You are on page 1of 4

POTRET PENDIDIKAN MASA DEPAN

Karya tulis diajukan dalam upaya memenuhi tugas mata kuliah Keefektifan Pendidikan Prodi Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unesa Surabaya

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Muchlas Samani

Oleh : AHMAD ZAINI (NIM 107845205)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PROGRAM PASCASARJANA PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN 2011

STRATEGI PENDIDIKAN MASA DEPAN ; SKENARIO TAHUN 2030

A. Latar Belakang Masyarakat menyimpan harapan besar terhadap pendidikan. Pintu masuk ke dunia yang luas tanpa batas (global), menurut masyarakat adalah sekolah dan lebih khusus lagi kelas. Penggodokan berbagai hal yang akan terjadi berlangsung di kelas secara rutin, beraturan, bersistem, berjadwal. Perangkat kelas berkolaborasi bersatu mewujudkan penanaman kompetensi yang diharapkan tertampakkan pada saat murid berperilaku di luar kelas. Jadi, di kelas sebenarnya penuh dengan keakanan. Keterjadian di kelas mempertimbangkan perkiraan yang akan terjadi pada masa depan sejauh mungkin, misalnya tahun 2030. Penjangakauan ini menjadi pertanda adanya kemauan keras dari sekolah atau penyelenggara pendidikan dalam hal penjanjian terbentuknya lulusan yang siap bersaing di pasar global. Pendidikan senantiasa diharapkan berimajinasi dan berfokus kekuatannya pada masa mendatang. Perkiraan berdasarkan riset akan menjelmakan kebijakan tepat. Apa yang diinginkan pemerintah dan masyarakat mesti terwujud dalam bentuk kebijakan yang akan dianut oleh berbagai pihak yang berkecimpung dalam pendidikan. Kegagalan pendidikan adalh pada saat lulusannya tidak mampu berbuat apa pun pada saat ada di lapangan, pada saat berupaya di masyarakat. Oleh karena itu, sepatunya pemerintah memperkirakan apa yang akan terjadi pada tahun 2025, misalnya. Perkiraan berarti mencermati apa yang terjadi kini dan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang. Paduan ini akan mengerucut pada kebutuhan masyarakat. Apa yang harus dapat dimiliki masyarakat agar dapat tumbuh dan berkembang pada masa yang akan datang. Pendidikan berati harus mengolah peserta didik dengan penggunaan kurikulum yang berbasis pada teknologi berbasis kultur setempat. Mempertimbangkan isu global sangat perlu dan sangat perlu juga memperhatikan apa yang ada di dalam. Pengangkatan potensi diri s angat perlu. Apa yang dapat kita banggakan jika hanya meniru apa yang telah dilakukan negara lain? Kita belum cukup bangga menjadi diri kita sendiri. Negara maju yang kini jadi acuan berbagai negara, misalnya. Jepang negara maju yang tidak melupakan akar kulturnya. Korea Selatan tidak akan pernah melupakan budayanya pada saat bersaing dengan negara lain. Kunci utama bagi suksesnya pendidikan untuk masa depan bangsa adalah sejauhmana kita tetap optimis menatap masa depan, tanpa harus kehilangan rasionalitas kita untuk selalu mengoreksi diri dan memperbaiki kekurangankekurangan yang ada. Secercah optimisme kini sudah mulai nampak, misalnya bisa dilihat dari jumlah anggaran pendidikan yang akan dinaikan menjadi 20 % dari APBN. Tidak tangggung-tanggung kenaikan anggaraan pendidikan ini tertuang dalam amandemen UUD 1945. Meski hingga saat ini realisasinya masih belum nampak, tetapi optimisme akan terwujudnya amanah UUD 1945 itu harus terus dijaga. Apalagi kini bangsa kita menjadi bangsa yang Demokratis di mata d unia Internasional (setelah pemilu 2004 menjadi negera demokrasi terbesar setelah

Amerika dan India), dan ini menjadi modal penting bagi identitas kemajuan sebuah bangsa karena sekolah adalah masa depan yang selalu dibayangkan masyarakat akan dapat menyelesaikan permasalahan. Apakah sekolah mampu menampung harapan itu? Apakah sekolah mampu menjabarkan harapan masyarakat itu dalam berbagai regulasi? 1. Kurikulum Berbasis Minat Sekolah pada masa yang akan datang kemungkinan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Orang tua akan menuntut jenis sekolah yang beragam. Mereka berkeinginan anak-anaknya dapat belajar dengan ragam sesuai dengan bakat dan potensi anak-anaknya. Pengembangkan anak-anak di sekolah tidak lagi dibatasi dengan kelas dan usia. Mereka diperbolehkan memilih materi yang diminatinya. Mereka boleh melilih belajar dengan guru mana pun yang mereka sukai. Ragam pembelajaran ini membutuhkan fasilitas yang lengkap. Pada waktu yang bersamaan beberapa murid belajar di perpustakaan sedangkan murid lain belajar di musium yang tempatnya jauh dari sekolah. Beberapa murid kemungkinan sedang berada di kebun rindang. Mereka memperhatikan buah-buahan untuk memperoleh pengetahuan. . Anak-anak yang senang pada seni kemungkinan sedang berada di gedung kesenian. Mereka menyaksikan pertunjukan drama atau mereka sedang berinterkasi dengan aktor terkenal, dengan sutradara, dengan penulis skenario atau bahkan dengan guru teater sekolah. Suasana semacam ini menciptakan komunitas belajar. Para murid dihadapkan pada banyak pilihan. Pembentukan komunitas belajar sebagai respons atas kebutuhan masyarakat yang memang beragam dalam berbagai hal; kebutuhan, minat, motivasi. Pusat pembelajaran kelak bagian dari pelayanan pemerintah terhadap publik. Hal ini memungkinkan karena arah pendidikan telah bergeser dari sentralisasi ke desentralisasi (Bukannya perpindahan dari Jakarta menuju Pemerintahan Kabupaten atau Kota). Pemerintah daerah mesti berkemauan kuat menciptakan ragam terobosan dalam bidang pendidikan sebagai salah satu aktualisasi keotonomiannya dalam bidang pemerintahan. Pembentukan komunitas belajar ini sebagai antisipasi pada masa yang akan datang, yaitu tentang kemungkinan masyarakat tidak lagi memerlukan sekolah. Mereka beranggapan segala hal dapat diperoleh melali bantuan teknologi. Di rumah terpasang televisi, video, internet. Melalui fasilitas itu mereka dapat memperoleh apa pun yang mereka butuhkan. Situasi ini harus dimanfaatkan sekolah dengan penyediaan fasilitas yang memungkinkan mereka memanfaatkan pengetahuan yang telah mereka peroleh di rumah. Apa pun alasannya lingkungan edukatif masih akan dibutuhkan. Orang tua menyadari sepenuhnya bahwa anak anak mereka tidak akan maksimal tumbuh hanya dididik di rumah. Pada umumnya orang tua akan meninggalkan rumah dalam waktu tertentu dan kemungkinan dalam waktu yang lama. Sekolah harus dapat menggantikan peran orang tua. Pertimbangan pembentukan komunitas pusat belajar agar murid dapat belajar berkonsentrasi pada bidang yang diminatinya. Perolehan pengetahuannya melalui proses mandiri melalui komunikasi dengan sesama kelompok dan dengan bantuan teknologi yang disediakan sekolah. Pendidikan berbasis praktik. Para murid belajar berbicara dan menulis melalui proyek atau lokakarya. Sekolah

seharusnya menajdi tempat perolehan pengalaman. Oleh karena itu, sekolah harus kaya akan berbagai fasilitas yang meungkinkan para murid berinteraksi dengan cara yang berbeda. Para murid belajar mempertanggungjawabkan pilihannya secara rasional dan diketahui orang banyak. 2. Strategi Informasi dan Teknologi Dunia kita kini adalah dunia teknologi. Apa yang tidak terkena aspek teknologi? Teknologi telah memanjakan kita. Berbagai kemudahan dapat dilakukan hanya dengan memijit bagian tertentu. Perangkat apa pun bentuknya sangat ditentukan oleh pengguna. Apa yang akan dilakukukan dengan perangkat itu? Demikian juga dengan bidang pendidikan. Kita tidak dapat menolak kehadiran teknologi dalam bidang pendidikan. Segala lapisan masyarakat telah berbasis teknologi. Perhatikan bagaimana rumah-rumah termasuki, terbiasa dengan penggunaan teknologi di dalamnya. Dalam keseharian orang tidak akan terlpeas dari televisi, misalnya atau mesin cuci, telepon. Perangkat itu telah mengitari kehidupan masyarakat kita. Bagaimana mungkin masyarakat akan dapat hidup di dalam dunia digital jika sekolah melupakan penggunaan teknologi dalam prroses pembelajarannya. Padahal sekolah sangat diharapkan menyiapkan peserta didiknya dapat hidup di masyarakat luas. Jadi, sekolah pada posisi tidak dapat menolak masuknya teknologi dalam dunia pembelajaran di kelas. Pada sisi lain tantangan yang menyegera terus menerus terkait dengan pendidikan adalah perubahan sosial. Kondisi sosial begitu deras berubah dalam berbagai aspek kehidupan. Keteraturan dalam ketidakteraturan menjadi problem yang terus bergulir. Kita tidak akan pernah membayangkan begitu banyaknya pergerakan sosial pada masa kin dan pada masa yang akan datang. Kemiskinan, pengangguran yang terpadu dengan kemajuan pada masyarakat tertentu. Ketimpangan terjadi di mana-mana, bahkan di negara maju sekalipun. Ketakterdugaan perubahan di masyarakat sekarang melaju begitu cepat. Banyak orang tua yang tertegun menyaksikan perubahan anak-anaknya. Padahal baru beberapa saat saja ditinggalkan. Bagiamana masyakata bawah sekarang dapat menyuarakan keinginannya. Isu-isu ketidakadilan disuarakan dengan cara unjuk rasa. Tantangan itulah yang akan dihadapi pendidikan kita pada saat ini dan apalagi pada saat yang akan datang. Artinya jika kita tidak memulai menggunakan teknologi di sekolah akan sangat tertinggal dalam bidang apa pun dan di mana pun anak-anak kita bergaul. Saat ini teknologi telah sejalan dengan nilai global dan kebijakan. Bangsa di mana pun jika tidak memasukkan dasar teknologi dalam kebijakannya tidak akan dapat berkomunikasi dengan komunitas global. Batas wilayah kini terasa hilang. B. Kesimpulan Pendidikan masa depan memerlukan perhatian semua unsur untuk berfikir intuitif, membuat lompatan-lompatan pemikiran, terobosan-terobosan baru pendidikan, bahwa apa yang dipelajari saat ini hendaknya bermanfaat dalam beberapa tahun yang akan datang. Oleh karenanya, pendidikan saat ini harus mempersiapkan anak dalam menyongsong zamannya.

You might also like