You are on page 1of 46

Asuhan Keperawatan : Prosedur Pemberian Nebulizer

Memberikan Nebulizer

Adalah memberikan campuran zat aerosol dalam partikel udara dengan tekanan
udara.

Tuiuan Memberikan Nebulizer

untuk memberikan obat melalui naIas spontan klien.

Persiapan Memberikan Nebulizer Alat dan obat :
1. Oksigen set

2. Nebulizer set

3. Cairan normal saline dan obat yang akan dipakai

4. Spuit 5 atau 10 cc.

5. Mouth piece bila perlu

6. Bengkok

7. Tisu

Lingkungan :

Bersih dan tenang

Petugas :

1 orang

Prosedur Memberikan Nebulizer:
1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pengobatan khususnya pada klien yang
menggunakan bronkodilator.

2. Jelaskan prosedur pada klien.

3. Atur posisi klien senyaman mungkin paling sering dalam posisi semiIowler,
iaga privasi.

4. Petugas mencuci tangan.

5. Nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan cairan normal salin 4-
6cc.

6. Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan selangnya ke Ilow
meter oksigen dan set aliran pada 4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara.

7. Instruksikan klien untuk buang naIas.

8. Minta klien untuk mengambil naIas dalam melalui mouth piece, tahan naIas
beberapa saat kemudian buang naIas melalui hidung.

9. Observasi pengembangan paru / dada klien.

10. Minta klien untuk bernaIas perlahan-lahan dan dalam setelah seluruh obat
diuapkan.

11. Selesai tindakan, aniurkan klien untuk batuk setelah tarik naIas dalam
beberapa kali (teknik batuk eIektiI).

12. Klien dirapikan.

13. Alat dirapikan.

14. Petugas mencuci tangan.

15. Catat respon klien dan tindakan yang telah dilakukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Perlakukan klien secara hati-hati.

2. Saat awal tindakan klien perlu didampingi sampai terlihat

tenang.

Tags : Askep Nebulizer, Aerosol
Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 22:02 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Prosedur (protap) Keperawatan
Asuhan Keperawatan : Protap Cuci Tangan yang Baik dan Benar
Mencuci tangan adalah tindakan yang sering kali kita
anggap sepele, namun merupakan hal yang sangat penting dalam meniaga higiene
tangan maupun kulit serta salah satu upaya eIektiI dalam mencegah inIeksi
nosokomial. Apapun yang anda lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap klien, sebelum dan sesudah kontak dengan klien segera 'cuci tangan .

1he centers for disease control and prevention (CDC) mengeluarkan
rekomendasi baru untuk meniaga higiene tangan di lingkungan perawatan
kesehatan. Higiene tangan adalah istilah yang digunakan unutk mencuci tangan
menggunakan antiseptik pencuci tangan. Mencuci tangan dengan menggunakan
antiseptik pencuci tangan serta mencuci tangan dengan benar lebih eIektiI dalam
mengurangi inIeksi nosokomial dari pada mencuci tangan dengan cara biasa.

Mencuci Tangan sebaiknya dilakukan :

* Sebelum dan sesudah memeriksa klien.
* Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.
* Jika teriadi kontaminasi pada tangan seperti : memegang instrumen dan item
lain yang kotor, menyentuh selaput lendir, darah atau cairan tubuh (sekresi dan
ekskresi), teriadi kontak lama dan intensiI dengan pasien.
* Sebelum melakukan prosedur invasiI nonbedah (memasang inIus, mengambil
sampel darah, memasang kateter urine, menghisap nasotrakea).
* Bila berpindah dari bagian tubuh terkontaminasi ke bagian tubuh bersih (luka
bedah) selama perawatan klien.
* Setelah menggunakan kamar mandi.
* Sebelum makan.

Peralatan Minimal untuk Mencuci Tangan

Di IRD, poliklinik, maupun ruang rawat inap, puskesmas, tempat pelayanan
publik seperti kamar mandi umum, perlu disediakan area cuci tangan seperti
wastaIel, minimal terdapat :

* Sabun (batang atau cair, yang antiseptik maupun nonantiseptik)
* Wadah sabun yang berlubang supaya air bisa terbuang keluar
* Air mengalir (pipa, atau ember dengan keran),
* Handuk/lap sekali pakai (tisu, atau kain yang dicuci setelah sekali pakai)
(KLIK GAMBAR UNTUK MEMPERJELAS)





Tags : Asuhan Keperawatan : Cuci tangan, Handwash, 13 langkah cuci tangan
Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 21:51 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Prosedur (protap) Keperawatan
Asuhan Keparawatan : KOMPRES HANGAT
Pengertian Kompres Hangat :

Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan kain / handuk yang telah
di kompres-hangatcelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh
tertentu.
ManIaat Kompres Hangat :

Adapun manIaat kompres hangat adalah dapat memberikan rasa nyaman dan
menurunkan suhu tubuh dalam menangani kasus klien yang mengalami pireksia.

Alat dan bahan :

Larutan kompres berupa air hangat 40 C dalam wadahnya ( dalam kom )

Handuk / kain / wash lap untuk kompres

Handuk pengering

Sarung tangan

Termometer

Prosedur :

Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan.

Cuci tangan

Ukur suhu tubuh

Basahi kain pengompres dengan air, peras kain sehingga tidak terlalu basah.

Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres ( dahi, ketiak, perut, leher
belakang ).

Tutup kain kompres dengan handuk kering

Apabila kain telah kering atau suhu kain relative meniadi dingin, masukkan
kembali kain kompres ke dalam cairan kompres dan letakkan kembali di daerah
kompres, lakukan berulang-ulang hingga eIek yang diinginkan dicapai

Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien setelah 20 menit

Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan
rapikan alat

Cuci tangan

Mekanisme Tubuh Terhadap Kompres Hangat dalam Upaya Menurunkan
Suhu Tubuh.

Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke
hipothalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka
terhadap panas dihipotalamus dirangsang, sistem eIIektor mengeluarkan sinyal
yang memulai berkeringat dan vasodilatasi periIer. Perubahan ukuran pembuluh
darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak,
dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga teriadi vasodilatasi.
Teriadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas
melalui kulit meningkat ( berkeringat ), diharapkan akan teriadi penurunan suhu
tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali

(KLIK GAMBAR UNTUK MEMPERBESAR)


Tags : Asuhan Keperawatan Kompres Hangat, Suhu Tubuh, Demam
Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 21:41 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Prosedur (protap) Keperawatan
Asuhan Keperawatan : Protap Pemasangan Kondom Kateter
1. Pengertiankondom-kateter

Alat drainase urine eksternal yang mudah digunakan dan aman untuk mengalirkan
urine pada klien

2. Tujuan

a. Mengumpulkan urine dan mengontrol urine inkontinen

b. Klien dapat melakukan aktiIitas Iisik tanpa harus merasa malu karena adanya
kebocoran urine (ngompol)

c. Mencegah iritasi pada kulit akibat urine inkontinen
3. Persiapan
a. Persiapan klien

1) Mengucapkan salam terapeutik.

2) Memperkenalkan diri.

3) Menielaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tuiuan tindakan
yang akan dilaksanakan.

4) Penielasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya.

5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang ielas, sistematis serta tidak
mengancam.

6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klariIikasi.

7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.

8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek
selama berkomunikasi dan melakukan tindakan

9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

b. Persiapan alat

1) Selaput kondom kateter

2) Strip elastic

3) Kantung penampung urine dengan selang drainase

4) Baskom dengan air hangat dan sabun

5) Handuk dan waslap

6) Selimut mandi

7) Sarung tangan

8) Gunting
4. Prosedur

a. Cuci tangan

b. Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur

c. Jelaskan prosedur pada klien

d. Gunakan sarung tangan

e. Bantu klien pada posisi terlentang. Letakkan selimut diatas bagian tubuh bagian
atas dan tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut mandi sehingga hanya
genitalia yang terpaian

I. Bersihkan genitalia dengan sabun dan air, keringkan secara menyeluruh

g. Siapkan drainase kantong urine dengan menggantungkannya ke rangka tempat
tidur.

h. Dengan tangan non dominan genggam penis klien dengan kuat sepaniang
batangnya. Dengan tangan dominan, pegang kantung kondom pada uiung penis
dan dengan perlahan pasangkan pada uiung penis

i. Sisakan 2,5 sampai 5 cm ruang antara glands penis dan uiung kondom

i. Lilitkan batang penis dengan perekat elastic.

k. Hubungkan selang drainase pada uiung kondom kateter

l. Posisikan klien pada posisi yang aman

m. Pasien dirapihkan kembali

n. Alat dirapihkan kembali

o. Mencuci tangan

p. Melaksanakan dokumentasi :

1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan
klien

2) Catat tanggal dan iam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan
dan tanda tangan/paraI pada lembar catatan klien

Tags : Asuhan Keperawatan Kondom Kateter, Kateter
Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 21:36 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Prosedur (protap) Keperawatan
Asuhan Keperawatan : Protap Penggunaan Urinal
Pengertian

Membantu klien laki-laki yang hendak buang air kecil
urinal

Tuiuan

1. Membantu klien dalam upaya memenuhi kebutuhan eliminasi
2. Mengurangi pergerakan klien
3. Mengetahui adanya kelainan urine secara langsung

Persiapan

a. Persiapan klien

1) Mengucapkan salam terapeutik

2) Memperkenalkan diri

3) Menielaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tuiuan tindakan
yang akan dilaksanakan.

4) Penielasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya

5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang ielas, sistematis serta tidak
mengancam.

6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klariIikasi

7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.

8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek
selama berkomunikasi dan melakukan tindakan

9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat

1) Sarung tangan steril

2) Urinal

3) Perlak dan pengalas

4) Air dalam botol
Prosedur

a. Pintu ditutup/pasang sampiran

b. Petugas mencuci tangan, pasang sarung tangan bersih

c. Pasang perlak dan pengalas

d. Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan, iika perlu perawat membantu

e. Dengan tangan kiri petugas memasukkan penis kedalam mulut urinal dan klien
dianiurkan berkemih

I. Klien dirapihkan kembali

g. Alat dirapikan kembali

h. Mencuci tangan

i. Melaksanakan dokumentasi :

1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan
klien

2) Catat tanggal dan iam melakukan tindakan dan nama petugas yang melakukan
dan tanda tangan/paraI pada lembar catatan klien

Tags : Asuhan Keperawatan Penggunaan Urinal, Urinal, BAK, Urine, Buang Air
Kecil
Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 21:32 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Prosedur (protap) Keperawatan
Asuhan Keperawatan : Protap Pemasangan ETT (Endotrakeal
Tube)
Pengertian Intubasi

Intubasi adalah memasukkan pipa ialan naIas buatan kedalam trachea melalui
mulut.
Tuiuan Intubasi

1. Membebaskan ialan naIas

2. Untuk pemberian pernaIasan mekanis (dengan ventilator).
Persiapan Alat

1. Laryngoscope

2. Endotracheal tube (ETT)

3. Mandrin

4. Xylocain ielly

5. Sarung tangan steril

6. Xylocain spray

7. Spuit 10 cc

8. OroIaringeal tube (guedel)

9. Stetoskop

10.Bag Valve Mask (ambubag)

11. Suction kateter

12. Plester

13. Gunting

14.Masker

angkah - langkah Intubasi

1. Posisi pasien terlentang dengan kepala ekstensiett

2. Petugas mencuci tangan

3. Petugas memakai masker dan sarung tangan

4. Melakukan suction

5. Melakukan intubasi dan menyiapkan mesin pernaIasan

6. Memompa dengan ambu bag

7.Mendengarkan suara naIas dengan stetoskop

8. Mengisi cuII dengan udara

9.Fiksasi ETT dengan plaster

10. Pasang OroIaringeal tube

11. Hubungkan pasien ke ventilator yang sudah disiapkan

12. PernaIasan yang adekuat dapat di monitor melalui AGD - 1iam setelah
intubasi selesai

13. Mencuci tangan sesudah melakukan intubasi

Tag : Asuhan Keperawatan ETT, Endotrakea Tube
Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 21:26 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Prosedur (protap) Keperawatan
Prosedur Memandikan Klien di Tempat Tidur
Pengertian Memandikan Pasien di
Tempat Tidur adalah :
Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi
secara sendiri dengan cara memandikannya di tempat tidur.
Tujuan Memandikan Pasien di Tempat Tidur :
Memandikan Pasien
1. Meniaga kebersihan tubuh, menghilangkan bau badan.
2. Mengurangi inIeksi akibat kulit kotor.
3. Memperlancar sistem peredaran darah, syaraI dan merelaksasikan otot.
4. Menambah kenyamanan pasien.
Memandikan Pasien di Tempat Tidur dilakukan :
1. Pada pasien baru, terutama bila kotor sekali dan keadaan umumnya
memungkinkan.
2. Pada pasien yang dirawat, sekurang-kurangnya dua kali sehari dengan
kondisinya.
Alat dan bahan Memandikan Pasien Di Tempat Tidur :
1. Baskom mandi dua buah, masing-masing berisi air dingin dan air hangat
2. Pakaian pengganti
3. Kain penutup
4. Handuk besar
5. Handuk kecil untuk mengeringkan badan
6. Sarung tangan pengusap/waslap
7. Tempat untuk pakaian kotor
8. Sampiran
9. Sabun.
Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penielasan dan dianiurkan untuk BAK atau BAB dulu (bila pasien
sadar)
2. Jika kondisi memungkinkan, libatkan pasien untuk melakukan tindakan
3. Dalam melakukan tindakan perawat harus memperhatikan keamanan dirinya
sendiri dengan memakai schort, handschoen ataupun masker.
Prosedur kerja Memandikan Pasien Di Tempat Tidur
1. Pintu, iendela atau gorden ditutup, gunakan sampiran bila perlu.
2. Cuci tangan, gunakan schort, handschoen ataupun masker.
3. Selimut dan bantal dipindahkan dari tempat tidur. Bila masih dibutuhkan,
bantal digunakan seperlunya.
4. Perawat berdiri disisi kiri atau kanan pasien.
5. Atur posisi pasien.
6. Lakukan tindakan memandikan pasien yang diawali dengan membentangkan
handuk di bawah kepala, kemudian bersihkan muka, telinga, dan leher dengan
waslap. Keringkan dengan handuk.
7. Kain penutup diturukan, kedua tangan pasien diangkat dan pindahkan handuk
di atas dada pasien, lalu bentangkan. Kemudian kembalikan kedua tangan ke
posisi awal diatas handuk, lalu basahi kedua tangan dengan air bersih. Keringkan
dengan handuk.
8. Kedua tangan diangkat, handuk dipindahkan di sisi pasien, bersihkan daerah
dada dan perut, lalu keringkan dengan handuk
9. Miringkan pasien ke kiri, handuk dibentangkan kebawah punggung sampai
glutea dan basahi punggung hingga glutea, lalu keringkan dengan handuk.
Selaniutnya miringkan pasien ke kanan dan lakukan hal yang sama. Kemudian
kembalikan pasien pada posisi terlentang dan pasangkan pakaian dengan rapi.
10. Letakkan handuk di bawah lutut lalu bersihkan kaki. Kaki yang paling iauh
didahulukan dan keringkan dengan handuk..
11. Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea. Pakaian bawah perut dibuka, lalu
bersihkan daerah lipatan paha dan genitalia.
12. Setelah selesai, pasang kembali pakaian dengan rapi.
13. Alat dibereskan, lingkungan diatur kembali.
14. Cuci tangan.
Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 21:49 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Prosedur (protap) Keperawatan
Penggunaan Pispot Pada Klien
Pengertian
Membantu pasien yang hendak buang air besar dan atau buang air kecil (wanita)
di atas tempat tidur
Tujuan Menggunakan Pispot
a. Membantu pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan eliminasi
b. Mengurangi pergerakan pasien
c. Mengetahui adanya kelainan Ieces maupun urine secara visual
Persiapan
a. Persiapan pasien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menielaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tuiuan tindakan
yang akan dilaksanakan.
4) Penielasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang ielas, sistematis serta tidak
mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klariIikasi
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek
selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Pispot
2) Air dalam botol
3) Kapas cebok/toilet tissue dalam tempatnya
4) Sarung tangan bersih, masker dan celemek
5) Bengkok
6) Selimut/kain penutup
7) Perlak dan alasnya
8) Sampiran
9) Bel bila tersedia
Prosedur Menggunakan Pispot
a. Pintu ditutup atau pasang sampiran
b. Pasang perlak dan alasnya
c. Cuci tangan, pasang celemek, masker, sarung tangan bersih dan berdiri disisi
klien
d. Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan kemudian bagian badan yang terbuka
ditutup dengan selimut atau kain penutup yang tersedia
e. Klien dianiurkan menekuk lututnya dan mengangkat bokong (iika perlu dibantu
oleh perawat lain)
I. Pispot diatur sampai terletak dibawah bokong klien, iika klien tidak dapat
melakukannya sendiri, perawat membantu dengan mengangkat bokong klien
menggunakan tangan kanan dan tangan kiri mengatur pispot sampai terpasang
tepat dan nyaman
g. Bila klien sudah selesai, kakinya direnggangkan dan selimut dibuka. Anus dan
daerah genitalia dibersihkan dengan kapas cebok (tangan kanan menyiram dan
tangan kiri membersihkan). Kapas cebok dibuang kedalam pispot. Angkat pispot
dan tutup kembali
h. Bila klien ingin membersihkan sendiri, perawat membantu menyiramkan air
i. Keringkan bokong klien dengan pengalas
i. Klien dirapihkan
k. Alat dirapihkan
l. Pintu dan sampiran dibuka
m. Mencuci tangan
n. Hasil Evaluasi
1. Pasien tidak merasa lelah dengan pergerakan yang minimal
2. Pasien merasa nyaman
o. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan
klien
2) Catat tgl dan iam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan
tanda tangan/paraI pada lembar catatan klien
Referensi :
Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC
Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.
Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.
Engenderhealt. 2000. InIection Prevention, New York.
JHPIEGO, 2003. Panduan Pengaiaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi
Baru Lahir Jakarta. Pusdiknakes.
JNPKKR.2004. Panduan Pencegahan InIeksi Untuk Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohario.
Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Aiar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.
Kozier, Barbara, 2000, Fundamental oI Nursing : Concepts, Prosess and Practice :
Sixth edition, Menlo Park, CaloIornia.
Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa
Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.
Samba, Suharyati, 2005. Buku Aiar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC
Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 21:45 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Prosedur (protap) Keperawatan
Protap Membantu Pasien Duduk
Pengertian:
Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien
lemah untuk memberikan bantuan duduk ditempat tidur.
Tujuan:
Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.
angkah:
1. Ikuti protokol standar
2. Tempatkan klien pada posisi terlentang
3. Pindahkan semua bantal
4. Tinggikan bagian kepala tempat tidur
5. Anda menghadap ketempat tidur
6. Tempatkan kaki meregang dengan satu kaki lebih lebih dekat ketempat tidur
dibanding kaki yang lain
7. Tempatkan tangan yang lebih dekat ke pasien di bawah bahu, yang menyokong
kepala dan tulang belakang
8. Tempatkan tangan yang lain di permukaan tempat tidur
9. Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan anda dari kaki
depan ke kaki belakang
10. Dorong dengan arah berlawanan tempat tidur dengan menggunakan lengan
yang ditempatkan di tempat tidur
11. Turunkan bagian kepala tempat tidur
12. Catat prosedur; termasuk posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.
13. Lengkapi akhir protokol
$:mber,
Perrv. Peterson. Potter, B:k: $ak: Keterampilan dan Prosed:r Dasar
Azis Alim:l Hidavat. $Kp, B:k: $ak: Praktik:m KDM
Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 21:38 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Prosedur (protap) Keperawatan
Protap Memeberikan Obat Intramuscular (Injeksi IM)
Pengertian
Pemberian obat / cairan dengan cara dimasukkan langsung ke dalam otot
(muskulus)
Tujuan
Melaksanakan Iungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang yang
diberikan obat secara intra muskulus (IM)
Peralatan
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum steril 1 (21-23G dan paniang 1 - 1,5 inci untuk dewasa; 25-27 G dan
paniang 1 inci untuk anak-anak)
4. Bak spuit 1
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Perlak dan pengalas
7. Obat sesuai program terapi
8. Bengkok 1
9. Buku inieksi/daItar obat
Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Secara IM (Intra Muskuler)
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan veriIikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan obat dengan benar
4. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menielaskan tuiuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Mengatur posisi klien, sesuai tempat penyuntikan
2. Memasang perlak dan alasnya
3. Membebaskan daerah yang akan di inieksi
4. Memakai sarung tangan
5. Menentukan tempat penyuntikan dengan benar ( palpasi area
inieksi terhadap adanya edema, massa, nyeri tekan. Hindari area
iaringan parut, memar, abrasi atau inIeksi)
6. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah
dalam ke luar diameter 5cm)
7. Menggunakan ibu iari dan teluniuk untuk mereganggkan kulit
8. Memasukkan spuit dengan sudut 90 deraiat, iarum masuk 2/3
9. Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit
10.Memasukkan obat secara perlahan (kecepatan 0,1 cc/detik)
11.Mencabut iarum dari tempat penusukan
12.Menekan daerah tusukan dengan kapas desinIektan
13.Membuang spuit ke dalam bengkok
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selaniutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Pilihan Tempat Injeksi Intra Muskuler
Paha (;ast:s lateralis) : posisi klien terlentang dengan lutut agak Ileksi.

Jentrogl:teal : posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang
dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinieksi Ileksi.
Lengan atas (deltoid) : posisi klien duduk atau berbaring datar dengan
lengan bawah Ileksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan.

Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 21:32 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Prosedur (protap) Keperawatan
Protap Memberikan Obat Intravena (Injeksi IV)
Pengertian :
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat
langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah.
Tujuan :
1. Memasukkan obat secara cepat
2. Mempercepat penyerapan obat
okasi Injeksi :
1. Pada lengan (vena mediana cubiti / vena cephalica )
2. Pada tungkai (vena saphenosus)
3. Pada leher (vena iugularis) khusus pada anak
4. Pada kepala (vena Irontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
Persiapan Alat :
1. Handscoen 1 pasang
2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau sesuai kebutuhan
3. Bak instrument
4. Kom berisi kapas alkohol
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
7. Obat inieksi dalam vial atau ampul
8. DaItar pemberian obat
9. Torniquet
10. Kikir ampul bila diperlukan
Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat secara Intravena
A. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasi
3. Kontrak
B. Fase kerja
1. Siapkan peralatan ke dekat pasien
2. MengidentiIikasi pasien dengan prinsip enam B (Benar obat, dosis, pasien, cara
pemberian, waktu dan dokumentasi)
3. Pasang sampiran atau tutup tirai untuk meniaga privasi pasien
4. Mencuci tangan dengan baik dan benar
5. Memakai handscoon dengan baik
6. Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian pasien
7. Mematahkan ampul ( bila perlu menggunakan kikir )
8. Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice dokter dengan teknik
septik dan aseptik
9. Menentukan daerah yang akan disuntik
10. Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
11. Memasang tourniquet 10-12 cm diatas vena yang akan disuntik sampai vena
terlihat ielas
12. Melakukan desinIeksi menggunakan kapas alkohol pada daerah yang akan
disuntik dan biarkan kering sendiri
13. Memasukkan iarum dengan posisi tepat yaitu lubang iarum menghadap keatas,
iarum dan kulit membentuk sudut 20
14. Lakukan aspirasi yaitu tarik penghisap sedikit untuk memeriksa apakah iarum
sudah masuk kedalam vena yang ditandai dengan darah masuk kedalam tabung
spuit ( saat aspirasi iika ada darah berarti iarum telah masuk kedalam vena, iika
tidak ada darah masukkan sedikit lagi iarum sampai terasa masuk di vena )
15. Buka tourniquet dan aniurkan pasien membuka kepalan tangannya, masukkan
obat secara perlahan iangan terlalu cepat
16. Tarik iarum keluar setelah obat masuk ( pada saat menarik iarum keluar tekan
lokasi suntikan dengan kapas alkohol agar darah tidak keluar )
17. Rapikan pasien dan bereskan alat
18. Lepaskan sarung tangan
19. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk atau
tissu
C. Fase terminasi
1. Evalusi respon klien terhadap tindakan yang dilakukan
2. Rencana tindak laniut
3. Kontrak yang akan datang
Hal yang Perlu Diperhatikan :

1. Oleh karena inieksi ini menakutkan klien, maka usahakan agar klien tidak
meniadi takut dengan memberikan penielasan.
2. Perhatikan tekhnik aseptik dan anti septik baik pada alat-alat maupun cara
keria.
3. Jangan salah memberikan obat atau salah memberikan kepada klien lain, ingat
prinsip enam benar dalam pemberian obat.
4. Perhatikan reaksi-reaksi klien setelah dapat disuntikan dan dicatat serta
laporkan.
Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 21:27 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Prosedur (protap) Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN ARITMIA (GANGGUAN IRAMA
1ANTUNG)
A. Definisi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering
teriadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada
Irekuensi dan irama iantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal
atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektroIisiologi
sel-sel miokardium. Perubahan elektroIisiologi ini bermaniIestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman graIik aktivitas listrik sel (Price,
1994). Gangguan irama iantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
iantung tapi iuga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (HanaIi,
1996).
B. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1. Peradangan iantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena inIeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, inIark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti
aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraI autonom yang mempengaruhi keria
dan irama iantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraI pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama iantung karena kardiomiopati atau tumor iantung
10. Gangguan irama iantung karena penyakit degenerasi (Iibrosis sistem konduksi
iantung)

C. Macam - macam aritmia
1. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktiIitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah :
laiu gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P
tegak disandapan I,II dan aVF.
2. Sinus bradikardi
Penurunan laiu depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah
laiu kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II dan
aVF.
3. Komplek atrium prematur
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan
kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran
ECG menuniukan irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang berbeda
bentuknya dengan gelombang P berikutnya.
4. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium
prematur sehingga teriadi reentri pada tingkat nodus AV.
5. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan
teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti
gambaran gigi gergaii
6. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari Iokus ektopik ganda dan atau daerah reentri
multipel. AktiIitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
7. Komplek iungsional prematur
8. Irama iungsional
9. Takikardi ventrikuler

D. Manifestasi klinis
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; deIisit
nadi; bunyi iantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat,
sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah iantung menurun
berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah
d. NaIas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernaIasan; bunyi naIas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menuniukkan komplikasi
pernaIasan seperti pada gagal iantung kiri (edema paru) atau Ienomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inIlamasi, eritema, edema (trombosis
siperIisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

E. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : menuniukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan eIek ketidakseimbangan elektrolit dan obat iantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 iam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh geiala khusus bila pasien aktiI (di
rumah/keria). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi Iungsi pacu iantung/eIek
obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menuniukkanpembesaran bayangan iantung sehubungan
dengan disIungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menuniukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan
dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat iantung, adanya obat
ialanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laiu sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inIlamasi akut
contoh endokarditis sebagai Iaktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.

F. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 AE
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial Iibrilasi atau Ilutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial Iibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 BE
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 CE
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi iantung, angina pektoris dan
hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
2. Terapi mekanis
a. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektiI.
b. DeIibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.
c. DeIibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam iiwa atau pada pasien
yang resiko mengalami Iibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot iantung untuk mengontrol Irekuensi iantung.
G. Pengkajian Keperawatan
Pengkaiian primer :
1. Airway
Apakah ada peningkatan sekret ?
Adakah suara naIas : krekels ?
2. Breathing
Adakah distress pernaIasan ?
Adakah hipoksemia berat ?
Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak naIas ?
Apakah ada bunyi whezing ?
3. Circulation
Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
Apakah ada takikardi ?
Apakah ada takipnoe ?
Apakah haluaran urin menurun ?
Apakah teriadi penurunan TD ?
Bagaimana kapilery reIill ?
Apakah ada sianosis ?
Pengkaiian sekunder
1. Riwayat penyakit
Faktor resiko keluarga contoh penyakit iantung, stroke, hipertensiE
Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup iantung,
hipertensiE
Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan
untuk teriadinya intoksikasiE
Kondisi psikososialE

2. Pengkaiian Iisik
a. Aktivitas : kelelahan umum
b. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak
teratur; deIisit nadi; bunyi iantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat;
edema; haluaran urin menruun bila curah iantung menurun berat.
c. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
d. Makanan/cairan : hilang naIsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
e. Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
I. Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau
tidak dengan obat antiangina, gelisah
g. PernaIasan : penyakit paru kronis, naIas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernaIasan; bunyi naIas tambahan (krekels, ronki, mengi)
mungkin ada menuniukkan komplikasi pernaIasan seperti pada gagal iantung kiri
(edema paru) atau Ienomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
h. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inIlamasi, eritema, edema
(trombosis siperIisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

H. Diagnosa keperawatan dan Intervensi

1. Resiko tinggi penurunan curah iantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan/meningkatkan curah iantung adekuat yang dibuktikan oleh
TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status
mental biasa
b. Menuniukkan penurunan Irekuensi/tak adanya disritmia
c. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan keria miokardia.
Intervensi :
1. Raba nadi (radial, Iemoral, dorsalis pedis) catat Irekuensi, keteraturan,
amplitudo dan simetris.
2. Auskultasi bunyi iantung, catat Irekuensi, irama. Catat adanya denyut iantung
ekstra, penurunan nadi.
3. Pantau tanda vital dan kaii keadekuatan curah iantung/perIusi iaringan.
4. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok iantung
5. Berikan lingkungan tenang. Kaii alasan untuk membatasi aktivitas selama Iase
akut.
6. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi
naIas dalam, bimbingan imaiinasi
7. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan Iaktor
penghilang/pemberat. Catat petuniuk nyeri non-verbal contoh waiah mengkerut,
menangis, perubahan TD
8. Siapkan/lakukan resusitasi iantung paru sesuai indikasi
Kolaborasi :
1. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
2. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
3. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
4. Siapkan untuk bantu kardioversi elektiI
5. Bantu pemasangan/mempertahankan Iungsi pacu iantung
6. Masukkan/pertahankan masukan IV
7. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasiI
8. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau deIibrilator

2. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang inIormasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
Kriteria hasil :
a. menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
b. Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan eIek samping obat
Intervensi :
1. Kaii ulang Iungsi iantung normal/konduksi elektrikal
2. Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/keluarga
3. IdentiIikasi eIek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan,
perubahan mental, vertigo.
4. Aniurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;
bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
5. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
6. Kaii ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kaIein
7. Memberikan inIormasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
8. Aniurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
9. Kaii ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu iantung dan
geiala yang memerlukan intervensi medis
10.Kaii ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh piiatan karotis/sinus,
manuver Valsava bila perlu

`
DAFTAR PUSTAKA

1. Hudak, C.M, Gallo B.M. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta :
EGC.1997
2. Price, Sylvia Anderson. PatoIisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wiiaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994.
3. Santoso Karo karo. Buku Aiar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996
4. Smeltzer Suzanne C. Buku Aiar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC; 2001.
5. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made
Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999
6. HanaIi B. Trisnohadi. Buku Aiar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI ; 2001

Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 17:51 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Penyakit Dalam
ASUHAN KEPERAWATAN ANGINA PECTORIS (NYERI
DADA)
A. PENGERTIAN
1. Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard
dan bersiIat sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik,
1993)
2. Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat
serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang
seringkali menialar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktiIitas dan
segera hilang bila aktiIitas berhenti. (ProI. Dr. H.M. SiaiIoellah Noer, 1996)
3. Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
ienis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum.
(Penuntun Praktis Kardiovaskuler)

B. ETIOOGI
1. Ateriosklerosis
2. Spasme arteri koroner
3. Anemia berat
4. Artritis
5. Aorta InsuIisiensi

C. FAKTOR-FAKTOR RESIKO
1. Dapat Diubah (dimodiIikasi)
a. Diet (hiperlipidemia)
b. Rokok
c. Hipertensi
d. Stress
e. Obesitas
I. Kurang aktiIitas
g. Diabetes Mellitus
h. Pemakaian kontrasepsi oral

2. Tidak dapat diubah
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Ras
d. Herediter
e. Kepribadian tipe A

D. FAKTOR PENCETUS SERANGAN
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain :
1. Emosi
2. Stress
3. Keria Iisik terlalu berat
4. Hawa terlalu panas dan lembab
5. Terlalu kenyang
6. Banyak merokok

E. GAMBARAN KINIS
1. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menialar ke leher, tenggorokan daerah
inter skapula atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomIort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
5. Geiala penyerta : sesak naIas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin,
palpitasi, dizzines.
6. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

F. TIPE SERANGAN
1. Angina Pektoris Stabil
Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktiIitas yang meningkatkan
kebutuhan oksigen niokard.7
Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktiIitas.7
Durasi nyeri 3 15 menit.7
2. Angina Pektoris Tidak Stabil
SiIat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris
stabil.7
Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.7
Pencetus dapat teriadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktiIitas ringan.7
Kurang responsiI terhadap nitrat.7
Lebih sering ditemukan depresisegmen ST.7
Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau
trombosit yang beragregasi.7
3. Angina Prinzmental (Angina Varian).
Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.7
Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.7
EKG menuniukkan elevaasi segmen ST.7
Cenderung berkembang meniadi inIaark miokard akut.7
Dapat teriadi aritmia.7

G. PATOFISIOOGI DAN PATHWAYS
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui
secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun ielas bahwa tidak ada Iaktor
tunggal yang bertanggungiawab atas perkembangan ateriosklerosis.
Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan.
Sewaktu beban keria suatu iaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen iuga
meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada iantung yang sehat maka artei
koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot
iantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat
ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan akan oksigen, maka teriadi iskemik (kekurangan suplai darah)
miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksid0
yang berIungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktiI. Dengan tidak adanya
Iungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner
yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard
berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan geiala yang begitu
nampak bila belum mencapai 75 . Bila penyempitan lebih dari 75 serta dipicu
dengan aktiIitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel
miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi
mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH
miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel iantung
berkurang, maka suplai oksigen meniadi adekuat dan sel-sel otot kembali
IosIorilasi oksidatiI untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam
laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.


(Untuk memperbesar klik gambar)
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCU
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.
2. Intoleransi aktiIitas berhubungan dengan berkurangnya curah iantung.
3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belaiar) mengenai kodisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya inIormasi.

I. FOKUS INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.
Intervensi :
Kaii gambaran dan Iaktor-Iaktor yang memperburuk nyeri.7
Letakkan klien pada istirahat total selama episode angina (24-30 iam pertama)
dengan posisi semi Iowler.7
Observasi tanda vital tiap 5 menit setiap serangan angina.7
Ciptakanlingkunan yang tenang, batasi penguniung bila perlu.7
Berikan makanan lembut dan biarkan klien istirahat 1 iam setelah makan.7
Tinggal dengan klien yang mengalami nyeri atau tampak cemas.7
Aiarkan tehnik distraksi dan relaksasi.7
Kolaborasi pengobatan.7

2. Intoleransi aktiIitas berhubungan dengan kurangnya curah iantung.
Intervensi :
Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman.7
Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam pemenuhan aktiIitas perawatan
diri sesuai indikasi.7
Catat warna kulit dan kualittas nadi.7
Tingkatkan katiIitas klien secara teratur.7
Pantau EKG dengan sering.7

3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.
Intervensi :
Jelaskan semua prosedur tindakan.7
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut.7
Dorong keluarga dan teman utnuk menganggap klien seperti sebelumnya.7
7 Beritahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi
serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas iantung.
Kolaborasi.7

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belaiar) mengenai kodisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya inIormasi.
Intervensi :
Tekankan perlunya mencegah serangan angina.7
Dorong untuk menghindari Iaktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina.7
Kaii pentingnya kontrol berat badan, menghentikan kebiasaan merokok,
perubahan diet dan olah raga.7
Tuniukkan/ dorong klien untuk memantau nadi sendiri selama aktiIitas, hindari
tegangan.7
Diskusikan langkah yang diambil bila teriadi serangan angina.7
Dorong klien untuk mengikuti program yang telah ditentukan.7

DAFTAR PUSTAKA


1. Corwin, Elizabeth, Buku Saku PatoIisiologi, Jakarta, EGC, 2000.

2. Chung, EK, Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Jakarta, EGC, 1996

3. Doenges, Marylinn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC, 1998

4. Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 2,
Jakarta, EGC, 1998

5. Long, C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah 2, Bandung, IAPK, 1996

6. Noer, SiaiIoellah, Buku Aiar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI, 1996

7. Price, Sylvia Anderson, PatoIisiologi Buku I Jakarta, EGC, 1994

8. ..., Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik (Kumpulan Bahan Kuliah edisi
ketiga),Jakarta : RS Jantung Harapan Kita, 1993.

9. Tucker, Susan Martin, Standar Perawatan Pasien Volume I, Jakarta, EGC, 1998

10. Underwood, J C E, Pathologi Volume 1 , Jakarta, EGC, 1999
Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 17:35 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Penyakit Dalam
ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MIOKARD AKUT (AMI)
A. PENGERTIAN
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya iaringan iantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.
(Brunner & Sudarth, 2002)
InIark miocard akut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot iantung
terganggu. (Suyono, 1999)

B. ETIOOGI (kasuari, 2002)
1. faktor penyebab :
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 Iaktor :
- Faktor pembuluh darah :
Aterosklerosis.
Spasme
Arteritis

- Faktor sirkulasi :
Hipotensi
Stenosos aurta
insuIisiensi

- Faktor darah :
Anemia
Hipoksemia
polisitemia

b. Curah iantung yang meningkat :
- AktiIitas berlebihan
- Emosi
- Makan terlalu banyak
- hypertiroidisme

c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
- Kerusakan miocard
- Hypertropimiocard
- Hypertensi diastolic

2. Faktor predisposisi :
a. Iaktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
- usia lebih dari 40 tahun
- ienis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
- hereditas
- Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.

b. Faktor resiko yang dapat diubah :
- Mayor :
hiperlipidemia
hipertensi
Merokok
Diabetes
Obesitas
Diet tinggi lemak ienuh, kalori

- Minor:
InaktiIitas Iisik
Pola kepribadian tipe A (emosional, agresiI, ambisius, kompetitiI).
Stress psikologis berlebihan.
C. TANDA DAN GE1AA
Tanda dan geiala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
1. Nyeri :
a. Nyeri dada yang teriadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda,
biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan
geiala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menialar ke bahu
dan terus ke bawah menuiu lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak teriadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa iam atau hari, dan tidak hilang dengan
bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e. Nyeri dapat menialar ke arah rahang dan leher.
I. Nyeri sering disertai dengan sesak naIas, pucat, dingin, diaIoresis berat, pening
atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor
(mengumpulkan pengalaman nyeri).

2. Laborat
Pemeriksaan Enzim iantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot iantung meningkat antara 4-6 iam, memuncak
dalam 12-24 iam, kembali normal dalam 36-48 iam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 iam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) teriadi dalam 6-12 iam, memuncak dalam 24
iam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari

3. EKG
Perubahan EKG yang teriadi pada Iase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang teriadi kemudian
ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.

Skor nyeri menurut White :
0 tidak mengalami nyeri
1 nyeri pada satu sisi tanpa menggangu aktiIitas
2 nyeri lebih pada satu tempat dan mengakibatkan terganggunya aktiIitas,
mislnya kesulitan bangun dari tempat tidur, sulit menekuk kepala dan lainnya.

D. PATHWAYS



E. PEMERIKSAAN PENUN1ANG
1. EKG
Untuk mengetahui Iungsi iantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
2. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
3. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal
hipokalemi, hiperkalemi
4. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inIlamasi
5. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menuniukkan inIlamasi.
6. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas Iungsi atau perIusi organ akut atau
kronis
7. GDA
Dapat menuniukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menuniukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
9. Foto dada
Mungkin normal atau menuniukkan pembesaran iantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler.
10. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konIigurasi atau Iungsi katup.
11. Pemeriksaan pencitraan nuklir
a. Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal
lokasi atau luasnya IMA
b. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
12. Pencitraan darah iantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional
dan Iraksi eieksi (aliran darah)
13. AngiograIi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaii Iungsi ventrikel
kiri (Iraksi eieksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad Iase AMI kecuali
mendekati bedah iantung angioplasty atau emergensi.
14. Digital subtraksion angiograIi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan
15. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi iantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau inIark dan bekuan darah.
16. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktiIitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada Iase penyembuhan.

F. PENATAAKSANAAN
1. Rawat ICCU, puasa 8 iam
2. Tirah baring, posisi semi Iowler.
3. Monitor EKG
4. InIus D5 10 12 tetes/ menit
5. Oksigen 2 4 lt/menit
6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 50 mg
7. Obat sedatiI : diazepam 2 5 mg
8. Bowel care : laksadin
9. Antikoagulan : heparin tiap 4 6 iam /inIus
10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas


G. PENGKA1IAN PRIMER
1. Airways
- Sumbatan atau penumpukan secret
- Wheezing atau krekles
2. Breathing
- Sesak dengan aktiIitas ringan atau istirahat
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
- Ronchi, krekles
- Ekspansi dada tidak penuh
- Penggunaan otot bantu naIas
3. Circulation
- Nadi lemah , tidak teratur
- Takikardi
- TD meningkat / menurun
- Edema
- Gelisah
- Akral dingin
- Kulit pucat, sianosis
- Output urine menurun

H. PENGKA1IAN SEKUNDER.
1. AktiIitas
Geiala :
- Kelemahan
- Kelelahan
- Tidak dapat tidur
- Pola hidup menetap
- Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aaktiIitas

2. Sirkulasi
Geiala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus.
Tanda :
- Tekanan darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
- Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
- Bunyi iantung
Bunyi iantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menuniukkan gagal iantung atau
penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
- Murmur
Bila ada menuniukkan gagal katup atau disIungsi otot iantung
- Friksi ; dicurigai Perikarditis
- Irama iantung dapat teratur atau tidak teratur
- Edema
Distensi vena iuguler, edema dependent , periIer, edema umum,krekles mungkin
ada dengan gagal iantung atau ventrikel
- Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir

3. Integritas ego
Geiala : menyangkal geiala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan aial
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan ,
keria , keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, Iocus pada diri sendiri, koma nyeri

4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.

5.Makanan atau cairan
Geiala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat
badan

6. Hygiene
Geiala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan

7. Neurosensori
Geiala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan

8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Geiala :
- Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktiIitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan
nyeri dalam dan viseral)
- Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan,
ranhang, waiah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
- Kualitas :
'Crushing , menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat .
- Intensitas :
Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang
pernah dialami.
- Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus ,
hipertensi, lansia

9. PernaIasan:
Geiala :
- dispnea tanpa atau dengan keria
- dispnea nocturnal
- batuk dengan atau tanpa produksi sputum
- riwayat merokok, penyakit pernaIasan kronis.
Tanda :
- peningkatan Irekuensi pernaIasan
- naIas sesak / kuat
- pucat, sianosis
- bunyi naIas ( bersih, krekles, mengi ), sputum

10. Interkasi social
Geiala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
- Menarik diri

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia iaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
ditandai dengan :
nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
waiah meringis
gelisah
delirium
perubahan nadi, tekanan darah.
Tuiuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS
Kriteria Hasil:
Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
ekpresi waiah rileks / tenang, tak tegang
tidak gelisah
nadi 60-100 x / menit,
TD 120/ 80 mmHg
Intervensi :
Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perialanan rasa nyeri dada tersebut.
Aniurkan pada klien menghentikan aktiIitas selama ada serangan dan istirahat.
Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis naIas dalam, perilaku distraksi,
visualisasi, atau bimbingan imaiinasi.
Pertahankan Olsigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua iam.
Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.

2. Resiko penurunan curah iantung berhubungan dengan perubahan Iactor-Iaktor
listrik, penurunan karakteristik miokard
Tuiuan :
Curah iantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di
RS
Kriteria Hasil :
Tidak ada edema
Tidak ada disritmia
Haluaran urin normal
TTV dalam batas normal
Intervensi :
Pertahankan tirah baring selama Iase akut
Kaii dan laporkan adanya tanda tanda penurunan COP, TD
Monitor haluaran urin
Kaii dan pantau TTV tiap iam
Kaii dan pantau EKG tiap hari
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Auskultasi pernaIasan dan iantung tiap iam sesuai indikasi
Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
Berikan makanan sesuai diitnya
Hindari valsava manuver, mengeian ( gunakan laxan )

3. Gangguan perIusi iaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot
iantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria ditandai
dengan :
Daerah periIer dingin
EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
RR lebih dari 24 x/ menit
Kapiler reIill Lebih dari 3 detik
Nyeri dada
Gambaran Ioto torak terdpat pembesaran iantung & kongestiI paru ( tidak selalu
)
HR lebih dari 100 x/menit, TD ~ 120/80AGD dengan : pa O2 ~ 45 mmHg dan
Saturasi ~ 45 mmHg dan Saturasi ~ 45 mmHg dan Saturasi style"text-align:
center;"~
DAFTAR PUSTAKA

1. Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII.
Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
2. Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998
3. Lynda Juall Carpenito. Handbook OI Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC
; 2001
4. Long, B.C. Essential oI medical surgical nursing : A nursing process
approach. Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padiaiaran;
1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)
5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth`s textbook oI medical
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku
asli diterbitkan tahun 1996)
6. Corwin, E.J. Handbook oI pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta:
EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
7. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept oI disease
processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli
diterbitkan tahun 1992)
8. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans:
Guidelines Ior planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M.
Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)
9. Suyono, S, et al. Buku aiar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2001
10. AriI Mansioer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius ; 2000
11. Sandra M. Nettina , Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta, EGC, 2002
12. Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan
Pendekatan PatoIisiology, Magelang, Poltekes Semarang PSIK Magelang, 2002
Diposkan oleh Muh. Andrian Senoputra di 16:42 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: Penyakit Dalam
TIN1AUAN TEORI GAGA 1ANTUNG KONGESTIF (CHF)
A. DEFINISI
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan iantung untuk memompa darah
dalam iumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan iaringan terhadp oksigen
dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
Suatu keadaan patoIisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat iantung
gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme iaringan dan
atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian
ventrikel kiri (Braundwald )

B. ETIOOGI
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
Kelainan otot iantung
Gagal iantung sering teriadi pada penderita kelainan otot iantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas iantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
Iungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit
degeneratiI atau inIlamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disIungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot iantung. Teriadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpuikan asam laktat). InIark miokardium (kematian sel iantung) biasanya
mendahului teriadinya gagal iantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratiI, berhubungan dengan gagal iantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut iantung, menyebabkan kontraktilitaas menurun.
Hipertensi sistemik atau pulmonal ( peningkatan aIterload ) meningkatkan
beban keria iantung dan pada gilirannya mngakibatkan hipertroIi serabut otot
iantung
Peradangan dan penyakit myocardium degeneratiI, berhubungan dengan gagal
iantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut iantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit iantung lainZ

Gagal jantung dapat teriadi sebagai akibat penyakit iantung yang sebenarnya,
yang ssecara langsung mempengaruhi iantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk iantung (stenosis katup semiluner),
ketidak mampuan iantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium,
perikarditiI konstriktiI, atau stenosis AV), peningkatan mendadak aIteer load.
Faktor sistemikZ
Terdapat seiumlah besar Iaktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal iantung. Meningkatnya laiu metabolisme(mis : demam, tirotoksikosis ),
hipoksia dan anemia peperlukan peningkatan curah iantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia iuga dapat menurunkan suplai
oksigen ke iantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita
elekttronik dapat menurunkan kontraktilitas iantung

Grade Gagal jantung menurut New york Heart Associaion
Terbagi meniadi 4kelainan Iungsional :
I. Timbul geiala sesak pada aktiIitas Iisik berat
II. Timbul geiala sesak pada aktiIitas Iisik sedang
III.Timbul geiala sesak pada aktiIitas ringan
IV. Timbul geiala sesak pada aktiIitas sangat ringan/ istirahat

C. MANIFESTASI KINIS
Tanda dominan :
Meningkatnya volume intravaskuler
KongestiI iaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan
curah iantungManiIestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan
ventrikel mana yang teriadi .
Gagal iantung kiri :
Kongesti paru menoniol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang datang dari paru. ManiIestasi klinis yang teriadi yaitu :
o Dispnu
Teriadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran
gas.Dapat teriadi ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu pda malam
hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
o Batuk
o Mudah lelah
Teriadi karena curah iantung yang kurang yang menghambat iaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolismeJuga teriadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernaIas dan insomnia yang teriadi karena distress pernaIasan dan batuk.
o Kegelisahan dan kecemasan
Teriadi akibat gangguan oksigenasi iaringan, stress akibat kesakitan bernaIas dan
pengetahuan bahwa iantung tidak berIungsi dengan baik.

Gagal iantung kanan
1. KongestiI iaringan periIer dan viseral.
2. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,
penambahan berat badan,
3. Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen teriadi akibat
pembesaran vena di hepar.
4. Anorexia dan mual. Teriadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen.
5. Nokturia
6. Kelemahan.

D. EVAUASI DIAGNOSTIK
Meliputi evaluasi maniIestasi klinis dan pemantauan hemodinamik.
Pengukuran tekanan preload, aIterload dan curah iantung dapat diperoleh melalui
lubang-lubang yang terl;etak pada berbagai interIal sepaniang kateter. Pengukuran
CVP ( N 15-20 mmhg ) dapat menghasilkan pengukuran preload yang akurat
.PAWP atau pulmonary artery wedge pressure adalaah tekanan penyempitan arteri
pulmonal dimana yang diukur adalah takanan akhir diastolic ventrikel kiri.
Curah Jantung diukur dengan suatu lumen termodelusi yang dihubungikn dengan
komputer

E. PENATAAKSANAAN
Tuiuan pengobatan adalah :
Dukung istirahat untuk mengurangi beban keria iantung.
Meningkatkan kekuatan dan eIisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat
Iarmakologi, dan
Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan
terapi antidiuretik, diit dan istirahat.
Terapi Farmakologis :
Glikosida iantung.7
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot iantung dan memperlambat
Irekuensi iantung.EIek yang dihasilkan : peningkatan curah iantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema
Terapi diuretik.7
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginial.Penggunaan hrs
hati hati karena eIek samping hiponatremia dan hipokalemia
Terapi vasodilator.7
Obat-obat IasoaktiI digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel
dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan engisian ventrikel kiri dapat
dituruinkan

Dukungan diet:
Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.


PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Fokus pengkaiian keperawatan dituiukan untuk mngobservasi adanya tanda-tanda
dan geiala kelebihan ciaran paru dan tanda serta geiala sistemis.
AktiIitas /istirahatZ
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan ktiIitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau
aktiIitas, perubhan status mental, tanda vital berubah saat beraktiIitas.
SirkulasiZ
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katup iantung,anemia , syok dll
TD, tekanan nadi Irekuensi iantung, irama iantung, nadi apical bunyu iantung S3
galop nadi periIer bekurang perubahan dalam denyutan nadi iugularis warna kulit
kebiruan punggung kuku pucat atau sianosis hepar adakag pembesaran bunyi
naIas krekles atau ronkhi edema.
Inegritas egoZ
Ansietas stress marah taku dan mudah tersinggung
EliminasiZ
Geiala penurunan berkemih urun berwarna pekat, berkemih malam hario diare/
konsipasi.
Makanan / cairanZ
Kehilangan naIsu makan mual, muntah, penambahan BbsigniIikan,
Pembengkakan ektrimitas bawah, diit tinggi garam pengunaan diuretic distensi
abdomen edema umum dll.
HygieneZ
Keletihan selama aktiIitas perawatan diri, penampilan kurang
NeurosensoriZ
Kelemahan, pusing letargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung
Nyeri/kenyamananZ
Nyeri dada akut kronuk nyeri abdomen sakit pada otot gelisah
PernaIasankeamananZ
Dispnea saat aktiIitas tidur sambil duduk atau dngan beberapa bantal.btuk dengan
atau tanpa sputum penggunaan bantuan otot pernaIasan oksigen dll. Bunyi naIas
warna kulit.
Interaksi socialPenurunan aktiIitas yang biasa dilakukanZ

Pemeriksaan Diagnostik :
(a) Foto torak dapat mengungkapkan adanya pembesaran iantung, edema atau
eIusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF.
(b) EKG dapat mengungkapkan adanya takhikardi, hipertropi bilik iantung dan
iskemi (iika disebabkan oleh AMI).
(c) Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah shg hasil
hemodilusi darah dari adanya kelebihan retensi air.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan perIusi iaringan behubungan dngan menurunnya curah iantung ,
hipoksemia iaringan, asidosis, dan kemungkinan thrombus atau emboli
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Daerah periIer dinginE
EKG elevasi segmen STE & Q patologis pada lead tertentu
RR lebih dari 24 x/ menitE
Kapiler reIill Lebih dari 3 detikE
Nyeri dadaE
Gambaran Ioto torak terdpat pembesaran iantungE & kongestiI paru
( tidak selalu )
E HR lebih dari 100 x/menit, TD ~ 120/80AGD dengan : pa O2 ~ 45 mmHg dan
Saturasi ~ 45 mmHg dan Saturasi ~ 45 mmHg dan Saturasi style"text-align:
center;"~DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Buku Aiar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, 1997,
EGC, Jakarta.

Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.

Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC Jakarta

Noer StaIIoeloh et all, Buku Aiar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta

Nursalam. M.Nurs, Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek
Keperawatan ProIesional, 2002, Salemba Medika, Jakarta

Russel C Swanburg, Pengantar keparawatan, 2000, EGC, Jakarta.

You might also like