You are on page 1of 67

Arie Nizar Sidqi

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN

Oleh: Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011

LEMBAR KERJA PRAKTEK UJI SANITASI ALAT MAKAN METODE USAP (SWAB)

A. Alat: 1. Tabung reaksi 2. Rak tabung reaksi 3. Lampu Bunsen 4. Lidi kapas/swab steril 5. Pipet ukur steril 6. Pipet filler 7. Cawan petri steril 8. Inkubator 9. Colony counter 10. Sarung tangan steril 11. Spidol 12. Formulir untuk pemeriksaan laboratorium 13. Gunting 14. Termos es / tas pembawa sampel

B. Bahan: 1. Larutan buffer phosphat steril 2. Media PCA (Plate Count Agar) 3. Kertas cellotape 4. Alkohol 5. Kapas 6. Karet 7. Label 8. Kertas aluminium foil 9. Korek api 10. Sampel alat makan atau alat masak

C. Cara Kerja: 1. Pengambilan sampel a. Persiapkan sarung tangan yang steril untuk mengambil sampel alat makan atau alat masak. b. Ambil alat makan atau alat masak yang akan diperiksa masing-masing diambil 4 5 buah tiap jenis yang diambil acak dari tempat penyimpanan. c. Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan dan alat masak dalam kelompok-kelompok. d. Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka tutup tabung reaksi dan masukkan lidi kapas steril kedalamnya. e. Lidi kapas steril dalam tabung reaksi di tekan ke dinding untuk membuang airnya baru diangkat dan diusapkan pada setiap alat makan atau alat masak. f. Permukaan alat makan atau alat masak yang diusap, cara melakukan : 1) Cangkir dan gelas : permukaan luar dan dalam bagian bibir setinggi 6 mm. 2) Sendok : permukaan bagian luar dan dalam seluruh mangkok sendok. 3) Garpu : permukaan bagian luar dan dalam alat penusuk. 4) Piring : Permukaan dalam tempat makanan diletakkan dengan menyilang siku-siku antara garis usapan yang satu dengan garis usapan kedua. g. Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 (tiga) kali berturutturut. h. Setiap satu alat menggunakan satu swab yang diusapkan dengan cara seperti pada butir 6. i. Setelah melakukan usapan, lidi kapas dimasukkan ke dalam tabung reaksi, batang lidi kapas yang terkena tangan dipatahkan/diguntung, bibir tabung reaksi di panaskan, kemudian ditutup.

j.

Tempelkan kertas label, tulis etiket dengan spidol yang menyatakan nama alat makan atau alat masak dan tempat diambilnya sampel.

k. Kirim segera ke laboratorium untuk diperiksa. 2. Pemeriksaan sampel a. Aseptiskan tangan, meja dan alat kerja. b. Ambil suspensi sebanyak 1 ml dan 0,1 ml masing-masing masukkan ke dalam cawan petri steril dan beri label. c. Tuangkan media PCA sebanyak 15 ml atau 1/3 tinggi cawan. d. Homogenkan membentuk angka 0 atau 8, tunggu sampai padat/membeku, bungkus dengan kertas pembungkus. e. Inkubasi piaran dengan suhu 370C selama 2 x 24 jam. f. Lihat koloni yang ada di media PCA dengan coloni counter dan hitung dengan rumus:

D. Hasil Pemeriksaan: a. Alat makan yang diperiksa : Piring b. Hasil : koloni sampel 1 ml = 22

koloni sampel 0,1 ml = 56

= 98 koloni/cm2 E. Pembahasan: Baku mutu: Berdasarkan bakumutu kepmenkes No:1204/MENKES/SK/X/2004

bahwa kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E. Coli.

Dari hasil pemeriksaan uji usap alat (piring) diketahui angka total kuman sebanyak 98 koloni/cm2, sehingga piring tersebut masih memenuhi persyaratan kebersihan alat. Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan: Dengan tingginya angka total kuman, mengindikasikan bahwa peralatan tersebut tidak memenuhi syarat kebersihan peralatan sehingga bila peralatan makan tersebut masih digunakan akan mengakibatkan kontaminasi terhadap makanan dan penyakit yang dapat ditimbulkan yaitu diare, tipus, dan penyakit pencernaan lainnya. Solusi: Solusi yang dapat digunakan untuk menurunkan angka total kuman di peralatan makanan yaitu dengan metode pencucian peralatan makanan yang baik dan benar, menggunakan air bersih yang mengalir, dll.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PENGAMATAN PLASMODIUM MALARIA

A. Alat: Mikroskop

B. Bahan: Preparat

C. Cara kerja: 1. Siapkan Preparat 2. Siapkan mikroskop 3. Letakkan preparat di mikroskop 4. Amati ada tidaknya Plasmosium

D. Hasil Pengamatan: Dari hasil pemeriksaan terhadap preparat, jenis plasmodium yang diamatai adalah Plasmodium falciparum.

E. Pembahasan :

S TROPOZOID MUDA / RING T. (FAL CIPARUM)


Sering di jumpai Cincin berukuran kecil dan halus Sitoplasma sangat halus bewarna biru pucat, bersifat padat dan kompak

S TROPOZOID MATANG/DEWAS T. A (FAL CIPARUM)

Sitoplasma lebih tebal bentuknya berupa huruf koma/ tanda seru Sering di jumpai

S S T. CIZONT (FAL CIPARUM)


ST. ini jarang terlihat, kecuali pada kasus serius Terdiri dari merozoidmerozoid kecil di antara pigmen yang sangat gelap

S GAMETOS (FAL T. IT CIPARUM)


Hampir sering di jumpai Bentuknya seperti pisang / bulan sabit dan isi kacang Pigmen berupa bintang dan kasar mengumpul serta menyebar pada sitoplasma Warna pigmen sering hitam (gelap), coklat tua di sertai kekuningkuningan Pigmen ini merupakan tanda pertama yang harus dapat dilihat Pada gametosit muda kadang dapat ditemukan balon merah di luar dinding sel

S TROPOZOID MUDA / RING T. (VIVAK)

Sering di jumpai Sitoplasma berbentuk cincin biru dan tebal, mempunyai variasi dalam bentuk yang tidak teratur

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN PEMERIKSAAN SANITASI TANAH

Oleh: Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011

A. PENDAHULUAN Petunjuk pemeriksaan sampel tanah ini dibatasi pada pemeriksaan adanya telur dan larva cacing usus pada tanah permukaan. Metoda yang dipilih adalah metoda yang sudah ada dan dipakai secara meluas di Indonesia. Adanya telur atau larva cacing usus pada tanah permukaan dapat diperkirakan bahwa tanah tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia. Ini berarti pula bahwa penggunaan jamban di daerah tersebut masih merupakan masalah. Oleh karena itu maka hasil dari pemeriksaan ini akan bermanfaat untuk penyuluhan kesehatan.

B. TUJUAN Buku petunjuk ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi petugas kesehatan lingkungan dan petugas laboratorium tentang cara-cara

pengambilan sampel, pemeriksaan laboratorium dan interpretasi hasil pemeriksaan.

C. PENETAPAN LOKASI Lokasi pengambilan sampel tanah adalah di halaman rumah-rumah penduduk misalnya di desa percontohan kesehatan lingkungan, P2LDT, daerah kumuh, desa nelayan, daerah transmigrasi dan lain-lain. Lokasi pengambilan sampel adalah di lokasi yang ada program jambu. Prioritas lokasi adalah di halaman rumah penduduk yang diperkirakan belum semua anggota keluarganya menggunakan jamban.

Titik lokasi pengambilan sampel di tempat-tempat sebagai berikut : a. Di dalam rumah, yang berlantai tanah perlu di ambil sampel tanah, seperti pada tempat-tempat yang dipakai pada ruang keluarga sekitar dapur dan kamar mandi. b. Di halaman rumah, seperti sekitar tempat bermain anak-anak, sekitar jamban, halaman yang lembab atau di halaman rumah yang diperkirakan tercemar kotoran manusia.

D. PENGAMBILAN SAMPEL Sampel tanah yang dimaksud adalah tanah permukaan. Tanah permukaan adalah bagian dari tanah yang berada pada permukaan. Bagian tanah ini diambil dengan mudah dengan cara pengerokan dengan sendok semen. Hal ini penting diketahui karena telur/larva cacing usus yang tersebar pada tanah adalah berada pada permukaan tanah. 1. Peralatan Alat-alat yang dipergunakan untuk mengambil sampel adalah : a. Garpu tanah b. Sendok semen c. Kantong plastik d. Spidol 2. Cara Pengambilan Setelah titik lokasi ditentukan lakukan hal-hal sebagai berikut : a. Bersihkan titik lokasi tersebut dengan farpu tanah dari dahan-dahan, rumput-rumput kering dan kerikil. b. Siapkan kantong plastik kemudian diberi kode lokasi dan tanggal pengambilan sampel dengan spidol permanen. c. Keroklah tanah permukaan pada lokasi tersebut seluas dengan menggunakan sendok semen sebanyak 40 x 40 cm2

100 gram.

d. Ikatlah kantong-kantong plastik yang telah terisi dengan baik, untuk dikirim ke laboratorium. Jadi tiap rumah diperoleh 4 kantong sampel tanah. E. PENGIRIMAN SAMPEL Pengiriman sampel ke laboratorium hendaknya tidak lebih dari 7 hari. Dalam perjalanan hendaknya tidak terlalu panas. Bila laboratorium puskesmas belum dapat melakukan pemeriksaan, dapat dikirim ke laboratorium Rumah Sakit, atau ke laboratorium lain yang terdekat.

F. PEMERIKSAAN SAMPEL

1. Sasaran Sasaran pemeriksaan adalah telur dan larva cacing usus yaitu : a. Telur untuk cacing : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, cacing tambang b. Larva untuk cacing : Strongiloides 2. Reagensia Reagensi yang diperlukan : a. Larutan hipoklorid 30% b. Larutan Magnesium Sulfat (282 gr/liter) c. Eosin d. Aquadest 3. Peralatan Alat-alat yang digunakan adalah : a. Sendok tanah b. Sentrifuse lengkap dengan tabung c. Tabung reaksi dengan rak d. Obyek glass (kaca benda) e. Deck glass (kaca tutup) f. Gelas ukur 1.000 ml g. Steering rod (kaca pengaduk) h. Hydrometer (pengukur BD) i. Mikroskop j. Kain kasa (5 cm x 5 cm) k. Kaos kecil l. Aplikator m. Corong n. Timbangan 4. Prosedur a. Timbang sampel tanah yang telah dibersihkan dari kerikil dan daundaunan (rumput-rumput kering) sebanyak 5 gram. b. Masukkan tanah ini ke dalam tabung-tabung setrifuse.

c. Tambahkan 20 ml larutan hipokhlorit ke dalam tabung yang berisi tanah. d. Aduk dengan steering rod hingga merata dan diamkan selama 1 jam. e. Setelah semua rumah tabung dalam sentrifuse terisi semua, hidupkan sentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 2 menit. Lakukan kegiatan ini sampai 2 kali. f. Setelah diputar selama 2 menit, buang cairan supernatant. g. Endapan tanah yang ada ditambah dengan larutan MgSO4 yang telah disiapkan sampai mencapai lebih kurang volume tabung. h. Putar lagi dengan sentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit. i. Sentrifuse dihentikan, ambil tabung-tabung sentrifuse ini, tempatkan dalam rak yang telah tersedia. j. Tambahkan larutan MgSO4 dengan BD 1.260 ke dalam tabung-tabung sentrifuse sehingga mencapai permukaan tabung dan permukaannya sedikit mengembung. Diamkan beberapa menit. k. Pengaturan BD MgSO4 dapat dilakukan dengan penambahan air bila BD-nya tinggi sedangkan bila BD MgSO4 rendah (H.1.260) ditambah dengan larutan MgSO4. l. Tutupkan deck glass kepada tiap-tiap tabung ini dan tunggu selama 30 menit. Jika ada telur dan larva cacing dalam tanah tersebut maka telur dan larva tersebut sudah mengapung dan menempel pada deckglass. m. Pindahkan deck glass ini ke atas sebuah kaca benda (object glass). Jika perlu tambahkan eosin sebagai pewarna, maka sediaan telah siap. n. Periksa sediaan ini di bawah mikroskop dan identifikasi telur/larva cacing usus yang ada. o. Lakukan pemeriksaan terhadap semua sampel yang diterima.

F. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan hasilnya adalah negatif tidak ditemukan telur/larva cacing usus.

G. PEMBAHASAN : Dengan tidak ditemukannya telur cacing usus pada tanah tersebut dapat memberikan indikasi bahwa tanah tersebut tidak tercemar oleh kotoran manusia dan telur cacing seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang.

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN

Oleh: Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011

LEMBAR KERJA PRAKTEK SEEDING PARAMECIUM Sp.

A. 1. 2. 3. 4.

Alat: Becker glass Pipet tetes Fiber glass Mikroskop

B. 1. 2. 3.

Bahan: Jerami Air comberan Air bersih

C. 1. Membuat Infusion

Cara Kerja:

a. Cacah jerami 2 cm. b. Masukkan kedalam becker glass. c. Isi air secukupnya ( 2 lt) d. Didihkan dan kemudian dinginkan selama 1 x 24 jam. 2. INOKULASI a. Teteskan 5-20 tetes air comberan domestik pada infusion (biang paramecium) b. Kemudian diamkan selama 3 x 24 jam. c. Periksa keberadaan Paramecium Sp. dengan mikroskop perbesaran 100 x. d. Bandingkan kepadatan perlapangan pandang.(bisa dengan

Haemacytometer atau dengan kepadatan plangkton).

3. Aplikasi Uji keberadaan racun dalam air limbah. Paramecium Sp. sangat tahan terhadap limbah domestik sehingga bila keberadaannya tidak ada di air limbah maka dicurigai ada zat racun/kimia yang berbahaya di dalam air limbah.

LEMBAR KERJA PRAKTEK DESAINFEKSI AIR

Desinfeksi dapat dilakukan secara fisik, yaitu dapat dengan menggunakan: 1. Pemanasan suhu tinggi (dimasak) 2. Pemanasan dengan matahari (SODIS = Solar Desinfektion) 3. UV 4. Ozon 5. RO

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN

Oleh: Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN AMMONIA

A. Alat: 1. Comparator Wagtech international 2. Cakram warna (Colour disc) Ammonia (Wag-WE10204) 3. Tabung segi empat 13,5 mm, volume 10 ml Wag-WE10197

B. Bahan: 1. Tablet No.1 Wagtech Ammonia 2. Tablet No.2 Wagtech Ammonia 3. Sampel air 4. Tisue pembersih

C. Cara Kerja: 1. Siapkan comparator sebagaimana diatur pada petunjuk umum. 2. Isilah tabung periksa dengan 10 ml air sampeltepat pada tanda garis. 3. Masukkan Tablet No. 1 dan No.2, hancurkan dan aduk supaya larut. 4. Biarkan 10 menit untuk proses pembentukan warna. Pada suhu 20oC butuh waktu hingga 15 menit. 5. Masukkan tabung periksa yang berisi air perlakuan pada tempat sebelah kanan. 6. Masukkan tabung periksa yang berisi air sampel saja (blanko) pada tempat sebelah kiri. 7. Bacalah hasil pemeriksaan, dengan cara memutar dan mencocokan warna pada cakram. 8. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar Ammonia dalam satuan mg/L sebagai N. Selanjutnya dapat dikonversikan sebagai NH4 dengan mengalikan 1,3 atau sebagai NH3 dengan mengalikan 1,2. 9. Pemeriksaan menggunakan prosedur ini mampu mendeteksi kadar Ammonia pada kisaran 0-1,0 mg/L.

D. Hasil Pemeriksaan: 1. 2. Sampel air = Air kran 0,8 mg/L sebagai N

Kadar Ammonia =

= 1,04 mg/L sebagai NH4 = 0,96 mg/L sebagai NH3

E. Pembahasan: Baku mutu : Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 tidak memperbolehkan Ammonia terdapat pada air bersih. Hasil kegiatan praktikum menunjukan bahwa kualitas air bersih sebesar 0,8 mg/L sebagai N, 1,04 mg/L sebagai NH4, 0,96 mg/L sebagai NH3, yang berarti kadar ammonia tidak memenuhi standar baku mutu untuk kualitas air bersih. Potensi gangguan kesehatan/lingkungan : Dengan adanya ammonia, air tersebut jika dikonsumsi akan menimbulkan keracunan Solusi : Untuk menurunkan/ mengurangi kadar ammonia, cara yang dapat dilakukan adalah klorinasi dan aerasi pada air.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN NITRAT

A. Alat: 1. Comparator Wagtech international 2. Cakram warna (Colour disc) Nitrate (WE10238) 3. Tabung segi empat 13,5 mm, volume 10 ml Wag-WE10197 4. Tabung nitratest 5. Pipet ukur/spuit 1 mL

B. Bahan: 1. Wagtech Nitratest powder 2. Tablet Wagtech Nitratest 3. Tablet Wagtech Nitricol 4. Aquadest (deionised water) 5. Sampel air 6. Tisue pembersih

C. Cara Kerja: 1. Siapkan Comparator sebagaimana diatur pada petunjuk umum. 2. Ambil satu tabung nitratest yang bersih tambahkan 1 ml air sampel. Gunakan pipet ukur. Isikan 20 ml aquadest kedalam tabung nittratest tepat pada tanda garis. 3. Tambahkan 1 takaran penuh tepung nitratest (nitratest powder) dan satu tablet nitratest. Tablet jangan dihancurkan. Pasang tutup tabung nitratest dan kemudian kocok dengan kuat selama satu menit. 4. Letakkan tabung nitratest dan diamkan 1 menit, kemudian balik perlahan-lahan 2 atau 3 kali untuk pembentukan gumpalan (floc). 5. Selanjutnya tabung nitratest didiamkan kembali selama 2 menit untuk mendapatkan flok secara sempurna.

6. Buka tutup tabung nitratest dan bersihkan sekeliling mulut tabung dengan tisue. Secara hati-hati tuangkan cairan yang bening kedalam tabung uji (tabung comparator) sebanyak 10 ml tepat pada garis. 7. Tambahkan 1 Tablet Nitricol, hancurkan dan aduk supaya larut. 8. Biarkan 10 menit untuk proses pembentukan warna. 9. Masukkan tabng periksa yang berisi air perlakukan pada tempat sebelah kanan 10. Masukkan tabng periksa yang berisi air sampel saja (blanko) pada tempat sebelah kiri. 11. Baca hasil pemeriksaan dengan cara memutar dan mencocokan warna pada cakram. 12. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar Nitrate Nitrogen dalam satuan mg/L sebagai N. Selanjutnya Nitrate Nitrogen (N) dapat dikonversikan sebagai Nitrate (NO3) dengan mengalikan 4,4. 13. Pemeriksaan menggunakan prosedur ini mampu mendeteksi kadar nitrate pada kisaran 0-20 mg/L.

D. Hasil Pemeriksaan: - Contoh Air = air A (air yang mengandung Nitrat) - Kadar Nitrat = 0.2 mg/lt sebagai N = 4.4 mg/lt sebagai NO3 E. Pembahasan: - Baku Mutu : Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 kadar nitrat sebagai N = 10 mg/lt. Hasil kegiatan praktek menunjukan kadar nitrat sebagai N = 0,2 mg/lt, yang berarti kadar nitrat sebagai N masih memenuhi standar baku mutu. - Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan : Menyebabkan turunnya kadar hemoglobin dalam darah. - Solusi : Untuk menurunkan/ mengurangi kadar nitrat, cara yang dapat dilakukan adalah dengan pengenceran air (menambahkan air ke dalam air yang mengandung nitrat).

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN NITRIT

A. Alat: 1. Comparator Wagtech international 2. Cakram warna (Colour disc) Nitrate (WE10238) 3. Tabung segi empat 13,5 mm, volume 10 ml Wag-WE10197 4. Pipet ukur/spuit 1 mL

B. Bahan: 1. Tablet Wagtech Nitracol 2. Sampel air 3. Tisue pembersih

C. Cara Kerja: 1. Siapkan comparator sebagaimana diatur pada petunjuk umum. 2. Isilah tabung periksa dengan 10 ml air sampel tepat pada garis. 3. Asukkan 1 Tablet Nitricol, hancurkan dan aduk supaya larut. 4. Biarkan 10 menit untuk proses pembentukan warna secara sempurna. 5. Masukkan tabung periksa yang berisi air perlakuan pada tempat sebelah kanan. 6. Masukkan tabung periksa yang berisi air sampel (blank) pada tempat sebelah kiri. 7. Bacalah hasil pemeriksaan, dengan cara memutar dan mencocokan warna pada cakram. 8. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar Nitrite Nitrogen dalam satuan mg/L sebagai N. Selanjutnya Nitrite Nitrogen (N) dapat dikonversikan sebagai Ion Nitrite (NO2-). 9. Pemeriksaan menggunakan prosedur ini mampu mendeteksi kadar Nitrite pada kisaran 0-0,4 mg/L.

D. Hasil Pemeriksaan: Contoh Air = air B (air yang mengandung Nitrite) = 3,3 mg/lt sebagai NO2E. Pembahasan: Baku Mutu : Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 kadar nitrite sebagai N = 1,0 mg/lt. Hasil kegiatan praktek menunjukan kadar nitrite sebagai N = 4,0 mg/lt, yang berarti kadar nitrite sebagai N melebihi standar baku mutu. Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan : Menyebabkan turunnya kadar hemoglobin dalam darah. Solusi : Untuk menurunkan/ mengurangi kadar nitrite, cara yang dapat dilakukan adalah dengan pengenceran air (menambahkan air ke dalam air yang mengandung nitrite).

Kadar Nitrite = 4,0 mg/lt sebagai N

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN FLOURIDE

A. Alat: 1. Comparator Wagtech international 2. Cakram warna (Colour disc) Flouride (WE10224) 3. Tabung segi empat 13,5 mm, volume 10 ml Wag-WE10197

B. Bahan: 1. Tablet No.1 Wagtech Flouride 2. Tablet No.2 Wagtech Flouride 3. Sampel air 4. Tisue pembersih

C. Cara Kerja: 1. Siapkan comparator sebagaimana diatur pada petunjuk umum. 2. Isilah tabung periksa dengan 10 ml air sampeltepat pada tanda garis. 3. Masukkan Tablet No. 1, hancurkan dan aduk supaya larut 4. Masukkan Tablet No.2, hancurkan dan aduk supaya larut. 5. Biarkan 5 menit untuk proses pembentukan warna secara sempurna. 6. Masukkan tabung periksa yang berisi air perlakuan pada tempat sebelah kanan. 7. Masukkan tabung periksa yang berisi air sampel saja (blanko) pada tempat sebelah kiri. 8. Bacalah hasil pemeriksaan, dengan cara memutar dan mencocokan warna pada cakram. 9. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar Flouride dalam satuan mg/L sebagai F. 10. Pemeriksaan menggunakan prosedur ini mampu mendeteksi kadar F pada kisaran 0-1,5 mg/L.

D. Hasil pemeriksaan: Sampel air = sampel air A Kadar Flouride = 1,5 mg/L

E. Pembahasan: Baku Mutu : Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 standar kualitas air bersih yang diperbolehkan untuk parameter Flourida yaitu 1,5 mg/L. Dari hasil pemeriksaan sampel air diperoleh kadar Flourida sebanyak 1,5 mg/L sehingga masih memenuhi standar kualitas air bersih. Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan : Flourida dalam jumlah kecil 0,6 mg/l air dibutuhkan sebagai pencegahan terhadap carries gigi yang paling efektif tanpa merusak kesehatan. Kosentrasi yang lebih besar 1,0 mg/l dapat menyebabkan fluoresis pada gigi yaitu terbentuknya noda-noda coklat yang tidak mudah hilang pada gigi. Menghalangi melarutnya

email gigi pada kondisi asam. Menimbulkan lumpuh karena fluoritis tulang, perubahan patologis pada pencernaan, radang pinggang serta kerusakan hati dan otot. Solusi : Solusi yang dapat digunakan untuk menurunkan/ mengurangi kadar flourida, cara yang dapat dilakukan adalah Sistem Pengendapan (Presipitasi) , Sistem absorbsi dan ion exchange , Sistem Blending, Sistem Elektro Dialisis, Sistem Roverse Osmosis.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN KLORIDA

A. Alat: 1. Gelas ukur 2. Labu erlenmeyer 3. Pipet tetes 4. Buret dan statip 5. Corong kaca

B. Bahan: 1. Sampel air 2. Larutan AgNO3 3. Larutan HNO3 pekat 4. Larutan K2CrO4 5. Bubuk MgO

C. Cara Kerja: 1. Ambil sampel air sebanyak 100 ml. 2. Tirasikan dengan Larutan AgNO3 sampai berubah warna menjadi warna merah bata (misal a ml). 3. Tambahkan Larutan HNO3 pekat sebanyak 3 tetes. 4. Tambahkan Larutan K2CrO4 sebanyak 2 tetes 5. Tambahkan Bubuk MgO sebanyak 1 pucuk sendok. 6. Kemudian homogenkan. Lalu hitung dengan rumus:

D. Hasil pemeriksaan:

= 369,768 mg/L sebagai Cl

E. Pembahasan: Baku Mutu : Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 standar kualitas air bersih yang diperbolehkan untuk parameter klorida yaitu 600 mg/L. Dari hasil pemeriksaan sampel air diperoleh kadar klorida sebanyak 369,768 mg/L sehingga masih memenuhi standar kualitas air bersih. Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan : Air bersih dengan kadar klorida tinggi dapat menyebabkan korosi pada pipa, menyebabkan iritasi pada mata, hidung serta gangguan saluran pencernaan. Solusi : Solusi yang dapat digunakan untuk untuk menurunkan/ mengurangi kadar Klorida, cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara system Elektro Dialisis, system Roverse Osmosis, Filtrasi, Destilasi, Evaporasi, Resin Anion.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN BAU

A. Alat: Gelas kimia 250 ml

B. Bahan: Sampel air A dan B

C. Cara Kerja: 1. Siapkan lima orang pengukur sebagai pemeriksa. 2. Masukkan air sampel kedalam gelas kimia, masing-masing sampel diberi label(misal A/B). 3. Berikan gelas kimia yang berisi air sampel tersebut kepada pembau I untuk dilakukan pembauan. 4. Lakukan hal yang sama untuk pemeriksa II, III, IV, dan V. 5. Catat hasil pemeriksaan.

D. Hasil pengukuran: Berdasarkan hasil pemeriksaan, diperoleh hasil: Jenis sampel Sampel A Sampel B Bau

E. Pembahasan: Baku Mutu : Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 standar kualitas air bersih yang diperbolehkan untuk parameter bau yaitu tidak berbau. Dari hasil pengukuran menunjukan: Sampel A berbau (melebihi standar bakumutu) Sampel B tidak berbau (tidak melebihi standar baku mutu).

Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan : Air bersih dengan kualitas fisik (bau) dapat menyebabkan dampak kesehatan yang merugikan jika digunakan. Menimbulkan kekhawatiran bahwa air yang tidak terolah secara tidak sempurna masih mengandung bahan kimia yang bersifat toksik. Solusi : Solusi yang dapat digunakan untuk mnghilangkan bau yaitu dapat dengan cara klorinasi, karbon aktif, aerasi, filtrasi, dll.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN RASA

A. Alat: Gelas kimia 250 ml

B. Bahan: Sampel air A dan B

C. Cara Kerja: 1. Siapkan lima orang pengukur sebagai pemeriksa. 2. Masukkan air sampel kedalam gelas kimia, masing-masing sampel diberi label(misal A/B). 3. Berikan gelas kimia yang berisi air sampel tersebut kepada pembau I untuk dilakukan pemeriksaan fisik berupa rasa sampel air. 4. Lakukan hal yang sama untuk pemeriksa II, III, IV, dan V. 5. Catat hasil pemeriksaan.

D. Hasil pengukuran: Berdasarkan hasil pemeriksaan, diperoleh hasil: Jenis sampel Sampel A Sampel B Rasa

E. Pembahasan: Baku Mutu : Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 standar kualitas air bersih yang diperbolehkan untuk parameter rasa yaitu tidak berasa. Dari hasil pengukuran menunjukan: Sampel A berasa (melebihi standar bakumutu) Sampel B berasa (melebihi standar bakumutu)

Sehingga kedua sampel air tersebut sama-sama tidak memenuhi standar kualitas air bersih Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan : Air bersih dengan kualitas fisik (rasa) dapat menyebabkan dampak kesehatan yang merugikan jika digunakan. Menimbulkan kekhawatiran bahwa air yang tidak terolah secara tidak sempurna masih mengandung bahan kimia yang bersifat toksik. Solusi : Solusi yang dapat digunakan untuk mnghilangkan rasa yaitu dapat dengan cara klorinasi, karbon aktif, aerasi, filtrasi, dll.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN WARNA

A. Alat: Gelas kimia 250 ml

B. Bahan: Sampel air A dan B

C. Cara Kerja: 1. Siapkan lima orang pengukur sebagai pemeriksa. 2. Masukkan air sampel kedalam gelas kimia, masing-masing sampel diberi label(misal A/B). 3. Berikan gelas kimia yang berisi air sampel tersebut kepada pembau I untuk dilakukan pemeriksaan fisik berupa warna sampel air. 4. Lakukan hal yang sama untuk pemeriksa II, III, IV, dan V. 5. Catat hasil pemeriksaan.

D. Hasil pengukuran: Berdasarkan hasil pemeriksaan, diperoleh hasil: Jenis sampel Sampel A Sampel B Warna

E. Pembahasan: Baku Mutu : Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 standar kualitas air bersih yang diperbolehkan untuk parameter warna yaitu tidak berwarna. Dari hasil pengukuran menunjukan: sampel A berwarna (melebihi standar baku mutu) Sampel B tidak berwarna (tidak melebihi standar baku mutu)

Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan : Air bersih dengan kualitas fisik (warna) dapat menyebabkan dampak kesehatan yang merugikan jika digunakan. Menimbulkan kekhawatiran bahwa air yang tidak terolah secara tidak sempurna masih mengandung bahan kimia yang bersifat toksik. Solusi : Solusi yang dapat digunakan untuk mnghilangkan warna yaitu dapat dengan cara klorinasi, karbon aktif, aerasi, filtrasi, dll.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN DAYA HANTAR LISTRIK (DHL)

A. Alat: 1. Pocket Conductivity Meter Wagtech WAG-WE30055 2. Beacker glass

B. Bahan: 1. Bateray 2. Sampel air

C. Cara Kerja: 1. Masukkan sampel ke dalam beacker glass 2. Ukur dengan alat Pocket Conductivity Meter Wagtech WAG-WE30055, diamkan hingga muncul digit angka. 3. Kemudian tulis hasil pengukuran tersebut.

D. Hasil Pengukuran: dengan suhu 26,1oC Sampel Cl = 1209 dengan suhu 26,1oC

E. Pembahasan: Baku Mutu : Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 Dari hasil pengukuran menunjukan DHL untuk sampel A dan sampel Cl ,

sehingga kedua sampel tersebut tidak memenuhi standar kualitas air bersih. Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan : DHL yang terlalu tinggi dapat menyebabkan air tersebut sangat rentan untuk digunakan oleh manusia, karena dalam air tersebut terdapat ion-ion yang sangat merugikan

kesehatan manusia. Efek kesehatan yang ditimbulkan adalah gangguan pada proses reproduksi dan gangguan syaraf, klorin dapat menyebabkan penyakit ginjal dan bila bereaksi dengan bahan organik membentuk senyawa trihalomethane (THM) yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Solusi : Solusi yang dapat digunakan untuk menurunkan/ mengurangi kadar DHL, cara yang dapat dilakukan adalah Filtrasi dan RO.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN KEKERUHAN

A. Alat: 1. Tabung hollow transparan 2. Tabung turbiditymeter 3. Meteran 4. Tabel konversi kekeruhan 5. Gayung 6. Pipet

B. Bahan: Sampel air

C. Cara Kerja: 1. Siapkan tabung hollow transparan atau tabung turbiditymeter. 2. Tempatkan tabung di area yang terang dalam posisi tegak. Hati-hati jangan sampai roboh, tempatkan pada statif apabila diperlukan. 3. Masukkan sampel air, sedikit demi sedikit kedalam tabung sampai dengan objek dasar tabung tidak dapat terbaca. 4. Kurangi sampel air dalam tabung sampai dengan tepat objek dasar tabung dapat terbaca/terlihat secara utuh dan jelas. 5. Ukur tinggi permukaan (kedalaman) air dalam tabung, kemudian dikonvrsikan kedalam satuan kekeruhan JTU (Jackson Turbidity Unit) atau NTU (Nephelic Turbidity Unit). 6. Aapabila menggunakan tabung tubiditymeter yang dilengkapi skala NTU atau JTU, maka tidak perlu dikonversikan. Angka kekeruhan dapat langsung diaca pada skala dimaksud. Apabila permukaan air tidak tepat pada garis skala, maka angka kekeruhan dapat

diperkirakan/diperhitungkan menggunakan pendekatan interpolasi.

D. Hasil Pengukuran: NTU = Sampel B = Sampel C 5 NTU 54 NTU Air Sampel = A, B, C = Sampel A 250

Angka Kekeruhan

E. Pembahasan: Baku Mutu : Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 kadar kekeruhan yang diperbolehkan yaitu 5 NTU. Dari hasil pengukuran menunjukan kadar kekruhan untuk sampel A dan C melebihi standar bakumutu yaitu 250 NTU dan 54 NTU. Sedangkan sampel B kadar kekeruhannya sama dengan standar baku mutu kualitas air bersih, yaitu sebesar 5 NTU. Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan : Kekruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air, mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektifitas desinfeksi pada proses penjernihan air Solusi : Solusi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kekeruhan ini yaitu dapat dengan cara aerasi, filtrasi, penambahan bahan kimia (tawas/PAC), dll.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN KECERAHAN

A. Alat: Sechii disk (cakram sechii)

B. Bahan: Sampel air pada badan air

C. Cara Kerja: 1. Lakukan pengukuran pada cuaca cerah (tidak hujan, tidak mendunggelap). 2. Pilih lokasi yang representatip pada badan air yang akan diukur kecerahannya. 3. Celupkan Sechii disk kedalam sampel air dengan tepat tidak terlihat (catat kedalamannya, misal A cm). 4. Angkat Sechii disk dimaksud sampai dengan tepat terlihat kembali (catat kedalamannya, misal B cm). 5. Hitung angka kecerahan (C), dengan rumus:

D. Hasil Pengukuran: Badan Air Sampel = Kedalaman tak terlihat Kedalaman terlihat = kolam depan asramaB = 55 cm 65 cm

Angka Kekeruhan =

= 60 cm

E. Pembahasan: Baku Mutu = 5 NTU Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 kadar kekeruhan = 5 NTU. Hasil kegiatan praktek menunjukan kadar kekruhan lebih dari 5 NTU, yang berarti kadar kekruhan melebihi standar baku mutu. Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan = kekruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air, mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektifitas desinfeksi pada proses penjernihan air Solusi = dengan cara aerasi dan filtrasi.

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN

Oleh: Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN TUNGAU DEBU

A. Alat: 1. Mikroskop 2. Preparat kaca

B. Bahan: Sampel debu dari karpet

C. Cara kerja: Sampel debu yang berasal dari karpet diletakkan dalam preparat, kemudian dilihat di mikroskop. Lihat dan amati sampel debu tersebut dengan mikroskop.

D. Hasil Pemeriksaan: Sampel debu Jumlah Tungau = Debu Karpet = 1 ekor

E. Pembahasan: Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan : Potensi gangguan kesehatan yang dapat terjadi karena tungau debu ini antara lain batuk, sesak dan mengi (asma). Solusi : Membersihkan karpet setiap hari (dijemur), tidak menumpuk buku, mengganti sprey secara rutin, tidak banyak menggunakan bahan kapas untuk tempat tidur, tidak mengoleksi boneka secara berlebih.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN SCHISTOSOMIASI ATAU SIPUT AIR

A. Alat: 1. Mikroskop 2. Preparat kaca

B. Bahan: Sampel siput air dari sawah

C. Cara kerja: 1. Ambil satu siput air yang sudah dipersiapkan. 2. Kemudian pecahkan bagian belakang siput (bagian ekor), dan tuangkan isi yang ada didalamnya tersebut ke dalam preparat. 3. Lihat dan amati sampel sipul tersebut dengan mikroskop.

D. Hasil Pemeriksaan: Sampel : Siput Air dari sawah

Jumlah Cercaria Distoma : tidak ditemukan

E. Pembahasan: Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan : Ketika schistosomes pertama kali memasuki kulit, ruam yang gatal bisa terjadi (gatal perenang). Sekitar 4 sampai 8 minggu kemudian (ketika cacing pita dewasa mulai meletakkan telur), demam, panas-dingin, nyeri otot, lelah, rasa tidak nyaman yang samar (malaise), mual, dan nyeri perut bisa terjadi. Batang getah bening bisa membesar untuk sementara waktu, kemudian kembali normal. kelompok gejala-gejala terakhir ini disebut demam katayama. Solusi: 1. Menghindari berenang, mandi, atau menyeberang di air alam di daerah yang diketahui mengandung schistosomes.

2. Memberi penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis tentang cara-cara penularan dan cara pemberantasan penyakit ini. 3. Buang air besar dam buang air kecil dijamban yang saniter agar telur cacing tidak mencapai badan-badan air tawar yang mengandung keong sebagai inang antara. Pengawasan terhadap hewan yang terinfeksi S. japonicum perlu dilakukan tetapi biasanya tidak praktis. 4. Memperbaiki cara-cara irigasi dan pertanian; mengurangi habitat keong dengan membersihkan badan-badan air dari vegetasi atau dengan mengeringkan dan mengalirkan air 5. Memberantas tempat perindukan keong dengan moluskisida (biaya yang tersedia mungkin terbatas untuk penggunaan moluskisida ini) 6. Untuk mencegah pemajanan dengan air yang terkontaminasi (contoh:gunakan sepatu bot karet). Untuk mengurangi penetrasi serkaria setelah terpajan dengan air yang terkontaminsai dalam waktu singkat atau secara tidak sengaja yaitu kulit yang basah dengan air yang diduga terinfeksi dikeringkan segera dengan handuk. Bisa juga dengan mengoleskan alkohol 70% segera pada kulit untuk membunuh serkaria. 7. Persediaan air minum, air untuk mandi dan mencuci pakaian hendaknya diambil dari sumber yang bebas serkaria atau air yang sudah diberi obat untuk membunuh serkariannya. Cara yang efektif untuk membunuh serkaria yaitu air diberi iodine atau chlorine atau dengan menggunakan kertas saring. Membiarkan air selama 48 -72 jam sebelum digunakan juga dianggap efektif.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN LUMPUR

A. Alat: 1. Mikroskop 2. Preparat kaca 3. Pipet tetes

B. Bahan: Sampel lumpur dari lumpur aktif rumah sakit

C. Cara kerja: 1. Ambil satu tetes lumpur yang sudah dipersiapkan. 2. Lihat dan amati sampel lumpur tersebut dengan mikroskop.

D. Hasil Pemeriksaan: Sampel Jumlah mikroba : lumpur aktif rumah sakit : tidak ditemukan

E. Pembahasan: Potensi gangguan kesehatan/ lingkungan : Dengan keberadaan

mikroorganisme yang ada di lumpu, mengindikasikan bahwa lumpur tersebut tercemar dan bersifat toksik terhadap manusia. Selain itu mikroorganisme ini dapat masuk ke jaringan tubuh manusia melalui sel-sel kulit, misalnya telapak kaki bagi petani yang sering di sawah dan tidak mengenakan alas kaki/sandal. Solusi : Untuk para petani yang sering di sawah dan tidak mengenakan alas kaki, hendaknya dalam melakukan aktifitasnya di sawah

menggunakan alas kaki (memakai sepatu boat). Selain itu sebelum mengkonsumsi makanan, hendaknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN

Oleh: Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN LOGAM BERAT

A. Gelas ukur

Alat:

B. 1. berat 2.

Bahan: Sampel makanan yang diduga mengandung logam

Stik indikator logam berat

C. 1.

Cara Kerja: Masukkan sampel makanan kedalam cawan

porselin, tumbuk dan lumatkan hingga halus. 2. Masukkan dalam gelas ukur kemudian periksa dengan Stik indikator logam berat dengan cara mencelupkan stik tersebut.

D.

Hasil: Tidak dilakukan pemeriksaan logam berat

E.

Pembahasan: Makanan yang diduga mengandung logamberat biasanya di jual di sekitar tempat pendidikan sekitar SD, karena para pembelinya adalah anak kecil yang belum tahu akan bahayanya penggunaan logam berat yang dicampurkan pada makanan.

LEMBAR KERJA PRAKTEK UJI LIPOFILIK

A. Alat: 1. Tabung reaksi 2. Pipet ukur

B. Bahan: 1. Minyak goreng/mentega 2. Sampel pestisida : sunligth (A), alkohol 95% (B), dan bensin(C)

C. Cara kerja: 1. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering 2. Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi 1 ml minyak goreng, kemudian dicampurkan dengan bahan masing-masing sampel pestisida A, B, dan C sebanyak 1 ml. 3. Aduk-aduk sampai homogen. Diamkan beberapa menit dan amati serta catat perubahan yang terjadi.

D. Hasil : Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pestisida A dan B larut dalam lemak (lipofilik) dan pestisida C tidak larut dalam lemak (lipofobik).

E. Pembahasan: Dari hasil pemeriksaan, kandungan dari sampel pestisida A dan B (terjadi emulsi) berarti apabila zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan terjadi emulsi di dalam tubuh.

LEMBAR KERJA PRAKTEK UJI EFEKTIFITAS REPPELEN

A. Alat: Cage

B. Bahan: 1. Serangga (nyamuk) yang sama 2. Repelan (diduga bersifat repelan)

C. Cara Kerja: 1. Oleskan repelan pada kulit tangan sebelah kiri dan tangan sebelah kanan dibiarkan saja. 2. Masukkan kedua tangan ke dalam cage. 3. Sejumlah nyamuk yang sama diamsukan kedalam cage. 4. Amati jumlah nyamuk yang menggigit tangan.

D. Hasil: Tidak dilakukan Uji Efektifitas Repplent

E. Pembahasan: Jumlah nyamuk yang dilepaskan = Jumlah nyamuk yang menggigit = .

LEMBAR KERJA PRAKTEK UJI ANTI ATRACTANSI

A. Alat: Cawan petri

B. Bahan: 1. Termisida 2. Tanah 3. Kertas saring 4. Rayap pekerja

C. Cara Kerja: 1. Buat larutan termitisida sesuai dengan konsentrasi yang akan diuji. Pelarut menggunakan air. 2. Ambil kertas saring bundar, kemudian di paruh (menjadi 2 buah setengah lingkaran). 3. Masingmasing kertas diletakan di dasar cawan petri. Buatlah celah diantara kertas tersebut dengan lebar 5 mm. 4. Kertas yang satu dilapisi tanah yang dicampur larutan termitisi dan kertas yang lain dilapisi tanah yang tidak dicampur termitisida. 5. Atur sedemikian, agar terdapat celah 5 mm dan ketebalan permukaan tanahnya sama. Ketebalan tanah tersebut mencapai 0,5 cm. 6. Lepaskan 20 ekor rayap pada celah dimaksud. Amati dan catat jumlah rayap yang berada pada tanah yang tidak dicampur termitisida

(menghindar dari tanah yang dicampur termitisida). Hitung pula prosentasenya.

D. Hasil: Tidak dilakukan Uji Anti Atractansi

E. Pembahasan: Konsentrasi termitisida yang diuji = . % Jumlah rayap yang dilepaskan = Jumlah rayap yang menghindar = . Prosentase rayap yang menghindar = .

F. LEMBAR KERJA PRAKTEK UJI DAYA RUSAK TERMIT

A. Bahan: 1. Kayu 2. Antrek

B. Cara Kerja: 1. Potonglah kayu dengan ukuran (10 x 5 x 3) cm3 sebanyak 2 buah. 2. Kemudia 1 kayu yang sudah dipotong dimasukan ke antrek selama 1 x 24 jam. Kayu yang satunya tidak dimasukkan/dibiarkan saja. 3. Kemudian kedua kayu tersebut ditanam didalam tanah yang telah terdeteksi keberadaan rayapnya. Biarkan ditanam selama 1 tahun.

C. Hasil: Tidak dilakukan Uji Daya Rusak Termit

D. Pembahasan: Kayu mana yang disukai rayap

LEMBAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN CAHAYA DENGAN METODE SATCS

A.

Alat: AVOmeter yang dipatri dengan LDR

B.

Bahan: Cahaya ruangan laboratorium

C.

Cara kerja: 1. Tekan tombon ON pada AVOmeter, kemudian kalibrasikan hingga jarum ke angka 0. 2. Kemudian AVOmeter diseting sesuai dengan keinginan kita. 3. Diamkan beberapa menit hingga jarum pada AVOmeter stabil. 4. Catat hasil pengukuran AVOmeter tersebut dengan satuan Ohm (

D.

Hasil: Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui pengukuran pencahayaan dengan metode SATCS sebesar 8 x 100 dikonversi kesatuan Lux dengan menggunakan tabel SATCS. Dari tabel, diketahui bahwa 8 x 100 Lux.

E.

Pembahasan: Berdasarkan hasil praktikum, pengukuran pencahayaan dengan metode SATCS sebesar 900 Lux. Pencahayaan tersebut sudah memenuhi standar pencahayaan untuk laboratorium.

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN

Oleh: Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN POROSITAS TANAH

A. Alat Pipet ukur Gelas ukur

B. Bahan Kuarsa kasar Kuarsa halus Zeolit Air jernih

C. Cara kerja 1. Siapkan tanah yang sudah dikeringkan 2. Masukkan kedalam gelas ukur dengan volume tertentu. (catat volumenya, misal: X) 3. Masukkan / teteskan air sedikit demi sedikit hingga permukaan air rata denganpermukaan tanah. (catat volume air yang digunakan, misal: Y) 4. Hitung porositas tanah (P) dengan rumus : Y P = ------ x 100% X

D. HASIL 1. 2. 3. 4. Lokasi praktek Waktu Sampel Hasil : Laboratorium Poltekes

: Jumat, 8 April 2011 : Kuarsa kasar, Kuarsa halus, Zeolit :

Sampel kuarsa kasar Volume awal (X) = 36 ml Volume air yang digunakan (Y) Porositas tanah = 100 ml = = 36 %

Sampel kuarsa halus Volume awal Volume air yang digunakan Porositas tanah

= 37 ml = 100 ml = = 37 %

Sampel Pasir Kuarsa Volume awal Volume air yang digunakan Porositas tanah

= 50 ml = 100 ml = = 50 %

E. Pembahasan Dari hasil praktikum tersebut diketahui bahwa tiap-tiap pasir mempunyai tingkat porositas yang yang berbeda-beda. Porositas kuarsa kasar sebesar 36%, porositas kuarsa halus sebesar 37%, dan porositas zeolit sebesar 50%. Berdasarkan hasil tersebut, tingkat porositas yang baik berada pada pasir zeolit.yaitu sebanyak 50%. Hal ini dikarenakan jika semakin kasar tanah, semakinbesar porositasnya.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN KEKERASAN PASIR

A. Alat: 1. Pipet ukur 2. Gelas ukur 3. Oven / incubator 4. Pengayak dengan diameter tertentu

B. Bahan: 1. Zeolit 2. Asam sulfat pekat (H2SO4) 3. Air jernih

C. Cara Kerja: 1. Pilih pasir yang akan diuji 2. Pilih diameter tertentu dengan cara diayak 3. Cuci dengan air hingga besih (air bekas cucian betul-betul jernih) 4. Keringkan dalam oven (105oC) 5. Masukkan pasir dengan volume tertentu kedalam gelas ukur (Catat volumenya, misal : A ml). 6. Masukkan secara hati-hati larutan asam sulfat pekat kedalam gelas ukur hingga semua pasir terendam. 7. Diamkan selama 24 jam 8. Setelah 24 jam, kemudian asam sulfat dituang / isatkan.

9. Pasir dicuci dengan air hingga bersih (air bekas cucian betul-betul jernih) 10. Amati volume pasir yang tersisa (catat volume sisa, misal : B ml) 11. Hitung persentasi volume pasir yang keras, dengan rumus sbb. : A-B K = ----------- x 100%

A D. HASIL 1. 2. 3. 4. Lokasi praktek Waktu Sampel Hasil : zeolit : = 50 ml = 30 ml = = 40 % E. Pembahasan: Dari hasil uji kekerasan pasir terhadap sampel pasir diketahui kekerasannya sebesar 40% maka dapat disimpulkan bahwa kualitas kekerasan pasir tidak cukup bagus untuk digunakan (tidak efisien) karena akan terjadi pemecahan/penyusutan pasir pada saat dilakukan back wash. : Laboratorium Poltekes : Jumat, 8 April 2011

Volume sebelum direndam (A) Volume sesudah direndam (B) Kekerasan Pasir

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN PERMEABILITAS TANAH

A. Alat: 1. Pipet ukur 2. Gelas ukur 3. Tabung uji permeabilitas 4. Timer

B. Bahan: 1. Pasir / Tanah 2. Air jernih

C. Cara Kerja: 1. Siapkan tanah yang sudah dikeringkan 2. Pasangkan kain tile (kain kasa/filter) pada alas tabung uji. 3. Masukkan tanah kering kedalam tabung uji setebal minimal 40 Cm. 4. Tutup kran pematus pada tabung uji 5. Masukkan air jernih kedalam tabung uji sampai tanah dimaksud menjadi jenuh (Moisture / kelembaban 100%). 6. Tambahkan air jernih sampai dengan volume tertentu (catat volumenya, misal: J ml) 7. Buka kran pematus, kemudian tampung airnya. Catat lama pembukaan kran (misal: (misal: L ml). 8. Catat sisa air jernih pada tabung uji (misal: S ml) 9. Catat luas tabung uji (misal: A cm2) 10. Hitung permiabilitas tanah (Pm) sbb. Pm = L/K/A ml/menit/cm2 K menit). Catat pula volume air yang tertampung

D. Hasil: Jari-jari tabung (r) Tinggi tabung (t) Waktu (T) Permeabilitas pasir: Hitung Volume tabung : : : 3 cm 6 cm

11 detik

= 3,14 x 32 x 6 = 169,56 cm3 Hitung debit

= 15,45 cm3/detik Hitung luas tabung

= 3,14 x 32 = 28,26 cm2 permeabilitas pasir

= 0,54 cm3/ cm2/detik = 0,54 cm/detik

E. Pembahasan:

Permeabilitas pasir merupakan kemampuan tanah untuk melarutkan air/mengasatkan air. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil

permeabilitas pasir sebanyak 0,54 cm/detik.

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN

Oleh: Arie Nizar Sidqi NIM : P 17433210026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN FORMALIN

A. Alat: Formaldehi test kit

B. Bahan: Sampel makanan

C. Cara kerja

1. Pemeriksaan Konsentrasi tinggi (0 10%) a) Ambil sampel makanan rendam dalam aquadest selama 60 ml, selanjutny dengan spet ambil sampel sebanyak 0,5 ml. b) Masukkan dalam botol proteksi (botol plastic berskala) dan tambah ke dalam reaksi dalam botol reaksi tersebut air yang telah disaring dengan filter khusus. c) Tambah 2 tetes indikatir Alizarin R dan kocok 1) Jika larutan berwarna merah-orange lanjutkan ke langkah 4. 2) Jika larutan berwarna kuning, tambahkan 2 sendok takar bubuk Natrium Sulfat dan aduk sampai larut, jika terdapat formaldehid cairan akan berwarna merah-orange dan lanjutkan ke langkah 4. d) Siapkan spet sampel, awas (ganti ujung penyambungnya dengan yang baru) ambil reagen HI 3838-0 ( hidrclorid acid ) sampai tanda batas pada skala 0. e) Teteskan sedikit demi sedikit reagen HI 3838 dari warna merahorange menjadi kuning. f) Hentikan titrasi ketika terbentuk warna kuning pertama kali dan lihat serta catat pemakaiannya pada spet (skala) kalikan dengan 10, maka akan diperoleh % formalin sampel tersebut.

2. Pemeriksaan konsentrasi rendah (0-1%) Jika pemeriksaan mendapatkan hasil < 1 % maka :

a) Cuci wadah tersebut dengan sampel air yang akan didapatkan b) Isikan lagi ke dalam wadah tersebut sampel air sampai tanda batas 5 ml. c) Tambahkan 2 tetes indikator Alizarin R dan kocok 1) Jika larutan berwarna merah-orange, lanjutkan langkah 4 2) Jika llarutan berwarna kuning tambahkan 2 sendok takar bubuk Natrium Sulfit dan asuk sampai larut, jika terjadi formaldehid cairan akan berwarna merah-orange dan lanjutkan ke langkah 4, d) Sedot reagen HI 3838-0 sampai tandabatas 0. e) Titrasi dengan reagen HI 3838-0 ke dalam wadah reaksi sampai terjadi perubahan warna dari warna asal menjadi kuning. f) Hentikan titrasi ketika terbentuk wanra kuning pertama dan lihat serta catat pemakaiannya pada jarum penyedot, maka akan diperoleh % formalin cairan sampel tersebut.

D. Hasil: Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui hasilnya positif mengandung formalin sebanyak 0,07%.

E. Pembahasan: Sampel makanan yang kami periksa adalah mengandung Formalin, dan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh yang dapat meracuni organ tubuh manusia apalagi bila dikonsumsi secara berlebihan ataupun secara terus menerus yang berakibat akan mengakumulasi didalam tubuh kita.

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN PENCEMARAN UDARA

A. Alat: 1. Gelas Inpinger 2. Flowmeter/Manometr

B. Bahan: Gas yang mengandung sulfur

C. Cara Kerja:

You might also like