You are on page 1of 7

Pendekatan sistemik dan pemikiran sistemik sudah mulai dikenal masyarakat sejak lama.

Namun, penyebarannya belum terjadi secara menyeluruh. Pendekatan sistemik berbeda dengan gerakan-gerakan intelektual lainnya yang muncul dari suatu disiplin khusus dan dikembangkan dalam batas-batas sempit yang serba restriktif. Dalam kemunculannya, pendekatan sistemik bebas dari kendala-kendala ilmiah dan tumbuh dalam sebuah lingkungan interdisipliner. Mengingat pada umumnya ini berhubungan dengan soal-soal keseluruhan, batas-batas disipliner yang terumus ketat dan mencirikan ilmu tradisional dapat terlampaui. Memang telah diakui bahwa pemikiran sistemik ini telah berkembang menjadi suatu gerakan interdisipliner yang melibatkan aneka macam disiplin. Pendekatan berpikir sistemik berfokus pada operasionalisasi konsep habitat belajar organisasional, yang diturunkan dan konsep disiplin organisasi pembelajar yang dikembangkan oleh Peter Senge (1 990) yang menekankan pentingnya konsep berpikir sistemik, untuk melengkapi empat disiplin belajar lainnya (personal mastery, model mental, berbagi vlsi dan berpikir sistemik). Organisasi pembelajar sebagai suatu sistem interaktif dan ketiga komponen utamanya, yaitu manusia, teknologi dan habitat belajar organisasional. Pembahasan akan diarahkan selamn untuk memahami pengaruh interaksi diantara ketiga komponen organisasi pembelajar di atas, juga untuk memahami interaksi antara ketiga komponen organisasi pembelajar dengan faktor-faktor moderator yang diduga berpengaruh pada efektivitas proses belajar organisasional. Syarat awal untuk memulai berpikir sistemik adalah adanya kesadaran untuk mengapresiasi dan memikirkan suatu kejadian sebagai sebuah sistem (systemic approach). Kejadian apapun baik fisik maupun non-fisik, dipikirkan sebagai unjuk kerja atau dapat berkaitan dengan unjuk kerja dari keseluruhan interaksi antar unsur sistem dalam batas lingkungan tertentu Pada sistem hidup, kejadian pusing kepala dalam tubuh manusia merupakan keseluruhan interaksi dari otak, paru, jantung, dan pencernaan melalui jaringan syaraf. Pusing kepala karena kurangnya aliran darah dari jantung ke otak, dapat disebabkan penyempitan pembuluh darah di jantung yang dapat membawa sesak

napas pada paru, dan pusing yang berat juga dapat disertai dengan mual yang mengganggu pencernaan. Pada sistem fisik, kejadian gangguan fungsi bata, misalnya rapuh, karena tekanan beban mengakibatkan bata-bata yang berdekatan dinding menjadi retak-retak, sehingga keseluruhan dinding juga menjadi rapuh. Ini dapat disebabkan oleh jenis bata bermutu rendah dan ukuran bata yang tidak standar, yang berkaitan dengan sistem yang lain, yaitu produsen batu bata. Pada sistem non-fisik, kejadian penurunan nilai penjualan organisasi bisnis merupakan keseluruhan interaksi dari bagian produksi, pemasaran, keuangan dan personalia melalui jaringan kerjasama tim. Penurunan nilai penjualan tersebut disebabkan kelemahan armada pemasaran, tetapi hal itu dapat berkaitan dengan kelambatan penyerahan karena ketidaklancaran produksi, yang dapat herhubungan dengan hambatan pembelian bahan baku karena kelalaian personalia dalam penyelesaian transaksi keuangan dengan pemasok. Berdasarkan adanya pemahaman tentang kejadian sistemik tersebut, berikut ini ada lima langkah yang dapat ditempuh untuk menghasilkan bangunan pemikiran (mode) yang bersifat sistemik, yaitu: i) identifikasi proses menghasilkan kejadian nyata; ii) identifikasi kejadian yang diinginkan; iii) identifikasi kesenjangan antara kenyataan dengan keinginan; iv) identifikasi dinamika menutup kesenjangan; v) analisis kebijakan.
1. Identifikasi Proses Menghasilkan Kejadian Nyata. Identifikasi proses yaitu

mengungkapkan pemikiran tentang proses nyata (actual transformation) yang menimbulkan kejadian nyata (actual state). Proses nyata itu merujuk kepada objektivitas dan bukan proses yang dirasakan atau subyektivitas. Pertanyaannya adalah begini: apa penyebab langsung suatu kejadiaan? Pada sistem hidup, kejadian pusing kepala dalam tubuh manusia disebabkan kurangnya aliran darah dari jantung ke otak. Ini adalah obyektif atau kebenarannya tidak diragukan lagi menurut ilmu kedokteran. Jika dikatakan bahwa pusing disebabkan kurang makan, maka akan jadi perdebatan karena orang yang melakukan puasa tidak pernah pusing, bahkan tambah tenang kepalanya

dengan puasa. Jadi, pemikiran bahwa pusing karena kurang makan itu adalah subyektif pada kasus tertentu dan bukan suatu pengetahuan yang diakui umum kebenarannya.
2. Identifikasi Kejadian Diinginkan Langkah kedua adalah memikirkan kejadian

yang seharusnya, yang diinginkan, yang dituju, yang ditargetkan ataupun yang direncanakan (desired state). Oleh karena keharusan, keinginan, target dan rencana itu merujuk kepada waktu mendatang, disebut juga pandangan ke depan atau visi. Agar visi tidak dianggap mimpi, maka visi yang baik perlu dirumuskan dengan kriteria layak (feasible) dan dapat diterirna (acceptable). Layak artinya dapat diantisipasi akan menjadi kenyataan sedangkan dapat diterima artinya dapat diantisipasi tidak akan menimbulkan pertentangan. Dengan kedua kriteria ini berarti memikirkan limit kejadian yang akan direncanakan dimana unjuk kerja sistem akan bersifat mantap (stable) dalam perubahan cepat (dynamic) masa lampau dan mendatang. Pada sistem hidup, keinginan manusia olah ragawan untuk kuat jasmani, pengertian kekuatan, fisik olah ragawan memiliki limit layak yang dapat diterima, yaitu dapat mengangkat beban seperempat ton. Jika keinginan itu di luar standar yaitu dapat mengangkat beban satu ton, maka jelas tidak layak dan menimbulkan pertentangan, yang kalau keinginan itu dipaksakan sistem tubuh olah ragawan itu nanti akan goyah bahkan ambruk. Pada sistema fisik, tujuan dinding bata sebuah rumah adalah untuk rnemberikan batas wilayah rumah. Ini adalah benar menurut konsep ilmu teknik sipil. Jika keinginan tersebut di luar kelayakan yaitu memberikan perlindungan terhadap gangguan pencurian akan menjadi kurang layak, karena perlindungan terhadap pencurian tidak selalu ditentukan oleh dinding rumah. Pada sistem non-fisik, tujuan perusahaan adalah ingin meningkatkan nilai penjualan 10 kali lipat dalam 5 tahun sesuai dengan limit perkembangan permintaan pasar. Jika dipaksakan di luar permintaan pasar ingin meningkatkan nilai penjualan 20 kali lipat, itu artinya di luar limit permintaan pasar dan akan

mengakibatkan kelebihan pasokan, yang akhir membawa sistem perusahaan menjadi labih bahkan kollaps.
3. Identifikasi Kesenjangan antara Kenyataan dengan Keinginan. Langkah ketiga

adalah memikirkan tingkat kesenjangan antara kejadian aktual dengan seharusnya. Kesenjangan tersebut adalah masalah yang harus dipecahkan. Pada sistem non-fisik keinginan perusahaan meningkatkarn nilai penjualan 10 kali lipat dalam 5 tahun sesuai dengan limit perkembangan permintaan pasar. Antara nilai penjualan nyata dengan yang diinginkan terdapat kesenjangan pelipatan 10 kali lipat yang harus dicapai atau diatasi.
4. Identifikasi Mekanisme Menutup Kesenjangan. Langkah keempat adalah

identifikasi mekanisme tentang dinamika variabel-variabel untuk mengisi kesenjangan antara kejadian nyata dengan kejadian yang diinginkan. Dinamika tersebut adalah aliran informasi tentang keputusan-keputusan yang telah bekerja dalam sistem. Keputusan-keputusan tersebut pada dasarnya: adalah pemikiran yang dihasilkan melalui proses pembelajaran (learning), yang dapat bersifat reaktif ataupun kreatif. Pemikiran reaktif ditunjukkan oleh aksi yang bentuk atau polanya sama dengan tindakan masa lampau dan kurang antisipatif terhadap kemungkinan kejadian masa mendatang. Sedang pemikiran kreatif ditunjukkan oleh aksi yang bentuk atau polanya berbeda dengan tindakan masa lampau, yang dapat bersifat penyesuaian tindakan masa lampau (adjustment) ataupun berorientasi kemasa datang (visionary) dengan tindakan yang bersifat baru atau terobosan. Sebagai sebuah proses dinamis, mekanisme tersebut bekerja dalam dimensi waktu, di mana perencanaan suatu tindakan ke pelaksanaannya memerlukan waktu tunda (delay), sementara sistem yang ada tetap bekerja menghasilkan kinerja dan mempengaruhi tingkat kesenjangan antara kejadian aktual dengan seharusnya. Suatu rumusan mekanisme interaksi dinamis menyeluruh yang dapat dipertanggungjawabkan, pada umumnya bersumber dari hasil pembahasan untuk penyatuan pendapat (share vision) unsur yang berkepentingan (stake-holders). Dalam sebuah penelitian atau pengkajian, di mana peneliti mencoba mengisolasi dan menggali informasi dari para unsur yang

berkepentingan (tanpa melalui pembahasan), rumusan mekanisme interaksi tersehut adalah hasil dari penggunaan teknik pemetaan kognitif (cognitive map) atau pemetaan sebab-akibat (causal map) tentang aliran informasi dan proses keputusan dalam sistem. Dalam sistem dinamis, proses perumusan mekanisme tersebut pada dasamya adalah penyederhanaan kerumitan untuk menciptakan sebuah konsep model (mental model). Penanganan kerumitan ini berarti membuat penyerhanaan terhadap kerumitan, namun penyederhanaan bukan berarti mengabaikan unsurunsur yang saling mempengaruhi yang membentuk unjuk kerja sistem secara keseluruhan. Ada dua jenis kerumitan yang perlu disederhanakan, yaitu kerumitan rinci dan kerumitan perubahan. Kerumitan rinci (detail complexity) yaitu menyangkut ciri dan cara bekerja unsur-unsur yang terlibat dalam sistem yang diamati dalam mengisi kesenjangan. Kerumitan perubahan (dynamic complexity) yaitu menyangkut proses dan kecepatan/ kelambatan walau yang diperlukan sistem dalam mengisi kesenjangan. Hasil penyederhanaan pemikiran tersebut dalam bentuk simpal-simpal (loops) umpan balik, yang menunjukkan struktur dan mekanisme dinamis mempengaruhi proses nyata dalam menciptakan kejadian nyata. Sampai di sini berarti kita telah dapat membuat penjelasan tentang dinamika struldurol (structural dynarnics) suatu sistem yang diamati.
5. Analisis Kebijakan. Langkah kelima adalah analisis kebijakan, yaitu menyusun

alternatif

tindakan

atau keputusan (policy) yang akan diambil untuk

mempengaruhi proses nyata (actual transformation) sebuah sistem dalam menciptakan kejadian nyata (actual state). Keputusan tersebut dimaksudkan untuk mencapai kejadian yang diinginkan (desired state). Alternatif tersebut dapat satu atau kornbinasi bentuk-bentuk intervensi, baik yang bersifat struktural atau fungsional. Intervensi strukrtural artinya mempengaruhi mekanisme interaksi pada sistem, sedangkan intervensi fungsional artinya mempengaruhi fungsi unsur dalam sistem pengembangan dan penetapan alternatif intervensi tersebut, biasanya dipilih setelah melakukan pengujian (dapat dengar simulasi komputer ataupun simulasi pendapat) berdasarkan dua kriteria, yaitu

aman (unrisky) dan manjur (effective). Aman artinya jalan tersebut tidak mengakibatkan sistem secara keseluruhan labil atau kollaps. Manjur artinya berfungsi untuk mencapai kejadian yang diinginl:an. Pada sistem hidup, keinginan olah ragawan agar dapat mengangkat beban 250 ton dari kondisi sekarang 150 kg, telah memilih salah satu jalan, yaitu latihan olah raga sendiri. Untuk mempercepat daya angkat olah ragawan tersebut perlu merancang keputusan/tindakan intervensi dalam mendukung latihan olehraga sendiri. Bentuk-bentuk intervensi fungsional, misalnya diperlukan penyempurnaan ciri unsur tempat latihan, sarana latihan, program latihan. Di samping itu diperlukan rancangan ulang pengaturan cara dan waktu sesuai dengan tempat, sarana, dan program latihan. Alternatif intervensi struktural yang mengubah mekanisme dalam sistern, misalnya lomba langsung dengan lawan nyata, tanpa melalui persiapan dengan lawan tanding. Ini adalah pilihan tidak aman, karena dapat diperkirakan olah ragawan akan kalah dan ambruk. Pada sistem fisik, keinginan untuk memperjelas kekaburan batas wilayah rumah dengan dinding pembatas, misalnya membuat dinding bata yang tinggi sehingga bebas dari pandangan tetangga. Bentuk-bentuk intervensi fungsional misalnya diperlukan peningkatan jumlah dan kecepatan pengadaan bahan-bahan bangunan, jumlah dan mutu tenaga kerja untuk mendukung pembuatan dinding bata tersebut. Tindakan atau keputusan yang dipikirkan tersebut, yang berfungsi mengisi kesenjangan yang timbul akibat perbedaan antara kejadian nyata dengan kejadian yang diinginkan. Apabila tindakan tersebut bekerja di dalam sistem akan memberikan masukan atau mengoreksi kejadian nyata menuju kejadian yang diinginkan. Dalam proses berpikir tersebut, seperti telah dijelaskan, ringkasnya mengandung empat ciri: yaitu: pertama, penyederhanaan kerumitan interaksi antar unsur; kedua, mempertimbangkan pengaruh waktu dalam interaksi antar unsur; ketiga, mengantisipasi kejadian ke depan sebagai hasil dari tindakan/keputusan sekarang, dan; keempat tindakan/keputusan tersebut adalah hasil analisis sistem untuk mengoreksi kejadian nyata waktu lampau. Kekuatan dari proses berpikir

sistemik tersebut terletak pada kemampuan penstrukturan sistem untuk menjelaskan perilaku sistem.

You might also like