You are on page 1of 11

Nama : Yelifia Wulan Puriwardani Nim : 01104704004

SAMPLING AUDIT
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.1 Seksi ini memberikan panduan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel audit. Standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan, "Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit." Kedua pendekatan sampling audit di atas, jika diterapkan dengan semestinya, dapat menghasilkan bukti audit yang cukup. Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit: nonstatistik dan statistik. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan. Panduan dalam Seksi ini berlaku baik untuk sampling audit secara statistik maupun nonstatistik. 1. SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN Konsep-konsep sampling dalam perencanaan, prosedur penentuan jumlah sampling, penentuan sampling bukti pengujian pengendalian dan penentuan sampling bukti pengujian substantive. Adapun langkah-langkah dalam melakukan sampling yaitu : Perbandingan Sampling Untuk Pengujian Atas Rincian Saldo dan Untuk Pengujian pengujian Pengendalian pengendalian serta serta Pengujian pengujian Substantif substantif atas atas Transaksi transaksi Tujuan : Membedakan sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo dan Sebagian besar konsep sampling untuk pengujian pengendalian dan pengujian

substantif atas transaki dapat juga diterapkan bagi sampling pengujian atas rincian saldo. Dalam kedua kasus auditor ingin membuat kesimpulan mengenai populasi secara keseluruhan berdasarkan sampel. Karena pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan pengujian atas rincian saldo. Untuk mengatasi resiko sampling, auditor dapat menggunakan metode non statistik atau statistik atas ketifa jenis pengujian tersebut. Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi dan pengujian atas rincian saldo terletak pada apa yang ingin diukur oleh auditor. Jenis pengendalian Apa yang diukur 1. Pengujian pengendalian 2. Pengujian substantif atas transaksi 3. Pengujian atas rincian saldo, Keefektifan operasi pengendalian internal 4. Keefektifan pengendalian 5. Kebenaran moneter transaksi dalam sistem akuntasi 6. Apakah jumlah dolar saldo akun mengandung salah saji material. 1. Sampling Nonstatistik Langkah-langkah tersebut selaras dengan 14 langkah yang digunakan untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, walaupun tujuannya berbeda. Tujuan : menerapkan sampling nonstatistik untuk pengujian atas rincian saldo. Langkah-langkah sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo Merencanakan sampel Langkah-langkah sampling audit untuk pengujian dan pengujian substantif atas transaksi. pengendalian

Merencanakan sampel Menyatakan tujian pengujian audit Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. Mendefinisikan salah saji. Mendefinisikan populasi. Mendefinisikan unit sampling.

Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah..

1. Menyatakan tujuan pengujian audit. 2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. 3. Mendefinisikan antribut dan kondisi pengecualian. 4. Mendefinisikan populasi. 5. Mendefinisikan unit sampling. 6. Menetapkan tongkat pengecualian yang dapat ditoleransi. 7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah (ARACR). 2. Sampling berstratifikasi Untuk sampling nonstratistik dalam pengujian atas rincian saldo, unit sampling hampir selalu merupakan item yang membentuk saldo akun. Bagi semua penerapan sampling statistik dan nonstatistik, auditor beresiko membuat kesimpulan kuantitatif yang tidak tepat mengenai populasi. Hal ini akan selalu terjadi kecuali auditor menguji 100 persen populasi. Risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah (acceptable risk of incorrect acceptance = ARIA) adalah jumlah risiko yang bersedia ditanggung auditor karena menerima suatu saldo sebagai benar padahal salah saji yang sebenarnya dalam saldo tersebut melampaui salah saji yang dapat ditoleransi. ARIA sebenarnya mengukur keyakinan yang diinginkan auditor atas suatu saldo akun. Auditor menggunakan sampling nonstatistik tidak dapat mengukur formal kesalahan sampling sehingga harus mempertimbangkan secara subjektif kemungkinan bahwa salah saji populasi yang sebenarnya melampaui jumlah yang dapat ditoleransi. Auditor melakukan hal ini dengan mempertimbangkan : 1. Perbedaan antara titik estimasi dan salah saji yang dapat ditoleransi (yang disebut kesalahan penghitungan sampling). 2. Sejauh mana item dalam populasi telah diaudit 100 persen. 3. Apakah salah saji cenderung mengoffset atau hanya bersifat satu arah. 4. Jumlah salah saji individual. 5. Ukuran sampel

Ukuran sampel dianggap besar, auditor akan lebih bersedia menerima bahwa salah saji populasi yang sebenarnya lebih kecil dari salah saji yang dapat ditoleransi. Akan tetapi, jika salah satu atau lebih kondisi lainnya tersebut dapat mempertimbangkan peluang salah saji itu melebihi ditoleransi adalah tinggi dan populasi yang tercatat tidak jumlah berbeda, yang auditor dapat

dapat diterima. Auditor

harus menganalisis salah saji untuk memutuskan apakah setiap memodifikasi model risiko audit memang diperlukan. Dalam paragraph sebelumnya, jika auditor menyimpulkan bahwa kelalaian untuk mencatat retur lemahnya pengendalian internal, auditor mungkin perlu pengendalian. 3. Tindakan Yang Diambil Apabila Populasi Ditolak Pada titik tersebut, auditor a. b. c. d. e. 4. telah selesai. Melaksanakan pengujian audit yang diperluas pada bidang tertentu Meningkatkan ukuran sampel. Menyesuaikan saldo akun Menolak untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. memiliki beberapa tindakan yang dapat dilakukan. yang menilai disebabkan kembali risiko

Tidak mengambil tindakan hingga pengujian atas bidang audit lainnya

Sampling Unit Moneter Sampling unit moneter yaitu inovasi dalam metodologi sampling statistik yang

dikembangkan secara khusus untuk digunakan oleh auditor. Yang merupakan metode sampling statistik yang paling umum digunakan untuk pengujian atas rincian saldo karena memiliki kesederhanaan statistik bagi sampling atribut serta memberikan hasil statistik yang diekspresikan dalam satu dolar (atau mata uang lainnya yang sesuai). Perbedaan antara sampling unit moneter (MUS) dan sampling nonstatistik Auditor menggeneralisasi dari sampel ke populasi dengan menggunakan teknik MUS. Mengevaluasi dari sampel populasi jika tidak ada salah saji yang ditemukan menggunakan MUS.Persentase asumsi salah saji yang tepat. Empat aspek dalam menggeneralisasi dari sampel ke populasi yang kita bahas sebelumnya masih dapat diterapkan, tetapi penggunaannya telah dimodifikasi sebagai berikut :

1.Jumlah lebih saji dan kurang saji ditangani secara terpisah dan kemudian digabungkan. 2.Asumsi salah saji yang berbeda dibuat untuk setiap salah saji, termasuk salah saji nol. 3.Auditor harus berhadapan dengan lapisan CUER dari tabel sampling atribut. 4.Asumsi salah saji harus dikaitkan dengan setiap lapisan. Sebagian besar pengguna MUS yakin bahwa pendekatan ini terlalu konservatif jika da jumlah yang mengoffset. Jika ditemukan jumlah kurang saji, sangatlah logis dan jumlah akal bahwa batas jumlah lebih saji harus lebih rendah ketimbang tidak ada jumlah kurang saji yang ditemukan, dan sebaliknya. Penyesuaian atas batas untuk mengoffset jumlah dilakukan sebagai berikut. 1. Titik estimasi salah saji dibuat untuk jumlah lebih saji dan kurang saji. 2. Setiap batas dikurangi sebesar titik estimasi sebaliknya. Memutuskan akseptabilitas populasi dengan menggunakan MUS. Tinjauan kita mengenai MUS mencakup langkah untuk menentukan ukuran sampel, tetapi kita telah menunggu hingga saat ini guna membahas metode untuk melakukan penghitungan tersebut, karena anda akan terlebih dahulu harus memahami asumsi salah saji rata-rata. a. Materialitas. b.Asumsi persentase rata-rata salah saji untuk item populasi yang mengandung salah saji. c.Risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah (ARIA) d.Nilai populasi yang tercatat. e.Estimasi tingkat pengecualian. Audit dengan menggunakan sampling unit moneter. Sampling unit moneter (MUS) memiliki sedikitnya empat fitur yang menarik bagi auditor. : 1. 2. 3. MUS secara otomatis akan meningkatkan kemungkinan memilih item MUS dapat mengurangi biaya pelaksanaan pengujian audit karena MUS mudah diterapkan. dolar yang tinggi dari populasi yang sedang diaudit. beberapa item sampel akan diuji sekaligus.

4.

MUS

menghasilkan

kesimpulan

statistik

dan

bukan

kesimpulan

nonstatistik. Terdapat dua kelemahan utama MUS. 1. 2. Total batas salah saji yang dihasilkan ketika salah saji ditemukan Sulit memilih sampel PPS dari populasi yang besar tanpa bantuan mungkin terlalu tinggi untuk digunakan oleh auditor. computer. 5. Sampling Variabel Sampling variabel, seperti MUS, adalah metode statistik yang digunakan oleh auditor. Sampling variabel dan sampling nonstatistik untuk pengujian atas rincian saldo, memiliki tujuan yang sama-sama untuk mengukur salah saji dalam suatu saldo akun. Seperti halnya dengan sampling nonstatistik. Metode variable Auditor menggunakan proses inferensi statistik sebelumnya bagi semua metode sampling variabel. Setiap metode dibedakan menurut apa yang sedang diukur. Ketiga variabel itu antara lain : a. b. c. Estimasi perbedaan Estimasi rasio Estimasi rata-rata per unit

Metode statistik sentratifikasi Perhitungan dilakukan bagi setiap strata dan kemudian digabung menjadi satu estimasi populasi secara keseluruhan untuk interval keyakinan populasi secara menyeluruh. Hasilnya diukur secara statistik. Stratifikasi dapat diterapkan pada estimasi perbedaan, rasio, dan rata-rata per unit, tetapi paling sering digunakan dengan estimasi rata-rata per unit. 6. Ilustrasi Penggunaan Estimasi Perbedaan Tujuan : menggunakan estimasi perbedaan dalam pengujuan atas rincian saldo. Menyatakan tujuan pengujian audit. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. Mendefinisikan kondisi salah saji.

Mendefinisikan populasi Mendefinisikan unit sampling Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi. Menetapkan risiko yang dapat diterima. Mengestimasi saji dalam populasi Menghitung ukuran sampel awal. Memilih sampel. Melaksanakan prosedur audit. Menggeneralisasi dari sample populasi

2. SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN GAMBARANNYA PADA PENERAPANNYA A. KONSEP-KONSEP SAMPLING DALAM PERENCANAAN Sampling Audit Standar audit mendefinisikan sampling audit (audit sampling) sebagai penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakterisrik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut (SA seksi 350.01). Fakta bahwa audit menggunakan sampling juga diberitahukan kepada pengguna laporan keuangan dengan kalimat suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian yang terdapat pada paragraf ruang lingkup laporan audit. Risiko sampling Risiko sampling adalah kemungkinan bahwa sampel yang telah diambil tidak mewakili populasi, sehingga sebagai akibatnya, atas dasar sampel tersebut auditor menarik kesimpulan yang salah atas saldo akun atau kelompok transaksi. Karena risiko sampling, auditor menghadapi kemungkinan bahwa sampling dapat mengakibatkan salah-satu dari kekeliruan keputusan tersebut : (1) memutuskan bahwa populasi yang diuji tidak dapat diterima, padahal sebenarnya dapat, dan (2) memutuskan bahwa populasi yang diuji dapat diterima, padahal sebenarnya tidak dapat. Dalam istilah statistik, kekeliruan ini dikenal tipe I dan tipe II. Secara formal, kekeliruan tipe I dan II dapat didefinisikan sebagai berikut :

Resiko Menolak Kesalahan (Risk of Incorrect rejection) tipe I.

Pada pengujian pengendalian internal, merupakan resiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa pengendalian tidak berjalan secara efektif, padahal pada kenyataannya pengendalian berjalan dengan efektif. Saat auditor mengevaluasi tingkat keandalan pengendalian dalam konteks audit laporan keuangan, risiko ini dikenal sebagai risiko ketergantungan yang rendah ( risk of underreliance) atau risiko penentuan tingat resiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high). Risiko menerima kesalahan (Risk of incorrect acceptance) tipe II. Dalam pengujian pengendalian, merupakan risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa pengendalian beroperasi secara efektif, padahal kenyataannya tidak efektif. Jika auditor mengevaluasi tingkat keandalan pengendalian dalam konteks audit laporan keuangan, risiko ini dikenal sebagai risiko ketergantungan yang berlebih ( risk of overreliance) atau risiko penentuan tingkat resiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low). Ketidakpastian yang berkaitan dengan risiko nonsampling ini dapat dikendalikan dengan pelatihan yang cukup, perencanaan yang memadai dan supervise yang efektif. Faktor penting dalam menentukan ukuran sample yaitu : Tingkat keyakinan Anda dapat menetapkan tingkat resiko sampling yang dapat diterima dengan mempertimbangkan jumlah keyakinan yang akan ditempatkan dalam pengujian dan konsekuensi dari kekeliruan. Sebagai contoh, auditor menetapkan risiko sampling untuk suatu penerapan sampling tertentu sebesar 5%, yang menimbulkan tingkat keyakinan 95 %. Tingkat keyakinan dan resiko sampling berhubungan dengan ukuran sampel: semakin tinggi tingkat keyakinan dan semakin rendah risiko sampling. Kekeliruan yang dapat diterima dan diperkirakan Bila tingkat keyakinan yang diinginkan telah ditetapkan, ukuran sampel yang memadai ditentukan terutama oleh seberapa besar kekeliruan yang dapat diterima melebihi kekeliruan yang diperkirakan. Semakin kecil perbedaan antara kedua variable tersebut, semakin

tepat seharusnya hasil sampling, dan oleh karena itu semakin besar ukuran sample yang diperlukan. B. PROSEDUR PENENTUAN SAMPLING Saat auditor memilih sampel, mereka bisa mengambil paling tidak dua jalur, jalur pertama mengarah ke sampel terarah (directed sample); yang kedua merupakan sampel acak (random sample). Sampel terarah atau sampel bertujuan digunakan bila auditor mencurigai adanya kesalahan serius atau manipulasi dan ingin mendapatkan bukti untuk mendukung kecurigaan mereka atau menemukan sebanyak mungkin hal yang mencurigakan. Proses ini tidak ada kaitannya dengan sampling statistik, jadi murni merupakan pekerjaan mendeteksi. Sampel acak berupaya mencerminkan populasi tempat diambilnya sedekat mungkin. Bila auditor mengambil sampel acak, mereka mencoba mengambil gambar, berupa miniature,dari catatan atau data dalam jumlah yang sangat besar yang membentuk populasi tempat sampel di pilih. Makin besar sampel, makin dekat sampel tersebut mencerminkan populasi. Dalam bahasa audit, sampel tersebut kemudian dinamakan representative atau mewakili. Sampling statistik memungkinkan auditor mengukur risiko pengambilan sampelyaitu risiko bahwa suatu sampel tidak mencerminkan populasi. Untuk mengukur risiko tersebut secara statistik maka pemilihan sampel tersebut haruslah acak. Sampling nonstatistik tidak memungkinkan auditor untuk mengukur risiko pengambilan sampel secara obyektif, karena setiap unit populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih. Namun, sampling non statistic bisa bernilai untuk rancangan sampling terarah atau bentuk lain dari sampling menggunakan pertimbangan. Adapun langkah-langkah penerapan sampling atribut sebagai berikut :

Langkah 1: Menetapkan tujuan pengujian, standar audit mengharuskan penerapan sampling direncanakan dengan baik dengan mempertimbangkan hubungan sampel dengan tujuan pengujian. Sebagai contoh, pada proses pendapatan, penagihan dilakukan setelah barang dikirimkan. Oleh karena itu, tidak ada transaksi penjualan yang harus di catat sampai ada dokumen pengiriman yang telah diotorisasi dengan tepat. Auditor dapat menguji melalui sampel apakah faktur penjualan sudah dicatat secara memadai dengan memeriksa dokumen pengirimannya. Langkah 2 : Mendefiniskan populasi sampling. Seluruh atau sebagian unsur-unsur yang terdapat pada kelompok transaksi merupakan populasi sampling. Sebagai contoh, misalkan auditor akan memeriksa efektivitas pengendalian yang dirancang untuk memastikan bahwa pengiriman ke pelanggan telah ditagih, yaitu dengan menguji apakah seluruh pengiriman, pada kenyataannya telah ditagih. Jika auditor menggunakan populasi faktur penjualan sebagai populasi sampling, auditor tidak akan dapat mendeteksi barang yang sudah dikirim, tetapi belum tertagih, karena populasi faktur penjualan merupakan penjualan yang telah ditagih. Pada contoh ini, populasi sampling yang benar untuk menguji asersi kelengkapan kelengkapan adalah populasi seluruh barang yang telah terkirim yang didokumentasikan dalam dokumen pengiriman. Langkah 3 : Menentukan ukuran sampel. Masukan utama dalam menentukan ukuran sampel adalah tingkat keyakinan yang diinginkan, tingat penyimpangan yang dapat diterima, dan tingkat penyimpangan populasi yang diperkirakan. Langkah 4 : Pemilihan unsur sample Standar audit mensyaratkan bahwa unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampelnya dapat diharapkan mewakili populasi. Oleh karena itu, semua unsur harus memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Langkah 5 : Pelaksanaan Prosedur Audit Setelah unsur sampel dipilih, auditor melaksanakan prosedur audit yang telah direncanakan. Melanjutkan contoh terdahulu tentang pengujian kelengkapan transaksi penjualan, auditor akan memeriksa paket faktur penjualan untuk mengetahui keberadaan dokumen pengiriman yang mendukung setiap faktur penjualan. Jika dokumen pengiriman ada, auditor akan

menyimpulkan bahwa pengendalian telah dilaksanakan secara memadai. Jika dokumen pengiriman tidak ada, unsur sampel tersebut dianggap sebagai penyimpangan terhadap prosedur pengendalian evaluasi. Langkah 6 : Menghitung tingkat penyimpangan sampel dan tingkat penyimpangan tertinggi yang dihitung. Setelah menyelesaikan prosedur-prosedur audit, auditor membuat ikhtisar penyimpangan untuk setiap pengendalian yang diuji dan mengevaluasi hasilnya. Sebagai contoh, jika ditemukan 2 penyimpangan dalam sampel yang berisi 50 unsur, tingkat penyimpangan sampel adalah 4 % ( 2:50). Langkah 7 : Menarik kesimpulan akhir Untuk menarik kesimpulan atas pengujian pengendalian pada penerapan sampling, auditor membandingkan tingkat penyimpangan yang dapat diterima dengan tingkat penyimpangan tertinggi yang dihitung. Jika tingkat penyimpangan tertinggi yang dihitung lebih rendah dari tingkat penyimpangan yang dapat diterima, auditor dapat menyimpulkan bahwa pengendalian dapat diandalkan. Jika tingkat penyimpangan tertinggi yang dihitung melebihi tingkat penyimpangan yang dapat diterima, auditor harus menyimpulkan bahwa pengendalian tidak berjalan pada tingkat yang dapat diterima.

You might also like