You are on page 1of 45

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan lingkungan lokal, regional, dan internasional saat ini berimplikasi terhadap penanganan penyelenggaraan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan yang ada. Berkaitan dengan perkembangan tersebut, kebutuhan untuk memenuhi tuntutan meningkatkan mutu pendidikan sangat mendesak terutama dengan ketatnya kompetitif antar bangsa di dunia dalam saaat ini. Sehubungan dengan hal ini, paling sedikit ada tiga fokus utama yang perlu diatasi dalam penyelenggaraan pendidikan nasional, yaitu: (i) upaya peningkatan mutu pendidikan; (ii) relevansi yang tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan, dan (iii) tata kelola pendidikan yang kuat. Depdiknas menempatkan ketiga hal tersebut dalam rencana strategis pembangunan pendidikan nasional tahun 2004-2009, namun disadari bahwa ketiganya tetap mendesak dan relevan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional pada waktu yang akan datang. Atas dasar itu, Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (Puslitjaknov) Balitbang Depdiknas dalam simposium nasional hasil penelitian pendidikan pada tahun 2009 mengangkat peningkatan mutu pendidikan, relevansi, dan penguatan tata kelola sebagai tema. Simposium nasional penelitian dan inovasi pendidikan tahun 2009 merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Puslitjaknov Balitbang Depdiknas sebagai wahana dan wadah untuk menjaring informasi hasil penelitian, pengembangan, dan gagasan inovatif yang bermanfaat dalam memberikan bahan masukan bagi pengambilan kebijakan pendidikan nasional. Kata inovasi seringkali dikaitkan dengan perubahan, tetapi tidak setiap perubahan dapat dikategorikan sebagai inovasi. Rogers (1983 : 11) memberikan batasan yang dimaksud dengan inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh seseorang atau kelompok adopter lain. Kata "baru" bersifat sangat relatif, bisa karena seseorang baru mengetahui, atau bisa juga karena baru mau menerima meskipun sudah lama tahu. 1.2 Batasan Masalah Adapun batasan masalah pada makalah ini adalah: 1. Apa Pengertian inovasi pendidikan? 2. Apa Tujuan Inovasi Pendidikan? 3. Apa Sasaran Program Pembaruan (Inovasi) dalam Bidang Pendidikan? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari Penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. Bagaimana Pengertian inovasi pendidikan? 2. Bagaimana Tujuan Inovasi Pendidikan? 3. Bagaimana Sasaran Program Pembaruan (Inovasi) dalam Bidang Pendidikan? 1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan untuk penyusunan makalah ini adalah metode pustaka, yaitu penulis mengambil data-data dari beberapa sumber seperti buku dan internet. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Inovasi Pendidikan Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaharuan dan perbuahan. Inovasi ialah suatu perubahan yang baru yang menuju ke arah perbaikan yang lain atau berbeda dari yang sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan bererncana (tidak secara kebetulan saja). Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovsi oendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memcahkan masalah pendidikan. Demikian pula Ansyar, Nurtain (1991) mengemukakan inovasi adalah gagasan, perbuatan, atau suatu yang baru dalam konteks social tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi. Selanjutnya dijelaskan bahwa sesuatu yang baru itu mungkin sudah lama dikenal pada konteks sosial lain atau sesuatu itu sudah lama dikenal, tetapi belum dilakukan perubahan. Dengan demikian, daat disimpulkan bahwa inovasi adalah perubahan, tetapi tidak semua perubahan adalah inovasi. Pembaharuan (inovasi) diperlukan bukan saja dalam bidang teknologi, tetap ijuga di segala bidang termasuk bidang pendidikan.pembaruan pendidikan diterapkan didalam berbagai jenjang pendidikan juga dalam setiap komponen system pendidikan. Sebagai pendidik, kita harus mengetahui dan dapat menerapkan inovasi-inovasi agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal. Kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya sehingga akan muncul pengakuan yang rill dari siswa, orang tua dan masyarakat. Namun sekolah/ lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill apabila warga sekolah tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya dengan latar belakang kekuatan, kelemahan tantangan dan hambatan yang ada. 2.2 Tujuan inovasi Menurut Santoso (1974), tujuan utama inovasi adalah, yakni meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas: sarana serta jumlah pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunana), dengan menggunakan sumber, tenga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya. Tahap demi tahap arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia:

a. Mengajar ketinggalan-ketinggala yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajara dengan kemjuan tersebut b. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga Negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. 2.3 Sasaran Program Pembaruan (Inovasi) dalam Bidang Pendidikan Sasaran yang dimaksud di sini adalah komponen-komponen apa saja dalam bidang pendidikan yang dapat menciptakan inovasi. Pendidkan adalah suatu sistem maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas, misalnya sistem pendidikan nasional. Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau komponen sistem sosial dengan pola yang dikemukakan oleh B. Milles, seperti yang dikutip oleh Ibrahim (1988). 2.3.1 Pembinaan Personalia Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial menempatkan personal (orang) sebagai bagian/komponen dari sistem. Adapun inovasi yang sesuai dengan pembinaan personal, yaitu peningkatan mutu guru, sistem kenaikanpangkat, peningkatan disiplin siswa melalui tata tertib dan sebagainya. 2.3.2 Banyaknya Personal dan Wilayah Kerja Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspek ini, misalnya rasio guru dan siswa dalam satu sekolah. 2.3.3 Fasilitas Fisik Sistem pendidikan untuk mendayagunakan sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Inovasi yang sesuai dengan komponen ini, misalnya pengaturan tempat duduk siswa,pengaturan papan tulis, pengaturan peralatan laboratorium bahasa, penggunaan kamera video. 2.3.4 Penggunaan Waktu Dalam sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan pengunaan waktu. Inovasi yang sesuai dengan aspek ini, misalnya pengaturan waktu belajar (pagi atau siang), pengaturan jadwal pelajaran. 2.3.5 Perumusan Tujuan Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovas iyang sesuai dengan aspek ini, misalnya perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional, perubahan rumusan tujuan kurikuler, perubahan rumusan tujuan institusional, perubahan rumusan tujuan instruksional. 2.3.6 Prosedur Dalam sistem pendidikan tentu saja memiliki prosedur untuk mencapai tujuan. Adapun inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini adalah penggunaan kurikulum baru, cara membuat rencana pengajaran, pengajaran secara kelompok dan sebagainya. 2.3.7 Peran yang Diperlukan Dalam sistem pendidikan perlu adanya kejelasan peran yang diperlukan guna menunjang

pencapaian tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini, misalnya peran guru sebagai pemakai media, peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai team teaching. BAB III KESIMPULAN Pembaharuan (inovasi) diperlukan bukan saja dalam bidang teknologi, tetap ijuga di segala bidang termasuk bidang pendidikan.pembaruan pendidikan diterapkan didalam berbagai jenjang pendidikan juga dalam setiap komponen system pendidikan. Sebagai pendidik, kita harus mengetahui dan dapat menerapkan inovasi-inovasi agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal. Kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya sehingga akan muncul pengakuan yang rill dari siswa, orang tua dan masyarakat. Namun sekolah/ lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill apabila warga sekolah tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya dengan latar belakang kekuatan, kelemahan tantangan dan hambatan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA Drs. H. Fuad Ihsan, dasar-Dasar Kependidikan. Rineka Cipta, 1997 www.Google.com www.anakciremai.com DOWNLOAD FILE LENGKAP VERSI MICROSOFT WORD KLIK DI SINI

http://kwarta.wordpress.com/2005/02/12/inovasi-pendidikan-berbasis-ict-di-indonesia/ Inovasi Pendidikan Berbasis ICT di Indonesia Sabtu, 12 Februari 2005 Written by Kwarta Adimphrana Kiranya tidak dapat kita pungkiri bahwa komputer dan internet telah menjadi pemicu tumbuhnya ICT sepesat ini. Demikian pula di Indonesia, dimana pendidikan baru menyentuh atmosfir ICT di penghujung dekade 1990-an. Disini kami sadari bahwa hal ini memang agak terlambat dibanding negara-negara tetangga kami. ICT memang menuntut kecakapan komunikasi global, sementara saat itu di Indonesia tidak banyak SDM yang memiliki kecakapan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan mampu mengoperasikan komputer. Inilah pekerjaan rumah tersulit kami di awal implementasi ICT di dunia pendidikan. Sebagai departemen yang menangani hal-ihwal pendidikan di Republik Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional merasa tertantang untuk menjawab situasi dan kondisi tersebut. Maka sebagai direktorat yang menangani sekolah-sekolah menengah kejuruan dan teknologi, akhirnya Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan mengambil inisiatif untuk menjemput tantangan tersebut dengan penuh semangat dan strategi. Langkah pertama, kami membentuk mailing-list dikmenjur sebagai media informasi dan komunikasi internal Dikmenjur. Mailing-list ini diikuti oleh beberapa staf Dikmenjur, kepala sekolah dan guru SMK yang peduli dan memiliki talenta ICT. Mailing-list ini resmi dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1999 (saat ini memiliki anggota 2000-an). [dikmenjur@yahoogroups.com] Langkah kedua, kami mengakomodasi ide yang dikirim dan didiskusikan di mailing-list Dikmenjur. Maka pada bulan Agustus-September 2000, Direktorat Dikmenjur bekerjasama dengan ITB Bandung mengundang beberapa aktifis mailing-list Dikmenjur untuk mengikuti training Technical Support, Help Desk dan Web Design di PPPGT Bandung. Langkah ketiga, berdasarkan pantauan dan seleksi pasca training ICT di PPPGT Bandung, maka pada hari Selasa, 2 Januari 2001 jam 17:47 PM (MST), Direktur Dikmenjur mengirim e-mail

pribadi bersubyek: Team Percepatan Internetisasi v1.2 kepada beberapa guru eks peserta training Technical Support, Help Desk dan Web Design yang dinilai memiliki karakter dan talenta kuat untuk mengembangkan Pendidikan berbasis ICT. Kelak tim kecil inilah yang banyak mendukung program-program ICT Dikmenjur secara praktis maupun strategis. Dikmenjur bersama Tim ICT-nya (dulu Team Percepatan Internetisasi v 1.2) telah melakukan berbagai inovasi ICT berkelanjutan di berbagai bidang pendidikan. Beberapa diantaranya dapat kami paparkan berikut ini. Di bidang sumber daya manusia, kami telah (1) membuka program tandem SMK Teknologi Informasi (SMK-TI) yang mulai dilaksanakan pada tahun 2000. Program ini dilaksanakan di SMK yang memiliki SDM potensial dan sumber daya sarana TI yang memadai. Siswa yang berminat dapat mengikuti diklat TI seusai jam pelajaran regular. Diklat dirancang dengan pola 200 jam dan diakhir diklat dilaksanakan uji kompetensi oleh Institut Teknologi Bandung (ITB). (2) membentuk Jaringan Informasi Sekolah (JIS) di beberapa kota atau kabupaten mulai tahun 2001, JIS ini merupakan kumpulan guru-guru SMP, SMA dan SMK yang memiliki potensi di bidang hardware, software dan network. Pada umumnya JIS memiliki mailing-list sebagai sarana berbagi pengalaman dan diskusi tentang ICT. Saat ini puluhan JIS tumbuh diberbagai kota, beberapa diantaranya kelak menjadi embrio program WAN Kota. (3) menyelenggarakan crash program D4 dan S2 Teknologi Informasi. Program ini dibuka pada tahun 2002-2004 dan diikuti oleh guru-guru SMK yang terseleksi dan sangat potensial di bidang ICT. D4-TI diselenggarakan atas kerjama dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) di Surabaya, sedangkan S2-TI diselenggarakan atas kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) di Bandung. Di bidang sumber daya sarana dan prasarana, kami telah (1) membangun Jaringan Komputer dan Internet (Jarnet). Program yang dimulai pada tahun 2001 ini bertujuan untuk membantu SMK yang sudah memiliki laboratorium komputer namun belum memiliki jaringan komputer dan koneksi internet. Dengan subsidi ini SMK akan memiliki LAN yang menjaring 1 unit PC Server dan 10 unit PC Client. (2) mengembangkan Wide Area Network di dalam kota (WAN Kota). Program ini dikembangkan mulai tahun 2003 di beberapa kota yang telah memiliki JIS aktif. WAN Kota memungkinkan terbentuknya jaringan komputer nirkabel antar sekolah melalui medium frekuensi radio 2,4 GHz (WiFi). Salah satu SMK menjadi sentral WAN Kota, dimana Server Web, Mail, Database, dan E-learning serta Base Transceiver Station (BTS) berada. WAN Kota memberikan fasilitas intranet dan internet kepada sekolah-sekolah yang menjadi client-nya. Saat ini ada WAN Kota yang memiliki 36 client yang terdiri dari: SMK, SMA, SMP, VEDC, Universitas, dan Kantor Walikota. [http://www.jis-wan.or.id/]

(3) membangun Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT Center). Program ini dikembangkan mulai tahun 2004 di beberapa kota yang telah memiliki WAN Kota aktif. ICT Center memiliki fasilitas 1 laboratorium komputer, 1 ruang konferensi multimedia dan 1 perpustakaan digital. Laboratorium komputer dan ruang konferensi multimedia masing-masing difasilitasi 1 unit PC Server, 20 unit PC Client, 1 unit LCD Projector, dan 1 buah Handycam. Sedangkan perpustakaan digital difasilitasi 1 unit PC Server dan 10 unit PC Client. ICT Center dirancang sebagai prasarana dan sarana diklat ICT bagi guru-guru TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, MI, MTs, dan MA di kota tersebut. Sebagai sentral, ICT Center juga melayani 3 buah SMK Sister (client WAN Kota, berada pada radius 5 km dari Sentral) dalam program Distance Learning dengan menggunakan sistem televideo conference. (4) menyiapkan Mobile Training Unit ICT (MTU-ICT). Program ini dikembangkan mulai tahun 2004 di kabupaten yang memiliki kecamatan-kecamatan terpencil dan telah memiliki JIS aktif. MTU-ICT merupakan mobil van yang dilengkapi laboratorium komputer dengan fasilitas 1 unit Notebook Server, 20 unit Notebook Client, 1 unit LCD Projector, dan 1 buah handycam. Di dalam mobil van juga dilengkapi 1 buah Telepon CDMA untuk koneksi dial-up internet dan 1 unit Acces Point (WiFi) 2,4 GHz sebagai Hot-Spot. Seperti halnya ICT Center, MTU-ICT ini juga dirancang sebagai prasarana dan sarana diklat ICT bagi guru-guru TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, MI, MTs, dan MA di kecamatan-kecamatan terpencil. (5) membangun Radio Pendidikan. Program ini dikembangkan mulai tahun 2004 di beberapa kota yang telah memiliki JIS aktif. Radio Pendidikan ini menggunakan frekuensi FM dengan kekuatan jangkauan siar minimum 10 km-an. Segmen pendengar radio ini adalah guru dan siswa TK hingga SMA, karenanya program-program acaranya disusun sesuai kebutuhan mata diklat yang diajarkan di sekolah. Konsep radio ini education and entertainment (edutainment). Bagi kota yang telah memiliki WAN Kota, maka Radio Pendidikan ini dapat juga diintegrasikan dengan infrastruktur dan web portal WAN Kota sebagai media komunikasi kepada pendengarnya. Di bidang kurikulum, kami telah menyusun dan menerbitkan (1) Kurikulum tandem SMK-TI: meliputi program keahlian Technical Support (TS), Web Design (WD) dan Help Desk (HD) tahun 1999. (2) Kurikulum SMK Edisi 1999: program keahlian Teknik Informasi Komersial di bawah bidang keahlian Elektronika. (3) Kurikulum SMK Edisi 2004: program keahlian Teknik Komputer Jaringan, Rancangan Perangkat Lunak, dan Multimedia di bawah bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi tahun 2004. Di bidang sistem pendidikan, kami telah mengembangkan (1) web seleksi penerimaan siswa baru (PSB Online). Web ini dikembangkan mulai tahun 2002. Fungsi utama web ini adalah menyeleksi calon siswa baru di sebuah sekolah berdasarkan data nilai ujian nasional. Disini calon siswa baru dapat memilih beberapa sekolah sekaligus dengan

skala prioritas yang dikehendaki. Kemudian secara otomatis program akan menguji data nilai yang bersangkutan dengan ribuan data nilai calon siswa baru lainnya. Jika data nilai yang bersangkutan kalah berkompetisi di sekolah pilihan I, maka secara otomatis program akan menguji data nilai tersebut di sekolah pilihan II dan seterusnya. Hasil seleksi akan diumumkan secara real time melalui web, sehingga orang tua dan calon siswa baru dapat memantau posisi terakhir di sekolah mana calon yang bersangkutan diterima (terseleksi). Web PSB Online ini terbukti berjalan aman, fair, transparan, jujur, dan demokratis. [malang.psb-online.or.id] (2) web portal pemetaan sekolah (School Mapping). Web ini dikembangkan mulai tahun 2004. Fungsi utama web ini adalah sebagai pusat data dan informasi pendidikan di Indonesia. Datadata pada web ini di-import dari 416 Tim School Mapping yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Tim School Mapping dikoordinir oleh seorang guru SMK terlatih dan beranggotakan 20-an siswa SMK sebagai operator. [schomap.dikmenjur.net] Di bidang pengabdian masyarakat, kami melibatkan guru-guru dan siswa-siswi SMK terlatih sebagai koordinator simpul provinsi, koordinator subsimpul kabupaten/kota, supervisor dan operator kecamatan pada kegiatan (1) data entry hasil penghitungan suara (Situng Pemilu) pemilihan legislatif (5 April 2004), pemilihan presiden putaran 1 (5 Juli 2004) dan putaran 2 (20 September 2004) di seluruh Indonesia (bekerjasama dengan IT-KPU Indonesia). (2) data entry hasil pemetaan sekolah (School Mapping) di seluruh Indonesia (bekerjasama dengan Departmen Pendidikan Nasional). Kami sadar bahwa tidak ada kata berhenti di dalam kamus inovasi, apalagi inovasi di bidang pendidikan yang berbasis ICT. Namun kami optimis dan bangga, karena Tim ICT kami telah mencetak generasi II yang merata di seluruh provinsi. Oleh karena itu kami tetap pada komitmen untuk mencerdaskan bangsa melalui inovasi ICT. Di bidang sumber daya manusia, kami akan menyelenggarakan crash program D4 spesialis Teknik Komputer Jaringan, Rancang Perangkat Lunak, Multimedia, Animasi, dan Teknik Penyiaran Radio & Televisi pada tahun 2005. Di bidang sumber daya sarana dan prasarana, kami akan membangun (1) Koneksi Internet antar SMK seluruh Indonesia [SMK Internet Exchange] pada tahun 2005 (2) Jaringan Wirausaha antar SMK seluruh Indonesia [SMK Enterpreneur Network] pada tahun 2005 (3) Jaringan Ekonomi [Bisnis] antar SMK seluruh Indonesia [SMK Incorporated] pada tahun 2006. Di bidang kurikulum, kami akan menyusun dan menerbitkan Suplemen Kurikulum SMK Edisi 2004: program keahlian Animasi di bawah bidang keahlian Seni Rupa dan Teknik Penyiaran

Radio & Televisi di bawah bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi pada tahun 2005. Di bidang sistem pendidikan, pada tahun 2005 yang akan datang kami akan mengembangkan (1) web portal uji kompetensi siswa SMK (2) web portal bursa kerja tamatan SMK (3) web katalog produk dan jasa unggulan SMK Di bidang pengabdian masyarakat, pada tahun 2005-2006 yang datang kami akan kembali melibatkan guru-guru dan siswa-siswi SMK terlatih sebagai koordinator simpul provinsi, koordinator subsimpul kabupaten/kota, supervisor dan operator kecamatan pada kegiatan (1) data entry hasil monitoring dan evaluasi proyek-proyek Broad Based Education Life Skill (BBE-LS) di seluruh Indonesia (2) data entry hasil akreditasi sekolah di seluruh Indonesia (3) data entry hasil penghitungan suara Pemilihan Bupati/Walikota 2005 (4) data entry hasil penghitungan suara Pemilihan Gubernur 2006 Kemitraan dalam mengembangkan Pendidikan Berbasis ICT menjadi bagian yang penting dalam perjalanan kami, karenanya kami menjalin kerjasama dengan beberapa vendor hardware, vendor software, provider internet, operator telekomunikasi, operator selular, dan pihak-pihak lain yang berkomitmen pada pengembangan ICT di Indonesia. Salah satu mitra terbaik kami adalah Microsoft Indonesia. Dalam catatan kami, Microsoft Indonesia telah banyak mendukung usaha kami, antara lain berwujud (1) bantuan komputer, (2) bantuan software, (3) bantuan training untuk guru-guru SMK, (4) konsultasi dan validasi penyusunan materi mata diklat Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) serta program keahlian Rancangan Perangkat Lunak (RPL) pada Kurikulum SMK Edisi 2004. Adapun langkah kongkret yang akan kami laksanakan bersama Microsoft Indonesia mulai tahun 2005 nanti adalah program Partners in Learning dalam wujud paket: (1) Partner in Learning Grant berupa bantuan sumber daya training ICT bagi puluhan ribu guru. (2) School Agreement Subscription Licensing Program berupa legalisasi Windows XP dan Office 2003 untuk puluhan ribu PC/Notebook sekolah. Melalui program Partner in Learning ini diharapkan setiap guru dapat (1) membuat materi pemelajaran dengan Microsoft Word, (2) membuat daftar nilai dan evaluasi pemelajaran dengan Microsoft Excel, (3) membuat media pemelajaran dengan Microsoft PowerPoint, (4) menggali dan mengelola informasi dengan Internet Explorer, (5) mengelola kelas dengan NetMeeting, Windows Media Player dan Messenger, dan (6) mengenal dan memahami Hak atas Kekayaan Intelektual. Sementara target yang ingin kami capai dari Training ICT bagi guru selama 4 tahun kedepan adalah sebagai berikut: - Tahun 2005: 10% dapat bekerja dengan komputer - Tahun 2006: 20% dapat bekerja dengan komputer + 5% dapat membuat modul pemelajaran

berbasis multimedia - Tahun 2007: 40% dapat bekerja dengan komputer + 10% dapat membuat modul pemelajaran berbasis multimedia + 5% dapat membuat media e-learning berbasis web di internet - Tahun 2008: 60% dapat bekerja dengan komputer + 25% dapat membuat modul pemelajaran berbasis multimedia + 10% dapat membuat media pemelajaran berbasis web di internet + 5% dapat mengelola sistem kelas jarak jauh berbasis ICT (multimedia, web, radio, televisi,) Seiring peningkatan angka pertumbuhan kemampuan guru bekerja dengan komputer dan internet, maka diperkirakan angka kebutuhan PC/Notebook dan bandwidth internet bagi guru di Indonesia juga akan meningkat secara signifikan. Disisi lain kita berharap pasar PC, Notebook, Operating System, Application Program, dan Peripheral dapat merespon positif dengan ketersediaan dan harga yang relatif murah dan terjangkau. Demikian pula kita berharap pada layanan internet yang berjangkauan luas hingga meliputi seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Namun demikian, subsidi bukanlah solusi untuk mewujudkan impian 1 guru 1 komputer. Oleh karena itu kita berharap adanya peningkatan gaji guru yang proporsional, sehingga guru-guru memiliki kemampuan untuk membeli sebuah PC atau Notebook, berlangganan internet, membeli buku-buku dan berlangganan majalah atau jurnal yang menunjang profesi dan karirnya. Disisi lain masih kami dapati kenyataan yang kurang kondusif dalam pengembangan pendidikan berbasis ICT, antara lain - anggaran pendidikan baru mencapai 5%, belum mencapai 20% sebagaimana yang dianggarkan pada RABPN - beberapa kepulauan belum tersentuh aliran listrik dan saluran telekomunikasi yang diperlukan dalam implementasi ICT - kekurangan content web e-learning lebih banyak disebabkan karena ketidakbisaan guru menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam pembuatan modul pemelajaran dan pembuatan program evaluasi - ketidaksinambungan sebuah inovasi akibat ketidaksiapan SDM - pengembangan pendidikan berbasis ICT masih terpusat di jenjang SMA dan SMK, belum merata di TK, SD, SMP, SLB, MI, MTs, dan MA - polarisasi pengembangan ICT di K-12: disatu sisi pengembangan infrastruktur ICT menguat di SMK, sedangkan di sisi lainnya pengembangan content ICT menguat di SMA Demikian apa yang telah, sedang dan akan kami kembangkan di Indonesia. Kami sadar bahwa mengembangkan pendidikan berbasis ICT harus dikuti dengan itikad baik mengakui Hak atas Kekayaan Intelektual, sesungguhnya bukan karena adanya tekanan dari pihak manapun, melainkan karena kewajiban kami untuk mentaati Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Kami akui bahwa lembaga pendidikan termasuk pihak yang turut mengawali kegiatan penggandaan software secara ilegal di Indonesia, maka dari lembaga pendidikan pulalah kami harus mengakhirinya secara serius, tegas, gradual, dan sistemik. Kami berharap kemitraan yang telah terjalin akan berkesinambungan dan membawa kemanfaatan bersama dalam bidang pendidikan di Indonesia.

Demikian apa yang telah, sedang dan akan kami lakukan, semoga paparan ini dapat menjadi referensi bagi kita semua. Kwarta Adimphrana Guru SMK Negeri 4 Malang Tim ICT Dikmenjur Anggota Dewan Penasehat Manajer Pendidikan Microsoft Indonesia (Singapura, 12 November 2004) Kategori: Artikel Education Innovative Based on ICT in Indonesia My CV 2006

http://pgsd-kebumen09.blogspot.com/2010/09/inovasi-pendidikan-dan-faktor-yang.html INOVASI PENDIDIKAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI/ACHMAD KHOMSIN / K7109001 /A Perkembangan pendidikan secara nasional di era reformasi, yang sering disebut-sebut oleh para pakar pendidikan maupun oleh para birokrasi di bidang pendidikan sebagai sebuah harapan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini dengan berbagai strategi inovasi, ternyata sampai saat ini masih belum menjadi harapan. Bahkan hampir dikatakan bukan kemajuan yang diperoleh, tapi sebuah kemunduran yang tak pernah terjadi selama bangsa ini berdiri. Kalimat tersebut mungkin sangat radikal untuk diungkapkan, tapi inilah kenyataan yang terjadi dilapangan, sebagai sebuah ungkapan dari seorang guru yang mengkhawatirkan perkembangan pendidikan dewasa ini. Tidak dapat dipungkiri, berbagai strategi dalam perubahan kurikulum, mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai pada penyempurnaannya melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan sebuah inovasi kurikulum pendidikan yang sangat luar biasa, bahkan sangat berkaitan dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni yang menyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan usia dini,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip MBS. Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Maka dapat ditarik kesimpulan Ibahwa Inovasi pendidikan adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi dunia pendidkan. Contoh bidangnya adalah Managerial, Teknologi, dan Kurikulum. Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan. Faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan 1.Guru Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas.Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan

seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya. (Wright 1987) 2. Siswa Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bias terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya. 3.Kurikulum Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam

proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.unsur-unsur lain dalampendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikantidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Olehkarena itu, dalampembahruanpendidikan, perubahan itu henda nya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan darikedua-duanya akan berjalan searah. 4. Fasilitas Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisadiabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakanhal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan.Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bias dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya. 5. Lingkup Sosial Masyarakat. Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak,baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaanpembahruan pendidikan.Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukandalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bias merusak apabila mereka tidak diberitahu ataudilibatkan. Keterlibatan

masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.

http://www.scribd.com/doc/11434260/Makalah-tentang-inovasi-pendidikan MAKALAH INOVASI PENDIDIKAN KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWt yang telah melimpahkan rahmat-NYA kepada kami sehingga makalah ini selesai tanpa ada halangan sesuatu apapun. Makalah ini dibuat sebagai wujud rasa peduli kami pada dunia pendidikan dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah pengantar pendidikanDalam proses pendalaman materi pengantar pendidikan ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada : 1. Ayah bunda tercinta yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada anak anaknya. sungguh segala darma baktiku tidak layak disejajarkan dengan ketulusan mereka berdua 2. Dosen pembimbing bapak Drs. Nafaan Abu Mansur, MPd. 3. Teman-teman di kampus STITMAS terimakasih atas saran dan diskusinya 4.

Kepada teman-teman dan adik-adik saya di Masabynet member terimakasih juga. adanya kalian memberi semangat disetiap langkahku. 5. Dan kepada teman-teman yang tak mungkin bisa saya sebutkan satu persatu saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Semoga Allah SWT membalas amal perbuatan kita semua dan mengampuni dosa-dosa yang sudah kita perbuat.Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik konstruktif dari semua pihak sangat kami harapkan. Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat. Sambogunung, 16 Januari 2009 Penulis MASYHADI

Pendahuluan Tidak bisa diragukan lagi bahwasanya manusia tak akan terlepas dengan mengeksplorasi segala sumber daya yang dimilikinya. Dengan cara mencurahkan segala daya dan kemampuanya untuk selalu berinofasi menemukan sesuatu yang baru yang dapat membantu hidupnya menjadi lebih baik. Jika manusia tidak menggali segala kemampuanya maka ia akan tertinggal bahkan tergerus oleh zaman yang selalu berkembang. Dalam dunia pendidikan Inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan karena tanpa inovasi akan terjadi kemandekan pada dunia pendidikan yang kemudian berimbas pada pada elemenelemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, social dan lain-lain. 2. Pengertian Inovasi Pendidikan Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang

(masyarakat). Maka dapat ditarik kesimpulan Ibahwa Inovasi pendidikan adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi dunia pendidkan. Contoh bidangnya adalah Managerial, Teknologi, dan Kurikulum Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan. 3. Inovasi pendidikan dan model pembelajaran di Indonesia a. Top Down Inovation Inovasi model Top Down ini sengaja diciptakan oleh atasan (pemerintah) sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.Contoh adalah yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasinal selama ini. Seperti penerapan kurikulum, kebijakan desentralisasi pendidikan dan lain-lain. b. bottom up Inovation Yaitu model ionovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Biasanya dilakukan oleh para guru. c. Desentralisasi dan Demokratisasi pendidikan. Perjalanan pendidikan nasional yang panjang mencapai suatu masa yang demokratis kalau tidak dapat disebut liberal-ketika pada saat ini otonomisasi pendidikan melalui berbagai instrument kebijakan, mulai UU No. 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, privatisasi perguruan tinggi negeri-dengan status baru yaitu Badan Hukum Milik Negara (BHMN) melalui PP No. 60 tahun 2000, sampai UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang mengatur konsep, sistem dan pola pendidikan, pembiayaan pendidikan, juga kewenangan di sektor pendidikan yang digariskan bagi pusat maupun daerah. Dalam konteks ini pula, pendidikan berusaha dikembalikan untuk melahirkan insan-insan

akademis dan intelektual yang diharapkan dapat membangun bangsa secara demokratis, bukan menghancurkan bangsa dengan budaya-budaya korupsi kolusi dan nepotisme, dimana peran pendidikan (agama, moral dan kenegaraan) yang didapat dibangku sekolah dengan tidak semestinya. Jika kita merujuk pada undang-undang Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang otonomi pemerintahan daerah maka Desentralisasi pendidikan bisa diartikan sebagai pemberian kewenangan untuk mengatur pendidikan di daerah. Ada dua konsep desentralisasi pendidikan. Pertama, desentralisasi kewenangan di sektor pendidikan. Desentralisasi lebih kepada kebijakan pendidikan dan aspek pendanaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Kedua, desentralisasi pendidikan dengan fokus pada pemberian kewenangan yang lebih besar di tingkat sekolah. Konsep pertama berkaitan dengan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke daerah sebagai bagian demokratisasi. Konsep kedua lebih fokus mengenai pemberian kewenangan yang lebih besar kepada manajemen di tingkat sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. d. KTSP KTSP yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang bersifat operasional dan dilaksanakan dimasing-masing tingkat satuan pendidikan. Landasan hukum kurikulum ini yaitu Undang-undang Sikdiknas No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun oleh masing-masing sekolah dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Penyerahan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tiap sekolah dengan mengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan bertujuan agar kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan karakter dan tingkat kemampuan sekolah masingmasing. Pedoman penilaian dan penentuan kelulusan peserta didik mengacu pada SKL yang meliputi kompetensi untuk kelompok mata pelajaran atau kompetensi untuk seluruh mata pelajaran yang dinilai berdasarkan kualifikasi kemampuan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar isi merupakan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

e. Quantum learning Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan. Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Mereka mengasumsikan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belaja f. Contextual Teaching and Learning /CTL Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual g. cooperative learning

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. f. Active learning Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. g. PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya

secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. 4. Kendala-kendala Dalam Inovasi Pendidikan Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan a.konflik dan motivasi yang kurang sehat b. lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan c. keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi d. penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi e. kurang adanya hubungan sosial dan publikasi (Subandiyah 1992:81). 5. Penolakan (Resistance) Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksanaan inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut: 1. Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru. atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka. 2. Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang, karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Disamping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka. Hal senada diungkapkan pula Day dkk (1987) dimana guru tetap mempertahankan sistem yang ada. 3. Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Munro (1987:36) yang mengatakan bahwa "mismatch between teacher's intention and practice is important barrier to the success the innovatory program".

of

4. Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finasial dan keuangannya sudah tidak ada lagi. Dengan demikian pihak sekolah atau guru hanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di pusat dan tidak punya wewenang untuk merubahnya. 5. Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka.

5. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi pendidikan Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan, 1. Guru Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya. (Wright 1987) 2. Siswa

Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya. 3. Kurikulum Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah. 4. Fasilitas Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya. 5. Lingkup Sosial Masyarakat. Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaan pembahruan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung,

sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan. 6. Kesimpulan Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tapi harus melibatakan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh satu atau dua faktor saja, tapi juga oleh masyarakat serta kelengkapan fasilitas

DAFTAR PUSTAKA Inovation . Dalam situs http://WWW. Shafe.Tripod.com// Inov.htm. Dikunjungi 23 Desember 2008. Noor, Idris H.M. Sebuah tinjauan teoritis tentang inovasi pendidikan di Indonesia. Dalam situs http://WWW.pdk.go.id/balitbang/publikasi/Jurnal/no_026/sebuah_Tinjauan_teoritis_ Idris.htm.dikunjungi 23 Desember 2008. Cece Wijaya, Djaja jajuri, A. Tabrani Rusyam. 1991. Upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Segena, Unggul. Desentralisasi dan Demokratisasi pendidikan di era otonomi daerah Dalam situs http://WWW.Sinarharapan.co.id/berita/0503/26/opi 02.htm Dikunjungi 25 Desember 2008. Soedibyo, moryati BRA. Komitmen bagi desentralisasi pendidikan. Dalam situshttp://WWW.Sinarharapan.co.id/berita/0503/26/opi 02.htm Dikunjungi 25 Desember 2008. Deporter, Bobbi. et.al. 2003. Quantum teaching. Bandung: Kaifa. Sudjana, nana dan Ahmad Rivai. 2003. teknologi pengajaran. Bandung: sinar baru Algensido. Silberman, L. Melvin. 2006. Active learning. Bandung: Nusamedia. Mahsunah. 2006. Implementasi pakem (pembelajaran Aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) pada mata pelajaran PAI di SDN BABAK SARI DUKUN GRESIK . Surabaya: IAIN Sunan Ampel (skripsi).

Inovasi pendidikan. Dalam situs http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/inovasi-pendidikan http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/inovasi-pendidikan. htm. dikunjungi Desember 2009

om weblog Inovasi Pendidikan http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/inovasi-pendidikan/ Pengertian Inovasi Pendidikan Inovasi adalah an idea, practice or object thatperceived as new by an individual or other unit of adoption. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan. Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Contoh bidangnya adalah : o o o Managerial Teknologi Kurikulum

Menurut Miles karakteristik inovasi adalah o o o o Deliberate Novel Specific Direction to goal attaintment

Aspek pokok yang mempengaruhi inovasi adalah : o o o Struktur Prosedur Personal

Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasilhasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan. 1. 1. 1. Principal 2. Superintendent 2. Teacher Dalam hal penerimaan atau sikap terhadap perubahan dua kelompok ini mempunyai pandangan dan sikap yang tidak selalu sama, karena peran yang dimainkan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan berbeda dan lingkungan kerja yang sering dijalani masing-masing juga berbeda Menurut Ernest R House, dalam pendidikan Administrator (Kepala dan Pengawas lebih mudah menerima inovasi disbanding guru karena : 1. 2. 3. 4. Sosial interaction inhibit diffusion across professional boundaries Teacher remain isolated in classroom which does not enhance the diffusion of new idea within the profession Never adopt innovation as a whole, only bits and pieces Passive adopter Praktisi Pendidikan dapat dikelompokan ke dalam : Administrator terdiri dari :

Dalam konteks Indonesia, inovasi pendidikan umumnya merupakan suatu gerakan yang bersifat top down,dalam arti inisiatif dalam melakukan inovasi selalu dating dari pihak pemerintah

Proses Inovasi Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, di sini ada unsure keputusan yang mendasarinya, oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation decision Process). Menurut Everett M Rogers proses keputusan

inovasi adalah the process through which abn individual (or other decision making unit) passes from first knowledge of an innovation,to forming an attitude toward the innovation, to a decision to adopt or reject, to implementation of the new ide, and to confirmation of this decision Prinsip-prinsip Komunikasi dalam proses inovasi 1. 2. 3. Mass media lebih penting/efektif pada tahap Knowledge Komunikasi interpersonal lebih penting/efektif pada tahap Persuasion Mass media lebih penting/efektif untuk adopter pemula

Atribut Dan Sumber-Sumber Inovasi 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. Terdapat lima atribut inovasi : Relative Advantage Compatibility Complexity Trialibility Observability Penjelasan : Kondisi dimana inovasi dipandang lebih baik dari ide sebelumnya,yang nampak dari keuntungan ekonomis, pemberian status, atau cara lainnya Keadaan dimana suatu inovasi dipandang konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan potensil adopter, atau inovasi itu dipandang sesuai dengan : 1) Socio cultural value and belief; 2) Previously introduces idea; 3) Clients needs for innovation Keadaan dimana inivasi dipandang secara relative sulit difahami dan digunakan. Keadaan ini berpengaruh negatif terhadap tingkat adopsi. Keadaan dimana suatu inovasi dapat diuji secara terbatas, kondisi ini berhubungan positif dengan tingkat adopsi. Keadaan dimana hasil suatu inovasi dapat dilihat orang lain. Kondisi ini berhubungan secara positif dengan tingkat adopsi Disamping hal tersebut di atas tingkat adopsi juga dipengaruhi oleh : 1. Tipe keputusaninovasi (optional, kolektif, otoritas)

3. 4. 5.

1. Communication (Saluran komunikasi) 2. Nature of Sosial system ( Norma, tingkat hubungan sosial) 3. Extent of Change agents (upaya promosi) Keinovatifan Dan Kategori Penerima Inovasi Keinovatifan (Innovativeness) adalah the degree to which an individual or other onit of adoption is relativelyearlier in adopting new ideas than other member of a system (Everett M Roger) 1. 2. 3. 4. 5. Kategori Adopter : Innovator Early adopter Early majority Late majority Laggards Ciri-cirinya : 1. Innovator : o o o Very eager to try new ideas Desire the hazardous, the rash, thedaring, risky Kosmopolitan

1. Early adopter o o Lokalist Has the greater degree of opinion leader (berperan to decrease uncertainty about new idea by adopting it)

1. Early Majority o o Deliberate before adopting a new idea Follow with deliberate willingness in adopting innovation, seldom lead

1. Late majority o o Adopt after average number of sosial system Approach innovation with skeptical

1. Laggards o o o Reference to the past, including in decision making Traditional Suspicious to innovation and change agent

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/0145.html Sebuah Tinjauan Teoritis Tentang Inovasi Pendidikan di Indonesia Oleh: Idris HM. Noor ___________________________________________________________________ Abstraksi Inovasi pendidikan menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan dari masa ke masa. Isu ini selalu juga muncul tatkala orang membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam inovasi pendidikan, secara umum dapat diberikan dua buah model inovasi yang baru yaitu: Pertama "top-down model" yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya inovasi pendidikan yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasinal selama ini. Kedua "bottom-up model" yaitu model ionovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Disamping kedua model yang umum tersebut di atas, ada hal lain yang muncul tatkala membicarakan inovasi pendidikan yaitu: a). kendala-kendala, termasuk resistensi dari pihak pelaksana inovasi seperti guru, siswa, masyarakat dan sebagainya, b). faktor-faktor seperti guru, siswa, kurikulum, fasilitas dan dana c). lingkup sosial masyarakat. 1. Pendahuluan Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau

discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah ((Subandiyah 1992:80) Proses dan tahapan perubahan itu ada kaitannya dengan masalah pengembangan (development), penyebaran (diffusion), diseminasi (dissemination), perencanaan (planning), adopsi (adoption), penerapan (implementation) dan evaluasi (evaluation) (Subandiyah 1992:77) 2. Perubahan dan Inovasi Pendidikan Pelaksanaaan inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum tidak dapat dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi pendidikan seperti yang dilakukan di Depdiknas yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing cenderung merupakan "Top-Down Inovation". Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya. Banyak contoh inovasi yang dilakukan oleh Depdiknas selama beberpa dekade terakhir ini, seperti Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Guru Pamong, Sekolah Persiapan Pembangunan, Guru Pamong, Sekolah kecil, Sistem Pengajaran Modul, Sistem Belajar jarak jauh dan lain-lain. Namun inovasi yang diciptakan oleh Depdiknas bekerjasama dengan lembaga-lembaga asing seperti British Council. USAID dan lain-lain banyak yang tidak bertahan lama dan hilang, tenggelam begitu saja. Model inovasi yang demikian hanya berjalan dengan baik pada waktu berstatus sebagai proyek. Tidak sedikit model inovasi seperti itu, pada saat diperkenalkan atau bahkan selama pelaksanaannya banyak mendapat penolakan (resistance) bukan hanya dari pelaksana inovasi itu sendiri (di sekolah), tapi juga para pemerhati dan administrator di Kanwil dan Kandep. Model inovasi seperti yang diuraikan di atas, lazimnya disebut dengan model 'Top-Down Innovation". Model itu kebalikan dari model inovasi yang diciptakan berdasrkan ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari sekolah, guru atau masyarakat yang umumnya disebut model "Bottom-Up Innovation"

Ada inovasi yang juga dilakukan oleh guru-guru, yang disebut dengan "Bottom-Up Innovation". Model yang kedua ini jarang dilakukan di Indonesia selama ini karena sitem pendidikan yang sentralistis. Pembahasan tentang model inovasi seperti model "Top-Down" dan "Bottom-Up" telah banyak dilakukan oleh para peneliti dan para ahli pendidikan. Sudah banyak pembahasan tentang inovasi pendidikan yang dilakukan misalnya perubahan kurikulum dan proses belajar mengajar. White (1988: 136-156) misalnya menguraikan beberapa aspek yang bekaitan dengan inovasi seperti tahapan-tahapan dalam inovasi, karakteristik inovasi, manajemen inovasi dan sistem pendekatannya. Kennedy (1987:163) juga membicarakan tentang strategi inovasi yang dikutip dari Chin dan Benne (1970) menyarankan tiga jenis strategi inovasi, yaitu: Power Coercive (strategi pemaksaan), Rational Empirical (empirik rasional), dan Normative-Re-Educative (Pendidikan yang berulang secara normatif). Strategi inovasi yang pertama adalah strategi pemaksaaan berdasarkan kekuasaan merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan kaidah-kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan kehendak, ide dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan dilaksanakan. Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan perubahan sesuai dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya. Pihak pelaksana yang sebenarnya merupakan obyek utama dari inovasi itu sendiri sama sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya. Para inovator hanya menganggap pelaksana sebagai obyek semata dan bukan sebagai subyek yang juga harus diperhatikan dan dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan dan pengimplementasiannya. Strategi inovasi yang kedua adalah empirik Rasional. Asumsi dasar dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Dalam kaitan dengan ini inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya. Di samping itu, startegi ini didasarkan atas pandangan yang optimistik seperti apa yang dikatakan oleh Bennis, Benne, dan Chin yang dikutip dari Cece Wijaya dkk (1991).

Di sekolah, para guru menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai dengan akal yang sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut. Di berbagai bidang, para pencipta inovasi melakukan perubahan dan inovasi untuk bidang yang ditekuninya berdasarkan pemikiran, ide, dan pengalaman dalam bidangnya itu, yang telah digeluti berbualan-bulan bahkan bertahun-tahun. Inovasi yang demikian memberi dampak yang lebih baik dari pada model inovasi yang pertama. Hal ini disebabkan oleh kesesuaian dengan kondisi nyata di tempat pelaksanaan inovasi tersebut. Jenis strategi inovasi yang ketiga adalah normatif re-edukatif (pendidikan yang berulang) adalah suatu strategi inovasi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan seperti Sigmund Freud, John Dewey, Kurt Lewis dan beberapa pakar lainnya (Cece Wijaya (1991), yang menekankan bagaimana klien memahami permasalahan pembaharuan seperti perubahan sikap, skill, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia. Dalam pendidikan, sebuah strategi bila menekankan pada pemahaman pelaksana dan penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulang kali. Misalnya dalam pelaksanaan perbaikan sistem belajar mengajar di sekolah, para guru sebagai pelaksana inovasi berulang kali melaksanakan perubahan-perubahan itu sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Kecenderungan pelaksanaan model yang demikian agaknya lebih menekankan pada proses mendidik dibandingkan dengan hasil dari perubahan itu sendiri. Pendidikan yang dilaksanakan lebih mendapat porsi yang dominan sesuai dengan tujuan menurut pikiran dan rasionalitas yang dilakukan berkali-kali agar semua tujuan yang sesuai dengan pikiran dan kehendak pencipta dan pelaksananya dapat tercapai. Para ahli mengungkapkan berbagai persepsi, pengertian, interpretasi tentang inovasi seperti Kennedy (1987), White (1987), Kouraogo (1987) memberikan berbagai macan definisi tentang inovasi yang berbeda-beda. Dalam hal ini, penulis mengutip definisi inovasi yang dikatakan oleh White (1987:211) yang berbunyi: "Inovation ......more than change, although all innovations involve change." ( inovasi itu ... lebih dari sekedar perubahan, walaupun semua inovasi melibatkan perubahan). Untuk mengetahui dengan jelas perbedaan antara inovasi dengan

perubahan, mari kita lihat definisi yang diungkapkan oleh Nichols (1983:4). "Change refers to " continuous reapraisal and improvement of existing practice which can be regarded as part of the normal activity ..... while innovation refers to .... Idea, subject or practice as new by an individual or individuals, which is intended to bring about improvement in relation to desired objectives, which is fundamental in nature and which is planned and deliberate." Nichols menekankan perbedaan antara perubahan (change) dan inovasi (innovation) sebagaimana dikatakannya di atas, bahwa perubahan mengacu kepada kelangsungan penilaian, penafsiran dan pengharapan kembali dalam perbaikan pelaksanaan pendidikan yang ada yang diangap sebagai bagian aktivitas yang biasa. Sedangkan inovasi menurutnya adalah mengacu kepada ide, obyek atau praktek sesuatu yang baru oleh seseorang atau sekelompok orang yang bermaksud untuk memperbaiki tujuan yang diharapkan. Setelah membahas definisi inovasi dan perbedaan antara inovasi dan perubahan, maka berikut ini akan diuraikan tentang kendala yang mempengaruhi pelaksanaan inovasi pendidikan. 3. Kendala-kendala Dalam Inovasi Pendidikan Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah (1) perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi (2). konflik dan motivasi yang kurang sehat (3). lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan (4). keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi (5). penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi (6) kurang adanya hubungan sosial dan publikasi (Subandiyah 1992:81). Untuk menghindari masalah-masalah tersebut di atas, dan agar mau berubah terutama sikap dan perilaku terhadap perubahan pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan, sehinga perubahan dan pembaharuan itu diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua siswa, dan masyarakat umumnya harus dilibatkan 4. Penolakan (Resistance)

Setelah memperhatikan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan suatu inovasi pendidikan, misalnya penolakan para guru tentang adanya perubahan kurikulum dan metode belajar-mengajar, maka perlu kiranya masalah tersebut dibahas. Namun sebelumnya, pengertian tentang resisten itu perlu dijelaskan lebih dahulu. Menurut definisi dalam "Cambridge International English Dictionary of English" bahwa Resistance is to fight against (something or someone) to not be changed by or refuse to accept (something). Bertdasarkan definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penolakan (resistance) itu adalah melawan sesuatu atau seseorang untuk tidak berubah atau diubah atau tidak mau menerima hal tersebut. Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut: 1. Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka. 2. Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang, karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Disamping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka. Hal senada diungkapkan pula Day dkk (1987) dimana guru tetap mempertahankan sistem yang ada. 3. Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Munro (1987:36) yang mengatakan bahwa "mismatch between teacher's intention and practice is important barrier to the success of the innovatory program". 4. Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finasial dan keuangannya sudah tidak ada lagi. Dengan demikian pihak sekolah atau guru hanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan

kehendak para inovator di pusat dan tidak punya wewenang untuk merubahnya. 5. Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka. Untuk mengatasi masalah dan kendala seperti diuraikan di atas, maka berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan inovasi baru. 5. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan, 1. Guru Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi

pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya. (Wright 1987) 2. Siswa Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya. 3. Kurikulum Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.

4. Fasilitas Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya. 5. Lingkup Sosial Masyarakat. Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaan pembahruan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan. Kata Kunci : inovasi, perubahan, penolakan, kurikulum, siswa, guru, fasilitas, inovator, pelaksana, masyarakat, sekolah, keterlibatan, top-down-bottom-up, sosial, program, pendidikan 6. Kesimpulan Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tapi harus melibatakan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh satu atau dua faktor saja, tapi juga oleh masyarakat

serta kelengkapan fasilitas. Inovasi pendidikan yang berupa top-down model tidak selamanya bisa berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal antara lain adalah penolakan para pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan secara penuh baik dalam perencananaan maupun pelaksanaannya. Sementara itu inovasi yang lebih berupa bottom-up model dianggap sebagai suatu inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti karena para pelaksana dan pencipta sama-sama terlibat mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Oleh karena itu mereka masing-masing bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu inovasi yang mereka ciptakan. Daftar Pustaka Cece Wijaya, Djaja Jajuri, A. Tabrani Rusyam (1991) Upaya Pembaharuan dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya- Bandung 1991. Day, C.P. Whitaker, and D. Wren (1987) Appraisal and Professional Development in the Primary Schools, Philadelphia : Open University Press. Kennedy, C. (1987) Innovation for Change: teacher development and innovation. ELT Journal 41/3 Kouraogo, P. (1987) Curriculum Renewal and INSET in Difficult circumstance. ELT Journal 41/3 Munro. R.G. (1977) Innovation Success or Failure?. Bristol: J.W. Arrowss Smith Cambride English Dictionary Nicholls, R. (1983) Managing Educational Innovation. London. George, Allen and Unwin. Subandijah (1992) Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. PT Raja Grafindo Persada-Yogyakarta White, R.V. (1988) The ELT Curriculum: Design, Innovation and Management. Oxford: Blackwell. White, R.V. (1987) Managing Innovation. ELT. Journal 41/3

Wright, T. (1987) Roles of Teachers and Learners. Oxford: Oxford University Press.

http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2011/03/24/brk,20110324-322683,id.html Guru Melek IT Menuju Pentas Dunia Kamis, 24 Maret 2011 | 19:53 WIB Besar Kecil Normal

REUTERS/Sukree Sukplang TEMPO Interaktif, Jakarta - Penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar semakin banyak diterapkan di sekolah-sekolah. Bukan sekedar praktis, kegiatan belajar menjadi lebih menarik, mudah dipahami, dan aman. Namun, baru segelintir guru yang dapat memanfaatkan teknologi sebagai alat mengajar. Salah satu pengajar yang mampu memanfaatkannya adalah Ari Budiyanto. Guru Komputer dan Multimedia dari Sekolah Dasar Muhammadiyah Condong Catur, Yogyakarta ini mengajak siswa membuat karangan prosa atau puisi untuk menerapkan modul belajar mengetik dengan sepuluh jari. "Kami mengemas kegiatan pembelajaran komputer dan multimedia menjadi kegiatan yang menarik dan menyenangkan bagi para siswa," kata Ari. Setiap karya yang dibuat akan disimpan dalam bentuk majalah digital di server sekolah dan dapat diakses siswa maupun guru yang

memiliki akun. Di jaringan sekolah itu, mereka juga dapat berinteraksi satu sama lain, seperti memberikan komentar dan penilaian terhadap hasil karya temannya. Inovasi itulah yang mengantarkan Ari untuk mewakili Indonesia dalam ajang tingkat dunia di World Wide Innovative Education Forum yang berlangsung November mendatang. Forum itu merupakan kelanjutkan dari acara Regional Innovative Education Forum tingkat Asia Pasifik yang diselenggarakan Microsoft di Thailand awal bulan lalu. Academic Program Manager Microsoft Indonesia, Ananta Gondomono mengatakan ada lima guru yang terpilih untuk dapat mengikuti forum inovasi pendidikan tingkat regional itu. Mereka adalah Ari Budiyanto, Siti Maftukah (guru SDN Ngabean, Yogyakarta), Muhammad Zulham (guru SMPN Sedayu , Yogyakarta), Anastasia Putriandi Djuana (guru SMAK 1 Penabur, Jakarta), dan Rima Artha Manurung (guru SMAN 61, Jakarta). "Kami harap mereka mampu mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan komukasi dalam proses pengajaran dan pembelajaran," kata Ananta. Apabila setiap guru dapat menerapkan teknologi informasi di sekolah-sekolah, Ananta berharap ke depannya tak ada lagi kesenjangan kualitas pendidikan antara kota besar dengan daerah pedalaman. Rini K

http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=2741 Inovasi Pendidikan di Era Reformasi Yang Mengaharukan Sabtu, 16-06-2007 10:26:13 oleh: Maman Suratman,S.Pd Kanal: Layanan Publik A. Pendahuluan Perkembangan pendidikan secara nasional di era reformasi, yang sering disebut-sebut oleh para pakar pendidikan maupun oleh para birokrasi di bidang pendidikan sebagai sebuah harapan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini dengan berbagai strategi inovasi, ternyata sampai saat ini masih belum menjadi harapan. Bahkan hampir dikatakan bukan kemajuan yang diperoleh, tapi sebuah kemunduran yang tak pernah terjadi selama bangsa ini berdiri. Kalimat tersebut mungkin sangat radikal untuk diungkapkan, tapi inilah kenyataan yang terjadi dilapangan, sebagai sebuah ungkapan dari seorang guru yang mengkhawatirkan perkembangan pendidikan dewasa ini. Tidak dapat dipungkiri, berbagai strategi dalam perubahan kurikulum, mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai pada penyempurnaannya melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan sebuah inovasi kurikulum pendidikan yang sangat luar biasa, bahkan sangat berkaitan dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni yang menyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip MBS. Namun kenyataannya apa yang terjadi di lapangan..? Berikut ini penulis akan paparkan, mengapa penulis berani mengatakan bahwa inovasi pendidikan di era reformasi merupakan sebuah kemunduran yang tak pernah terjadi selama bangsa ini berdiri..? B. Ujian Nasional

Ketika penulis menjadi pengawas dalam EBTANAS dengan sistem pengawasan silang antar sekolah , hampir semua komponen, baik Panitia maupun Pengawas Ruangan EBTANAS begitu disiplin dan sangat tertib, serta sangat menjaga kerahasiaan dalam pelaksanaannya, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar murni dan tanpa sedikitpun kecurangan. Namun, setelah diberlakukannya kebijakan tentang Ujian Nasional (UN) sebagai penentu kelulusan seorang siswa pada jenjang satuan pendidikan. Sekolah merasa takut, jika banyak siswanya tidak bisa memperoleh nilai sesuai dengan standar minimal kelulusan. Mengapa demikian...? 1. Sekolah akan dianggap gagal jika banyak siswanya tidak lulus. Bahkan mungkin orang tua tidak akan mempercayai sekolah tersebut untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut. 2. Di era reformasi, dengan temperamen emosional masyarakat yang masih labil bahkan tak terkendali. Jika banyak orang tua yang anaknya tidak lulus, akan menimbulkan suatu gerakan emosional sosial yang tak terkendali dan kemungkinan sekolah akan menjadi sasaran amuk masa. 3. Guru sebagai orang tua di sekolah yang selama 3 tahun membimbing siswa, tidak akan tega jika ternyata banyak siswanya tidak bisa lulus, hanya karena dengan sebuah penilaian sesaat. Dari ke tiga alasan tersebut, akhirnya dengan berbagai cara, sekolah melakukan sebuah usaha untuk bisa membantu siswanya lolos dari jeratan Ujian Nasional. Semuanya dilakukan dengan penuh suka-rela tanpa paksaan, walaupun seluruh batin Guru merintih sedih dan penuh haru. Inilah salah satu kecurangan di dunia pendidikan khususnya sekolah, yang belum pernah terjadi selama bangsa ini berdiri, dan semuanya dilakukan sebagai perlawanan sekolah terhadap kebijakan pemerintah. Yang paling menyedihkan lagi, ketika aparat birokrat dengan bangga menyatakan keberhasilannya dengan menyebutkan sekolah-sekolah yang meluluskan siswanya sampai 100%, dan akan diberikan penghargaan. (Jika menggunakan akal manusia, tidak mungkin seluruh siswa pada sebuah sekolah bisa lulus sampai 100%. Bebek saja ada yang tidak bertelurnya. Benar khan Bapak/Ibu Guru..??). C. Administrasi Sekolah Sebelum era-reformasi, siswa yang lulus akan segera memproses ijasahnya untuk bisa dibawa dan digunakan, baik untuk melanjutkan sekolahnya maupun untuk dijadikan syarat mencari pekerjaan. Namun apa yang terjadi sekarang..? Setelah dinyatakan lulus, siswa dihadapkan kepada proses menunggu ijasah yang begitu lama dan tak tentu kapan Izasah tersebut dapat diterima. Untuk tahun ajaran 2005-2006, blanko ijasah baru diterima oleh sekolah setelah lebih dari sebulan dari semenjak siswa dinyatakan lulus,

sehingga tak heran jika di setiap sekolah masih banyak tumpukan ijasah yang belum diambil oleh pemiliknya, dengan alasan, siswa tersebut sudah berada di luar kota dan belum membutuhkan ijasah tersebut. Inilah kejadian yang belum pernah terjadi selama bangsa ini berdiri... Bahkan Buku Raport untuk tahun ajaran 2006-2007, sampai saat ini belum tentu rimbanya. Ini juga belum pernah terjadi selama bangsa ini berdiri. Benar-benar luar biasa khan...?????

faktor faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan pay per click Artikel dan berita tentang faktor faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan berada pada daftar posting yang telah dipublis pada situs ini, namun mungkin anda belum menuliskan kata kunci yang tepat, bila belum menemukan yang sesuai dengan faktor faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan, Anda dapat melakukan pencarian dengan kata kunci yang lain, pada search di situs kafeilmu ini, atau dengan melihat daftar post pada Sitemap, atau Homepage. Anda juga bisa request untuk memuat artikel tentang faktor faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan pada kolom komentar. Bahkan anda dapat juga dapat mengirimkan artikel Anda ke email kami, mykafes@gmail.com. faktor faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan pada situs lain: faktor faktor yang mempengaruhi proses adopsi inovasi - PDFQueen ... Pendidikan Pendidikan Kebutuhan Khusus: Inovasi untuk Inklusi ... Faktor lain yang mempengaruhi perubahan dalam sikap terhadap bidang keahlian ..... sebagai pihak yang ... http://www.pdfqueen.com/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-adopsi-inovasi

Free Journal & Konsultasi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ... FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INOVASI . BAGIAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ... pendidikan (2) penghambat ekspor (1) perilaku kerja (11) Pertanian (3) ... http://id-jurnal.blogspot.com/2008/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html RujukNota: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ... Prof. Madya Bakhtiar Mansor dalam buku Psikologikal Pendidikan Tutorial Dua, faktor yang mempengaruhi ... Takrif, Maksud, Definsi Inovasi 2010 (17) ... http://rujuknota.blogspot.com/2009/07/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_17.html [ACAD] Inovasi Pendidikan di Indonesia ... kendala yang mempengaruhi pelaksanaan inovasi pendidikan. ... seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/0145.html pk.sps.upi.edu Inovasi pendidikan di berbagai Negara: Pertemuan 11: Faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi: Pertemuan 12: Perencanaan Inovasi: Pertemuan 13: Penerapan Inovasi di Indonesia http://pk.sps.upi.edu/Kurikulum/InovasiPendidikan.html

Read more: http://kafeilmu.co.cc/tema/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-inovasipendidikan.html#ixzz0csHWMOS7

You might also like