sunan Kalijogo Malang adalah sebagai berikut; sebelum melaksanakan
penelitian terlebih dahulu peneliti berkonsultasi dengan guru mata
pelajaran bahasa Inggri kelas IV A Sunan Kalijogo Malang untuk
memperoleh kesepakatan kesepakatan dengan guru mata pelajaran bahwa
peneliti akan menggunakan metode Audio-Lingual. Adapun secara umum,
perencanaan penggunaan metode Audio-Lingual dalam pembelajaran
bahasa Inggris untuk peningkatan pronunciation siswa kelas IV A MI
Sunan Kalijogo Malang pada siklus I dan II adalah sebagai berikut:
a. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
b. Menentukan target yang akan dicapai;
- Mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam pronunciation
(dengan melaksanakan pre test)
- Mendrill pronunciation siswa dengan metode Audio-Lingual
- Meningkatkan pronunciation siswa
- Melaksanakan post test
- Melaksanakan evaluasi
- Memberi reward pada siswa yang memperoleh nilai terbaik
97
c. Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran seperti sumber belajar dan media pembelajaran.
d. Peneliti mempersiapkan alat observasi dan penilaian sebagai alat
pengukur kemampuan pronunciation siswa.
2. Pelaksanaan penggunaan metode Audio-llingual dalam pembelajaran
bahasa Inggris untuk peningkatan pronunciation siswa kelas IV A MI
Sunan Kalijogo Malang, secara umum berjalan lancar dan sesuai rencana.
Walaupun pada pertemuan pertama suasana kelas dapat dikatakan tidak
cukup kondusif, akan tetapi pada pertemuan-pertemuan selanjutnya hal
tersebut dapat diatasi. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah dapat
beradaptasi dengan metode baru yang sedang diterapkan (metode Audio-
Lingual). Adapun untuk memusatkan kembali perhatian siswa dan untuk
mengondisikan kelas peneliti membuat permainan kecil, selain itu peneliti
juga memberi peringatan bagi siswa yang yang membuat keributan akan
dikurangi nilainya. Dengan begitu, suasana kelas menjadi lebh kondusif.
Peneliti juga memberikan reward pada siswa yang nilainya terbaik pada
akhir pertemuan.
3. Dalam penelitian ini, evaluasi dilakukan pada setiap akhir pertemuan.
Adapun bentuknya berupa tes unjuk kerja (performance), yang nilainya
akan dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan sekolah, yakni 55.
Setelah diperoleh rata-rata kelas, peneliti menggunakan rumus persentase
peningkatan sebagaimana telah dijelaskan pada bab III untuk mengetahui
peningkatan nilai sisiwa. Dalam beberapa kali evaluasi di lapangan
98
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dalam setiap pertemuan, dari
siklus I sampai siklus II. Adapun peningkatannya; dari segi vowel terdapat
peningkatan sebesar 40%, consonant 34%, rhythm and word stress
28,03%, intonation 37%, dan fluency sebesar 32,02%. Dengan begitu
dapat disimpulkan bahwasanya penggunaan metode Audio-Lingual dapat
meningkatkan pronunciation siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo
Malang. Indikator peningkatannya adalah; selama pembelajaran
berlangsung siswa tampak senang dan antusias; hasil (nilai) yang
diperoleh siswa lebih baik atau meningkat dari hasil yang diperoleh
sebelumnya, pada akhir post test, sudah tidak terdapat siswa yang
memperoleh nilai dibawah KKM yang sudah ditentukan; siswa mejadi
lebih aktif berlatih untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan bahwa metode Audio-
Lingual dapat meningkatkan pronunciation siswa, maka peneliti mengajukan
saran agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dari berbagai pihak sebagai
berikut:
1. Bagi Guru
Audio-Lingual merupakan sebuah metode pengajaran alternatif yang
baik untuk diaplikasikan pada siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang pronunciation.
99
2. Bagi Siswa
Metode Audio-Lingual merupakan sebuah metode yang
mengutamakan drill. Sehingga porsi yang diberikan untuk berlatih
lebih banyak. Karena itulah, metode ini sangat bagus untuk
mempelajari pronunciation yang pada dasarnya membutuhkan lathan
extra.
3. Bagi Peneliti
Memberikan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian
sebagai bekal untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional
1
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an Digital
Al-Hasyimi, Syekh Ahmad. Muhtarul Ahadits. Surabaya: Al-Haromain
Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Tindakan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek)
Edisi Revisi V. Jakarta: Rhineka Cipta
B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Billie, MCunningham. 2008. Using Action Research and The Classroom Learning
Environment. Issues in Accounting Education Journal. Sarasota: Feb 2008.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung: J-ART
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Seklah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: CV. Timur Putra Mandiri
Fahru. 2008. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Dengan Media
CD Interaktif di SDN 02 Selokaton Kec. Gondangrejo kab. Karanganyar.
Blog. http://www.Fahrublogger.blogspot.com, diakses pada tanggal 28
Maret 2009
Karmina, Sari dkk. 2008. Untuk Anak Usia Dini (Bahan Ajar). Semarang:
PGPAUD Universitas Negeri Semarang
Karsidi. 2007. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Solo: PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Kifutu, Susan, Background and Characteristics of the Audio-Lingual Method,
http://www.tcnj.edu diakses pada tanggal 21 Februari 2009
Kountur, Ronny, 2005. D. M. S, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan
Tesis. Jakarta: PPM
Kurniawan, Rita dkk. 2006. Speed Up English. Jakarta: Yudhistira
2
Larsen, Diane and Freeman. 1986. Techniques and Principles in Language
Teaching. Oxford: Oford University Press
Marzuki. 2000. Metodelogi Riset fakultas Ekonomi UII Yogyakarta
Moleong, Lexy J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Rosdakarya
Mulyani, Anik Sri. Januari 2009. Pemanfaatan Multimedia untuk Menstimulus
Imajinasi Penyusunan Kalimat Posessive Pronouns. Jurnal Pendidikan
Inovatif. Jurnal JPI No. 1 Volume 4
Mulyasa, E. 2003. Media dan Laboratorium dalam Pendidikan. Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) dan P dan K, 2003)
Murni, Wahid. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UM Press
NK, Roestiyah, 2001. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Pennycook, A. 1995. English in the World/The World in English. In J. Tollefson
(Ed), Power and Inequality in Language Education. Cambridge: Cambridge
University Press
Richards. 1986. Approaches And Method in Language Teaching. New York:
Cambridge University Press
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfa
Beta
Sari, Rina. 2007. Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Qur'ani. Malang: UIN
Press
Sujiono, Anas. 1991. Pengantar statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Penerbit ISC
Ur, Penny. 1996. A Course in Language Teaching. New York: Cambridge
University Press
Usman, Husaini dkk. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara
3
Wiraatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Rosdakarya
Wulandari, Anggar. 2008. Improving Students' Pronunciation Using Audiovisual
(Avas) At The Fifth Year of SD Al-Azhar Syifa Budi Solo In 2007/2008
Academic Year. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jill Kreper Mora, Second-Language Teaching Method
(http://www.edweb.sdsu.edu, diakses pada tanggal 20 Februari 2009
Zuhairini, dkk. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha
Nasional
________. 2006. http://blog.hjenglish.com/ , diakses tanggal 6 April 2009
LAMPIRAN 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I, PERTEMUAN I
Nama Sekolah : MI Sunan Kalijogo
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2x35 menit
I. Standar Kompetensi
Mengugkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks
kelas.
II. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat sederhana
secara berterima.
III. Indikator
1. Siswa mampu menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik dan benar
2. Siswa mampu mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah
disampaikan guru dengan baik dan benar
3. Siswa mampu mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang
baik dan benar
IV. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa diharapkan dapat:
1. Menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan
benar
2. Mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah disampaikan guru
dengan baik dan benar
3. Mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang baik dan benar
V. Materi Pembelajaran
Clothes and colours
VI. Metode Pembelajaran
1. Metode Audio-Lingual
2. Metode Demonstrasi
VII. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
a) Salam, guru memperkenalkan diri kepada siswa menanyakan kabar
serta memberi motivasi belajar kepada siswa.
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
c) Guru bertanya tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya
kemudian mengaitkankannya dengan materi yang akan dipelajari.
B. Kegiatan Inti
1. Guru membagikan lembaran dialog kepada siswa.
2. Guru membacakan dialog yang telah dibagikan secara keseluruhan.
3. Siswa membaca dialog bersama-sama
4. Guru meminta siswa untuk membaca dan mempraktikkan dialog yang
telah diberikan di depan kelas dengan teman sebangkunya.
5. Guru mencatat hasil pretest
C. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk betanya tentang
materi yang telah dibahas dan belum yang dipahami.
2. Guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan
dpelajari pada pertemuan selanjutnya.
3. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
VIII. Sumber belajar
a) Buku Fokus Jatim English SD 4B
b) Lembar dialog
c) Kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran umum
IX. Penilaian
Tes unjuk kerja (performance)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I, PERTEMUAN II
Nama Sekolah : MI Sunan Kalijogo
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2x35 menit
I. Standar Kompetensi
Mengugkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks
kelas.
II. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat sederhana
secara berterima.
III. Indikator
1. Siswa mampu menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik dan benar
2. Siswa mampu mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah
disampaikan guru dengan baik dan benar
3. Siswa mampu mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang
baik dan benar
IV. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa diharapkan dapat:
1. Menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan
benar
2. Mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah disampaikan guru
dengan baik dan benar
3. Mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang baik dan benar
V. Materi Pembelajaran
Clothes and colours
VI. Metode Pembelajaran
1. Metode Audio-Lingual
2. Metode Demonstrasi
VII. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
1. Salam, guru menanyakan kabar serta memberi motivasi belajar kepada
siswa.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru bertanya tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya
kemudian mengaitkankannya dengan materi yang akan dipelajari.
B. Kegiatan Inti
1. Guru membagikan lembaran dialog kepada masing-masing siswa.
2. Guru membacakan dialog yang telah dibagikan.
3. Siswa mendengarkan dan mengulang (listen and repeat) dialog yang
dibacakan guru.
4. Guru men-drill siswa dengan dialog tersebut.
5. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya.
(work in pairs)
6. Siswa berlatih dialog sampai mereka hafal dialognya.
7. masing-masing pasangan mempraktikkan dialog di depan kelas.
C. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk betanya tentang
materi yang telah dibahas dan belum yang dipahami.
2. Guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
3. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
VIII. Sumber belajar
a) Buku Fokus Jatim English SD 4B
b) Lembar dialog
c) Kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran umum
IX. Penilaian
Tes unjuk kerja (performance)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II, PERTEMUAN I
Nama Sekolah : MI Sunan Kalijogo
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2x35 menit
I. Standar Kompetensi
Mengugkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks
kelas.
II. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat sederhana
secara berterima.
III. Indikator
1. Siswa mampu menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik dan benar
2. Siswa mampu mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah
disampaikan guru dengan baik dan benar
3. Siswa mampu mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang
baik dan benar
IV. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa diharapkan dapat:
1. Menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan
benar.
2. Mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah disampaikan guru
dengan baik dan benar.
3. Mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang baik dan benar.
V. Materi Pembelajaran
Clothes and colours
VI. Metode Pembelajaran
1. Metode Audio-Lingual
2. Metode Demonstrasi
VII. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
1. Salam, guru menanyakan kabar serta memberi motivasi belajar kepada
siswa.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru bertanya tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya
kemudian mengaitkankannya dengan materi yang akan dipelajari.
B. Kegiatan Inti
1. Guru membacakan dialog secara keseluruhan dan siswa
mendengarkan.
2. Guru membacakan dialog kalimat demi kalimat kemudian siswa
menirukan.
3. Guru men-drill siswa dengan dialog tersebut.
4. Siswa membaca dialg secara keseluruhan.
5. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya.
(work in pairs)
6. Masing-masing pasangan mempraktikkan dialog di depan kelas..
C. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk betanya tentang
materi yang telah dibahas dan belum yang dipahami.
2. Guru memberitahukan kepada siswa tentang post test yang akan
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
3. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
VIII. Sumber belajar
a) Buku Fokus Jatim English SD 4B
b) Gambar tentang macam-macam jenis pakaian dan warna
c) Lembar dialog
d) Kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran umum
IX. Penilaian
Tes unjuk kerja (performance)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II, PERTEMUAN II
Nama Sekolah : MI Sunan Kalijogo
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2x35 menit
I. Standar Kompetensi
Mengugkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks
kelas.
II. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat sederhana
secara berterima.
III. Indikator
1. Siswa mampu menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik dan benar
2. Siswa mampu mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah
disampaikan guru dengan baik dan benar
3. Siswa mampu mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang
baik dan benar
IV. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa diharapkan dapat:
1. Menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan
benar.
2. Mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah disampaikan guru
dengan baik dan benar.
3. Mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang baik dan benar.
V. Materi Pembelajaran
Clothes and colours
VI. Metode Pembelajaran
1. Metode Audio-Lingual
2. Metode Demonstrasi
VII. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
1. Salam, guru menanyakan kabar serta memberi motivasi belajar kepada
siswa.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru bertanya tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya
kemudian mengaitkankannya dengan materi yang akan dipelajari.
B. Kegiatan Inti
1. Guru membagikan lembaran dialog.
2. Guru membacakan dialog secara keseluruhan dan siswa
mendengarkan.
3. Guru membacakan dialog kalimat demi kalimat kemudian siswa
menirukan.
4. Guru men-drill siswa dengan dialog tersebut.
5. Siswa membaca dialog secara keseluruhan.
6. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya.
(work in pairs)
7. Masing-masing pasangan mempraktikkan dialog di depan kelas
C. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk betanya tentang
materi yang telah dibahas dan belum yang dipahami.
2. Guru memberitahukan kepada siswa tentang post test yang akan
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
3. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
VIII. Sumber belajar
a) Buku Fokus Jatim English SD 4B
b) Gambar tentang macam-macam jenis pakaian dan warna
c) Lembar dialog
d) Kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran umum
IX. Penilaian
Tes unjuk kerja (performance)
Lampiran 2
Lembar nilai pronunciation siswa dilihat dari diskriminasi bunyi
N
o
Nama Siklus I Siklus II
Pertemuan
ke-1 (pre tes)
Pertemuan
ke-2
Pertemuan
ke-1 (pre tes)
Pertemuan
ke-2 (pos tes)
Vo
wel
(vok
al)
Conso
nant
(konso
nan)
Vo
wel
(vok
al)
Conso
nant
(konso
nan)
Vo
wel
(vok
al)
Conso
nant
(konso
nan)
Vo
wel
(vok
al)
Conso
nant
(konso
nan)
1 Andika
Arif
50 60 50 70 70 70 70 80
2 Baharudin
Yusuf
50 60 50 70 70 70 70 70
3 Citra
Arum
40 60 40 60 60 70 70 70
4 Debby
Maurin
50 70 60 70 70 80 80 80
5 Dewi
Indra
40 60 40 60 60 60 60 70
6 Evita K 60 60 60 70 70 70 70 80
7 Ibnul
Adrian
60 70 60 70 70 80 80 80
8 Icha
Sahwita
40 50 40 60 60 70 60 70
9 Ismatul Q 40 50 40 50 60 70 60 70
1
0
Khoirul
Roziqin
50 70 60 70 70 70 70 80
1
1
Khoirun
Nisa
50 60 60 60 60 70 70 80
1
2
Krisna
Efendi
60 70 70 70 70 80 80 80
1
3
M. Alwi
Sihab
40 50 40 60 60 60 60 70
1
4
M. Farhan 70 80 70 80 80 80 80 80
1
5
M.
Maulana
Idris
60 80 70 80 80 80 80 80
1
6
Nafisaturr
ohmah
50 70 60 70 70 70 70 70
1 Nur Laila 50 70 60 70 70 80 80 80
7 A
1
8
Putra
Fanda
40 50 50 70 60 70 60 70
1
9
Roni
Setiaw
an
60 60 60 70 70 70 70 70
2
0
Satriya
Kurnia
40 60 50 70 60 70 60 70
2
1
Siti
Nasek
hotul
K
40 60 50 60 60 70 60 70
2
2
Yoga
Pratama
50 60 50 70 70 70 70 80
2
3
Yusuf
Bakhtiar
60 70 70 70 80 80 80 80
Nilai 115
0
1290 126
0
1500 155
0
1660 161
0
1730
Nilai Rata-
rata
50 56,08 54,7 65,2 67,3 72,1 70 75,2
Siswa
Tuntas
7 19 12 22 23 23 23 23
Siswa Tidak
Tuntas
16 4 11 1 0 0 23 23
Persentase nilai vowel
P = Post rate-Base rate x 100%
Base rate
= 70-50 x100%
53,9
= 40%
Persentase nilai consonant
P = Post rate-Base rate x 100%
Base rate
= 75,2-56,08 x100%
56,08
= 34,09%
Lembar nilai pronunciation siswa dilihat dari segi intonasi
No Nama NILAI
Siklus I Siklus II
Pre
test
Pertemuan
ke-2
Pertemuan
ke-1
Post
test
1 Andika Arif 60 70 80 80
2 Baharudin Yusuf 50 60 70 70
3 Citra Arum 50 60 60 70
4 Debby Maurin 60 70 80 80
5 Dewi Indra 40 60 70 70
6 Evita K 60 60 80 80
7 Ibnul Adrian 70 70 80 80
8 Icha Sahwita 40 60 60 70
9 Ismatul Q 40 50 60 60
10 Khoirul Roziqin 60 70 70 80
11 Khoirun Nisa 60 60 80 80
12 Krisna Efendi 60 70 80 80
13 M. Alwi Sihab 40 50 60 60
14 M. Farhan 70 80 80 80
15 M. Maulana
Idris
60 80 80 80
16 Nafisaturrohmah 50 60 70 70
17 Nur Laila A 60 70 70 80
18 Putra Fanda 50 60 60 70
19 Roni Setiawan 40 60 60 70
20 Satriya Kurnia 40 50 60 60
21 Siti Nasekhotul 40 50 60 60
22 Yoga Pratama 60 60 70 70
23 Yusuf Bakhtiar 60 80 80 80
Nilai 1220 1460 1620 1680
Nilai Rata-rata 53,04 63,4 70,4 73,04
Siswa Tuntas 12 19 23 23
Siswa Tidak
Tuntas
11 4 0 0
P = Post rate-Base rate x 100%
Base rate
= 73,04-53,04 x100%
53,04
= 37,7%
Lembar nilai pronunciation siswa dilihat dari segi ritma dan penekanan kata
(rhythm and word stress)
No Nama NILAI
Siklus I Siklus II
Pre
test
Pertemuan
ke-2
Pertemuan
ke-1
Post
test
1 Andika Arif 60 60 70 80
2 Baharudin Yusuf 50 60 60 60
3 Citra Arum 50 60 70 70
4 Debby Maurin 60 70 80 80
5 Dewi Indra 40 50 60 60
6 Evita K 60 70 70 80
7 Ibnul Adrian 70 70 80 80
8 Icha Sahwita 60 60 70 70
9 Ismatul Q 60 60 70 70
10 Khoirul Roziqin 70 70 80 80
11 Khoirun Nisa 70 70 80 80
12 Krisna Efendi 60 70 80 80
13 M. Alwi Sihab 40 50 60 60
14 M. Farhan 60 70 80 80
15 M. Maulana
Idris
70 70 80 80
16 Nafisaturrohmah 50 70 70 70
17 Nur Laila A 60 60 70 70
18 Putra Fanda 50 70 70 70
19 Roni Setiawan 50 60 70 70
20 Satriya Kurnia 50 60 60 70
21 Siti Nasekhotul 60 70 70 70
22 Yoga Pratama 60 70 80 80
23 Yusuf Bakhtiar 60 80 80 80
Nilai 1320 1500 1580 1690
Nilai Rata-rata 57,3 65,2 68,5 73,4
Siswa Tuntas 15 21 23 23
Siswa Tidak
Tuntas
8 2 0 0
P = Post rate-Base rate x 100%
Base rate
= 73,4-57,3 x100%
57,3
= 28,09%
Lembar nilai pronunciation siswa dilihat dari segi kelancaran (fluency)
No Nama NILAI
Siklus I Siklus II
Pre
test
Pertemuan
ke-2
Pertemuan
ke-1
Post
test
1 Andika Arif 60 60 70 80
2 Baharudin Yusuf 40 60 70 70
3 Citra Arum 40 50 60 60
4 Debby Maurin 60 80 80 80
5 Dewi Indra 50 60 60 60
6 Evita K 60 70 80 80
7 Ibnul Adrian 70 80 80 80
8 Icha Sahwita 40 50 50 60
9 Ismatul Q 50 50 60 60
10 Khoirul Roziqin 60 60 70 80
11 Khoirun Nisa 60 70 70 80
12 Krisna Efendi 70 80 80 80
13 M. Alwi Sihab 40 50 50 60
14 M. Farhan 70 80 80 80
15 M. Maulana
Idris
70 80 80 80
16 Nafisaturrohmah 40 50 60 60
17 Nur Laila A 60 70 80 80
18 Putra Fanda 40 50 60 60
19 Roni Setiawan 50 50 60 60
20 Satriya Kurnia 40 50 60 70
21 Siti Nasekhotul 40 60 60 70
22 Yoga Pratama 60 70 80 80
23 Yusuf Bakhtiar 70 80 80 80
Nilai 1240 1460 1580 1650
Nilai Rata-rata 53,9 63,4 68,6 71,7
Siswa Tuntas 12 15 21 23
Siswa Tidak
Tuntas
11 8 2 0
P = Post rate-Base rate x 100%
Base rate
= 71,7-53,9 x100%
53,9
= 33,02%
Lampiran 4
Lembar Observasi
Proses Kegiatan Belajar Mengajar (Responden Guru Mata Pelajaran)
Materi : Clothes and Colours
Kelas : IV A
Hari/Tanggal :
No Kegiatan 4 3 2 1
1 Apersepsi
2 Penyampaian materi
3 Pengorganisasian materi pelajaran
dengan penerapan metode Audio-Lingual
(melakukan komponen-komponen Audio-
Lingual):
- Drilling
- Repetition (pengulangan)
- Pembentukan kebiasaan (habit
forming)
- Refleksi
5 Pengelolaan kelas
7 Memberikan penguatan dan penghargaan
individu
8 Kemampuan melakukan evaluasi
9 Menyimpulkan materi pelajaran
10 Menutup pelajaran
Keterangan:
4= Sangat baik
3= Baik
2= Cukup
1= Kurang
LEMBAR DIALOG
Dialog Pretest dan Pertemuan ke-2 (Siklus I)
Yoga : Good morning Laila
Laila : Good morning Yoga
Yoga : You look so beautiful today
Laila : Oh, thank you
Yoga : Is that your new sweater?
Laila : Yes, it is.
Yoga : What a nice sweater!
Laila : Thank you Yoga
Yoga : Now, where you will go?
Laila : I will go to super market with my sister
Yoga : What will you buy?
Laila : I will buy a black t-shirt
Yoga : Ok, be careful Laila
Laila : Thank You Yoga
Dialog II (Pertemuan ke-1, Siklus II)
Citra : Hello Debby!
Debby : Hello Citra!
Citra : Citra, do you wear school uniform to school?
Debby : Yes, I do
Citra : What colour is your school uniform?
Debby : It is red and white. What about you?
Citra : I wear school uniform too
Debby : What colour is it?
Citra : It is green and white
Debby : How about sport? What do you wear for doing sport?
Citra : I wear T-shirt
Debby : What time is it now?
Citra : It is quarter to seven
Debby : It is time to go to school
Dialog untuk post test (pertemuan II, suklus II)
Dialog I
Yoga : Good morning Laila
Laila : Good morning Yoga
Yoga : You look so beautiful today
Laila : Oh, thank you
Yoga : Is that your new sweater?
Laila : Yes, it is.
Yoga : What a nice sweater!
Laila : Thank you Yoga
Yoga : Now, where you will go?
Laila : I will go to super market with my sister
Yoga : What will you buy?
Laila : I will buy a black t-shirt
Yoga : Ok, be careful Laila
Laila : Thank You Yoga
Dialog II
Citra : Hello Debby!
Debby : Hello Citra!
Citra : Citra, do you wear school uniform to school?
Debby : Yes, I do
Citra : What colour is your school uniform?
Debby : It is red and white. What about you?
Citra : I wear school uniform too
Debby : What colour is it?
Citra : It is green and white
Debby : How about sport? What do you wear for doing sport?
Citra : I wear T-shirt
Debby : What time is it now?
Citra : It is quarter to seven
Debby : It is time to go to school
Dialog II
Citra : Hello Debby!
Debby : Hello Citra!
Citra : Citra, do you wear school uniform to school?
Debby : Yes, I do
Citra : What colour is your school uniform?
Debby : It is red and white. What about you?
Citra : I wear school uniform too
Debby : What colour is it?
Citra : It is green and white
Debby : How about sport? What do you wear for doing sport?
Citra : I wear T-shirt
Debby : What time is it now?
Citra : It is quarter to seven
Debby : It is time to go to school
Lampiran 3
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran
DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYYAH
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572553
BUKTI KONSULTASI PEMBIMBINGAN SKRIPSI
Nama : Dhewi Masithoh Admawati
NIM/Jurusan : 07140036/ Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah
Dosen Pembimbing : Dr. Nur Ali, M.Pd
Judul Skripsi : Penggunaan Metode Audio-Lingual Dalam Pembelajaran
Bahasa Inggris Untuk Peningkatan Pronunciation
Bahasa Inggris Siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo
Malang
No
.
Tanggal Hal yang Dikonsultasikan Tanda
Tangan
1 13 Januari Proposal
2 19 Maret 2009 Bab I, II, III
3 4 Juni 2009 Revisi Bab I, II, III
4 24 Juli 2009 Bab IV, V, VI
5 25 Juli 2009 Revisi Bab IV, V, VI
6 27 Juli 2009 ACC Bab I, II, III, IV, V, VI
7 12 Agustus 2009 ACC Skripsi
Malang, 12 Agustus 2009
Dekan,
Dekan Fakultas Tarbiyah,
Dr. M. Zainuddin, M.A
NIP. 150 275 502
MADRASAH IBTIDIYAH "SUNAN KALIJOGO"
STATUS: TERAKREDITASI B NSM: 112357305009
Sekretariat: Jl. Candi III D/422 Karangbesuki (0341) 574822 Malang (65146)
http://www.misunankalijogo.blogspot.com, Email:misuka_kbs@yahoo.co.id
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN
Nomor: 40/MI-SK/VI/09
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama Lengkap : Supriati S.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah MI Sunan Kalijogo
Alamat : Sekretariat: Jl. Candi III D/422 Karangbesuki
Malang
Menerangkan dengan sebenarnya, bahwa
Nama Lengkap : Dhewi Masithoh Admawati
NIM : 07140036
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
: Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang
Bulan : Maret s/d Juni
Benar-benar telah melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Audio-
Lingual untuk Meningkatkan Kemampuan Pronunciaton Siswa dalam Mata
Pelajaran Bahasa Inggris Kelas IV di MI Sunan Kalijaga Malang.
Demikian surat keterangan ini dibuat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dan
untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 15 Juni 2009
Kepala Sekolah
MI Sunan Kalijogo
Supriati, S.Pd
DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572553
Nomor : Un. 3.1/TL.00/362/2009 Malang, 23 Maret 2009
Lampiran : 1 Berkas
Perihal : Penelitian
Kepada
Yth. Kepala MI Sunan Kalijogo Malang
di-
Malang
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan ini kami mengaharap dengan hormat, agar mahasiswa di
bawah ini:
Nama : Dhewi Masithoh Admawati
NIM : 07140036
Semester/th. Ak : 2009
Judul Skripsi : Penggunaan Metode Audio-Lingual dalam
Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Peningkatan
Pronunciation Siswa Kelas IVA MI Sunan
Kalijogo Malang
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/menyusun skripsinya yang
bersangkutan mohon diberikan izin/kesempatan untuk mengadakan penelitian di
lembaga/instansi yang menjadi wewenang Bapak/Ibu.
Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/ibu disampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Dekan
Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghoni
NIP. 150 004 2031