You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Proses penambangan selalu dikonotasikan dengan merusak ekologi. sekitar Keaneragaman areal hayati menjadi terganggu di sekitar baik wilayah dalam areal pendistribusiannya maupun kemelimpahan spesies-spesies yang ada di pertambangan, khususnya pertambangan. Interaksi antar manusia dengan alam menjadi tidak harmonis, dalam arti manusia melakukan eksploitasi yang melebihi kapasitas atau daya dukung alam yang mengkibatkan pencemaran atau kerusakan dari sistem ekologi pada ekosistem di sekitar areal wilayah pertambangan. Faktor manusia dalam proses penambangan yang tidak memperhatikan lingkungan tentu akan membawa dampak kerusakan lingkungan baik pada faktor sosial dan budaya, faktor fisik maupun faktor biotiknya. Faktor sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi tingkat dampak kegiatan penambangan pasir dan batu, diantaranya tingkat sosial masyarakat, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan serta persepsi masyarakat. Dampak sosial budaya penambangan terhadap wilayah di sekitar areal penambangan, umumnya terletak pada permasalahan yang sama yaitu jalur lintasan penambangan yang harus melewati tanah dengan kepemilikan pribadi (private property), bangunan jalan sebagai sarana transportasi menjadi rusak, hasil pemasaran bahan tambang hanya sedikit yang sampai kepada masyarakat lokal, sehingga kurang mengangkat pertumbuhan ekonomi daerah sekitar lokasi penambangan. Dampak terhadap faktor fisik yang mungkin terjadi adalah mempengaruhi tingkat kualitas air, kebisingan dan debu, sedangkan dampak terhadap faktor biotik akibat penambangan adalah menyebabkan terganggunya keberadaan jenis tumbuhan maupun hewan yang ada, misalnya berpindah tempat atau berkurangnya pohon pinus, lumut hijau, alang-

alang,

rumput-rumputan,

ikan,

ular

dan

sebagainya.

Permasalahan sosial masyarakat akibat adanya kegiatan penambangan pasir dan batu merupakan suatu fenomena sosial yang terjadi terus menerus. Fenomena ini menyangkut kepentingan masyarakat luas dan dampaknya mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat terutama yang berada di sekitar wilayah areal penambangan pasir dan batu. Lingkungan sosial masyarakat desa Kedung Kracak Kebumen sangat kompleks, sehingga menimbulkan berbagai macam permasalahan sosial dan berpengaruh terhadap situasi dan kondisi kehidupan masyarakat. Adapun latar belakang sehingga permasalahan tersebut timbul diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Penambangan pasir dan batu di wilayah sungai Lukulo di desa Kedung Kracak selalu mendapatkan persesi dari masyarakat dapat menimbulkan kerusakan lingkungan, 2. Pasir batu sangat diperlukan dalam setiap kegiatan konstruksi bangunan, 3. Penambangan pasir batu dapat memberikan PAD bagi Pemerintah Daerah, 4. Penambangan pasir batu merupakan mata pencaharian sebagian masyarakat yang dapat menambah penghasilan, 5. Sering terjadi konflik sosial antara pemerintah, organisasiorganisasi sosial yang perduli lingkungan, masyarakat dan investor penambangan pasir. B. Tujuan 1. Dapat mengetahui dampak dari penambangan pasir terhadap lingkungan, 2. Dapat mengetahui kerusakan lingkungan yang terjadi di daerah tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya sumber daya air, udara, dan tanah; kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar. Kerusakan lingkungan adalah salah satu dari sepuluh ancaman yang secara resmi diperingatkan oleh High Level Threat Panel dari PBB. The World Resources Institute (WRI), UNEP (United Nations Environment Programme), UNDP (United Nations Development Programme), dan Bank Dunia telah melaporkan tentang pentingnya lingkungan dan kaitannya dengan kesehatan manusia, pada tanggal 1 Mei 1998. Kerusakan lngkungan terdiri dari berbagai tipe. Ketika alam rusak dihancurkan dan sumber daya menghilang, maka lingkungan sedang mengalami kerusakan. Environmental Change and Human Health, bagian khusus dari laporan World Resources 1998-99 menjelaskan bahwa penyakit yang dapat dicegah dan kematian dini masih terdapat pada jumlah yang sangat tinggi. Jika perubahan besar dilakukan demi kesehatan manusia, jutaan warga dunia akan hidup lebih lama. Eksploitasi merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara sederhana (manual) maupun mekanis yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian. Beberapa tahapan kegiatan penambangan secara garis besar adalah: 1. Pembabatan (clearing), 2. Pengupasan tanah penutup (stripping), 3. Penggalian bahan galian (mining), 4. Pemuatan (loading), 5. Pengangkutan (hauling), 6. Penumpahan (waste dump), (http://bosstambang.com/Tambang/eksploitasi.html)

Eksploitasi juga merupakan politik pemanfaatan yang secara sewenang-wenang terlalu berlebihan terhadap sesuatu subyek eksploitasi hanya untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan. Dunia ini penuh dengan manusia yang kelaparan yang tidak mempunyai uang untuk membeli makanan, ini adalah sebuah paradok, di dunia negara miskin adalah dunia yang selalu lapar, mungkin terdapat cara memperluas produksi makanan yang dapat menjaga agar harga pangan menjadi tidak terlalu mahal agar mereka bisa membeli dan mendapatkan makanan. Ini adalah filosofi yang tidak berdasarkan kebijakan yang adil dan harus diberhentikan sebagai dasar aturan dalam hubungan antara bangsabangsa. (Che Guevara, 1964). Sumberdaya alam (natural resources) adalah segala sesuatu yang berada di bawah/atas bumi, termasuk tanah itu sendiri, yang sifatnya masih potensial dan belum dilibatkan dalam proses produksi. Sedangkan barang sumberdaya (resource commodity) adalah sumberdaya alam yang sudah diambil dari bumi yang siap digunakan dan dikombinasikan dengan faktor produksi lain sehingga dapat dihasilkan produk baru berupa barang dan jasa untuk konsumen dan produsen. (Reksohadiprojo & Brojonegoro, 1997) Pemanfaatan Sumber Daya Alam Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai modal dasar, sumber daya alam harus dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara yang tidak merusak. Oleh karena itu, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk pembangunan dimasa datang. Tenaga ahli memanfaatkan sumber daya alam dengan teknologi yang canggih. Tenaga ahli yang bermutu akan menghasilkan bibit yang bermutu dan menghasilkan tanaman yang berkualitas dan menghasilkan industri yang berkualitas. Teknologi yang digunakan beserta alat-alatnya yang berkembang dengan pesat dapat mempercepat dan mempermudah

produktivitas alat-alat yang digunakan tenaga ahli Indonesia masih kurang canggih seperti di negara-negara maju tetapi tenaga ahli Indonesia masih bisa menghasilkan sumber daya alam yang memuaskan. (http://perpustakaan-online.blogspot.com/2008/05/sumber-daya-alamindonesia.html) Keterkaitan antara ekonomi dan lingkungan dapat diringkas ke dalam tiga macam hubungan yang saling terkait yaitu terdapat hubungan positif antara jumlah dan kualitas barang sumberdaya dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka kebutuhan akan sumberdaya alam akan semakin meningkat. Terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tersedianya sumberdaya alam di dalam bumi. Artinya kenaikan pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh menurunnya ketersediaan sumberdaya alam di bumi. Hal ini tidak lain karena proses eksploitasi Sumber Daya Alam akan membawa konsekuensi berkurangnya stok. Terdapat hubungan positif antara pembangunan ekonomi dengan pencemaran lingkungan Fenomena ini umumnya terjadi di negara berkembang. mplikasi dari peran tersebut adalah bahwa lingkungan merupakan komponen penting dari sistem ekonomi. Artinya bahwa tanpa adanya lingkungan maka sistem ekonomi tidak akan berfungsi. Ini menyiratkan bahwa dalam sistem ekonomi, nilai lingkungan harus diperlakukan sama, seperti halnya perlakuan terhadap nilai aset yang lain (tenaga kerja dan modal) yakni sebagai aset ekonomi. Ini berarti pula bahwa jika ekonomi ingin diperbaiki, maka kualitas sumberdaya alam dan lingkungan perlu dipertahankan. Mengingat SDA tersebut ketersediaannya terbatas, maka diperlukan cara pengelolaan yang bijaksana dan dapat dipertanggung jawabkan. Untuk memenuhi tujuan tersebut maka prinsip ekonomi lingkungan sangat diperlukan dalam rangka menuju penggunaan SDA dan lingkungan yang berkelanjutan. Sebagai kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi yang menggunakan SDA sebagai input tidak disertai dengan upaya pencegahan terhadap pencemaran yang ditimbulkan. Akibatnya adalah

bahwa semakin tinggi akselerasi pembangunan ekonomi berakibat semakin tingginya tingkat pencemaran yang ditimbulkan. (Kadut, 2006)

BAB III HASIL PENGAMATAN

A. Foto Kegiatan Penambangan Pasir Sungai Lukulo, Desa Kedung Kracak Kebumen 1. Penambangan pasir dengan menggunakan tenaga mekanis (mesin penyedot air dan pasir)

2. Penambangan pasir dengan cara manual

3. Kerusakan lingkungan di sekitar sungai

B. Dampak Kerusakan Lingkungan yang Terjadi Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya sumber daya air, udara, dan tanah; kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar. Masalah lingkungan tidak berdiri sendiri, tetapi selalu saling terkait erat. Keterkaitan antara masalah satu dengan yang lain disebabkan karena sebuah faktor yang merupakan penyebab dari berbagai masalah, sebuah faktor mempunyai pengaruh yang berbeda dan interaksi antar berbagai masalah dan dampak yang ditimbulkan bersifat kumulatif (Soedradjad, 1999). Dampak kerusakan lingkungannya sebagai berikut: 1) Pada lingkungan fisik dan kimiawi: a. Terjadinya peningkatan debu yang menyebabkan kualitas udara menurun, sebagai akibat dari mobilisasi kendaraan truk atau kendaraan lain serta akibat tiupan angin jika di lokasi tambang tersebut tidak ada vegetasi yang cukup, b. Terjadinya peningkatan kebisingan karena akibat aktivitas lalulintas kendaraan truk. Pada hal sebelum ada penambangan pasir, suasana di lokasi tersebut jauh dari kebisingan dan mereka masih dapat menghirup udara segar karena selain arus lalu lintas yang sangat sedikit, juga masih banyak pohon yang bisa menahan karbondioksida, c. Terjadinya penurunan kualitas air dan kuantitas air (debit air) sebagai akibat dari pencucian pasir-pasir maupun karena akibat dari tanah/lahan yang telah menjadi terbuka (tidak ada vegetasi penutup) sehingga air dapat mengalir dengan bebas ke badanbadan air, jika tanpa adanya wadah penampungan/pengelolaan limbah cair tersebut, Debit air tanah juga akan menurun karena vegetasi (terutama pepohonan) yang dapat menampung air telah ikut di tebang dalam sistim pertambangan itu,

d. Terjadinya perubahan topografi/morfologi (bentangan lahan) yang disebabkan oleh kegiatan penambangan (penggalian) maka pada daerah yang datar terjadi cekungancekungan, e. Peningkatan erosi tanah dan longsor sebagai akibat dari kegiatan penggalian pasir sungai sehingga lapisan tanah atas (top soil) menjadi saling melepas, f. Terjadinya perubahan nilai estetika lingkungan sebagai akibat dari kegiatan akan penambangan akibat (penggalian) dengan yang lubang-lubang padat dan tambang, limbah padat yang berserakan dan badan-badan jalan rusak lalulintas kendaraan menyebabkan pemandangan lingkungan sekitar yang tidak/kurang menarik. 2) Pada lingkungan biologis: a. Terjadinya penurunan keanekaragaman flora karena banyak tumbuhan di pinggir sungai yang harus di tebang untuk membuka lokasi tambang dan juga jalan raya sebagai akses keluar masuk kendraan truk, b. Terjadinya penurunan keanekaragaman fauna karena terbatasnya habitat akibat pembukaan lokasi tambang yang semakin hari semakin menigkat. 3) Pada lingkungan sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat: a. Terjadinya perubahan proses sosial dan pranata sosial karena ada buruh (orang-orang yang melakukan penambangan) dan majikan (pemilik lahan), b. Terjadinya perubahan sikap dan persepsi masyarakat dalam hal ini adanya pro dan kontra terhadap penambangan pasir sungai, c. Terjadinya perubahan kesempatan berusaha/peluang bekerja,

d. Terjadinya mobilitas penduduk karena mencari daerah yang punya bahan baku (pasir) lebih banyak karena di tempat asal mereka bahan bakunya sudah habis dikeruk, e. Perubahan pola penyakit dan angka kesakitan. Dimana menimbulkan penyakit karena debu dari kendraan proyek.

10

BAB IV PEMBAHASAN

A. Kerusakan lingkungan Kegiatan penambangan khususnya pasir dan batu dan lain-lain dikenal sebagai kegiatan yang dapat merubah permukaan bumi. Karena itu, penambangan sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Walaupun pernyataan ini tidak selamanya benar, patut diakui bahwa banyak sekali kegiatan penambangan yang dapat menimbulkan kerusakan di tempat penambangannya. Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan di tempat penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas hidup manusia yang berada di lingkungan tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih baik, dengan kelengkapan infrastrukturnya. Karena itu, kegiatan penambangan dapat menjadi daya tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan tersebut. Sering pula dikatakan bahwa bahwa kegiatan penambangan telah menjadi lokomotif pembangunan di daerah tersebut. Akan tetapi, tidaklah mudah menepis kesan bahwa penambangan dapat menimbulkan dampat negatif terhadap lingkungan. Terlebih-lebih penambangan yang hanya mementingkan laba, yang tidak menyisihkan dana yang cukup untuk memuliakan lingkungannya. Hal ini dapat dipahami jika disadari bahwa infestasi telah menelan banyak biaya, yang bila semuanya dihitung dengan harga dana, yaitu bunga pinjaman, maka faktor yang paling mudah dihapuskan adalah faktor lingkungan. Kesadaran manusia untuk meningkatakan kualitas lingkungan dan memperhitungkannya sebagai baya dalam kegiatan tersebut, atau dikenal sebagai Internasionalisasi biaya eksternal, menyebabkan perhitungan cost-benefit suatu penambangan berubah. Dalam hal ini, faktor harga komoditas mineral sangat penting, tetapi lebih

11

penting lagi pergeseran cut off grade, yaitu pada tingkat mana suatu jebakan mineral dapat disebut ekonomis. Upaya lanjutan adalah penelitian untuk meningkatkan teknologi proses. Dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan penambangan berskala besar, baik dalam ukuran teknologi maupun investasi, dapat berukuran besar pula. Namun pengendaliannya lebih memungkinkan ketimbang pertambangan yang menggunakan teknologi yang tidak memadai apalagi danannya terbatas. Memang pada kenyataannya, perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh kegiatan penambangan terbuka dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Di samping pengupasan tubuh tanah atau soil dan bopengbopengnya permukaan bumi, penambangan juga menghasikan gerusan tanah, mulai dari yang kasar sampai yang halus yang merupakan sisa atau ampas buangan disebut Tailing. Dan biasanya selalu menggunung di lokasi penambangan atau dibuang ke sungai sehingga menyebabkan banjir dan sungai mengalami kedangkalan. Selain itu juga bisa berakibat pada pencemaran sungai yang menyebabkan ekosistem sungai bisa terganggu. Manusia yang ditinggal disekitar sungai juga akan terkena dampak dari pencemaran ini. Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan pasir, batu, Emas, Batu bara, Nikel dan Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negara dan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan pengangkut berat. Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk

12

bahan mentah sehingga harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya terhadap industri penambangan kita. Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah dengan pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan. B. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kegiatan penambangan pasti menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik terhadap tumbuhan, hewan dan manusia serta wilayah yang ada di sekitannya. Untuk itu sebelum memulai sebuah kegiatan penambangan perlu ada suatu studi atau telaah mengenai analisis dampak lingkungan atau yang disingkat AMDAL guna mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dalam kaitan dengan hal ini pemerintah harus meyeleksi secara ketat para pemegang mengenai Kuasa Penambangan lingkungan sehingga betul-betul sejak melaksanakan AMDAL sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peraturan perundangan dampak berkembang diundangkannya Undang-Undang No. 4/1982, Undang-Undang No. 23/1997 serta Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 389K/008/MPE/1995 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Untuk menyederhanakan prosedur, pemerintah harus membuat daftar kegiatan yang sudah berjalan atau yang disebut listing, yang didasarkan ada luas jangkuan kegiatan dan skala produksinnya. Semua kegiatan penambangan yang termasuk dalam daftar diharuskan membuat

13

AMDAL, sedangkan tidak termasuk dalam daftar diharuskan membuat UKL dan UPL. Kegiatan yang menyusun AMDAL adalah kegiatan penambangan yang berada di lokasi yang sensitif terhadap lingkungan seperti hutan lindung, daerah cagar budaya dan cagar alam. Dalam undang-undang No. 11/1967 mengenai pertambangan telah dicantumkan pula daerah yang tidak diperkenankan untuk dijadikan ajang kegiatan penambangan antara lain kuburan, cagar budaya, bangunan penting seperti jembatan, instalasi militer dan sebagainya.

14

BAB V PENUTUP

A. Simpulan Kegiatan penambangan pasir di sungai Lukulo desa Kedung Kracak menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu dampak fisik, kimiawi, biologis dan dampak sosial ekonomi. Dampak fisik dan kimiawi antara lain: terjadinya peningkatan debu yang menyebabkan kualitas udara menurun, terjadinya peningkatan kebisingan karena akibat aktivitas lalulintas kendaraan truk, terjadinya penurunan kualitas air dan kuantitas air (debit air) sebagai akibat dari pencucian pasir-pasir, terjadinya perubahan topografi/morfologi (bentangan lahan) yang disebabkan oleh kegiatan penambangan, badanbadan jalan akan rusak akibat lalulintas kendaraan yang padat. Dampak biologisnya antaralain: Terjadinya penurunan keanekaragaman flora karena banyak tumbuhan yang harus ditebang untuk membuka lokasi tambang dan juga jalan raya sebagai akses keluar masuk kendraan proyek, terjadinya penurunan keanekaragaman fauna karena terbatasnya habitat akibat pembukaan lokasi tambang. Dampak sosial ekonomi: penyerapan tenaga kerja karena sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja di penambangan pasir, adanya pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan untuk diambil pasirnya dengan harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut menambang sehingga dapat menimbulkan konflik. B. Saran 1. Membentuk Lukulo, lembaga khusus yang menangani pengelolaan kegiatan penambangan di desa Kedung Kracak, kawasan sungai

15

2. Penyusunan zonasi pertambangan yang memuat lokasi-lokasi yang dicadangkan untuk penambangan berdasarkan keberadaan deposit bahan tambang dan pertimbangan ekologis, 3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat berdasarkan potensi lokal, sehingga ketergantungan terhadap sumber bahan tambang menjadi berkurang.

16

You might also like