You are on page 1of 14

Studi Pengaruh Variasi Material Dasar Terhadap Jumlah Angkutan

Sedimen di Pantai Gresik


Pendahuluan
Estimasi tegangan geser dasar di bawah gelombang non-linear merupakan langkah
penting yang diperlukan dalam angkutan sedimen pemodelan untuk tujuan aplikasi praktis.
Di dalam penelitian sekarang ini, karakteristik lapisan batas bawah gelombang cnoidal pada
permukaan dasar laut yang halus diselidiki melalui laboratorium eksperimental dalam bentuk
terowongan saluran air oleh Laser Doppler Velocimeter (LDV) untuk pengukuran
karakteristik kecepatan. Hasil ini diperiksa oleh model BSL k- yg diusulkan oleh Menter
(1994). Lebih dari itu, metode penghitungan baru tegangan geser dasar untuk gelombang
cnoidal diusulkan. Dan itu akan diperiksa dengan dua metode dasar perhitungan tegangan
geser, tersedia data percobaan dan model k- BSL turbulen. Metode yang diusulkan sangat
diharapkan dengan tersedianya data eksperimen dan model k- BSL turbulen. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa metode yang diusulkan akan memberikan peningkatan secara
signifikan terhadap pemodelan angkutan sedimen untuk gelombang cnoidal.
Bed-load transport umumnya tergantung pada tegangan geser dasar dan kecepatan
dekat bawah gelombang. Banyak penelitian telah dilakukan untuk kondisi gelombang
harmonik, misalnya, Fredsoe dan Deigaard (1992), sedangkan pengetahuan tentang efek
gelombang asimetrik pada bed-load transport sangat terbatas. Tanaka (1998) memperkirakan
tegangan geser dasar pada gelombang non-linear dengan teori sungai diubah fungsi dan
diusulkan formula untuk memprediksi bed-load transport kecuali dekat zona surfing di mana
efek percepatan memainkan peranan penting. Perhitungan tegangan geser dasar adalah
langkah penting yang diperlukan sebagai masukan bagi kebanyakan model angkutan
sedimen. Oleh karena itu, ketepatan perhitungan tegangan geser dasar digunakan untuk
mengevaluasi jumlah angkutan sedimen yang diperoleh dari gelombang harmonik yang perlu
diklarifikasi dengan perhitungan angkutan sedimen digabung dengan efek percepatan dalam
perhitungannya. Dalam makalah ini, metode perhitungan baru tegangan geser dasar yang
diusulkan oleh Suntoyo et al. (2006) berdasarkan penggabungkan kedua istilah kecepatan dan
percepatan diterapkan di perhitungan bed-load transport yang disebabkan oleh gelombang
asimetris. Selanjutnya, usulan baru rumus perhitungan bed-load transport dibandingkan dan
dikaji dengan formula bed-load transport Meyer-Peter dan Muller (1948), Ribberink (1998),
Nielsen (2006). Selain itu, efek percepatan pada kedua tegangan geser dasar dan angkutan
sedimen di bawah gelombang asimetris diperiksa menurut non-linearitas efek gelombang.
Model numerik
Dalam studi ini, model k- dua-lapisan yang disebut sebagai dasar (BSL). Model
seperti yang diusulkan oleh Menter (1994) ini digunakan untuk menguji tegangan geser dasar
hasil perhitungan dan eksperimen. Ide model BSL adalah untuk mempertahankan kekuatan
dan keakuratan formula dari model k- Wilcox di dinding dekat wilayah, dan untuk
mengambil manfaat dari model aliran bebas k- di bagian luar lapisan batas. Yang mengatur
persamaan dari persamaan transpor untuk energi kinetik turbulen k dan disipasi energi kinetik
turbulen dari model BSL adalah,
(1)
(2)
(3)
dimana,
k
, *,

, , dan adalah konstanta model, F


1
adalah fungsi campuran.
Kondisi batas di dinding yang digunakan merupakan kondisi batas tidak slip untuk
kecepatan dan energi kinetik turbulen, yaitu pada z = 0, u = k = 0, dan pada sumbu simetri
dari terowongan berosilasi, gradien kecepatan, energi kinetik turbulen dan tingkat disipasi
spesifik adalah sama dengan nol, yaitu pada z = z
h
, u/z = k / z= Dlz = 0. Pengaruh
kekasaran diperkenalkan melalui dinding kondisi batas Wilcox (1988), sebagai berikut,

Dimana adalah kecepatan gesekan dan paraeter S
R
terkait dengan kekasaran
butiran Reynold Number,

Dalam model ini, persamaan non-linear diselesaikan dengan menggunakan jenis
skema implisit finite-different. Agar mencapai akurasi yang lebih baik di dekat dinding, jarak
grid diizinkan untuk meningkatkan eksponensial. Di dalam jarak 100 dan dalam waktu 7.200
langkah per gelombang siklus digunakan. Konvergensi ini dicapai melalui dua tahap, pada
tahap pertama konvergensi didasarkan pada nilai-nilai berdimensi u, k dan pada setiap
waktu selama siklus gelombang. Kedua tahap konvergensi didasarkan pada tegangan geser
dinding maksimums. Selain itu, batas konvergensi yang telah diatur 1x10
-6
untuk kedua
tahap.
Metode perhitungan tegangan geser dasar
Sketsa definisi untuk gelombang asimetris atau cnoidal diperlihatkan pada Gambar. 1.
Di sini, U
max
adalah kecepatan pada puncak gelombang, periode gelombang T, N
i
= U
max
/
(4)
(5)
adalah parameter gelombang non-linearitas; adalah kecepatan amplitudo total. N
i
yang lebih
tinggi menunjukkan gelombang non-linearitas yang luar biasa, sedangkan gelombang simetris
tanpa non-linearitas memiliki N
i
= 0,50.
Metode baru perhitungan tegangan geser dasar pada gelombang non-linear (cnoidal)
berdasarkan penggabungan istilah kecepatan dan percepatan yang diberikan melalui
kecepatan gesekan sesaat yang diberikan pada Persamaan. (6). Dalam metode perhitungan
baru diusulkan percepatan koefisien baru, a
c
yang mengekspresikan efek non-linearitas pada
tegangan geser dasar pada gelombang cnoidal, yaitu dihitung secara empiris dari kedua
percobaan dan hasil model k- BSL.

Di sini, a
c
adalah nilai koefisien percepatan yang diperoleh dari nilai rata-rata a
c
(t)
yang dihitung dari hasil eksperimen dan hasil model numerik. Hasil nilai rata-rata percepatan
koefisien, a
c
dari kedua eksperimental dan numerik model hasil sebagai fungsi dari indeks
non-linearitas N
i
, diplotkan. Setelah itu, persamaan didasarkan pada garis regresi untuk
menghitung koefisien percepatan, a
c
sebagai fungsi dari N
i
, diberikan sebagai berikut
Gambar 1. Sketsa definisi untuk gelombang cnoidal
(6)
(7)
Peningkatan dalam non-linieritas gelombang memberikan peningkatan nilai
percepatan koefisien, a
c
. Gelombang simetris tanpa non-linearitas mempunyai N
i
, = 0,50,
nilai a
c
sama dengan nol, sehingga istilah percepatan bukan faktor yang signifikan.
Selanjutnya, faktor gesekan gelombang, f
w
diusulkan oleh Tanaka dan Kam (1994) seperti
yang diberikan pada Persamaan (8), digunakan untuk menentukan tegangan geser dasar
untuk semua metode,
Dimana, a
m
adalah amplitudo orbital suatu fluida yang berada diatas suatu lapisan batas.
Sementara, perbedaan fasa antara kecepatan aliran bebas dan tegangan geser dasar,
termasuk efek gelombang skew-ness (sedikit miring) di bawah gelombang skew (miring)
yang digunakan dengan menggunakan relasi yang diusulkan oleh Tanaka et al. (2006).
Formula perhitungan bed load transport
Lapisan aliran laju angkutan sedimen sesaat, q(t) dinyatakan sebagai fungsi Shields
Number *(t) seperti diberikan dalam formula berikut,
Disini, (t) adalah laju angkutan sedimen sesaat yang berdimensi,
s
adalah massa
jenis material dasar, g adalah percepatan grafitasi, d
50
adalah diameter rata-rata partikel pasir,
A adalah koefisien, sign adalah fungsi tanda kurung, *(t) adalah Shields parameter yg
dirumuskan ((t)/(((
s
/)-1)gd
50
)) dimana (t) adalah tegangan geser dasar sesaat. Sementara
*cr adalah Shields Number kritis yang dihitung dengan menggunakan rumus yang diusulkan
oleh Tanaka dan To (1995).
(8)
(9)
Laju transport sedimen rata-rata selama satu periode dinyatakan sebagai berikut
Di sini, merupakan laju angkutan sedimen berdimensi, F adalah fungsi dari
parameter Shields dan q
net
adalah laju angkutan sedimen dalam volume per satuan waktu dan
lebar. Dalam studi ini, kekasaran yang tinggi (k
s
) didefinisikan dengan k
s
= 2,5 d
50
sesuai
dengan kondisi sheet-flow seperti yang ditunjukkan oleh Nielsen (2002). Dengan demikian,
sebuah konstanta A yang digunakan adalah 11. Selanjutnya, integrasi dari pers. (10)
diasumsikan untuk dilakukan hanya dalam fase |*(t)|> *
cr
dan selama fase |*(t)|< *
cr
fungsi
integrasi diasumsikan menjadi nol. Disini digunakan formula bed-load transport oleh
Ribberink (1998), yaitu :
(10)
(11)
Gambar 2. Grafik diagram Shields Parameter (Madsen, 1976)
Formula perhitungan suspended load transport
Dalam hal ini kita ketahui bahwa butiran atau partikel yang mengendap akan
tersuspensi, dalam arti butiran tersebut mempunyai gaya dorong ke bawah agar mencapai
dasar laut. Disini kita mengenal adanya settling velocity atau biasa disebut dengan fall
velocity (kecepatan jatuh). Formula yang mendefinisikan hal tersebut ditunjukkan dibawah
ini, yaitu
( )
50
50
2
50 36
8 . 2
1 5 . 7
36
d
d g s
d
s

,
`

.
|


Dimana,

: viskositas kinematik (m
2
/s)
d
50
: diameter butiran rata-rata (m)
s : berat jenis (
s
/) (kg/m
3
)
g : percepatan grafitasi (m/s
2
)
Dalam suatu eksperimen, Einsten (1950) menemukan suatu metode integral dengan
integrasi numerik untuk mempermudah perhitungan suspended-load transport. Integrasi
numerik tersebut ditunjukkan dalam formula dibawah ini
( )
( )
dB
B
B
A
A
I
z
A
z
z


,
`

.
|

1
1
1
1
1
216 . 0
( )
( )
dB B
B
B
A
A
I
z
A
z
z
ln
1
1
216 . 0
1
1
2


,
`

.
|

Dimana,
A : konstanta, (Hr/h) dengan Hr = 100 d
50
dan h (kedalaman)

z
: elevasi kedalaman, { s

/( u
*
)} dengan = 0.4
Dengan demikian dapat dihitung besarnya suspended-load transport dengan
menggunakan formula dari Bijkers (1971), yaitu

,
`

.
|
+

,
`

.
|

2 1
033 . 0
ln 83 . 1 I
k
h
I q q
s
B S
Perhitungan total transport
(12)
(14)
(13)
(15)
Total transport yang dipakai dalam perhitungan ini adalah formula yang dirumuskan
oleh Bijkers (1971), dimana hal tersebut merupakan keseluruhan dari jumlah total angkutan
sedimen baik bed-load maupun suspended-load. Dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
S B T
q q q +
Analisa data dan pembahasan
Dibawah ini adalah data awal yang telah diperoleh dalam suatu eksperimen,
didapatkan sebagai berikut :
U
max
(cm/s)
Ni a
m
/k
s
z
o
(cm)
t
(s)
U/t
(m/s
2
)
352 0.58 112 0.05 3 3 1.15
U
(m/s)

s
(kg/m
3
)

(kg/m
3
)

(m
2
/s)
h
(m)
d
50
(mm)
Re
1.5 2650 1025 10
-6
2 0.2 4.08 x 10
5
Langkah penyelesaian :
1. Menghitung sediment fluid parameter (S
*
)
( )
4
1
50 50
*
d g s d
S

= 2.79
Dari grafik diagram Shields parameter pada gambar 2, didapatkan harga
c
= 0.052
2. Menghitung friction velocity (U
*
)
(16)

50
*
Re
d U

Dimana,
50
Re
*
d
U

= 2.04 m/s
3. Menentukan faktor gesekan gelombang (f
w
)
k
s
= 30 z
0
= 0.015 m
a
m
/k
s
= 112, dimana a
m
= 1.68 m

'

'

,
`

.
|

a
8.071 + 7.53 - exp
-0.1
0
m
z
f
w
= 0.019
4. Menghitung tegangan geser dasar (
b
)
a
c
= 0.592 1n (Ni) + 0.411 = 0.089

'

'

,
`

.
|
+
t
U a
t f U
b
c
b
w

2 / *

'

'

,
`

.
|
+ ) 15 . 1 (
089 . 0 3
3 2 / 019 . 0 04 . 2
b b

b

= 0.173 N/m
2
5. Menghitung tegangan geser dasar kritis (
c

)
( )
50
1
/
d g s
c
c


( )
50
1 d g s
c c

= 0.166 N/m
2
6. Baru kemudian didapatkan bed-load transport (
b
) dengan formula Ribberink (1998)
sebagai berikut :
( ) ( )
65 . 1
11
c b b b

= 0.000529
s m
m

3
7. Menghitung settling velocity ()
( )
50
50
2
50 36
8 . 2
1 5 . 7
36
d
d g s
d
s

,
`

.
|

= 0.02 m/s
8. Menentukan konstanta A dan elevasi kedalaman

z
h
k
A
s
= 0.0075 dan


u
z
s

= 0.025
9. Selanjutnya didapatkan integral yang diusulkan oleh Einstein (1950) dengan integrasi
numerik, yaitu :
( )
( )
dB
B
B
A
A
I
z
A
z
z


,
`

.
|

1
1
1
1
1
216 . 0
= 0.33
( )
( )
dB B
B
B
A
A
I
z
A
z
z
ln
1
1
216 . 0
1
1
2


,
`

.
|

= - 1.67
10.
Dari hasil diatas, didapatkan suspended-load transport yang dirumuskan dengan
persamaan sebagai berikut :

,
`

.
|
+

,
`

.
|

2 1
033 . 0
ln 83 . 1 I
k
h
I q q
s
B S

= 0.001036
s m
m

3
11. Selanjutnya kita dapatkan angkutan sedimen total (
T
q
), yaitu :
S B T
q q q +
= 0.000529 + 0.001036
= 0.00157
s m
m

Jadi dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa tegangan geser dasar
sangat mempengaruhi besarnya angkutan sedimen total yang terjadi terutama dalam
perhitungan laju angkutan sedimen (bed-load). Jika semakin besar tegangan geser
dasar yang dihasilkan, maka semakin besar pula laju angkutan sedimen (bed-load).
Dengan demikian, hal tersebut akan mempengaruhi juga besarnya angkutan sedimen
total yang dihasilkan.
Faktor yang menyebabkan besar kecilnya tegangan geser dasar yaitu friction
velocity (U*), dimana friction velocity tersebut di pengaruhi oleh variasi nilai dari
Reynold Number (Re) serta diameter butiran partikel (d
n
). Oleh sebab itu, pengaruh
dari semua parameter-parameter yang ada sangat signifikan.
Kesimpulan
Disini dapat disimpulkan nilai dari tegangan geser dasar dan angkutan
sedimen total sebagai berikut :
1. Harga tegangan geser dasar didapatkan sebesar 0.173 N/m
2
2. Angkutan sedimen total sebesar 0.00157 m/(m*s)
Dengan adanya hasil angkutan sedimen total tersebut dapat disimpulkan pula
bahwa akan terjadi banyaknya sedimentasi di sepanjang garis pantai.
Referensi
Freds0e, J. and Deigaard, R. 1992. Mechanics of coastal sediment transport, World
Scientific, 369 pp.
Menter, F. R.: Two-equation eddy-viscosity turbulence models for engineering
applications, AIAA Journal, 32-8, 1994, pp. 1598-1605.
Meyer-Peter, E. and Mller, R. (1948). Formulas for bed load transport.
Proceedings 2nd Congress of the Int. Ass. Hydraulics Structures Research,
Stockholm.
Nielsen, P. 1992. Coastal bottom boundary layers and sediment transport, World
Scientific, 324 pp.
Ribberink, J. (1998). Bed-load transport for steady flows and unsteady
oscillatory flows. Coastal Engineering 34, 52-82.
Suntoyo, Tanaka, H. and Yamaji, H.: New method for calculating bottom shear
stress under skew waves, Journal of Applied Mechanics, Vol. 7, pp. 1089-
1097, 2004.
Tanaka, H. 1998. Bed load transport due to non-linear wave motion, Proceedings of
2T' International Conference on Coastal Engineering, ASCE, 1803-1817.
Tanaka, H. and Samad, M.A. 2006. Prediction of Instantaneous Bottom Shear Stress
for Turbulent Plane Bed Condition under Irregular Wave, Journal of
Hydraulic Research, Vol.44, No.l, 94-106.
Tanaka, H. and To, D.V. 1995. Initial motion of sediment under waves and
wave-current combined motions, Coastal Engineering, 25, 153-163.
Tanaka, H, Suntoyo and Sana, A. 2006. Numerical investigation on a rough bed
turbulent boundary layer under cnoidal wave motion, Proceedings of 7th
International Conference on Hydro-science and Engineering (in press)
Wilcox, D.C.: Reassessment of the scale-determining equation for advanced
turbulent models, AIAA Journal, 26-11, 1988, pp. 1299-1310.

You might also like