You are on page 1of 175

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN P ROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP MUHAMMADIYAH 2 BANGIL DALA M PEMBELAJARAN KONSEP ATOM, ION, DAN MOLEKUL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE Asni Harumindari1,2 Anggraeni Sayu M2 Linda Isnawati2 Muntholib3 1 SMPN 2 Rembang Pasuruan, SMP Muhammadiyah Bangil 2 Pasuruan, 3 Jurusan Kimia F MIPA Universitas Negeri Malang 2 Abstrak: Makalah ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sebuah proses pembelaja ran Kimia yang dilakukan dengan menggunakan Model Pembelajaran Scramble. Kompete nsi Dasar pembelajaran ini adalah Menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul. Pembe lajaran berlangsung di kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Bangil tanggal 31 oktober 2009 dengan guru model Linda Isnawati R, Guru IPA SMP Muhammadiyah 2 Bangil. Tu juan penerapan Model Pembelajaran Scramble ini adalah untuk meningkatkan partisi pasi dan aktifitas siswa dalam pembelajaran konsep atom, ion, dan molekul yang s elama ini terasa membosankan dan sulit dipahami. Penerapan model ini diharapkan juga sesuai dengan karakteristik siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Bangil ya ng sangat aktif dan visual. Dengan model pembelajaran scramble ini diharapkan si swa dapat lebih aktif belajar melalui permainan yang dilakukan dengan cara memas angkan kartu soal dengan kartu jawaban yang disediakan. Permainan lebih diaktifk an dengan kompetisi antar kelompok siswa untuk mendapatkan poin sebagai reward. Hasil pembelajaran menunjukkan bahwa: (1) menurut pengamatan observer aktifitas siswa mencapai 80 % dan (2) berdasarkan hasil evaluasi 75% siswa dapat menjawab kuis tentang konsep atom, ion, dan molekul dengan baik. Kata kunci: Sramble, Kim ia, Atom, Ion Molekul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut setiap guru agar dapat menge mbangkan daya kreatif untuk menjamin terlaksananya pembelajaran yang aktif, krea tif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) Salah satu cara untuk menginspirasi kreati vitas adalah dengan melakukan pengamatan pada sebuah pembelajaran yang dilakukan oleh orang (guru) lain. Dan tulisan atau makalah ini adalah salah satu contoh h asil sebuah pengamatan yang kami lakukan (oleh kelompok kami) pada sebuah pembel ajaran open class yang dilakukan oleh Guru Model dari SMP Muhammadiyah 2 Bangil (Linda Isnawati R), dan oleh karena uniknya pembelajaran itu berdasar hasil obse rvasi, kami tertarik untuk diangkat menjadi makalah pada Seminar Nasional Lesson Study 3 dengan maksud FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 dan tujuan ingin berbagi pengalaman dengan para peserta seminar. Pendidikan pada dasarnya untuk merubah kondisi dari tidak bisa menjadi bisa atau dari tidak tah u menjadi tahu atau menjadi lebih tahu dari kondisi sebelumnya. Masalah utama ya ng umum yang dialami guru dalam kelas pada saat menyampaikan materi pembelajaran adalah adanya kejenuhan siswa dalam belajar, siswa tidak optimis atau tidak sem angat dalam mengikuti proses pembelajaran. Secara pribadi kondisi seperti ini se ring kita alami sehingga dibutuhkan solusi untuk merubah kondisi dari kondisi je nuh dan statis menjadi kodisi dinamis yang enjoy dalam proses pembelajaran. 1

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Seperti yang telah ditulis oleh Wahyu Indah A (PTK, 2009) bahwa pembelajaran yan g menyenangkan (Joyful Learning) bukan semata-mata pembelajaran yang mengharuska n siswa tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya t erdapat kohesi kuat antara guru dengan siswa dalam suasana yang sama sekali tida k ada tekanan, yang ada hanyalah jalinan komunikasi yang saling mendukung (Achma d Sapari, 2003). Dengan joyful learning, melalui model scramble, diharapkan dapa t membuat siswa merasa nyaman dan senang dengan pelajaran kimia. Pembelajaran me nyenangkan dapat dilakukan dengan banyak hal, antara lain dengan bercerita, bern yanyi, gerak tubuh, menari, dan sebagainya. Di samping itu dapat juga dilakukan dengan bermain sambil belajar. Setiap pembelajaran memiliki tantangan dalam pros es pembelajaran, termasuk Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada pembela jaran IPA bertujuan agar siswa memahami fenomena alam dan konsep-konsep IPA seca ra sederhana serta mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah, kritis, kre atif, dan inovatif dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi (BSNP, 2006). Tema kegiatan pembelajaran yang diamati oleh kelompok kami adalah Mengaktifkan Pe mbelajaran Kimia Melalui Model Pembelajaran Scramble pada Materi Menjelaskan Kon sep Atom, Ion, dan Molekul. METODE 1. Pada kegiatan pendahuluan dengan waktu 10 menit, melakukan kegiatan apersepsi dengan langkah sebagai berikut: 2. Meminta salah satu siswa untuk maju ke depan kelas untuk memotong kentang menjadi 4 bagian yang sama besar, kemudian mengamb il bagian untuk di potong kembali menjadi 4 bagian. Kemudian siswa melanjutkan p emotongan sampai diperoleh bagian kentang terkecil dan tidak dapat dibagi lagi ( salah seorang siswa maju dan melakukan pemotongan) 3. Memberikan pertanyaan seca ra klasikal, bagaimanakah sifat dari kentang hasil pemotongan pertama, kedua, sam pai pemotongan terakhir? (Diharapkan siswa menjawab sama, bila tidak ada yang menja wab maka guru memberikan penjelasan bahwa sifat dari kentang hasil pemotongan pe rtama sampai pemotongan terakhir adalah sama). Kegiatan inti, direncanakan 45 me nit, dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Guru terlebih dahulu menyampaikan tu juan pembelajaran. 2. Guru memberikan penjelasan singkat tentang pengertian atom , ion, dan molekul serta memberikan contoh-contohnya (siswa memperhatikan dan me ncatat informasi yang diperlukan) 3. Siswa melakukan kegiatan 1, dengan tahaptah ap sebagai berikut: 4. Guru membagikan 1 amplop berisi 5 kartu soal, dan satu am plop berisi 5 kartu jawab pada masing-masing kelompok. 5. Guru meminta tiap kelo mpok untuk memasangkan kartu soal dan kartu jawab hingga diperoleh. 6. Guru memi nta salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas. Dua si swa melakukan kegiatan 2, dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Guru membagikan 5 amplop berisi rumus kimia (Perwakilan kelompok mengambil amplop, kemudian kem bali ke kelompok masingmasing) 2. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk membu ka salah satu amplop (Siswa mengambil rumus kimia yang ada dalam amplop kemudian mendiskusikannya) 3. Guru memberikan waktu selama 3 menit pada masing-masing ke lompok untuk mencocokkan rumus kimia yang ada di dalam amplop dePada waktu kegiatan open class dimulai, diawali dulu dengan kegiatan plan yaitu diskusi mengenai bagaimana alur pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan d icapai oleh siswa kelas VIII B nantinya. Penulis menginginkan apersepsi yang mer angsang keingintahuan siswa untuk benar-benar mempelajari materi atom, ion dan m olekul dengan membawahkan bahan yang sudah diketahui dan digunakan oleh siswa, s edangkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah: Siswa dapat menjelaskan pengertian atom, kation, anion, molekul unsur, dan molekul senyawa. Siswa dapat mengelompokkan beberapa rumus kimia berdasarkan konsep atom, kation, anion, mole kul unsur, dan molekul senyawa. Kemudian dari hasil diskusi dibuatlah langkah pe mbelajaran sebagai berikut: FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN 4. 5. 6. 7. ngan tabel di papan tulis (dan seterusnya sampai amplop yang ke 5) Kelompok yang telah menemukan jawaban segera berlari ke depan kelas, memasangkan jawabannya, dan menjelaskannya pada kelompok yang lain. Guru memberikan poin kepada jawaban kelompok. Cepat benar : 10 Cepat salah :5 Lambat benar :7 Lambat salah :3 Guru m emberikan penjelasan dan penegasan Memberikan penghargaan pada kelompok yang mem iliki kinerja bagus dan benar dengan sintaks scramble sebagai berikut sebagai berikut: 1. Guru menyi apkan kartu soal sesuai dengan topik pembelajaran 2. Guru menyiapkan kartu jawab an sesuai dengan topik pembelajaran. 3. Guru menyajikan materi sesuai dengan top ik pembelajaran. 4. Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban pada siswa. 5. Siswa memasangkan kartu soal dan kartu jawaban hingga diperoleh pasangan yang te pat. Berdasar sintaks yang telah dilakukan oleh guru model, diperoleh catatan da ri observer bahwa model scramble tepat digunakan untuk materi menjelaskan atom, ion dan molekul di kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Bangil dengan alasan: Kondisi mayoritas siswa kelas VIII B termasuk dalam golongan visual yang mudah menginga t apa yang dilihat daripada apa yang didengar. Siswa kelas VIII B sebagian besar adalah siswa yang tergolong aktif bergerak dan berbicara, diharapkan dengan men erapan model pembelajaran scramble akan memacu keberhasilan mereka dalam belajar . Berbagai bentuk kartu soal dan kartu jawab yang tersedia dan dimasukkan di dal am amplop dapat memotivasi siwa untuk memahami materi atom, ion, dan molekul ter bukti 80 % kelompok siswa dapat mencari pasangan dari kartu-kartu tersebut serta diikuti dengan presentasi setiap kelompok siswa tentang kartu yang dipegang ole h kelompoknya (kelompok 1, 2, 3, dan 4) Keaktifan siswa mengikuti pelajaran kimi a sangat tinggi, terbukti setiap kelompok berlomba siapa yang tercepat menyelesa ikan tugasnya dengan maju ke depan setiap wakil kelompok untuk menempelkan jawab an yang diperoleh. Model scramble juga memupuk kerja sama setiap kelompok, terbu kti saat guru memberikan aba-aba untuk membuka amplop setiap kelompok segera ker ja sama membuka dan menyelesaikan tugas yang ada di dalam amplop (kelompok 1, 3, 4, dan 5) Pemberian reward berupa gambar yang memiliki point tertentu untuk kec epatan dan kebenaran memasangkan juga memacu siswa untuk berkompetisi dengan kel ompok lain. Pada kegiatan 2, saat siswa selesai memasangkan pada tabel, guru men anyakan pula alasan dari jawaban itu sehingga dapat membantu siswa lain yang mas ih belum memahami materi. Kegiatan penutup 20 menit dengan merefleksi kembali kegiatan pembelajaran dengan : (1) memberikan 5 soal pemantapan: 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan atom? B erikan 1 contoh! 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ion? Berikan 1 contoh! 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan molekul unsur? Berikan 1 contoh! 4. Apa yang d imaksud dengan molekul senyawa ? Berikan 1 contoh! 5. Berilah tanda cek ( ) pada kolom yang paling tepat! Rumus o Kimia tom 2+ ation nion olekul Unsur olekul Senyawa

. . . . . Mg (magnesium) H2 (hidrogen) Cr (krom) HCl (asam klorida) Zn (seng) (2) Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan, dan (3) Guru memberikan tuga s rumah. HASIL DAN PEMBAHASAN Keefektifan Model Pembelajaran Pada pembelajaran materi pengelompokan rumus kimi a ke dalam kelompok atom, ion, dan molekul digunakan model pembelajaran scamble yang dipadukan dengan pemberian point atau reward bagi kelompok/siswa yang menja wab dengan cepat FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 3

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Keaktifan Kerja Kelompok Dari pengamatan para observer, penyusunan kegiatan suda h bisa membuat siswa berinteraksi dengan kelompoknya, sehingga sebagian besar da ri kelompok sudah terjadi proses diskusi dan kerjasama yang baik, meskipun ada b eberapa siswa dalam kelompok yang belum bisa bekerja sama, antara lain: 1. Di ke lompok 5, ada satu siswa yang belum memahami materi yang disampaikan guru, akan tetapi saat kegiatan 1 dan 2 dilakukan dia sedikit demi sedikit mulai memahami m ateri yang sedang dia pelajari. Ada juga siswa lain yang terlihat lamban, hingga guru model diharapkan dapat lebih memperhatikannya. 2. Di kelompok 3, ada satu siswa yang tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi 3. Di kelompok 2, a da satu siswa yang pasif hal ini dikarenakan karena siswa tersebut pendiam. Perl u adanya perhatian dan motivasi dari guru model. Dari pengamatan tersebut di ata s dapat disimpulkan bahwa hendaknya: 1. Materi yang disampaikan guru, proporsion al sesuai topik pembelajaran hari itu. Pendalaman materi dapat dilakukan pada pe rtemuan berikutnya, mengingat materi atom, ion, dan molekul adalah materi kimia yang dianggap abstrak oleh siswa. 2. Mengingat sebagian besar siswa di kelas VII I termasuk dalam tipe visual, hendaknya penyampaian materi oleh guru didominasi dengan gambar dan tidak terlalu banyak tulisan. 3. Pembentukan kelompok hendakny a juga menjadi perhatian guru, siswa dengan karakter pendiam, lamban dan sebagai nya hendaknya digabung dengan teman yang bisa diajak untuk berkomunikasi sehingg a dia aktif dalam pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Ariyani, W.I., 2009, Catatan-catatan diskusi Refleksi LS di Home base Bangil tahun 2009-2010 BSNP, 2006, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMP dan MTs Mata Pelajaran IPA: Jakarta Departemen Pendidikan nasional, 2006, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMP dan MTs : Jakarta Media Pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adal ah media power point yang berisi materi atom,molekul, dan ion serta tabel yang d isajikan di papan tulis sebagai media siswa untuk menempelkan kartu pada kegiata n pengelompokan. Penggunaan Kartu Soal dan Kartu Jawaban Kartu soal dan kartu ja wab yang dimasukkan di dalam amplop membuat siswa aktif dan saling berlomba untu k maju ke depan guna menampilkan hasil diskusi kelompoknya. Keaktifan siswa ini juga dipengaruhi oleh adanya poin yang diberikan guru setiap kali siswa menempel kan dan mempresentasikan karya kelompoknya yang berupa reward gambar senyum. Sel ain itu model ini juga memupuk kerja sama antar siswa untuk memahami materi kons ep atom, ion, dan molekul dengan rasa gembira. KESIMPULAN Penyampaian materi pengelompokan atom, ion, dan molekul dengan model pembelajara n scramble bisa memotivasi belajar siswa kelas VIII B di SMP Muhammadiyah 2 Bang il, bisa memupuk kerjasama antar individu dalam kelompok. Hal ini ditunjukkan de ngan 80% kelompok yang dibentuk bisa mengelompokkan rumus kimia kedalam kelompok atom, ion, dan molekul dan 75 % bisa menjawab pertanyaan evaluasi. Dari keberha silan ini perlu dilanjutkan dengan kegiatan penelitian untuk melihat model pembe lajaran scramble ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat meningk atkan kualitas pembelajaran pada umumnya. Herdian, 2009. Browse >Home/ posting 29 April 2009, diakses tanggal 23 September 2010 MGMP Lesson Study, 2008. Diktat Model Model Pembelajaran : Pasuruan Nishit ani, I., 2009, Personal Comunication Wardani, I.G.A.K. dan Julaeha, S., 2007, Ke terampilan Dasar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 4

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN SENI MENGAJAR MAHASISWA SEBAGAI ORANG DEWASA MATAKULIAH KIMIA FISIKA I (KIU 420) DI PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN KIMIA FMIPA UM Darsono Sigit Mahmudi Muhadi Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak: Kompetensi lulusan program sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Kimia FMIPA UM antara lain: Menguasai dasar-dasar keilmuan dan kegiatan ilmiah untuk melaku kan analisis, sintesis dan perumusan permasalahan yang dihadapinya. Menguasai ko nsep, prinsip, hukum dan teori ilmu kimia dan pedagogi kimia untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari yang inovatif dan kreatif. Memiliki landasan keilmuan yang memadai untuk mengembangkan ide-ide baru ,inovatif, kreatif berdasarkan pengalam an belajar dan mengajarnya sehari-hari. Mampu menginformasikan ide- ide barunya kepada lingkungannya dengan memperhatikan etika profesional dan kultural setempa t. Selanjutnya apresiasi apakah yang perlu dilakukan dosen agar kompetensi terse but dapat tercapai. Kompetensi kelulusan sarjana Pendidikan Kimia yang telah dic anangkan tersebut, agar tercapai, perlu kiranya mendapatkan apresiasi penuh dari setiap dosen, khususnya dosen matakuliah Kimia Fisika I (KIU 420) yang mengajar kan kepada mahasiswa tentang materi: Persamaan Keadaan, Model Kinetika Gas, dan Gas Nyata; Kekekalan Energi, Energi Internal, dan Entalpi; Termokimia: Entropi d an Energi Gibbs; Termodinamika Transisi dan Diagram Fasa; dan Termodinamika Camp uran, Sifat Koligatif, dan Diagram Fasa Campuran. Wujud apresiasi yang dapat dil akukan dosen Kimia Fisika I, berupa : Memandang dan memperlakukan mahasiswa pese rta matakuliah Kimia Fisika I sebagai orang dewasa bukan lagi sebagai anak-anak. Seni dan ilmu yang digunakan dosen untuk mengajar mahasiswa adalah seni dan ilm u untuk mengajar orang dewasa, bukan lagi ilmu untuk mengajar anak-anak. Melibat kan mahasiswa dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran Kimia Fisika I ya ng mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar). Penga laman belajar mahasiswa yang juga sebagai prasyarat: KIU 402; KIU 404. KIU 406 ( termasuk pengalaman berbuat salah saat mengikuti perkuliahan Kimia Fisika I bagi yang mengulang) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman). Maha siswa paling berminat pada pokok bahasan belajar Kimia Fisika I yang mempunyai r elevansi langsung dengan perkulihan lain yang sedang diikuti seperti Praktikum K imia Fisika atau yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya, seperti persiapan m engikuti Program Kreatifitas Mahasiswa DP2M-DIKTI (kesiapan untuk belajar). Bela jar bagi mahasiswa mulai dipusatkan pada permasalahan pembelajaran kimia fisika tentang: teori, praktikum dan tugas akhir, selain juga isi dari materi kimia Fis ika I sendiri (orientasi belajar). Kata Kunci : seni mengajar, mahasiswa, kimia fisik I Kompetensi lulusan program sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Kimia FMIPA UM antar a lain: Menguasai dasar-dasar keilmuan dan kegiatan ilmiah untuk melakukan anali sis, sintesis dan perumusan permasalahan yang dihadapinya. Menguasai konsep, pri nsip, hukum dan teori ilmu kimia dan pedagogi kimia untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari yang inovatif dan kreatif. Memiliki landasan keilmuan yang memadai untuk mengembangkan ide-ide baru, inovatif, kreatif berdasarkan pengalam an belajar dan mengajarnya sehari-hari. Mampu menginformasikan ide-ide barunya k epada lingkungannya dengan memperhatikan etika profesional dan kultural setempat . FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 5

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Jurusan Kimia FMIPA UM, untuk mendukung pelaksanaan kegiatan program studi, baik akademik maupun non-akademik, telah didukung oleh sumberdaya yang memadai Sumbe rdaya utama dan pendukung yang ada dapat dikelompokkan ke dalam dua; kateori uta ma, yakni sumberdaya manusia (SDM) dan sumberdaya nonmanusia yang dapat berupa, fasilitas atau saranaprasarana, seperti gedung kuliah (teori dan praktek), ruang seminar dan diskusi, laboratorium, peralatan dan instrumental, laboratorium, pe rlengkapan perkuliahan (peralatan dan media pembelajaran), dan fasilitas penduku ng lainnya. Memiliki 46 orang dosen serta 11 orang laboran dan tenaga administra si. Di antara dosen-dosen tersebut 3 orang adalah profesor dan 22 orang adalah l ektor kepala. Dosen yang bergelar doktor berjumiah 10 orang dan 32 orang bergela r master. Laboran/teknisi dan karyawan lainnya terdiri dari 11 orang, dengan kua lifikasi akademik sebagai berikut: SI Teknik Kimia (1 orang), SI Pendidikan Kimi a (2 orang), S1-Kimia (2 orang), D3Pendidikan Kimia (1 orang), D3-Teknik Informa tika (1 orang), SMA (2 orang), SMP (2 orang). Usia mahasiswa Jurusan Kimia rataratanya adalah sudah menginjak remaja di atas 17 tahun. Maka penerapan prinsip i lmu/seni mengajar orang dewasa (mahasiswa) dalam kegiatan pembelajarannya kimia, khususnya matakuliah Kimia Fisika I (KIU 420) yang diberikan pada semester keti ga, telah menjadi suatu kelayakan untuk diterapkan. Perlunya penerapan prinsip s eni mengajar orang dewasa (mahasiswa) dikarenakan upaya membelajarkan orang dewa sa (mahasiswa) berbeda dengan upaya membelajarkan siswa. Membelajarkan siswa leb ih banyak merupakan upaya mentransmisikan sejumlah pengalaman dan keterampilan d alam rangka mempersiapkan siswa untuk menghadapi kehidupan di masa datang. Apa y ang di transmisikan didasarkan pada pertimbangan siswa sendiri, apakah hal terse but akan bermanfaat bagi siswa di masa datang. Sebaliknya, pembelajaran orang de wasa (mahasiswa) lebih menekankan pada membimbing dan membantu mahasiswa untuk m enemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka memecahkan, masalah-m asalah kehidupan yang dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang digunakan dalam pen yelenggaraan suatu kegiatan pembelajaran tentu akan mempengaruhi hasil belajar m ahasiswa. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 Selanjutnya dengan mempertimbangkan bahwa usia mahasiswa yang sudah termasuk ora ng dewasa. Pembelajaran Kimia Fisika I yang didukung oleh SDM dan fasilitas yang memadai. Apresiasi apakah yang perlu dilakukan dosen kepada mahasiswa, agar kom petensi pembelajaran Kimia Fisika I dapat tercapai dengan baik? B. LANDASAN PELAKSANAAN Kompetensi kelulusan sarjana Pendidikan Kimia yang telah dicanangkan tersebut, a gar tercapai, perlu kiranya mendapatkan apresiasi penuh dari setiap dosen, khusu snya dosen matakuliah Kimia Fisika I (KIU 420). Maka perlu kiranya seorang dosen sebelum memberikan perkuliahan Kimia Fisika I kepada mahasiswanya, terlebih dah ulu memahami hal-hal sebagai berikut: 1. Pengalaman Belajar Mahasiswa Perkuliahan Kimia Fisika I (KIU 420) disajikan pada tahun kedua semester ketiga. Dengan demikian mahasiswa tersebut telah berpengalaman dan memilki pengalaman b elajar matakuliah yang ditempuh pada semester pertama, meliputi: Matematika I; K imia Umum; Fisika Umum; Praktikum Kimia Umum; Dasardasar sains. Pengalaman belaj ar pada semester dua meliputi: Matematika II; Fisika Dasar; Kimia Dasar; Praktik um Kimia Dasar; Praktikum Fisika Dasar; Dasar-dasar Komputer dan pengalaman tela h mengikuti perkulihan Kimia Fisika I terdahulu bagi yang mengulang. Pengalam be lajar mahasiswa pada semester satu dan dua dan KIU 420 bagi mahasiswa yang mengu lang tersebut merupakan pengalaman yang penting bagi dosen untuk diketahuhi, aga r pada saat memulai pembelajaran Kimia Fisika I dapat dimulai dari pengetahuan y ang telah dimiliki mahasiswa. 2. Kompetensi,Materi, Pustaka Kimia Fisika I (KIU420)

Uraian kompetensi,materi, pustaka Kimia Fisika I (KIU420) sebagai berikut: Kompe tensi: Memahami secara komprehensif dan konseptual tentang sifat-sifat gas, huku m-hukum termodinamika, sifai-sifat zat murni dan campuran untuk dapat menjelaska n gejala-gejala kimia yang terkait. Materi: Persamaan Keadaan, Model Kinetik Gas , dan Gas Nyata; Kekekalan Energi, Energi internal dan Entalpi; Termokimia; Entr opi 6

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN dan Energi_Gibbs; Termodinamiika. Transisi dan Diagram Fasa; dan Termodinamika C ampuran, Sifat Koligatif, dan Diagrarn Fasa Campuran (Kesetimbangan Fasa). Pusta ka: 1) Alberty, R.A.2005. Physical Chemistry.New York: Mc. Graw Hill. 2) Atkins, P.W. 2009. The Elements of Physical Chemistry.5th edition. London: Oxford: 3) C astellan, G.W. 1983. Physcal Chemistry.3rd edition. Massachusetts: Addison Wesle y 4) Levine, L N, 2009. Physical Chemistry.6th Ed. New York: Mc Graw-Hill. Kompe tensi,materi, pustaka Kimia Fisika I penting diketahuhi bagi dosen dan mahasiswa , agar diperoleh kesamaan persepsi, arah dan tujuan dalam proses belajar mengaja r Kimia Fisika I. 3. Asumsi-asumsi Mengajar Mahasiswa 1) Konsep Diri Mahasiswa Dalam mengajar mahasiswa, proses pematangan mahasiswa merupakan kewajaran bagi s eorang individu mahasiswa untuk bergerak dari ketergantungan ke arah kemandirian . Perpindahan ini secara bertahap dan dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan masiswa masing-masing dan dimensi kehidupannya. Para dosen bertanggung ja wab untuk menggalakkan dan memelihara gerakan ini. Mahasiswa mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam untuk mandiri, meskipun dalam situasi-situasi tertentu be rgantung pada pihak lain. 2) Pengalaman Belajar Mahasiswa Mahasiswa yang telah dianggap sebagai orang dewasa, perlu kiranya mendapatkan pe rlakukan-perlakukan dari dosennya sebagaimana mestinya perlakuan yang diberikan kepada orang dewasa. Beberapa potensi mahasiswa sebagai orang dewasa yang perlu dipertimbangkan oleh dosen pengajar Kimia Fisika I, khususnya materi kesetimbang an fasa, bahwa: Mahasiswa telah mempunyai konsep diri, yaitu suatu pribadi yang tidak tergantung kepada orang lain yang mempunyai kemampuan mengarahkan dirinya sendiri dan kemampuan mengambil keputusan. Mahasiswa berbekal kekayaan pengalama n belajar kimia dan matematika yang merupakan sumber yang penting dalam belajar kesetimbangan fasa. Kesiapan belajar mahasiswa berorientasi kepada tugas-tugas p erkembangannya di kampus maupun di lingkungan sosialnya sesuai dengan peranan so sialnya masing-masing. Mahasiswa memiliki perspektif waktu dalam belajar, dalam arti secepatnya mengaplikasikan apa yang dipelajarinya kepada tugas kimia yang l ain. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran kepada mahasiswa, perlu dilakukan, diterapkan oleh dosen tentang seni/ilmu mengajar untuk orang dewasa (mahasiswa) . Dalam seni mengajar orang dewasa (mahasiswa) ada asumsi-asumsi yang perlu dike tahuhi dan dilaksanakan oleh dosen Kimia Fisika I dalam menyampaikan perkulihann ya kepada mahasiswa. Asumsi tersebut meliputi: aspek konsep diri, pengalaman, ke siapan belajar dan orientasi terhadap belajar. Asumsi itu dapat dikemukakan seba gai berikut: Dalam pembelajaran orang dewasa (mahasiswa), pengalaman dinilai sebagai sumber b elajar yang cukup kaya. Untuk dapat mendayagunakan pengalaman belajar kimia terd ahulu sebagai bahan belajar maka dalam proses pembelajaran Kimia Fisika I diguna kan teknik komunikasi dua arah, seperti: diskusi, permainan, simulasi. Masyaraka t memberikan arti yang lebih besar kepada pengetahuan yang diperoleh dari pengal aman daripada yang diperoleh secara pasif. Karena itu teknik utama yang dalam pe mbelajaran Kimia Fisika I digunakan pula teknik pengalaman seperti: eksperimen, laboratorium, diskusi, pemecahan persoalan, pengalaman lapangan. 3) Kesiapan Belajar Mahasiswa Mahasiswa menjadi siap untuk mempelajari materi perkuliahan Kimia Fisika I, khus usnya kesetimbangan fasa, bila mahasiswa merasakan kebutuhan untuk mempelajari h al itu, dengan tujuan agar dapat menyelesaikan tugas atau persoalan hidup mereka dalam arti persoaal dengan yang lebih memuaskan, diantaranya untuk mengerjakan tugas-tugas perkuliahan lain yang berkaitan dengan kesetimbangan fasa. Dosen mem

egang tanggung jawab menciptakan kondisi pembelajaran dan menyediakan media, per alatan kimia, prosedur untuk membantu mahasiswa menemukan solosi berkaitan kebut uhan atau keingintahuan mereka. Dengan demikian program belajar hendaknya disusu n menurut kategori penerapan dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa dan diurutkan dan diawali sesuai dengan kesiapan belajar mahasiswa. 7 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN 4) Orientasi Belajar Mahasiswa Mahasiswa memandang pendidikan sebagai suatu proses pengembangan kemampuan untuk mencapai potensi kehidupan yang ideal. Mahasiswa ingin dapat menerapkan pengeta huan dan keterampilan apapun yang mereka peroleh saat mengikuti perkulihan keset imbangan fasa, untuk kehidupan kelak yang lebih baik. Sebaiknya, pengalaman bela jar kesetimbangan fasa, sebaiknya disusun menurut kategori-kategori pengembangan kemampuan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa, diatanya dirancan g pada akhir perkulihan, mahasiswa selain mendapatkan pengetahuan kesetimbangan fasa yang cukup memadai, dapat pula mengimplementasikan pengetahuannya kedalam b entuk karya-karya ilmiah yang dilombakan atau diterapkan sendiri. Diharapkan ori entasi mahasiswa terhadap belajar kesetimbangan fasa berpusat pada karya atau pr estasi. C. SENI MENGAJAR KIMIA FISIKA I (KIU420) siswa, cara ini meliputi antara lain: ceramah, debat, dialog, wawancara, panel, demonstrasi, film, slide, pameran, darmawisata, dan membaca pustaka kesetimbanga n fasa. 2) Partisipasi mahasiswa, meliputi cara-cara: tanya jawab, permainan per an, kelompok pendengar panel berjenjang/ gabungan, dan panel yang diperluas tent ang kesetimbangan fasa. 3) Diskusi. cara ini terdidi atas diskusi terpimpin, dis kusi yang bersumberkan dari pustaka, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasu s kesetimbangan fasa. Pilihan beberapa cara mengajar orang dewasa yang tersebut selanjutnya dipadukan dan diselaraskan dengan tujuan pembelajaran kesetimbangan fasa, potensi mahasiswa; media pembelajaran yang tersedia kedalam bentuk Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) Kesetimbangan Fasa. Pelaksanaan pembelajaran kepad a mahasiswa merupakan wujud dari RPP Kesetimbangan Fasa. Pelaksanaan pembelajara n meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. 1) Kegiatan Pendahuluan Materi perkuliahan Kimia Fisika I (KIU420) diantaranya adalah diagaram fasa, ada lah materi yang termasuk dalam pembelajaran kesetimbangan fasa. Pembelajaran mat eri kesetimbangan fasa meliputi: kriteria kesetimbangan; persamaan Clapeyron dan Clausius Clapeyron; Aturan fasa; sistem satu komponen; sistem dua komponen; sis tem tiga komponen. Materi kesetimbangan fasa tersebut perlu diberikan kepada mah asiswa secara tuntas agar mahasiswa dapat menggunakan sebagai bekal untul mempel ajari lebih lanjut tentang ilmu kimia yang berkaitan dengan kesetimbangan fasa. Selanjutnya mahasiswa juga dapat mengimplentasikan pengetahuan kesetimbangan fas a dalam kehidupan sehari harinya mahasiswa. Dosen yang bertugas memberikan perku liahan kimia fisika tentang kesetimbangan fasa, perlu kiranya berbekal ilmu/seni mengajar mahasiswa, sebagaimana mengajarkan kepada orang dewasa. Bekal ilmu/sen i mengajar orang dewasa yang cukup bagi dosen, diharapkan dapat dimplementasikan pada saat dosen mengajar mahasiswa tentang kesetimbangan fasa. Dosen dapat memi lih cara-cara mengajar orang dewasa yang akan diterapkan kepada mahasiswanya. Te rdapat beberapa pilihan cara mengajar orang dewasa sebagai berikut: 1) Presentas i oleh mahaFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 Dalam kegiatan pendahuluan pengajaran kesetimbangan fasa, dosen: a. Menyiapkan m ahasiswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, dengan car a mengabarkan tentang kesehatannya dan jumlah, macam buku pustaka yang dimilki d an yang dibawanya berkenaan dengan kesiapannya mengikuti pelajaran kesetimbangan fasa diataranya pustaka: a). Alberty, R.A.2005. Physical Chemistry.New York: Mc . Graw Hill. b). Atkins, P.W. 2009. The Elements of Physical Chemistry.5th editi on.London:Oxford: c). Castellan, G.W. 1983. Physcal Chemistry.3rd edition. Massa chusets: Addison Wesley d). Levine, L N, 2009. Physical Chemistry.6th Ed. New Yo rk: Mc Graw-Hill. b. Mengajukan tanya-jawab yang mengaitkan pengetahuan sebelumn ya (aturan fasa) dengan materi yang akan dipelajari (sistem satu komponen), mena yakan tentang: a) pengertian dan contoh fasa; b) pengertian dan contoh komponen;

c) pengertian dan contoh derajad kebebasan; d) rumus dan contoh perhitungan atu ran fasa. Hand Out Dosen: 8

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Kata "fase" berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fase adalah kead aan materi yang seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam komposisi kimian ya, melainkan juga dalam keadaan fisiknya. Terdapat: fase padat, cair, dan gas s uatu zat, dan mengenai berbagai fase padat (seperti fosfor hitam dan fosfor puti h). Yang dimaksud dengan komponen adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut dalam larutan biner. Banyaknya fase dalam sistem diberi notasi p. Gas, atau campuran gas, adalah fase tunggal; kristal adalah fase tung gal; dan dua cairan yang dapat campur secara total membentuk fase tunggal. Es ad alah fase tunggal (p = 1), walaupun es itu dapat dipotong-potong menjadi bagianbagian kecil. Campuran es dan air adalah sistem dua fase (p = 2) walaupun sulit untuk menentukan batas antara fase-fasenya. Campuran dua logam adalah sistem dua fase (p = 2) jika logam logam itu tak dapat campur, tetapi merupakan sistem sat u fase (p = 1) jika logam-logamnya dapat campur. Banyaknya komponen dalam sistem c adalah jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk menentukan komposis i semua fase yang ada dalam sistem. Definisi ini mudah diberlakukan jika spesies yang ada dalam sistem tidak bereaksi, sehingga kita hanya menghitung banyaknya. Misalnya, air murni adalah sistem satu-komponen (c = 1) dan campuran etanol dan air adalah sistem dua-komponen (c = 2). Jika spesies bereaksi dan berada pada k esetimbangan kita harus memperhitungkan arti kalimat "semua fase" dalam definisi tersebut. Jadi, untuk amonium klorida yang dalam kesetimbangan dengan uapnya: N H4Cl(s) NH3(g) + HCl(g) kedua fase mempunyai komposisi formal "NH4 CI" dan siste m mempunyai satu komponen. Jika HCI(g) berlebih ditambahkan, sistem mempunyai du a komponen karena sekarang jumlah relatif HCl dan NH3 berubah ubah. Sebaliknya, kalsium karbonat berada dalam kesetimbangan dengan uapnya: CaCO3(s) CaO(s) + CO2 (g) adalah sistem dua komponen karena "CaCO3" tidak menggambarkan komposisi uapn ya. (Karena tiga spesies dihubungkan oleh stoikiometri reaksi maka konsentrasi k alsium oksida bukanlah variabel bebas). Dalam hal ini, C = 2, apakah kita mulai dari kalsium karbonat murni, atau jumlah yang sama dari kalsium oksida dan karbo n dioksida, atau jumlah yang berubah-ubah dari ketiganya. Dalam sistem komponen-tunggal (c = 1), tekanan dan temperatur dapat diubah secar a bebas jika hanya ada satu fase (p = 1). Jika kita mendefinisikan varian F sist em sebagai banyaknya variabel intensif yang dapat diubah dengan bebas tanpa meng ganggu banyaknya fase yang berada dalam kesetimbangan, maka f = 2. Jadi, sistem itu,bivarian dan mempunyai dua derajat kebebasan. Di dalam satu perhitungan yang paling indah dalam keseluruhan termodinamika kimia, J.W. Gibbsl menarik kesimpu lan tentang aturan fase. Yang merupakan hubungan umum antara varian f, jumlah ko mponen c dan jumlah fase pada kesetimbangan p untuk suatu sistem dengan komposis i sembarang: f = c - p + 2 Untuk sistem safu-komponen, seperti air murni, f=3-p. Jika hanya ada satu fase, f = 2 dan P dan T dapat diubah-ubah dengan bebas. Den gan kata lain, fase tunggal digambarkan dengan daerah pada diagram fase. Jika du a fase ada dalam kesetimbangan, f = l, yang berarti tekanan bukanlah variabel be bas jika kita sudah menentukan temperaturnya. Jadi, kesetimbangan dua fase digam barkan dengan garis di dalam diagram fase. Daripada memilih temperatur, kita dap at memilih tekanan, tetapi dengan pemilihan itu, kedua fase mencapai kesetimbang an pada temperatur tertentu. oleh karena itu, pembekuan (atau fansisi fase yang lain) terjadi pada temperatur tertentu pada tekanan tertentu. c. Menjelaskan tuj uan pembelajaran yang akan dicapai. Dosen menyampaikannya dengan menuliskan tuju an pembelajaran yang akan diajarkan: a) Mahasiswa dapat membaca dan menggambarka n diagram fasa air b) Mahasiswa dapat membaca dan menggambarkan diagram fasa CO2 . d. Menyampaikan cakupan materi sistem satu komponen a) Tinjauan zat murni (sat u kmponen) dengan aturan fasa f = 3 - p. Jika p=1; 2; 3, maka f = 2; 1; 0. Maksi mal ada 2 variabel intensih untuk menyatakan keadaan sistem. Penggabaran setiap keadaan dari suatu sistem dengan satu titik pada diagaram P terhadap T, akan ter gambar sifat-sifat zat seperti: titik didih, titik leleh, titik tripel, daerah p adat, cair, gas, daerah kesetimbangan padat-cair, padat-gas, gascair; tekanan da n suhu kritis. b) Diagram fasa air melibatkan: penggunaan persamaan Clapeyron da

n Clausius-Clapeyron; garis 9 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN kestimbangan cair-gas; padat-gas; padat-cair; perpotongan garis padat-cair, cair -gas, padatgas (titik tripel). c) Diagram fasa CO2 melibatkan: perbedaannya deng an diagram fasa air; padatan CO2 pada tekanan 1 atmosfer menyublin menjadi uap j ika dipanaskan. Padatan CO2 dinakaman es kering; titik kritits pada P dan T tert entu. 2. Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pe mbelajaran yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang , memotivasi mahasiswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang c ukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis mahasiswa sebagai orang dewasa. Kegiatan inti menggunakan cara-cara: Presentasi oleh mahasiswa, cara ini meliputi antara lain: ceramah, debat, dialog, wawancara, panel, demonstrasi, film, slide, pameran, da rmawisata, dan membaca pustaka kesetimbangan fasa. Partisipasi mahasiswa, melipu ti cara-cara: tanya jawab, permainan peran, kelompok pendengar panel berjenjang/ gabungan, dan panel yang diperluas tentang kesetimbangan fasa. Diskusi. cara ini terdiri atas diskusi terpimpin, diskusi yang bersumberkan dari pustaka, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus kesetimbangan fasa. Cara yang disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa sebagai orang menginjak dewasa dan materi pembela jaran kesetimbangan fasa, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a. Eksplorasi Fisika I, Bandung: JICA-IMSTEP-FMIPA UPI; 2) Menggunakan beragam model pembelaja ran: STAD; LC-5E, media pembelajaran: diagram P vs T untuk air dan CO2, dan sumb er belajar lain: pengalaman belajar fisika dasar, Kimia Umum (KIU 402), Kimia Da sar (KIU 404). Praktikum Kimia Dasar (KIU 406) mahasiswa tentang titik didih, ti tik beku, suhu sublimasi; 3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar mahasiswa serta antara mahasiswa dengan dosen, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, Car a yang ditempuh dosen adalah dengan memberikan pertanyaan terbuka untuk dimintak an penjelasan dari beberapa mahasiswa; 4) Melibatkan mahasiswa secara aktif dala m setiap kegiatan pembelajaran kesetimbangan fasa, dengan meminta mahasiswa menj elaskan diagram, melakukan demo percobaan dihadapan temannya; dan 5) Memfasilita si minat mahasiswa melakukan percobaan kesetimbangan fasa satu komponen di labor atorium kimia fisika Jurusan Kimia FMIPA UM diluar jam perkuliahan. Cuplikan proses eksplorasi sebagai berikut: Gambar 1. Diagram Fasa Air Pada proses eksplorasi mahasiswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara man diri maupun secara kelompok percobaan, membuat hipotesis, melakukan pengamatan, mengumpulkan data, kajian pustaka sampai pada membuat suatu kesimpulan dari data percobaan/kajian pustaka yang dilakukan. untuk menjawab pertanyaan terbuka dari dosen. Dosen kimia fisika I pada proses eksplorasi juga: 1) Melibatkan mahasisw a mencari informasi yang luas dan dalam tentang kesetimbangan fasa berkaitan den gan sisten satu komponen yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip kontekst ual dan belajar dari aneka sumber diantarnya jurnal dan buku pustaka: Ijang Rohm an & Sri Mulyani, 2000. Kimia Diagram fase untuk air, di atas ini adalah versi yang disederhanakan. Tentukan t itik manakah yang menandai temperatur titik tripel; titik didih normal, dan titi k beku normal. Pada tekanan 1 atmosfer terdapat garis yang dilewati titik-titik secara berurutan mulai dari titik a , b, c, d, e. Jelaskanlah lintasan proses ap a yang terjadi pada pada titik a,b,c,d,e. Dan berikan penjelasan berkaitan denga n fasenya di titik a,b,c,d,e. Hand out dosen: Sistem satu-komponen

Untuk sistem satu-komponen, seperti air murni, f = 3 - p. Jika hanya ada satu fa se, f = 2 dan P dan T dapat diubah-ubah dengan bebas. Dengan kata lain, fase tun ggal digambarkan 10 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN dengan daerah pada diagram fase. Jika dua fase ada dalam kesetimbangan, f = l, y ang berarti tekanan bukanlah variabel bebas jika kita sudah menentukan temperatu mya. Jadi, kesetimbangan dua fase digambarkan dengan garis di dalam diagram fase . Daripada memilih temperatur, kita dapat memilih tekanan, tetapi dengan pemilih an itu, kedua fase mencapai kesetimbangan pada temperatur tertentu. Oleh karena itu, pembekuan (atau transisi fase yang lain) terjadi pada temperatur tertentu p ada tekanan tertentu. Jika ketiga fase ada dalam kesetimbangan, f = 0. Kondisi i nvarian yang khusus ini hanya dapat terjadi pada temperatur dan tekanan tertentu . Oleh karena itu, kesetimbangan tiga fase itu digambarkan dengan satu titik, ya itu titik tripel, pada diagram fase. Empat fase tidak dapat berada pada kesetimb angan dalam sistem satu komponen karena f tidak dapat negatif. Tahapan-tahapan f asenya air digambarkan dengan diagram fase air seperti terlihat dalam Gambar 1. dan kejadian-kejadian yang berlangsung ketika sampel pada a didinginkan pada tek anan tetap. Seluruh sampel tetap berupa gas sampai temperatur mencapai b, ketika muncul cairan. Sekarang, kedua fase dalam kesetimbangan dan f = l. Karena kita memutuskan untuk menentukan tekanan, sehingga kita kehilangan satu-satunya deraj at kebebasan, temperatur dimana kesetimbangan ini terjadi, di luar kendali kita. Penurunan temperatur membawa sistem ke c dalam daerah caiian satu-fase. Sekaran g, temperatur dapat diubah-ubah di sekitar titik c sesuai dengan keinginan kita, dan baru ketika es muncul di d, varian menjadi 1 lagi. b. Elaborasi memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bert indak tanpa rasa takut; 4) memfasilitasi mahasiswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; 5) memfasilitasi mahasiswa berkompetisi secara sehat untuk men ingkatkan prestasi belajar; 6) memfasilitasi mahasiswa membuat laporan eksploras i yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; 7) memfasilitasi mahasiswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelomp ok; 8) memfasilitasi mahasiswa melakukan pameran, turnamen, festival, serta prod uk yang dihasilkan; 9) memfasilitasi mahasiswa melakukan kegiatan yang menumbuhk an kebanggaan dan rasa percaya diri mahasiswa. Cuplikan proses elaborasi sebagai berikut: Diagram fasa CO2 diperlihatkan seperti pada Gambar 2 di samping ini. Bacalah dia gram tersebut berkaitan dengan keadaan titik leleh. Titik tripel; sublimasi pada tekanan 1 atmosfer. Titik kritis. Gambar 2. Digram Fasa CO2 c. Konfirmasi Kegiatan belajar pada proses elaborasi, dosen mengarahkan mahasiswa menerapkan k onsep-konsep kesetimbangan fasa sistem satu komponen yang telah dipahami dan ket erampilan yang dimiliki pada situasi yang baru dan serupa melalui percobaan atau menganalisis data-data yang bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan pemahama n mahasiswa terhadap materi yang telah mereka pelajari. Dalam kegiatan elaborasi , dosen juga: 1) membiasakan mahasiswa membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; 2) memfasilitasi mahasiswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; 3) FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 Dalam kegiatan konfirmasi/penegasan dan pengesahan dosen: 1) memberikan umpan ba lik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah te rhadap keberhasilan mahasiswa, 2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksploras i dan elaborasi mahasiswa melalui berbagai sumber, 3) memfasilitasi mahasiswa me lakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, 4) me mfasilitasi mahasiswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai t ujuan pembelajaran: a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjaw

ab pertanyaan mahasiswa yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yan g baku dan benar; b) 11

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN membantu menyelesaikan masalah; c) memberi acuan agar mahasiswa dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh ; e) memberikan motivasi kepada mahasiswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. Cuplikan proses konfirmasi sebagai berikut: belajar mahasiswa; e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutny a. Setelah saudara membaca diagram fasa air dan diagram fasa CO2, jelaskanlah perbe daan dan kesamaan apa yang terdapat pada diagram air dan CO2 tersebut. Hand Out Dosen: Diagram fasa air dan diagram fasa CO2, untuk CO2 titik lelelmya naik dengan naik nya tekanan. Hal ini dapat dilihat dari kemiringan garis iesetimbangan padat-cai r yang bertrarga positif' Penyebabnya adalah karena Titik tripel CO2 ada pada te kanan 5,l 1 atm. Oleh karena itu pada 1 atm padatan CO2 akan menyublim menjadi u apnya jika dipanaskan. Hal ini menyebabkan padatan CO2 disebut sebagai "es kerin g", karena dengan pemanasan, padatannya tidak berubah menjdi cair melainkan lang sung menjadi uapnya. Sama halnya seperti pada air, garis cairanuap pada diagram P -T berhenti di titik kritis pada T-P tertentu. Di atas titik kritis cairan dan u apnya tidak dapat dibedakan. Apa bila saudara telah betul-betul memahami dalam p embacaan kedua diagram tersebut, maka saudara dapat memulai menyusun ide-ide ino vatif dan kreatif berkaitan dengan kesetimbangan fasa sistem satu komponen terse but. Ide-ide yang inovatif dan kreatif tersebut dapat disalurkan dan ditulis dan diikut sertakan kedalam Program Kreativitas Mahasiswa DP2M DIKTI pada tahun-tah un mendatang. 3. Kegiatan Penutup Cuplikan proses penutup sebagai berikut: Pada pertemuan berikutnya akan dibahas mengenai sistem dua komponen dengan pembacaan diagram fasa cair-cair yaitu kita mulai dengan membahas sistem biner yang terdiri atas pasangan cairan campur seba gian, yaitu cairan yang tidak bercampur dalam semua proporsi pada semua temperat ur. Contohnya adalah heksana dan nitrobenzena. Tugas saudara adalah pelajari dan coba baca diagram Diagram temperatur komposisi untuk heksana dan nitrobenzena p ada 1 atm. di bawah ini. Gambar 3. Diagram Fasa Heksana dan Nitrobenzena D. KESIMPULAN Dalam kegiatan penutup, dosen: a. bersamasama dengan mahasiswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; b. melakukan penilaian dan/atau refleksi t erhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c. mem berikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d. merencanakan kegi atan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 Wujud apresiasi yang dapat dilakukan dosen dalam mengajarkan materi Kimia Fisika I (KIU 420) sebagai berikut: Memandang dan memperlakukan mahasiswa peserta mata kuliah Kimia Fisika I sebagai orang dewasa bukan lagi sebagai anak-anak. Seni da n ilmu yang digunakan dosen untuk mengajar mahasiswa adalah seni dan ilmu untuk mengajar orang dewasa, bukan lagi ilmu untuk mengajar anak-anak. Melibatkan maha siswa dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran Kimia Fisika I yang merek a ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar). Pengalaman be

lajar mahasiswa yang juga sebagai prasyarat: Kimia Umum (KIU 402); Kimia Dasar ( KIU 404). Praktikum Kimia Dasar (KIU 406), termasuk pengalaman berbuat salah saa t mengikuti perku12

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN liahan Kimia Fisika I bagi yang mengulang, menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman). Mahasiswa paling berminat pada pokok bahasan belajar Kimia Fisika I yang mempunyai relevansi langsung dengan perkuliahan lain yang sedang diikuti seperti Praktikum Kimia Fisika atau yang berkaitan dengan kehidupan DAFTAR RUJUKAN Alberty, R.A. 2005. Physical Chemistry.New York: Mc. Graw Hill. A tkins, P.W. 2009. The Elements of Physical Chemistry.5th edition.London:Oxford C astellan, G.W. 1983. Physcal Chemistry.3rd edition. Massachusets: Addison Wesley d). Levine, L N, 2009. Physical Chemistry.6th Ed. New York: Mc Graw-Hill. Dama, 2006. Aplikasi Andragogi Dalam Pembelajaran Pendidikan Non Formal. Sulteng : BP KB (Online) http://www.jugaguru.com/article pribadinya, seperti persiapan mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa DP2M-DIKTI (kesiapan untuk belajar). Belajar bagi mahasiswa mulai dipusatkan pada permasal ahan pembelajaran kimia fisika tentang: teori, praktikum dan tugas akhir, selain juga isi dari materi kimia Fisika I sendiri (orientasi belajar). Knowles, Malcom S,1984. Andragogy in Action. Applying modern principles of adult education, San Francisco: Jossey Bass. Lunandi, A.G. 1984. Pendidikan Orang Dew asa. Jakarta: Gramedia. Nurhaeni, Ds. 2010. Andragogi Suatu Orientasi Baru dalam Pembelajaran. Makasar : (Online) Jurnal PILAR Universitas Muhammadiyah Makassar . Rusydi Hikamawan, 2007. Andragogi Pendidikan untuk Pendewasaan (Online) /49/tahun/2006/bulan/ 10/ tanggal/10/id/184/ Ijang, R. 2000. Kimia Fisika I . Bandung : JICAIMSTEP-FPMIPA UPI. Istamar Syamsu ri & Ibrohim, 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang: FMIPA UM. Katalog FMIPA UM Jurusan Kimia. 2010. FMIPA Universitas Negeri Malang. Knowles, Malcom S. 1970. The Moderns Practice of Adult Education: Andragogy Versus Pedagogy. New York: Association Press. Knowles, Malcom S. 1980. The Modern Prcatice of Adult Education: From Pedagogy to Andragogy. N.Y.: Cambridge, The Adult Education Comp any. http://pelajarislam.wordpress.com/2007/10/2 3/andragogi-pendidikan-untukpendewas aan/ Standar Proses. 2007. Jakarta. Badan Standar Nasional Pendidikan Suprijanto 2007 . Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bumi Aksara. Tamat, Tisnowati ,1985. Dari Pe dagogik Ke Andragogik Jakarta: Penerbit Pustaka Dian FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 13

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING SECARA KOOERATIF UNTUK MEMAKSIMALKAN PROSES PEMBELAJARAN TERMODINAMIKA Dian Novianti Suhadi Ibnu Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak: Problematika yang dihadapi dalam pembelajaran kimia adalah bagaimana ca ra meningkatkan penguasaan konsep-konsep kimia. Salah satu materi kimia yang ban yak mengandung konsep-konsep abstrak dan perhitungan matematis adalah materi ter modinamika. Kesulitan dalam mempelajari dalam materi termodinamika dapat disiasa ti dengan cara pengajar menerapkan model pembelajaran yang menunjang pengembanga n kemampuan berpikir pembelajar. Model pembelajaran problem solving dan problem posing dapat digunakan sebagai alternatif untuk diterapkan dalam pembelajaran te rmodinamika. Problem solving dan problem posing akan lebih efektif jika masing-m asing dipadukan dengan pembelajaran yang mendukung yakni pembelajaran kooperatif . Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mendeskripsikan pengg unaan model pembelajaran problem solving dan problem posing untuk materi termodi namika. 2) Untuk mengetahui sintaks atau langkah yang sesuai untuk model pembela jaran problem solving dan problem posing sehingga dapat diterapkan di kelas seca ra maksimal. Penyusunan makalah ini didasarkan pada analisis kualitatif informas i wawancara penulis dengan mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah Kimia Fisik a I (KIU 420) kelas AA Jurusan Kimia FMIPA UM. Selanjutnya dilakukan pengkajian mendalam dengan menggunakan rujukan pustaka tentang termodinamika, problem solvi ng, problem posing, kooperatif dan dilanjutkan kros-cek kebenarannya dengan dose n Kimia Fisika I (KIU420) Jurusan Kimia FMIPA UM. Pembahasan hasil susunan makal ah ini, dapat dijelaskan bahwa: 1) kesulitan dalam mempelajari dalam materi term odinamika diharapkan dapat disiasati dengan cara pengajar menerapkan model pembe lajaran yang menunjang pengembangan kemampuan berpikir pembelajar. Model pembela jaran problem solving dan problem posing dapat digunakan sebagai alternatif untu k diterapkan dalam pembelajaran termodinamika. Penerapan model pembelajaran prob lem solving dan problem posing secara kooperatif di kelas membuat waktu belajar menjadi lebih efektif. Selain itu, adanya pembagian tugas dan tanggung jawab dal am kelompok serta aktivitas diskusi akan dapat memaksimalkan proses belajar. 2) Model pembelajaran problem solving dan problem posing lebih tepat dipadukan deng an pembelajaran kooperatif. Dengan menerapkan sintaks atau tahapan pembelajaran problem solving dan problem posing secara kooperatif dengan benar maka proses pe mbelajaran di kelas akan maksimal. Kata kunci: problem posing, problem solving, kooperatif Kimia merupakan salah satu cabang sains yang di dalamnya banyak terdapat topik-t opik yang sulit. Salah satu karakteristik ilmu sains adalah pemecahan masalah. S emua aspek dalam kimia mencakup pemecahan suatu masalah. Dengan meningkatkan kem ampuan pemecahan masalah maka akan membantu pembelajar untuk memahami topik-toFM IPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 pik sulit dalam kimia (Payne dalam Jegede, 2007:801). Menurut Sastrawijaya (1998 :113), tujuan pembelajaran kimia adalah memperoleh pemahaman yang telah lama per ihal fakta, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah, mempunyai keterampilan da lam penggunaan laboratorium, ser14

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN ta mempunyai sikap ilmiah yang dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. T ermodinamika merupakan salah pokok bahasan dalam materi kimia yang dianggap suli t bagi sebagian mahasiswa, karena dalam termodinamika sebagian besar mengandung konsep-konsep yang bersifat abstrak dan berjenjang, dari konsep yang sederhana m enuju konsep-konsep yang lebih kompleks dan masih sering diajarkan secara konven sional. Materi termodinamika secara umum berisikan konsep-konsep abstrak serta b erbagai perhitungan dan rumus matematis mulai dari yang sederhana sampai yang be rsifat kompleks (Yudha, 2009). Contoh konsep abstrak di dalam termodinamika yang harus dipahami pembelajar adalah Hukum Pertama Termodinamika yang berbunyi energ i dalam suatu sistem besarnya tetap kecuali jika diubah dengan melakukan kerja a tau dengan pemanasan. Pembelajar harus dapat memahami bahwa Hukum Pertama Termodi namika berkaitan dengan kekekalan energi, dimana energi sistem tidak dapat dicip takan dan dimusnahkan tetapi dapat ditransfer dengan berbagai cara. Energi dalam sistem akan diubah menjadi kerja dan kalor. Energi dalam sistem merupakan jumla h energi yang dimiliki sistem yang terdiri dari jumlah kerja (w) yang dilakukan dan besarnya kalor yang dipindahkan (q) (Atkins, 1999:34). Konsep pertukaran ene rgi perlu dipahami pembelajar sehingga pembelajar dapat mengembangkan pengetahua nnya mengenai konsep ini, baik dalam menyelesaikan suatu permasalahan maupun dal am aplikasinya dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, pada mesin-mesin pembangki t energi dan pengguna energi, semuanya hanya mentransfer energi dan tidak menghi langkan atau menciptakan energi. Selain memahami konsep-konsep, pembelajar juga dituntut untuk memahami pengetahuan yang menyangkut perhitungan (algoritmik) dar i perluasan hukum termodinamika tersebut. Karakteristik materi termodinamika yan g kompleks menimbulkan beberapa kendala dalam proses pembelajarannya di kelas. U ntuk mengetahui lebih jauh mengenai kendala-kendala yang ditemui pada saat mempe lajari materi termodinamika maka dilakukan wawancara pada mahasiswa yang telah m engikuti mata kuliah Kimia Fisik I. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahw a: 1) Mahasiswa cenderung tidak menunjukan minat/ketertarikan yang baik terhadap materi termodinamika. 2) Mahasiswa masih sering mengFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MA LANG, 9 Oktober 2010 alami kesulitan dalam memahami materi termodinamika. 3) Pemahaman terhadap konse p-konsep dan prinsip-prinsip penting sangat kurang sehingga mahasiswa cenderung belajar dengan hanya menghafal rumus-rumus tanpa memahami maknanya. Selain itu, berdasarkan hasil survei lapangan yang telah dilakukan di Universitas Negeri Mal ang untuk tahun ajaran 2010/2011 didapatkan fakta bahwa di setiap kelas selalu a da mahasiswa yang mengulang mata kuliah Kimia Fisik I. Kecenderungan baru dalam pengajaran kimia saat ini adalah pada penguasaan konsep kimia yang dicapai denga n melakukan pendekatan proses. Artinya, dalam pembelajarannya lebih ditekankan p ada bagaimana proses yang dialami oleh pembelajar untuk menguasai konsep kimia, bukan dengan cara menghafal informasi yang diberikan. Selain itu, agar tujuan pe mbelajaran dapat dicapai lebih efektif maka digunakan paradigma baru dalam pendi dikan kimia, yakni paradigma kontruktivis. Hal ini bertujuan agar permasalahan d alam pembelajaran dapat dipahami dan dipecahkan oleh pembelajar sendiri (Rahayu, 2001), sehingga pembelajar tidak akan mudah melupakan apa yang diperolehnya. Se bagian besar pembelajar kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya di dalam memecahkan masalah, belum mampu berpikir kritis dan berani mengungkapkan pendapa t. Hal ini menyebabkan perlunya diterapkan model pembelajaran yang dapat meningk atkan kemampuan pemecahan masalah. Pengembangan kemampuan pemecahan masalah akan lebih baik ditingkatkan melalui strategi instruksional pemecahan masalah. Beber apa literatur cenderung menganjurkan strategi instruksional yang berbeda untuk m eningkatkan kemampuan pemecahan masalah (Payne dalam Jegede, 2007:801). Adapun m odel pembelajaran yang dapat menjadi alternatif untuk diterapkan antara lain pro blem solving dan problem posing. Problem solving dan problem posing merupakan pe mbelajaran yang membutuhkan proses berpikir, analisis data, evaluasi, dan reflek si. Oleh karena itu, problem solving dan problem posing dirasa tepat untuk menin gkatkan kemampuan pemecahan masalah. Pada problem solving, pemecahan masalah dil

akukan dengan cara menyelesaikan masalah yang diberikan. Sedangkan pada problem posing, pemecahan masalah diperoleh dengan cara merumuskan masalah yang dapat di selesaikan (Sheikhzade, 2010:1-3). Model pemecahan masalah (problem solving) ada lah model pembelajaran yang melatih pembe15

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN lajar menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupu n masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama (Kusumah, 2 008). Permasalahan dalam problem solving dapat berasal dari pengajar (dosen) mau pun teksbook yang permasalahannya sudah pasti. Pembelajar akan dilatih untuk mem ahami suatu permasalahan (berupa pertanyaan atau soal) yang diberikan. Dalam pro blem solving, pembelajar melakukan pendekatan dan menganalisis masalah dengan le bih rinci dan sistematis. Hal ini dilakukan dengan cara mencari hubungan antar k onsep yang berkaitan dengan masalah sehingga dapat diperoleh solusi dari masalah tersebut. Model pembelajaran lain yang dapat digunakan sebagai alternatif adala h problem posing. Problem posing merupakan model pembelajaran yang proses belaja rnya disesuaikan dengan kemampuan pembelajar (Najoan dalam Mustapa, 2009:29). Se bagian pembelajar mungkin tidak mengalami kesulitan dalam memahami dan menyelesa ikan suatu permasalahan yang diberikan oleh pengajar. Akan tetapi, sebagian lagi mungkin akan mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah. Jika masalah yang di pecahkan terlalu kompleks, dapat menimbulkan rasa cemas dan menurunkan motivasi pembelajar dalam memecahkan masalah (Yudha, 2009:51). Oleh karena itu, cara lain yang bisa dipakai adalah problem posing. Problem posing dapat diartikan membang un atau membentuk permasalahan. Pembelajar dilatih untuk memecahkan suatu masala h dengan merumuskan pertanyaan yang bisa diselesaikan. Pengajar memberikan situa si masalah dan yang menyusun atau merumuskan masalah adalah pembelajar. Problem posing dapat dijadikan alternatif bagi pembelajar yang kurang berhasil dalam pro blem solving. Pembelajar diberikan situasi masalah yang lebih familiar sehingga membuat masalah yang dirumuskan menjadi lebih menarik. Pembelajar yang mengajuka n masalah menjadi lebih tertarik dan termotivasi dalam menemukan solusinya (Dick erson dalam Akay and Boz, 2006:1282). Model pembelajaran problem posing meningka tkan keaktifan pembelajar selama proses pembelajaran karena pembelajar dilatih u ntuk membuat soal. Pembelajar perlu memiliki pengalaman yang bervariasi dalam me mbuat soal dan mengerjakannya. Model pembelajaran problem solving dan problem po sing memiliki keunggulan dalam menunjang kemajuan berpikir pembelajar. Akan teta pi FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 model pembelajaran ini memiliki beberapa kelemahan antara lain: 1) Memerlukan al okasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. 2) Pada problem solving, jika masalah terlalu kompleks dapat menimbulkan kecema san dan menurunkan motivasi pembelajar. 3) Pada problem posing, kualitas pertany aan yang dihasilkan terkadang tidak terlalu bagus karena hal ini sangat bergantu ng pada pengetahuan mendasar yang dimiliki pembelajar terkait dengan topik masal ah. Untuk memaksimalkan proses pembelajaran di kelas maka diperlukan suatu solus i yang tepat untuk mengatasi problematika di atas. Hal ini penting untuk diperha tikan agar pembelajaran termodinamika di kelas dengan menggunakan problem posing dan problem solving dapat terlaksana dengan efektif sehingga dapat dicapai komp etensi peserta didik yang diharapkan. Berdasarkan uraian latar belakang yang tel ah dijelaskan di atas maka dapat dituliskan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah cara memaksimalkan pelaksanaan model pembelajaran problem solving d an problem posing pada materi termodinamika? 2) Bagaimanakah sintaks yang sesuai untuk model pembelajaran problem solving dan problem posing pada pembelajaran t ermodinamika di kelas? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari ma kalah ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mendeskripsikan penggunaan model pemb elajaran problem solving dan problem posing untuk materi termodinamika. 2). Untu k mengetahui sintaks atau langkah yang sesuai untuk model pembelajaran problem s olving dan problem posing sehingga dapat diterapkan di kelas secara maksimal. PEMBAHASAN Problematika yang ditemui pada saat menerapkan model pembelajaran problem solvin g dan problem posing adalah memerlukan waktu pelaksanaan yang cukup lama karena aktivitas mental yang harus dilalui pembelajar cukup banyak. Keseluruhan aktivit

as mental tersebut harus dilalui pembelajar agar proses berpikir pembelajar dapa t berkembang menjadi lebih baik. Jika salah satu dari tahap kognitif tersebut ti dak dilalui oleh pembelajar maka dikhawatirkan akan memberikan pengaruh terhadap proses berpikirnya sehingga menjadi tidak maksimal. Hal tersebut menjadi kendal a bagi pengajar dalam melaksanakan model pembelajaran 16

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN problem solving dan problem posing. Apalagi jika pembelajar belum terbiasa denga n problem solving dan problem posing. Pada tahap awal akan cukup sulit karena pe ran yang dituntut adalah menjadi pembelajar aktif dan mandiri sehingga perlu pem bimbingan intensif dari pengajar. Hal ini dapat disiasati dengan cara membiasaka n pembelajar untuk memecahkan masalah (problem solving) dan membentuk pertanyaan serta menyelesaikannya (problem posing). Selain melakukan kegiatan tersebut di kelas, pengajar perlu memberikan task kepada pembelajar untuk dipelajari dan dis elesaikan di luar kelas (pekerjaan rumah). Contoh penggunaan problem solving dal am materi termodinamika dapat ditampilkan sebagai berikut. Problem 1 Di sebuah l aboratorium kimia, satu mol gas He yang diasumsikan ideal dipanaskan pada volum tetap dari suhu 200C sampai 500C. Kapasitas kalor molar gas tersebut adalah 5/2 R. Berikan penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif mengenai keseluruhan ene rgi yang dimiliki gas He tersebut serta kalor yang terlibat dalam proses pemanas an tersebut. Tahap Pemahaman Masalah V1 T1 = 293 K T1 = 293 K Dugaan kualitatif awal: Berdasarkan persamaan dU = Cv dT + (U/V)T dV maka U adalah fungsi T sehingga jika dipanaskan T2 > T1 U = (+) (artinya: U >>>) Isokorik: V2 = V1 U = (+) Q = (+) (artinya: sistem menyerap kalor) Tahap Perencanaan Penyelesaian Hubungan yang dapat digunakan: dU = Cv dT + (U/V)T dV, karena diasumsikan gas idea l maka (U/V)T dV = 0 sehingga dU = Cv dT Cv = n x Cv molar dU = q P dV, karena kead aan isokorik maka dV = 0 sehingga dU = q Tahap Pelaksanaan Penyelesaian Diketahui: n He = 1 mol T1 = 200C = 293 K V2 = V1 Ditanya: U dan q (dalam joule) Cv molar = 3/2 R T2 = 500C = 323 K Asumsi: gas ideal a. dU = Cv dT dU = Cv dT U = Cv (T2 T1) U = (n x Cv molar) (T2 T1) = 1 mol x 5/2 8,314 J/K mol x (323 K 293 K) U = 623,55 joule b. Isokorik: dU = q U = Q = 623,55 joule Tahap Review Pada tahap review dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Menyi mpulkan masalah: Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa energi dalam pada volum tetap meningkat sebanyak 623,55 joule, yang berasal dari kalor yang diserap oleh sistem. 2. Pemeriksaan pada tahap pemahaman, perencanaan, dan penyelesaian yang mencakup: Apakah jawaban sesuai dengan dugaan kualitatif awal ? Apa saja prinsip kimia yang digunakan untuk memecahkan masalah? Apakah semua p erhitungan telah dilakukan dengan benar? Apakah dapat digunakan metode penyelesa ian lain untuk memecahkan masalah di atas? Konsep: Hukum I Termodinamika + (U/V)T dV Skema: Keadaan 1 n1 = 1 mol Keadaan 2 V2 = V1 dU = q P dV Fungsi keadaan energi dalam dU = Cv dT

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 17

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Apakah masalah yang lain juga dapat diselesaikan? Sedangkan contoh penggunaan problem posing dalam materi termodinamika dapat dita mpilkan sebagai berikut: Problem Situation 1 Energi dalam (U ) adalah keseluruhan energi yang dimiliki sistem dalam keadaan tertentu. Energi dalam merupakan juml ah kalor dan kerja yang dimiliki sistem. Energi dalam merupakan fungsi keadaan d an dipengaruhi oleh keadaan sistem. Variabel sistem seperti suhu dan tekanan mem pengaruhi besarnya energi dalam yang dimiliki sistem. Buatlah dua pertanyaan ber dasarkan situasi soal di atas: a)............................................... ................... b).......................................................... ........ Tahap Pengulasan Informasi Alternatif pertanyaan yang dapat dirumuskan: 3. Apa yang dimaksud dengan energi dalam? 4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya energi dalam suatu s istem? 5. Energi dalam merupakan fungsi keadaan. Jelaskan maksud pernyataan ters ebut! 6. Bagaimana perubahan energi sistem yang berisi molekul-molekul gas jika suhu sistem dinaikkan dan volume dibuat tetap? Bagaimana pula jika suhu diturunk an? 7. Bagaimanakah perubahan energi dalam suatu sistem yang di dalamnya tidak t erjadi kerja volum dan tidak terjadi proses penyerapan atau pelepasan kalor? 8. Bagaimanakah perubahan energi dalam suatu sistem yang melepaskan 10 kJ panas dan di dalamnya tidak terjadi kerja volum? 9. Bagaimanakah perubahan energi dalam 1 mol air yang memiliki kapasitas kalor spesifik 4,184 J/gram K saat dipanaskan p ada volum tetap dari suhu 250C sampai suhu 500C? Tahap Pemeriksaan Solusi Energi dalam yang dimiliki sistem berupa kalor dan kerja. U = q + W (kalor) (kerj a) Energi dalam merupakan fungsi keadaan karena hanya dipengaruhi oleh keadaan a wal dan keadaan akhir, tanpa memperhatikan bagaimana proses tersebut terjadi. dU = q + W dU : fungsi keadaan q dan W : bukan fungsi keadaan Energi dalam merupakan f ungsi variabel sistem yakni fungsi suhu dan volum. U = U (T,V) Contoh: Jika pada sistem terjadi perubahan suhu atau tekanan maka akan terjadi perubahan energi d alam yang dimiliki sistem. Tahap Pembentukan Masalah Skema: Pada tahap pemeriksaan solusi dilakukan pemeriksaan solusi dari pertanyaan yang telah dirumuskan yang mencakup: Apakah solusi pertanyaan yang dirumuskan telah b enar? Apakah ada kemungkinan penyelesaian lain dari pertanyaan yang dirumuskan? Apakah ada informasi baru yang berkaitan dengan pertanyaan yang dirumuskan? Tahap Review Pada tahap review dilakukan pemeriksaan pada tahap pengulasan informasi, pembent ukan masalah, dan pemeriksaan solusi yang mencakup: 1. Apakah pertanyaan yang te lah dirumuskan sudah sesuai dengan situasi masalah yang diberikan? 2. Apakah per tanyaan telah dirumuskan bisa diselesaikan? 3. Apakah ada cara lain yang lebih m udah dalam merumuskan pertanyaan? 4. Apakah dapat dirumuskan pertanyaan yang lai n? Pemberian task (pekerjaan rumah) bertujuan untuk membekali pembelajar terlebi h dahulu sehingga pada saat pelaksanaan problem solving dan problem posing di ke las pembelajar telah terbiasa dengan cara belajar tersebut. Waktu FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 18

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN pelaksanaan menjadi lebih efektif. Tahapan atau sintaks dari problem solving dan problem posing juga dapat terlaksana secara maksimal dan keseluruhan materi aka n dapat tersampaikan kepada pembelajar. Selain itu, problematika pembelajaran ya ng ditemui pada saat pembelajaran khususnya pada saat menggunakan problem solvin g adalah jika masalah terlalu kompleks dapat menimbulkan kecemasan dan menurunka n motivasi pembelajar. Hal ini dapat diantisipasi dengan memodifikasi model pemb elajaran. Pengajar dapat menerapkan pembelajaran secara kooperatif dalam memecah kan masalah. Hal ini akan membantu mengurangi kecemasan pembelajar dalam memecah kan masalah yang kompleks. Pembelajar dapat berbagi dalam kelompok dan bertukar pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah. Kendala pada saat pembela jaran dengan menggunakan problem posing adalah terkait dengan kualitas pertanyaa n yang dibentuk. Kualitas pertanyaan berhubungan dengan pengetahuan mendasar yan g dimiliki pembelajar terhadap topik masalah. Dengan memodifikasi problem posing dengan pembelajaran kooperatif maka kualitas pertanyaan dapat ditingkatkan. Pen gelompokan yang heterogen menunjang proses pembelajaran dengan menggunakan probl em posing. Pembelajar yang memiliki kemampuan rendah akan dapat membentuk pertan yaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Keuntungan lainnya adalah dapat berb agi pengetahuan antar anggota kelompok sehingga pembelajar dengan kemampuan rend ah juga dapat meningkatkan kualitas pertanyaan yang dibentuk. Keuntungan bagi pe mbelajar yang memiliki kemampuan tinggi adalah dapat bereksplorasi lebih luas da lam mencari alternatif pertanyaan yang akan dibentuk. Pada pembelajaran kooperat if terdapat unsur kerjasama. Kerjasama menjadikan proses pembelajaran disenangi oleh pembelajar. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan kerjasama ak ademik, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta menin gkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Pembelajaran kooperatif m emberikan saling ketergantungan positif di antara pembelajar untuk mencapai tuju an pembelajaran. Aktivitas belajar berpusat pada pembelajar dalam bentuk diskusi , mengerjakan tugas bersama, saling membantu dalam memecahkan masalah. Melalui i nteraksi belajar yang efektif pembelajar lebih termotivasi, percaya diri, FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubung an interpersonal. Pembelajaran kooperatif memungkinkan pembelajar menguasai mate ri pada tingkat penguasaan yang relatif sama (Mariani, 2008). Pembelajaran koope ratif telah banyak dikembangkan di berbagai penelitian di bidang pendidikan. Beb erapa hasil penelitian tentang pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa pembela jaran kooperatif memiliki dampak positif terhadap pembelajar yang rendah hasil b elajarnya (Sanjaya, 2009:241-242). Penelitian yang dilakukan oleh Robert Slavin, Spencer Kagan, David Johnson mengungkapkan bahwa belajar kooperatif dapat mempe rbaiki perolehan dan retensi isi pelajaran serta meningkatkan keterampilan-keter ampilan interpersonal serta kemampuan berpikir yang lebih baik (Heinich, et al., 2002). Suasana belajar yang belum kooperatif atau masih individual memberikan a ndil dalam menurunkan motivasi belajar sehingga berdampak pada rendahnya hasil b elajar. Model pembelajaran problem solving dan problem posing secara kooperatif dirasa tepat untuk memaksimalkan proses belajar. Selain itu, dengan bekerja dala m kelompok akan memberikan kontribusi yang positif terhadap setiap tahap kogniti f yang dilalui pembelajar. Dengan melakukan proses pembelajaran secara berkelomp ok, pembelajar lebih termotivasi untuk belajar. Pembelajaran kooperatif memberik an dampak positif dalam hal pencapaian akademik, terutama pada pembelajar yang k emampuannya rendah. Untuk membuat pembelajaran kooperatif menjadi lebih efektif, pengelompokan harus heterogen dan dilakukan dengan cermat. Jika pembelajaran ko operatif ini diorganisir dengan baik akan mengarah kepada suatu proses pembelaja ran yang aktif dan keterampilan sosial pembelajar juga akan berkembang dengan ba ik melalui proses kelompok. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif akan membuat waktu belajar menjadi lebih efektif. Adanya pembagian tugas dan tanggun g jawab dalam kelompok serta proses diskusi di dalam proses belajar menjadikan k egiatan belajar maksimal. Dalam melaksanakan proses pembelajaran diperlukan lang

kah-langkah sistematis. Salah satu usaha pengajar adalah menggunakan model pembe lajaran yang tepat sesuai materi dan kemampuan pembelajar sehingga menunjang ter ciptanya kegiatan pembelajaran yang kondusif dan menarik bagi pembelajar. Dalam hal ini perlu dikembangkan 19

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan perhitungan mate matis, keaktifan dan kreativitas pembelajar, serta mengembangkan interaksi kelom pok dan kerjasama. Model pembelajaran problem solving dan problem posing secara kooperatif menjadi alternatif yang sesuai untuk pembelajaran termodinamika di ke las. Adapun langkah-langkah model pembelajaran problem solving (Sudjana dalam Sa prudin, 2010:414-415) yang dimodifikasi dengan pembelajaran kooperatif disajikan pada Tabel 1. Sedangkan langkah-langkah model pembelajaran problem posing menur ut Silver and Cai, yang dimodifikasi dengan pembelajaran kooperatif disajikan pa da Tabel 2. Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Solving Kooperatif No 1 Akti vitas Pengajar Aktivitas Pembelajar Pembelajar memusatkan perhatiannya dengan su gguh-sungguh pada materi yang disampaikan pengajar. Pembelajar mengajukan pertan yaanpertanyaan di bagian materi yang masih kurang jelas. Setiap kelompok mendapa tkan permasalahan dari pengajar. Pembelajar membaca dan memahami permasalahan. D i tahap ini pembelajar memasuki fasa berpikir internal yang terjadi dalam mental pembelajar. pembimbing. Pengajar memonitor proses diskusi di setiap kelompok. kan berbagai argumennya dalam proses pembelajaran melalui proses diskusi dalam k elompok belajarnya. Dalam proses diskusi kelompok terjadi interaksi antar pembel ajar dan proses saling membelajarkan satu sama lain. 4 Orientasi Pengajar menyampaikan garis besar materi dan mencontohkan cara melakuk an problem solving. Pengajar merespon pertanyaan yang ditanyakan oleh pembelajar mengenai materi yang dipelajari. Pengajar membentuk kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari 4-5 orang. 2 Identifikasi masalah Pengajar memberikan masalah untuk dipecahkan. Pengajar memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk m emberikan respon terhadap masalah yang diberikan. 5 Menilai setiap alternatif pemecahan masalah Pengajar memberi pertanyaan dan tang gapan mengenai pemecahan masalah yang telah dilakukan oleh kelompok belajar. Di tahap ini, terjadi interaksi yang harmonis antara pengajar dan pembelajar. Penga jar mengontrol jalannya proses diskusi kelas. Menarik kesimpulan Pengajar bersam a-sama pembelajar menyimpulkan masalah yang diberikan. Kelompok yang ditunjuk oleh pengajar mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya mengenai pemecahan masalah. Kelompok lain memberikan tanggapan. Pada tahap ini, terjadi proses diskusi kelas. Pembelajar menyimpulkan hasil diskusi dengan araha n dari pengajar. Tabel 2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Posing Kooperatif No 1 Aktiv itas Pengajar Pengajar menyampaikan materi sebagai pengantar Pengajar menyampaik an garis besar materi dan mencontohkan cara melakukan problem posing. Pengajar m erespon pertanyaan yang ditanyakan oleh pembelajar mengenai materi yang dipelaja ri. Pengajar membentuk kelompok kooperatif yang terdiri dari 4-5 orang Pembelaja r diminta untuk menyusun/ membentuk soal Aktivitas Pembelajar 3 Mencari alternatif pemecahan Pengajar menyiapkan bahan atau alat sebagai sumbe r belajar berupa buku dan lain-lain. Dalam hal ini pengajar berperan sebagai fas ilitator dan Pembelajar memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk mencari pemecahan masalah.

Pembelajar dituntut untuk mengemukaPembelajar memusatkan perhatiannya dengan sugguhsungguh pada materi yang disampa ikan pengajar. Pembelajar mengajukan pertanyaanpertanyaan di bagian materi yang masih kurang jelas. 2 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 20

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Pengajar memberikan situasi masalah kepada setiap kelompok. Pengajar meminta pem belajar untuk merumuskan pertanyaan secara berkelompok Pembelajar mendapatkan situasi masalah. Pembelajar membaca dan memahami situasi masalah. Di tahap ini pembelajar memasuki fasa berpikir internal yang terjadi da lam mental pembelajar terkait dengan situasi masalah. 3 Soal yang disusun, didiskusikan dengan teman Pengajar mengumpulkan soal yang dib uat masing-masing kelompok kemudian menukarkannya ke kelompok lain. Pengajar mem inta kelompok lain mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan tersebut. Setiap kelompok menerima pertanyaan yang dibuat oleh kelompok lain. Masing-masin g kelompok mengkaji pertanyaan dan mencari penyelesaiannya. Pembelajar dituntut untuk mengemukakan berbagai argumennya dalam proses diskusi dalam kelompok belaj arnya. Dalam proses diskusi kelompok terjadi interaksi antar pembelajar dan pros es saling membelajarkan satu sama lain. Apabila pengajar dapat menerapkan tahapantahapan pembelajaran problem solving da n problem posing kooperatif di kelas secara benar dan sesuai seperti yang dipapa rkan di atas maka proses pembelajaran akan menjadi efektif. Dengan demikian disi mpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1 ) Memberikan kesempatan pada pembelajar untuk melaksanakan pembelajaran dengan m enggunakan problem solving dan problem posing sehingga menjadi lebih mudah. 2) K elompok dapat memecahkan dan atau merumuskan permasalahan yang lebih kompleks di bandingkan jika bekerja secara individu, sehingga pembelajar dapat mengambil keu ntungan dari pembelajaran ini. 3) Setiap individu dapat berlatih mempraktikkan r encana yang disusun dan memonitor kemampuan yang harus dimiliki untuk menunjang proses belajarnya 4) Dalam proses diskusi, pembelajar saling berhubungan satu sa ma lain dan dapat memperbaiki miskonsepsi yang mungkin terjadi. 5) Mengurangi ra sa takut dan cemas dalam diri pembelajar karena mereka tidak menjawab secara ind ividu, tetapi berkelompok. KESIMPULAN DAN SARAN 4 5 Membahas jawaban soal yang dibentuk Pengajar meminta kelompok pengkaji pertanyaa n untuk mempresentasikan penyelesaian dari pertanyaan yang dibuat oleh kelompok lain. Pengajar meminta kelompok pembuat pertanyaan memberikan tanggapan dan diik uti oleh kelompok lain. Pengajar mengontrol jalannya proses diskusi. Pengajar me mberikan tanggapan di akhir diskusi. Menarik kesimpulan Pengajar bersama-sama Kelompok pengkaji pertanyaan yang ditunjuk oleh pengajar mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya mengenai penyelesaian pertanyaan yang telah disusun. Kelompo k lain memberikan tanggapan. Pada tahap ini, terjadi proses diskusi kelas. Pembelajar meKesulitan dalam mempelajari dalam materi termodinamika diharapkan dapat disiasat i dengan cara pengajar menerapkan model pembelajaran yang menunjang pengembangan kemampuan berpikir pembelajar. Model pembelajaran problem solving dan problem p osing dapat digunakan sebagai alternatif untuk diterapkan dalam pembelajaran ter modinamika. Penerapan model pembelajaran problem solving dan problem posing seca ra kooperatif di kelas membuat waktu belajar menjadi lebih efektif. Selain itu,

adanya pembagian tugas dan tanggung jawab dalam kelompok serta aktivitas diskusi akan dapat memaksimalkan proses belajar. Model pembelajaran problem solving dan problem posing lebih tepat dipadukan dengan pembelajaran kooperatif. Dengan men erapkan sintaks atau tahapan pembelajaran problem solving dan problem posing sec ara kooperatif dengan benar maka proses pembelajaran di kelas akan maksimal. Dis arankan, sebaiknya dalam menerapkan model pembelajaran problem solving dan probl em posing FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 21

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN secara kooperatif benar-benar diorganisir dengan baik materi dan waktu pelaksana annya agar proses DAFTAR RUJUKAN Akay, H. and Boz, N. 2006. The Effect of Problem Posing Oriented Calculus-II Instruction on Academic Success, (Online), (http://ietc2008.home.ana dolu. edu.tr, diakses tanggal 1 Pebruari 2010). Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika (terjemahan) edisi keempat. Jakarta: Erlangga. Heinich, et al. 2002. Instruction al Media and Technology for Learning. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Jegede, S.A .C. 2007. The Effcet of Problem-Solving Technique on Students Competence in Tackl ing Chemical Problems. Research Journal Of Applied Sciences, 2(7): 801-803. Kusu mah, W. 2008. Model-model Pembelajaran, (Online), (http://www.wijaya labs.com/20 08/04/, diakses tanggal 1 Januari 2010). Mariani. 2008. Pembelajaran Kooperatif, (Online), (http://scmariani-unnes.blog spot.com/2008/11/pembelajaran-kooperatif pembelajaran.html, diakses tanggal 1 Januari 2010). Mustapa, K. 2009. Efektivita s Pembelajaran Problem Posing dalam Meningkatkan Proses Belajar, Motivasi, dan H asil Belajar Mahasiswa pada pembelajaran termodinamika di kelas menjadi efektif. Mata Kuliah Kimia Dasar I FKIP Universitas Tadulako. Tesis tidak diterbitkan. Ma lang: Program Pascasarjana UM. Rahayu, S. 2001. Kecenderungan Pembelajaran Kimia di Awal Abad 21. Jurnal MIPA. 30(2): 1-18. Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelaja ran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group . Saprudin. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah untuk Mengem bangkan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa dalam Pembelajaran Fisika di SMP. Pros iding Seminar Nasional Fisika 2010, ISBN: 978-979-98010-6-7. Sheikzade, M. 2010. Promoting Skills of ProblemPosing and Problem-Solving in Making a Creative Soci al Studies Classroom, (Online), (http://www.inter -disciplianary.net, diakses ta nggal 24 April 2010). Yudha, I. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solvin g-Kooperatif terhadap Pemahaman Konseptual dan Algoritmik, serta Motivasi Belaja r Mahasiswa pada Pokok Bahasan Termodinamika Kimia. Tesis tidak diterbitkan. Mal ang: Program Pascasarjana UM. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 22

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN KENDALA DAN ALTERNATIF SOLUSI IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA PEMBELAJARAN PEMISA HAN CAMPURAN DI SMP NEGERI 1 SUKOREJO Dwi Ratna Wati Hayuni Retno Widarti SMPN I Sukorejo Kabupaten Pasuruan Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak: Lesson study merupakan salah satu cara untuk meningkatkan proses dan ke tercapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelan jutan oleh sekelompok guru. Di Pasuruan telah dilakukan kegiatan Lesson Study be rbasis Sekolah (LSBS) di SMPN 1 Sukorejo. Berdasarkan hasil observasi dan ferlek si pembelajaran pada kegiatan Lesson Study di SMPN 1 Sukorejo pada pelajaran Kim ia tentang pemisahan campuran ditemukan beberapa kendala yang dialami oleh guru dan siswa. Kendala tersebut, pertama adalah siswa belum paham langkah-langkah pe rcobaan, solusinya adalah siswa diminta membaca LKS dengan cermat sebelum melaku kan percobaan. Kedua perlu waktu yang lama dalam mengaduk garam dan air, solusin yagaram yang dipakai sebaiknya garam halus butirannya. Ketiga siswa kesulitan me ngisi table pada LKS, solusinya kalimat pada table lebih sederhana dan komunikat if agar siswa mudah paham. Keempat masih ada siswa yang pasif dalam setiap kelom pok, solusinya sebaiknya dalam setiap kelompok ada pembagian tugas dan peran yan g baik. Kelima siswa tidak konsentrasi pada saat presentasi hasil praktikum kare na kelas lain sudah banyak yang pulang, solusinya lebih banyak melibatkan siswa dan memotivasi siswa bahwa kelasnya terpilih sebagai kelas percontohan dalam keg iatan lesson study. Dari hasil refleksi diperoleh kesimpulan sebagai berikut: da lam menyusun RPP termasuk LKS hendaknya dibaca dulu dan minta saran dari guru la in dengan bidang studi yang sama. Langkah-langkah pada LKS hendahnya menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Seb elum melakukan percobaan sebaiknya LKS diuji coba lebih dahulu agar mengetahui k endala yang mungkin terjadi. Perlu dukungan dari pihak kepala sekolah untuk mend ukung kegiatan lesson study. Kata kunci: Lesson Study, pemisahan campuran Lesson study merupakan salah satu model pembinan profesi guru melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual lerning untuk membangun komunitas belajar. Lesson study t elah diterapkan di Kabupaten Pasuruan dan merupakan salah satu kegiatan di Kabup aten Pasuruan yang bekerjasama dengan project SiSSTEM-JICA yang merupakan salah satu kegiatan pendukung untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia khususny a dalam bidang studi MIPA. Kegiatan Lesson study banyak memberikan solusi dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Ilmu Pengetahuan (sains) merupakan ilmu y ang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terhadap alam serta gejala-gejal a alam. Sains meliputi berbagai disiplin keilmuan antara lain Bilogi, Kimia dan Fisika. Kimia adal ah cabang dari Ilmu pengetahuan (sains) yang mempelajari materi (zat) dan peruba hannya. Dalam kehidupan sehari-hari kita senantiasa berhubungan dengan bahan-bah an kimia baik yang alami maupun buatan, sehingga Kimia merupakan ilmu yang berhu bungan langsung dengan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran kim ia bertujuan agar peserta didik memahami konsep-konsep kimia dan peranannya yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, karena jika kita perhatikan be nda-benda disekitar kita sebagian besar dihasilkan melalui proses kimia. Salah s atu materi pokok bahasan dalam Kimia di SMA adalah campuran. Campuran banyak dit emukan di alam misalnya air, tanah, udara minyak FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 23

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN bumi, dan batuan. Sebagian zat penyusun campuran sangat berguna bagi manusia, se dangkan sebagiannya lagi merugikan. Zat-zat yang merugikan bagi manusia perlu di pisahkan dari zat penyusunnya yang berguna. Sebagai contoh zat-zat pengotor perl u dipisahkan pada pengolahan air minum supaya layak dikonsumsi. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pemisahan untuk memperoleh zat-zat yang layak dikonsumsi untuk kebutuhan hidup manusia. Proses pemisahan zat-zat penyusun dalam campuran tidak hanya untuk memisahkan zat yang merugikan, pemisahan juga dilakukan berdas arkan manfaat dari setiap zat penyusun. Bagaimana cara memisahkan zat-zat penuyu s dari suatu campuran? Zat-zat penyusun campuran dapat dipisahkan berdasarkan pe rbedaan sifat setiap zat. Contoh sifat-sifat zat tersebut adalah perbedaan titik didih, kelarutan atau ukuran partikel. Campuran dapat dipisahkan dengan menggun akan berbagai macam metode. Beberapa metode pemisahan campuran adalah sebagai be rikut. PENYARINGAN (FILTRASI) LESSON STUDY Penyaringan digunakan untuk memisahkan campuran yang zat penyusunnya berupa cair an dan padatan. Ukuran padatan cukup kecil sehingga tidak mengendap didasar cair an tetapi tersebar pada cairan. Penyaringan dilakukan dengan menuang campuran ke atas kertas saring yang ada di atas sebuah corong gelas, kertas saring akan mena han padatan yang lebih besar daripada ukuran pori-pori kertas saring. Padatan ya ng tertinggal pada kertas saring disebut residu, sementara zat dengan ukuran par tikel lebih kecil dari lubang saring akan lolos melalui kertas saring. Zat yang dapat melewati kertas saring disebut filtrate. Metode Penyaringan dapat digunaka n untuk memisahkan pengotor yang terdapat dalam suatu cairan atau udara. PENGUAPAN (EVAPORASI) Penguapan dapat digunakan untuk memisahkan larutan yang zat penyusunnya padatan dan cairan dimana padatan tersebut larut dalam cairan. Metode penguapan dilakuka n dengan memanaskan larutan. Pemanasan dapat mengakibatkan pelarut akan menguap sedangkan padatan yang terlarut akan tertinggal kedalam wadah. Metode penguapan dapat digunakan untuk proses pengolahan garam dari air laut. Lesson Study (Studi Pembelajaran) merupakan suatu model pembinaan profesi pendid ik (guru dan dosen) melalui pengkajian pembelajaran secar kolaboratif berkelanju tan berdasarkan prinsipprinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun k omunitas belajar secara sederhana. Lesson Study dapat diartikan sebagai sebuah in service training bagi guru dan dosen (Istamar dan Ibrohim, 2008) Lesson Study dap at diibaratkan sebuah cermin karena dengan adanya cermin maka kita dapat melihat penampilan diri kita dan dapat memperbaiki diri kita sendiri sebelum kita dilih at atau dinilai oleh orang lain. Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan ya itu Plan (Perencanaan), Do (Pelaksanaan), dan See (Refleksi) atau melihat kembal i. Ketiga tahapan tersebut dilakukan secara berulang dan terus menerus sehingga merupakan siklus yang tak pernah berakhir, artinya selama guru ingin terus menin gkatkan kemampuan dan kualitas mengajarnya maka studi pembelajaran sabagai jawab annya (Istamar dan Ibrohim, 2008). Kegiatan Lesson Study berbasis sekolah sudah dilaksanakan di SMPN I Sukorejo Pasuruan. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada ha ri Sabtu tanggal 3 Mei 2010, penulis menjadi guru model dengan pembelajaran kimi a tentang pemisahan campuran pada kelas VII F. Kelas VII F merupakan salah satu kelas yang belum pernah digunakan untuk kegiatan open class selama kegiatan Less on study berlangsung di SMP N 1 Sukorejo. Disamping itu kelas VII F juga merupak an kelas yang memiliki predikat kurang menyenangkan bagi Bapak & Ibu guru yang m engajar di kelas tersebut karena siswanya yang ramai dan kurang kooperatif. Kegi atan pembelajaran pada kelas VII F dimulai pada jam 08.30 sampai dengan jam 09.4 0. Berdasarkan hasil observasi kegiatan Lesson Study di SMPN I Sukorejo pelajara n Kimia tentang pemisahan campuran tersebut ditemukan beberapa kendala yang terj

adi pada saat pelaksanaan open class. Setelah dilakukan pelaksanaan pembelajaran (open class) dengan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh para observer, maka dilakukan refleksi. Dari hasil dikusi pada kegiatan re fleksi diperoleh beberapa alternative solusi yang merupakan masukan dari para ob server. Adapun kendala dan alternative solusiya diantaranya adalah sebagai berik ut: FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 24

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Guru terkesan terburu-buru pada waktu menjelaskan langkah-langlah percobaan sehi ngga siswa belum paham benar langkah-langkah percobaannya. Hal ini disebabkan pa da kegiatan Lesson Study sebelumnya (Tahun 2008) dengan materi pemisahan campura n tersebut waktu yang digunakan pasti melebihi waktu pembelajaran yang 2x40 meni t. Solusinya, guru harus tetap tenang dan jelas dalam memberikan penjelasan pada siswa sehingga siswa memahami benar langkah-langkah percobaan, selain itu siswa harus membaca Lembar kerja Siswa (LKS) sebelum melakukan percobaan agar tidak m elakukan kesalahan dalam percobaan. Pada waktu mengaduk garam dan air siswa mela kukannya dalam jangka waktu yang lama, sehingga banyak waktu yang digunakan dala n melarutkan garam saja dan langkah yang berikutnya jadi lambat. Solusinya, gara m yang digunakan seharusnya tidak perlu terlalu kasar (garam grosokan) sehingga siswa tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melarutkan garam. Siswa kesulitan dalam mengisi tabel yang ada di LKS, karena kalimatnya yang membuat siswa bingun g. Solusinya, Tabel yang ada di LKS kalimatnya lebih disederhanakan lagi dan kom unikatif agar tidak membuat siswa bingung dan mempermudah siswa dalam mengisi da n melengkapi table. Disamping itu sebaiknya guru terlebih dahulu memberikan cont oh cara pengisian dan melengkapi tabel tersebut kepada siswa. Terdapat siswa yan g masih pasif dalam setiap kelompok. Solusinya, sebaiknya dalam setiap kelompok siswa terdapat pembagian tugas yang merata atau setiap siswa memiliki tugas send iri-sendiri sehingga bisa membuat siswa lebih aktif. Siswa mulai tidak konsentra si dan fokus pada waktu presentasi karena situasi dan kondisi kelas yang lainnya sudah pulang terlebih dahulu. Solusinya, Memeberikan motivasi lagi pada siswa b ahwa kelas mereka terpilih untuk dijadikan contoh buka kelas (open class) dalam kegiatan LesDAFTAR RUJUKAN Joharmawan, R. 2006. Reformasi Sekolah melalui Kegiat an Lesson Study Kasus SMA Laboratorium UM. Prosiding Seminar Nasional, 1(1): 235 -244. son Study sehingga dihadiri oleh banyak guru sebagai observer. Berdasarkan Penil aian Unjuk Kerja Kelompok dari Observer menyatakan bahwa siswa yang biasanya tid ak aktif di kelas dengan kegiatan Lesson Study siswa tersebut menjadi lebih akti f. Hal ini bisa juga disebabkan karena adanya banyak observer sehingga mereka me nunujukkan keaktifannya dan takut kalau tidak aktif akan mendapatkan nilai yang jelek. Adanya beberapa observer juga membuat kelas VII F tidak ramai lagi serta terlihat tetap enjoy (dalam zona nyaman) dalam mengikuti pelajaran. PENUTUP Kegiatan Lesson Study dapat menjadi cermin diri bagi guru dalam pembelajaran yan g dilakukan. Apabila terjadi kendala dan kekurangan dalam pembelajaran, maka aka n dapat diperbaiki dalam kegiatan refleksi, dimana guru akan dapat menemukan alt ernative solusi dari kendala yang ada, baik itu pendapat dari teman-teman guru a tau dari Bapak dan Ibu Dosen pendamping sehingga guru model dapat memperbaiki pe mbelajaran dimasa yang akan dating. Memang tidak ada pembelajaran yang sempurna tetapi guru sebagai pendidik harus berusaha terus menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajarannya. Kegiatan Lesson Study yang dapat membantu keberhasilan pembelajaran di kelas tidak akan dapat berlangsung dengan baik tan pa bantuan dari berbagai pihak, baik dari para guru, kepalasekolah dan DIKNAS. O leh karena itu perlu kerjasama dan dukungan baik itu melalui instansi pemerintah maupun swasta, karena kemajuan bangsa salah satunya dapat tercermin dari kemaju an di bidang kependidikan. Syamsuri, I. dan Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. Luthfi, 2004. Sains Kimia SMP untuk kelas VIII (tolo ng dilengkapi) 25 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Johnson, 2004. Sains Kimia SMP untuk kelas VII IMPLEMENTASI MODEL-MODEL PENGOLAHAN INFORMASI DALAM KEGIATAN LESSON STUDY Endang Budiasih Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak: Pergeseran paradigma pembelajaran diakui telah terjadi pada saat ini. N amun demikian, banyak peneliti yang melaporkan tentang permasalahan rendahnya pe mahaman konsep, utamanya dalam bidang sains. Rendahnya pemahaman konsep ini diko ntribusi oleh pembelajaran yang sifatnya penerusan informasi atau pemberitaan is i buku yang masih banyak dilakukan dalam dunia pendidikan kita. Pembelajaran leb ih banyak menekankan pada konten, penjejalan fakta, dan kurang menekankan pada p roses. Pembelajaran sains seharusnya menekankan baik konten maupun proses. Pende katan inkuiri telah diyakini unggul dalam pembelajaran sains untuk meningkatkan pemahaman konsep, sikap ilmiah, dan keterampilan strategi kognitif yang diperluk an dalam memecahkan masalah. Ada dua macam pendekatan inkuiri, yaitu inkuiri ter bimbing dengan contoh pembelajaran menggunakan POGIL Activity, dan inkuiri bebas dengan contoh pembelajaran menggunakan MORE Thinking Frame. Kata kunci: inkuiri , POGIL Activity, MORE Thinking Frame Pada abad pengetahuan sekarang ini, telah terjadi pergeseran paradigma pembelaja ran, seperti: 1) dari fokus pada penyajian materi menjadi fokus pada penciptaan lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan pebelajar, 2) dari pembelajaran yang terkesan mencurahkan informasi menjadi proses membantu pebelajar mengembang kan ilmu pengetahuan, 3) dari pebelajar pasif menjadi pebelajar aktif, 4) dari p embelajaran yang kurang konstektual menjadi lebih kontekstual, dan 5) dari evalu asi yang bersifat pencil and paper test menjadi evaluasi yang bersifat authentic as sessment, dan tugas-tugas bermakna. Seiring dengan pergeseran arah pembelajaran, peran guru juga berubah, yaitu dari sage on stage menjadi guide on the side (Reigelu th & Cheliman, 2009). Seiring dengan pergeseran paradigma pembelajaran tersebut, maka konsep-konsep belajar didorong pada penciptaan sumber daya yang mampu beke rja sama, mengambil inisiatif, berpikir kritis, dan memecahkan masalah. Ardhana (2008) mengemukakan bahwa abad pengetahuan menginginkan paradigma belajar yang b erorientasi pada proyek, masalah, penyelidikan (inkuiri), penemuan, dan penciptaan. Pergeseran paradigma pembelajaran diakui telah terjadi pada saat ini. Namun, banyak peneliti yang mel aporkan tentang permasalahan rendahnya pemahaman konsep, utamanya dalam bidang s ains. Rendahnya pemahaman konsep ini dikontribusi oleh pembelajaran yang belum m empertimbangkan hakekat belajar dan hakekat pebelajar. Pembelajaran yang sifatny a penerusan informasi atau merosot pada pemberitaan isi buku, masih banyak dilak ukan dalam dunia pendidikan kita. Selain itu, pembelajaran lebih banyak menekank an pada konten, penjejalan fakta, dan kurang menekankan pada proses. Hal ini han ya akan mendorong terciptanya sumber daya yang hanya mampu berpikir pada tingkat rendah. Oleh karena itu, pembelajaran yang bersifat penerusan informasi dan cont ent oriented perlu dihindari (Raka Joni, 2008). Hasil evaluasi kegiatan Bimtek KT SP tahun 2009 dan hasil supervisi dan evaluasi RSKM/ RSSN, RPBKL, RPSB, dan KTSP tahun 2009 yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMA menemukan bahwa pada umumnya pembelaFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 26

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN jaran sudah mulai bergeser ke student centered, tetapi guru belum termotivasi untu k memodifikasi model-model pembelajaran yang ada. Guru belum memahami bahwa mode l pembelajaran sangat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran, belum dapat me mbedakan antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik dalam model pembelajara n. Guru lebih mementingkan penyampaian informasi daripada membelajarkan siswa. B ahkan ada indikasi guru menganggap bahwa model pembelajaran yang efektif harus m enggunakan peraatan yang canggih/lengkap. Sementara itu, di beberapa sekolah bel um memiliki peralatan yang dimaksud. Kondisi ini digunakan sebagai alasan untuk belum mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Dalam Juknis yang sa ma dituliskan pula tentang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2 005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 ayat 1, yang tertulis sebagai b erikut; Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara intera ktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpar tisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, da n kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi s peserta didik. Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasan a belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar a tau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran d isesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari set iap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap masa pelajaran. Joy ce & Weill (1996) menggolongkan modelmodel pembelajaran ke dalam empat rumpun ya itu sebagai berikut: Rumpun model-model pengolahan informasi, misalnya model lat ihan induktif, latihan inkuiri, synectics dan yang lainnya; Rumpun model-model p ribadi/individual, misal model pengajaran non direktif, system konseptual, dan y ang lainnya; Rumpun model-model sosial, misalnya role playing (bermain peran), d an pasangan dalam belajar (partners in learning); Model-model perilaku, misalnya mastery learning, self control. Sains pada hakekatnya adalah produk dan proses. Pembelajaran sains tidak bisa me ngabaikan aspek penting bagaimana proses pemerolehan produk sains. Pembelajaran sains sudah semestinya menekankan baik produk (content) maupun proses. Pembelaja ran menggunakan pendekatan inkuiri telah diyakini unggul dalam pembelajaran sain s untuk meningkatkan pemahaman konsep, sikap ilmiah, dan keterampilan strategi k ognitif yang diperlukan dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu dalam bahasan selanjutnya akan lebih ditekankan pada pendekatan inkuiri yang sesungguhnya suda h diimplementasikan pada kegiatan-kegiatan Lesson Study. MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI Menurut Joyce & Weill (1996), pembelajaran inkuiri termasuk dalam rumpun model-m odel pengolahan informasi. Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapa t diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahka n pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuir i adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakuka n observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah te rhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kri tis dan logis. Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh i lmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenom ena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-keg iatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan s umber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau invest igasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretas i data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. Sebagai strategi pembelajaran, inkuiri dapat diimplementasikan secara terpadu dengan strategi lai n sehingga dapat membantu pengembangan pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan

melakukan kegiatan inkuiri oleh siswa. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 27

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Melalui pembelajaran dengan model latihan inkuiri ini, siswa diperlakukan sebaga i ilmuwan yang mengembangkan metode ilmiah dalam proses menemukan. Hasil pembela jaran yang dapat diraih siswa antara lain kemampuan merancang dan melakukan pene muan ilmiah, merumuskan penjelasan ilmiah dari hasil penemuan eksperimen, serta mampu mengkomunikasikan secara efektif hasil penemuan ilmiahnya. BEBERAPA MACAM POLA PEMBELAJARAN SECARA INKUIRI Terdapat dua macam tingkatan inkuiri berdasarkan variasi bentuk keterlibatan sis wa selama proses pembelajaran, yaitu: Inkuiri Terbimbing Disebut juga inkuiri ti ngkat pertama, dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku tek s kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di ba wah bimbingan yang intensif dari guru. Inkuiri tipe ini, tergolong kategori inku iri terbimbing karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban t erhadap masalah yang dihadapkan kepadanya. Dalam inkuiri terbimbing kegiatan bel ajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan luaran pembelajaran sudah dapat di prediksikan sejak awal. Inkuiri jenis ini cocok untuk diterapkan dalam pembelaja ran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu t ertentu. Ada beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhati kan yaitu: (1) siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesifik hingga membuat inferensi atau generalisasi, (2) sasarannya adalah mempelajari p roses mengamati kejadian atau obyek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai, (3) guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, m ateri dan berperan sebagai pemimpin kelas, (4) tiap-tiap siswa berusaha untuk me mbangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas, (5) kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, (6) biasanya sejumlah g eneralisasi tertentu akan diperoleh dari siswa, (7) guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh s eluruh siswa dalam kelas. Berikut diberikan contoh satu pembelajaran inkuiri yang disebut Process-Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL). Kelas yang menggunakan POGIL sebagai pendekata n mempunyai ciriciri sebagai berikut: Siswa bekerja dalam kelompok kecil (biasan ya 3-4 orang); guru bertindak sebagai fasilitator; siswa bekerja dengan aktivita s yang dirancang dengan baik, biasanya dalam kegiatan belajar dengan Model Learn ing Cycle; siswa melakukan refleksi terhadap hasil dan proses belajarnya. Aktivi tas POGIL difungsikan untuk mengikuti tiga fase pembelajaran dalam model Learning Cycle. Learning Cycle adalah strategi pembelajaran yang pertama kali dipergunaka n dalam elementary science program yang dinamakan The Science Curriculum Improvem ent Study (SCIS, 1974). Strategi ini banyak dipergunakan dalam berbagai jenjang pembelajaran, termasuk tingkatan universitas, walau pertama kali diperlukan pada tingkat elementary. Learning Cycle mempunyai tiga fase pembelajaran, yaitu expl oration, concept introduction, dan concept application. Pada fase exploration, s iswa mencari pola keteraturan dari konsep yang akan dipelajari. Tujuan fase ini adalah to engage the student in a motivating activity, requiring hands-on experie nces and verbal interaction, that will provide a basis for the development of sp ecific concepts or concepts and vocabulary pertinent to concepts. Sebagai contoh, pada pembelajaran tentang sel, yaitu perbedaan antara sel hewan dan tumbuhan, m aka pada fase ini siswa akan mengamati berbagai sel seperti Onion skin, Squamous epithelium, dan Elodea, di bawah mikroskop. Siswa menggambarkan perbedaan dan k esamaan dari sel-sel tersebut. Pada fase berikutnya, yaitu concept introduction atau concept invention, guru mengumpulkan informasi dari siswa tentang hasil eks plorasinya, dan menggunakannya untuk memperkenalkan konsep-konsep utama, dan hub ungan antar konsep ataupun istilah-istilah yang diperlukan terkait pokok bahasan yang dipelajari. Oleh karena itu, fase ini disebut juga concept invention atau ter m introduction (Lawson, 1995). Selama fase ini guru bisa menyarankan siswa untuk melihat text books, audio visual aids, atau materi pembelajaran yang lain. Pada fase ini bisa terjadi diskusi siswa-siswa maupun guru-siswa untuk mengklarifikas

i konsepkonsep yang dipelajari. Dengan menggunakan con28 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN toh pembelajaran tentang sel di atas, guru mempersilahkan siswa untuk melaporkan apa yang diamatinya di bawah mikroskop tentang perbedaan sel tumbuhan dan hewan . Dengan menggunakan informasi dari siswa ini, guru memberikan penjelasan lebih jauh tentang perbedaan sel tumbuhan dan hewan. Fase terakhir, yaitu concept appli cation mempersilahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari se belumnya. Pada pembelajaran tentang sel tersebut, siswa diminta lebih jauh mengi dentifikasi sejumlah sel, dan diminta untuk mengelompokkan apakah sel tersebut t ermasuk sel hewan atau sel tumbuhan, serta alasan (reasoning) dasar pengelompoka n tersebut. Contoh lain dari POGIL Activity adalah pada pembelajaran struktur at om. Pada fase eksplorasi, siswa mengamati gambar 1. Setelah siswa mengamati Gamb ar 1 dengan dipandu oleh guru, siswa mencoba menjawab pertanyaan yang bersifat c ritical thinking question pada fase concept invention atau concept introduction. D engan menggunakan pertanyaan yang bersifat guiding question, siswa belajar lebih j auh tentang atom, ion, nomor massa, isotop, dan seterusnya. Beberapa contoh crit ical thinking question dapat dituliskan sebagai berikut: 1. Berapa jumlah proton yang terdapat pada 12 C? 13C? 13C-? 2. Berapa jumlah netron yang terdapat pada 12 C? 13C? 13C-? 3. Berapa jumlah elektron yang terdapat pada 12 C? 13C? 13C-? 4 . Apa yang membedakan antara atom netral dengan ion? 5. Buat satu pernyataan unt uk menentukan muatan sebuah ion. 6. Berdasarkan model pada Gambar 1. 7. Apa pers amaan dari atom karbon dan ion karbon? 8. Apa persamaan dari atom hidrogen dan i on hidrogen? 9. Berapa jumlah proton, netron, dan elektron pada sebuah atom 1H+? 10. Angka yang terdapat di atas simbol atom pada tabel sistem periodik disebut nomor atom. Apa arti dari nomor atom? 11. Berdasarkan jawaban anda pada soal nom or 6, apa persamaan dari seluruh atom nikel (Ni)? 12. Apa yang membedakan ciri i sotop pada elemen tertentu? FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 13. Nomor massa adalah angka yang terdapat di sebelah kiri atas simbol atom (sep erti pada gambar). Bagaimana menentukan besar nomor massa berdasarkan struktur a tom? 14. Dimana terdapat sebagian besar massa sebuah atom, di dalam inti atau di luar inti? Kemukakan alasan anda dengan menggunakan Bahasa Inggris yang baik da n benar. Pada fase aplikasi konsep, siswa bisa diajak menganalisis sistim period ik unsur, terkait makna simbol-simbol dan tabel tersebut. Jadi, jelas pada POGIL Activity, tidak hanya ditekankan pada penguasaan konsep melalui pemahaman oleh siswa, tapi juga meningkatkan kemampuan learning skills, seperti berpikir kritis , pemecahan masalah, dan self assessment. An Example of a High School Students Initial Model (oleh siswa) An antacid is a more basic substance that will try to neutralize or raise the pH of the acid in the stomachs. The antacids break the acid particles apart to make the molarity lower. When the antacid, if it a base, is added to the acid in the stomach, they would make water and salt as a product. (Student drawing showing antacid being added to stomach, and water and salt as products). Stomach + antac id (acid) (base) H2O (water + salt) The smaller the molarity of the acid, the less harsh it will be. Therefore, when the molarity is lowered, it will lower the pH and relieve the pain it is causin g. Important characteristic of effective antacids pH level, the higher the better; chewable, swallowable, or liquid; molarity, high er pH; size, lower surface area = higher rate of reaction; type of base used. Th e acid will start out with a high level of hydronium or H2O+, and to neutralize it, hydroxide or OH- must be added. When using an antacid, when it reacts, would it fizz or bubble? Would the fizzing and bubbling have anything to do with LeCh atliers theory?

29

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN particles are attracted to acid particles to even the pH out. The antacid partic les come between the acid particles and reattach with their polar matched ion. ( Student drawing showing reactants composed of Ant+Ant- and H+Cl- and products co mposed of Ant+Cl- and H+Ant-). These antacids dont necessarily contain hydroxide but more often contain a type of carbonate. It is true that the lower the origin al molarity of the acid, the easier and faster the pH will raise. We were unable to test the pH of the antacid before, so we dont know the original pH of the ant acids KESIMPULAN Gambar 1: Atom Keterangan: Inti atom terdiri dari proton dan netron amu = atomic mass unit (sat uan massa atom) 1H and 2H isotop hidrogen. 12C and 13C adalah isotop karbon An Example of a High School Students Final Refined Model On the macroscopic level the main thing we can see is fizzing and bubbling.the co lor also changed because of the pH indikator. When we started, the acid had a ve ry low pH and the antacid always significantly raise the pH On the molecular leve l, when the basic molecules come into contact with the acidic ones, they break e ach other apart and form a substance. We discovered that the most effective anta cids have calcium carbonate as their main ingredient. This means it wont create a salt and water but instead it will create water, carbon dioxide, and a salt. Th is would explain why the products bubbles and fizzes. (Student drawing showing b ubbles labeled CO2rising from a container of liquid. The liquid phase is labeled H2 O + salt.) I am not sure what the actual antacid particles look like on a molecul ar level, but I am guessing the antacid DAFTAR RUJUKAN Ardhana, I.W, 2005. Konstruktivisme dan Penerapannya dalam Pembel ajaran. Makalah Seminar Pembelajaran Berbasis Kontrukstivistik: Jurusan Kimia Un iversitas Negeri Malang. Sains pada hakekatnya adalah produk dan proses. Pembelajaran sains tidak bisa me ngabaikan aspek penting bagaimana proses pemerolehan produk sains. Penekanan pem belajaran sains seharusnya berimbang, yaitu menekankan baik produk (konten) maup un proses. Pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri telah diyakini unggul dal am pembelajaran sains untuk meningkatkan pemahaman konsep, sikap ilmiah, dan ket erampilan strategi kognitif yang diperlukan dalam memecahkan masalah. Salah satu pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri yang banyak dilakukan di sekolah ad alah Learning Cycle, yang terdiri dari tiga fase pembelajaran, yaitu fase explora tion, concept invention/ term introduction, dan concept application. Terdapat dua tin gkatan dalam pendekatan inkuiri, yaitu inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan i nkuiri bebas. Sebagai contoh inkuiri terbimbing adalah Process Oriented Guided I nquiry Learning (POGIL), yang biasanya selalu mengikuti pembelajaran dengan mode l Learning Cycle. Sedangkan inkuiri bebas bisa dicontohkan dengan MORE Thinking Frame. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dapat dimasukkan dalam rumpun pemb elajaran pengolahan informasi. American Chemical Society, 2008. Chemistry in National Science Education Standar ds. Washington DC: ACS. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menen gah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2010. Petunjuk Teknis Pelaksana an 30 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Pembelajaran dalam Implementasi KTSP di SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasi onal. Joyce, B.P & Weill, M. 2996. Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon. Lawson, A.E. 2995. Science Teaching and The Development of Thinking. California: Wadworth, Inc. Raka Joni, T. 2008. Resureksi Pendidikan Profesional Guru. Malang: LP3 UM. Cakra wala Indonesia. Reigeluth, C.M & Cheliman, A.A. 2009. InstructionalDesign Theori es and Models. Vol. III. New York: Taylor and Francis, Publishers. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 31

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP TATANAMA SENYAWA BINER DAN ION POLIATOMIK SISW A SMA Fariati Herunata Hayu Winarsi (alm) Prodi Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak: Konsep sukar dan kesalahan konsep dasar kimia mulai diteliti sejak tahu n 2008. Salah satu penelitiannya dilakukan oleh Winarsi (alm) yaitu konsep sukar dan kesalahan konsep tatanama senyawa biner dan ion poliatomik. Hasil penelitia nnya dengan menggunakan soal diagnostik yang disebut Model Hayu, dilaporkan bahw a diperoleh dua konsep sukar yaitu: dua konsep sukar yaitu: sistem Stock dan ani on poliatomik; 8 kesalahan konsep yang ditemukan ialah: tatanama unsur terhadap lambangnya; muatan kation; muatan anion; sistem Stock digunakan sesuai indeks pa da kation; sistem Stock digunakan pada kation menggunakan indeks pada anion; bil angan oksidasi pada anion poliatomik tidak mempengaruhi tatanama anion poliatomi k dan senyawa yang mengandung unsur logam-nonlogam menggunakan tatanama senyawa biner nonlogam-nonlogam. Kesalahan konsep terbesar dan juga merupakan konsep suk ar yaitu muatan anion pada siswa kelas X sedangkan siswa kelas XI mengalami kesa lahan konsep terbesar dan juga merupakan konsep sukar pada konsep bilangan oksid asi pada anion poliatomik tidak mempengaruhi tatanama anion poliatomik. Kata kun ci: Konsep sukar, Kesalahan konsep, Tatanama senyawa biner dan Ion poliatomik Proses belajar mengajar kimia di SMA sudah dilakukan dengan berbagai inovasi yan g dilaksanakan agar siswa SMA dapat mencapai Standar Kelulusan Minimal (SKM). Ha l ini membuat para guru berupaya agar semua siswa lulus dalam matapelajaran kimi a. Karakteristik konsep kimia yaitu: bersifat abstrak, berjenjang dan saling ter kait sehingga diperlukan strategi proses belajar mengajar yang cocok agar siswa tidak salah dalam memahami konsep kimia. Dari hasil ulangan kimia diperoleh data bahwa banyak siswa SMA salah menjawab soal ulangan kimia sehingga mendapat nila i di bawah SKM (komunikasi pribadi). Kesalahan memahami konsep dasar kimia yang dibuat siswa SMA akan berdampak saat siswa mempelajari konsep kimia lebih tinggi dan terkait. PEMBAHASAN Pembelajaran kimia di SMA diharapkan dapat membuat siswa paham tentang konsep da sar kimia dan mampu mempelajari konsep kimia dengan FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 jenjang yang lebih tinggi dan berkaitan. Salah satu konsep dasar kimia adalah ta tanama senyawa biner dan ion poliatomik. Dalam KTSP 2006 tatanama senyawa anorga nik diajarkan di kelas X SMA. Pokok bahasan tatanama senyawa anorganik di SMA ad alah nama senyawa yang terdiri dari dua unsur disebut senyawa biner diajarkan di kelas X semester satu dan tatanama senyawa anorganik yang mempunyai bilangan ok sidasi bermacam-macam diajarkan pada pokok bahasan reaksi redoks di kelas X seme ster dua. Pemahaman tatanama senyawa biner diperlukan untuk mempelajari kimia le bih tinggi dan berkaitan seperti menuliskan persamaan reaksi, perhitungan kimia, ikatan kimia, asam-basa dan lain-lain. Sampai sekarang siswa SMA bahkan mahasis wa kimia sering berbuat kesalahan dalam menuliskan nama senyawa anorganik (komun ikasi pribadi). Kesalahan tatanama senyawa biner yang dilakukan menyebabkan terj adi konsep sukar yaitu konsep yang dianggap sukar oleh siswa dan bukan konsep ki mia yang dipelajari tergolong sukar Kon32

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN sep sukar didefinisikan sebagai konsep yang tidak dapat dipahami atau salah oleh lebih besar atau sama dengan 61% siswa menjawab salah soal (Anjarwati, 2008). K onsep sukar yang dimiliki siswa akan menimbulkan kesalahan konsep. Kesalahan kon sep adalah kesalahan yang ajeg dilakukan siswa dan memiliki sumber-sumber terten tu dalam menafsirkan konsep, hubungan konsep dan penerapan konsep yang terjadi k arena ada perbedaan pemahaman konsep yang dimaksud oleh buku acuan atau ilmuwan atau masyarakat ilmiah (Berg dam Efendy, 2002). Kesalahan siswa SMA dalam member i nama senyawa biner menarik untuk diteliti. Sejumlah penelitian tentang kesalah an tatanama senyawa anorganik telah dilakukan. Hasil penelitian Widodo (2003) me laporkan bahwa 63,03% siswa kelas X SMAN sekota Mojokerto mengalami kesulitan da lam menuliskan rumus kimia. Syukrillah (2009) menunjukkan bahwa 56% siswa kelas X dan 43% siswa kelas XI SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang mengalami ko nsep sukar dalam tatanama senyawa dari logam dan nonlogam. Penelitian Vaudhi (20 09) menyatakan bahwa konsep sukar pada jenis partikel suatu senyawa yang terbent uk dari unsur logamnonlogam pada kelas XI SMAN-1 Malang sebesar 70,8%, dari unsu r nonlogam-nonlogam sebanyak 75,3% siswa kelas X; 21% siswa kelas XI dan 24% sis wa kelas XII. Data tersebut sangat mengejutkan dan menimbulkan rasa ingin tahu k esukaran siswa memahami tatanama senyawa biner sehingga menimbulkan konsep sukar dan kesalahan konsep. Penelitian dengan judul: IDENTIFIKASI KONSEP SUKAR DAN KE SALAHAN KONSEP TATANAMA SENYAWA BINER DAN ION POLIATOMIK SISWA SMA NEGERI 1 MALA NG, telah dilakukan oleh Winarsi, alm. (2010). Subyek penelitian yang digunakan pada penelitiannya adalah 76 siswa kelas X dan 73 siswa kelas XI IPA SMAN-1 Mala ng. Sumber data yang digunakan yaitu tes diagnostik berjumlah 13 soal dengan 5 a lternatif jawaban yang disusun pada kisikisi soal sesuai taksonomi Bloom C1-C4.( jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis). Realibilitas soal tes d iagnostik dihitung dengan rumus KR20 dan diperoleh sebesar 0,65 dengan kriteria tinggi. Soal yang dirakit Winarsi (alm) diberi nama Model Hayu yang melaporkan b ahwa diperoleh dua konsep sukar yaitu: sistem Stock dan anion poliatomik; 8 kesa lahan konsep ialah: tatanama unsur terhadap lambangnya; muatan kation; muatan an ion; sistem Stock digunakan sesuai inFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 deks pada kation; sistem Stock digunakan pada kation menggunakan indeks pada ani on; bilangan oksidasi pada anion poliatomik tidak mempengaruhi tatanama anion po liatomik dan senyawa yang mengandung unsur logam-nonlogam menggunakan tatanama s enyawa biner nonlogam-nonlogam. Data konsep sukar sistem Stock yang ditemukan ad alah 61% siswa kelas X saja pada soal no 3 Untuk konsep sukar anion poliatomik d itunjukkan pada soal no 10 sebesar 79% siswa kelas X; 94% siswa kelas XI. Pada s oal no 3 pilihan jawaban A, CuCl2 = tembaga diklorida, siswa menyatakan bahwa an gka indeks pada atom Cl menunjukkan jumlah atom Cl pada senyawa CuCl2 sehingga n amanya adalah tembaga diklorida. Pilihan jawaban B, Cu2O = tembaga(II) oksida, s iswa menjelaskan bahwa angka indeks pada atom Cu menunjukkan bilangan oksidasiny a. Pilihan jawaban C, Li2O litium(I) oksida, siswa menerangkan bahwa atom Li mem iliki bilangan oksidasi +1 dan merupakan golongan transisi maka tatanamanya deng an menuliskan bilangan oksidasinya. Pilihan jawaban E, SnO = Seng(II) oksida, si swa membei alasan bahwa nama unsur dengan lambang Sn adalah seng. Siswa belum me mahami bahwa lambang unsur menggunakan singkatan nama dengan menggunakan bahasa Latin dan bukan bahasa Indonesia. Soal no 10 merupakan salah satu soal model Hay u melaporkan bahwa jumlah siswa menjawab salah terbanyak pada pilihan jawaban A yaitu 53% siswa kelas X dan 45% siswa kelas XI memilih B. Pada pilihan jawaban A , siswa kelas X menjawab bahwa ion sulfit memiliki lambang SO3- karena siswa tid ak memahami tatanama anion poliatomik. Siswa menyimpulkan bahwa ion sulfat adala h SO42- maka ion sulfit adalah SO3-. Siswa kelas XI memilih pilihan jawaban B se bagai kesalahan dominan dengan alasan ion sulfat adalah SO42maka ion manganat ad alah MnO42-. Kation Nama anion poliatomik Ion sulfit Ion manganat Ion natrium Ion kromat Ion kromat Ion bromit Nama senyawa litium I) NaSO3 II) NaSO4 III) Na2MnO4 IV) Na2MnO

3 V) NaPO3 VI) Na(PO4)3 VII) Na2CrO4 VIII) NaCrO4 IX) NaBrO2 X) NaBrO4 33

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Soal model Hayu no 10 disajikan berikut: Pasangan anion dan rumus kimia yang ben ar adalah A) a dan I B) b dan III C) c dan V D) d dan VIII E) e dan IX Tabel 1. Pengecoh tatanama unsur terhadap lambangnya No Soal 1 3 4 5 6 PENUTUP P engecoh A E C A A Lambang Unsur Be Sn B K Ni Nama Unsur Besi Seng Bromin Kalsium Nitrogen Kesalahan konsep tatanama unsur terhadap lambangnya ditunjukkan oleh pilihan jaw aban sebagai pengecoh yaitu pada Tabel 1. Kesalahan konsep muatan anion merupaka n kesalahan terbesar dan juga merupakan konsep sukar untuk siswa kelas X. Siswa kelas XI mengalami kesalahan konsep terbesar dan juga merupakan konsep sukar pad a konsep bilangan oksidasi pada anion poliatomik tidak mempengaruhi tatanama ani on poliatomik. Data penelitian Winarsi (alm) menguatkan bahwa perlu diberin perhatian khusus pe mbelajaran tatanama senyawa anorganik (biner dan anion poliatomik) supaya tidak terjadi konsep sukar dan kesalahan konsep yang dimiliki siswa sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. DAFTAR RUJUKAN Anjarwati, N. L. 2008. Identifikasi Konsep Sukar dan Kesalahan Ko nsep Stoikiometri pada Siswa SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan kimia Universitas Negeri Malang Effendy.2002 . Upaya Untuk Mengurangi Kesalahan konsep Dalam Pengajaran Kimia Dengan Mengguna kan Strategi Konflik. Media Komunikasi Kimia. 2(6):1-22 Syukrillah, H. 2009. Ide ntifikasi Konsep Sukar dan Kesalahan Konsep Pokok Bahasan Materi pada Siswa SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurus an kimia Universitas Negeri Malang Vaudhi, F. 2009. Identifikasi Konsep Sukar da n Kesalahan Konsep Mol FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 34

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENGKOSTRUKSI TES KIMIA YANG BAIK BENTUK PILIHAN GANDA DENGAN METODE DIPRESENTGAP Habiddin Prayitno Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak: Telah dilakukan penelitian untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa Pend idikan Kimia UM dalam mengembangkan tes kimia yang baik dengan metode DiPresentGa p. Penelitian ini dilaksanakan dengan format penelitian tindakan kelas dan berlan gsung selama 3 siklus. Metode DiPresentGap diterapkan pada setiap siklus. Peneli tian ini dilakukan berdasarkan masalah yang ditemukan pada perkuliahan Penilaian Pendidikan Kimia pada mahasiswa Semester VI Angkatan 2007 off A, dimana mahasis wa belum mampu mengkostruksi tes kimia yang baik khususnya bentuk soal pilihan g anda (multiple choice). Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kemampu an mahasiswa dalam mengkontruksi tes kimia yang baik mulai dari siklus 1 sampai siklus 3. Pemerian data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif berdasa rkan norma-norma penyusunan tes pilihan ganda yang baik. Kata kunci: tes kimia y ang baik, soal pilihan ganda, DiPresentGap Sajian mata kuliah Penilaian Pendidikan Kimia diberikan untuk membekali mahasisw a agar mampu melakukan perencanaan, pembuatan alat ukur atau instrumen, pengadmi nistrasian pengukuran, pengolahan dan penarikan kesimpulan dari informasi hasil belajar serta bagaimana menindaklanjuti hasil penilaian. Pembuatan instrument te s berupa tes kimia terstandar merupakan hal yang sulit dilakukan oleh mahasiswa. Hal teesebut Nampak pada beberapa pertemuan awal dengan topik kajian mengembang kan tes yang berkualitas. Berikut ini disajikan contoh soal yang dibuat oleh mah asiswa pada awal perkuliahan. Hitunglah molalitas larutan yang terjadi bila 24 gr am kristal MgSO4 dilarutkan dalam 400 gram air (Mr MgSO4 = 120). (A) 0,2 molal (D ) 3,33 molal (B) 0,5 molal (E) 0,14 molal (C) 0,0005 molal Konstruksi soal, peng urutan option jawaban yang berbentuk angka, pertimbangan distraktor, belum memen uhi kriteria soal yang baik. Danili & Reid dalam Bunce & VandenPlas (2005:160), mengemukakan bahwa hasil-hasil penel itian menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam mengkontruksi tes kimia bentuk pilih an ganda (Multiple Choice) tidak sebaik mengkontruksi bentuk essay (uraian). Leb ih lanjut Bunce & VandenPlas menyimpulkan bahwa dibutuhkan penelitian yang ekste nsif tentang kemampuan mahasiswa dalam mengkontruksi tes kimia yang berkualitas. Proses mengkonstruksi tes memiliki banyak keuntungan bagi mahasiswa diantaranya dapat mengikatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi kimia. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Bunce & VandenPlas (2006). Peranan tes yang berkualitas da lam mengidentifikasi pemahaman mahasiswa telah banyak dibuktikan. Stamovlasis, d kk (2005) telah menganalisis pemahaman konseptual dan algoritmik berdasarkan tes yang diberikan. Tan, dkk (2005) menggunakan tes diagnostik untuk mengidentifika si pemahaman siswa tentang energi ionisasi. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 35

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Kemampuan mahasiswa mengkonstruksi tes kimia terstandar akan terbentuk dengan ba ik jika mahasiswa dikondisikan untuk termotivasi dan tertantang untuk berlatih. Namun, mengingat hal ini tidak mudah maka mahasiswa perlu dibimbing dan dibiasak an. Dengan demikian, penerapan metode DiPresentGap (diskusi-presentasitanggapan) m erupakan langkah yang tepat untuk membentuk kemampuan mahasiswa mengembangkan te s terstandar. METODE

kurangan dari tes tersebut diungkap secara kelas serta pemberian saran-saran per baikan. Tahap ini dipandu oleh Dosen Pembina mata kuliah. Dosen Pembina memberik an penjelasan dan saran-saran kepada mahasiswa terkait soal hasil kontruksi maha siswa. Tanggapan dan Refleksi Kelebihan dan kekurangan tes yang telah dibuat dij elaskan, selanjutnya ditugaskan untuk membuat soal konsep kimia yang lain. Siklus 2 Subjek penelitian ini adalah mahasiswa peserta Mata Kuliah Penilaian Pendidikan Kimia semester genap, tahun akademik 2009/2010 Jurusan Kimia FMIPA UM Malang. Pe nelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) karena masalah yang ditel iti bersumber dari masalah real yang ditemukan oleh dosen dalam proses perkuliah an. Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dengan m etode DiPresentGap. Mahasiswa dibagi dalam 5 kelompok dengan anggota masing-masing kelompok 5 orang. Langkahlangkah penelitian, yaitu: (1) pemberian masalah, (2) diskusi kelompok, (3) observasi (presentasi kelas), (4) Tanggapan dan refleksi Siklus 1 Pemberian masalah 2 (adaptasi) Mahasiswa ditugaskan melakukan browsing soal-soal kimia terstandar khususnya dari luar negeri. Selanjutnya mahasiswa ditugaskan m embuat soal dengan mengadaptasi soal-soal kimia terstandar hasil browsing. Soal yang ditugaskan difokuskan pada soal-soal yang diturunkan dari tabel, grafik, ku rva atau gambar. Langkah selanjutnya sama dengan siklus 1 Siklus 3

Pemberian masalah 1 Mahasiswa ditugaskan membuat tes kimia bentuk pilihan ganda biasa sebanyak yang diinginkan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Mahasi swa diberi petunjuk untuk mencari rambu-rambu penulisan tes yang baik dalam buku -buku evaluasi dan penilaian pendidikan. Soal yang dikembangkan disesuaikan deng an indikator dan tujuan penyajian materi kimia dasar yang dipilih pada setiap so al. Diskusi kelompok Mahasiswa mendiskusikan tes yang dikembangkan dalam kelompo k yang telah dibentuk sebelumnya. Dalam kelompok tersebut, antara mahasiswa sali ng memberi masukan dan kritik terhadap soal yang dibuat oleh yang lain. Observas i (presentasi kelas), Sejumlah mahasiswa mempresentasikan soal yang telah dikemb angkan. Soal tersebut akan dibahas dalam kelas. Kelebihan dan kePemberian masalah 3 (mandiri) Mahasiswa ditugaskan mengkonstruksi soal yang ditu runkan dari tabel, grafik, kurva atau gambar. Tiap mahasiswa menghasilkan soal y ang merupakan hasil karya terbaiknya, ada yang berbahasa Indonesia dan ada yang berbahasa Inggris. Langkah selanjutnya sama dengan siklus 1 Hasil setiap siklus dianalisis secara kualitatif. Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskri

ptif, yaitu pemberian secara sistematis dan faktual terhadap aspek-aspek kualita s tes kimia hasil kontruksi mahasiswa untuk layak tidaknya ditetapkan sebagai te s kimia yang baik sesuai kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Dengan demikia n tidak ada data kuantitatif pada setiap siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Produk Soal Mahasiswa Pada Siklus 1 Pada Siklus 1 mahasiswa ditugaskan untuk membu at soal kimia tanpa diberikan penjelasan atau contoh terlebih dahulu tentang car a mengkontruksi tes yang baik. Mahasiswa diminta mengeksplorasi sendiri pengetah uannya tentang cara mengkontruksi tes kimia yang baik 36 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN melalui penelusuran literatur. Contoh soal kimia hasil bentukan mahasiswa pada t ahap ini diberikan pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Tes Kimia Hasil Kontruksi Mahasiswa Pada Siklus 1 1. Diketahui reaksi seb agai berikut: Zn(s) + HCl(aq) ZnCl2(s) + H2(g) Jika 16,345 gram Zn yang direaksika n menghasilkan 5 liter gas H2 pada suhu dan tekanan tertentu, berapakah 28 gram gas nitrogen pada suhu dan tekanan yang sama? (Ar H=1; N=14; Cl=35,5; Zn=65,38) A. 0,05 L B. 20 L C. 1,25 L D. 40 L E. 280 L 2. Zat aktif yang terdapat dalam pe mutih adalah. A. NaCl B. NaClO C. NaClO2 D. NaClO3 E. NaClO4 3. How much NaOH 0,0 015 M must be titrated in solution 50 mL HCl 0,03 M in order to get equilibrium point ? A. 15 mL C. 150 mL E. 1000 mL B. 50 mL D. 500 mL soal-soal standar hasil browsing. Mahasiswa diminta menyertakan sumber soal kimi a yang diadaptasi. Pada saat evaluasi kinerja, mahasiswa menunjukkan sisi perbed aan antara soal yang disusunya dengan sumber soal yang diadaptasi. Contoh soal k imia hasil bentukan mahasiswa pada tahap ini diberikan pada tabel. Tabel 4. Tes Kimia Hasil Kontruksi Mahasiswa Pada Siklus 2 No. Sumber Adaptasi Ber ikut merupakan beberapa B-R, Sherry, kemungkinan struktur ion et all. 2005. hidr ogensulfat. 2005 U. S. Di antara keempat struktur National tersebut yang merupak an Chemistry pasangan kanonis yang Olympiad. paling stabil adalah New York: A. (i i) saja, karena jumlah State Univermuatan formalnya = -1 sity of New B. (i) dan (iii), karena York. (soal distribusi muatan formal no. 51 hal 7) ion memenuhi sy arat dengan jumlah muatan formal = -1 dan mempunyai PEB yang sama banyak C. (ii) dan (iii), karena keduanya memiliki jumlah muatan formal sama dengan -1 D. (i) dan (ii), karena mempunyai jumlah PEB sama banyak dan jumlah ikatan dan yang am a banyak ula E. (iv) aja, karena di tribu i muatan formal ion memenuhi yarat dan memiliki banyak PEB ada ub tituen Perhatikan grafik harga California ioni a i ertama un urStandard Te t un ur eriode 3. 2008. (No. 15) Harga ioni a i e rtama un ur magne ium, fo for, dan belerang berturut-turut ditunjukkan oleh. (A) B, D, E (B) C, D, F (C) B, E, F (D) D, F, G (E) C, E, F Soal 1. Soal- oal yang ditam ilkan ada tabel 1 di ata menggambarkan kemam uan maha i w a dalam mengkontruk i te kimia ter tandar ma ih kurang. Badan oal dan okok o al umumnya ma ih ukar dibedakan, e erti yang terlihat ada oal no. 1 dan 3. P enyajian angka ada oal no. 2 belum diurutkan berda arkan nilainya. Demikian u la aturan-aturan enuli an oal yang berlaku ecara na ional, mi alnya enggunaa n huruf ka ital ada o tion jawaban (A, B, C, D, E). ke eragaman jumlah titik a da akhir okok oal juga belum di erhatikan dengan baik. Soal no. 4 yang berbaha a inggri cuku baik dari egi grammar karena dimungkinkan maha i wa mencontoh oal yang telah ada dalam buku kimia berbaha a ingggri . Produk Soal Maha i wa P ada iklu 2 Pada Siklu 2 maha i wa dituga kan untuk membuat oal kimia dengan me ngada ta i 2. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 37

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Pada taha ini maha i wa mengkon truk i oal dengan mengada ta i oal- oal ha il brow ing internet. Hal ini dimak udkan agar ada taha maha i wa da at mengkon truk i oal yang baik dengan memetik elajaran dari oal- oal ter tandar ter ebu t. Produk Soal Maha i wa Pada Siklu 3 Pada Siklu 3 maha i wa hanya diwajibkan meng ha ilkan 1 oal yang meru akan karya terbaiknya. Soal- oal ter ebut kemudian did i ku ikan ecara kela . Berda arkan ha il di ku i ter ebut, elanjutnya diha ilk an 10 oal terbaik. Soal- oal ter ebut ia untuk divalida i. Hal ini da at dila kukan jika hendak dibentuk oal kimia ter tandar. Contoh oal ter ebut di ajikan ada Tabel 3. Tabel 3. Te Kimia Ha il Kon truk i Maha i wa Pada Siklu 3 1. Perhatikan diagram el elektrokimia berikut: (A). (B). (C). (D). Dengan melihat diagram el volta d i ata , maka ernyataan di bawah ini yang benar adalah A. Reak i da at berlang u ng dengan mengha ilkan oten ial ebe ar 0,04 volt. B. Reak i da at berlang ung jika ada oten ial ebe ar 0,04 volt mengalir dalam el ter ebut. C. Reak i da a t berlang ung dengan mengha ilkan oten ial ebe ar 1,56 volt. D. Reak i da at b erlang ung jika ada oten ial ebe ar 1,56 volt mengalir dalam el ter ebut. E. Reak i da at berlang ung dan mengha ilkan oten ial ebe ar 2,36 volt. 2. Ketika uatu molekul A dibakar dengan molekul B, di eroleh molekul C dan D, reak inya e uai gambar berikut ini. A abila 67,2 Liter molekul A bereak i dengan 134,4 li ter molekul B, maka. A. 18,06 x 1023 molekul C dan 18,06 x 1023 molekul D yang di ha ilkan. B. 36,12 x 1023 molekul C dan 18,06 x 1023 molekul D yang diha ilkan. C. 18,06 x 1023 molekul C dan 3,612 x 1024 molekul D yang diha ilkan. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 D. E. 3,612 x 1024 molekul C dan 3,612 x 1024 molekul D yang diha ilkan. 3,612 x 1024 molekul C dan 1,806 x 1023 molekul D yang diha ilkan. 3. Sebanyak 100 ml larutan A 0,2 M dititra i dengan 0,5 M larutan B dari buret. Dari titra i ter ebut di eroleh grafik erubahan H larutan e erti di bawah ini . 4. Perhatikan gambar ke etimbangan antara ga CO dan ga H 2 menurut er amaan reak i berikut: CO (g) + 3 H 2 (g) CH 4 (g) + H 2 O(g) Pada uhu teta , engaruh enambahan tekanan terhada reak i ke etimbangan: (1) kon entra i CH 4 bertambah (2) ke etimbangan berge er ke kanan (3) tidak mem eng aruhi harga K c (4) Q c > K c Pernyataan yang benar berda arkan keadaan diata a dalah.... (A) (1),(2), dan (3) (B) (1) dan (3) (C) (2) dan (4) (D) (4) aja (E) (1), (2), (3), dan (4) 5. Pembentukan kri tal NaCl dari un urun urnya di ajikan ada iklu BornHaber di bawah ini. Be arnya harga ental i embentukan kri tal N aCl adalah... A. - 439 kJ/mol D. 289,9 Kj/mol B. - 289,9 kJ/mol E. 439 kJ/mol C. 58,6 kJ/mol 6. Di bawah ini meru akan grafik titik enyawa hidrida golongan VI diantaranya H2O, H2Se, H2S, dan H2Te: Urutan titik didih enyawa yang benar untu k A, B, C, dan D adalah. A. H2O, H2Se, H2S, H2Te B. H2S, H2O, H2Te, dan H2Se C. H 2O, H2S, H2Se, dan H2Te D. H2Te, H2Se, H2S, dan H2O E. H2O, H2Te, H2Se, dan H2S 38

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN KESIMPULAN Berda arkan ha il enelitian yang telah di a arkan ebelumnya, da at di im ulkan bahwa berda arkan arameter kualitatif, kemam uan maha i wa mengembangkan te k imia bentuk ilihan ganda emakin baik dari ilu 1 ke iklu 3. Berda arkan tem uantemuan yang di eroleh, dikemukakan aran aran berikut ini. Kemam uan maha i w a DAFTAR RUJUKAN Bunce, D.M. & VandenPla , J.R. 2006. Student Recognition and Con truction of Quality Chemi try E ay Re on e . The Royal Society of Chemi try, C hemi try Education Re earch and Practice, 7(3) :160-169 Danili, E. & Reid, N. 20 05. A e ment Format : Do They Make A Difference? The Royal Society of Chemi tr y, Chemi try Education Re earch and Practice, 6(4): 204-212 Stamovla i , D., T a arli , G., Kamilato , C., Pa aoikonomou, D., & Zarotiadou, E. 2005. Conce tual Under tanding Ver u Algorithmic Problem Solving: Further Evidence From A Nation al

Chemi try Examination. The Royal Society of Chemi try, Chemi try Education Re ea rch and Practice, 6(2) : 104-118 Tan, K.C.D., Taber, K.S., Goh, N.K., & Chia, L. S. 2005. The Ionization Energy Diagno tic In trument: A Two-Tier Multi le-Choice In trument to Determine High School Student Under tanding of Ionization Energy. The Royal Society of Chemi try, Chemi try Education Re earch and Practice, 6(4) : 180-179 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 39

dalam mengkontruk i te kimia ter tandar erlu ditingkatkan, mengingat hal ter but angat enting dalam melak anakan tuga kelak ebagai guru. Soal- oal yang engandung gambar, grafik, atau tabel ha il kontruk i maha i wa erlu menda at rhatian karena umumnya daya dukung gambar, tabel atau grafik terhada oal kon ruk i maha i wa tidak kru ial

e m e t

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN STUDI TENTANG PELAKSANAAN LESSON STUDY DI SMA LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MA LANG TAHUN AJARAN 2009/2010 Hayuni Retno Widarti Dar ono Sigit Mahmudi Juru an Kimia FMIPA Univer ita Negeri Malang

Salah atu to ik endidikan yang belakangan ini menarik untuk di erbincangkan ya itu tentang le on tudy, yang muncul ebagai alah atu alternatif guna mengata i ma alah raktik embelajaran yang elama ini di andang kurang efektif. Se ert i dimaklumi, bahwa udah ejak lama raktik embelajaran di Indone ia ada umumn ya cenderung dilakukan ecara konven ional yaitu melalui ceramah, untuk merubah kebia aan raktik embelajaran dari embelajaran konven ional dengan ceramah ke embelajaran yang ber u at ke ada i wa memang tidak mudah. Le on tudy tam akn ya da at dijadikan ebagai alah atu alternatif guna mendorong terjadinya erub ahan dalam raktik embelajaran di Indone ia menuju ke arah yang jauh lebih baik . Le on tudy yang dalam baha a Je ang di ebut jugyokenkyu meru akan ro e em belajaran yang mengkolabora ikan guru dalam gru kecil dengan orang lain (do en, guru mata elajaran, atau guru mata elajaran lainnya) untuk merencanakan

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 40

engajaran ( lan), mengob erva i ada aat elak anaan (do), meninjau kembali da n mela orkan ha ilnya ada a lika i dalam engajaran berikutnya (reflek i). Le on Study meru akan alah atu u aya embinaan untuk meningkatkan ro e embelaj aran yang dilakukan oleh ekelom ok guru ecara kolaboratif dan berke inambungan , dalam merencanakan, melak anakan, mengob erva i, mereflek i dan mela orkan ha il embelajaran. Le on Study bukanlah uatu trategi atau metode dalam embelaj aran, teta i meru akan alah atu u aya embinaan untuk meningkatkan ro e emb elajaran yang dilakukan oleh ekelom ok guru ecara kolaboratif dan berke inambu ngan. Pelak anaan le on tudy melibatkan bebera a guru dalam kelom ok-kelom ok di ku i kecil dengan aktifita antara lain berdi ku i dalam menyu un erencanaan mengajar, melakukan ob erva i terhada ro e belajar mengajar dan melakukan di ku i etelah embelajaran untuk melakukan berbagai erbaikan ada ro e beriku tnya. Salah

Ab trak: Le on tudy meru akan uatu model embinaan endidikan melalui engkaj ian embelajaran ecara kolaboratif dan berkelanjutan berlanda kan rin i - rin i kolegalita dan mutual learning untuk membangun komunita belajar. Le on tu dy dilakukan ebagai u aya untuk mengkaji kegitan embelajaran melalui kegiatan erencanaan ( lan), elak anaan (do) dan reflek i ( ee) ber ama yang bertujuan m eningkatkan kualita embelajaran itu endiri. Penelitian yang dilakukan meru ak an enelitian di kri tif dengan am el guru PPL dan i wa kela X3 dan X5 di SMA Laboratorium Univer ita Negeri Malang. Data enelitian di eroleh dengan member ikan angket, lembar ob erva i kegiatan embelajaran, le on learned re ort. Ha i l enelitian menunjukkan bahwa 1) kegiatan le on tudy di SMA LAboratorium UM d ilakukan ecara rutin dan banyak memberikan manfaat ke ada guru, 2) terda at en ingkatan terhada kerja guru dengan kategori baik, 3) tangga an i wa terhada k egiatan le on tudy o itif dengan er enta e rata-rata ebe ar 69%. Kata kunci : le on tudy, SMA Laboratorium UM, Guru PPL

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN atu guru menjadi guru model dan yang lainnya menjadi ob erver ehingga ua ana kela bi a terkondi i dengan baik. Oleh karena itu dengan adanya le on tudy di hara kan ada ola erubahan belajar i wa ehingga i wa menjadi lebih tertarik dan antu ia elama ro e embelajaran berlang ung. Pro e elak anaan le on tudy ada da arnya adalah kegiatan lan - do - ee (PerencanaanIm lementa i-di k u i) (Joharmawan, 2006). Pada taha erencanaan anggota le on tudy merancang k egiatan untuk meningkakan mutu belajar i wa dari embelajaran yang dilakukan ol eh alah eorang guru. Pada elak anaan erencanaan embelajaran yang udah dira ncang ber ama, kemudian diob erva i oleh teman atau guru yang lain, etelah itu melakukan reflek i ber ama ata ha il engamatan embelajaran yang baru aja dil akukan. Dari ha il ob erva i yang dida atkan di SMA Laboratorium Univer ita Neg eri Malang le on tudy udah ditera kan ejak tahun 2002. Oleh karena itu erlu diadakan enelitian tentang elak anaan kegiatan le on tudy di SMA Laboratori um Univer ita Negeri Malang khu u nya tentang materi kimia ada okok baha an r edok . METODE erhitungan tangga an i wa da at dilihat dalam Tabel 4. PEMBAHASAN

Pelak anaan kegiatan le on tudy ada kela yang diajar dengan learning cycle ( kela X3) dilakukan em at kali ertemuan, edangkan ada kela ceramah bermakna (kela X5) dilakukan tiga kali ertemuan. Urutan elak anaan kegiatan Le on tu dy adalah membuat erencanaan ( lan), elak anaan erencanaan (do), dan embaha an ha il elak anaan (reflek i). Taha erencanaan 1. Guru PPL melakukan erangk aian kegiatan yaitu menyia kan rencana elak anaan embelajaran (RPP), menyia ka n lembar kerja 1 i wa, menyia kan tuga individu 1, menyia kan hand out, menyia kan lembar enilaian keaktifan i wa, menyia kan lembar enilaian kinerja guru, le on learned re ort, lembar ob erva i embelajaran dalam kegiatan embelajara n, daftar hadir engamat le on tudy, dan mem er ia kan anggota kelom ok belaja r. Taha elak anaan dan ob erva i, elak anaan embelajaran dimulai dengan eng galian engetahuan awal i wa agar i wa bi a kon entra i aat embelajaran berl ang ung. Si wa diberikan erma alahan yang haru di ecahkan oleh i wa edangkan guru hanya memberikan enguatan dan enjela an jika i wa tidak mengerti. Pada aat elak anaan embelajaran, ebagian be ar i wa tidak mengikuti kegiatan bel ajar dengan baik. Hal ini da at dilihat dari i wa yang ma ih terlambat, berbica ra endiri aat guru menerangkan, i wa yang dibelakang tidak unya modul, dan a da juga aat guru menerangkan ada i wa yang jalan-jalan menuju bangku temannya. Taha reflek i, eneliti banyak menda at ma ukan dari ara ob erver antara lain agar mem erhatikan i wa yang duduk dibelakang dan berkeliling aat embelajara n berlang ung, dalam menjela kan materi elan- elan, engua aan kela lebih diti ngkatkan lagi, meningkatkan motiva i i wa dengan memberikan reward e erti tik er ber oint atau tambahan nilai bagi i wa yang mau mengemukakan enda atnya.

Penelitian yang dilakukan meru akan enelitian di kri tif yang mema arkan elak anaan kegiatan le on tudy oleh maha i wa juru an Kimia yang edang melak anaka n raktek engalaman la angan (PPL) eme ter gena 2009/2010. Rancangan eneliti an terdiri dari taha enyu unan RPP, lembar ob erva i kegiatan le on tudy, da n angket tangga an i wa terhada kegiatan le on tudy, erta taha anali i da ta Penelitian dilak anakan ada bulan Mei am ai Juni tahun 2010 dengan ubyek enelitian kela X3 dan X5 guru, maha i wa PPL dan i wa SMA laboratorium UM ada materi kimia dengan okok baha an redok . Pengum ulan data ada aat lan- do d an ee dilakukan oleh eneliti terhada guru bidang tudi, 2 maha i wa PPL dan i wa. Sedangkan ha il ob erva i kinerja guru ada kela X3 dan kela X5 da at di lihat Tabel 3. Ha il tangga an i wa terhada kegitan le on tudy di eroleh dar i emberian angket. Data

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 41

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Tabel 1. Ha il Ob erva i Kegiatan Le on Study Kela X3 Pertemuan Pertemuan ke-1 Plan RPP, LKS, oal kui (tuga individu), hand out, lembar enilaian kinerja gu ru dengan model learning cycle, lembar enilaian keaktifan i wa. Le on learned re ort, lembar ob erva i embelajaran dalam kegiatan embelajaran, daftar hadir engamat le on tudy. Do Pelak anaan embelajaran dimulai dengan melakukan a e r e i untuk membuat hi ote i , i wa membaca modul, i wa menjela kan, mengerja kan kui , i wa membuat ke im ulan. Hanya ebagian i wa yang belajar, ma ih ada i wa yang terlambat, berbicara endiri aat guru menerangkan, i wa yang dibel akang tidak unya modul, aat guru menerangkan ada i wa yang jalan-jalan ke tem annya. Guru mengajukan ertanyaan, i wa membuat hi ote i , guru menjela kan mat eri yang belum di ahami i wa, mengerjakan oal, i wa membuat ke im ulan. Tidak emua i wa belajar materi yang diajarkan guru, ada i wa yang membuat gaduh da n bermain HP,ada i wa yang tidak mendengarkan enjela an guru. Guru memotiva i i wa, i wa membuat hi ote i , guru memberikan enguatan, mengerjakan oal, mem buat ke im ulan. Tidak emua i wa belajar materi yang diajarakan, ada i wa yan g ma ih bingung mengenai materi yang dijela kan, i wa berbincang-bincang dengan temannya ehingga i wa tidak mem erhatikan guru, ada i wa yang bermain endir i Pelak anaan embelajaran dimulai dari emberian kui dan mengajukan ertanyaan ke ada i wa agar i wa membuat hi ote i raktikum. Guru memberikan emodelan cara raktikum agar i wa tidak ke ulitan ketika melakukan raktikum. Sebagian b e ar i wa udah belajar, hal ini terlihat dari cara i wa menjawab kui dan er tanyaan yang diberikan oleh guru, teta i keadaan ma ih teta ramai ketika diberi ertanyaaan. Ada i wa yang tidak mem erhatikan guru, tidak membaca modul karen a tidak membawa, bermain dan mengobrol endiri dengan teman-temannya. See Guru l ebih mem erhatikan i wa yang duduk dibelakang dan berkeliling aat embelajaran berlang ung, dalam menjela kan materi elan- elan, engua aan kela lebih ditin gkatkan lagi. Guru memberikan reward e erti tiker ber oint atau tambahan nilai Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-3 RPP dengan ma ukan aran reflek i ertemuan ke-1, LKS, oal kui , hand out, lemb ar enilaian kinerja guru dengan model learning cycle, lembar enilaian keaktifa n i wa. Le on learned re ort, lembar ob erva i embelajaran dalam kegiatan em belajaran, daftar hadir engamat le on tudy RPP dengan ma ukan aran reflek i ertemuan ke-2, LKS, oal kui , hand out, lembar enilaian kinerja guru dengan m odel learning cycle, lembar enilaian keaktifan i wa. Le on learned re ort, le mbar ob erva i embelajaran dalam kegiatan embelajaran, daftar hadir engamat l e on tudy

Jika ada i wa yang belum memahami materi ebaiknya guru mengulang lagi materi y ang di elajari am ai i wa aham, guru mengajukan ertanyaan ke ada i wa yang membuat gaduh agar i wa mem erhatikan. Si wa udah mulai aktif dalam menjawab ertanyaan yang diberikan guru karena ada nya reward beru a tambahan nilai, ma ih ada i wa yang kurang ercaya diri untuk mengerjakan tuga di a an tuli . Pertemuan ke-4 RPP dengan ma ukan reflek i ertemuan ke-3, LKS raktikum, hand out, lembar eni laian kinerja guru dengan model learning cycle, lembar enilaian keaktifan i wa . Lembar enilaian kerja laboratorium, Le on learned re ort, lembar ob erva i embelajaran dalam kegiatan embelajaran, daftar hadir engamat le on tudy, ala t dan bahan untuk raktikum

Si wa belum ia untuk kui , etia i wa haru menda at LKS untuk mennunjang r aktikum ehingga emerataan jobdi bagi etia i wa. Pembagian kelom ok ma ih k urang teratur, embagian waktu hau lebih di erhatikan lagi karena ebelum materi ele ai waktu udah habi . FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 42

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Tabel 2. Ha il Kegiatan Le on Study Kela X5 Pertemuan Plan Pertemuan RPP, LKS, oal kui , hand out, ke-1 lembar enilaian kinerja guru dengan model ceramah be rmakna, lembar enilaian keaktifan i wa. Le on learned re ort, lembar ob erva i embelajaran dalam kegiatan embelajaran, daftar hadir engamat le on tudy D o Guru memotiva i i wa dengan memberikan ertanyaan, guru menerangkan materi, i wa berdi ku i, diakhir kegiatan i wa mengerjakan kui . Hanya ebagian i wa y ang benar-benar belajar, i wa gaduh, bermain H , mengobrol dengan teman ebangk unya, melamun. Melihat keluar jendela, tidak berdi ku i aat mengerjakan LKS, i wa menghada ke belakang aat guru menjela kan RPP dengan ma ukan Guru mengingt kan materi ada reflek i ertemuan ke-1, ertemuan ebelumnya, guru LKS, oal ku i , hand out, menerangkan materi, i wa lembar enilaian kinerja guru berdi ku i , diakhir kegiatan dengan model ceramah i wa mengerjakan kui . Tidak bermakna, lembar enilaian enua i wa belajar to ik keaktifan i wa. Le on embelajaran, ada i wa yang learned re ort, lembar tidur, diam dan melamun aat ob erva i e mbelajaran embelajaran berlang ung, dalam kegiatan i wa tidak mem unyai modul, embelajaran, daftar hadir aat mengerjakan LKS bergurau engamat le on tudy dan mencontoh ekerjaan temannya. RPP dengan ma ukan Guru memberikan ertanyaan reflek i ertemuan ke-2, kon e ok idator dan reduktor, LKS raktikum, hand out, guru menjela kan cara lembar enilaian kinerja guru melakukan raktikum, i wa dengan model ceramah membuat la oran raktikum. bermakna, lembar enilaian Tidak emua i wa belajar, keaktifan i wa. Lembar i wa mondar mandir enilaian kerj a laboratorium, kebelakang, keluar ma uk kela , Le on learned re ort, bermain, gaduh, tidak lembar ob erva i mem erhatikan enjela an guru, embelajaran dalam kegiatan tidak menerjakan LKS, LKS embelajaran, daftar hadir ma ih ko ong, i w a kurang engamat le on tudy, alat ia menerima elajaran, kurang dan bahan u ntuk raktikum memahami ro edur ercobaan. See Meminta i wa yang tidak mem uny ai modul untuk duduk dengan i wa yang mem unyai modul, kui diberikan etelah i wa membuat ke im ulan, memberikan ertanyaan ke ada i wa yang ramai agar mau mem erhatikan. Pertemuan ke-2 Menegur dan ering mendatangi i wa yang ramai, meminta i wa untuk mengerjakan tuga di a an tuli , erlu meningkatkan engelolaan kela agar i wa tidak gaduh didalam kela . Pertemuan ke-3 Aloka i waktu erlu di erhatikan, mengaitkan ha il raktikum dengan er amaan re ak i dan kon e atau teori yang di elajari, memberikan gambaran ecara ringka c ara kerja di a an tuli agar i wa mudah memahami dan tidak bingung aat rakti kum berlang ung. Tabel 3. Ha il Ob erva i Kinerja Guru PPL Kela X3 dan Kela X5 Pengamat Pengama t 1 Pengamat 2 Pengamat 3 Rerata Nilai Keterangan 1 86 73 84 81 Baik Kela X3 Pe rtemuan ke2 3 84 80 82 84 80 84 82 83 Baik Baik Kela X5 Pertemuan ke1 2 3 75 80 90 88 85 85 95 98 90 86 87 88 Baik Baik Baik 4 80 89 78 83 Baik FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 43

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Tabel 4. Ha il Perhitungan Tangga an Si wa terhada Kegiatan Le on Study Kela X3 dan Kela X5 Interval kor 20-35 36-51 52-67 68-80 Kela X3 Per enta e Kriter ia 2% Sangat negatif 32 % Negatif 52 % Po itif 15 % Sangat o itif Kela X5 Per enta e 2.00% 25.0% 62.0% 9.00% Jumlah 11 208 341 101 Jumlah 11 164 388 56 Kriteria Sangat negatif Negatif Po itif Sangat o itif Pertemuan kedua guru PPL juga membuat taha erencanaan 2 yaitu mem erhatikan e rbaikan dalam menyia kan rencana elak anaan embelajaran (RPP) yang telah dibua t berda arkan reflek i ada ertemuan ertama, menyia kan lembar kerja i wa 2, menyia kan tuga individu 2. Menyia kan hand out, menyia kan lembar enilaian ke aktifan i wa, menyia akan lembar enilaian kinerja guru, le on learned re ort, lembar ob erva i embelajaran dalam kegiatan embelajaran, daftar hadir engama t le on tudy yang ama dengan ertemuan 1. Taha elak anaan dan ob erva i 2, dalam taha an ini tidak emua i wa belajar dengan baik. Hal ini da at dilihat m a ih adanya i wa yang membuat gaduh dan bermain hand hone, ada i wa yang tidak mendengarkan enjela an guru. Taha reflek i 2, aran yang dida atkan eneliti adalah jika ada i wa yang belum memahami materi ebaiknya guru mengulang lagi m ateri yang di elajari am ai i wa aham, guru mengajukan ertanyaan ke ada i w a yang membuat gaduh agar i wa mem erhatikan. Taha erencanaan 3, guru PPL men yia kan lagi rencana elak anaan embelajaran (RPP), menyia kan lembar kerja i wa 3. Menyia kan tuga individu 3, menyia kan hand out, menyia kan lembar enila ian keaktifan i wa, menyia akan lembar enilaian kinerja guru, le on learned r e ort, lembar ob erva i embelajaran dalam kegiatan embelajaran, daftar hadir engamat le on tudy yang ama dengan ertemuan 1. Taha elak anaan dan ob erva i, tidak emua i wa belajar materi yang diajarkan, ada i wa yang ma ih bingun g mengenai materi yang dijela kan, i wa berbincang-bincang dengan temannya ehi ngga i wa tidak mem erhatikan guru, ada i wa yang bermain endiri. Kegiatan re flek i, ob erver memberikan ma ukkan ke ada eneliti bahwa i wa udah mulai akt if dalam menjawab ertanyaan yang diberikan guru karena adanya reward beru a tam bahan nilai teta i ma ih ada i wa yang kurang ercaya diri untuk mengerjakan tu ga di FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 a an tuli agar eneliti lebih memotiva i i wa lagi. Taha erencanaan 4, era ngkaian kegiatan yang dilakukan guru PPL antara lain RPP, LKS raktikum, menyia kan hand out, lembar enilaian kerja laboratorium. Menyia kan lembar enilaian k eaktifan i wa, lembar enilaian kinerja guru dengan model learning cycle, le o n learned re ort, lembar ob erva i embelajaran dalam kegiatan embelajaran, daf tar hadir engamat le on tudy yang ama dengan ertemuan 1. Alat dan bahan unt uk raktikum. Pelak anaan dan ob eva i, elak anaan embelajaran dimulai dari e mberian kui dan mengajukan ertanyaan ke ada i wa agar i wa membuat hi ote i raktikum. Guru memberikan emodelan cara raktikum agar i wa tidak ke ulitan ketika i wa melakukan raktikum. Sebagian be ar i wa udah belajar, hal ini te rlihat dari cara i wa menjawab kui dan ertanyaan yang diberikan oleh guru, te ta i keadaan ma ih teta ramai ketika diberi ertanyaaan. Ada i wa yang tidak m em erhatikan guru, tidak membaca modul karena tidak membawa modul, bermain dan m engobrol endiri dengan teman-temannya. Taha reflek i, i wa belum ia untuk k ui ehingga erlu dimotiva i lagi agar i wa mau belajar di rumah, etia i wa ebaiknya menda at LKS untuk menunjang raktikum ehingga emerataan tanggung j awab bagi etia i wa. Pembagian kelom ok ma ih kurang teratur, hal ini terliha t dari i wa yang indah- indah kelom ok. Pembagian waktu haru lebih di erhatik an lagi karena ebelum materi ele ai waktu udah habi . Pelak anaan le on tud

y dalam kela ceramah bermakna (kela X5). Taha erencanaan 1, dalam erencanaa n guru PPL melakukan hal-hal berikut: erangkaian kegiatan guru yang dilakukan u ntuk kelancaran elak anaan embelajaran yaitu RPP, LKS, oal kui , hand out, le mbar enilaian kinerja guru dengan model ceramah bermakna, lembar enilaian keak tifan i wa. Le on learned 44

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN re ort, lembar ob erva i embelajaran dalam kegiatan embelajaran, daftar hadir engamat le on tudy. Taha elak anaan dan ob erva i, elak annaan dimulai dar i emberian motiva i i wa ke ada i wa dengan memberikan ertanyaan, guru mener angkan materi, i wa berdi ku i, diakhir kegiatan i wa mengerjakan kui . Hanya ebagian i wa yang benar-benar belajar, i wa gaduh, bermain H , mengobrol deng an teman ebangkunya, melamun. Melihat keluar jendela, tidak berdi ku i aat men gerjakan LKS, i wa menghada ke belakang aat guru menjela kan. Taha reflek i. Saran yang di eoleh dalam kegiatan le on tudy ertemuan ertama ini antara la in: meminta i wa yang tidak mem unyai modul untuk duduk dengan i wa yang mem u nayai modul, kui diberikan etelah i wa membuat ke im ulan, memberikan ertany aan ke ada i wa yang ramai agar mau mem erhatikan. Taha erencanaan 2, guru PP L mem erhatikan erbaikan dalam menyia kan rencana elak anaan embelajaran (RPP ) yang telah dibuat berda arkan reflek i ada ertemuan ertama, LKS, oal kui . Hand out, lembar enilaian kinerja guru dengan model ceramah bermakna, lembar enilaian keaktifan i wa. Le on learned re ort, lembar ob erva i embelajaran d alam kegiatan embelajaran, daftar hadir engamat le on tudy yang ama dengan ertemuan 1. Taha elak anaan dan ob erva i, elak anaan tindakan dimulai denga n mengingatkan materi ada ertemuan ebelumnya, guru menerangkan materi, i wa berdi ku i, diakhir kegiatan i wa mengerjakan kui . Tidak emua i wa belajar t o ik embelajaran, ada i wa yang tidur, diam dan melamun aat embelajaran berl ang ung, i wa tidak mem unyai modul, aat mengerjakan LKS bergurau dan menconto h ekerjaan temannya. Dalam elak aan ini keaktifan i wa meningkat teta i ma ih dalam kategori kurang. Hal ini dikarenakan aat embelajaran i wa anagt ramai . Taha reflek i, aran untuk erbaikan ertemuan berikutnya adalah menegur dan ering mendatangi i wa yang ramai, meminta i wa untuk mengerjakan tuga di a a n tuli , erlu meningkatkan engelolaan kela agar i wa tidak gaduh didalam kel a . Taha erencanaan 3, erangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru PPL antar a lain RPP, LKS raktikum, hand out, lembar enilaian kinerja guru dengan model ceramah bermakna, lembar enilaian kerja laboratorium, lembar enilaian keaktifa n i wa, le on learned re ort, lembar obFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Okto ber 2010

Berda arkan ha il enelitian, ke im ulan dari enelitian baik untuk kela yang d iajar dengan learning cycle mau un ceramah bermakna adalah ebagai berikut: 1. P elak anaan kegiatan le on tudy di SMA Laboratorium Univer ita Negeri Malang d ilakukan guru PPL ecara rutin yang meru akan alah atu inova i dari ekolah, ehingga da at digunakan ebagai u aya mem erbaiki citra ekolah. 2. Kegiatan le on tudy da at meningkatakan kinerja guru PPL di SMA Laboratorium univer ita n egeri Malang. 3. Tangga an i wa terhada kegiatan le on tudy o itif, rata-ra ta i wa yang tertarik terhada le on tudy ebe ar 69%. Saran yang da at diber ikan terhada ha il enelitian adalah: 1. Sebaiknya kegiatan le on tudy dilanj

erva i embelajaran dalam kegiatan embelajaran, daftar hadir engamat le on tudy, yang ama dengan ertemuan 1. Menyia kan alat dan bahan untuk raktikum.Ta ha elak anaan dan ob erva i. Pelak anaan embelajarn dimulai dengan guru membe rikan ertanyaan kon e ok idator dan reduktor, guru menjela kan cara melakukan raktikum, i wa membuat la oran raktikum. Tidak emua i wa belajar, i wa mon dar mandir kebelakang, keluar ma uk kela , bermain, gaduh, tidaak mem erhatikan enjela an guru, tidak mengerjakan LKS, LKS ma ih ko ong, i wa kurang ia mene rima elajaran, kurang memahami ro edur ercobaan. Taha reflek i, aran untuk erbaikkan embelajaran berikutnya antara lain aloka i waktu erlu di erhatikan, mengaitkan ha il raktikum dengan er amaan reak i dan kon e atau teori yang d i elajari, memberikan gambaran ecara ringka cara kerja di a an tuli agar i wa mudah tidak bingung aat raktikum berlang ung. Kinerja guru PPL dalam kela X3 dan X5 meningkat me ki un tidak terlalu tinggi dan kinerja guru dikategorikan baik. Tangga an i wa terhada kegiatan le o n tudy rata-rata ebe ar 69%. KESIMPULAN DAN SARAN

utkan teru -meneru dengan hara an kebia aan i wa dan guru dalam ro e embela jaran menjadi lebih baik dan da at terci ta lingkungan belajar yang menyenangkan dan kondu if. 45

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN 2. Agar kegiatan le on tudy da at berlang ung dengan baik erlu adanya kemauan guru untuk mem erbaiki diri. 3. Per aduan uatu endekatan embelajaran dengan endekatan lain atau er aduan model DAFTAR RUJUKAN Joharmawan, Ridwan. 2009. Pengalaman Le on Study di Malang. (onl ine), (htt ://djejak ro.blog ot.com diak e tanggal 4 A ril 2009). Joharmawan, Ridwan. 2006. Reforma i Sekolah melalui Kegiatan Le on Study Ka u SMA Laborato rium UM. Pro iding Seminar Na ional, 1(1): 235-244. Mahmudi, Ali. 2009. Mengemba ngkan Kom eten i Guru Melalui Le on Study. Forum Ke endidikan. 28(2)84-89. Rukm ini, Eli abeth. 2007. Pendekatan Metode Kolaboratif dalam Pembelajaran Kimia. Ju rnal Kajian Teori dan Praktik Ke endidikan. 34(2)135-143. Safrudiannur dan Suria ty. 2008. Penera an Belajar Kelom ok dalam Taha an Le on Study ada Materi Tekn ik Integral. Didaktika (Jurnal Pendidikan Pengembangan Kurikulum dan Teknologi P embelajaran, 9(3): 258-268. Sudrajat. Akhmad. 2008. Le on Study Untuk Meningkat kan Pro e dan Ha il Pembelajaran, (online), (htt ://ridwanjoharmawan.word re . com diak e 4 A ril 2009). embelajaran melalui le on g lebih baik. tudy, di aranakn ada guru agar di eroleh ha il yan

Sumari dan Muhammad Su aidy. 2006. Monitoring dan Evalua i Pelak anaan Piloting d an Le on Study Mata Pelajaran Kimia di SMPN 4 dan SMA Lab UM Malang. Pro iding Seminar Na ional, 1(1): 214-225. Syam uri,I tamar dan Ibrohim. 2008. Le on Stud y(Studi Pembelajaran). Malang:FMIPA Univer ita Negeri Malang. Univer ita Neger i Malang. 2000. Pedoman Penuli an Karya Ilmiah Skri i, Te i , Di erta i, Artike l, Makalah, La oran Penelitian. Edi i keem at. Malang: Biro Admini tra i Akademi k, Kemaha i waan, Perencanaan, dan Si tem Informa i (BAAKPSI) bekerja ama denga n Penerbit Univer ita Negeri Malang (UM PRESS). Widhiarta, Putu A hintya dkk. 2 008. Le on Study(Sebuah U aya Peningkatan Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal. S urabaya: Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Balai PNFI Regiona l IV Surabaya. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 46

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI LESSON STUDY BERBASIS MGM P DI KABUPATEN MALANG Herbandri Ketua MGMP Kimia SMA Kab.Malang; Guru Kimia SMA PGRI Lawang Kab.Malang; e-mail: herbandri@yahoo.com Ab trak: Guna meningkatkan kualita guru kimia SMA di Kab.Malang telah dilak ana kan kegiatan le on tudy berba i MGMP. Kegiatan ini e uai dengan rogram MGMP Kimia Kab.Malang yang berawal dari mem erkenalkan tentang a a itu le on tudy, menga a erlu mengadakan le on tudy dan bagaimana cara melak anakan le on t udy yang enuli am aikan ke ada rekan-rekan e erta MGMP, yang kemudian dilanj utkan dengan mendatangkan eorang do en juru an kimia Univer ita Negeri Malang yang lebih berkom eten untuk membimbing kegiatan le on tudy berba i MGMP ini mulai dari er ia an am ai elak anaannya. Kegiatan le on tudy ini dilak anak an dalam tiga kali ertemuan yaitu bulan Januari dan Pebruari 2010 tentang er i a an dan erencanaan le on tudy ( lan) hingga bulan Maret 2010 aat elak anaa n o en le on. Berda arkan ha il di ku i ber ama dalam taha erencanaan, enuli ditunjuk ebagai guru enyaji untuk tam il dalam o en le on ekaligu mem er ia kan mulai dari RPP, LKS, media embelajaran, lembar enilaian ro e dan ha i l embelajaran am ai lembar ob erva i elak anaan. Pelak anaan embelajaran (do ) diadakan tanggal 27 Maret 2010 ekaligu ee-nya bertem at di aula SMA PGRI La wang yang diikuti oleh 21 guru kimia yang mengajar di berbagai SMA Negeri mau un wa ta di wilayah Kab.Malang ditambah 5 orang maha i wa PPL di SMA Negeri Ke an jen dari juru an Kimia UM ebagai engamat dan Dr . Ridwan Joharmawan, M.Si eba gai do en embimbing ekaligu engamat. Materi okok dalam elak anaan o en le on adalah Hidroli i Garam yang diberikan ke ada i wa kela XI IPA dengan meng gunakan model embelajaran Jig aw dalam waktu 2 jam elajaran yang di e uaikan d engan jadual guru enyaji di tem at mengajarnya. Setelah ele ai elak anaan (do ) dilakukan ee yaitu reflek i dalam di ku i ber ama untuk melihat ejauh mana t angga an-tangga an yang di am aikan baik dari guru enyaji mau un engamat tenta ng embelajaran yang telah dilakukan. Dalam ee ter ebut engamat diminta untuk menangga i bagaimana i wa belajar, bukan menangga i bagaimana guru mengajar. Be rbagai tangga an yang di am aikan engamat menjadikan ma ukan yang angat berhar ga baik bagi guru enyaji mau un guru engamat demi erbaikan raktik embelajar an dikemudian hari. Ha il kegiatan le on tudy ini mem erlihatkan banyak kendal a yang haru di erbaiki, edang guru e erta le on tudy menyatakan termotiva i untuk melakukan raktik embelajaran yang lebih baik lagi dan da at mencontoh r ekan guru yang telah melak anakan le on tudy dengan mengambil hal-hal yang o itif. Adanya le on tudy berba i MGMP angat erlu untuk diteru kan dan ditind ak lanjuti oleh ara guru untuk bagaimana cara membelajarkan i wanya lebih baik lagi dalam rangka meningkatkan tuga ke rofe ionalannya. Kata kunci: Kualita P embelajaran, Le on Study, MGMP Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Do en, a al 2 ayat 1 menyataka n bahwa kedudukan guru ebagai tenaga rofe ional. Se eorang yang menyatakan dir inya rofe ional haru teru meneru meningkatkan layanan rofe inya untuk menin gkatkan kema lahatan anak didiknya. Karena tuga nya yaitu membelajarkan i wa, eFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

orang guru haru teru meneru belajar bagaimana caranya membelajarkan i wanya lebih baik karena tuntutan jaman yang makin berubah. Kalau dulu i wa diangga c uku a abila i wa hanya mengua ai a ek-a ek kognitif aja dalam embelajaran, ta i ekarang hal itu angatlah tidak memadai. Si wa juga haru mengua ai berba gai kecaka an 47

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN hidu yang oleh UNESCO dirumu kan dalam bentuk em at ilar endidikan yaitu lear ning to be, learning to know, learning to do, dan learning to live together. Mem erhatikan tuntutan tuga ke rofe ionalan guru ter ebut, maka untuk mem erbaiki raktik embelajarannya le on tudy meru akan uatu alternatif untuk mengata in ya. Lebih lanjut Lewi (2002) menguraikan bagaimana le on tudy da at memberika n umbangan terhada engembangan ke rofe ionalan guru, yaitu dengan memberikan dela an engalaman ke ada ara guru yaitu le on tudy memungkinkan guru untuk: 1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan embelajaran, materi okok, dan emb elajaran bidang tudi, 2) mengkaji dan mengembangkan embelajaran terbaik yang d a at dikembangkan, 3) mem erdalam engetahuan mengenai materi okok yang diajark an, 4) memikirkan ecara mendalam tujuan jangka anjang yang akan dica ai yang b erkaitan dengan e erta didik, 5) merancang embelajaran ecara kolaboratif, 6) mengkaji ecara cermat cara dan ro e belajar erta tingkah laku e erta didik, 7) mengembangkan engetahuan edagogi yang e uai utuk membelajarkan e erta d idik, dan 8) melihat ha il embelajaran endiri melalui mata e erta didik dan k olega. Berda arkan hal itulah, dalam rangka untuk meningkatkan kualita guru dal am raktik embelajarannya maka guru-guru yang tergabung dalam MGMP Kimia SMA Ka b.Malang diu ayakan da at mengikuti le on tudy walau un dengan biaya mandiri. Para guru yang tergabung dalam MGMP Kimia yang mengadakan ertemuan rutin ebula n ekali elama ini arah embinaannya belum o timal, maka le on tudy berba i MGMP dengan endam ing do en dari Univer ita Negeri Malang dihara kan bi a menj adikan guru terbuka untuk menerima aran erbaikan mutu embelajaran ekaligu m eningkatkan kemam uan melakukan inova i-inova i embelajaran. PEMBAHASAN

do en endam ing da at ula berkolabora i untuk mem erkaya ide-ide. Perencanaan diawali dari anali i erma alahan yang dihada i dalam embelajaran. Perma alaha n da at beru a materi bidang tudi, bagaimana menjela kan uatu kon e atau da a t juga beru a edogogik tentang model embelajaran yang te at yang di e uaikan d engan materi elajaran agar embelajaran lebih efektif dan efi ien atau erma al ahan fa ilita , bagaimana men ia ati kekurangan fa ilita embelajaran. Berda ar kan itua i dan kondi i di la angan dengan ter ak a egala erencanaan dibuat ol eh guru enyaji eorang diri, tan a didi ku ikan dengan guru-guru yang e erta M GMP. Hal ini di ebabkan elak anaan (do) akan egera dilakukan dalam ertemuan b ulan berikutnya. Berda arkan ha il di ku i ber ama dalam taha erencanaan, enu li ditunjuk ebagai guru model atau guru enyaji untuk tam il dalam o en le on ekaligu mem er ia kan mulai dari RPP, LKS, media embelajaran, lembar enilai an ro e dan ha il embelajaran am ai lembar ob erva i elak anaan. Taha kedu a adalah elak anaan (do) embelajaran untuk menera kan rancangan embelajaran y ang telah dirumu kan dalam erencanaan. Pelak anaan embelajaran (do) diadakan ada tanggal 27 Maret 2010 ekaligu ee-nya bertem at di aula SMA PGRI Lawang ya ng diikuti oleh 21 guru kimia yang mengajar di berbagai SMA Negeri mau un wa ta di wilayah Kab. Malang ditambah 5 orang maha i wa PPL di SMA Negeri Ke anjen da ri juru an Kimia UM ebagai engamat dan Dr . Ridwan Joharmawan, M.Si ebagai do en embimbing ekaligu engamat. Materi okok dalam elak anaan o en le on ad alah Hidroli i Garam yang diberikan ke ada i wa kela XI IPA ebanyak 27 orang dengan menggunakan model embelajaran Jig aw dalam waktu 2 jam elajaran yang d i e uaikan dengan jadual guru enyaji di tem at mengajarnya. Sebelum embelajara n dimulai dilakukan briefieng ke ada ara engamat untuk menginforma ikan kegiat an embelajaran yang direncanakan oleh eorang guru dan mengingatkan bahwa elam

Le on tudy dilak anakan dalam tiga taha an. Taha ertama adalah erencanaan ( lan) bertujuan merancang embelajaran yang da at membelajarkan i wa dan ber u at ada i wa, bagaimana u aya i wa ber arti i a i aktif dalam ro e embelaj aran. Perencanaan yang baik tidak dilakukan endirian teta i dilakukan ber ama, bebera a guru da at berkolabora i atau guru-guru dan FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

a embelajaran berlang ung engamat tidak mengganggu kegiatan embelajaran teta i mengamati aktivita i wa elama embelajaran. Taha ketiga adalah reflek i ( ee). Setelah ele ai embelajaran lang ung dilakukan di ku i antara guru model a tau guru enyaji dan engamat yang di andu oleh er onil yang ditunjuk untuk mem baha embelajaran yang baru berlang ung. 48

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Guru enyaji mengawali di ku i dengan menyam aikan ke an-ke an dalam melak anaka n embelajaran. Selanjutnya engamat diminta bergantian menyam aikan komentar da ri embelajaran terutama berkenaan dengan aktifita i wa. Tentunya kritik dan aran untuk guru enyaji di am aikan ecara bijak demi erbaikan embelajaran, bu kan mencari-cari ke alahan guru enyaji. Berda arkan ma ukan elama di ku i ter ebut da at dirancang kembali embelajaran berikutnya yang dihara kan untuk menja di lebih baik. Ha il di ku i dan berbagai kendala yang tam ak di am aikan engam at dalam taha ee: Waktu elak anaan (do) lebih dari 2 jam elajaran ehingga t er ak a meminta jam guru lain, hal ini di ebabkan guru enyaji ingin menyele aik an emua rencana yang telah ter u un dalam RPP yang akhirnya ter ak a melebihi b ata waktu yang ter edia Ma ih ada bebera a i wa yang belum bi a bekerja ama da lam kelom ok ahli mau un kelom ok a al dalam menyele aikan tuga yang diberikan Ma ih adanya ke alahan enggunaan atu i et untuk bebera a larutan dari bebera a i wa Ma ih adanya i wa yang a if dan endiam yang hanya menggantungkan ada teman teman lain dalam kelom oknya Ma ih ada i wa dengan kemam uan awal (a er e i) ma ih kurang, teta i guru udah melanjutkan ke materi inti, untuk itu ert anyaan ertanyaan yang berhubungan dengan a er e i jaDAFTAR RUJUKAN Cerbin, Bill & Ko , Bryan. 2006. Le on Study for College Teacher: An Online Guide, (On lin e) htt ://www.unwlax.edu/ otl/l /intro.htm. diak e 19 Se tember 2007. Hendayan a, Sumar dkk. 2007. Le on Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Ke rofe ional an ngan diberikan ecara terbuka ta i ebaiknya individu Belum menunjukkan elak an aan model embelajaran Jig aw yang ebenarnya, mengingat waktu yang terbata Per tanyaan- ertanyaan dalam LKS terlalu banyak mengakibatkan i wa cenderung tidak mengerjakan ecara kolaboratif, ta i lebih foku ada bagaimana menyele aikan tu ga dalam LKS ehingga di ku i tam ak belum hidu KESIMPULAN Ha il kegiatan le on tudy mem erlihatkan bahwa i wa mera a embelajaran ada o en le on berbeda dibanding bia anya karena di ak ikan orang banyak dan ma ih belum menda atkan ha il mak imal, edang bagi bebera a guru e erta le on tudy menyatakan termotiva i untuk melakukan embelajaran lebih baik dan da at mencon toh guru enyaji yang telah melak anakan embelajaran. Mengingat le on tudy in i baru dilak anakan untuk yang ertama kali di lingku MGMP Kimia SMA di Kabu at en Malang tentunya ma ih banyak kekurangan yang erlu dibenahi untuk teru ditin daklanjuti demi erbaikan elak anaannya yang melibatkan kolabora i antara guru e erta MGMP dengan do en-do en embimbing dari LPTK dalam rangka eningkatan ku alita guru dalam melak anakan embelajaran di kela . Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Pre . Su ilo, H. Chotimah, H. J oharmawan, R. Jumiati. Sari, YD. Sunarjo. 2009. Le on Study Berba i Sekolah Gu ru Kon ervatif Menuju Guru Inovatif. Malang: Bayumedia Publi hing. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 49

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN MASALAH-MASALAH UTAMA PEMBELAJARAN YANG TERPANTAU MELALUI KEGIATAN OPEN CLASS Muntholib Juru an Kimia FMIPA Univer ita Negeri Malang Ab trak: Salah atu a ek yang memicu erdebatan anjang Ujian Na ional (UN) ada lah a ek o ial dan ikologi elak anaannya. Patokan tandar nilai kelulu an yang diteta kan dalam UN menimbulkan kecema an ikologi , khu u nya bagi e ert a didik dan orang tuanya. Kecema an ini inten ita nya akan meningkat a abila ban yak e erta didik yang kor Training UN-nya di bawah atokan tandar nilai kelul u an. Kecema am ma al ini memang berala an, ebab kor Training UN e erta didi k yang rendah (baca: tidak lulu ) tidak da at diubah menjadi tinggi (baca: lulu ) dalam waktu endek. Bila e erta didik benar-benar tidak lulu UN, dam ak ik ologi nya yang negatif bi a angat anjang. Untuk mencegah terjadinya er oalan ini di erlukan ua ana belajar yang kondu if, khu u nya embelajaran yang memung kinkan emua e erta didik da at belajar dengan baik. Tujuan enuli an tudi ka u ini adalah mengetahui ma alah-ma alah utama embelajaran di kela . Terungka n ya ma alah-ma alah ini menjadi ma ukan bagi guru dalam mem erbaiki kualita emb elajarannya. Dengan demikian eluang terjadinya kegagalan e erta didik, khu u n ya dalam menem uh UN, da at diminimali ir. Studi ini mende kri ikan dan mengana li i embelajaran di kela . Objek enelitian ini adalah embelajaran di mana e neliti ber eran ebagai ob erver dalam 7 kegiata o en cla yang berlang ung bu lan Agu tu Se tember 2009. Untuk mem erkuat anali i , eneliti juga mem erhatika n 27 embelajaran eer teaching yang berlang ung dalam kegiatan PLPG (Pendidikan dan Latihan Profe i guru). Ha il engamatan menunjukkan bahwa: (1) Kebanyakan g uru model mengim lementa ikan a er e i ebagai review materi ebelumnya dan e nyam aian tujuan elajaran, hanya atu dari tujuh guru model yang mengubah tujua n elajaran menjadi ertanyaan yang membimbing i wa memahami materi elajaran; (2) Kebanyakan guru model tidak memetakan kon e -kon e umum uatu to ik dan tid ak memfoku kan kon e yang akan di elajari e erta didik dalam uatu elajaran, hanya ada atu guru model yang memetakan materi elajaran (to ik) dan menunjukka n bagian yang akan di elajari aat itu; (3) Kebanyakan guru ma ih menggunakan me tode ceramah atu arah dalam menjela kan uatu kon e , hanya ada atu guru yang benar-benar menggali kon e dari i wanya melalui tanya jawab; (4) Ada tiga guru model yang memberikan erhatian ada individu i wa dan atu guru model yang e rhatiannya hanya tertuju ada i wa yang andai aja, erhatian guru model yang lain ma ih tertuju ada kelom ok i wa; (5) Kebanyakan guru model yang menyam ai kan dua kon e atau lebih dalam uatu embelajaran mengintrodu ir kon e -kon e ter ebut ecara berurutan, tan a memerik a emahaman i wa (atau memberikan ema nta an) terhada kon e yang telah diberikan ebelum mengintrodu ir kon e yang baru; (6) Semua guru model yang memberikan latian oal memberikan emua oal lat ihan ada akhir ro e embelajaran, tidak ada yang memberikan latihan oal taha demi taha ecara memadahi menurut kom lek ita materi yang diajarkan; (7) Keb anyakan guru mendomina i embuatan ke im ulan ehingga ke im ulan terke an dibua t oleh guru, hanya ada atu guru model yang menggali ke im ulan dari i wa melal ui tanya jawab; (8) Kebanyakan guru model tidak menyia kan catatan untuk dibawa ulang e erta didik, LKS di ia kan untuk kelom ok dan dibagi atu-dua lembar e r kelom ok, hanya ada atu guru model yang ecara khu u menyia kan catatan untu k dibawa ulang e erta didik, itu un dalam bentuk latihan oal. Kata kunci: Pre ta i belajar; Ma alah embelajaran; Pembelajaran Berkualita Ujian Na ional (UN) telah memicu erdebatan anjang. Salah atu a ek yang di er ma aFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 lahkan, di antaranya oleh Koali i Pendidikan, adalah a ek o ial dan elak anaan 50 ikologi

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN UN. Patokan tandar nilai kelulu an 3,01 untuk tahun 2002/2003; 4,01 untuk tahun 2003/2004; dan 4,25 untuk tahun 2004/2005 dan eteru nya menimbulkan kecema an ikologi e erta didik dan orang tuanya (Koran Tem o, 4 Februari 2005). Media ma a lain juga memberitakan bahwa kecema an ikologi ini juga mendera guru, k e ala ekolah, ke ala dina endidikan, dan bahkan ke ala daerah. Menurut engam atan enuli , kecema an ma al ini memang cuku berala an. Dari bebera a Trainin g Ujian Na ional diketahui bahwa banyak e erta didik yang kor ujiannya di bawa h atokan tandar nilai kelulu an. Dengan kata lain, bila kor Training UN mence rminkan kor UN maka banyak e erta didik yang tidak da at menca ai atokan tan dar nilai kelulu an alia tidak lulu . Rendahnya kor Training UN memang mencema kan. Pengua an i wa terhada materi elajaran yang rendah tidak da at diubah ecara mendadak menjadi tinggi. Untuk da at mengikuti UN aja umumnya i wa haru belajar di bangku SMP/SMA elama tiga tahun. A abila ma a tudi yang anjang in i tidak mam u mengantarkan i wa menca ai atokan tandar nilai kelulu an dalam Training UN, a akah i a waktu yang ter i a antara Training UN dengan UN yang ja raknya bebera a bulan aja mam u mengubah e erta didik dari kemungkinan tidak l ulu menjadi lulu UN ? Keadaan inilah yang mencema kan ihak- ihak ter ebut. La zimnya ekolah- ekolah Indone ia membekali i wanya untuk menghada i UN dengan l atihan oal- oal. Bahkan ada di antara ekolah ekolah ter ebut yang menghabi kan materi elajarannya di eme ter V. Seme ter VI dikhu u kan untuk menyia kan i wanya menghada i UN dengan latihan oal- oal. Sudah barang tentu ini meru akan l angkah yang kurang arif. Pengua aan i wa terhada materi elajaran tidak da at dibangun dengan roblem olving aja, teta i haru melalui embangunan kon e ya ng manta terlebih dahulu. Dengan demikian, eyogyanya UN di ika i ebagai otre t engua aan i wa terhada materi elajaran mulai dari eme ter I am ai eme t er VI. Oleh karena itu, embinaan e erta didik yang eriu tidak hanya dilakuka n di eme ter VI aja, teta i haru dimulai dari eme ter I. Pembinaan e erta d idik telah lama menjadi orotan. Tidak tanggung-tanggung, Pre iden Su ilo Bamban g Yudhoyono bahkan ernah FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 mengangkat ma alah ini dalam idang kabinet (12/3/2007). Dalam idang ter ebut re iden mema arkan bebera a langkah yang akan dilakukan emerintah guna meningka tkan kualita endidikan di Indone ia, alah atunya adalah meningkatkan mutu e ndidikan dengan meningkatkan kualifika i guru dan do en, erta meningkatkan nila i rata-rata kelulu an dalam ujian na ional. Memang, mutu endidikan hanya bi a d ica ai a abila kualifika i guru dan do en cuku memadai, khu u nya kualifika i rofe ional yang tercermin dalam embelajaran di kela . Berda arkan ra ional ter ebut maka eneliti bermak ud mengungka ma alah-ma alah embelajaran di kela kh u u nya yang ter antau melalui im lementa i Le on Study (Studi Pembelajaran) e lama enuli ber eran ebagai ob erver ( engamat). METODE

Penelitian ini mengek lora i, mende kri ikan dan menganali i embelajaran di kela yang dilakukan oleh guru model. Objek enelitian ini adalah 7 (tujuh) guru model yang membuka kela ada bulan Juli-Se tember 2009. Pengamatan difoku kan ada: (1) a erce tion, (2) emfoku an materi elajaran, (3) ceramah dan tanya j awab, (4) erhatian ke ada individu i wa, (5) mengecek emahaman i wa ebelum mengintrodu ir kon e baru, (6) latihan, (7) embuatan ke im ulan, dan (8) catat an i wa. HASIL-HASIL PENELITIAN A erce tion

Kebanyakan guru model mengim lementa ikan a er e i ebagai review materi ebel umnya dan enyam aian tujuan elajaran yang akan di am aikan. Hanya atu guru mo del yang mengubah tujuan elajaran menjadi ertanyaan. Kebanyakan guru telah mem ahami bahwa a er e i meru akan bagian enting dari embelajaran yang baik, min imal mereka telah mengi inya dengan review materi ebelumnya dan menyam aikan tu

juan embelajaran. Bahkan udah ada yang membuka elajaran dengan ma alah yang h aru di ecahkan oleh i wa di dalam kela . Pemahaman ini bagu dan erlu di erda lam, demikian juga enera annya juga erlu divaria i. A er e i erlu mem ertim bangkan tiga hal; kontek tualita , bahan ajar terkait yang mendahuluinya, dan me mancing ikiran i wa untuk mengetahuinya. Sejauh mungkin a er e 51

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN i erlu dilakukan ecara kontek tual. Belajar yang aling mudah dimulai dari ha l yang kongkrit, yang kontek tual. Si wa akan mengalami banyak ke ulitan a abila embelajaran dimulai dari yang ab trak dan diikuti dengan yang ab trak. A abila materi elajaran memang ab trak, a er e i erlu dilakukan dengan menunjukkan eta materi elajaran atau eta kon e yang membantu memahami materi embelajara n ecara global. Memancing ikiran i wa untuk terikat dengan materi elajaran e anjang waktu embelajaran da at dilakukan dengan menyam aikan tujuan embelaja ran dengan kalimat tanya. Penggunaan kalimat tanya dalam a er e i hendaknya me m ertimbangkan tiga hal. Pertama, ertanyaan angat menarik untuk di ecahkan i wa. Kedua, tidak bi a dijawab oleh i wa ebelum elajaran berlang ung. Ketiga, haru di ecahkan atau direview ada akhir embelajaran. Sudah barang tentu, hal ini angat cocok dengan embelajaran inkuiri. Contoh a er e i yang da at digun akan untuk menjela kan kon e a am ba a Arrheniu adalah ebagai berikut: Guru m enunjukkan a am cuka dalam botol kecil kemudian bertanya, Anak-anak, ini a a? Si w a menjawab, A am cuka. Kalau dicici i, bagaimana ra anya? Guru menunjukkan Baik, ecara erkalimat tanya yang da at digunakan adalah: Taha an belajar yang Pertama , review materi ebelumnya a abila udah ada materi terkait yang udah di ahami oleh i wa. Kedua, tujuan embelajaran yang akan di am aikan. Pemfoku an Materi Pelajaran Ada tiga guru model yang memberikan erhatian ada individu i wa dan atu guru model yang erhatiannya ada i wa yang andai aja. Perhatian guru model yang l ain ma ih tertuju ada kelom ok i wa. Mengecek Pemahaman Si wa Sebelum Mengintrodu ir Kon e Baru Kebanyakan guru model yang menyam aikan dua kon e atau lebih mengintrodu ir kon e -kon e ter ebut berurutan, tan a memerik a emahaman i wa atau memberikan emanta an terhada kon e yang telah diberikan ebelum mengintrodu ir kon e yan g baru. Latihan Semua guru model yang memberikan latian oal memberikan akhir ro e embelajaran. Pembuatan Ke im ulan emua oal latihan ada

Kebanyakan guru mendomina i embuatan ke im ulan. Hanya ada menggali ke im ulan dari i wa melalui tanya jawab. Catatan Si wa

atu guru model yang

Kebanyakan guru model tidak menyia kan catatan untuk i wa, LKS di ia kan untuk kelom ok dan dibagi atu-dua lembar er kelom ok. Hanya ada atu guru model yang ecara khu u menyia kan catatan untuk i wa. PEMBAHASAN A erce tion Hanya ada atu guru model yang memetakan materi elajaran (to ik) dan menunjukka n bagian yang akan di elajari aat itu. Ini berarti kebanyakan guru model lemah dalam ma alah ini. Ceramah dan Tanya Jawab Kebanyakan guru ma ih ceramah atu arah dalam menjela kan uatu kon e . Hanya a tu guru yang benar-benar menggali kon e dari i wanya dengan cara tanya jawab. Perhatian ke ada Individu Si wa

Menurut mind of dalam ngaitan

Oxford Engli h Dictionary (2008), a erce tion i a imilation into the a new conce t. Terjadinya a imila i dalam rangka embentukan kon e baru ikiran e erta didik ekurang-kurangnya di ermudah oleh 3 (tiga) hal; e dengan kon e yang udah ada, engaitan dengan dunia nyata yang da at di

amati (kontek tual konkrit), dan membangun ra a ingin tahu i wa yang be ar deng an mengubah tujuan embelajaran dari kalimat berita menjadi kalimat tanya. Dari tiga hal ini, hanya atu hal yang udah ering dilakkan oleh guru, yaitu mengait kan kon e baru dengan kon e yang udah ada. Sedangkan embelajaran kontek tual , membawa dunia nyata yang kongkrit ke dalam kela , dan mengubah tujuan embelaj aran FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 52

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN dari kalimat berita menjadi kalimat tanya ma ih jarang dilakukan oleh guru. Keba nyakan guru model mengim lementa ikan a er e i ebagai review materi ebelumnya dan enyam aian tujuan elajaran. Pada tingkat ini yang dilakukan kebanyakan gu ru udah cuku baik. Review materi elajaran terdahulu yang terkait dengan kon e baru yang akan diintrodu ir adalah langkah yang te at. Ini bi a membantu i wa memahami o i i dan engertian kon e baru yang diterimanya. Demikian juga memb angun ra a ingin tahu i wa. Sayangnya kebanyakan guru membangun ra a ingin tahu i wa melalui enyam aian tujuan elajaran. Ini terke an monoton dan kurang men arik bagi i wa. Hanya atu guru model yang membangun ra a ingin tahu i wa mela lui kalimat tanya. Berikut tran kri embicaraannya: Guru : Pada ertemuan terak hir kita berbicara tentang a a? Si wa : Gaya Pak. Guru : Ma ih ingat, a a yang d imak ud gaya? Si wa : Tarikan atau dorongan terhada uatu benda. Guru : Coba A (mungkin i wa kelom ok ata ), a a gaya tadi? Si wa A : Tarikan atau dorongan. G uru : Bagu . Coba B (mungkin i wa kelom ok edang), menurutmu a a? Si wa B : Ta rikan atau dorongan yang diterima oleh uatu benda Pak. Guru : Yak, bagu ekali . Coba C (mungkin i wa kelom ok bawah), tirukan temanmu tadi. Si wa C : Tarikan atau dorongan Pak. Guru : Ya, intar ekali. Tarikan atau dorongan yang diterim a oleh uatu benda. Kuda menarik edati dengan uatu gaya, ega mendorong anak anah dari bu urnya dengan uatu gaya, me in mendorong mobil dengan uatu gaya. Semua udah mengerti? Si wa : Sudah Pak. Guru : Ya, aya enang. Kalian emua u dah mengerti. Sekarang ertanyaan akan aya lanjutkan. Perhatikan baik-baik. A a bila uatu benda ditarik atau didorong dengan uatu gaya, bera a FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 Guru erce atan yang dialami benda ter ebut? Bagaimana cara menentukannya? Bera a er ce atan erge eran meja ini a abila aya dorong dengan gaya tertentu? Bagaimana cara menentukannya? Coba ikirkan! Nah, inilah yang ekarang akan kita elajari. Di am ing menyam aikan tujuan elajaran dengan kalimat tanya yang menarik, gur u ini juga melakukan a er e i ecara kontek tual. Se erti yang terda at ada ka limat beriktu ini: : Ya, intar ekali. Tarikan atau dorongan yang diterima oleh uatu benda. Kuda menarik edati dengan uatu gaya, ega mendorong anak anah dari bu urnya dengan uatu gaya, me in mendorong mobil dengan uatu gaya. Semua udah mengerti?

Dalam a er e i, kontek tual e erti ini udah cuku . Sebab ini hanya mengingatk an materi elajaran ebelumnya. Sayangnya, dari 7 guru model yang diamati, hal i ni hanya muncul atu kali aja. Pemfoku an Materi Pelajaran A abila uatu to ik membutuhkan bebera a ertemuan, materi elajaran dalam to ik ter ebut erlu dibuat eta ehingga gambaran global materi ter ebut da at di im an dalam memori i wa dengan mudah. Hal ini juga berlaku untuk to ikto ik yang kaya akan kon e , me ki un materinya tidak terlalu banyak, mi alnya gerak ada t umbuhan, artikel, materi dan ifat- ifatnya, erubahan materi, dan ebagainya. Sayangnya, dari 7 guru model yang menjadi objek enelitian ini, hanya atu aja yang memetakan materi elajaran (to ik) dan menunjukkan bagian yang akan di elaj ari aat itu. Kon ekuen inya, tidak mudah bagi i wa untuk egera memahami a a y ang eharu nya di elajari. Akibatnya, i wa membutuhkan lebih banyak waktu dari ada yang eme tinya dibutuhkan untuk mem elajari materi elajaran.

53

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Ceramah dan Tanya Jawab Ceramah adalah metode mengajar yang aling reference dan o uler di Indone ia. Bi a jadi ini wari an dari erguruan tinggi. Do en yang matang, antun, tutur ka tanya lembut, kalimatnya runtut, dan engetahuannya lua bia anya menjadi vafori t maha i wa. Sudah barang tentu, do en e erti ini bia anya enior dan mengajar dengan cara ceramah. Kekaguman inilah yang kemudian diwari i dan ditera kan di ekolah. A alagi cara ini angat mudah, cuku dengan memahami materi elajaran da n melakukan i temati a i aja. Inilah kharakter umumnya orang Indone ia, ukany a yang gam ang-gam ang teta i banyak uang, e erti dalam baha a ergaulan anak m uda: muda foya-foya, tua kaya raya, mati ma uk urga. Bahkan ketika guru menyebu t metode mengajar tanya jawab ekali un, bila dilihat di kela dalam ro e emb elajaran, dia teta mengajarnya dengan metode ceramah. Bukan tanya jawab e erti yang dituli dalam RPP. Ha il enelitian ini menunjukkan gambaran umum orang In done ia ter ebut. Dari 7 guru model yang menjadi objek enelitian ini, hanya at u guru yang benar-benar menggali kon e dari i wanya dengan cara tanya jawab. G uru ini adalah guru yang dibaha ada bagian a er e i di ata . Perhatian ke ada Individu Si wa khu u nya i wa kelom ok C atau kelom ok lemah. Latihan Sekurang-kurangnya latihan oal- oal mem unyai em at manfaat; memantau emahaman i wa, menera kan emahaman i wa untuk memecahkan ma alah, memanta kan emaham an i wa, melatih keteram ilan intelektual i wa. Pembuatan Ke im ulan Ke im ulan meru akan rangkuman ter enting materi elajaran. Oleh karena itu haru dibuat ederhana, ringka dan mudah di ahami. Namun demikian, karena memuat e mahaman yang udah di ahami oleh i wa, ke im ulan haru dibuat oleh i wa. Dala m hal ini eranan guru hanyalah ebagai editor i i dan baha a. Sayangnya kebanya kan guru ma ih mendomina i embuatan ke im ulan ehingga eolah-olah gurulah yan g membuat ke im ulan ter ebut. Dari 7 guru model yang diamati, ternyata hanya a tu yang benar-benar menggali ke im ulan materi elajaran dari i wa melalui tany a jawab. Catatan Si wa Ada tiga guru model yang memberikan erhatian ada individu i wa dan atu guru model yang erhatiannya ada i wa yang andai aja. Perhatian guru model yang l ain ma ih tertuju ada kelom ok i wa. Mengecek Pemahaman Si wa Sebelum Mengintrodu ir Kon e Baru Kebanyakan guru model yang menyam aikan dua kon e atau lebih mengintrodu ir kon e -kon e ter ebut berurutan, tan a memerik a emahaman i wa atau memberikan emanta an terhada kon e yang telah diberikan ebelum mengintrodu ir kon e yan g baru. Kon e yang aling berhubungan dibangun dari yang ederhana menuju ke ya ng kom lek . A abila kon e yang ederhana belum di ahami i wa, kon e yang leb ih kom lek kurang bi a di ahami ula oleh i wa. Oleh karena itu, di erlukan e ngecekan emahaman i wa, Si wa membutuhkan catatan yang ringka , re re entatif, i temati , dan mudah di ahami. Catatan emacam ini angat enting dan memudahkan i wa dalam belajar, te rutama untuk menghada i ujian bagian, ujian eme ter, ujian akhir dan lomba. Say angnya tidak banyak guru yang memberikan erhatian dalam ma alah ini. Di antara 7 guru model yang diamati dalam enelitian ini hanya atu yang ecara khu u men yia kan catatan untuk i wa, itu un dalam bentuk kuiz akhir elajaran, dibaha b er ama ama dan dibawa ulang. Sudah barang tentu i inya kurang mewakili materi

elajaran aat itu. Memang, banyak guru yang menyia kan lembar kerja i wa (LKS, work heet). Teta i LKS ini hanya di ia kan untuk kelom ok dan dibagi atu atau d ua lembar er kelom ok. Tentu aja ini mengurangi kelelua aan i wa dalam belaja r karena haru berebut LKS atau menunggu giliran untuk membacanya. Padahal etia i wa erlu egera mem eroleh anduan dan referen i untuk memahami materi ela jaran. Anehnya lagi, ada guru yang menarik kembali LKS-nya ada akhir elajaran. Akibatnya, i wa rakti i wa tidak mem unyai catatan elajaran.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 54

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Catatan i wa haru benar-benar di ikirkan. Di am ing manfaatnya angat enting dan banyak, catatan i wa juga meninggalkan beka yang mendalam bila di dalamny a terda at ke alahan. Lebih dari itu, bila kurang informatif dan kurang i temat i catatan i wa bahkan bi a bi a mengganggu emahaman i wa. KESIMPULAN Berda arkan embaha an di ata da at di im ulkan bahwa embelajaran di kela ma ih diwarnai banyak erma alahan, antara lain: 1. A er e i yang kurang variatif, belum ada guru model yang membangun minat belajar i wa dengan mengemukakan tuj uan embelajaran dalam bentuk kalimat tanya yang menantang. 2. Pemfoku an ada m ateri elajaran ma ih lemah, ertanyaan yang diajukan ke ada i wa ma ih benyak menimbulkan inter reta i dan jawaban ganda ehingga tidak mudah dimengerti oleh i wa. 3. Pembelajaran ma ih didomina i oleh metode ceramah, me ki un dalam RPP menggunakan metode tanya-jawab, di ku i, demontra i, atau metode yang lain. DAFTAR RUJUKAN Anonymu . 2009. Panduan untuk Peningkatan Pro e Belajar dan Meng ajar. JICA Faqih, A. 2007. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan. htt ://abdullah faqih.multi ly.com diak e 30 Se tember 2009 Ni hitani, I. 2009. Le on Study da n Ujian Sekolah di Je ang. Per onal Comunication 4. Perhatian guru ma ih ber ifat kla ikal, erhatian individu malah diberikan ke ada i wa yang andai, bukan i wa yang tertinggal. 5. Introdu ir kon e -kon e ering di am aikan ecara ber amaan, tan a memerik a emahaman i wa terhada k on e yang telah diberikan ebelumnya ebelum mengintrodu ir kon e yang baru. 6 . Latihan i wa ma ih kurang ehingga emahaman i wa berhenti ada emahaman, b ahkan hafalan, dalam kla ifika i tingkat ke ukaran Bloom. 7. Pembuatan ke im ula n embelajaran ma ih didomina i oleh guru yang eme tinya cuku menjadi fa ilota tor. Catatan i wa kurang menda at erhatian ehingga i wa tidak memiliki catat an yang i temati untuk menghada i ujian.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 55

Ramli, M. 2006. Menilai Mutu Pendidikan, Graduate School of Education and Human Develo ment, Nagoya Univer ity, Ja an. htt ://indo dm.com diak e 30 Se tember 2 009 Ramli, T. 2009. Ujian Na ional dan Peningkatan Mutu Pendidikan. htt ://www. lide hare.net diak e 11 Se tember 2009

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERTANYA DALAM PAIKEM Muntholib Juru an Kimia FMIPA Univer ita Negeri Malang Ab trak: Keteram ilan bertanya adalah alah atu dari dela an keteram ilan da ar mengajar yang meru akan kom onen enting dari kom eten i edagogi . Keteram ila n bertanya meru akan keteram ilan da ar mengajar yang aling ederhana yang mend a ari dan menjadi yarat bagi engua aan keteram ilan da ar mengajar yang lain. Tujuan tudi ini adalah untuk mengetahui im lementa i keteram ilan bertanya be e rta engembangannya dalam embelajaran yang dilakukan oleh guru-guru di wilayah Pa uruan dalam kurun waktu 2009-2010. Studi ini mende kri ikan dan menganali i im lementa i keteram ilan bertanya be erta engembangannya dalam embelajaran d i kela . Objek enelitian ini adalah guru-guru model yang eneliti ob erva i Agu tu 2009 -- Juli 2010. Pengamatan difoku kan ada 11 kom onen keteram ilan bert anya be erta engembangannya oleh guru model. Ha il enelitian menunjukkan bahwa : (1) tanya jawab terma uk metode embelajaran yang cuku o uler, 5 dari 16 em belajaran yang diob erva i mencantumkan metode tanya jawab dalam RPP-nya; (2) ti dak emua guru model yang mencantumkan metode tanya jawab dalam RPP-nya benarben ar mengajar dengan metode tanya jawab; (3) tidak banyak kom onen keteram ilan be rtanya muncul dalam embelajaran; dan (4) ada dua engembangan ertanyaan entin g yang dilakukan oleh guru model; (a) mengubah tujuan embelajaran dari bentuk ernyataan menjadi ertanyaan dan (b) mendahulukan enunjukan i wa ebelum menge mukakan ertanyaan dalam rangka enyebaran ertanyaan dan elibatan etia indiv idu i wa dalam embelajaran. Kata kunci: Keteram ilan bertanya, Im lementa i ke teram ilan bertanya, Pengembangan keteram ilan bertanya. Menurut PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Na ional Pendidikan dan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Do en, kom eten i endidik mencaku 4 kom onen, y aitu (1) kom eten i edagogi , (2) kom eten i rofe ional ( engua aan bidang ilm u yang diajarkan), (3) kom eten i o ial, dan (4) kom eten i ke ribadian. Kom et en i edagogi adalah kemam uan guru dalam mengelola embelajaran yang mendidik yang memungkinkan e erta didik membangun kharakter dan mengaktualkan oten i- o ten inya. Untuk menca ai kom ten i ini endidik erlu mengua ai teori belajar da n embelajaran, terma uk mengua ai dan mengim lementa ikan keteram ilan da ar me ngajar dengan baik. Turney (1979) mengidentifika i dela an keteram ilan da ar me ngajar yang menentukan keberha ilan embelajaran; keteram ilan bertanya, memberi enguatan, mengadakan varia i, menjeFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 la kan, membuka dan menutu elajaran, membimbing di ku i kelom ok kecil, mengel ola kela , dan keteram ilan mengajar kelom ok kecil dan erorangan. Di antara de la an keteram ilan da ar ter ebut, keteram ilan bertanya meru akan keteram ilan da ar mengajar yang aling ederhana yang menda ari dan menjadi yarat bagi eng ua aan keteram ilan da ar mengajar yang lain. Dengan kata lain, keteram ilan da ar mengajar yang lain tidak da at dikua ai a abila keteram ilan bertanya belum d ikua ai dengan baik. Bagi guru, bertanya tidak ekedar cara untuk mem eroleh inf orma i, teta i menjadi alat untuk membangun interak i antara guru dengan i wa d an antara i wa dengan i wa erta mendorong etia i wa untuk ber arti i a i a ktif dalam embelajaran. Secara terinci, ekurangkurangnya ada em at ala an meng a a guru haru mengua ai dan menera kan keteram ilan berta56

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN nya dalam embelajarannya: Pertama, meningkatkan arti i a i i wa dalam embela jaran ehingga embelajaran menjadi lebih hidu dan variatif. Kedua, membangun b udaya bertanya bagi i wa. Ala an ini dida ari ata fakta bahwa budaya kita tida k membia akan anak untuk aktif bertanya. Ketiga, enera an embelajaran PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) mengharu kan i wa terlibat ecara mental-intelektual dalam embelajaran. Keem at, mengha u a ngga an bahwa ertanyaan hanya berfung i untuk menguji emahaman i wa. Brown da n Edmon on (1984) dalam Wardani dan Julaeha (2007) mendefini ikan ertanyaan eb agai ernyataan yang menginginkan tangga an ecara li an. Ini berarti ertanyaan mencaku mencaku erintah dan ertanyaan itu endiri. Dengan caku an ini, ert anyaan da at mem unyai banyak fung i, di antaranya adalah (1) meningkatkan keter libatan i wa dalam embelajaran, (2) merang ang i wa untuk mengajukan ertanya an, (3) mendiagno i kelemahan i wa, (4) memu atkan erhatian i wa ada atu m a alah, (5) membangkitkan minat belajar i wa terhada materi elajaran, (6) men gendalikan embelajaran ehingga berlang ung ecara o timal, (7) memberikan ke e m atan ke ada i wa untuk mengek re ikan emahaman dan enda atnya, dan (8) mem bangun kebia aan i wa untuk berdi ku i memecahkan ma alah, baik dengan guru mau un e ama i wa. Menurut Turney (1979), keteram ilan bertanya mencaku 11 kom o nen. Kom onenkom onen keteram ilan bertanya ini dibagi menjadi dua kelom ok; ket eram ilan bertanya da ar dan keteram ilan bertanya lanjut. Keteram ilan bertanya da ar terdiri ata 7 kom onen; ertanyaan ingkat dan jela , emberian acuan, emu atan, emindahan giliran, enyebaran, emberian waktu ber ikir, dan emberia n tuntunan. Pemberian acuan dimak udkan untuk memberi informa i awal ehingga i wa bi a menjawab ertanyaan yang diberikan ke adanya. Pemu atan adalah erge er an caku an ertanyaan dari ertanyaan umum ke ertanyaan khu u . Pemindahan gili ran dimak udkan u aya ertanyaan kom lek yang menuntut jawaban lebih dari atu tidak hanya dijawab oleh atu i wa aja. Pemindah giliran juga membantu guru m enda atkan jawaban yang em urna dari i wa. Sedikit berbeda dengan emindahan g iliran, eFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

nyebaran dimak udkan agar emua i wa mem eroleh ke em atan yang ama dalam meng ajukan atau menjawab ertanyaan. Ini menghindari kebia aan di mana hanya i wa k elom ok tertentu aja yang bia a mengajukan atau menjawab ertanyaan. Bila erta nyaan yang diberikan tidak bi a dijawab, guru erlu memberikan tuntunan (clue ) ehingga i wa bi a menjawab. Berbeda dengan emberian acuan yang diberikan ebe lum guru mengajukan ertanyaan, emberian tuntunan dilakukan a abila i wa belum bi a menjawab ertanyaan yang udah diajukan oleh guru. Pemberian tuntunan ini lebih enting bagi i wa golongan bawah. Keteram ilan bertanya lanjut mencaku e m at kom onen; engubahan tuntutan kognitif ertanyaan (dari uatu tingkat kogni tif ke tingkat kognitif yang lain), engaturan urutan ertanyaan (dari tingkat r endah ke tingkat tinggi; dari hafalan ke emahaman, a lika i, anali i atau yang tuntutan kognitifnya lebih tinggi lagi; tidak boleh dibalik), enggunaan ertan yaan elacak, dan eningkatan terjadinya interak i. Penggunaan ertanyaan elaca k ada kom onen keteram ilan bertanya lanjut berbeda dengan emberian tuntunan ( clue ) ada kom onen keteram ilan bertanya da ar. Pemberian tuntunan dimak udkan untuk menuntun i wa menjawab ertanyaan yang ebelumnya belum bi a dijawab, e dangkan enggunaan ertanyaan elacak dimak udkan untuk membantu i wa menyem ur nakan jawabannya yang belum em urna teta i udah mengandung kebenaran. Dengan k ata lain, ertanyaan elacak hanya digunakan untuk ertanyaan yang menuntut ting kat kognitif tinggi. Kom onen eningkatan terjadinya interak i antar i wa dimak udkan untuk meningkatkan keterlibatan mental i wa dalam embelajaran. Ini da a t dibangun dengan enggunaan ertanyaan yang tidak hanya bi a dijawab oleh i wa tertentu aja, mendorong i wa untuk mengajukan ertanyaan, dan melem arkan er tanyaan eorang i wa ke i wa yang lain. METODE Pengum ulan data dilakukan mela lui ob erva i dan tanya jawab. Ob erva i dilakukan terhada guru model yang eda ng mengajar, edangkan tanya jawab dilakukan etelah ob erva i. Ob erva i difoku kan ada metode embelajaran, engunaan ertanyaan (tanya jawab)

57

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN dalam embelajaran, kom onen keteram ilan bertanya yang digunakan, dan inova i/ engembangan dalam enggunaan ertanyaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Tanya Jawab Cuku Po uler Tanya jawab terma uk metode embelajaran yang o uler. Dari 16 guru model ob ervan, 5 (31%) di antaranya mencantumkan tanya jaw ab ebagai metode embelajarannya. Ini menduduki eringkat dua o ularita nya e telah di ku i yang membukukan angka 13 (81%). Secara formal angka ini e uai den gan ha il enelitian Brown dan Edmon on (1984) yang menunjukkan bahwa 30% waktu embelajaran dihabi kan oleh guru untuk bertanya. Namun demikian encantuman ini tidak linier dengan enggunaannya dalam embelajaran di kela . Tidak emua guru model ob ervan yang mencantumkan tanya jawab ebagai metode embelajarannya men ghabi kan lebih dari 30% waktunya untuk tanya jawab. Sebaliknya, tidak emua gur u model ob ervan yang tidak mencantumkan tanya jawab ebagai metode embelajaran nya menghabi kan kurang dari 30% waktunya untuk tanya jawab. Sudah barang tentu ini meru akan anomali guru yang menjadi objek ob erva i. Fakta ini melahirkan e rtanyaan: menga a RPP yang meru akan rancangan embelajaran yang telah di ia kan oleh guru tidak elalu dijadikan egangan dalam embelajaran ? Adakah enyia an RPP hanya ekedar untuk memenuhi kebutuhan admini tratif ? Mudah-mudahan ini ha nya ekedar ka u aja. Tidak Banyak Kom onen Keteram ilan Bertanya yang Diim lementa ikan dalam Pembela jaran keteram ilan da ar mengajar tertentu, terma uk keteram ilan bertanya. Namun demi kian, encantuman uatu metode embelajaran dalam RPP me tinya by de ign, ada ko n ekuen inya, ada enekanan dan er ia an khu u . Oleh karena itu, RPP barang ka li tidak ekedar mencantumkan metode embelajaran, teta i metode embelajaran e rlu tercermin dalam langkahlangkah embelajaran. Inova i Keteram ilan Bertanya Barangkali udah menjadi tandar baku embelajaran di kela -kela Indone ia bahw a tujuan embelajaran dikemukakan dalam bentuk kalimat berita etelah a er e i. Bebera a guru model ob ervan telah memodifika i kebia aan ini dengan mengganti kalimat berita menjadi kalimat tanya. Ini meru akan inova i yang luar bia a. Ket ika mengajarkan ola bari an bilangan ederhana, mi alnya, guru model membuat a er e i ebagai berikut: Guru : Sia a yang udah tahu atau mem unyai facebook ? An gkat tangan. Si wa : Semua i wa angkat tangan. Guru : A a fung i facebook? Si w a : Sebagian angkat tangan. Guru : Coba A. Si wa A : Untuk komunika i Pak. Guru : Bagu . Ada yang lain? Si wa : Sebagian angkat tangan. Guru : Coba B. Si wa B : Untuk mencari teman Pak. Guru : Bagu ekali. Ya fung i facebook memang banyak. Salah atunya untuk mencari teman. Nah a abila eminggu etelah membuat faceboo k e eorang mem eroleh dua orang teman, atu minggu berikutnya temannya menjadi em at, atu minggu kemudian menjadi dela an, ... bera akah teman facebooker ter ebut etelah 52 minggu membuat facebook? Guru : Bagu ekali. Ya fung i facebook memang banyak. Salah atunya untuk mencari teman. Nah a abila eminggu etelah membuat facebook e eorang mem eroleh dua orang teman, atu minggu berikutnya te mannya menjadi 58 Me ki un ecara formal 31% guru model ob ervan mencantumkan tanya jawab ebagai metode embelajarannya, teta i tidak banyak kom onen keteram ilan bertanya yang diim lementa ikan dalam embelajaran. Dari 11 kom onen keteram ilan bertanya yan g di kemukakan oleh Turney (1979), hanya rumu an ertanyaan ( ingkat dan jela ), emberian acuan, dan enyebaran yang benar-benar diim lementa ikan oleh guru. A da un 8 kom onen lainnya tidak muncul dalam embelajaran. Pembelajaran berlang u ng ecara variatif, melibatkan emua keteram ilan da ar mengajar. Penggunaan ket eram ilan da ar tunggal hanya ada dalam micro teaching, latihan mengajar. Tidak

ada keharu an menggunakan FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Si wa Guru em at, atu minggu kemudian menjadi dela an, ... bera akah teman facebooker ter ebut etelah 52 minggu membuat facebook ? : Berfikir beru aha mencari jawaban. : Untuk bi a menjawab ertanyaan ter ebut kita haru mem elajari ola bari an bila ngan ederhana terlebih dahulu. Coba bergabung menurut kelom ok ma ing-ma ing! Guru Dibandingkan dengan ernyataan, enyam aian tujuan embelajaran dalam bentuk kal imat tanya e erti di ata jauh lebih banyak melibatkan aktifita mental intelek tual i wa. A alagi dikema dalam format tanya jawab ecara kontek tual. Sudah b arang tentu, dari i i edagogi ini meru akan inova i yang luar bia a. Keberha ilan guru dalam a er e i menentukan keberha ilan embelajaran. Menurut Ni hitan i (2009), 60% keberha ilan embelajaran ditentukan oleh keberha ilan guru dalam membawa aktifita mental i wa ke dalam kela melalui a er e i. Oleh karena itu , etia hendak mengajar hendaknya guru mem er ia kan a er e i ecara eriu . D engan demikian, inova i ini mem unyai nilai yang angat enting dalam embelajar an. Menentukan i wa ebelum mengajukan ertanyaan terma uk kebia aan yang haru dihindari dalam embelajaran (Wardani dan Julaeha, 2007). Pernyataan ini hendak nya tidak diterima hitam utih. Dalam embelajaran etia i wa berhak untuk bel ajar dan memahami materi elajaran dengan baik. Kon ekuen inya guru wajib memban tu etia i wa untuk belajar. Di am ing itu guru juga haru menyebarkan ertan yaan ke ada emua i wa. Dengan logika ter ebut, enentuan/ enunjukan i wa ebe lum mengajukan ertanyaan tidak haru dilarang, e erti yang terekam dalam tanya jawab berikut: Guru : Pada ertemuan terakhir kita berbicara tentang a a ? Si w a : Gaya Pak. Guru : Ma ih ingat, a a yang dimak ud gaya? Si wa A : ( i wa kelom ok ata ) Tarikan atau dorongan terhada uatu benda. Guru : Coba B ( i wa kelom ok edan g), a a gaya tadi? Si wa B : Tarikan atau dorongan yang FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

1. Tanya jawab terma uk metode embelajaran yang o uler, 5 dari 16 guru model o b ervan mencantumkan metode tanya jawab dalam RPP-nya. 2. Tidak banyak kom onen keteram ilan bertanya muncul dalam embelajaran. Kom onen keteram ilan bertanya yang cuku o uler adalah enyebaran. 59

: Ye , right. Coba C ( i wa kelom ok bawah), tirukan temanmu tadi. Si wa C : Tar ikan atau dorongan Pak. Guru : Ya, intar ekali. Tarikan atau dorongan yang dit erima oleh uatu benda. Kuda menarik edati dengan uatu gaya, ega mendorong a nak anah dari bu urnya dengan uatu gaya, me in mendorong mobil dengan uatu ga ya. Semua udah mengerti? Si wa : Sudah Pak. Guru : Ya, aya enang. Kalian emu a udah mengerti. Sekarang ertanyaan akan aya lanjutkan. Perhatikan baik-baik. A abila uatu benda ditarik atau didorong dengan uatu gaya, bera a erce atan yang dialami benda ter ebut? Bagaimana cara menentukannya? Bera a erce atan er ge eran meja ini a abila aya dorong dengan gaya tertentu? Bagaimana cara menent ukannya? Coba ikirkan! Si wa : Melakukan aktifita untuk menemukan jawaban. Gur u : Untuk menemukan jawabanya, mari kita di ku ikan ber ama ama. Contoh ter ebut menggambarkan bahwa enentuan/ enunjukkan i wa ebelum mengajukan ertanyaan ekurang-kurannya mem unyai dua manfaat. Pertama, menyebarkan ertanyaan ke ada eluruh i wa untuk menghindari tanya jawab dengan i wa tertentu aja. Kedua, me mantau emahaman etia i wa atau kelom ok i wa terhada kon e atau ma alah t ertentu yang udah atau edang di elajari. KESIMPULAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN 3. Inova i dan engembangan yang muncul dalam ob erva i adalah: (a) mengubah tuj uan embelajaran dari bentuk ernyataan menjadi ertanyaan dan (b) mendahulukan enunjukan i wa ebelum mengemukakan DAFTAR RUJUKAN Anonymu . 2009. Panduan untuk Peningkatan Pro e Belajar dan Meng ajar. Jakarta: JICA Faqih, A. 2007. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan. htt :/ /abdullahfaqih.multi ly.com diak e 30 Se tember 2009 Ni hitani, I. 2009. Le on Study dan Ujian Sekolah di Je ang. Per onal Comunication Ramli, M. 2006. Menila i Mutu Pendidikan, Graduate School of Education and Human Develo ment, Nagoya Un iver ity, Ja an. htt ://indo dm.com diak e 30 Se tember 2009 ertanyaan dalam rangka enyebaran ertanyaan dan elibatan a dalam embelajaran. etia individu i w

Ramli, T. 2009. Ujian Na ional dan Peningkatan Mutu Pendidikan. htt ://www. lide hare.net diak e 11 Se tember 2009 Su arno dan Wara , K. 2008. Pengembangan Pro fe ionalita Guru. Malang: Univer ita Negeri Malang. Wardani, I.G.A.K. dan Jula eha, S. 2007. Keram ilan Da ar Mengajar. Jakarta: Univer ita Terbuka. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 60

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN HAMBATAN PENGGUNAAN METODE DISKUSI-SIMULASI PADA PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR M ENGAJAR KIMIA(HASIL KEGIATAN OPEN CLASS LESSON STUDY) Oktavia Suli tina Kimia FMIPA UM, Jl. Semarang 5 Malang, E-mail: oktavia@um.ac.id Ab trak: Kom eten i yang dihara kan ada Matakuliah Strategi Belajar Mengajar Ki mia (SBMK) adalah maha i wa mam u memilih dan melak anakan trategi belajar meng ajar yang e uai dengan hakekat embelajaran kimia di Sekolah Menengah. Salah a tu metode embelajaran yang da at digunakan untuk menca ai kom eten i ter ebut a dalah metode di ku i- imula i (DS). Metode ini memberi ke em atan maha i wa untu k mem eroleh enjela an- enjela an dari berbagai umber data; merang ang kemam u an ber ikir kriti dan keberanian mengemukakan ide, ertanyaan, dan enda at; me mberikan gambaran yang nyata dan engalaman lang ung tentang to ik yang di elaj ari; mengembangkan kreatifita , memu uk ra a ercaya diri; erta mem erkaya eng etahuan, ika , dan keteram ilan yang di erlukan dalam menghada i berbagai itua i o ial yang roblemati . Kegiatan o en cla le on tudy bertujuan untuk men gkaji hambatan yang ditemui ada aat enera an metode DS ada embelajaran SBMK ada eme ter Ga al 2009/2010 di Juru an Kimia FMIPA UM. Kegiatan ter ebut dila kukan 2 kali, ma ing-ma ing meli uti taha lan, do, ee. Taha lan dilakukan o leh 2 orang engam u mata kuliah SBMK, taha do dan ee diikuti oleh 5 orang do en Kimia FMIPA UM dari berbagai bidang ilmu. Ha il kegiatan ob erva i dan reflek i ada o en cla menunjukkan terda at bebera a hambatan dalam enggunaan metod e DS dalam embelajaran SBMK. Hambatan ter ebut adalah ma ih ditemuinya maha i w a yang kurang erhatian ada aat maha i wa lain melakukan re enta i mau un im ula i, adanya domina i eran, ebagian be ar kelom ok belum bi a mengorgani a i waktu ecara efektif dan efi ien. Untuk meminimalkan hambatan yang mungkin akan ditemui ada enera an metode DS di arankan agar endidik mengelola embelajaran dengan baik, menjela kan tuga dan i tem enilaian dengan jela , ehingga da a t di eroleh ha il embelajaran yang o timal. Kata kunci: metode di ku i- imula i , embelajaran kimia, le on tudy

Strategi dalam kegiatan belajar-mengajar da at diartikan ebagai eni dan ilmu u ntuk membelajarkan e erta didik dalam menca ai tujuan embelajaran yang telah d iteta kan ecara efi ien dan efektif. Dalam erkembangannya, trategi embelajar an diartikan ebagai rencana tindakan (rangkaian kegiatan) terma uk enggunaan m etode dan emanfaatan berbagai umber belajar untuk menca ai tujuan embelajaran tertentu. Matakuliah SBMK meru akan matakuliah yang memberikan bekal ke ada mah a i wa calon guru untuk da at memilih dan melak anakan trategi belajar mengajar yang e uai dengan hakekat embelajaran kimia di Sekolah Menengah (anonim, 2010 ). Se uai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, embelajaran di S ekoFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 lah Menengah haru ber rin i ada embelajaran yang berba i kom eten i. Prin i embelajaran yang berba i kom eten i antara lain adalah (a) ber u at ada e erta didik agar menca ai kom eten i yang dihara kan; (b) embelajaran dilakukan dengan udut andang adanya keunikan individual etia e erta didik; (c) embel ajaran dihada kan ada itua i emecahan ma alah, ehingga e erta didik menjadi embelajar yang kriti , kreatif, dan mam u memecahkan ma alah yang dihada i; (d ) embelajaran dilakukan dengan multi trategi dan multimedia ehingga memberika n engalaman belajar beragam bagi e erta didik; dan (e) eran guru ebagai fa i litator, motivator, dan nara umber (De dikna , 2008). Selara dengan tuntutan KT SP, dalam matakuliah SBMK maha i wa calon 61

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN guru dibekali dengan engetahuan tentang kon e enting dalam ro e belajar men gajar (PBM), keteram ilan mengelola PBM, enera an endekatan embelajaran yang kon truktivi tik, enggunaan media dan enera an a e men otentik. Sehingga denga n bekal ter ebut, dihara kan maha i wa mam u memilih dan melak anakan trategi b elajar mengajar yang e uai dengan hakekat embelajaran kimia di Sekolah Menenga h. Pelak anaan kegiatan erkuliahan, menekankan keterlibatan aktif maha i wa dal am mem eroleh engetahuan tentang trategi embelajaran yang di elajari melalui metode di ku i dan mem eroleh gambaran lang ung langkah-langkah embelajaran dal am trategi ter ebut melalui metode imula i. Sehingga dengan metode di ku i imu la i (DS) ini maha i wa dihara kan da at memahami ecara utuh tentang trategi embelajaran yang edang di elajari dan ada akhirnya da at memilih erta menera kannya dalam embelajaran di kela nya kelak. Metode DS meru akan gabungan antara metode di ku i dan metode imula i. Metode di ku i memberikan ruang ke ada emb elajar untuk menggali engetahuannya endiri melalui berbagai umber data, melat ih embelajar untuk berani mengemukakan ide, ertanyaan, dan enda at, melatih k emam uan ber ikir kriti , membina ika menghargai enda at orang lain, dan menj unjung ke utu an yang telah dibuat ber ama. Hal ini enada dengan engertian met ode di ku i yaitu meru akan cara enyajian embelajaran yang memberikan ke em at an ke ada embelajar untuk mengadakan erbincangan ilmiah melalui interak i anta ra i wa- i wa dan atau i wa-guru dengan tujuan untuk memecahkan uatu erma al ahan, menjawab ertanyaan, menambah dan memahami engetahuan embelajar, erta u ntuk membuat uatu ke utu an (Killen, 1998; Arifin, 2000; dan Gulo, 2002). Metod e imula i da at memberikan gambaran yang nyata dan engalaman lang ung tentang to ik yang di elajari; mengembangkan kreatifita , memu uk ra a ercaya diri; e rta mem erkaya engetahuan, ika , dan keteram ilan yang di erlukan dalam mengha da i berbagai itua i o ial yang roblemati . Sanjaya (2006), menyatakan hal ya ng ama, yaitu mengartikan metode imula i ebagai cara enyajian engalaman bel ajar dengan menggunakan itua i tiruan untuk memahami tentang kon e , rin i at au keteram ilan tertentu. Kedua metode ter ebut da at dikategorikan ebagai meto de yang menekankan ada keterca aian keteram ilan ro e dengan FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 endekatan ber u at ada embelajar (Anitah, 2007). Jika kedua metode ter ebut d igabungkan maka dihara kan akan mengha ilkan embelajaran yang da at memberikan engetahuan yang utuh terhada uatu to ik materi yang di elajari, membina ika ilmiah embelajar, melatih keteram ilan e uai dengan tujuan embelajaran yang diinginkan. Sebagai ebuah metode embelajaran, metode DS tentunya juga memiliki kelemahan. Kelemahan ini da at diidentika i dari berbagai hambatan yang ditemui elama ro e embelajaran. Hambatan ter ebut da at mengha ilkan embelajaran y ang kurang o timal, ehingga erlu egera untuk diidentifika i dan dicari emeca han ma alahnya agar terca ai tujuan embelajaran yang diinginkan. Melalui kegiat an o en cla le on tudy dihara kan hambatan elama enera an metode DS da at diidentifika i oleh ara ob erver, ehingga temuan dari ara ob erver da at dija dikan acuan untuk engembangan erencanaan embelajaran yang lebih baik. I wahyu di (2009) mela orkan bahwa kegiatan le on tudy memberikan engaruh bagi ening katan kom eten i guru dan i wa, karena dalam kegiatan ter ebut guru dibia akan untuk menerima ma ukan dan atau aran dari ob erver dengan terbuka, ehingga hal ter ebut berim lika i terhada eningkatan inova i dan kreatifita guru dalam m enyu un rencana embelajaran yang lebih baik dan ada akhirnya i wa mera akan d am ak dari meningkatnya kualita embelajaran. METODE Kegiatan o en cla le on tudy matakuliah SBMK dilak anakan dua kali di juru a n Kimia FMIPA. Ma ing-ma ing kegiatan terdiri dari taha lan, do, dan ee. Pela k anaan taha lan I tanggal 9 Oktober 2009, taha do I tanggal 12 Oktober 2009 dan taha ee I tanggal 13 Oktober 2009. Taha lan II dilak anakan tanggal 13 O ktober 2009, taha do II 16 Oktober 2009 dan taha ee II 19 Oktober 2009. Peren

canaan embuatan rencana elak anaan erkuliahan (RPP) dan in trumen enilaian d ilakukan ada taha lan. Kegiatan ini dilakukan oleh dua do en engam u matakul iah. RPP dan in trumen enilaian yang dibuat ada taha lan II meru akan ha il revi i berda arkan kegiatan ee I. Kegiatan ada taha do dan ee diikuti oleh 5 orang, 1 orang do en model dan 4 orang do en ob erver. 1 orang ob erver meru ak an do en engam u matakuliah Kimia Fi ik, 2 orang 62

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN engam u matakuliah Kimia Analitik, dan 1 orang engam u matakuliah SBMK. HASIL DAN PEMBAHASAN

muan ob erver, maha i wa model tam ak kurang mengua ai trategi yang dimodelkan, maha i wa model cenderung hanya menjela kan materi kimianya. Sehingga ada kegi atan di ku i/tanya jawab tentang ha il imula i, maha i wa terke an a if. Pada taha ee, ara ob erver memberikan ma ukan agar hambatan yang ditemui ada aat embelajaran da at diminimalkan, ehingga enggunaan metode DS dalam embelajar an lebih o timal dan mengha ilkan kualita embelajaran yang lebih baik. Ma ukan itu antara lain: do en model haru haru menjela kan aturan elama ro e embe lajaran ecara jela yaitu adanya embata an waktu re enta i, di ku i dan imul a i, adanya embagian eran yang merata dalam kelom ok; tem at duduk diatur ede mikian ru a ehingga antara maha i wa kelom ok enyaji dan non enyaji dalam o i i yang nyaman, aling berhada an dan ada akhirnya erhatian lebih meningkat; embuatan alat enilaian yang lebih meningkatkan eranan maha i wa dalam menilai ro e embelajarannya endiri. Taha ee atau reflek i ini digunakan ebagai a cuan untuk enyu unan RPP untuk kegiatan o en cla le on tudy II yang lebih b aik ehingga hambatan yang ditemui ada aat embelajaran dengan metode DS da at diminimalkan. Kegiatan O en Cla Le on Study II Pada taha lan, diha ilkan erbaikan RPP. Langkah-langkah yang digunakan dalam kegiatan embelajaran dengan metode DS tidak berubah, hanya aturan dalam embelajaran yang di erketat dan di erjela . Aturan ter ebut adalah 30 menit waktu re enta i, 20 menit waktu di ku i/tanya jawab ha il re enta i, 30 menit waktu imula i, dan 20 menit waktu di k u i/tanya jawab ha il imula i. Aturan ini diinforma ikan ke ada maha i wa ebel um kegiatan embelajaran dimulai. Format enilaian dijadikan lebih rinci, enila ian terdiri dari tiga a ek yaitu enilaian re enta i, enilaian di ku i/tanya jawab, dan enilaian imula i. Penilaian dilakukan dengan melibatkan 2 orang mah a i wa non enyaji untuk memberikan kor, dan ha ilnya digabung dengan enilaian do en engam u. Berda arkan ha il kegiatan ada taha do dan ee, do en model m

Kegiatan O en Cla Le on Study I Metode yang digunakan dalam embelajaran mata kuliah SBMK ada kegiatan o en cla le on tudy I adalah di ku i- imula i (DS) . Ada un langkah-langkah embelajaran dengan metode ini adalah: 1) membagi maha i wa menjadi bebera a kelom ok; 2) memberikan tuga ma ing-ma ing kelom ok untuk membuat makalah tentang trategi embelajaran dan men imula ikan trategi ter e but; 3) maha i wa mem re enta ikan makalah yang telah di u un; 4) membuka forum di ku i/tanya jawab terkait dengan makalah yang di re enta ikan; 5) kelom ok en yaji men imula ikan trategi yang dibaha ; dan 6) membuka forum di ku i/tanya ja wab terkait dengan trategi yang di imula ikan. Menurut do en model, ke e uaian metode embelajaran yang dilak anakan dengan hara an adalah 80%. Hal ini di ebab kan do en model mera a waktu (2 x 50 menit) kurang mencuku i dan ma ih mera a gr ogi dengan kehadiran ob erver. Ha il temuan ara ob erver ada taha do juga mem erlihatkan ha il yang ham ir miri dengan yang dialami oleh do en model, yaitu ro e embelajaran kurang o timal. Ob erver menemukan bebera a hal/faktor yang dimungkinkan menjadi enghambat ada ro e embelajaran, ehingga diha ilkan e mbelajaran yang kurang o timal. Ada un bebera a faktor enghambat ter ebut adala h (a) terda at domina i eran oleh alah eorang dari anggota kelom ok enyaji, dimana nam ak dialah yang aling mengua ai to ik yang dibaha ; (b) kurangnya er hatian dari kelom ok non enyaji. Menurut ob erver, hal ter ebut kemungkinan di ebabkan ada aat mem re enta ikan makalah, enyaji banyak yang membaca tek mak alahnya ehingga nam ak kurang mengua ai bahan yang di re enta ikan; tam ilan o wer oint kurang jela , dikarenakan encahayaan dari royektor yang kurang em u rna; waktu re enta i yang tidak dibata i ehingga terke an terlalu lama; o i i duduk maha i wa dalam kelom okkelom ok memungkinkan mereka kurang lelua a untuk mem erhatikan enyaji dan tayangan ower oint yang o i inya berhada an.; (c) Kurangnya engua aan trategi embelajaran yang dimodelkan oleh maha i wa model. Berda arkan ha il teFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

era a ada eningkatan terhada o timali a i embelajaran yaitu 90% e uai dengan tujuan yang dihara kan, meningkat 10% dari ha il kegiatan o en cla I. Para ob erver menemukan, erhatian ebagian be ar maha i wa 63

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN lebih meningkat dibandingkan ada kegiatan I walau un ma ih ditemui 2-3 orang ma ha i wa yang kurang mem erhatikan. Keteram ilan re enta i mau un imula i kelom ok enyaji lebih baik. Hal ter ebut terlihat, ada aat mem re enta ikan makala hnya enyaji beru aya untuk tidak membaca tek , demikian ula ada aat imula i langkahlangkah embelajaran ada trategi yang dimodelkan lebih tam ak me ki un ma ih ditemui ada bebera a kekurangan. Taha di ku i/tanya jawab juga berlang u ng cuku baik, dimana ebagian be ar maha i wa terlibat aktif untuk aling bertu kar ide, enda at dan atau ertanyaan. Sehingga da at di im ulkan bahwa dengan erencanaan dan engelolaan embelajaran yang baik erta enjela an tuga dan en ilaian yang jela da at meminimalkan hambatan ada aat ro e embelajaran ehi ngga da at di eroleh ha il embelajaran yang lebih o timal. DAFTAR RUJUKAN Anonim. 2010. Katalog FMIPA UM Juru an Kimia. Malang: FMIPA UM. A rifin, M. 2000. Strategi Belajar Mengajar: Common Textbook. Bandung: UPI-JICA. A nitah, S.W. 2007. Materi Pokok Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Univer ita terbuka. De dikna . 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Tata Muka, Penuga an Ter truktur dan Tuga Mandiri Tidak Ter truktur. Gulo, W. 2002. Strategi Belaja r Mengajar. Jakarta: PT Gra indo. I wahyudi. 2009. Program Pengembangan Le on S tudy di Kabu aten Pa uruan dan Pengaruhnya terhada Peningkatan Mutu Pendidikan. Makalah di am aikan dalam Seminar Na ional KESIMPULAN Melalui kegiatan o en cla le on tudy, hambatan elama ro e kegiatan erkul iahan SBMK dengan menggunakan metode embelajaran DS da at diidentifika i dan da at diminimalkan. Hambatan ter ebut adalah ma ih ditemuinya maha i wa yang kuran g erhatian ada aat maha i wa lain melakukan re enta i mau un imula i, adany a domina i eran, ebagian be ar kelom ok belum bi a mengorgani a i waktu ecara efektif dan efi ien. Hal ini akan membawa engaruh terhada kurang o timalnya enca aian tujuan embelajaran. Hambatan ini da at diminimalkan dengan erencanaa n dan engelolaan embelajaran yang baik, enjela an aturan, tuga dan enilaian dengan jela . Le on Study 2 yang di elenggarakan oleh PELITA-JICA FIMPA UM di Malang ada tan ggal 17 Oktober 2009. Killen, R. 1998. Effective Teaching Strategie : Le on fro m Re earch and Practice. 2nd edition. Au tralia: Social Science Pre . Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorienta i Standar Pro e Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 64

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN STAD - EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KERJA KELOMPOK DI KELAS VII SMP A. YANI TAHUN 20092010

Ab trak: Kegiatan le on tudy embelajaran di kela VII SMP A. Yani ada tangga l 18 A ril 2009, dilakukan O en Cla (OC) embelajaran kimia dengan materi cam uran homogen dan heterogen. Peneliti ebagai guru model, elak anaan embelajara n di ajikan dengan model Student Team Achievement Divi ion (STAD) dan melakuka n raktikum yang kontek tual. Tujuan dari enelitian ini adalah, untuk mengetahu hi a akah dengan menggunakan model embelajaran STAD di ertai raktikum da at me ngaktifkan i wa. Penelitian ini meru akan enelitian de kri i yang dida arkan ada kajian teori endidikan untuk i wa SMP tentang embelajaran STAD dengan e nera an raktikum yang kontek tual. Selanjutnya ha il kajian teori oleh eneliti , di u un dan di elara kan dengan ha il engalaman yang berharga eneliti aat m engikuti lan-do- ee (reflek i tanggal 18 A ril 2009) di SMP Achmad Yani untuk k ela VII ada rogram Kegiatan MGMP Le on Study SISTTEMS JICA Home Ba e SMPN 2 Bangil Pa uruan. Ha il enelitian menjela kan: Model embelajaran STAD di ertai raktikum yang ber ifat kontektual, da at menggali/mem erlua wacana ber ikir i wa aat mengerjakan Lembar Kegiatan Si wa (LKS), yang dihubungkan dengan enget ahuan dan engalaman raktikum i wa dari mencam urkan bahan dan mengelom okkann ya ada kolom cam uran heterogen atau homogen. Kegiatan raktikum ini juga menga ktifkan kerja i wa, hal ini diakui juga oleh guru kela ehari-harinya. Dengan raktikum 85% i wa menjadi aktif dan mam u mengemukakan enda atnya. Penilaian ha il keterca aian tujuan embelajaran etelah akhir embelajaran ebe ar 80%. K ata kunci: STAD, ek erimen, kerja kelom ok

Pendidikan ada tingkat SMP, dituntut untuk enantia a melakukan inova i dalam embelajaran, ada berbagai a eknya, mulai dari vi i, mi i, tujuan, rogram, lay anan, metode, teknologi, ro e , am ai evalua i. Bagi eorang guru IPA (Kimia) emilihan model embelajaran hendaknya dilakukan ecara cermat, agar ilihan itu te at atau relevan dengan berbagai a ek embelajaran yang lain, efi ien dan me narik. Hal ter ebut dikarenakan dalam kela , guru ber eran ebagai komunikator d an guru ebagai fa ilitator memiliki eran memfa ilita i i wa untuk belajar ec ara mak imal dengan menggunakan berbagai trategi/metode, media, dan umber bela jar. Dalam ro e embelajaran i wa ebagai titik entral belajar, i wa yang FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 lebih aktif, mencari dan memecahkan erma alahan belajar, dan guru membantu ke u litam i wa yang menda at hambatan, ke ulitan dalam memahami, dan memecahkan er ma alahan. Untuk mengefektifkan embelajaran dan mengaktifkan, bia anya eorang guru memilih model koo eratif untuk melatih i wa aling bekerja ama, aling me nunjang keberha ilan individu dan bi a menjadi tutor ebaya bagi i wa yang kura ng andai. Kelough & Kelough (1999) mendefini ikan coo erative learning abagai e uatu trategi embelajaran yang ecara berkelom ok, i wa belajar ber ama- am a dan aling membantu dalam membuat tuga dengan enekanna aling u ort dianta ra anggota 65

Robithoh Suryaning a i Dar ono Sigit SMPN2 Bangil Pa uruan, SMPN2 Rembang Pa uruan, Juru an Kimia FMIPA Univer ita egeri Malang

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN kelom ok, dimana keberha ilan belajar adalah keberha ilan kelom ok. Menurut Ka i hani (2007) ada lima rin i yang menda ari embelajaran koo eratif yaitu: 1) Sa ling ketergantungan ecara o itif, artinya anggota kelom ok aling menyadari ba hwa mereka erlu bekerja ama untuk menca ai tujuan. 2) Semua anggota kelom ok aling berinterak i dengan aling berhada an. 3) Setia anggota kelom ok haru be lajar dan menyumbangkan ha il emikirannya demi ekerjaan dan keberha ilan kelom ok. 4) Ketram ilan bekerja ama dan ber o iali a i di erlukan untuk berha ilnya ekerjan kelom ok, untuk ini erlu bimbingan guru agar i wa da at berkolabora i . 5) Si wa erlu menilai bagaimana mereka da at bekerja ecara efektif. Menurut Trianto (2007), model embelajaran koo eratif yang bi a digunakan untuk mengakti fkan kerja kelom ok i wa alah atu diantaranya adalah STAD dengan keunggulan e erti ada tabel 1. Tabel 1. Keunggulan Model STAD Tujuan Kognitif Tujuan o ial Struktural tim Info rma i akademik ederhana Kerja kelom ok dan kerja ama Kelom ok belajar heteroge n dengan 4 5 orang anggota Bia anya guru Si wa da at menggunakan lembar kegiatan & aling membantu untuk menunta kan materi belajarnya Te mingguan Lembar enga kuan & ublika i lain

hari, di da ari ebelum enuli menjadi guru model, ob erva i dulu ke kela yang akan dibuat O en Cla (OC) ke guru kela nya dan menda atkan data ebagai berik ut: 1) Si wa di kela VII yang akan dibuat OC dalam etia embelajaran kurang a ktif. 2) Si wa yang menduduki kelom ok A edikit, dan rata-rata ada ada kelom o k B dan C. 3) Materi Kimia bagi kela VII, ma ing diangga materi baru karena di SD belum menerima materi ini. Tabel 2. Fa e dan Kegiatan Guru Model STAD Fa e Kegiatan guru Menyam aikan emua tujuan embelajaran dan memotiva i i wa. Menyam aikan materi embejaran bi a d engan jalan demontra i atau memberi a aran Membagi i wa dalam kelom ok jika be lum ada, jika kelom ok udah terbentuk ebelumnya maka tinggal meminta i wa unt uk duduk ada kelom oknya, dan membimbing i wa dalam kelom ok ubtuk menyele aik an ma alah dalam LKS, membaha ha il kerja i wa Menyim ulkan atau mereflek i ke giatan kemudian memberi evalua i da at beru a kui atau ertanyaan li an, diakhi r kegiatan ini guru memberi enghargaan kelom ok. Awal Inti Pemilihan To ik Tuga Akhir Penilaian Pengakuan Sedangkan intak/taha an embelajaran model STAD e erti uraian dalam tabel 2. P enghargaan kelom ok inilah yang menjadi kei timewaan model STAD, hara an dari e nghargaan kelom ok ini adalah emua anggota kelom ok akan termotiva i untuk bert anggung jawab ata keberha ilan kelom oknya, karena ada aat kui ma ing-ma ing anggota tidak boleh aling membantu, agar kemajuan re ta i kelom ok ter ebut b i a terdetek i. Pemilihan model STAD embelajaran kimia di kela VII SMP A. Yani untuk materi tentang cam uran homogen dan heterogen dalam kehidu an ehariDari data yang di eroleh ini, maka di ilihlah model STAD ini untuk da at mengakt ifkan ekaligu mengefektifkan ro e embelajaran Kimia di kela VII SMP A. Yan i ada aat enuli menda atkan giliran untuk menjadi guru model aat le on tu dy berba i MGMP Wilayah di home ba e Bangil. METODE

utama

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

Ketika menda atkan giliran untuk menjadi guru model, dan udah memiliki data ten tang karakter i wa yang akan diob erva i, enuli meminta ada ada teman ejaw at untuk memilihkan model embelajaran dan kegiatan afektif yang membangkitkan emangat i wa agar dari kegiatan awal i wa termotiva i untuk 66

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN mengikuti kegiatan embelajaran dengan tujuan yang akan dica ai: 1) Si wa da at membedakan cam uran homogen dan heterogen. 2) Si wa da at menyebutkan jeni cam uran homogen dan heterogen dalam kehidu an ehari-hari. Akhinya di ilih STAD den gan menggunakan ek erimen untuk mengaktifkan embelajaran, dengan ala an ada e mberian enghargaan terhada kelom ok agar me-motiva i i wa untuk aktif di kelo m okmya, dan untuk kegiatan a er e inya, ditunjukkan berbagai minuman yang bia a dikon um i oleh i wa, e erti okky jelly drink, ko i, teh dan nutri ari, untu k menunjukkan jeni cam uran yang terbentuk ada ma ingma ing minuman tadi. Dari motiva i ini i wa dihara kan mengetahui bahan a a aja yang terkandung dalam l arutan minuman tadi dan menentukan a akah jeni cam uran ter ebut homogen atau h eterogen. Ha il di ku i teman ejawat, akhirnya ter u unlah langkah embelajaran ebagai berikut: 1. Pendahuluan

kelom ok da at mengerjakan tuga -tuga yang ada LKS e uai dengan tujuan embela jaran yang ingin dica ai. Memotiva i i wa agar elalu berinter-ak i dengan tema n i wa lain dalam kelom ok, i wa- guru; i wa media, i wa dengan dirinya end iri. Si wa melakukan aktivita e uai etunjuk di LKS. Ditunjuk alah atu i wa menyajikan ha il kegiatan kelom oknya, kelom ok lain mem erhatikan dan menangga i.. Guru menguatkan kon e -kon e yang di am aikan oleh i wa. Guru membimbing i wa menarik ke im ulan tentang: Kon e larutan homogen dan larutan heterogen Jeni Cam uran Homogen Heterogen No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 Nama Bahan Air u u Energen cereal Ne caffe Nutri ari Adem ari Teh mani Ko i tu bruk Air dan minyak goreng Ja ju Milo

Setelah memerik a ke ia an kela , guru menunjukkan minuman: okky jelly drink. Ke mudian meminta i wa untuk menyebutkan kom o i i bahan yang terkandung di dalam minuman ter ebut (hara an guru : alah eorang i wa menjawab: gula, bubuk agaragar), dari cam uran yang terbentuk bi akah kalian membedakan bahan-bahan ter eb ut! (jawaban: tidak bi a) Kemudian menunjukkan minuman ko i. Kemudian meminta i wa untuk menyebutkan kom o i i bahan yang terkandung di dalam minuman ter ebut (hara an guru: alah eorang i wa menjawab: gula, ko i), dari cam uran yang ter bentuk bi akah kalian membedakan bahan-bahan ter ebut! jawaban : bi a) Dari jawa ban i wa, kemudian guru menjela kan ciri cam uran heterogen. Menyam aikan tujua n embelajaran yang akan dica ai Ciri larutan yang terma uk homogen dan larutan heterogen. 3. Penutu

2. Inti Memberikan te individual Golongkan zat-zat berikut ini kedalam larutan Homogen dan Heterogen dengan memberi tanda cek (), ada kolom yang e uai! Di akhir embe lajaran guru memberikan enghargaan kelom ok. Kategori u er ( 80 100 ) Kategori hebat ( 65 79 ) Kategori baik ( 55 64 )

Membagi i wa dalam kelom ok Membagi LKS ada i wa ambil memberi etunjuk/ car a mengerjakan. Membimbing dan membantu kelom ok belajar dan bekerja, berkeliling mendam ingi etia kelom ok i wa, am ai etia Taha an ini digunakan aat kegiatan do ee, ada tanggal 18 A ril 2009 dimana aa t itu eneliti bertindak ebagai guru model. HASIL DAN PEMBAHASAN FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 67

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Kegiatan do- ee, dilanjutkan dengan di ku i reflek i dengan ha il ke e akan ber ama guru er erta le on tudy ebagai berikut: 1. Pembelajaran yang memakai/men yertakan raktikum ber ifat kontek tual da at menggali ro e ber ikir i wa aa t mengerjakan LKS yang dihubungkan dengan engetahuan i wa dari mencam urkan ba han dan mengelom okkannya ada kolom cam uran heterogen ataukah homogen, dari ke giatan ini juga mengaktifkan kerja i wa, hal ini diakui juga oleh guru kela e hariharinya, dengan raktikum 85% i wa menjadi aktif dan mam u mengemukakan en da atnya, enilaian ha il keterca aian tujuan embelajaran etelah akhir embela jaran adalah 80%. 2. Salah atu model yang da at digunakan dalam embelajaran ki mia adalah embelajaran koo eratif STAD, yang dihara kan da at menggali tingkat kerja ama dalam kelom ok mengingat kondi i i wa kela VII di SMP Achmad Yani Ba ngil, yang angat heterogen baik tingkat kecerda an intelegen i, emo i dan o ia lnya. Model embelajaran STAD juga membantu guru dalam meningkatkan ercaya diri i wa dalam kelom ok, karena adanya i tem enghargaan yang diberikan ada kelo m ok yang terbaik diakhir embelajaran, teta i ada 2 kelom ok yang embagian kel om oknya kurang a , karena dari 4 anggota i wa erem uannya hanya atu, kebetu lan temannya tidak ma uk, ehingga menghambat ro e di ku i, karena i wi ter e but terlihat enggan untuk aktif melakukan di ku i dengan kelom oknya, hal ini ku rang terekam oleh guru ehingga am ai akhir embelajaran i wi ini tam ak minde r, walau un aat evalua i i wi ini ternyata mam u menjawab ertanyaan. Dari cat atan ini da at direflek i untuk endidik, bahwa keaktifan i wa bi a terhambat k arena ketidak nyamanan i wa dalam mengikuti elajaran. 3. Pro e enilaian yang dilakukan guru, elain menilai ha il kerja kelom ok juga menilai tingkat kerja ama ma ing-ma ing individu dalam kelom ok, aat enilaian kerja kelom ok kendal a ada ada re enta i kela , i wa ma ih malu jika haru re enta i dide an, mak a untuk latihan mereka re enta i di bangkunya, dari kendala ini FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 maka erlu menjadi catatan endidik untuk melatih i wa berkomunika i dengan kel om oknya atau dengan eluruh warga kela , e erti yang tercantum dalam haket bel ajar IPA, bahwa i wa haru mam u men o iali a ikan ha ul ek erimennya ke lingk ungannya, dan terakhir ada ertanyaan kui , dimana haru dijawab endiri oleh i wa dan tidak minta bantuan temannya atau membantu temannya, yang ternyata dari ro e enilaian aat evalua i tidak bi a dilakukan karena waktu kurang dan ter akai di kegiatan raktikum, karena guru haru menjela kan dahulu cara mencam urk an bahan dengan air, hal ini terjadi karena kela ter ebut baru ertama kali mel akukan raktikum ehingga waktu banyak terbuang di enjela an langkah kerja. Cat atan embelajaran ini akhirnya di akai untuk erbaikan aat embelajaran elanju tnya, yaitu, erlu embimbingan i wa dalam kelom ok agar bi a terdetek i i wa yang tidak bi a bekerja dengan kelom oknya, i wa dibia akan dengan embelajaran ek erimen, e uai dengan tujuan embelajaran IPA yang menghara kan i wa mam u menemukan kon e dari ha il ek erimen yang dilakukan dan mengkomunika ikan ke lingkungannya. 4. Untuk bi a menca ai tujuan embelajaran ada bebera a hal yang haru di erhatikan, antara lain dalam membuat erencanaan embelajaran haru ada ke e uaian antara metode yang digunakan dengan materi yang akan di am aikan, e lain itu emilihan model embelajaran untuk efektifita enyam aian materi juga haru di erhatikan agar antara waktu yang ter edia dengan ketunta an materi bi a diefektifkan dan alat atau media yang digunakan juga haru mam u memberi e an yang o itif terhada i wa agar tidak terjadi ke alahan kon e atau kerancuan i wa dalam memahami kon e . 5. Untuk menghada i tantangan ekarang ini metode/ e ndekatan kontek tual angat cocok, mengingat i wa kita memiliki engetahuan awa l yang haru digali dari engalaman belajar untuk menda atkan engetahuan baru y ang awet. Dari embelajaran kontek tual juga melatih i wa untuk ber ikir kriti dan menangga i etia er oalan yang ada di lingkungannya. 68

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN 6. A abila keadaan i wa dalam kela memiliki karakter yang angat heterogen bai k tingkat kecerda an intelektual, emo i dan o ialnya e erti i wa kela VII, d i SMP Achmad Yani Bangil, maka model embelajaran koo eratif angat te at untuk melatih kerja ama dan ra a o ial untuk aling membantu dan melengka i. Ada 3 ti ngkat dalam embelajaran koo eratif, yaitu tingkat awal, menengah dan mahir yang dida arkan ada da ar emikiran i wa, hal ini angat baik dilakukan untuk meng ukur ro e belajar i wa, bila ma ih belum ernah menggunakan model koo eratif ebaiknya mencoba yang tingkat awal, yaitu i wa hanya menjalankan tuga ter tru ktur dari guru, untuk tingkat awal ini bi a mencoba ti e STAD atau Jig aw, kemud ian ditingkatkan ke menengah ada tingkat ini i wa melatih diri untuk aktif ber tanya dan mengulang kembali a a yang udah dida at dengan kalimat yang berbeda t eta i ma ih dalam engertian yang ama, untuk tingkat ini bi a mencoba ti e Thin k Pair and Share (TPS) dan untuk tingkat koo eratif yang lebih mahir i wa udah mam u menarik ke im ulan endiri dari kon e yang diajarkan oleh guru, untuk ti ngkat mahir ini kita bi a memakai ti e Inve tiga i kelom ok. 7. Karena ada tuntu tan kerja rofe ional, maka eorang endidik haru enantia a meningkatkan kemam uan edagogi nya, diantaranya; mengua ai karakteri tik e erta didik dan a ek fi ik, moral, iritual, o ial, DAFTAR RUJUKAN Sigit, D. 2009a. La oran Kegiatan MGMP Le on Study SISTTEMS JICA Home Ba e SMPN 2 Bangil. Malang: Koordinator Lokal (LC) JICA FMIPA UM. Sigit, D . 2009b. La oran Kegiatan MGMP Le on Study SISTTEMS JICA Home Ba e SMP Darut Ta uhid Bangil. Malang: Koordinator Lokal (LC) JICA FMIPA UM. Sigit, D. 2009c. La o ran Kegiatan MGMP Le on Study SISTTEMS JICA Home Ba e SMP Muhammadiyah 2 Bangil . Malang: Koordinator Lokal (LC) JICA FMIPA UM Sigit, D. 2009d. La oran Kegiatan MGMP Le on Study SISTTEMS JICA Home Ba e MT N Bangil. Malang: Koordinator Loka l (LC) JICA FMIPA UM kultural, emo ional, dan intelektual, mengua ai teori belajar dan rin i - rin i embelajaran yang mendidik, menyelenggarakan embelajaran yang mendidik, meman faatkan teknologi informa i dan komunika i untuk ke entingan embelajaran, memfa ilita i engembangan oten i e erta didik untuk mengaktuali a ikan berbagai o ten i yang dimiliki, melakukan tindakan reflektif untuk ke entingan kualita em belajaran. A abila hal ter ebut enantia a dilakukan, maka tidak menutu kemungk inan kualita embelajaran juga meningkat, a abila kualita embelajaran meningk at ecara tidak lang ung re ta i belajar juga meningkat ula. KESIMPULAN Model embelajaran STAD di ertai raktikum yang ber ifat kontektual, da at mengg ali/mem erlua wacana ber ikir i wa aat mengerjakan LKS, yang dihubungkan deng an engetahuan dan engalaman raktikum i wa dari mencam urkan bahan dan mengel om okkannya ada kolom cam uran heterogen atau homogen.Kegiatan raktikum ini ju ga mengaktifkan kerja i wa, hal ini diakui juga oleh guru kela ehari-harinya. Dengan raktikum 85% i wa menjadi aktif dan mam u mengemukakan enda atnya. Pe nilaian ha il keterca aian tujuan embelajaran etelah akhir embelajaran ebe a r 80%. Sigit, D. 2009e. La oran Pendam ingan Pelak anaan Le on Study PELITA-JICA Home Ba e SMPN1 Bangil Pa uruan 10 Oktober 2009. Malang: Koordinator Lokal (LC) JICA FMIPA UM. Sigit, D. 2009f. La oran Pendam ingan Pelak anaan Le on STUDY PELITAJICA Home Ba e SMP Achmad Yani Bangil Pa uruan 18 A ril 2009. Malang: Koordinato r Lokal (LC) JICA FMIPA UM. Ka ihani K.E. Suyanto, 2007. Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran. Malang. Nurman, 2009, Pengembangan Profe ional Guru, Brow e > Home/ o ting 8 Se tember 2009, diak e tanggal 23 Se tember 2010. Mahanal, S . 2006. Penera an Pembelajaran Berda arkan Ma alah dengan Strategi Koo eratif mo del FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

69

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN STAD ada Mata Pelajaran Sain Untuk Meningkatkan Kemam uan Ber ikir Kriti a Kala V MI Jendral Sudirman Malang. Malang.

Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorienta i Kon truktivi tik. Jakarta: Pre ta i Pu taka. PENGAJARAN PENGELOMPOKAN BAHAN (ASAM, BASA, GARAM) BAGI SISWA KELAS VII SMPN 2 B ANGIL 2009 2010 Thohari Agu 2 1 1 SMPN 2 Bangil 2&3 SMPN 2 Rembang Pa uruan 4 Juru an Kimia FMIPA Univer ita geri Malang Daheri 3 Trinil Windayati 4 Dar ono Sigit

Ab trak: Pembelajaran IPA (kimia) SMP akan baik, jika dalam elak anaanya mem er hatikan a eka ek kemam uan kognitif, afektif dan ikomotorik yang ingin dica ai oleh i wa e uai kom eten i dan tujuan embelajaran yang dihara kan. Salah atu indikator keberha ilan embelajaran IPA (kimia) SMP adalah i wa elalu akti f, karena terjadinya inter-ak i antara: i wa- guru; i wa- i wa lain; i wa bah an ajar kimia; i wa dirinya endiri. Agar i wa elalu aktif, guru ebaiknya e lalu memotiva i i wa teru -meneru ecara lang ung, kom rehen if baik fi ik, me ntal mau un emo inya. Jadwal embelajaran IPA (kimia) kla ifika i zat mengenai engelom okan ifat larutan a am,ba a dan garam diajarkan ada awal eme ter ganj il untuk i wa kela VII SMP. Mengingat materi engelom okan ifat larutan a am ba a dan garam yang meru akan materi baru bagi i wa, yang belum ernah diajarka n ebelumnya di kela VI SD. Maka erlu kiranya diu ayakan oleh guru, bagaimana cara embelajaran yang membuat i wa elalu aktif dan tertarik untuk mengikuti embelajaran engelom okan bahan yang terma uk larutan a am, ba a dan garam, deng an raktikum menggunakan bahan-bahan yang udah dikenal dan di akai i wa ehari -hari? Penelitian ini meru akan enelitian yang dida arkan ada kajian teori en didikan untuk anak-anak tentang embelajaran direct intruction dengan enera an raktikum yang kontek tual. Selanjutnya ha il kajian teori oleh eneliti, di u u n dan di elara kan dengan ha il engalaman yang berharga eneliti aat mengikuti lan-do- ee rogram Kegiatan MGMP Le on Study SISTTEMS JICA Home Ba e SMPN 2 B angil Pa uruan. Ha il enelitian, menjela kan bahwa embelajaran engelom okan b ahan yang terma uk larutan a am, ba a dan garam, da at dilak anakan dengan cara direct intruction- raktikum untuk i wa kela VII di SMPN 2 Bangil. Kelom ok bel ajar i wa yang aktif berinterak i e ama anggota ebanyak 80%. Si wa yang menja wab benar oal te akhir embelajaran ebanyak 85%. Kata kunci: direct intructio n; raktikum; a am, ba a, garam

Dalam embangunan na ional, endidikan diartikan ebagai u aya meningkatkan hark at dan martabat manu ia erta dituntut untuk mengha ilkan kualita manu ia yang lebih tinggi guna menjamin elak anaan dan kelang ungan embangunan. Peningkatan dan ke ejahteraan endidik dan tenaga ke endidikan lainnya, udah di enuhi Peme rintah melalui eningkatan ke ejahteraan Guru deFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 ngan memberikan tunjangan rofe i, tinggal bagaimana eorang endidik meningkatk an kualita embelajarannya untuk menunjang eningkatan kualita belajar i wa. Pembaharuan kurikulum 2006 yang di e uaikan dengan erkembangan ilmu engetahuan dan teknologi tan a menge am ingkan nilai-nilai luhur o an antun dan etika e rta didukung enyediaan 70

i w

Ne

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

melalui raktikum dengan bahan-bahan yang udah dikenal dan di akai dalam ehari -hari. Dengan da ar ter ebut enuli membuat RPP dan enyia an media embelajara n yang merang ang keaktifan i wa dan keberha ilan ro e Kegiatan Pembelajaran ini eneliti catat dan kemudian dibuat kajian teori, elanjutnya dirumu kan, di u un dan di elara kan dengan englaman berharga eneliti aat mengikuti lan-doee ada Kegiatan MGMP Le on Study SISTTEMS JICA Home Ba e SMPN 2 Bangil, denga n judul: Direct In truction Praktikum untuk Pengajaran Pengelom okan Bahan (A am , Ba a, Garam) bagi Si wa Kela VII SMPN 2 Bangil Tahun 2009 2010. METODE Peneliti adalah e erta rogram le on tudy yang berlang ung di SMPN2 Bangil Pa uruan. Kegiatan le on tudy meli uti lan, do, ee . Plan: Sebelum kegiatan o en cla , diawali dulu dengan kegiatan lan yaitu di ku i mengenai bagaimana alu r embelajaran dan tujuan embelajaran yang akan dica ai oleh i wa kela VII SM P nantinya dalam bentuk ilabu dan RPP. Peneliti menginginkan er e i yang mer ang ang keingintahuan i wa untuk benar-benar mem elajari materi engelom okkan larutan yang ber ifat a am dan ba a dengan memberikan bahan yang udah bia a dik etahui dan digunakan oleh i wa, edangkan tujuan embelajaran yang ingin dica a i adalah: 1) Si wa da at menguji berbagai zat yang ber ifat a am dan ba a menggu nakan indikator. 2) Si wa da at mengelom okkan zat yang ber ifat a am dan ba a b erda arkan ercobaan menggunakan indikator. 3) Si wa da at menyebutkan ciri-ciri zat yang terma uk a am dan ba a dari ercobaan yang dilakukan. Do: Kemudian RPP dari ha il di ku i eneliti dengan guru e erta le on tudy yang lain da at di lak anakan (do) oleh guru model eneliti endiri. Langkah-langkah embelajaran y

arana dan ra arana yang memadai, karena endidikan yang dilak anakan edini mu ngkin dan berlang ung eumur hidu menjadi tanggung jawab keluarga, ekolah, ma yarakat dan emerintah. Pada era globali a i, erkembangan i tek emakin marak d ima yarakat. Maraknya erkembangan i tek di ebabkan oleh adanya tuntutan manu ia untuk berkembang dan maju dalam berbagai bidang e uai dengan erkembangan zama n. Tuntutan ter ebut, da at di eroleh melalui informa i aktual dari eralatan i tek yang canggih. Pembelajaran yang baik adalah ber ifat menyeluruh dalam melak anakannya dan mencaku berbagai a ek, baik a ek kognitif, afektif, mau un ik omotorik, ehingga dalam engukuran tingkat keberha ilannya elain dilihat dari egi kuantita juga dari kualita yang telah dilakukan di ekolah- ekolah. Untuk embelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melib atkan i wa ecara lang ung, om rehen if baik fi ik, mental mau un emo i. Hal emacam ini ering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan ada enca aian tujuan dan target kurikulum. Salah atu u aya guru dalam menci takan ua an a kela yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam embelajaran yakni dengan men ggunakan model embelajaran yang interaktif dan memanfaatkan alat eraga. Hal in i da at membantu guru dalam menggerakkan, menjela kan gambaran ide dari uatu ma teri. Tujuan utama embelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah agar i wa me mahami kon e -kon e IPA ecara ederhana dan mam u menggunakan metode ilmiah, b er ika ilmiah untuk memecahkan ma alah-ma alah yang dihada i dengan lebih menya dari kebe aran dan kekua aan enci ta alam (BSNP, 2006) Pembelajaran IPA memilik i fung i yang fundamental dalam menimbulkan erta mengembangkan kemam uan ber ik ir kriti , kreatif dan inovatif. Agar tujuan ter ebut da at terca ai, maka IPA erlu diajarkan dengan cara yang te at dan da at melibatkan i wa ecara aktif ya itu melalui ro e dan ika ilmiah. Pembagian Standar Kom eten i dan Kom eten i Da ar di kela VII tingkat SMP meletakkan Kon e da ar kla ifika i zat ada awa l eme ter ganjil, diantaranya mengenai engelom okan ifat larutan a am ba a da n garam yang meru akan materi baru bagi i wa, karena mereka belum mengenal teor i kimia di Sekolah da ar, ehingga erlu di buat cara embelajaran yang membuat i wa aktif dan tertarik untuk mengikuti embelajaran engelom okan bahan yang t erma uk larutan a am, ba a dan garam, FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

ang dilakukan eneliti ebagai berikut ini: Kegiatan Pendahuluan dengan waktu 10 menit, melakukan kegiatan a er e i dengan langkah ebagai berikut: Meminta alah atu i wa untuk maju dan mencici i ra a larutan jeruk, kemudian m enanyakan ra a larutan ter ebut, ( alah eorang i wi maju dan mencici i ra a la rutan jeruk tadi dan menjawabnya ma am) 71

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Meminta i wa lain untuk maju dan mencici i bubuk oda kue, dan menanyakan bagai mana ra a bubuk ter ebut, ( alah eorang i wi maju dan mencici i ra a larutan j eruk tadi dan menjawabnya ahit) Setelah itu guru memberikan ertanyaan ecara k la ikal, dari jawaban teman kalian, menga a ada ra a berbeda a am dan ahit? Zat a a yang dikandung 2 larutan tadi ? Dihara kan ada i wa yang menjawab karena 2 larutan ter ebut memiliki kandungan zat yang berbeda. (Bila tidak ada yang menj awab maka guru memberikan enjela an bahwa di lingkungan kita ada zat yang ber i fat a am dan ada yang ber ifat ba a). Setelah itu guru memberikan enjela an in gkat dengan demon tra i cara menentukan zat a am dan ba a melalui ercobaan laru tan jeruk dan oda ditete kan ada kerta lakmu merah dan biru, ekaligu membe rikan rambu-rambu eringatan dalam ek erimen nanti. ( i wa mem erhatikan dan me ncatat informa i yang di erlukan). Kemudian guru menjela kan tujuan belajar hari ini. Kegiatan inti, direncanakan 55 menit, dengan taha -taha ebagai berikut: nyebutkan ciri-ciri zat a am dan zat ba a dari ha il raktikum). Di akhir kegiat an inti guru meminta i wa untuk menyim ulkan ha il elajaran hari ini. Selanjut nya guru yang menyem urnakannya. Kemudian guru memberikan enghargaan ada kelom ok yang memiliki kinerja yang aling bagu . Kegiatan enutu 15 menit dengan mereflek i kembali kegiatan embelajaran, denga n memberikan 4 oal yaitu: 1. Sebutkan 2 Ciri-ciri zat yang ber ifat a am. 2. Berikan 3 contoh zat yang ber ifat a am di ekitarmu. 3. Sebutkan 2 Ciri-ciri zat yang ber ifat ba a. 4. Berik an 3 contoh zat yang ber ifat ba a di ekitarmu. Pada akhir kegiatan, guru member i tuga ke ada i wa, agar membawa bahan-bahan untuk indikator alami engelom ok an a am dan ba a. See: Setelah o en cla elama 2 jam elajaran ( 2 x 40 menit ), dilanjutkan dengan kegiatan reflek i. Peneliti ebagai guru model, diberikan ke em atan ertama, untuk menyam aikan engalaman eneliti ebagai guru model. P eneliti ebagai guru model, mengemukaan bahwa: Pada embelajaran materi kla ifik a i zat menggunakan model embelajaran Direct Intruction ( embelajaran lang ung) dengan intak ebagai berikut: Sintak Model engajaran lang ung di ajikan dala m 5 (lima) taha , e erti ditunjukkan ada Tabel 1. Tabel 1. Sintak Direct Intru ction Fa e Peran Guru Fa e 1 Guru menjela kan tujuan Menyam aikan tujuan embelajaran, informa i latar dan mem er ia kan belakang elajaran, i wa entingnya elajara n, mem er ia kan i wa untuk belajar. Fa e 2 Guru mendemon tra ikan Mendemon tra ikan keteram ilan dengan benar, engetahuan dan atau menyajikan informa i keter am ilan taha demi taha Fa e 3 Guru merencanakan dan Membimbing elati- memberi bimbingan elatihan han awal Fa e 4 Mencek a akah i wa telah Mengecek ema- be rha il melakukan tuga haman dan mem- dengan baik, memberi um an berikan um an b alik balik Fa e 5 Guru mem er ia kan 72 Guru terlebih dahulu membagi i wa dalam kelom ok (4 anggota er kelom ok). Menj ela kan ecara ingkat cara kerja LKS. Si wa duduk dalam kelom ok ma ing-ma ing dan ber ia mengerjakan tuga nya. Ketua kelom ok mengambil erangkat raktikum d an etia anggota aktif melakukan ercobaan dan mencatat ha il di tabel engamat an. Guru membagikan LKS dan erangkat raktikum, membimbing i wa dalam kelom ok ambil memerik a kelengka an raktikum di etia kelom ok. Guru memotiva i i wa , membimbing, mengamati i wa teru meneru , am ai eluruh tujuan embelajaran atu er atu da at terca ai. Setelah guru mengetahui bebera a kelom ok yang tela h mengerjakan LKS dengan benar, Selanjutnya guru meminta alah atu kelom ok unt uk mem re enta ikan ha il di ku i dan membimbing di ku i kela . (Salah atu kelo m ok mem re enta ikan ha ilnya dengan menem elkan ha il kerja di ku inya). Memin ta alah atu i wa untuk menyebutkan ciri-ciri zat a am dan zat ba a ( alah at u i wa me-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Memberikan ke em atan melakukan ke em atan untuk elatihan lanjutan, dengan ela tihan lanjutan dan erhatian khu u ada enera an enera an ke ada itua i lebi h kom lek dan kehidu an ehari-hari. HASIL DAN PEMBAHASAN Berda ar intak direct intruction dalam embelajaran kali ini mem eroleh catatan dari engamatan ara ob erver yaitu; model direct in truction angat te at digu nakan untuk menanamkan kon e engelom okkan larutan yang ber ifat a am dan ba a , dengan ala an; Materi kla ifika i zat untuk i wa kela VII ma ih belum ernah mengenal elajaran kimia, ehingga erlu diberi enjela an- enjela an awal lata r belakang mem elajari materi larutan a am, ba a dan garam, dan bimbingan melaku kan raktikum dengan didemon tra ikan cara menete kan cairan bahan ke kerta lak mu , dan erlu dijela kan cara menyim ulkan etelah di eroleh data engamatan. A danya um an balik untuk merang ang i wa aktif aat melakukan di ku i dan yang angat erlu di erhatikan adalah, bila kondi i jumlah i wa terlalu banyak (> 25) , maka tem at berdiri guru haru di erhatikan agar emua i wa bi a mem erhatika n enjela an materi dan cara emakaian alat. Berkaitan dengan keaktifan kerja ke lom ok: Menurut engamatan ara ob erver; embuatan LKS udah bi a membuat i wa untuk berinterak i dengan kelom oknya, ehingga ebagian be ar dari kelom ok u dah terjadi ro e di ku i dan kerja ama yang baik, dari 9 kelom ok hanya 2 (yai tu kelom ok 3 dan 9) kelom ok yang belum bi a bekerja ama karena; Di kelom ok 3 ter ebut terdiri 3 i wa dengan kom o i i 2 i wi dan 1 i wa, ehingga kemungk inan be ar i wa ini mera a minder dan malu untuk berdi ku i karena 2 temannya erem uan, ehingga dia lebih banyak diam dan hanya e ekali aja dia ikut menete kan bahan ke kerta lakmu . Di kelom ok 9, ada atu i wa yang tidak mem erhati kan aat temannya melakukan ercobaan, karena dia tidak menda atkan tuga dari k elom oknya, walau un demikian aat evalua i, i wa ter ebut da at mengerjakan de ngan benar. Dari engamatan ter ebut da at diartikan bahwa dalam embentukan kel om ok erlu di erhatikan keheterogenan anggota, agar tidak terjadi minder atau m alu karena tidak ada teman. Perlu dibuat tuga di etia kerja kelom ok agar tidak terFMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 jadi overlab erorangan/kerja individual dalam kegiatan raktikum. Berkaitan den gan enggunaan alat dan emakaian bahan raktikum: Pemberian label bahan haru d i er ia kan ebelumnya, agar ro e raktikum lebih ce at. Kerta lakmu biru ya ng digunakan raktikum diu ahakan yang belum terkontamina i dengan bahan agar an ak bi a mem erhatikan warna yang berubah aat ditete i dengan bahan yang mengand ung larutan a am. Berkaitan dengan elak anaan direct in truction yang di adukan dengan raktikum didalamnya: ob erver menjela kan bahwa embelajaran engelom o kan bahan yang terma uk larutan a am, ba a dan garam, da at dilak anakan dengan cara direct intruction- raktikum untuk i wa kela VII di SMPN 2 Bangil. Berkait an dengan keaktifan dan keberha ilan belajar i wa: Ob erver menjela kan bahwa k elom ok belajar i wa yang aktif berinterak i e ama anggota ebanyak 80%. Si wa yang menjawab benar oal te akhir embelajaran ebanyak 85%. Ma ukan do en en dam ing le on tudy 1. Penyim anan dan eletakan lakmu biru ebaiknya di ata ua amoniak agar teta biru, karena lakmu biru angat eka dengan kondi i ruang an. 2. Pemakaian indikator ebaiknya yang alami, mi alnya bunga-bunga yang ada d i ekitar ekolah, bi a dimanfaatkan dengan embanding larutan NaOH untuk yang b a a dan HCl untuk yang a am, ehingga bi a melakukan raktikum tan a hambatan, d iantaranya tidak memiliki kerta lakmu . 3. Karena bahan kimia ada yang membahay akan bagi tubuh manu ia, maka di arankan aat raktikum bahan tidak dicici kan t erhada i wa. Reflek i: Dari catatan engamatan, di ku i dan ma ukan dari do en endam ing di ata , da at diambil ke im ulan bahwa: Sebaiknya ebelum melakukan embelajaran eorang guru memikirkan terlebih dahulu, a a ebenarnya tujuan yan g akan dica ai oleh i wa, bagaimana karakter materi elajaran yang akan di am a ikan dan media yang digunakan da at menanamkan kon e elajaran ataukah tidak, ehingga hal ter ebut kembali ada kemam uan aedagogik eorang endidik, dengan 10 indikator berikut (dalam Nurman, 2009); 1) mengua ai karakteri tik e erta di

dik dan a ek fi ik, moral, 73

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN iritual, o ial, kultural, emo ional, dan intelektual. 2) mengua ai teori bela jar dan riin i - rin i embelajaran yang mendidik. 3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata elajaran yang diam u. 4) menyelenggarakan embelajaran yang mendidik. 5) memanfaatkan teknologi informa i dan komunika i untuk ke enti ngan embelajaran. 6) memfa ilita i engembangan oten i e erta didik untuk men gaktuali a ikan berbagai oten i yang dimiliki. 7) berkomunika i ecara efektif, em erik, dan antun dengan e erta didik. 8) menyelenggarakan enilaian dan eva lua i, ro e dan ha il belajar. 9) memanfaatkan ha il enilaian dan evalua i un tuk ke entingan embelajaran. 10). melakukan tindakan reflektif untuk ke entinga n kualita ebelajaran Kegiatan le on tudy yang meli uti lan-do ee, menjela k an bahwa embelajaran engelom okan bahan yang terma uk larutan a am, ba a dan g aram, da at dilak anakan dengan cara direct in truction- raktikum untuk i wa ke la VII di SMPN 2 Bangil. Kelom ok belajar i wa yang aktif berinterak i e ama anggota ebanyak 80%. Si wa yang menjawab benar oal te akhir embelajaran eba nyak 85%. DAFTAR RUJUKAN BSNP, 2006, Standart Kom eten i dan Kom eten i Da ar Tingkat SMP dan MT Mata Pelajaran I P A: Jakarta. Dar ono Sigit, 2009a. La oran Kegiatan MG MP Le on Study SISTTEMS JICA Home Ba e SMPN 2 Bangil . Malang : Koordinator Lok al (LC) JICA FMIPA UM. Dar ono Sigit, 2009b. La oran Kegiatan MGMP Le on Study SISTTEMS JICA Home Ba e SMP Darut Tauhid Bangil . Malang : Koordinator Lokal (LC ) JICA FMIPA UM. Dar ono Sigit, 2009c. La oran Kegiatan MGMP Le on Study SISTTE MS JICA Home Ba e SMP Muhammadiyah 2 Bangil . Malang : Koordinator Lokal (LC) JI CA FMIPA UM Dar ono Sigit, 2009d. La oran Kegiatan MGMP Le on Study SISTTEMS JI CA Home Ba e MT N Bangil . Malang : Koordinator Lokal (LC) JICA FMIPA UM Dar ono Sigit, 2009e. La oran Pendam ingan Pelak anaan Le on Study Pelita-Jica Home Ba e SMPN1 Bangil Pa uruan 10 Oktober 2009 . Malang : Koordinator Lokal (LC) JICA FMIPA UM. KESIMPULAN Penyam aian materi kla ifika i zat untuk kon e engelom okkan laruran a am dan larutan ba a dengan menggunakan Model Pembelajaran Direct In truction dan Prakti kum bi a memotiva i belajar i wa kela VII di SMPN 2 Bangil, dan bi a memu uk k erja ama antar individu melalui kerja kelom ok aat raktikum. Hal ini ditunjukk an dengan 80 % kelom ok yang dibentuk bi a mengelom okkan kedua jeni larutan te r ebut dan 85 % i wa bi a menjawab ertanyaan evalua i. Keberha ilan ini, erlu dilanjutkan dengan kegiatan enelitian untuk melihat embelajaran Direct In tru ction ini da at meningkatkan re ta i belajar i wa dan da at meningkatkan kuali ta embelajaran ada umumnya. Kualita embelajaran tergantung dari kreativita guru, di arankan guru IPA (kimia) terma uk eneliti endiri ebagai eorang en didik da at memahami dan meningkatkan kema uan rofe inya ebagai guru, e erti 10 indikator kemam uan edagogi guru yang tercantum dalam enjela an UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Do en.

De artemen Pendidikan Na ional, 2006, Standart Kom eten i dan Kom eten i Da ar T ingkat SMP dan MT : Jakarta. Indrawati dan Sohib M. 2007. Model Pembelajaran Ter adu untuk Guru SMP dan SMA. Bandung : Pu at Pengembangan dan Pemberdayaan dan T enaga Pendidikan IPA. Kanreguru 2009, Model Pengajaran Lang ung (Direct In truct ion),, Brow e > Home/ o ting 12 Se tember 2009, diak e tanggal 23 Se tember 20 10. Michael Purba, 2006. IPA Kimia untuk SMP Kela VII. Jakarta : Erlangga. Nurm an, 2009, Pengembangan Profe ional Guru, Brow e > Home/ o ting 8 Se tember 2009 , diak e tanggal 23 Se tember 2010. Nurul Kamilati, 2006. Kimia SMP Kela VII. Kebumen: Yudi tira. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 74

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENGGUNAAN MEDIA BOLA PLASTIK DALAM PEMBELAJARAN KONSEP ATOM DAN MOLEKUL Tuti I maniyah SMP Negeri 3 Nguling Kabu aten Pa uruan Ab trak: Dalam kegiatan ro e belajar mengajar guru haru da at melayani etia i wa ehingga tujuan embelajaran da at terca ai e uai indikator. Agar tujuan embelajaran da at terca ai guru haru andai memilih metode dan media embelaj aran yang te at. Penggunaan media embelajaran yang te at akan menjadikan i wa tertarik dan tidak bo an ehingga da at dengan mudah memahami materi elajaran. Di SMP Negeri 3 Nguling i wa lebih banyak memiliki kemam uan belajar yang kuran g dan edang. Melihat kemam uan i wa yang demikian, maka guru haru ber ikir ba gaimana i wa da at memahami materi elajaran dengan lebih mudah dan i wa yang demikian lebih banyak menggunakan indera mata untuk da at lebih memahami materi ajar. Agar i wa memahami dengan mudah materi elajaran mengenai atom dan moleku l, dan mera a tertarik guru menggunakan Lembar Kegiatan Si wa (LKS) dengan warna -warna ada gambar atom, dan molekul erta menggunakan bola la tik kecil warnawarni untuk menggambarkan atom, molekul un ur dan molekul enyawa. Dari ha il e mbelajaran dengan menggunakan bola-bola la tik yang berwarna warni di eroleh ba hwa i wa mam u merangkai bola-bola la tik menjadi model molekul. Dalam membuat model molekul ter ebut i wa ada yang benar teta i ada juga yang alah atau kur ang benar. Namun demikian i wa telah mam u memahami a a yang dimak ud atom, mol ekul un ur, dan molekul enyawa. Hal ini menunjukkan bahwa enggunaan media emb elajaran beru a bola-bola la tik kecil angatlah efektif dalam menanamkan kon e atom dan molekul. Kata kunci: guru yang efektif, media belajar, ha il belajar Dalam ro e belajar mengajar eorang guru haru da at melayani etia i wa eh ingga tujuan embelajaran da at terca ai e uai indikator. Cara mengajar eorang guru angat ber engaruh terhada ha il belajar i wa. Si wa da at belajar denga n baik a abila i wa da at mem elajari a a yang eharu nya di elajari. Dalam men gajar un ur yang enting yaitu merang ang erta mengarahkan i wa belajar. Dalam kegiatan ro e belajar mengajar antara guru dan i wa haru terjadi interak i dua arah di mana antara keduanya terjadi komunika i (tran fer) yang inten dan t erarah menuju ada uatu target yang telah diteta kan ebelumnya. Di dalam terja dinya interak i ter ebut guru kadang membutuhkan arana agar da at menca ai tuju an. Untuk itu guru dihara kan menggunakan media agar i wanya tertarik dan tidak bo an ehingga da at dengan mudah memahami materi elajaran.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

Si wa yang belajar di SMP Negeri 3 Nguling rata-rata memiliki kemam uan edang d engan da ar ha il UASBN SD. Dengan kemam uan i wa yang demikian guru dalam ro e belajar mengajarnya haru andai memilih metode, endekatan atau media embel ajaran ehingga embelajaran berjalan efektif dan efi ien. Namun kadangkala guru belum bi a memilih metode, endekatan atau media embelajaran yang e uai ehin gga ha il belajar i wa ma ih jauh dari yang dihara kan atau tidak terca ainya i ndikator embelajaran ebagai target keberha ilan i wa. Dengan demikian, maka g uru haru menye uaikan metode, endekatan atau un enggunaan media belajar. Peng gunaan media belajar angatlah di erlukan untuk i wa dengan kemam uan kurang da n edang ter ebut. Pembelajaran dilakukan ada i wa kela VIII C SMP Negeri 3 N guling tahun elajaran 2010/2011. Dari engalaman elama mengajar di SMP Negeri 3 Nguling, ternyata i wa SMP Ne75

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN geri 3 Nguling mayorita mala membaca, di rumah jarang belajar dengan mengandal kan belajar di ekolah. Bila diberi tuga banyak i wa yang mengerjakan di ekol ah. Kemam uan i wa ratarata edang bahkan banyak yang kemam uannya kurang atau i wa yang unya kemauan belajar dengan kemam uan yang angat kurang. Hal ini a ngat ber engaruh terhada ro e belajar mengajar di kela . Guru haru memiliki ke abaran cuku tinggi untuk melayani i wa dan etia i wa memiliki gaya belaj ar berbeda. Dengan demikian guru haru andai memilih metode, alat/media embela jaran u aya embelajaran di kela da at berjalan e uai yang dihara kan. Dalam embelajaran dengan enanaman kon e atom dan molekul digunakan media beru a bol a-bola la tik kecil berwarna-warni yang bertujuan mem ermudah emahaman i wa t erhada kon e atom dan molekul dan dihara kan i wa da at membedakan molekul un ur dan molekul enyawa dengan benar. Seorang guru yang memiliki kemam uan menga jar yang baik belum tentu da at membuat i wa belajar dengan baik, untuk itu eo rang guru haru memiliki ke adaran yang tinggi dimana ada u aha adar dalam memb elajarkan i wanya untuk menca ai ha il belajar yang dihara kan e uai indikator keterca aian. Mengajar ada hakikatnya tidak lebih dari ekedar menolong ara i wa untuk mem eroleh engetahuan, keteram ilan, ika , erta ide dan a re ia i yang menjuru ke ada erubahan tingkah laku dan ertumbuhan i wa (Subiyanto, 19 88:30) dalam Trianto (2009:17). MOTIVASI BELAJAR

belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan (6) adanya lingkung an belajar yang kondu if, ehingga memungkinkan e eorang i wa da at belajar de ngan baik (Hamzah, 2006:23). EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN Motiva i dan belajar meru akan dua hal yang aling memengaruhi. Belajar adalah erubahan tingkah laku ecara relatif ermanen dan ecara oten ial terjadi ebag ai ha il dari raktik atau enguatan (reinforced ractice) yang dilanda i tujuan untuk menca ai tujuan tertentu. Hakikat motiva i belajar adalah dorongan intern al dan ek ternal ada i wa- i wa yang edang belajar untuk mengadakan erubahan tingkah laku ada umumnya dengan bebera a indikator atau un ur yang mendukung. Hal itu mem unyai eranan be ar dalam keberha ilan e eorang dalam belajar. Indi kator motiva i belajar da at dikla ifika ikan ebagai berikut: (1) adanya ha rat dan keinginan berha il, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) ad anya hara an dan citacita ma a de an, (4) adanya enghargaan dalam FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 Dalam embelajaran eorang guru ada umumnya ma ih ber ifat atu arah dengan men tran fer dan memberikan kon e -kon e ecara lang ung ke ada i wa. Dalam embel ajaran ter ebut menurut Clement & Batti ta (2001), i wa ecara a if menyera ruktur engetahuan yang diberikan guru atau yang terda at dalam buku elajaran. Pembelajaran hanya ekedar enyam aian fakta, kon e , rin i , dan keteram ilan ke ada i wa. Senada dengan itu, Soedjadi (2000) menyatakan bahwa dalam kurikulu m ekolah di Indone ia terutama ada mata elajaran ek ak (matematika, fi ika, k imia) dan dalam engajarannya elama ini ter atri kebia aan dengan urutan ajian embelajaran ebagai berikut: (1) diajarkan teori/teorema/defini i, (2) diberik an contoh-contoh, dan (3) diberikan latihan oal- oal. Teta i dalam andangan ko n truktivi me hal ter ebut angat bertolak belakang karena dalam kontruktivi me menurut Su arno (1997) adalah ebagai berikut: (1) Pengetahuan dibangun endiri oleh i wa, baik ecara er onal mau un ecara o ial, (2) Pengetahuan tidak da at di indahkan dari guru ke i wa, kecuali hanya dengan keaktifan i wa menalar, (3) Si wa aktif mengkon truk i teru -meneru , ehingga elalu terjadi erubahan kon e ilmiah, (4) Guru ber eran ebagai fa ilitator menyediakan arana dan it ua i agar ro e kon truk i engetahuan i wa berjalan mulu . Si tem embelajara n dalam andangan kon truktivi menurut Hudojo (1998) mem unyai ciriciri ebagai berikut: (1) Si wa terlibat aktif dalam belajarnya. Si wa belajar materi ( enge

tahuan) ecara bermakna dengan bekerja dan ber ikir, (2) informa i baru haru di kaitkan dengan informa i ebelumnya ehingga menyatu dengan kemata yang dimilik i i wa. Selain i tem embelajaran, dalam andangan kon truktivi di erlukan e nyediaan lingkungan belajar yang kon truktif. Ma ih menurut Hudojo (1998) adalah lingkunan belajar yang, (1) Menyediakan engalaman belajar yang mengaitkan eng etahuan baru dengan engetahuan yang telah dimiliki i wa ehingga belajar meru akan ro e embentukan engetahuan, (2) Menyediakan berbagai alternatif engala man belajar, (3) Mengintegra ikan embelajaran dengan itua i 76

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN reali tik dan relevan dengan melibatkan engalaman konkret, (4) Mengintegra ikan embelajaran yang memungkinkan terjadinya interak i dan kerja ama antara i wa , 5) Memanfaatkan berbagai media agar embelajarlan lebih menarik, dan 6) meliba tkan i wa ecara emo ional dan o ial. Menurut tim Pembina Mata kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1998) dalam Lince (2001:42) yang ekarang menj adi UNESA , bahwa efi ien i dan keefektifan mengajar dalam ro e interak i bela jar yang baik adalah egala daya u aya guru untuk membantu ara i wa agar bi a belajar dengan baik. Menurut Soemo a mito (1988:119) uatu embelajaran dikataka n efektif a abila memenuhi er yaratan utama keefektifan engajaran, yaitu: (1) Pre enta i waktu belajar i wa yang tinggi dicurahkan terhada KBM, (2) Rata-rat a erilaku melak anakan tuga yang tinggi di antara i wa, (3) Keteta an antara kandungan materi ajaran dengan kemam uan i wa (orienta i keberha ilan belajar) diutamakan, dan (4) Mengembangkan ua ana belajar yang akrab dan o itif, mengem bangkan truktur kela yang mendukung butir 2 tan a mengabaikan butir 4. Ma ih m enurut Soemo a mito (1988:119) bahwa guru yang efektif adalah guru yang menemuka n cara dan elalu beru aha agar anak didiknya terlibat ecara te at dalam uatu mata elajaran dengan re enta i waktu belajar akademi yang tinggi dan elajara n berjalan tan a menggunakan teknik yang memak a, negatif atau hukuman. Selain i tu, guru yang efektif menurut Kardi dan Nur (2000:5) adalah orang-orang yang men jalin hubungan im atik dengan ara i wa, menci takan lingkungan kela yang men ga uh, enuh erhatian, memiliki autu ra a cinta belajar, mengua ai e enuhnya bidang tudi mereka dan da at memotiva i i wa untuk bekerja tidak ekedar menca ai uatu re ta i namun juga menjadi anggota ma yarakat yang enga ih. MEDIA PEMBELAJARAN

Menurut Wina Sanjaya (2006), bahwa ro e embelajaran meru akan ro e komunika i. Dalam uatu ro e komunika i elalu melibatkan tiga kom onen okok, yaitu k om onen engirim e an (guru), kom onen enerima e an ( i wa), dan kom onen e an itu endiri yang bia anya beru a materi elajaran. Kadang-kadang dalam ro e embelajaran terjadi kegagalan komunika i. Artinya materi elajaran atau e an yang di am aikan guru tidak da at diterima oleh i wa dengan FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

o timal, artinya tidak eluruh materi elajaran da at di ahami dengan baik oleh i wa, lebih arah lagi i wa ebagai enerima e an alah menangka i i e an y ang di am aikan. Untuk menghindari emua itu, maka guru da at menyu un trategi embelajaran dengan memanfaatkan media dan umber belajar. Media embelajaran me nurut Ro i dan Breidle (1996:3) bahwa media embelajaran adalah eluruh alat da n bahan yang da at di akai untuk menca ai tujuan endidikan e erti radio, telev i i, buku, koran, majalah, dan ebagainya. Kemudian menurut Gerlach ecara umum media itu meli uti orang, bahan, eralatan, atau kegiatan yang menci takan kondi i yang memungkinkan i wa mem eroleh engetahuan, keteram ilan, dan ika . Medi a embelajaran yang digunakan dalam ro e belajar mengajar memiliki fung i dan ber eran untuk: (1) Menangka uatu obyek atau eri tiwa- eri tiwa tertentu, (2) Memani ula i keadaan, eri tiwa, atau obyek tertentu, dan (3) Menambah gairah d an motiva i i wa. Selain fung i dan erannya, dalam enggunaan media embelajar an ada ejumlah rin i yang haru di erhatikan, diantaranya: (1) Media yang aka n digunakan oleh guru haru e uai dan diarahkan untuk menca ai tujuan embelaja ran bukan untuk media hiburan, atau emata-mata dimanfaatkan untuk mem ermudah g uru menyam aikan materi, akan teta i benarbenar untuk membantu i wa belajar e uai dengan tujuan yang ingin dica ai, (2) Media yang akan digunakan haru e uai dengan materi embelajaran, (3) Media embelajaran haru e uai dengan minat, k ebutuhan, dan kondi i i wa, (4) Media yang digunakan haru memerhatikan efektif ita dan efi ien, dan (5) Media yang digunakan haru e uai dengan kemam uan gur u dalam mengo era ikannya. PELAKSANAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Pelak anaan embelajaran diawali i wa mengerjakan Lembar Kegiatan Si wa (LKS) u ntuk memahami kon e atom, ion dan molekul. Dalam mengerjakan LKS, i wa belajar berkelom ok dengan cara berdi ku i. Pertanyaan dalam LKS dijawab dalam kelom ok kemudian didi ku ikan ecara kla ikal dengan bimbingan guru. Pertanyaan dijawab dengan cara mengerjakan atu oal kemudian lang ung dibaha . Setelah itu dilanj utkan dengan mengerjakan oal berikutnya dan lang ung 77

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN dibaha , begitu eteru nya hingga ertanyaan ele ai dijawab emua. Bila terda a t i wa yang belum aham aat itu, maka guru lang ung menjela kan ecara kla ika l. Dalam menjawab ertanyaan dilakukan kegiatan demi kegiatan. Pada kegiatan at u bertujuan membedakan atom, ion dan molekul. Pembaha an kegiatan atu ini membu tuhkan waktu 15 menit. Dalam kegiatan ini, i wa mera a ke ulitan dalam menjawab oin A, yaitu defini i ion. Dari e uluh kelom ok yang da at menjawab hanya at u kelom ok. Dari engamatan ter ebut maka guru lang ung membaha ecara kla ikal dengan membimbing i wa agar aham dan da at menjawab dengan benar. Sele ai men jawab kegiatan atu, dilanjutkan ada kegiatan dua dengan tujuan membedakan mole kul un ur dan molekul enyawa. Dalam menjawab oin A mengenai defini i molekul u n ur dan molekul enyawa emua kelom ok da at menjawab dengan benar dengan waktu yang dibutuhkan 10 menit. Untuk mem erkuat emahaman i wa, guru meminta etia i wa menunjukkan atom dengan menggunakan bola yang ada. Kemudian i wa diminta lagi untuk menunjukkan model molekul un ur. A abila ada i wa yang alah menunj ukkan model molekul un ur, guru egera membenarkan. Selanjutnya i wa diminta un tuk menunjukkan model molekul enyawa dan bila ada i wa yang juga alah, maka g uru egera membenarkan. Pembaha an dilanjutkan ke oin B dengan waktu yang dibut uhkan 10 menit dengan menuli kan jumlah ma ing-ma ing atom yang menyu un molekul . Setelah embaha an oin B ini, guru memberi enguatan (reinforcement) dengan m enunjukkan model molekul dan meminta i wa untuk menjawab jumlah atom yang menyu un model molekul ter ebut. Dalam oin C i wa diminta untuk membuat model molek ul dengan menggunakan bola-bola la tik yang berwarna warni. Sebelum membuat mod el molekul guru menunjukkan contoh model molekul dan cara membuatnya ehingga i wa mengerti a a yang haru dilakukan. Tia -tia kelom ok mengerjakan atu oal dengan alat dan bahan yang telah di ediakan guru. Dalam oin C ini i wa tam ak begitu antu ia dan begitu enang membuat model molekul yang ditam akkan dengan kerja ama yang baik ehingga model molekul yang dibuat ce at ele ai. Pelak anaa n oin C membutuhkan waktu 20 menit. Waktu berikutnya wakil dari ma ing-ma ing k elom ok membawa model molekul yang dibuat ke de an kela untuk di erlihatkan ke ada emua FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 i wa. Dari 10 kelom ok yang maju ternyata ada 2 kelom ok yang alah menyu un. K elom ok yang alah menyu un ter ebut diberi engarahan kemudian diminta untuk me mbetulkan dan ditunjukkan kembali di de an kela . Kelom ok yang lain udah benar dalam arti mereka aham dan mengerti. Kegiatan elanjutnya meru akan enguatan (reinforcement) terhada a a yang telah mereka elajari. Guru menunjukkan model atom/molekul un ur/molekul enyawa dan i wa diminta untuk menjawab e uai model yang ditunjukkan guru. Ternyata ertanyaan yang diajukan guru da at dijawab den gan benar oleh i wa yang ditunjuk terutama i wa yang berkemam uan kurang dan edang. Dari a a yang telah dilakukan guru elama ro e belajar mengajar berlang ung, tam ak bahwa i wa angat aktif dan mera a enang ekali dengan gambar-gam bar model atom dan molekul yang berwarna. Begitu ula aat guru memberikan bola la tik berukuran kecil ebagai alat untuk membuat model molekul untuk menguji emahaman i wa dalam ro e belajar mengajar. Dengan bola-bola la tik kecil ter nyata i wa da at membuat model molekul e uai dengan oal yang diberikan ke ada kelom oknya. Hal ini menunjukkan bahwa i wa telah memahami a a yang telah mere ka elajari. Dengan menggunakan bola-bola la tik kecil berwarna warni ebagai m edia embelajaran, maka dihara kan da at : 1. Meningkatkan emahaman i wa denga n lebih ce at, 2. Membuat daya ingat i wa lebih lama terhada ha il embelajara n, 3. Membuat i wa mera a tertarik dan tidak bo an dalam embelajaran, 4. Menin gkatkan ha il belajar i wa, 5. Meningkatkan kreatifita guru dalam menggunakan media embelajaran. KESIMPULAN Dalam ro e belajar mengajar eorang guru haru andai memilih metode dan alat/ media embelajaran. Dengan metode dan alat/media embelajaran yang te at akan m

am u menjadikan ro e belajar mengajar yang efektif ehingga i wa da at belaja r dengan baik dan memahami materi ajar dengan baik ula. Guru ebaiknya belajar memilih metode dan alat/media embelajaran yang te at ebelum mengajar di kela . Selain itu guru haru lebih abar da78

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN lam melayani i wa terutama i wa dengan keDAFTAR RUJUKAN Baharudin & Wahyuni. 2 007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Media Uno, Hamzah. 2006. T eori Motiva i dan Pengukurannnya. Jakarta : PT Bumi Ak ara Trianto. 2007. ModelModel Pembelajaran Inovatif Berorienta i Kon truktivi tik. Jakarta : Pre ta i Pu taka mam uan kurang dan edang. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorienta i Standar Pro e Pendidikan. Jakarta : Kencana. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 79

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENERAPAN STUDENT CENTER LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PERFORMANCE SISWA DALAM PRA KTIKUM LAJU REAKSI MELALUI LESSON STUDY DI MAN MODEL BANGKALAN Utiya Azizah Sri Wahyuni Juru an Kimia FMIPA Univer ita Negeri Surabaya, Kam u UNESA Ketintang Gedung C 3. Lt 1 Tel . 031-8298761, Email: azizah.utiya@gmail.com Ab trak: Dalam rangka meningkatkan erformance i wa dalam raktikum laju reak i di MAN Model Bangkalan, maka ditera kan Student Centered Learning (SCL). De ain enelitian ini adalah The One Shot Ca e Study yang di anali i ecara de kri ti f kuantitatif dengan menera kan Le on Study di kela XI IPA-2 eme ter 1. Dari ha il anali i di eroleh bebera a temuan ebagai berikut: (1) Penera an Student Centered Learning (SCL) untuk meningkatkan erformance i wa dalam raktikum laj u reak i yang dilak anakan dalam 2 ertemuan meli uti taha an lan I dan II tela h e uai dengan erma alahan enelitian, do ada ertemuan II i wa menjadi lebi h tertib, aktif, koo eratif dan interak i i wa dengan guru dan erangkat embel ajaran lebih baik dari ada ertemuan I, dan ee telah mengha ilkan olu i ata erma alahan embelajaran ada ertemuan I dijadikan bahan erbaikan embelajara n (re lan) ada ertemuan II; (2) Ada eningkatan erformance i wa ecara kla i kal dari nilai 81,11 ( ertemuan I) dengan kategori angat baik, menjadi nilai 84 ,24 ( ertemuan II) dengan kategori angat baik. Kata kunci: Student center learn ing, Performance, Le on Study Perubahan aradigma endidikan yang ber u at ada guru (teacher centered) menjad i embelajaran yang ber u at ada i wa ( tudent centered) dihara kan da at mend orong i wa untuk terlibat ecara aktif dalam membangun engetahuan, ika dan erilaku. Kunci erubahan ter ebut terda at ada emikiran bahwa i wa ecara akt if membentuk engetahuannya endiri, yang dikenal ebagai emikiran kon truktivi me. Dari udut andang teori kon truktivi , guru tidak da at begitu aja member ikan engetahuan ke ada i wanya. Agar engetahuan yang diberikan ke adanya da a t bermakna, maka i wa endirilah yang haru mem ro e informa i yang diterimany a, men trukturnya kembali dan mengintegra ikannya dengan engetahuan yang dimili kinya. Dengan demikian engetahuan ter ebut menjadi bagian integral dari truktu r kognitifnya, bermakna dan bermanfaat dan da at digunakan untuk menye uaikan di ri dengan lebih baik lagi terhada lingkungannya (Slavin, 1997). Student Center learning (SCL) meru akan trategi embelajaran yang menem atkan i wa FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 ebagai ubyek yang aktif dan mandiri, dengan kondi i ikologi ebagai adult le arner, bertanggung jawab e enuhnya ata embelajarannya, erta mam u belajar be yond the cla room. Dengan aktifnya i wa, maka erformance i wa ada domain ko gnitif, ikomotor dan afektif akan berkembang. Di i i lain, ara guru beralih fung i, dari engajar menjadi mitra embelajaran mau un ebagai fa ilitator (fro m mentor in the center to guide on the ide). Menurut Ru effendi, (2000:9), bahw a keberha ilan belajar i wa di engaruhi oleh bebera a faktor yang terdiri dari faktor dalam (kecerda an, ke ia an, bakat, kemauan belajar, dan minat) dan fakto r luar (model enyajian materi, ribadi dan ika guru, ua ana belajar, kom ete n i guru, dan kondi i luar). Dari enda at ter ebut, jela faktor guru meru akan alah atu faktor yang ikut menentukan keberha ilan belajar i wa. Oleh karena itu, guru un haru elalu melakukan inova i-inova i dalam embelajaran agar men gha ilkan i wa yang berkualita , yaitu 80

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN memiliki kemam uan ber ikir kriti , i temati , logi , kreatif, dan kemauan beke rja ama yang efektif. Dengan demikian guru dihara kan elalu meningkatkan kemam uannya ecara teru meneru agar da at melak anakan embelajaran yang memungkink an tumbuhnya kemam uan i wa yang kita hara kan. Sehubungan dengan hal ter ebut, maka guru haru da at mengevalua i embelajaran yang telah dilak anakannya. Den gan demikian, erlu dilakukan engum ulan data tentang embelajaran ter ebut unt uk digunakan ebagai arana dalam meningkatkan efektivita dan efi ien i embela jaran. Mengevalua i embelajaran meli uti evalua i terhada ro e dan ha il bel ajar i wa. Artinya di am an guru juga haru mengevalua i am ai ejauh mana di a telah da at membelajarkan i wanya. Hal ini da at dilihat dari bagaimana berla ng ungnya ro e belajar mengajar. Dalam ro e belajar mengajar tentu akan tera mati bagaimana ara i wa belajar dan bagaimana guru membelajarkan i wa. Akan t eta i melakukan evalua i terhada diri endiri bukan meru akan hal yang mudah di lakukan. Oleh karena itu, maka Le on Study meru akan alah atu cara yang da at digunakan untuk ke erluan ter ebut. Karena menurut Hendayana, dkk., (2006:10), Le oon Study meru akan uatu model embinaan rofe i endidik melalui engkajian embelajaran ecara kolaboratif dan berkelanjutan berlanda kan rin i - rin i kolegalita dan mutual learning untuk membangun komunita belajar. Karena dalam Le on Study engkajian embelajaran dilakukan ecara kolaboratif dan Le on Stu dy dilak anakan dalam tiga taha an yaitu lan (merencanakan), do (melak anakan), dan ee (mereflek i) yang berkelanjutan. Skema kegiatan le on tudy ditunjukka n ebagai berikut: Plan (Merencanakan ) Do (Melak anakan) (RPP) ecara kolaboratif dengan e ama guru, kegiatan embelajarannya diob erva i oleh ara ob erver (guru), dan etelah ele ai kegiatan embelajaran (o en le on) dilakukan reflek i terhada embelajaran tadi. Dari ha il reflek i, guru ya ng melak anakan o en le on akan menda at ma ukan dari ara ob erver. Ma ukan te r ebut akan bermanfaat bukan hanya untuk guru yang melak anakan o en le on, ta i akan bermanfaat juga bagi ara ob erver. Dengan melihat ro e embelajaran ya ng dilak anakan oleh alah eorang guru, guru yang lain un akan da at mengambil manfaat untuk erbaikan embelajaran di kela nya. Kedua, ditinjau dari egi i wa, dalam Le on Study embelajarannya haru hand -on activitie . Artinya i wa u aya memahami materi elajaran ecara kon truktivi , melalui kegiatan yang men ggunakan alat eraga atau alat bantu lainnya. Ketiga, ditinjau dari egi biaya, dalam Le on Study dihara kan guru da at mengembangkan embelajaran yang da at m embuat i wa da at terlibat ecara aktif, menjadi kaya dengan ractical work eh ingga hand on activitie i wa emakin meningkat, dengan menggunakan local mate rial, bahan yang digunakan murah (low co t material), dan mudah dida at. Dengan demikian untuk mengaktifkan i wa tidak memerlukan biaya yang terlalu mahal, kar ena da at menggunakan benda-benda yang ada di ekitar, ehingga embelajaran yan g inovatif memungkinkan untuk dilak anakan. Keem at, ditinjau dari lingkungan e kitar, dalam Le on Study terbentuk learning community yang terdiri dari i wa, guru dan ara ob erver lainnya, ehingga mereka bi a aling belajar. See (Mereflek i) Skema Kegiatan Le on Study Menga a Le on Study di andang ebagai arana yang baik untuk melakukan erbaika n yang teru meneru ? Karena ertama, ditinjau dari egi guru, dalam Le on Stud y eorang guru yang akan melak anakan embelajaran, membuat Rencana Pelak anaan erkuliahan FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban ata ertanyaan a a, menga a, dan bagaima na gejala-gejala alam yang berkaitan dengan kom o i i, truktur dan ifat, erub

ahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh karena itu, embelajaran kimia dan eni laian ha il belajar kimia haru mem erhatikan karakteri tik ilmu kimia ebagai ro e dan roduk. Pembelajaran kimia hendaknya ditekankan ada emberian engala man lang ung untuk mengembangkan kemam uan agar i wa mam u memahami alam ekita r. Dengan demikian erformance i wa dalam raktikum erlu ditingkatkan. 81

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN METODE Penelitian ini adalah enelitian de kri tif kuantitatif yang ingin mende kri ik an eningkatan erformance i wa dalam raktikum laju reak i melalui le on tud y di MAN Model bangkalan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan One-Shot Ca e Study yang hanya memberi erlakuan ada atu kelom ok aja tan a adanya kelom ok embanding (kelom ok kontrol) dan tan a re te . Penelitian ini dilak anakan dalam dua ertemuan yang terdiri dari lan I dan II, do and ee I dan II. In tru men enelitian: erangkat erformance a e ment i wa, dan lembar ob erva i. Te knik anali i data: 1. Performance i wa: ha il enilaian erformance i wa dala m kelom ok diberi kor berda arkan rubrik en koran untuk menentukan kriteria ke mam uan erformance i wa. Keberha ilan belajar i wa ada materi laju reak i di hitung dengan menggunakan rumu : da at face to face. Untuk bahan- bahan raktikum di ediakan di de an (meja demon tra i). 2. Taha Do ecara de kri tif kua

Sebelum elak anaan ro e embelajaran, eluruh guru melakukan ertemuan ingka t di ruang ertemuan MAN Model Bangkalan, dan tim eneliti menjela kan ecara um um kegiatan Le on Study yang akan dilakukan. Guru model yang akan melak anakan embelajaran diberi ke em atan mengemukakan rencana embelajaran ecara ingkat. Guru menyam aikan lembar kerja i wa, eta o i i tem at duduk dan nama i wa. Selanjutnya eluruh e erta ertemuan menuju ruang laboratorium (tem at ro e b elajar mengajar), dan menem ati tem at yang trategi e uai rencana engamatann ya ma ingma ing. Guru bertuga ebagai engajar melakukan ro e embelajaran e uai dengan rencana. Setia ob erver mengamati aktivita i wa ecara umum dan m engamati kelom ok i wa yang telah di e akati ebelumnya antar ob erver. Ha il engamatan interak i antara i wa- i wa, i wa-guru, dan i wa- erangkat ajar mel alui lembar ob erva i di ajikan ada tabel 1. Tabel 1. Ha il Ob erva i Para Ob erver Le on tudy Pertemuan I Kategori Ha il Ob erva i Keterangan Ob erva i Si wa 1. Si wa terkejut dengan 1. Awal embedengan adanya tim ob erver dan lajaran Si wa engambilan gambar. Hal ( ukul 10.00 ini diketahui aat awal 10.05 WIB) elak anaan raktikum i wa edik it ramai membicarakan tentang adanya ob erver dan engambilan gambar. 2. Si wa m erubah o i i tem at duduk yang telah di ia kan ehingga kurang tertib. 3. Si wa agak ramai (kurang tertib) karena 2. 10.05 11.30 Si wa yang tidak mengerti WIB ( elama bertanya ada i wa lain ro e emyang berbeda kelom ok. belajaran) 4. Interak i i wa dengan i wa dalam ma ing-ma ing 3. 10.05 11.00 kelom ok cuku k arena WIB ( elama i wa laki-laki lebih raktikum) aktif/lebih dominan dalam el ak anaan raktikum. 5. Kerja ama antar i wa dalam kelom ok cuku . Hal ini 82 HASIL DAN PEMBAHASAN Pertemuan 1 1. Taha Plan

Pada kegiatan erencanaan ( lan) yang diikuti oleh guru model, guru dan tim ene liti ebagai engamat, mengha ilkan erangkat embelajaran dengan Kom eten i Da ar 3.1 Mende kri ikan engertian laju reak i dengan melakukan ercobaan tentang faktor-faktor yang mem engaruhi laju reak i. Dalam lan diha ilkan juga tentang rencana raktikum yang akan dilak anakan untuk meningkatkan erformance i wa, yaitu engaruh kon entra i dan lua ermukaan terhada laju reak i. Untuk mengo timalkan trategi embelajaran Student Center Learning (SCL), dan u aya i wa d engan mudah da at berinterak i, maka i wa dibagi dalam e uluh kelom ok, tia k

Skor Perolehan Kelom ok "O" 100 Skor Mak imal 2. Data Ob erva i Ha il ob erva i dari ob erver dianali i ntitatif.

elom ok terdiri dari 4 i wa dan atu kelom ok terdiri dari 3 i wa, karena juml ah i wa kela XI IPA-2 adalah 39 i wa. Demikian ula, eting tem at duduk diko ndi ikan agar i wa dalam kelom ok FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Kategori Ob erva i Ha il Ob erva i di ebabkan oleh ada if dalam melakukan raktikum. ebagian kelom ok yang anggotanya kurang akt

Keterangan 4. 10.10 11.00 WIB ( elama raktikum) 61 80 41 60 21 40 0 20 = B (baik) = C (cuku ) = D (kurang) = E ( angat kurang) 5. 10.10 11.00 WIB ( elama raktikum) Si wa Interak i i wa dengan Kelom ok: den gan guru cuku baik. Hal ini Neon (10.30 Guru terlihat dari i wa bertanyaWIB) ada guru bila kurang jela Ok igen (10.45 dalam hal memahamiWIB) ro edur rakti kum dan Radon (10.50 i wa menunjukkan ha ilWIB) dari raktikum. Helium (10.53 W IB) Si wa 1. Interak i i wa Kelom ok : dengan dengan LKS kurang karena Ok igen (10.10 Bahan Ajar ada ebagian kelom ok WIB) ma ih bingung dengan a a Xenon (10. 12 yang akan dilakukan WIB) (belum memahami ro edur Helium (10.15 dengan baik d an benar). WIB) 2. Interak i i wa Argon (10.16 dengan erlengka an WIB) raktik um kurang karena Hidrogen (10.40 ebagian kelom ok ada WIB) yang belum teram il Klorin (10.43 menggunakan to watch. WIB) Keterangan: 1 = Klorin 2 = Xenon 3 = Nitrogen 4 = Argon 5 = Helium 6 = Neon 7 = Hidrogen 8 = Radon, 9 = Ok igen 10 = Fluorin Grafik 1. Performance Kognitif, P ikomotor, dan Afektif i wa Sedangkan data ha il erformance i wa dalam raktikum laju reak i ada ertemua n I di ajikan ada tabel dan grafik ebagai berikut: Tabel 2. Performance Domain P ikomotor, dan Afektif Performance Kogni P iko tif motor 75,83 76,11 75,00 81,67 81,67 87,78 78,33 85,0 0 88,33 78,89 74,59 90,56 85,42 88,33 83,75 91,11 83,75 75,56 81,25 82,23 807,92 837,24 80,79 83,72 Sangat Sangat baik baik (A) (A) Berda arkan tabel 2 diata da at di ajikan grafik 1. Berda arkan tabel 1 dan gra fik 1 da at diketahui bahwa ada ertemuan I, erformance kognitif i wa mem ero leh nilai rata-rata 80,79 dengan kategori angat baik (A), erformance ikomoto r i wa mem eroleh nilai rata-rata 83,72 dengan kategori angat baik (A) dan er formance afektif i wa mem eroleh nilai rata-rata 81,11 dengan kategori angat b aik (A). Secara kla ikal erformance i wa dalam raktikum laju reak i ada ert emuan I mem eroleh nilai rata-rata 81,88 dengan kategori angat baik (A). 3. Taha See Kognitif, Kelom ok Klorin Xenon Nitrogen Argon Helium Fluorin Hidrogen Radon Ok igen Neon Total Rata-rata Kategori Afektif 77,78 83,33 77,78 83,33 77,78 83,33 77,78 83,33 83,33 83,33 811,1 81,11 Sangat baik (A) Total 229,72 240,00 247,23 246,66 245,00 248,48 251,53 258,19 242,64 246,81 2456 ,26 81,88 Sangat baik (A) Keterangan : 81 100 = A ( angat baik)

Reflek i dilakukan egera etelah embelajaran di kela ele ai dilak anakan. Da lam reflek i ini diikuti oleh eluruh guru dan tim eneliti. Ha il reflek i eba gai berikut: (1) tem at duduk i wa yang berderet 4 orang, ehingga i wa yang d uduk dibagian am ing tidak aktif melakukan kegiatan ercobaan; (2) bahan-bahan raktikum yang di ediakan di meja de an (demon tra i) kurang efektif, ebaiknya di ediakan di meja ma ing-ma ing kelom ok; (3) kalimat dalam ro edur raktikum di erbaiki, di e uaikan dengan taraf berfikir i wa SMA; (4) memotiva i i wa ag ar lebih memahami ro edur raktikum (mem elajari ro edur raktikum ebelum mel ak anakan raktikum); (5) terjadi fluktua i keaktifan i wa elama ro e embel ajaran. Berda arkan data di eroleh bahwa olu i ata erma alahan embelajaran ada ertemuan 83 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN I dijadikan bahan erbaikan embelajaran (re lan) ada ertemuan II dengan kata lain olu i ata erma alahan dalam embelajaran ebagai bahan erbaikan ada e mbelajaran berikutnya. Pertemuan 2 1. Taha Plan Kategori Ob erva i Si wa dengan Si wa Ha il Ob erva i 1. Si wa mulai terbia a dengan adanya tim ob erver dan engambil an gambar. Hal ini terlihat dari i wa tidak ramai membicarakan tentang adanya t im ob erver dan engambilan gambar. 2. Interak i i wa dengan i wa dalam ma ing -ma ing kelom ok lebih baik dari ada ertemuan I (tidak ada domina i i wa laki -laki) 3. Si wa tidak ada yang bertanya ada kelom ok lain bila ada yang kurang jela ehingga tidak menimbulkan keramaian. 4. Tidak ada domina i i wa lakilaki dalam elak anaan raktikum. 5. Kerja ama antar i wa dalam kelom ok baik karen a eluruh i wa mengerjakan raktikum dengan baik (kom ak). Interak i i wa deng an guru angat baik. Hal ini terlihat dari i wa bertanya ada guru bila kurang jela dan menunjukkan ha il dari raktikum mereka. Keterangan 1. 09.00 10.10 WIB ( elama ro e embelajaran)

Pada kegiatan erencanaan ( lan) diikuti oleh guru model, guru dan tim eneliti ebagai engamat, mengha ilkan erangkat embelajaran untuk ertemuan II dengan mem ertimbangkan ha il reflek i ( ee) ertemuan I. Dalam lan diha ilkan juga te ntang rencana raktikum yang akan dilak anakan untuk meningkatkan erformance i wa, yaitu engaruh uhu dan katali terhada laju reak i. Untuk mengo timalkan trategi embelajaran Student Center Learning (SCL), dan u aya i wa dengan mud ah da at berinterak i, maka i wa teta dibagi dalam e uluh kelom ok, tia kelo m ok terdiri dari 4 i wa dan atu kelom ok terdiri dari 3 i wa, karena jumlah i wa kela XI IPA-2 adalah 39 i wa. Demikian ula, eting tem at duduk dikondi ikan agar i wa dalam kelom ok da at aling berhada an. Untuk bahan- bahan rak tikum di ediakan di ma ingma ing meja kelom ok. 2. Taha Do 2. 09.00 09.50 WIB ( elama raktikum) 3. 09.0 0 - 09.50 WIB ( elama raktikum) 4 . 09.0 0 09.50 WIB ( elama raktikum) 5. 09.0 0 - 09.50 WIB ( elama raktikum) K elom ok: Neon (09.10 WIB) Xenon (09.25 WIB) Klorin (09.26 WIB) Helium (09.27 WIB ) Fluorin (09.29 WIB) Hidrogen (09.40 WIB) Radon (09.41 WIB) Argon (09.45 WIB) O k igen (09.46 WIB) Nitrogen (09.47 WIB) Kelom ok : Ok igen (09.21 WIB) Xenon (09 .25WIB) Neon (09.26WIB) 84 Sebelum elak anaan ro e embelajaran, eluruh guru melakukan ertemuan ingka t di ruang ertemuan MAN Model Bangkalan, dan guru model yang akan melak anakan embelajaran diberi ke em atan mengemukakan rencana embelajaran ecara ingkat. Guru menyam aikan lembar kerja i wa, eta o i i tem at duduk dan nama i wa. Selanjutnya eluruh e erta ertemuan menuju ruang laboratorium (tem at ro e b elajar mengajar), dan menem ati tem at yang trategi e uai rencana engamatann ya ma ing-ma ing. Guru bertuga ebagai engajar melakukan ro e embelajaran e uai dengan rencana. Setia ob erver mengamati aktivita i wa ecara umum dan mengamati kelom ok i wa yang telah di e akati ebelumnya antar ob erver. Ha il engamatan interak i antara i wa melalui lembar ob erva i di ajikan ada tabel ebagai berikut: Tabel 3. Ha il Ob erva i Para Ob erver Le on tudy Pertemuan II Si wa dengan Guru Si wa dengan Bahan Ajar

1. Interak i i wa dengan LKS baik. Hal ini terlihat dari i wa tidak mera a bin gung dengan ro edur raktikum yang terda at ada LKS FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Kategori Ob erva i Ha il Ob erva i ehingga i wa tidak aling bertanya. 2. Interak i i wa dengan erlengka an raktikum udah baik teta i ma ih ada ebagian kelom ok yang belum mengerti cara menggunakan thermometer yang benar (dalam hal memegang thermometer dan thermometer menyentuh dinding gela kimia).

Keterangan dengan kategori baik (B), erformance ikomotor i wa mem eroleh nilai rata-rat a 86,11 dengan kategori angat baik (A) dan erformance afektif i wa mem eroleh nilai ratarata 92,22 dengan kategori angat baik (A). Secara kla ikal kinerja i wa dalam raktikum laju reak i ada ertemuan II mem eroleh nilai rata-rata 84 ,24 dengan kategori angat baik (A). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi eningkat an erformance i wa dalam raktikum laju reak i bila dibandingkan dengan ertem uan I.

Berda arkan tabel 4 di eroleh bahwa ada taha do ertemuan II i wa menjadi leb ih tertib, aktif, koo eratif dan interak i i wa dengan guru dan bahan ajar lebi h baik dari ada ertemuan I. Dengan demikian diketahui bahwa erformance i wa dalam raktikum laju reak i melalui le on tudy da at membuat i wa lebih aktif , bertanggung jawab ata jawaban ertanyaan yang diajukan, dan menemukan kon e endiri. Data ha il erformance i wa dalam raktikum laju reak i ada ertemuan II di ajikan ada tabel dan grafik ebagai berikut: Tabel 4. Performance Domain P ikomotor, dan Afektif Performance Kogni P iko tif motor 66,25 86,11 75,00 88,89 81,67 88,89 76,25 80,5 6 78,75 83,33 76,67 88,89 67,50 88,89 70,00 88,89 83,75 83,34 67,92 83,33 743,76 861,12 74,38 86,11 Baik Sangat (B) baik (A) Keterangan: 1 = Klorin 2 = Xenon 3 = Nitrogen 4 = Argon 5 = Helium 6 = Neon 7 = Hidrogen 8 = Radon, 9 = Ok igen 10 = Fluorin Grafik 2. Penilaian Performance P ikomotor, dan Afektif 3. Taha See Kognitif, Kognitif, Kelom ok Klorin Xenon Nitrogen Argon Helium Fluorin Hidrogen Radon Ok igen Neon Total Rata-rata Kategori Afektif 94,44 94,44 88,89 88,89 94,44 94,44 88,89 94,44 88,89 94,44 922,2 92,22 Sangat baik (A) Total 246,80 258,33 259,45 245,70 256,52 260,00 245,28 253,33 255,98 245,69 2527 ,08 84,24 Sangat baik (A) Berda arkan tabel 4 di ata da at di ajikan grafik 2. Berda arkan tabel 4 dan gr afik 2 da at diketahui bahwa ada ertemuan II, erformance kognitif i wa mem e roleh nilai rata-rata 74,38 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 Dari ha il engamatan menunjukkan bahwa ma ih ada bebera a guru yang mengkritik gurunya, namun ebagian be ar udah berfoku ada i wa. Hal ini e uai dengan M anabu Sato dalam Liliawati, dkk. (2007) bahwa rin i rin i da ar dari di ku i/ reflek i yaitu ditekankan ada ka an i wa belajar dan ka an i wa tidak da at b

elajar, ara engamat belajar melalui elajaran yang mereka amati, etia engam at ebaiknya haru memiliki ke em atan untuk berbicara ehingga di ku i yang ber ifat demokrati akan terwujud. Reflek i dilakukan egera etelah embelajaran d i kela ele ai dilak anakan. Dalam reflek i ini diikuti oleh eluruh guru dan t im eneliti. Ha il reflek i ebagai berikut: (1) tem at duduk i wa yang berhada an telah membantu i wa untuk mengembangkan erformance mereka baik ecara kogn itif, ikomotor dan afektif melalui kegiatan ercobaan; (2) terjadi fluktua i k eaktifan i wa elama ro e embelajaran; (3) i wa tidak ter engaruh dengan ad anya ob erver. Berda arkan data di eroleh bahwa ha il di ku i ada taha lu i 85 ee da at dijadikan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN efektif dalam erma alahan belajaran ecara umum. KESIMPULAN embelajaran ehingga da at meningkatkan kualita

II i wa menjadi lebih tertib, aktif, koo eratif dan interak i i wa dengan guru dan erangkat embelajaran lebih baik dari ada ertemuan I, dan ee telah meng ha ilkan olu i ata erma alahan embelajaran ada ertemuan I dijadikan bahan erbaikan embelajaran (re lan) ada ertemuan II

2. Ada eningkatan erformance i wa ecara kla ikal dari nilai 81,11 ( ertemuan I) dengan kategori angat baik, menjadi nilai 84,24 ( ertemuan II) dengan kateg ori angat baik. htt ://www. mu-net.com/main. h ?&act=bg&xkd=429. Diak e tanggal 4 Maret 2008. M ulyana, Edi Hendri. 2005. A e men dalam Pembelajaran Sain SD. htt ://re earche ngine .com/0405edi.html. Diak e ada tanggal 21 Maret 2008. Mulya a, E. 2007. K urikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Ro dakarya. Raharjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berba i Ek erimen 2. Solo : PT Tiga Serangkai Pu taka Mandi ri. Sudrajat, Akhmad. 2008. Le on tudy Untuk Meningkatkan Pro e dan Ha il Pem belajaran. htt ://akhmad udrajat.word re .com/2008/02/22 /le on- tudy-untuk-me ningkatkan- ro e -danha il- embelajaran/. Diak e ada tanggal 4 Maret 2008. FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 86

Berda arkan ha il dan anali i data yang di eroleh elama kegiatan enelitian, m aka da at di im ulkan ebagai berikut : 1. Penera an Student Centered Learning ( SCL) untuk meningkatkan erformance i wa dalam raktikum laju reak i yang dilak anakan dalam 2 ertemuan meli uti taha an lan I dan II telah e uai dengan er ma alahan enelitian, do ada ertemuan DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suhar imi. 2006. Pro edur Penelitian Suatu Pendekatan P raktik. Jakarta : Rineka Ci ta. Firman, Harry. 2007. Monitoring dan Evalua i Pro gram Le on Study. Bandung : UPI PRESS. Hendayana, Sumar, dkk. 2007. Le on tud y. Bandung : UPI Pre . htt ://www. i ttem .org/id/le on- tudy/theory.html. Le on tudy. Diak e ada tanggal 4 Maret 2008. Karim, Muchtar Abdul. 2007. A a, M enga a, Dan Bagaimana Le on tudy. Bahan Ceramah ada Pendidikan dan Pelatihan Mutu Pendidik dan Tenaga Ke endidikan, De artemen Pendidikan Na ional yang Di el enggarakan di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) DKI Jakarta Tanggal 29 .d . 31 Mei 2007 oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Jakarta. Maryot o, Gunawan. 2008. Pengalaman Tera kan Le on tudy.

em

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN KIMIA DI SEKOLAH DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KURIKULUM S ATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Ab trak: Pembelajaran kimia di ekolah ber edoman ada KTSP yang dikembangkan ol eh ekolah. Im lementa i KTSP khu u nya mata elajaran kimia etelah 4 tahun im l ementa i ma ih menunjukkan adanya ma alah-ma alah yang erlu di erbaiki. Kualita ro e dan ha il embelajaran kimia yang ma ih rendah meru akan alah atu ind ikator ma ih adanya ma alah im lementa i KTSP di ekolah. Bebera a faktor yang m enunjukkan roblematika im lementa i KTSP (kimia) adalah: (1) embelajaran kimia lebih mengarah ada ematematikaan kimia dimana informa i rumu -rumu , hitungan, dan engerjaan oal- oal lebih dominan dibandingkan kon truk i kon e , (2) enge mbangan erangkat embelajaran lebih cenderung digunakan ebagai kelengka an adm ini tratif dibandingkan o era ional, (3) organi a i materi lebih mengikuti ki iki i ujian na ional dibandingkan kom eten i yang haru diajarkan ( tandar i i), (4) embelajaran ro e kurang diminati dibandingkan dengan embelajaran teori, dan (5) enggunaan lembar kerja i wa lebih dominan ebagai umber belajar. Untu k mengata i keadaan ter ebut angat enting dikembangkan rancangan embelajaran kimia yang o era ional ebagai kom lemen KTSP dan dikembangkan embelajaran akti f yang da at mendorong terbentuknya karakter dan ketram ilan ber ikir (tingkat t inggi) dalam embelajaran. Penekanan ada embelajaran ro e ( endekatan inkuir i) baik dalam im lementa i metode mau un engembangan bahan ajar angat relevan ditera kan dalam embelajaran kimia ( e uai hakekat ilmu kimia). Kata kunci: em belajaran kimia, KTSP, roblematika embelajaran Sejak diteta kannya Peraturan Menteri Pendidikan Na ional (Permendikna ) nomor 2 2, 23, dan 24 tahun 2006 ekolah- ekolah mengembangkan kurikulum tingkat atuan endidikan (KTSP). Sam ai aat ini, KTSP telah dilak anakan oleh ekolah ham ir 4 tahun, telah melulu kan i wa yang dari kela VII (SMP) atau kela X (SMA) dib elajarkan dengan mengacu ada KTSP. Sejauh ini belum dilakukan evalua i menyelur uh keterlak anaan KTSP di ekolah ehingga erlu dilakukan kajian-kajian. Kajian im lementa i KTSP di ekolah da at diamati minimal dengan tiga arameter yaitu: kualita racangan embelajaran, elak anaan embelajaran, dan evalua i embelaj aran. Produk akhir dari im lementa i KTSP di kela adalah kom eten i lulu an tin gkat atuan endidikan ter ebut. Rancangan embelajaran meru akan atu indikator enting karena kegiatan ini meru akan titik awal embelajaran di kela yang da at FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 menentukan kualita embelajaran. Rancangan yang baik e uai dengan arameter- a rameter engembangan embelajaran akan da at ditera kan dengan baik ehingga em belajaran di kela menjadi berkualita . Pelak anaan embelajaran e uai dengan r encana yang dibuat meru akan kegiatan inti elak anaan kurikulum di ekolah. Pro e embelajaran yang berkualita baik akan da at mengha ilkan lulu an yang berk om eten i ebagaimana yang diteta kan dalam kurikulum. Dalam kontek embelajara n kimia, embelajaran di kela haru e uai dengan hakekat ilmu kimia yaitu emb elajaran ro e dan roduk (kon e , teori) yang dilak anakan dengan trategi em belajaran yang relevan. Sedangkan evalua i terkait dengan in trumen yang digunak an atau metode engum ulan informa i ebagaimana yang di arankan oleh KTSP yaitu enilaian autentik. Sejauh ini kegiatan evalua i yang menonjol adalah te tuli baik di tingkat ekolah(ujian ekolah), 87

I Wayan Da na Juru an Kimia, FMIPA Univer ita ail: ida na@um.ac.id

Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145, e-m

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN regional (ujian ber ama), dan na ional (ujian na ional) (untuk mengetahui kemam uan kognitif). Untuk mengetahui gambaran ha il belajar dengan KTSP di ekolah e cara formal da at ditinjau dari ha il belajar i wa ada ujian na ional (UN) 200 9 eagaimana di ajikan ada Tabel 1. Data ter ebut menyajikan 5 ki i oal dari 4 0 oal yang diujikan. Walau un ada ihak yang meragukan objektivita UN, data ya ng diberikan adalah ah. Anali i 5 jeni ki i dan engua aan i wa ada tingkat na ional. Kelima ki i oal yang di ajikaan mengha ilkan oal ada tingkat ke uk aran mudah dan edang, namun kelima oal ter ebut dikua ai lima aling rendah di bandingkan dengan 40 oal yang lainnya. Ditinjau dari tingkat ke ulitannya, oal - oal ter ebut meru akan oal- oal yang mudah dan edang ehingga eharu nya eb agian be ar i wa da at menyele aikannya. Soal- oal yang kategori mudah da at di ele aikan lebih dari 75% i wa ada tingkat na ional. Sedangkan oal- oal kateg ori edang ( edikit leih ulit) kurang dari 70% i wa yang da at menyele aikanny a atau ebagian be ar i wa tidak da at menyele aikan oal- oal yang dikategorik an edang. Namun ada ki i yang lain terda at atu oal dengan tingkat ke ulitan kategori tinggi (data no. 6) namun da at di ele aikan oleh ebagian be ar i wa . A akah yang terjadi ada i wa kita? Menga a oal yang ulit (hitungan) da at di ele aikan oleh ebagaian be ar i wa ebaliknya yang dikategorikan mudah dan edang (leih kon e tual) tidak da at di ele aikan oleh ebagian be ar i wa? Bil a dikaji oal demi oal diketahui bahwa ki i no. 1 am ai 5 meru akan oal- oal yang menggunakan data untuk menyele aikannya. Walau un oal- oal ter ebut tergol ong mudah namun i wa haru menggunakan olah ikirnya (ketram ilan ber ikir) unt uk menjawabnya. Sebaliknya oal ukar yang beri i tentang hitungan dan telah er ing dikerjakan oleh i wa maka oal oal ter ebut menjadi mudah. Penyele aian oa l oal yang melibatkan kemam uan ber ikir menjadi ma alah bagi i wa. Keadaan yan g ama dijum ai ada oal- oal elek i ma uk SMA RSBI (Da na, 2010) dan oal- oa l elek i maha i wa baru melalui SNMPTN (LP3UM, 2010). Keadaan ter ebut menunjuk kan bahwa ebagian be ar i wa ma ih melakukan kegiatan menghafal dalam belajar atau belum o timal menggunakan kemam uan ber ikir terutama kemam uan ber ikir ti ngkat tinggi (higher order thinking) dalam memecahkan ma alah. Kemam uan ber iki r ter ebut tidak FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 di eroleh i wa melalui mata elajaran khu u teta i melalui kegiatan ro e emb elajaran ada emua elajaran yang dibelajarkan di kela . Bila keadaan ter ebut ditelu uri dari umbernya, a akah tidak mungkin rendahnya engua aan materi i w a di ebabkan oleh ma ih rendahnya kualita ro e embelajaran yang terjadi di k ela atau belum o timalnya im lementa i KTSP di ekolah? Tabel 1. Data Pengua aa n Materi Soal Kimia SMA UN tahun 2009 No. 1. Ki i Soal Di ajikan uatu ro e elarutan/ embakaran uatu zat hingga te rjadi erubahan uhu tertentu, i wa da at menghitung H reak i jika arameternya diketahui Diberikan tabel ha il uji bebera a air limbah dengan bebera a indikato r, i wa da at mem erkirakan harga H air limbah ter ebut. Diberikan 3 nota i un ur tak dikenal. Si wa da at menentukan gambar u unan elektron ion un ur terten tu Diberikan bebera a metode atau contoh, encegahan koro i dalam kehidu an eha ri-hari, i wa da at memilih metode yang aling te at/ ebaliknya Diberikan er a maan reak i untuk menda atkan uatu un ur logam/non logam dari batuan mineralnya , Si wa da at memilih kegunaan un ur/ enyawa yg mengandung un ur t b dengan bena r Diberikan uatu rangkaian el volta, i wa da at menentukan diagram el dari r eak i ter ebut dengan benar Tingkat Ke ukaran Na 0.528 Sedang 49,87 2.

0.678 Sedang 60,77 3. 0.622 Sedang 67,64 4. 0.845 Mudah 77,32 5. 0.770 Mudah 76,25 6. 0.252 Sukar 60,74 Sumber data: Pu endik, 2009 Ha il ob erva i enuli terhada embelajaran kimia di bebera a ekolah SSN dan RSBI menunjukkan bahwa: (1) embelajaran kon truk i kon e terkalahkan oleh eng gunaan rumu atau imbol lain. Kon truk i kon e diangga menyita 88

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN waktu terlalu lama ehingga belajar kimia cenderung mem erkenalkan rumu -rumu a tau imbol lain dan latihan oal. Adanya bimbingan belajar yang lebih mengajarka n cara mem eroleh jawaban yang benar tan a menekankan menga a jawaban ter ebut b enar mendukung rendahnya kon truk i kon e . (2) enggunaan lembar kerja i wa (L KS) yang beri i ringka an materi dan latihan oal- oal menjadi dominan dibanding kan dengan menggunakan bahan ajar yang bervaria i. Materi-materi kimia telah leb ih banyak dibelajarkan dengan mengerjakan oal- oal dan membaca ringka an atau r umu yang ada. Sementara itu waktu membaca i wa untuk mem erdalam dan mem erlua materi angat edikit; (3) embelajaran melalui kegiatan raktikum dan enera an metode embelajaran aktif lebih banyak dihindari karena memerlukan waktu yang lebih lama ehingga target kurikulum bi a tidak terjangkau, Kegiatan embelajar an didomina i dengan menjela kan, latihan oal, dan menjawab oal. Tidak cuku b anyak ertanyaan- ertanyaan yang diberikan ke ada i wa ketika belajar namun cuk u banyak informa i yang di ajikan. Si wa kurang mem eroleh or i untuk mengemba ngkan kreativita kemam uan ber ikirnya; Keadaan ter ebut da at menggambarkan e cara ka ar im lementa i KTSP yang telah dilak anakan ejak tahun 2006 di ekolah . Makalah ini membaha bebera a rolematika enera an KTSP di ekolah ehingga k ualita ro e dan ha il belajar i wa belum o timal. Perencanaan Pembelajaran e uai KTSP Setia ekolah aat ini telah mengembangkan kurikulum tingkat atuan endidikan (KTSP) dan ecara formal telah di ahkan oleh ejabat yang terkait. Namun demikia n, ha il wawancara dengan ara guru engembang KTSP di bebera a ekolah SSN dan RSBI (Da na, 2010) menunjukkan bahwa KTSP ter ebut dikembangkan dengan mengada t a i contoh-contoh kurikulum yang telah ada. Ada ta i yang dilakukan belum e enu hnya mengakomoda i kondi i ekolah yang ada ehingga kurikulum ter ebut belum da at dilak ankan ecara o timal. Dengan demikian KTSP yang ada di ekolah cenderu ng ebagai erlengka an alat admini tra i ekolah dibanding kurikulum ebagai e erangkat rencana dan engaturan mengenai tujuan, i i dan bahan elajaran erta cara yang digunakan ebagai edoman enyelenggaraan kegiatan embelajaran untuk menca ai tujuan endidikan ada tingkat atuan endidikan. Selain itu, elak ana an FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 kurikulum di ekolah da at tidak e uai dengan aradigma yang diteta kan dalam k urikulum. Di am ing kurikulum, erangkat kurikulum yang utama e erti ilabu da n rencana elak anaan embelajaran yang dikembangkan oleh guru ada umumnya juga ma ih ebagai erangkat admini tratif embelajaran. Sedangkan embelajaran yang dilak anakan ada umumnya mengacu ada umber belajar (buku aket) yang digunak an oleh guru dan i wa. Keadaan ter ebut tidak e uai dengan tujuan engembangan erangkat embelajaran ebagai acuan yang digunakan oleh engajar untuk mengemb angkan embelajaran yang mendidik e uai dengan aradigma KTSP yaitu embelajara n yang kon truktivi tik. Menurut Dick and Carey (1990) rancangan embelajaran ya ng dikembangkan eharu nya meru akan kajian kom rehen i dari anali i kom eten i, anali i karakteri itik i wa yang akan dibelajarkan, anali i karakteri tik materi (konten), anali i tujuan embelajaran, evalua i yang digunakan, am ai d engan engembangan erangkat, dan evalua i formatif erangkat ter ebut. Dengan m elakukan anali i yang kom rehen if maka rancangan embelajaran yang dibbuat gur u meru akan rancangan embelajaran yang o era ional atau rancangan yang da at di tera kan di kela . Ha il ob erva i enuli terhada RPP mata elajaran kimia yang digunakan di SMA kategori SSN dan RSBI di bebera a kota di Jawa Timur menunjukk an bahwa: (1) ebagian be ar RPP meru akan de kri i tujuan dan langkah-langkah embelajaran yang belum dilengka i dengan hand out, alat evalua i, media, work heet. (2) Sering kali trategi atau metode embelajaran yang digunakan di kela tidak e uai dengan RPP yang dibuat, (3) RPP antar ekolah bahkan ada yang linta kabu aten i inya ham ir ama ehingga tidak relevan dengan KTSP (kondi i ma in g-ma ing ekolah). Keadaan ter ebut menunjukkan bahwa engembangan RPP ebagai i

m lementa i KTSP di ekolah belum dilak anakan melaui kajian yang kom rehen if e uai dengan kondi i ekolah dan i wa yang belajar. Keadaan ter ebut menyebabka n RPP yang dibuat tidak da at dilak anakan o era ional di ekolah. Berda arkan k eadaan ter ebut, roblematika engembangan rancangan embelajaran eagai im leme nta i KTSP di ekolah adalah: Rancangan embelajaran belum dikembangkan berda ar kan anali i faktor-faktor belajar yang kom rehen if agar e uai dengan karakter i tik i wa, kondi i ekolah, karakteri tik materi yang dibelajarkan, dll 89

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Rancangan embelajaran ma ih di andang ebagai kelengka an admini tra i embelaj aran bukan ebagai acuan kegiatan embelajaran di kela Waktu bagi guru untuk me ngembangkan RP yang lengka dan relevan belum dikoordina ikan dengan baik (terka it dengan kom eten i guru juga). Pengelola ekolah dan engawa mungkin ma ih meng evalua i keter ediaan RPP bukan i i, relevan i, dan kelengka annya. Terkait deng an elak anaan le on tudy (LS) di ekolah- ekolah yang aat ini angat didoron g elak anaannya oleh emerintah, taha lan yang bertujuan untuk mengembangkan RPP oleh e erta LS ecara ber ama- ama ma ih erlu dio timalkan. Ha il wawancar a bebera a guru yang melak anakan LS menyatakan bahwa: (1) ada kelom ok dalam ke giatan engembangan RPP hanya dilakukan oleh guru model edangkan guru-guru yang lain hanya menyetujui, atau belum melakukan engembangan RPP ecara ber ama- am a, (2) RPP yang dikembangkan belum dilengka i dengan alat evalua i, lembar ob er va i, hand out, dan media, (3) e erta eringkali belum mem eroleh ma ukan yang o timal dari endam ing ehingga enuli an RPP belum e uai dengan format dan i inya. Penyelenggaraan LS di ekolah- ekolah dan PT hendaknya da at mendorong a ra guru untuk mengembangkan RPP yang o era ional ehingga e uai dengan karakter i tik i wa, materi yang dibelajarkan, dan kondi i ekolah. Dengan RPP yang o er a ional maka elak anaan embelajaran akan da at berlang ung e uai dengan ranca ngan embelajaran. Pelak anaan Pembelajaran di Kela matematika yang ulit. A akah dalam engua aan kon e -kon e ilmu kimia haru e lalu menggunakan hitung-menghitung? Lebih lanjut Bodner menjela kan bahwa latiha n oal (excerci e) dan emecahan ma alah tidak haru elalu identik dengan engg unaan algoritma atau hitung menghitung. Bila i wa mem eroleh kon e melalui ro e kerja ilmiah ehingga terjadi kon truk i kon e ada diri i wa maka kegiata n menghafal akan da at dikurangi. Herron (1996) menjela kan bahwa belajar ilmu k imia adalah kom lek yang di engaruhi oleh banyak faktor. Paling tidak terda at em at kategori variabel yang mem engaruhi i wa belajar kimia ebagaimana di aji kan ada Gambar 1. John tone (1986) menyatakan bahwa alah atu umber ke ulitan ara i wa dalam m em elajari kimia adalah overload ka a ita yang dira akan ketika i wa membutuhk an memori untuk mengingat (Bodner, 1987). Artinya, ketika i wa butuh menggunaka n rumu tertentu dia tidak da at mengingatnya maka dia akan mera akan hal itu ad alah ulit. Bila belajar kimia membutuhkan daya ingat yang be ar dan kuat maka a kan angat edikit yang da at mengua ai Kimia. Pada kenyataannya mata elajaran K imia banyak ekali menggunakan rumu -rumu , rin i - rin i , dan teori ehingga bila tidak da at di im an dalam memori maka embelajaran ter ebut diangga ulit . Rumu -rumu ter ebut ada umumnya digunakan untuk menyele aikan oal- oal lati han ehingga kimia dan fi ika akan identik dengan enggunaan FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 Bagi orang kimia Gambar 1 telah umum diketahui ebagai bentuk tetrahedral dari m olekul CH4. Sebagaimana uatu enyawa, kemam uan guru mengkoordina ikan gugu -gu gu yang terikat (variabel-variabel) atu dengan yang lainnya akan da at menentu kan efektivita ro e embelajaran yang terjadi di kela . Ma ing-ma ing variabe l ada gugu -gugu ter ebut adalah inde endent namun Gambar 1. Variabel yang mem engaruhi belajar. Ke tabilan ro e akan angat bergantung ada kekuatan ikatan yang terjadi dengan atom karbon (guru). Keadaan ter ebut menunjukkan bahwa guru angat ber eran ada kualita ro e embelajaran yang terjadi di kela . Bila g uru menci takan kondi i belajar dimana i wa haru banyak menggunakan memorinya maka i wa akan u ah ayah menghafal, demikian ula ebaliknya bila embelajara n dikondi ikan agar i wa menggunakan kemam uan ber ikirnya maka hal itu akan da at terjadi. Pada Gambar 1, karakteri tik ebelajar terkait dengan kemam uan awa l ( rior knowledge), kematangan o ial, bakat, dan bagaimana ola belajar i wa; karakteri tik materi terkait dengan bagaimana ifat kon e , ab trak i, keterkai

tan antar kon e ; karakteri tik enuga an terkait dengan bagaimana i wa diminta mendemontra ikan kom e90

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN ten inya; dan karakteri tik aktivita belajar merujuk ada bagaimana aktivita i wa a akah bekerja ecara individu, aktif, a if, atau kerja kelom ok. Dalam me nci takan embelajaran yang mendidik atau embelajaran aktif di kela angat en ting mengkoordina ikan antar klu ter (em at variabel) terkait. Kondi i ada ma i ngma ing variabel da at di a arkan ebagai berikut. Karakteri tik ebelajar yang erlu mem eroleh erhatian agar embelajaran menjadi aktif adalah ter edianya w aktu membaca, menggunakan umber belajar yang bervaria i, dan men inte i /mengel abora i emahaman yang di erolehnya. Pada aat ini, i wa atau maha i wa angat edikit waktunya untuk membaca atau mem erdalam kon e yang di elajari baik ebe lum atau e udah embelajaran di kela ehingga ketika ma uk kela mereka datang dengan ke ala ko ong. Seyogyanya ebelajar datang ke kela untuk menghalu kan dan mem erlua engetahuan yang di erolehnya dari umber belajar ehingga emahaman nya lebih baik. Oleh ebab itu, guru angat enting memberikan ke em atan ke ada i wa membaca umber belajar yang bervaria i. Pada aat ini, banyak ekolah yan g lebih foku menggunakan lembar kerja i wa (LKS) yang beri i ringka an materi dan latihan oal- oal ehingga a aran kon e yang dibaca i wa angat terbata dan cenderung dangkal. Wawa an kon e tual yang em it dan dangkal akan menyebabk an i wa mengalami ke ulitan menera kan kon e -kon e yang di elajari dalam eme cahan ma alah ehari-hari. Karateri tik materi ain (kimia) mengandung kon e -k on e yang ab trak ehingga untuk memahami memerlukan kemam uan berfikir formal. Sayangnya, menurut ha il enelitian, ara i wa SMA walau un telah berumur diat a 11 tahun ebagian be ar ma ih belum memiliki taraf berfikir formal. Keadaan i ni menuntuk engajar (guru) mende ain a aran kon e mulai dari eri tiwa yang f aktual. Dari fakta ter ebut kemudian dielabora i kon e kon e terkait yang da at menjela kan menga a fakta ter ebut terjadi. Elabora i lebih lanjut da at mengga li b. Dengan demikian, a aran materi bukan dimulai dari rumu /reak i teta i dar i fakta ebagaiman di ajikan ada Gambar 2. Fakta Kon e

imbol/ reak i

Gambar 2. Kaitan antara fakta, kon e , dan imbol Mi alnya ketika materi terkait dengan kon entra i larutan, a aran eyogyanya di mulai dengan fakta bahwa ada larutan garam yang ra anya angat a in, kemudian cu ku a in, atau kurang a in. Dari fakta ter ebut da at digali kon e menga a terj adi erbedaan ra a yaitu berbedanya kadar zat terlarut yang ada ada larutan ter ebut. Setelah kon e kon entra i di eroleh barulah kemudian i wa di erkenalkan bagaimana menentukan kon entra i dalam bentuk molarita , molalita , er enta e, dan ebaginya. Dengan alur a aran yang demikian maka i wa akan menyadari bahw a materi kimia yang di elajari terkait dengan kehidu an ehari-hari ehingga en ting untuk di elajari. Keadaan ter ebut dihara kan da at memotiva i i wa belaja r dan mengurangi ke an bahwa kimia itu ebagai mata elajaran yang ulit. Karakte ri tik enuga an yang da at mengaktifkan ebelajar da at dilakukan dengan memint a i wa mendemontra ikan emahaman yang di erolehnya e erti dalam bentuk re en ta i, embuatan makalah, enyelidikan, kerja kelom ok (koo eratif) dan ebagainy a. Kemam uan guru menggali oten i ebelajar dengan mengajukan ertanyaan- ertan yaan yang da at mendorong kemam uan ber ikir tingkat tinggi angat menentukan te rjadinya belajar aktif. Pengembangan kemam uan ber ikir ada tingkat enera an ( a lika i), anali i , evalua i, dan inte i melalui ertanyaan- ertanyaan terbuk a ada ro e embelajaran akan da at menci takan ro e embelajaran yang aktif atau ro e embelajaran ber u at ada i wa(Joyce et al, 2009) atau ering jug a di ebut embelajaran yang mendidik(Joni, 2005). Karakteri tik enuga an yang d iberikan oleh guru akan angat mem engaruhi terjadinya embelajaran aktifdi kela

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 91

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Tabel 2. A ek-a ek yang erlu dan kurang ditekankan ada de ign embelajaran a ktif Le em ha i on Mengetahui fakta-fakta ilmu kimia dan informa i Mem elajari mat eri kajian dan di i lin/bidang-bidang kajian ilmu kimia More em ha i on Memaham i kon e -kon e kimia dan mengembangkan kemam uan inkuiri Mem elajari materi kaj ian terkait dalam kontek inkuiri, teknologi, ain dalam er ektif er onal dan o ial, dan ro e enemuan ilmiah Mengintegra ikan emua a ek kajian kimia Me m elajari bebera a kon e kimia yang fundamental teta i mendalam (le i more) Mengim lementa ikan inkuiri ebagai trategi embelajaran, kemam uan, dan ide-id ea untuk belajar Memi ahkan engetahuan ilmiah dan konten/kajian ilmu kimia Melingku i banyak to ikto ik ilmu kimia Mengim lementa ikan inkuiri ebagai rangkaian ro e

Karakteri tik aktivita belajar merujuk ada bagaimana endekatan, trategi, met ode, dan teknik yang digunakan oleh guru dalam embelajaran. Bagaimana embelaja ran dide ain oleh guru akan angat mem engaruhi terjadinya embelajaran aktif di kela . Ray (2007) mende kri ikan a ek-a ek yang haru lebih ditekankan (more em ha i ) dan yang kurang ditekankan (le em ha i ) dalam mende ign embelajar an ebagaimana di ajikan ada Tabel 2. Berda arkan a aran ada Tabel 2 da at di ketahui bahwa kaitan antara kontek dan kon e yang di eroleh melalui inkuiri ol eh i wa angat enting untuk meningkatkan emahaman atau erolehan kon e i wa . Inkuiri adalah uatu model yang digunakan dalam embelajaran dan mengacu ada uatu cara untuk mem ertanyakan, mencari engetahuan atau informa i, atau mem el ajari uatu gejala/objek (Handayanto, 2003:12). Pada embelajaran embelajaran d engan endekatan inkuiri, i wa didorong untuk terlibat ecara aktif dalam melak ukan ercobaan, menggali engetahuan dan informa i ecara lang ung am ai memung kinkan mereka menemukan rin i - rin i yang berguna bagi diri mereka endiri. K eadaan embelajaran ebagaimana yang di a arkan di ata belum o timal dilak anak an di kela ebagai im lementa i KTSP. Problematika elak anaan embelajaran di kela da at dirangkum ebagai berikut: Penggalian engetahuan awal yang kurang dalam untuk memulai embelajaran ehingg a i wa ke ulitan menghubungkan antar kon e eelumnya dengan materi yang akan d i elajari. Pembelajaran lang ung lebih di ukai dibandingkan dengan embelajaran kon truk i kon e melalui ek lora i dengan ala an keterbata an waktu, materi ya ng adat. Penyajian rumu -rumu lebih di ukai dibanding enyajian fakta, anali i kon e ehingga i wa cenderung menghafal dan menghitung. Pelak anaan embelaj aran ma ih belum o timal mendorong i wa untuk belajar atau guru belum da at men ci tan kondi i agar anak terdorong belajar ( timulate to learn) teta i ma ih men ekankan how to teach. Penggunaan Lembar Kerja Si wa (LKS) ebelum embelajaran m ateri ma ih ering dilakukan ehingga embelajaran kon e menjadi dangkal dan i wa cenderung membaca ringka an materi untuk mengerjakan oal- oal. Problematika embelajaran yang digambarkan ada a aran ter ebut eyogyanya da at diata i de ngan berbagai cara terma uk melalui kegiatan LS. Pelak anaan embelajaran dan re flek i erbaikannya (taha do dan ee dalam LS) hendaknya da at memberikan ma uk an yang kon truktif agi guru model dan guru e erta LS lainnya ehingga embelaj aran aktif di kela da at terjadi. Seringkali guru e erta LS mengeluhkan bahwa ex ert endam ing LS belum o timal memberikan ma ukan terhada elak anaan embe lajaran yang terkait dengan urutan materi, kedalaman materi, kelua an kon e yan g haru dibaha , dan mi kon e i yang terjadi. Foku eringkali ada metode atau media yang digunakan ehingga kon e -kon e dan rin i - rin i enting atau ba hkan kon truk i kon e dalam embelajaran terlewatkan. 1. Pelak anaan Evalua i

KTSP menyarankan bahwa evalua i embelajaran dilakukan dengan a e men otentik ar tinya guru haru mengum ulkan informa i tentang kom eten i i wa dengan berbagai cara dan berbagai alat evalua i. Selain a er and encil te t untuk enilaian k ognitif, guru da at 92 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN menggunakan alat ukur lain e erti makalah, re enta i, ortofolio, emecahan ma alah atau lainnya yang da at menggambarkan kemam uan kognitif i wa. Dalam kont ek KTSP, telah dilakukan enilaian kognitif, afektif, dan ikomotor melalui be rbagai cara namun kualita alat ukur yag digunakan ma ih erlu dio timalkan. Beb era a roblema yang diamati dalam rangka elak anaan KTSP adalah: Te kognitif y ang digunakan ma ih lebih banyak berfoku ada oal- oal algoritmik (hitungan) edangkan oal- oal yang mengukur engua aan kon e ma ih kurang. Keadaan ini da at mendorong i wa belajar untuk mengerjakan oal- oal ehingga engua aan kon e menjadi nomor dua. Adanya metode-metode mart olution mendorong i wa mencari jawaban yang benar tan a memikirkan menga a jawaban ter ebut benar. Kondi i ini tidak e uai dengan kom eten i yang dihara kan dari KTSP. Ranah kognitif oaloal yang diujikan lebih dominan ada lower order thinking ehingga engukuran hi gher order thinking kill ma ih angat edikit. Kondi i ini da at mendorong i w a tidak termotiva i mem elajari kon e teta i cenderung melakukan drill. Dalam m emberikan enuga an ke ada i wa etelah embaha an kon e , eringkali diberikan tuga untuk mengerjakan oal- oal bukan emecahan ma alah. Keadaan ini menguran gi kemam uan anali i , inte i , dan evalu i yang angat enting dilatihkan ke a da i wa. Terkai dengan enuga an bebera a a ek yang haru ditingkatkan di ajik an ada Tabel 3. kon e tual Kece atan memecahkan ma alah Kecermatan dan kemam uan ber ikir tingkat tinggi (anali i , PENUTUP Walau telah diberlakukan KTSP di emua ekolah namun elak anaan embelajaran di kela ma ih belum berbeda jauh dengan im lementa i kurikulum ebelumnya. Im lem enta i KTSP di kela ejak 2006 ma ih belum o timal, terkait dengan erencanaan embelajaran walau telah dilak anakan berbagai work ho namun belum berba i keb utuhan. Le on Study ebagai alternatif o timali a i im lementa i KTSP di ekola h ebaiknya diarahkan ada enyia an, elak anaan, dan evalua i embelajaran yan g benar dan kom rehen if dan bukan untuk mem erkenalkan Le on Study atau hanya memberi engalaman ada guru. Pemelajaran kimia dalam rangka im lementa i KTSP h endaknya bukan berfoku ada: how to teach teta i hendaknya berorienta i ada ho w to timulate learning (Brook & Brook,1993). Tabel 3. Bebera a faktor yang erlu di erhatikan dalam enuga an Sebaiknya dikur angi Seharu nya ditekankan Mengerjakan oal- oal aja Melakukan emecahan ma alah untuk a lika i kon e Men ekankan erolehan jawaban Menekankan menga a jawabannya e erti itu, cara menjaw ab ecara FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 93 inte i , evalua i)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAFTAR RUJUKAN Bodner, G. M. 1987. The role of algorithm in teaching roblem o ling. Journal of Chemical Education, 64(6), 513 -514. Brook , J.G. dan Martin G. Brook . 1993. In earch of under tanding: The ca e for con tructivi t cla room . Virginia: A ociation for Su ervi ion and Curriculum Develo ment. Da na, IW. 2 010. Ha il anali i data elek i ma uk SMA RSBI SMAN 2 Kediri. (Dokumen ribadi) . Dick, W. & Carey, L. 1990. The Sy tematic De ign of In truction. Second Editio n. Illinoi : Scott, Fore man and Com any. LP3 UM. 2010. Ha il anali i jawaban e erta SNMPT 2010. (Dokumen LP3). Herron, J. D. 1996. The chemi try cla room: f ormula for ucce ful teaching. Wa hington DC: American Chemical Society. Joni, R.T. 2005. Pembelajaran yang mendidik. Makalah eminar di ajikan di PP Univer i ta Negeri Malang, Oktober 2005. Joyce, B., Weil, M.,Calhoun, E. 2009. Model of teaching Model-model engajaran. Terjemahan oleh Ahmad Fawaid dkk. Jakarta: Pu t aka Pelajar. Pienta, N. J., Coo er, M. M., Greenbowe, T.J. 2009. Chemi t Guide t o Effective Teaching Volume II. New Jer ey: Prentice Hall. Pu endik.2009. Anali i ha il Ujian Na ional 2009. (Dokumen LP3 UM). Ray, B. 2007. Modern Method to Teaching Chemi try. New Delhi: APH Publi hing Cor oration FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 94

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN CONTEXT-RICH PROBLEMS DAN PENGANTAR BILINGUAL UNTUK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATE RI KIMIA LARUTAN Yu ran Khery Do en IKIP Mataram, Maha i wa Program Studi S2 Pendidikan Kimia PPS UM; E-mail: y_ka ek@yahoo.co.id Ab trak: Makalah ini membaha tentang gaga an engembangan bahan ajar kimia laru tan berda arkan endekatan emecahan ma alah dengan context-rich roblem dan e ngantar bilingual. Ha il ob erva i menunjukkan bahwa kebutuhan terhada de ain b ahan ajar yang dimak ud angat tinggi. Makalah ini di u un melalui tudi literat ur. Di dalam makalah ini digambarkan tentang rototy e bahan ajar yang dimak ud. Bahan ajar ini dihara kan da at membantu i wa mengembangkan kemam uan emecaha n ma alah, emahaman kon e tual mau un algoritmik, erta menyeimbangkan kemam ua n menyele aikan oal- oal dalam baha a Indone ia dan baha a Inggri . Sedangkan enelitian lebih lanjut untuk engembangan bahan ajar ter ebut melalui uatu meto de tertentu ma ih di erlukan. Hal ini erlu untuk mengetahui engaruh enggunaan nya terhada re ta i belajar, kemam uan menyele aikan oal kon e tual dan algor itmik, dan kemam uan menyele aikan oal berbaha a Indone ia dan Inggri . Kata ku nci: endekatan emecahan ma alah, context-rich roblem , bilingual, emahaman k on e tual, kemam uan algoritmik, bahan ajar. Ilmu kimia meru akan alah atu elajaran yang diangga ulit oleh i wa SMU mau un maha i wa erguruan tinggi karena ifatnya yang ab trak (Kean dan Middlecam , 1985), kon e yang di elajari angat banyak (makro ko i , mikro ko i , dan im boli ) (Colburn, 2009) erta berurutan, dan rendahnya kemam uan i wa dalam o er a i matematik. Materi embelajaran kimia menuntut kemam uan enyele aian ma alah kon e tual dan algoritmik (Al dkk, 2005), alah atunya adalah kimia larutan. Terlebih lagi, berda arkan enelitian Ratcliffe (2002), jumlah guru di A-level c hemi try yang mengalami ke ulitan enyam aian materi kimia larutan menca ai 50 % (khu u nya materi ke etimbangan a am-ba a). Dalam bebera a tudi e utar embel ajaran kimia menyatakan bahwa i wa da at melakukan enyele aian ma alah kon e t ual dengan lebih baik dari ada ma alah algoritmik dalam materi tertentu, mi alny a ada okok baha an kon e mol dan hukum ga . Akan teta i, ada okok baha an k imia yang lain, i wa da at mengalami ke ulitan lebih be ar dalam menjawab erta nyaan kon e tual dari ada ertanyaan algoritmik, mi alnya ada materi ifat- ifa t atom dan larutan FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 (Al dkk, 2005; Deming dkk, 2003; Smith and Metz, 1996), atau ke ulitan ada ked uanya (Alfatie, 2009; Ni ak, 2010; Sari, 2007). Oleh karena itu, dibutuhkan uat u metode yang da at mengembangkan emahaman kon e tual mau un algoritmik ecara eimbang ehingga i wa akan mam u menyele aikan berbagai ti e ma alah yang berb eda. Di i i lain, mengacu ada tuntutan globali a i, i wa dituntut untuk memili ki kom eten i yang da at ber aing di tingkat global. Salah atu u aya yang dilak ukan adalah De dikna mendorong berdirinya ekolah ber tandar interna ional baik di tingkat ekolah da ar, menengah, mau un erguruan tinggi (Kom a , 2005). Pem belajaran di kela -kela ekolah bertaraf interna ional un diu ayakan emak ima l mungkin menggunakan baha a Inggri ebagai engantar. Akan teta i, ada kendala yaitu guru (RSBI) mau un i wa yang a li Indone ia tidak memiliki kemam uan yan g memadai dalam baha a Inggri (Kom a , 2009; Re ublika, 2009; Joglo emar, 2009) . Oleh ebab itu, akan angat mungkin muncul mi kon e i elama ro e embelaja ran berlang ung. Ha il enelitian Nikmah (2009) menunjukkan adanya 95

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN erbedaan yang ignifikan antara kemam uan i wa dalam menyele aikan oal- oal d alam baha a Indone ia dan baha a Inggri . Oleh karena itu, di arankan untuk lebi h menyeimbangkan kemam uan i wa dalam menyele aikan oal- oal dalam baha a Indo ne ia dan baha a Inggri dengan memberikan latihan-latihan oal baik beru a rete t, o t-te t, mau un latihanlatihan oal elama ro e embelajaran berlang u ng. Berbagai erma alahan yang telah di a arkan dalam aragraf ebelumnya akan d a at diata i dengan enera an endekatan embelajaran yang te at. Sedangkan untu k mengata i ma alah kemam uan dalam baha a, elak anaan embelajaran da at dilak ukan ecara bilingual. Salah atu endekatan embelajaran yang da at dijadikan a lternatif engembangan emahaman kon e tual dan algoritmik adalah endekatan em ecahan ma alah (Probelm Solving). Dalam enera an endekatan emecahan ma alah, akan banyak dicantumkan ma alah atau oal oal yang haru di ecahkan oleh i wa ( Arifin dkk., 2005). Strategi emecahan ma alah da at ditera kan dengan menyajika n Context-rich Problem ( oal- oal yang di erkaya kontek ). Context-rich Problem dimak udkan untuk mendorong i wa menggunakan uatu trategi emecahan ma alah yang logi dan terorgani ir dari ada menggunakan rumu atau re e ce at (Anonym , 2010). Soal- oal e i khu u dan kon e tual da at meningkatkan kemam uan i wa dalam memahami dan menyele aikan ma alah kon e tual dan agoritmik (Nakhleh, et al., 1996). Me ki un awal kemunculannya adalah untuk mengata i ma alah dalam em belajaran fi ika, bukan tertutu eluang bahwa trategi ini da at ditera kan dal am embelajaran kimia di kela . Sementara itu, guru memiliki eran enting dalam mengembangakan keahlian emecahan ma alah dan kemam uan i wa dalam kombina i d ua baha a. Dibutuhkan de ain in truk ional beru a bahan ajar yang te at dalam me mbantu eran guru ter ebut. Oleh karena itu, Pengembangan bahan ajar berda arkan endekatan emecahan ma alah dengan contextrich roblem dan engantar bilingua l menjadi hal yang enting. Bahan ajar yang e erti ini dihara kan akan da at me mbantu guru dalam menera kan trategi emecahan ma alah dengan engantar bilingu al dalam embelajaran. Selain FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

itu, juga dihara kan da at membantu i wa dalam mengembangkan keahlian emecahan ma alah, kemam uan bilingual, dan menca ai emahaman kon e tual dan algoritmik ecara eimbang. Sebelum menuli makalah ini, enuli telah melakukan tudi tent ang kebutuhan engembangan bahan ajar materi kimia larutan dengan context-rich roblem dan engantar bilingual. Berda arkan data angket, diketahui bahwa guru m embutuhkan bahan ajar materi kimia larutan yang di ertai oal- oal kontek tual k arena i wa menyukainya. Bahan ajar yang digunakan guru telah menyajikan oal- o al dan enyele aian dalam or i yang cuku , akan teta i edikit aja yang ber if at kontek tual. Sebanyak 57 % re onden etuju dengan gaga an engembangan bahan ajar ini edangkan i anya menyatakan angat etuju. Lalu bagaimanakah bentuk b ahan ajar yang dikembangkan berda arkan endekatan emecahan ma alah dengan cont ext-rich roblem dan engantar bilingual ter ebut akan menjadi okok embaha an di dalam makalah ini. PEMBAHASAN Kemam uan Si wa dalam Pembelajaran Materimateri Kimia Larutan Banyak dari materi ilmu kimia menuntut emahaman kon e tual dan algoritmik yang memadai ada diri i wa. Dengan kedua kemam uan ter ebut, i wa akan da at memah ami materi-materi kimia ter ebut dengan baik. Mi alnya aja materi-materi kimia larutan e erti larutan dan ifat- ifatnya; kelarutan dan ha il kalil kelarutan, netrali a i dan titra i, enentuan H, kon e mol, dan erhitungan erhitungan d alam larutan (Ram en, 2000; Clark, 2000). Materi kimia larutan elain membutuhka n keahlian menentukan rumu yang te at juga emahaman kon e yang benar. Pemaham an kon e tual adalah kemam uan i wa dalam menjawab oal yang dida arkan ata te k , diagram, dan fenomena yang melibatkan kon e -kon e okok yang ber ifat ab t rak dari teori-teori da ar ain (Zoller, et al., 1995). Pemahaman kon e tual me ntuntut kemam uan menghafal informa i kimia, mengua ai kon e kimia, aturan-atur an dan hukum-hukum dalam ilmu kimia, erta mengua ai aturan khu u dalam inte i

/ emodelan rumu matematika dan emahaman grafik/diagram. Pemahaman kon e tual akan terbentuk a abila i wa mam u 96

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN memahami keterkaitan antara informa iinforma i yang ter im an dalam memori, dan keterkaitan antara bagian engetahuan yang telah ada dengan e uatu yang baru di elajari. Kemam uan algoritmik adalah kemam uan i wa dalam menggunakan ro edur yang dikembangkan, rumu erhitungan untuk menda atkan jawaban yang beru a angk a terhada erma alahan (Nakhleh, 1993). Kemam uan algoritmik menuntut keahlian memecahkan oal- oal generik dan memilih/menggunakan rumu dengan ro e enyele aian yang te at. Kemam uan algoritmik akan terbentuk dalam diri i wa a abila i wa da at membentuk engetahuan yang dimiliki dalam re re enta i matematika den gan algoritma yang te at. Bebera a enelitian telah dilakukan untuk mengetahui k emam uan emahaman kon e tual dan algoritmik i wa dalam materi caku an kimia la rutan. Berda arkan enelitian diketahui bahwa ma ih terda at ke ulitan-ke ulitan ada i wa ekolah menengah dalam memahami kon e dan enyele aian ma alah algo ritmik dalam okok baha an kelarutan dan ha il kali kelarutan (Alfatie, 2009; Ni ak, 2010). Jumlah i wa yang mengalami ke ulitan dalam memahami kon e mol dan toikiometri berada diata 50 %, yang artinya bahwa jumlah i wa yang mengalami ke ulitan dalam memahami kon e mol cuku be ar (Andhatini, 2008; Iru ti, 2008; Rahmah, 2009;), adahal kon e mol adalah kon e yang angat enting (Uce, 2009) . Kon e Stoikiometri Larutan dan Larutan Penyangga meru akan kon e yang banyak melibatkan erhitungan matematika dan berkaitan erat dengan kon e -kon e ebel umnya ehingga i wa ke ulitan untuk mem elajari (Kaczmarek & Orgill., 2006). Me nurut enelitian Sari (2007), i wa yang tidak da at menjawab ertanyaan kon e t ual mau un algoritmik dalam materi toikometri ma ih cuku tinggi yakni ebe ar 43%. Me ki un ma ih terda at hambatan ke ulitan kemam uan i wa dalam menyele ai kan ma alah kon e tual dan atau algoritmik ada materi-materi kimia larutan, buk an berarti tidak ada cara untuk mengata inya. Bebera a ha il enelitian menunjuk kan bahwa emahaman kon e tual i wa dalam materi-materi kimia umum tidak tertin ggal dibandingkan emahaman algoritmiknya (Lin, et al., 1996; Sari, 2007). Dalam enelitian lain diketahui terda at korela i o itif antara ha il belajar berda arkan FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

kemam uan enyele aian oal kon e tual dan algoritmik (Bakar, 2006). Ha il enel itian ter ebut memberikan hara an menuju erbaikan emahaman kon e tual dan algo ritmik. Berda arkan ha il ter ebut da at dinyatakan bahwa dengan metode yang te at, engembangan emahaman kon e tual dan algoritmik yang baik ada i wa da at diu ayakan terca ai ecara ber amaan dan ejalan. Strategi Pemecahan Ma alah dengan Context-Rich Problem dalam Pembelajaran Kimia Pendekatan emecahan ma alah (Problem Solving A roach) menekankan agar embelaj aran memberikan kemam uan ke ada i wa tentang bagaimana cara memecahkan ma alah ecara objektif dan memahami dengan baik a a yang dihada i. Dalam kurikulum dan buku-buku yang merujuk ada endekatan emecahan ma alah, dicantumkan ma alah a tau oal- oal yang haru di ecahkan i wa. Taha taha emecahan ma alah di ekol ah oleh elajar adalah ebagai berikut (Arifin dkk, 2005). a) Taha anali i dan erumu an ma alah agar da at menyim ulkan data. b) Taha erencanaan ma alah, m eli ut: emecahan rumu tandar; enelitian hubungan antar kon e ; tran forma i rumu dan kon e . c) Taha erhitungan dan membuat olu i d) Taha engecekan da n evalua i Melalui endekatan emecahan ma alah, i wa tidak hanya mengingat mat eri elajaran akan teta i juga memahami dan mengua ai ecara enuh. Selain itu endekatan ini da at meningkatkan keteram ilan berfikir ra ional, kemam uan menga nali i itua i, mengenal erbedaan fakta dan enda at, dan mam u membuat utu a n ecara objektif. Pendekatan ini da at memberi tantangan intelektual, dan doron gan agar i wa lebih bertanggung jawab dalam belajarnya (Sanjaya, 2006). Pembela jaran yang dida arkan endekatan emecahan ma alah adalah alah atu alternatif yang menjanjikan guna mengembangkan emahaman kon e tual dan algoritmik i wa e cara ber amaan dan ejalan. Pendekatan emecahan ma alah da at meningkatkan kema m uan i wa dalam mengembangkan ide dan ini atif ilmiah, menghargai enda at ora

ng lain, mengembangkan uatu ma alah 97

uatu ha il karya, kreatif dan ber eran aktif memecahkan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN dan mengajukan ertanyaan, jawaban, atau tangga an, meningkatkan keteram ilan e mecahan ma alah dan kemam uan berfikir kriti (Gallet, 1998; Setyowati, 2007; Su li tiana, 2008), ha il belajar (Adim, 2008; Bakar, 2006), ketunta an, dan diangg a ebagai endekatan embelajaran yang menyenangkan oleh i wa (Setyaning ih, 2 008). Strategi emecahan ma alah lebih efektif untuk mengembangkan kemam uan em ecahan ma alah i wa khu u nya dalam menentukan, memanggil kembali, menentukan h ukum yang berhubungan dan menyele aikan ek re i matematika bermakna. Guru kimia dihimbau agar meningkatkan enggunaan trategi emecahan ma alah dari ada trat egi text book untuk mem erce at kemam uan emecahan ma alah i wa (Jeon, et al, 2005). Guru memiliki eran enting dalam mengembangakan keahlian emecahan ma al ah i wa. Ke eringan i wa di dalam kela akan menyele aikan erma alahan dengan cara yang ama ebagaimana contoh yang diberikan. Dalam memberi emecahan ma al ah, guru haru angat hati-hati untuk menyam aikan bentuk ertanyaan yang akan d itanyakan. Guru ebi a mungkin menunjukkan eluruh ro e yang digunakan dalam m emecahkan ma alah dan menem atkan ecara te at etia langkah yang diambil. Si w a akan angat ke ulitan untuk mengambil langkah yang be ar dalam enyele ain ma alah karena ma ih mera a a ing. Tidak edikit dari mereka akan kehilangan langka h dengan angat ce at ketika haru menyele aikan ma alah dengan cara yang benarbenar ama ebagaimana yang ditirukan ke ada mereka (Gilbert, 1980). Dalam menin gkatkan kemam uan menyele aikan ma alah kon e tual, di erlukan engembangan keah lian kognitif. Pengembangan keahlian kognitif adalah kom onen yang e en ial dala m endidikan i wa. Ingatan algoritmik aja tidak akan memberi dam ak terhada k eahlian ini. Pengembangan keahlian kognitif haru menjadi u at erhatian karena ia meru akan bagian yang enting dalam mengembangkan kemam uan cientific rea on ing. Keahlian rea oning adalah kemam uan memberi argumenta i logi dan menduga ke im ulan berda arkan bukti, latar belakang, da ar-da ar engetahuan, dan a um i. Keahlian rea oning yang rendah akan menghambat kemam uan dalam menyele aikan ma alah kon e tual. Timbulnya erbedaan antara kemam uan emeFMIPA UNIVERSITAS NEG ERI MALANG, 9 Oktober 2010 cahan ma alah kon e tual dan algoritmik di ebabkan karena keahlian rea oning yan g rendah (Crololice, et al, 2008). Pembelajaran yang memberi ke em atan ada i wa untuk mendi ku ikan dan mem ertahankan idenya dan enera an emecahan ma alah dalam ma alah algoritmik dan kon e tual rakti da at men timula i motiva i, me ningkatkan interaktif, dan ketertarikan. Soal- oal e i khu u dan kon e tual da at meningkatkan kemam uan i wa dalam memahami dan menyele aikan ma alah kon e tual dan algoritmik (Nakhleh, et al., 1996). In truktor/ guru da at menfa ilita i erkembangan keahlian rea oning i wa dengan meningkatkan enekanan emecahan ma alah bagi i wa berda arkan kemam uan yang telah mereka miliki (Crololice, et al, 2008). Salah atu enera an trategi emecahan ma alah dalam embelajaran d i kela adalah dengan menera kan Context-rich Problem ( oal- oal yang di erkaya kontek ). Context-rich Problem mencoba membawa i wa mema uki erma alahan yan g bia a ditemuinya di dunia nyata. Menurut Kat berg dan DAmbro io, dalam itua i nyata, integra i engetahuan adalah angat enting guna ke uk e an engamalan e mecahan ma alah. Semakin akrab kontek dimana erma alahan itu dihadirkan dan e makin dekat erma alahan ter ebut dengan engalaman ke eharian i wa, maka i wa akan emakin menyukai untuk membuat hubungan-hubungan yang di erlukan dan tiba ada enaf iran yang te at terhada erma alahan (Herron, 1996). Context-rich Pr oblem dide ain untuk mendorong i wa menggunakan trategi emecahan ma alah yan g terorgani i r dan logi . Dengan demikian i wa terdorong meme ertimbangkan kon e -kon e ada kontek objek nyata; memandang emecahan ma alah ebagai ebuah deretan emilihan ke utu an, dan menggunakan kon e -kon e yang fundamental untu k melakukan anali a kualitatif terhada erma alahan ebelum melakukan mani ula i-mani ula i rumu matematika. Penera an item-item kon tektual da at memberi inf orma i tentang banyak a ek dalam kemam uan rea oning i wa ebagaimana dam ak t erhada kultur engujian kemam uan i wa. Penggunaan item-item kontek tual akan memberitahukan kom lek ita embelajaran i wa dan kemam uan mereka untuk mengin

tegra ikan kon truk i engetahuan yang 98

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN majemuk guna memecahkan ma alah yang mereka hada i. Kemudian dengan bertambahnya engalaman i wa dalam menghada i berbagai oal terbukti menimbulkan eningkata n menuju tingkah laku emecahan ma alah yang kian mahir, mam u memulai dengan an ali i kualitatif dan lebih elektif dalam mencari dan menyajikan informa i (Ant onenko, et al., 2007). Karakteri tik context-rich roblem adalah ebagai beriku t (Anonym, 2010). Setia oal meru akan cerita endek dengan karakter utamanya a dalah i wa. Yakni etia ernyataan oal menggunakan kata ganti er onal kamu/an da. Pernyataan oal mengandung motiva i atau ala an bagi anda (dalam hal ini i wa) untuk memecahkan/menghitung e uatu. Obyek-obyek dalam oal nyata dan da at dib ayangkan. Tidak ada gambar atau diagram ehingga i wa haru memvi uali a ikanny a melalui latihan-latihan yang ernah dilakukan. Soal tidak da at di ecahkan den gan atu langkah yakni mema ukan angka-angka ke dalam rumu . Banyak i wa ber en da at bahwa menyele aikan oal algoritmik kimia hanyalah tentang engerjaan yang ber ifat matemati dan tidak ada a lika i kon e dalam dunia yang ebenarnya. H al ini da at di ebabkan karena rancangan oal dan enyele aiannya cenderung dido mina i matematika dari ada a lika i kon e . Dengan karakteri tik Context-rich Pr oblem , i wa dituntut untuk memecahkan oal dengan menggunakan engetahuan yang dimilikinya dan ekaligu mendorong i wa untuk menggambarkan emecahan ma alah yang da at mereka kerjakan dengan baik. RSBI DAN PEMBELAJARAN KIMIA DI KELAS Di i i lain, mengacu ada tuntutan globali a i, i wa dituntut untuk memiliki ko m eten i yang da at ber aing di tingkat global. De dikna kini edang dalam u ay a melakukan reforma i endidikan. Salah atu yang enting dari u aya ter ebut ad alah interna ionali a i endidikan. De dikna mendorong berdirinya ekolah ber t andar interna ional baik di tingkat ekolah da ar, menengah, mau un erguruan ti nggi (Kom a , 2005). U aha ini angat membutuhkan dukungan, ehingga Indone ia t idak tertinggal FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 bahkan oleh negara tetangganya endiri. Univer ita -univer ita di Malay ia kini menuju engembangan endidikan bertaraf interna ional. Karena univer ita di Ma lay ia memiliki nama dan kualita yang diakui dunia intena ional, Malay ia kini menjadi illihan keem at ma yarakat Indone ia yang ingin belajar ke luar negeri. (Bi ni Indone ia, 2003). Au tralia, Inggri , Amerika, dan bebera a Negara di A ia memiliki tandar endidikan maju, bebera a ala an diantaranya adalah Negara ter ebut aktif dalam menci takan globali a i e erti ertumbuhan ekonomi, engua aan I tek, dan enera an a ek lingui tic yang condong menera kan baha a dunia (baha a Inggri ) ebagai media enyam aian e an (Triyono, 2009). Oleh karena it u, univer ita -univer ita di Indone ia mulai membuka kela -kela interna ional guna meningkatkan mutu endidikan di erguruan tinggi. Kela interna ional dibuk a tidak hanya bagi maha i wa Indone ia akan teta i bagi maha i wa a ing yang ing in belajar di Indone ia. (Media Indone ia, 2002). Di Indone ia telah dikembangka n ula Rinti an Sekolah Bertaraf Interna ional (RSBI) yang kurikulumnya dikemban gkan berda arkan KTSP dan Kurikulum Interna ional (De dikna , 2007). Pendidikan teknologi da ar, meteri mata elajaran yang umumnya dituli dalam baha a Inggri , dan er aingan interna ional melalui berbagai erlombaan/olim iade (matematika , ain , baha a, dan ebagainya) meru akan bagian enting dalam rogram engemba ngan kurikulum SBI. Munculnya Sekolah Bertaraf International (SBI) di Indone ia diangga ebagai langkah maju tumbuhnya erkembangan endidikan etara luar nege ri atau Interna ional. Pengembangan SBI endiri dida arkan ada UU No. 20 tahun 2003 tentang Si dikna a al 50 ayat 3 yang ecara gari be ar ketentuan ini ber i i bahwa emerintah didorong untuk mengembangkan atuan endidikan bertaraf int erna ional. Vi i SBI endiri yakni mewujudkan in an Indone ia cerda , beriman da n bertakwa ke ada Tuhan Y.M.E, berakhlak mulia, berjati diri Indone ia, dan kom etitif ecara global. Dengan adanya da ar dan vi i engembangan SBI ter ebut em erintah teru beru aha menyertakan ratu an SMP dan SMA eluruh Kabu aten/Kotamad

ya di Indone ia (Triyono, 2009). 99

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Pembelajaran di kela -kela ekolah bertaraf interna ional un diu ayakan emak imal mungkin menggunakan baha a Inggri ebagai engantar. Akan teta i, ada kend ala yaitu guru (RSBI) mau un i wa yang a li Indone ia tidak memiliki kemam uan yang memadai dalam baha a Inggri (Kom a , 2009; Re ublika, 2009; Joglo emar, 20 09). Oleh karena itu, akan angat mungkin muncul mi kon e i elama ro e embe lajaran berlang ung. Ha il enelitian Nikmah (2009) menunjukkan adanya erbedaan yang ignifikan antara kemam uan i wa dalam menyele aikan oal- oal dalam baha a Indone ia dan baha a Inggri dimana kemam uan i wa dalam menyele aikan oal berbaha a Inggri lebih tinggi dari ada oal yang berbaha a Indone ia baik untuk oal ti e ilihan ganda mau un uraian. Berda arkan ha il enelitian ter ebut, d i arankan untuk lebih menyeimbangkan kemam uan i wa dalam menyele aikan oal- o al dalam baha a Indone ia dan baha a Inggri dengan memberikan latihanlatihan o al ebagaimana dalam enelitian ter ebut baik beru a re-te t, o t-te t, mau un latihan-latihan oal elama ro e embelajaran berlang ung. Untuk mengata i ma alah ter ebut da at ditera kan embelajaran bilingual dalam embelajaran kimia. Pembelajaran bilingual adalah embelajaran yang menggunakan kombina i dua baha a dalam ro e embelajaran. Dalam embelajaran bilingual umumnya digunakan komb ina i baha a ibu dan baha a elainnya (baha a a ing) dalam ka u ini adalah baha a Indone ia dan Inggri . Pembelajaran bilingual memiliki keunggulan yaitu anak yang memiliki kemam uan bilingual da at berfikir lebih tajam, flek ibel, kreatif , dan da at membawa e eorang menjadi lebih hati-hati dalam komunika i (Beker, 2 000 dalam The, 2007). Secara umum terda at tiga rogram bilingual, yaitu tran it ional (tran i i), maintenance, dan enrichment ( engayaan). Pada rogram tran i i i wa mem elajari materi bidang tudi dengan menggunakan baha a ibu terlebih da hulu. kemudian i wa dilatih berbaha a a ing. Ketika engua aan baha a a ingnya telah diangga memadai, elanjutnya i wa belajar materi bidang tudi menggunaka n baha a Inggri . Dalam kela baru ini, eluruh materi bidang tudi di ajikan da lam baha a a ing.

Pada rogram bilingual maintenance, i wa belajar bidang tudi dalam baha a ibu. Selanjutnya,untuk meningkatkan engua aan mereka terhada materi bidang tudi, i wa mem elajari materi bidang tudi mereka dalam baha a a ing. Dalam ola ini i wa tidak dibekali dengan keteram ilan berbaha a a ing. Sedangkan rogram emb elajaran bilingual engayaan, ejumlah atau ebagian materi bidang tudi diajark an dengan mak ud untuk engayaan engua aan engetahuan bidang tudi. Dalam bent uk embelajaran bilingual engayaan emacam ini, materi bidang tudi di ajikan b aik dalam baha a ibu mau un baha a a ing. BAHAN AJAR MATERI KIMIA LARUTAN YANG DIKEMBANGKAN DENGAN CONTEXTRICH PROBLEMS DA N PENGANTAR BILINGUAL Dalam ke em atan ini enuli akan memberikan gambaran tentang bahan ajar materi kimia larutan yang dikembangkan dengan context-rich roblem dan engantar bilin gual. Bahan ajar bilingual yang dimak ud adalah alat bantu vi ual non- rojected beru a tek ebagai media cetak yang beri i informa i dan keteram ilan ecara ut uh dan lengka dalam caku an ubjek/materi elajaran tertentu yang di ajikan dal am dua baha a (baha a indone ia dan baha a inggri ). Dalam lam iran, enuli men yajikan rototy e bahan ajar yang enuli angga layak untuk memenuhi kebutuhan ter ebut. Di dalam engembangan bahan ajar terebut, enuli menera kan rin i rin i erancangan ebagai berikut, Mengum ulkan materi yang dibutuhkan; Anali i kontek (ek li it dan in li it), kon e , dan trategi emecahan ma alah yang dibutuhkan; Siratkan kontek dan motiva i; Hubungkan materi dengan kon e dan t rategi emecahan ma alah yang telah diketahui/di erlukan; dan Menata bagian-bagi an dalam bahan ajar (materi, contoh oal, dan latihan oal) edemikian ru a ehi ngga da at digunakan dengan baik. Bila huruf awal dari rin i - rin i ter ebut diambil, maka akan di eroleh ingkatan MASHUM. Bebera a bagian dalam de ain baha n ajar ter ebut dijela kan ebagai berikut. Pertama, di dalam bahan ajar ter ebu t terda at kotak dialog yang beri i trategi emecahan ma alah dan kon e -kon e

enghubung yang dibutuhkan i wa untuk memahami materi dengan lebih 100 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN baik. Kotak dialog ini terda at baik ada bagian materi mau un bagian oal. Deng an adanya kotak dialog ini, da at dikatahui engetahuan dan emahaman endahulua n yang di erlukan untuk da at memahami materi yang edang di am aikan. Dengan be gitu, guru da at memberi bekal atau memberi enyegaran engetahuan tentang trat egi emecahan ma alah dan emahaman kon e -kon e yang telah diberikan ebelum m ema uki materi yang ber angkutan. Sedangkan i wa da at membekali dirinya atau m elakukan enyegaran kembali terhada kon e -kon e yang telah dikua ainya ebelu m mema uki materi ter ebut. Kedua, bagian contoh oal dilengka i dengan dua buah oal yang membaha kon e yang ama. Pada contoh oal ertama, diberikan embah a an yang tidak terlalu mendetil dalam langkah-langkah enyele aian oal. Hal in i dimak udkan agar tibul ertanyaan- ertanyaan dalam diri i wa tentang menga a langkahlangkah enyele aian ter ebut erlu dilakukan. Sedangkan ada contoh oal kedua, embaha an dibuat lebih mendetil. Pada embaha an contoh oal kedua diga mbarkan langkah emecahan ma alah dengan angat cermat ehingga edekat mungkin dengan taha -taha emecahan ma alah. Langkah emecahan ma alah ter ebut meli ut i anali i ma alah, enera an trategi emecahan ma alah, melakukan enyele aian , dan memverifika i jawaban. Penyele aian dalam bagian contoh oal kedua menunju kkan eluruh ro e yang digunakan dalam memecahkan ma alah dan menem atkan eca ra te at etia langkah yang diambil (Gilbert, 1980). Pada bagian ini i wa diaj ak untuk da at memecahkan ma alah berda arkan kemam uan yang telah mereka miliki dan membantu i wa mengembangkan kemam uan cientific rea oning. Dengan cara ini, dihara kan i wa tidak mudah kehilangan langkah dalam menyele aikan ma alah. Me nurut engamatan enuli , di dalam ebagian bahan ajar yang telah ada, enyajian langkah emecahan ma alah ada bagian contoh oal dibuat kurang cermat dan tida k memiliki enjela an yang gamblang. Langkah emecahan ma alah hanya beru a emi lihan rumu dan enera annya dalam menjawab oal tan a mema arkan menga a rumu ter ebut di ilih dan bagaimana menera kannya. Langkah enyele aian ma alah yang di ajikan hanya meru akan kum ulan imbol dan angka dengan urutanFMIPA UNIVERSIT AS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 urutan tertentu aja. Kelemahan cara ini yaitu i wa da at kehilangan langkah de ngan angat ce at ketika haru menyele aikan ma alah dengan cara yang benar-bena r ama ebagaimana yang ditirukan. Pada bagian ini eran guru angatlah enting guna mem erce at enca aian kemam uan emecahan ma alah i wa. Guru ebi a mungk in menunjukkan eluruh ro e yang digunakan dalam memecahkan ma alah dan menem atkan ecara te at etia langkah yang diambil. Guru haru benar-benar menjela k an menga a dan bagaimana langkah-langkah emecahan ma alah ter ebut dilakukan. G uru haru memberi engertian ke ada i wa bahwa etelah i wa memahami, i wa ti dak haru menyele aikan erma alahan dengan cara yang benar-benar ama ebagaima na contoh yang diberikan. Sedangkan i wa, elain haru mem erhatikan, juga haru beru aha untuk benar-benar memahami langkah emecahan ma alah yang diambil dan ala an-ala an dibalik langkah-langkah ter ebut. Pada bagian inilah keahlian rea oning i wa akan terbentuk. Bagian ini erlu karena dalam meningkatkan kemam ua n menyele aikan ma alah kon e tual, di erlukan engembangan keahlian kognitif. P engembangan keahlian kognitif adalah kom onen yang e en ial dalam endidikan i wa. Ingatan algoritmik aja tidak akan memberi dam ak terhada keahlian ini. Pen gembangan keahlian kognitif haru menjadi u at erhatian karena ia meru akan ba gian yang enting dalam mengembangkan kemam uan cientific rea oning. Keahlian rea oning adalah kemam uan memberi argumenta i logi dan menduga ke im ulan berda a rkan bukti, latar belakang, da ar-da ar engetahuan, dan a um i. Keahlian rea on ing yang rendah akan menghambat kemam uan dalam menyele aikan ma alah kon e tual . Timbulnya erbedaan antara kemam uan emecahan ma alah kon e tual dan algoritm ik di ebabkan karena keahlian rea oning yang rendah (Crololice, et al, 2008). Ke tiga, bagian latihan oal yang dibutuhkan untuk memberi ke em atan ke ada i wa menera kan engetahuan emecahan ma alah yang telah dimilikinya. Soal- oal ada bagian ini dibuat agar da at meningkatkan kemam uan i wa dalam memahami dan men yele aikan ma alah kon e tual dan agoritmik. Pemberian engalaman emecahan oal

- oal akan da at 101

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN men timula i kemam uan mereka dan menjadi lebih mahir (Antonenko, 2007). Keem at , di dalam bahan ajar ter ebut juga dikembangkan ti e Context-rich Problem . Gam baran mengenai erbedaan antara Contextrich Problem dan oal konven ional di aj ikan dalam tabel 1. Dalam enyu unan context-rich roblem digunakan kontek yan g ebaiknya beru a i u mutakhir, kontek yang menyim an makna (mengandung variab el target/ clue), dan kalimatkalimat motiva i. Penggunaan item-item kontek tual akan memberitahukan kom lek ita oal dan membantu mereka mengkon truk i engeta huannya yang majemuk guna memecahkan ma alah (Antonenko, et al., 2007). Pada con toh dalam tabel 1, kalimat endahuluan meru akan engenalan kontek ma alah yang dekat dengan dunia nyata i wa. Kemudian ada otongan kalimat ...anda menda at i bahwa indikator bromtimol biru berubah dari kuning menjadi biru etelah laruta n a am ter ebut direak ikan dengan ..... Kalimat ter ebut adalah kontek yang men untut engetahuan bahwa ke etimbangan reak i terjadi aat indikator berubah warn a. Jadi, kalimat menyim an makna (in li it) bahwa netrali a i terca ai dan reak i etimbang. Kemudian ada Latihan nomor 2 ada lam iran terda at enggalan kali mat Becau e of your intere t in the environment and your knowledge of chemi try, you are a member of a Citizen Committee inve tigating. You wondering to know what i the concentration of acid in rainwater of your city.. Penggalan kalimat te r ebut mengandung kontek dan kalimat motiva i. Dengan hadirnya kalimat motiva i e erti itu, dihara kan akan muncul motiva i intrin ik ada i wa yang da at me mfa ilita i erkembangan intelektual i wa ter ebut (Herron, 1996). Pada bagian ini, guru dituntut untuk mam u menjela kan dan memaknai kontek ehingga enyaji an kontek akan mem ermudah i wa menca ai enaf iran yang te at terhada erma alahan. Selain itu guru juga erlu memberi enekanan motiva i, dengan cerita dan engetahuan yang erlu, ehingga tujuan dari hadirnya kalimat motiva i dihara k an benar-benar terca ai. Kelima, bahan ajar ini di ajikan dengan engantar bilin gual guna memfa ilita i erkembangan kemam uan baha a i wa ekaligu mengembang kan kemam uan menyele aikan oal berbaha a Indone ia dan Inggri . KemamFMIPA UNI VERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 uan baha a yang rendah da at menimbulkan ke alahan kon e dan akan mengalami ke ulitan dalam menjawab oal- oal berbaha a Inggri . Agar tujuan ini terca ai, ma ka bentuk enyajian bahan ajar dengan engantar bilingual meru akan hal yang har u di erhatikan. Tabel 1. Perbandingan bentuk oal konven ional dan Context-rich Problem Soal ko nven ional Sebanyak 25,0 cm3 larutan a am klorida di titra i dengan 37,5 cm3 lar utan tandar ota ium hidrok ida (KOH) 0.500 mol/dm3. Hitung kon entra i larutan a am klorida ter ebut? Context-rich Problem Ketika anda menemukan larutan ember ih lantai kamar mandi , anda melihat bahwa larutan ter ebut mengandung a am klorida yang tidak tertuli kon entra inya ada kema an. Kemudian ebanyak 25,0 cm3 larutan ember ih ter ebut anda titra i dengan larutan tandar ota ium hidrok ida (KOH) 0.500 mol/dm3 di laboratorium. Ternyata anda menda ati bahwa indikator bromtimol biru berubah dari kuning menjadi biru etelah larutan a am ter ebut direak ikan dengan 37,5 cm3 larutan ota ium hidrok ida. Hitung kon entra i a am klorida dalam larutan ember ih anda ter ebut?

Tabel 2. Bentuk enyajian materi dalam bahan ajar bilingual Bentuk Penyajian 1 2 3 Baha a Indone ia Materi A, Materi B Materi A Materi A Baha a Inggri Materi M ateri B Materi Materi B Materi B A, A, Dalam enyajian bahan ajar bilingual, terda at bebera a bentuk enyajian yang bi a dikembangkan ebagaimana di ajikan ada tabel 2. Menurut engamatan enuli , di a aran telah ter edia bahan ajar kimia yang dituli dengan engantar bilingu

al. Di dalam buku ter ebut materi dan oal di ajikan dalam baha a 102

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Indone ia dan ecara ke eluruhan dialih baha akan ke dalam baha a Inggri (bentu k enyajian 1 dalam tabel 2). Penyajian ini memiliki kelemahan yakni angat mung kin ekali i wa hanya akan membaca bagian yang berbaha a Indone ia aja dan men gabaikan bagian yang berbaha a Inggri . Untuk mengata i ma alah ini maka, elain menyajikan dalam bentuk alih baha a dari baha a Indone ia ke Inggri , dalam eb agian bahan ajar juga di ajikan materi atau oal yang hanya menggunakan baha a I nggri . Dengan cara e erti ini i wa dituntut untuk membaca bagian yang berbaha a Inggri dan beru aha memahami maknanya. Di dalam rototy e bahan ajar yang e nuli tawarkan telah terda at bagian ema aran materi dan oal yang mengikuti be ntuk enyajian ke-2 dalam tabel 2. Pengaruh tata u unan materi, ebagaimana ad a tabel 3, terhada ke eimbangan kemam uan bilingual i wa dan kemam uan menjawa b oal- oal baik berbaha a Indone ia mau un berbaha a Inggri ecara imbang, ma ih memerlukan enelitian inten if lebih lanjut. Keefektifan enera an embelaja ran di kela tidak terle a dari eran guru, demikian ula dengan kefektifan en era an bahan ajar. Terda at bebera a hal enting yang haru di erhatikan guru un tuk efektifita enggunaan bahan ajar ini. Pertama, guru haru memberi enjela a n tentang trategi emecahan ma alah dan kon e -kon e yang dibutuhkan i wa eb elum mema uki materi. Penjela an ini bi a beru a trategi emecahan ma alah dan kon e yang baru atau enyegaran trategi dan kon e yang telah diketahui i wa ebelumnya. Kedua, guru memberi enjela an ecara cermat dan runut tentang bagai mana emecahan ma alah dilakukan dan ala an-ala an di balik emilihan trategi emecahan ma alah. Ketiga, guru memberi bekal engetahuan tentang kontek nyata y ang dibutuhkan i wa guna mengembangkan kemam uan emecahan ma alahnya. Guru ter kadang erlu menjela kan dan memaknai kontek ehingga mem ermudah i wa menca a i enaf iran yang te at. Keem at, guru memberi ke em atan ke ada i wa untuk men yele aikan oal- oal latihan dengan cara yang tidak haru benar-benar ama denga n urutan langkah emecahan ma alah yang telah dijela kan. Pada bagian keem at in i, guru haru mam u menjela kan makna kontek dalam oal yang belum difahami i wa dan mengorek i FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 ke alahan langkah emecahan ma alah yang dilakukan i wa. Kelima, guru haru mam u menjela kan bagian-bagian materi mau un oal yang di ajikan dalam baha a ingg ri . Keenam, guru haru mam u memberi enekanan motiva i. Bahan ajar ini juga da at digunakan oleh i wa ecara mandiri. Terda at bebera a hal enting yang haru di erhatikan i wa agar tujuan embelajaran menggunakan bahan ajar ini terca a i dengan baik. Pertama, i wa haru memahami trategi emecahan ma alah dan kon e -kon e enting yang dibutuhkan ebagaimana ter aji dalam kotak dialog. Kedua, i wa haru benar-benar memberi erhatian ada langkah-langkah emecahan ma ala h dan ala anala an emilihan emecahan ma alah yang di ajikan. Ketiga, i wa har u mam u memverifika i jawabannya endiri. Keem at, i wa haru memiliki engeta huan dan memahami makna kontek -kontek yang ter aji di dalam oal. Kelima, i w a haru memiliki kemam uan baha a inggri yang baik. Untuk elanjutnya engemban gan dan enyu unan bahan ajar da at dilakukan dengan metode engembangan tertent u, mi alnya de ain in truk ional yang dikembangkan oleh Thiagarajan dkk (1974) y aitu model 4-D. Ada un taha an dalam model 4-D meli uti taha erencanaan (defin e), erancangan (de ign), engembangan (develo ), dan enyebarlua an (di eminat e). Selain itu juga engembangan bahan ajar haru mengacu ada kelayakan i i dan kelayakan enyajian buku tek elajaran (De dikna , 2008). Setelah engembangan , maka di erlukan juga enelitian lebih lanjut guna mengetahui engaruh engguna annya terhada re ta i belajar, kemam uan menyele aikan oal kon e tual dan alg oritmik, dan kemam uan menyele aikan oal berbaha a Indone ia dan Inggri . KESIM PULAN Materi-materi embelajaran kimia larutan menuntut kemam uan enyele aian m a alah kon e tual dan algoritmik. Akan teta i, ma ih banyak i wa yang mengalami ke ulitan dalam menjawab ertanyaan kon e tual dan atau algoritmik. Di i i lain , tuntutan globali a i menghendaki i wa dituntut untuk memiliki kemam uan baha a inggri yang memadai. Akan teta i, ada embelajaran kimia, i wa ma ih memili

ki ketidakmam uan menyele aikan oal103

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN oal dalam baha a Indone ia dan baha a Inggri ecara eimbang. Oleh karena itu, dibutuhkan uatu metode yang da at mengambangkan emahaman kon e tual mau un al goritmik erta menyeimbangkan kemam uan i wa dalam menyele aikan oal- oal dala m baha a Indone ia dan baha a Inggri . Salah atu endekatan embelajaran yang d a at dijadikan alternatif engembangan emahaman kon e tual dan algoritmik adala h endekatan emecahan ma alah (Probelm Solving). Strategi emecahan ma alah dal am embelajaran di kela da at dilakukan dengan menera kan Context-rich Problem . Context-rich Problem dimak udkan untuk mendorong i wa menggunakan uatu tra tegi emecahan ma alah yang logi dan terorgani ir, ehingga kemam uan rea oning -nya un meningkat. Sedangkan untuk mengata i ma alah kemam uan dalam baha a, e lak anaan embelajaran da at dilakukan ecara bilingual. Guru memiliki eran en ting dalam mengembangakan keahlian emecahan ma alah dan kemam uan i wa dalam k ombina i dua baha a. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan ajar yang da at membantu eran guru dan memenuhi DAFTAR RUJUKAN Adim, M. 2008. Pengaruh Pembelajaran Pemecahan ma alah terhada H a il Belajar Si wa ada Materi Hidroli i Garam ada Si wa Kela XI SMAN 2 Malan g Tahun Ajaran 2007/2008. Skri i tidak diterbitkan. Malang: Juru an Kimia FMIPA Univer ita Negeri Malang. Alfatie,W.G. 2009. Identifika i Ke ulitan Si wa Kela XII IPA-2 MAN MALANG 1 dalam Memahami Materi Kelarutan dan Ha il Kali Kelaruta n(K ) erta Pemahaman Materi ter ebut dalam Kehidu an Sehari-hari. Skri i tida k diterbitkan. Malang: Juru an Kimia FMIPA Univer ita Negeri Malang. Al , E., Y ilmaz, A., Erte inar, H., Sungur, S. & Tekkaya, C. 2005. A Study on Student Ab ilitie to Solve Algorithmic and Conce tual Problem on Chemi try Conce t . Amer ican Chemical Society, Aug. 28-Se t. 1. Arifin, M., Sudja, W.A., I mail, A.K., W ahyu, W. & Mulyono, H.A.M. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang: Penerb it Univer ita Negeri Malang (UM Pre ). Anonym, 2010. Context-rich Problem . (O nline), (htt :// erc.carleton.edu/ /library/context_ri ch/index.html, diak e 2 e tember 2010).

kebutuhan i wa. Pengembangan bahan ajar kimia larutan berda arkan endekatan e mecahan ma alah dengan context-rich roblem dan engantar bilingual menjadi al ah atu olu i. Ha il ob erva i melalui angket menunjukkan kabutuhan yang tinggi terhada bahan ajar yang dimak ud. Di dalam makalah ini telah di a arkan tentan g rototy e bahan ajar yang dimak ud meli uti rin i erancangan, de ain, bentu k, dan keunggulannya. Berda arkan embaha an enuli kan menyarankan erlunya dil akukan enelitian tentang engembangan bahan ajar materi kimia larutan berda ark an endekatan emecahan ma alah dengan context-rich roblem dan engantar bilin gual. Pengembangan da at dilakukan dengan uatu metode tertentu dan haru memenu hi kelayakan i i dan kelayakan enyajian buku tek elajaran (De dikna , 2008). Perlu juga dilakukan tudi untuk mengetahui efektifita enggunaan bahan ajar te r ebut ada re ta i belajar, kemam uan menyele aikan oal kon e tual dan algori tmik, dan kemam uan menyele aikan oal berbaha a Indone ia dan Inggri . Antonenko, et al., 2007. Under tanding Student Pathway in Context-rich Problem . (Online), (htt ://grou . hy ic .umn.edu/ hy ed/Re e arch/CRP/onlineArchive/c row.html, diak e 2 e tember 2010). Bakar, A. 2006. Pengaruh Remedi Menggunakan Metode Pemecahan ma alah dan Tingkat Intelek terhada Ha il Belajar dalam Menye le aikan Soal Kon e tual dan Algoritmik ada To ik Stoikiometri Si wa Kela II S MA Negeri 4 Malang. Te i tidak diterbitkan. Malang: Program Pa ca Sarjana Unive r ita Negeri Malang. Bi ni Indone ia, 26 Maret, 2003. Malay ia Kaya Pendidikan Bertaraf Interna ional, hlm. 15, kol. 1-5. Clark, J. 2000. Calculation in AS/A Level Chemi try. London: Pear on Education Ltd. Colburn, A. 2009. Alternative C once tion in Chemi try. The Science Teacher, Pg. 10. Cracolice, M.S., Deming, J .C., Ehlert, B. 2008. Conce t Learning Ver u Problem Solving: A Cognitive Diffe rence. J. of Chem. Edu. vol. 85, No. 6, . 873-878, Juni 2008. Deming, J.C., Eh lert, B.E. & Cracolice, M.S. 2003. Algorithmic and Conce tual Under tanding Diff erence in General Chemi try: A Link to Rea on104

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN ing Ability. American Chemical Society , Se tember 7-11, 2003. De dikna . 2007. Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madra ah Bertaraf Interna ional ada Jenjang Pen didikan Da ar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidkan Da a r dan Menengah. De dikna . 2008. Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakar ta: De dikna . Gallet, C. 1998. Problem-Solving Teaching in the Chemi try Labora tory: Leaving the Cook . J. of Chem. Edu, Jan 1998; 75,1; Academic Re earch Libra ry. Pg.72. Gilbert, GL. 1980. How Do I Get the An wer? Problem Solving in Chemi try. J. of Chem. Edu., Vol. 57, No. 1, . 79-81, January 1980. Haryati, M. 2007 . Model dan Teknik Penilaian ada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: GP Pre . He ert, J., Elli , J., Robin on, J., Wolfer, A. & Man on, S. 2002. Problem Solv ing in the Chemi try Laoratory. Journal of College Science Teaching, Feb 2002, 3 1,5, Academic Re earch Library, g. 322. Herron, J. D. 1996. The Chemi try Cla room, Formula for Succe ful Teaching. Wachington, D.C: American Chemical Socie ty, g. 88, 247. Iru ti, F.M. 2008. Identifika i Ke ulitan Belajar Si wa Kela X Madra ah Aliyah Negeri Jungcangcang Pameka an 1 Dalam Memahami Kon e Mol. Skri i tidak diterbitkan, Malang: Juru an Kimia FMIPA Univer ita Negeri Malang. Je on, K., Huffman, D., Noh, Teahee. The Effect of Thinking Aloud Pair Problem Solv ing on High School Student Chemi try Problem-Solving Pervormance and Verbal Inte raction. J. of Chem. Edu. vol. 82 No. 10, . 1558-1564, Oktober 2005. Joglo ema r, 3 November 2009. Guru RSBI Lemah dalam Pengua aan Baha a Inggri . (Online), ( htt ://www.joglo emar.com, diak e 24 Mei 2010). Kaczmarek, K.M. & Orgill, M.K. 2006. General Chemi try Student Perce tion of Buffer and Buffer Problem . Ab tract of Pa er , 232nd ACS National Meeting, San Franci co, CA, United State , Se t. 10-14, 2006 (2006), Wa hington DC: American Chemical Society. Kat berg, S .E. and DAmbro io, B., tan a tahun. The Role of Contextually-Rich Item in A e i ng Student Learning. Indiana Univer ity Purdue Univer ity Indiana oli (IUPUI)-US A. Artikel National Council of Teacher of Mathematic , National Science Foundat ion. Kean, E. & Middlecam , C. 1985. Panduan Belajar Kimia Da ar. Jakarta: PT. G ramedia.

Kom a , 25 Februari, 2005. Pemerintah Teru Pebaiki Mutu Pendidikan-Sekolaj Dido rong Ber tandar Interna ional, hlm. 21. kol. 8-9. Kom a , 24 Juni, 2009. Waduh, Baha a Inggri 600 Guru RSBI Ternyata Memble!, (Online), (htt ://www.kom a .com, d iak e 24 Mei 2010). Lin, Q., Paul, K. & Ral h, T. 1996. Numeric and Conce tual Under tanding of General Chemi try at Minority In titution. J. of Chem. Edu, Oct 1996; 73, 10; Academic Re earch Libbrary. Pg. 1003. Media Indone ia, 15 Oktober , 2002. Kela Interna ional, hlm. 7 kol. 5-6. Nakhleh, M.B. 1993. Are Our Studen t Conce tual Thinker or Alghoritmic Problem Solver? Identifiying Conce tual Stu dent In General Chemi try. J. of Chem. Edu, Vol. 70, No. 1, . 52-55 Nakhleh, M.B. Lowrey, K.A. & Mitchel, R.C. 1996. Narrowing the Ga Between Conce t and A lgorithm in Fre hman Chemi try. Journal of Chemical Education, Aug 1996; 73,8; Academic Re earch Library, g. 758. Nikmah, M. 2009. Anali i Kemam uan Si wa Ke la X Seme ter 2 SMAN 5 Malang dalam Menyele aikan Soal-Soal dalam Baha a Indone ia dan Baha a Inggri untuk To ik Ikatan Kovalen, Bentuk dan Ke olaran Molekul. Skri i tidak diterbitkan. Malang: Juru an Kimia FMIPA Univer ita Negeri Malan g. Ni ak, K. 2010. Identifika i Ke ulitan Belajar Si wa Kela Xi I a Seme ter 2 Sma Lab Um Dalam Memahami Materi Kelarutan dan Ha il Kali Kelarutan. Skri i tid ak diterbitkan. Malang: Juru an Kimia FMIPA Univer ita Negeri Malang. Rahmah, M .O. 2009. Anali i Ke ulitan Si wa dalam Menyele aikan SoalSoal Stoikiometri Ber da arkan Taha an Penyele aian Soal Kela X Tahun Ajaran 2008/2009 SMA Negeri 2 T renggalek. Skri i tidak diterbitkan. Malang: Juru an Kimia FMIPA Univer ita Ne geri Malang. Ram en, E.N. 2000. A-Level Chemi try, 4th ed. United Kingdom: Nel o n Thoma (Publi her ) Ltd. Ratcliffe, M. 2002. What difficult about A-level Chem i try. Education in Chemi try, . 76-80, May 2002. Re ublika, 13 Oktober, 2009. Pengua aan Baha a A ing Guru Dinilai Ma ih Buruk. (Online), (htt ://www.Re ubli ka.co.id, diak e 24 Mei 2010). Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajran Berorient a i Standar Pro e Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Sari, A.N.P. 2007

. Identifika i Pemahaman Kon e tual dan Algoritmik dalam Materi Stoikiometri Si wa 105 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN Kela X SMAK Frateran Malang. Skri i tidak diterbitkan. Juru an kimia FMIPA Uni ver ita Negeri Malang. Setyaning ih, S.O. 2008. Kajian Tentang Problem Ba ed Learning (PBL) Terhada Ha il Belajar dan Keteram ilan Pemecahan Ma alah S i wa Kela XI SMAN 7 Malang Pada Materi Pokok Larutan Penyangga. Skri i tidak diterbitkan. Malang: Juru an Kimia FMIPA Univer ita Negeri Malang. Setyow ati, D. 2007. Im lementa i Model Problem Ba ed Learning (Pembelajaran Berba i M a alah) dengan Modul Sel Elektroli i dan Koro i di SMA Negeri 3 Jombang. Skri i tidak diterbitkan. Malang: Juru an Kimia, FMIPA, Univer ita Negeri Malang. Sm ith, K.J. & Metz, P.A. 1996. Evaluating tudent under tanding of olution chemi try through micro co ic re re entation . J. of Chem. Edu. Ea ton:Mar 1996. Vol. 73, I . 3, . 233 (1 .). Suli tiana, D. 2008. Kefektifan Penera an Paduan Mod el Pembelajaran Pemecahan ma alah dan Koo eratif Ti e STAD untuk Meningkatkan Ha il Belajar dan Ber ikir Kriti Si wa SMA Kela XI IPA. Te i tidak diterbitkan. Malang: Program Pa ca arjana, Univer ita Neger i Malang. The, Itta. 2007. Kemam uan Berbaha a Inggri Anak dengan Pembelajaran Bilingual. Jurnal Pendidikan Penabur. No.09, Th. 6. Triyono, N. 25 Maret, 2009. Sekolah Bertaraf Interna ional, untuk A a dan Sia a?.(Online), (Error! Hy erlink reference not valid., diak e tanggal 16 a ril 2010). Uce, M. 2009. Teaching th e Mole Conce t U ing A Conce tual Change Method at College Level. Education. Sum mer 2009; 129, 4; Academic Re earch Library. g. 683. Zoller, U., Lubezky, A., N akhleh, M.B., Te ier, B., and Dori, Y.J. 1995. Succe on Alghoritmic and LOCS V Vonce tual Chemi try Exam Que tion . J. of Chem. Edu, Vol. 72, No. 11, . 98 7989 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 106

You might also like